kualitas pellet pakan mempengaruhi pertambahan berat badan
Post on 04-Aug-2015
183 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Kualitas Pellet Pakan Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Unggas6 11 2009
5 Votes
Devi Joni TaufikAbstrakPellet merupakan pakan yang baik untuk digunakan sebagai pakan penambah berat badan pada unggas. Kualitas pellet bervariasi untuk jenis-jenis unggas pedaging. Kualitas pellet terutama penting untuk itik dimana index ketahanan pellet (PDI = pellet durability index) diupayakan 96 % untuk penampilan produksi yang optimum, sedangkan untuk pakan kalkun target PDI 90 % atau broiler PDI 80 %. Pada umumnya upaya mengoptimalkan PDI tetap merupakan alasan yang baik sepanjang perbaikan PDI bisa mengefisienkan biaya. Kendalanya adalah memastikan teknik manajemen dan teknologi pelleting mana yang paling efisien untuk diaplikasikan dalam produksi pakan unggas.
Kebanyakan pakan unggas di banyak negara diproduksi dalam bentuk butiran maupun pellet. Keuntungan memproses pellet adalah: mengurangi pengambilan pakan secara seletif oleh unggas, meningkatkan ketersediaan nutrisi, menurunkan energi yang dibutuhkan sewaktu mengkonsumsi pakan, mengurangi kandungan bakteri pathogen, meningkatkan kepadatan pakan sehingga dapat mengurangi biaya penggunaan truk, mengurangi penyusutan pakan karena debu, dan memperbaiki penanganan pakan pada penggunaan alat makan otomatis. Semua keuntungan ini akan secara dratis menurunkan biaya produksi.
Kualitas pellet bagi ternak terrestrial, berbeda dengan spesies akuatik, sangat terkait dengan durabilitas, yaitu ketahanan fisik dari pakan pellet menghadapi proses penanganan dan transportasi sehingga dihasilkan tepung maupun patahan pellet dalam jumlah minimum. Durabilitas diukur dengan nilai persentase pellet ataupun tepung dalam pakan jadi disingkat sebagai PDI (“pellet durability index”). PDI menggambarkan persentase berat pellet yang tetap utuh setelah melewati alat uji standar (KSU tumbling cane, Holman tester, Kahl tester, dll). Dengan masih terbatasnya pengetahuan kita tentang pellet maka kita harus mencari, melihat membaca, mengetahui, dan memahami semua tentang pellet dari proses pengolahan, bentuk yang baik, menjaga kualitas,dsb.
Kata Kunci : pellet, pakan, unggas.
PENDAHULUAN :
Pada dasarnya ada tiga hal utama yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ternak agar diperoleh berat badan yang diharapkan, yaitu faktor genetik, faktor lingkungan dan manajemen.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan pada Unggas , Bentuk pakan pelet akan lebih efisien dalam menghasilkan berat badan jika dibadingkan dengan pakan dalam bentuk tepung. Pakan bentuk tepung akan banyak yang terbuang sebagai debu (urip santoso.2008). Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi unggas adalah pakan, pakan yang baik juga mempengaruhi kualitas dan pertumbuhan berat badan unggas. Pellet merupakan pakan yang sangat baik untuk pertambahan berat badan, walaupun kemungkinan-kemungkinan adanya ditemukan pakan- pakan yang lebih baik dari pada pellet yang harus melakukan penelitian-penelitian yang membutuhkan waktu yang lama dan sulit sebelumnya.
Strain ayam pedaging final stock diperoleh dari keturunan parent stock dan merupakan hasil seleksi yang dilakukan secara terus menerus sehingga diperoleh hasil yang betul-betul produktif (Anonymous, l983). Kalaupun ada perbedaan pada berat badan, hal tersebut logis karena disebabkan oleh perbedaan genetik dan pengaruh faktor makanan yang diberikan serta seleksi telur yang ditetaskan (Aitken et al., l969) yang dikutip oleh Nathaneal (l975).
Banyaknya penelitian-penelitian untuk mengetahui pakan yang baik dan dapat dijadikan pakan pengganti pellet untuk menambah berat badan unggas. Tetapi sampai saat ini pellet masih dianggap pakan yang paling baik, meskipun untuk proses pembuatannnya masih sulit untuk kita yang masih belum begitu mengetahui tentang ilmu tersebut. Tetapi sekarang pellet dengan mudah dapat kita temukan di tempat-tempat atau took-toko yang menjual pakan-pakan ternak di daerah-daerah kita tinggal.
Dengan masih terbatasnya pengetahuan kita tentang pellet maka kita harus mencari, melihat membaca, mengetahui, dan memahami semua hal yang berhubungan dengan pellet dari proses pengolahan, bentuk yang baik, menjaga kualitas,dsb. Karena itu merupakan hal yang harus kita pahami lebih dalam untuk dapat berternak dengan baik.
Penampilan Ayam VS Kualitas Pellet
Zatari et al (1990) membandingkan dua jenis pakan yang berbeda kualitas pellet (75 % pellet dan 25 % tepung versus 25 % pellet dan 75 % tepung) terhadap penampilan ayam broiler selama periode pemeliharaan 49 hari. Pakan 75 % pellet memberikan keuntungan dalam hal berat badan akhir dan nilai konversi pakan kumulatif dibandingkan pakan 25 % pellet. Dibandingkan dengan ayam broiler, kalkun bereaksi negatip terhadap peningkatan persentase tepung dalam pakan. Kualitas pellet merupakan faktor kritis bagi kalkun mengingat spesies ini menghabiskan banyak waktu mengkonsumsi pakan sehingga kualitas pellet yang kurang baik menyebabkan lebih banyak pakan sisa. Menggunakan kalkun jantan yang dipelihara sejak umur 7 sampai 18 minggu, Brewer et al (1990) memperlihatkan adanya perbaikan nilai konversi pakan sebesar 7 dan 10 point pada kalkun yang mengkonsumsi pakan 10 % tepung dibandingkan jika diberikan pakan 50 % tepung.
Kualitas pellet memberikan pengaruh yang lebih beragam jika diberikan kepada itik, dibandingkan terhadap broiler dan kalkun. Seringkali ditemukan material lengket pada paruh itik yang diberi pakan tepung. Pengerasan sisa pakan tersebut mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan pakan yang terbuang sementara itik membersihkan paruhnya dengan air dalam upaya untuk menyingkirkan material yang melekat tersebut Dean (1986) menunjukkan bahwa penurunan kandungan tepung dalam pakan dari 16 % menjadi 0 % mengarah pada peningkatan 2,8 % nisbah konversi pakan.
Tahap-tahap Memperbaiki Kualitas Pellet
Bahan baku mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap kualitas pellet. Kandungan perekat (binder) alami (misalnya pati), protein, serat, mineral dan lemak dari bahan baku akan mempengaruhi kualitas pellet. Barley, gandum, kanola dan rape seed meal mengandung perekat alami yang membentuk ikatan fisik – kimia selama proses untuk menghasilkan pellet yang berkualitas lebih baik. Meskipun demikian, di luar kawasan Eropa dimana banyak menggunakan gandum dan rape seed meal sebagai bahan utama, pakan unggas yang banyak menggunakan bijian (jagung atau sorghum) dan bungkil kedele mempunyai daya rekat yang rendah.
Dalam banyak hal, formulasi pakan ayam pedaging mendasarkan pada metoda “least cost” maupun “optimal cost” yang tidak memperhitungkan “pelletabilitas” setiap bahan baku. Selain pilihan bahan baku, teknik manajemen lainnya menawarkan upaya-upaya mengefektifkan biaya untuk memperbaiki kualitas pellet. Pakan mengandung bijian kasar dalam jumlah banyak membutuhkan penanganan yang ekstra dinitikberatkan pada ukuran partikel, kondisioner, kondisi die dan kandungan lemak (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh Faktor-faktor Pelleting terhadap Kualitas Pellet
FaktorPerbaikan PDI (%)
Penambahan 15 % gandum ke pakan basis jagung-bungkil kedele
11,6
Penambahan perekat sintetis (binder) 1,25 % ke dalam pakan basis jagung – bungkil kedele
12,5
Meningkatkan suhu kondisioning 10oF (1) 10,0
Mengurangi lemak dalam mixer dari 1 % ke 0 % 5,0
Mengurangi ukuran partikel dari 665 menjadi 500 mikron (2)
14,5
Meningkatkan kelembaban bahan tepung dalam mixer dari 12 ke 14,5 % (3)
10,0
Menggunakan expander plus pelleting versus pelleting (4)
15,0
1)Winowiski, 1999 (2)McEllhiney, 1992 (3)Greer and Fairchild, 1999 (4)Smith et al., 1995
Menghindari Penggilingan Tidak Ekonomis
Menggiling bijian menjadi ukuran partikel yang halus akan meningkatkan kualitas pellet. Semakin kecil partikel akan semakin besar luas permukaan yang memungkinkan penetrasi panas dan kelembaban lebih cepat ke inti partikel selama proses kondisioning sehingga dapat meningkatkan pemasakan dan gelatinasi sel-sel pati. Ukuran partikel yang optimum untuk meningkatkan durabilitas pellet pada pakan unggas dengan kandungan utama jagung-kedele haruslah dalam kisaran 650 – 700 mikron. Memperkecil ukuran partikel jagung menjadi 500 mikron akan memperbaiki kualitas pellet dibandingkan ukuran 700 mikron, tetapi pengurangan ukuran partikel akan meningkatkan kebutuhan enerji penggilingan menjadi dua kali lipat (McEllhiney, 1992).
Mengoptimalkan Kelembaban Tepung
Riset terakhir dari Kansas State University (KSU) menunjukkan bahwa kandungan kelembaban dari tepung sebelum kondisioning mempunyai pengaruh yang linier (R=0,97) terhadap kualitas pellet (Geer and Fairchild, 1999). Teknik baru memungkinkan penambahan kelembaban sejak dari mixer, yang dapat menjadi cukup menguntungkan apabila menggunakan bijian dengan kelembaban yang rendah. Beyer et al (2000) pada penelitian terhadap broiler sampai umur 42 hari melaporkan bahwa peningkatan PDI (61,7 % vs 87,3 %) dengan cara mengendalikan kelembaban di mixer dapat memperbaiki konversi pakan. FCR diperbaiki 5 point pada fase umur 3 – 6 minggu dan membaik 2 point selama umur 0 – 6 minggu. Sebaliknya peneliti KSU juga menemukan beberapa kerugian yaitu bahwa penambahan kelembaban di mixer akan meningkatkan berat per volume pakan yang menjadikan tidak efektivifnya transportasi. Termasuk juga berakibat negatif terhadap densitas nutrisi.
Kualitas Steam
Pakan unggas dengan kandungan utama jagung atau sorghum membutuhkan kondisioning yang baik untuk mengaktifkan perekat alami dan meningkatkan kualitas pellet. Kondisioning yang tepat membuka sel-sel pati dari jagung (sebagai contoh), mengubah susunan molekul-molekul amilosa dan amilopektin yang akan membentuk bulatan di sekeliling molekul bahan baku lain dalam proses yang dikenal sebagai gelatinasi. Amilopektin bebas dari kondisioning adalah yang paling berperan dalam hal kualitas pellet.
Kondisioning yang cukup harus berlangsung dalam periode yang singkat, tidak lebih dari beberapa menit dalam sistem steam konvensional atau 30 detik dalam super conditioner atau sistem expander. Steam berkualitas baik akan membantu mengoptimalkan pengaruh panas dan kelembaban terhadap bahan tepung. Kualitas steam didefinisikan sebagai jumlah uap air dibagi campuran air bebas dan uap air. Steam jenuh terdiri atas 100 % uap air, sedangkan steam basah mengandung air bebas dan uap air sehingga kandungan uap air lebih kecil dari 100 %. Turner (1995) menyarankan bahwa dalam menggunakan steam jenuh (steam kualitas baik) suhu bahan tepung meningkat sekitar 16oC untuk setiap peningkatan 1 % kelembaban bahan tepung. Jika kualitas steam dikurangi menjadi 80 % (steam basah) maka suhu bahan tepung hanya meningkat 13,5oC untuk setiap peningkatan 1 % kelembaban. Kualitas steam yang jelek dapat mengurangi suhu kondisioning 6 – 11oC tergantung pada jumlah kelembaban yang ditambahkan.
Rendahnya kualitas steam bisa terjadi akibat kehilangan panas dalam saluran steam atau akibat masuknya buih-buih ke dalam saluran steam. Apabila steam menjadi masalah maka bisa dipasang steam trap untuk membuang kondensat ke luar saluran steam. Trap harus dipasang pada interval jarak 30 meter dan pada belokan steam. Sistem untuk menghasilkan steam berkualitas baik harus mengkombinasikan separator – regulator – steam trap pada jalur steam ke kondisioning untuk membuang tetesan – tetesan air yang tidak bisa dibuang melalui steam trap sepanjang saluran steam. Dengan sistim steam yang konvensional diharapkan steam kualitas baik (97 %) yang masuk ke kondisioning untuk memungkinkan tercapainya suhu kondisioning 88oC.
Dimana dan Bagaimana Aplikasi Lemak
Dimana dan bagaimana mengaplikasikan lemak dalam proses produksi pakan membuat perbedaan yang besar dalam kualitas pellet. Pengalaman menunjukkan bahwa penambahan lemak lebih dari 2 % di mixer menyebabkan penurunan kualitas pellet. Kandungan lemak yang tinggi dalam bahan tepung cenderung mengurangi pergesekan antara pakan, die dan roller. Ini menghindari roller menekan pakan melewati die secara efektif dan berkompresi.
Sebaliknya sistem aplikasi yang lebih moderen (untuk post pelleting) bisa menambahkan lemak tanpa mempengaruhi kualitas pellet. Lemak dapat ditambahkan di die meskipun ini akan menimbulkan masalah kebersihan di jalur setelah mesin pellet khususnya di dalam cooler. Belakangan ini adakecenderungan untuk menambahkan lemak pada fase akhir (load out) menggunakan sistem coating yang disemprotkan (bertekanan atau tidak). Apabila penambahan lemak di die hanya bisa mengaplikasikan 2 – 3 %, maka teknologi terakhir (load out) memungkinkan penambahan lemak 6 – 8 %. Teknologi ini memberikan waktu yang cukup bagi lemak untuk diserap ke dalam pellet tanpa masalah pelepasan panas dan kelembaban dari pellet seperti yang biasa terjadi pada die.
Perawatan Die yang Hati-hati
Mempertahankan kondisi optimum dari die adalah vital untuk menghasilkan pellet berkualitas tinggi. Beberapa masalah umum yang mempengaruhi kualitas pellet adalah keausan pemukaan die, korosif, lubang melebar. Masalah ini menurunkan kualitas pellet akibat berkurangnya ketebalan efektif die dan rasio kompresi lubang die. Apabila kualita pellet terlihat menurun dalam waktu lama tanpa penyebab yang jelas, maka rekondisi die atau penggantian die perlu dilakukan.
Rekondisi die dapat memperpanjang umur die dan memberikan kapasitas produksi tambahan, diperkirakan sebanyak 65.000 ton untuk pakan broiler, yang biayanya lebih murah dibandingkan mengganti dengan die baru. Meskipun demikian, keuntungan dari performans ayam sebagai konsekuensi kualitas pellet yang optimum harus seimbang dengan biaya pergantian die. Sebagai contoh, produsen pakan itik merekondisi die tiga kali lebih sering daripada produsen pakan broiler karena kepentingan untuk kualitas pellet yang lebih baik. Lubrikasi pellet mill yang lebih sering, membersihkan logam-logam yang terperangkap di atas mesin pellet, dan penyesuaian jarak antara roller dan die secara hati-harti dapat membantu mengurangi masalah die.
Pengembalian Investasi Atas Penampilan Produksi Unggas
Dari sudut pandang efektivitas biaya, maka kualitas steam, aplikasi lemak dan perawatan die adalah yang paling menguntungkan untuk optimalisasi kualitas pellet. Pilihan – pilihan lain bisa juga memperbaiki kualitas pellet secara nyata tetapi akan membutuhkan peralatan baru atau modifikasi yang dapat meningkatkan biaya produksi. Juga adalah memungkinkan untuk meningkatkan kualitas pellet dengan menggunakan bahan baku yang mengandung perekat alami seperti gandum dan produk ikutannya. Jalan lain juga dengan menambahkan perekat pellet komersial. Manipulasi formula untuk meningkatkan kualitas pellet akan mengurangi keleluasaan dalam formulasi (“least cost”) dan dalam jangka panjang meningkatkan biaya.
Proses pengolahan pellet terdiri dari 3 tahap yaitu:
(1) Pengolahan Pendahuluan: Ditujukan untuk pemecahan dan pemisahan bahan-bahan pencemar atau kotoran dari bahan yang akan digunakan,
(2) Pembuatan pellet terdiri atas proses penguapan, pencetakan, pendinginan dan pengeringan dan
(3) Perlakuan akhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan pergudangan.Pada proses pembuatan pellet terdapat proses kondisioning dimana campuran bahan pakan dipanaskan dengan air dengan tujuan untuk gelatinisasi.
Tujuan gelatinisasi yaitu agar terjadi pencetakan antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan pellet kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus. Penguapan dalam proses pembuatan pakan berbentuk pellet bertujuan:
(1) Pakan menjadi steril, terbebas dari kuman atau bibit penyakit,
(2) Menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai perekat,
(3) Pakan menjadi lunak, sehingga apabila diberikan pada ternak ayam maka akan lebih mudah mencernanya dan
(4) menciptakan aroma pakan yang lebih merangsang nafsu makan ayam (Pond and Church, 1995).
Penguapan tidak boleh dilakukan diatas suhu yang diizinkan, yaitu sekitar 800C. Penguapan dengan suhu terlalu tinggi dalam waktu yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa nutrisi dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino. Bentuk fisik pellet yang baik:
(1) Hardness (tingkat kekerasan): Pellet yang baik mempunyai tingkat kekerasan yang sedang. Pellet tidak boleh terlampau keras atau terlalu lunak,
(2) Durabilitas: Durabilitas yaitu kemampuan dari pellet untuk mempertahankan bentuknya dari penanganan atau pada saat pengiriman. Pellet yang baik tidak mudah pecah, tidak retak-retak dan tidak berdebu dan
(3) Appearance (penampilan): Pellet yang baik mempunyai ukuran yang agak panjang dan seragam, bentuk rupanya baik dan kompak serta tidak ditumbuhi oleh jamur.
Menjaga kualitas Pelet
Menjaga kualitas pellet dapat kita lakukan dari beberapa segi yaitu:
1.Bahan Baku
Untuk membuat pakan yang bermutu diperlukan bahan baku yang berkualitas baik. Contohnya jagung kuning, kadar airnya tidak boleh berlebih karena jagung seperti ini kandungan nutrisinya akan menyimpang jauh dari nilai standar.
2.Formula pakan yang baik
Formula yang dibuat harus seimbang dengan kebutuhan nutrien yang diperlukan tidak berlebih atau kurang (Sutardi, 2003). Perlu dicermati apabila terjadi kesalahan pada
penyusunan formula maka akan dapat mempengaruhi kualitas pellet dan itu juga akan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh ternak yang mengkonsumsinya.
3.Proses penyimpanan pellet: Pellet yang telah dikemas dijaga supaya tidak terjadi kerusakan selama penyimpanan. Untuk itu, Perlu memperhatikan hal-hal berikut:
4.Kadar air tidak lebih dari 14%: Pakan harus dikemas dengan menggunakan karung plastik supaya tidak terjadi kontak langsung dengan udara
5.Pakan disimpan dalam ruangan yang sejuk, kering, tidak lembap, sirkulasi udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung
6.Tumpukan karung pakan sebaiknya tidak terlalu tinggi dan harus diberikan alas berupa platform dari kayu atau papan dengan ketinggian 10-15 cm dari lantai
7.Penerapan manajemen pergudangan, pakan yang akan digunakan adalah yang masuk ke
gudang lebih awal (fifo-first in first out).
KESIMPULAN
Pellet merupakan pakan yang baik untuk pertambahan berat badan ternak unggas. Khususnya unggas pedaging. Walaupun proses pembuatan pellet tersebut sulit tetapi sudah banyak dan dapat kita beli ditoko-toko yang menjual pakan-pakan ternak di daerah-daerah kita. Manipulasi formula untuk meningkatkan kualitas pellet akan mengurangi keleluasaan dalam formulasi (“least cost”) dan dalam jangka panjang meningkatkan biaya. Untuk mengoptimalkan kualitas pellet dengan biaya efektif, produsen pakan harus yakin bahwa pabrik sudah melakukan dengan benar penanganan steam, lemak dan die. Menyesuaikan perubahan-perubahan besar dalam formulasi pakan maupun proses produksi, pengembalian dari diperbaikinya penampilan produksi unggas akan harus melebihi dari peningkatan biaya dari produksi pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Feed International, June 2001, W.A.Dozier, III. Phd
Santoso Urip.2008.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Pada Unggas . Universitas Bengkulu
Anonymous. l983. Pedoman Beternak Ayam Negeri. Cetakan II. Penerbit Kanisius, Jakarta.
Morrison, F.B. l96l. Feed and Feeding. Nine Ed. The Morrison Publ. Company, Clinton. Iowa.
Morgan, J.T. and D. Lewis. l96l. Nutrition of Pigs and Poultry. Butter Worths. London.
Mount. L.E. l979. Adaptation to Thermal Environment, Man and His Productive Animal. Edward Arnold Publishing, London. p. 333.
Murtidjo, B.A. l987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Stell, R.G.D. and J.H. Torrie. l989. Principle and Procedures of Statistics. 2nd. McGraw-Hill International Book Company, London.
United State Department of Agriculture. l977. Poultry Grading Manual. U.S. Goverment Printing Office Washington D.C.
Wahju, J. l978. Cara Pemberian dan Penyusunan Ransum Unggas. Cetakan ke Empat, Fakultas Peternakan IPB., Bogor.
Wathes, C.M. l98l. Insulation of Animal Houses. In : J.A. Clark, Ed. Environmental Aspect of Housing for Animal Production. University of Nottingham.
Winter, A.R., and E.M. Funk. l960. Poultry Science and Practices. Lippincott and Co. New York.
PEMBUATAN PAKAN BENTUK PELLET
Karakterisasi
Karakterisasi merupakantahap awal yang selalu digunakan dalam proses pengolahan. Karakterisasi yaitu pengumpulan dan evaluasi terhadap informasi yang dimiliki bahan meliputi:
1. sifat fisik, kimia dan biologis2. Fungsi bahan secara biologis dan social
3. Nilai ekonomi bahan (harga dan kompetisi)
4. Ketersediaan (produksi dan kelangkaan)
Seleksi
Seleksi adalah mempertimbangkan apa yang dimiliki dan apa yang dikehendaki. Seleksi ini dimulai dari informasi yang didapatkan dari karakterisasi merumuskan tujuan pengolahan bahan pakan, kemudian analisis dari bahan pakan dilihat dari segi positif dan negatif dari penggunaannya. Setelah dilkukakan seleksi maka akan dihasilkan bahan-bahan pilihan
Receiving
Pengadaan bahan pakan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan bahan pakan adalah:
o Bahan baku yang dibeli berkualitas bagus yang telah dilengkapi dengan hasil analisis laboratorium
o Daerah untuk penerimaan dan pembongkaran bahan baku harus bersih dan drainase yang baik
o Transportasi yang akan digunakan untuk mengangkut bahan baku harus diperiksa keadaan fisik dan kebersihannya. Kendaraan untuk mengangkut ternak tidak digunakan untuk mengangkut pakan.
Pengelolaan bahan pakan
Pengambilan sampel bahan pakan dilakukan pada saat awal, pertengahan dan di akhir pemuatan dan diambil pada 5 tempat pada kemasan material yaitu 4 sudut dan bagian tengah. Pengambilan sampel ini diambil dengan arah diagonal. Apabila bahan baku berupa cairan pengambilan sampel dapat dilakukan setelah bahan cair tersebut didiamkan 5 menit.
Semua sampel harus diletakkan pada peti yang besar kemudian dicampur dan sebanyak ¼ sampai dengan ½ kg diletakkan pada temapat tertentu untuk identifikasi. Identifikasi yang dilakukan adalah tanggal, nomor kendaraan, bahan baku, jumlah penerimaan, nama pemasok dan nama pengambil sample.
Semua sample dan produk harus dijaga dari kerusakan yang disebabkan oleh tikus, serangga, kelembaban dan jamur. Pencegahannya dapat ditempatkan di dalam freezer.
o Penyimpanan bahan pakan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan pakan adalah:
Tempat penyimpan pakan harus bersih dan kering Tipe penyimpan pakan harus mudah mengalirkan pakan dengan
sudut kemiringan kurang lebih 260
Tempat penyimpan pakan/bin harus sering dibersihkan. Hal ini untuk menghindari pencemaran pakan. Pakan yang menempel pada bagian yang tidak terjangkau akan tertinggal di dalam bin untuk beberapa saat lamanya dan kemungkinan akan keluar sedikit demi sedikit terbawa oleh aliran bahan pakan berikutnya
Material Processing
Berdasarkan sifat, fungsi dan tujuannya pengolahan bahan pakan terdiri atas:
Proses Fisik
Proses fisik yang dilakukan antara lain:
o Proses thermal
Proses thermal yaitu proses pengubahan secara fisik bahan pakan dengan suhu dan dilakukan dengan melihat sifat kimiawi dari bahan pakan tersebut. Tujuannya adalah untuk menghilangkan komponen antinutrisi, meningkatkan kecernaan dan meningkatkan palatabilitas. Proses thermal dapat dilakukan secara basah atau kering. Kerugian dari proses thermal adalah non-enzymatic browning reaction untuk bahan tertentu.
o Proses perubahan bentuk
Proses perubahan bentuk dilakukan untuk mengurangi reduksi ukuran bahan pakan sehingga lebih mudah dalam proses lanjutan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan homogenitas, densitas dan memperluas permukaan bahan pakan. Proses perubahan bentuk ini antara lain dengan cara grinding (penggilingan), rolling (penghancuran), cracking (pemecahan) atau dengan cutting (pemotongan). Proses reduksi ukuran bahan pakan ini tergantung dari sifat fisik bahan pakan itu sendiri.
o Perubahan densitas
Perubahan densitas yaitu proses pengubahan tingkat kepadatan dari bahan pakan yang nantinya akan lebih mempermudah dalam proses lanjutan produk intermediet maupun penggunaan produk
o Pewarnaan
Pewarnaan dilakukan untuk meningkatkan nilai kompetitif dari produk. Pewarna yang digunakan biasanya pewarna alami yang dibuat dari tumbuhan seperti carotene
dan cucurmin, juga yang paling banyak adalah pewarna sintetik baik yang berasal dari bahan organic maupun anorganik. Selain itu perlu diperhatikan efek samping dari penggunaan zat pewarna tersebut. Di satu sisi pewarna akan lebih memberikan nilai lebih dari segi tampilan produk namun bila ditinjau dari segi toksisitas, zat pewarna akn mempengaruhi nutrient yang ada dalam bahan pakan.
Proses Kimiawi
Fortifikasi : Penambahan/pengayaan suatu bahan atau zat tambahan
pada suatu produk untuk meningkatkan kualitas produk
tersebut
Coating : Pelapisan komponen nutrisi sehingga tidak terdegradsi
dalam proses digesti
Hidrolisis : Pemecahan struktur dengan zat kimia (asam dan alkali),
dimaksudkan memberikan kemudahan pada aspek digesti
Proses Biologis
Kultur/budidaya : Pemanfaatan/peningkatan nilai ekonomi dan social suatu bahan dengan proses biologis (Kultur sel, Protein Sel Tunggal)
Dekomposisi/ : Perubahan bentuk fisik/komposisi nutrisi bahan
Fermentasi dengan bantuan aktivitas MO
Proses Gabungan
Proses ini merupakan gabungan diantara ketiga proses diatas, baik fisik-biologis, fisika-kimiawi atau biologi-kimiawi.
Mixing
Sebelum memasuki tahap mixing, bahan pakan yang digunakan harus melalui proses grinding. Proses grinding ada dua macam yaitu:
Pregrind
Pada sistem pregrind, semua bahan baku kasar yang harus dihaluskan akan masing-masing menjalani proses grinding untuk kemudian ke tahap mixing. Kelemahan dari pregrind yaitu kurangnya homogenitas bahan pakan yang dicampur.
Postgrind
Pada sistem postgrind, hasil mixing akan disalurkan ke hammer mill untuk proses grinding yang kedua kalinya. Dengan cara ini akan diperoleh hasil pakan yang sangat halus dan kualitas pellet yang jauh lebih baik. Sistem post grinding cocok untuk feed mill dimana persentase pakan butiran sangat dominant.
Proses mixing
Pada proses mixing yang perlu diperhatikan adalah:
1. Proporsi bahan dan penimbangan
Proporsi bahan harus sesuai dengan imbangan nutrient yang terkandung dalam pakan. Penimbangan bahan-bahan harus dilakukan dengan timbangan yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi terutama untuk bahan-bahan dengan jumlah kecil seperti vitamin, mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal, pemacu pertumbuhan, dll.
2. Alat
Mixer vertical
Digunakan untuk menggiling bahan pakan yang kasar. Mixer tipe ini mencampur bahan pakan dengan arah kebawah dan keatas.
Mixer horizontal
Digunakan untuk menggiling bahan pakan yang cair dan halus. Mixer tipe ini mencampur bahan pakan dengan arah samping.
Mixer tabung
Digunakan untuk menggiling campuran bahan pakan kasar, halus dan cair. Mixer ini mencampur bahan dengan arah rotasi
Yang perlu diperhatikan dalam tahap mixing adalah untuk bahan-bahan yang penggunaannya dalam jumlah yang kecil ditambahkan pada bagian terakhir dari mixing.
Proses Pembuatan Pelet
Proses pengolahan pellet terdiri dari 3 tahap yaitu:
Pengolahan Pendahuluan
Ditujukan untuk pemecahan dan pemisahan bahan-bahan pencemar atau kotoran dari bahan yang akan digunakan.
Pembuatan pellet terdiri atas proses pencetakan, pendinginan dan pengeringan. Perlakuan akhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan pergudangan
Pada proses pembuatan pellet terdapat proses kondisioning dimana campuran bahan pakan dipanaskan dengan air dengantujuan untuk gelatinisasi. Tujuan gelatinisasi yaitu agar terjadi pencetakan antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan pellet kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus. Gelatinisasi merupakan rangkaian proses yang dimulai dari imbibisi air, pembengkakan granula sampai granula
pecah. Pecahnya granula pati disebabkan karena pemanasan melebihi batas pengembangan granula.
Penguapan dalam proses pembuatan pakan berbentuk pellet bertujuan :
1. Pakan menjadi steril, terbebas dari kuman atau bibit penyakit.2. Menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai perekat.
3. Pakan menjadi lunak, sehingga apabila diberikan pada ternak ayam maka akan lebih mudah mencernanya.
4. Menciptakan aroma pakan yang lebih merangsang nafsu makan ayam.
Penguapan dilakukan dengan bantuan steam boiler yang uapnya diarahkan ke dalam campuran pakan. Apabila pencampuran dilakuakan dengan mixer jenis beton molen, proses penguapan dilakukan sambil mengaduk campuran pakan tersebut. Penguapan tidak boleh dilakukan diatas suhu yang diizinkan, yaitu sekitar 800C. Penguapan dengan suhu terlalu tinggi dalam waktu yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa nutrisi dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino. Beberapa mesin cetak pellet berkapasitas sedang dan besar mempunyai fasilitas penguapan ini. Jadi, penguapan atau steaming tidak dilakukan pada saat pencampuran, tetapi pada saat pencetakan.
Pencetakan
Setelah semua bahan baku tercampur secara homogen, langkah selanjutnya adalah mencetak campuran tadi menjadi bentuk pellet. Banyak jenis mesin yang dapat digunakan, mulai mesin sederhana hingga mesin yang biasa digunakan pada industri pakan. Mesin pencetakan sederhana bisa merupakan hasil modifikasi gillingan daging yang diberi penggerak berupa motor listrik atau motor bakar.
Perbedaan mendasar antara mesin pencetak pellet sederhana dan mesin pencetak pellet yang digunakan di industri pakan terletak pada sistem kerja mesin tersebut. Sistem kerja mesin cetak sederhana adalah dengan mendorong bahan pakan campuran didalam sebuah tabung besi atau baja dengan menggunakan ulir (screw) menuju cetakan (die) berupa pelat berbentuk lingkaran dengan lubang-lubang berdiameter 2-3 mm, sehingga pakan akan keluar dari cetakan tersebut dalam bentuk pellet.
Kelemahan sistem ini adalah diperlukan tambahan air sebanyak 10-20% kedalam campuran pakan, sehingga diperlukan pengeringan setelah pencetakan tersebut. Penambahan air dimaksudkan untuk membuat campuran atau adonan pakan menjadi lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa menambahkan air ke dalam campuran, mesin akan macet. Disamping itu, pellet yang keluar dari mesin pencetak biasanya kurang padat.
Pengeringan
Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air di dalam pakan menjadi kurang dari 14%. Proses pengeringan perlu dilakukan apabila pencetakan dilakukan dengan mesin sederhana. Jika pencetakan dilakukan dengan mesin pellet sistem kering, cukup dikering-anginkan sajahingga uap panasnya hilang, sehingga pellet menjadi kering dan tidak mudah berubah kembali ke bentuk tepung.
Proses pengeringan bisa dilakukan dengan penjemuran dibawah terik matahari atau menggunakan mesin. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Penjemuran secara alami tentu sangat tergantung kepada cuaca, higienitas atau kebersihan pakan harus dijaga dengan baik, jangan sampai tercemar debu, kotoran dan gangguan hewan atau
unggas yang dikhawatirkan akan membawa bibit penyakit. Mesin pengering yang umum digunakan sangat beragam, diantaranya oven pengering.
Dalam oven pengering, pellet basah disimpan dalam baki dan oven dipanaskan dengan bantuan kompor minyak tanah, batu bara atau bahan bakar lainnya. Penyimpanan pellet dalam baki tidak boleh terlalu tebal, supaya dihasilkan pengeringan yang merata dan harus sering dibalik supaya tidak gosong. Yang perlu diperhatikan apabila menggunakan alat pengering adalah suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 800 C. Pemanasan dengan suhu yang terlalu tinggi akan merusak kandungan nutrisi pakan, serta membuat pakan menjadi terlalu keras.
Packaging
o Pengemasan
Fungsi pengemasan adalah melindungi pakan jadi dari cahaya dan embun serta zat pancemar lingkungan lain. Tujuan pengemasan yaitu:
Mencegah kerusakan Memudahkan dalam penanganan
Menghindari kontaminasi
Nilai estetika
Yang perlu diperhatikan dalam pengemasan yaitu:
Bahan pengemas harus memperhatikan sifat fisika, kimia dan biologi bahan yang akan dikemas
Derivat polistiren dan polietilen lebih banyak digunakan sebagai bahan pengemas karena tidak mudah dicerna mikroorganisme, kuat dan ringan
Daya tahan suhu bahan pengemas
Tidak mengandung logam beracun
o Labelling
Pemberian label pada kemasan perlu dilakukan untuk memberitahukan petani mengenai identitas pabrik dan jenis pakan. Label juga menjelaskan isi dari kantong kemasan. Jika pakan dibubuhi obat, peringatan harus jelas tercantum bersama dengan aturan pakai untuk jenis ternak yang menjadi komoditas dari pakan tersebut.
Warehousing (Pergudangan)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dalam gudang yaitu:
1. Kadar air tidak lebih dari 14%2. Pakan harus dikemas dengan menggunakan karung plastic supaya tidak terjadi
kontak langsung dengan udara
3. Pakan disimpan dalam ruangan yang sejuk, kering, tidak lembap, sirkulasi udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung
4. Tumpukan karung pakan sebaiknya tidak terlalu tinggi dan harus diberikan alas berupa platform dari kayu atau papan dengan ketinggian 10-15 cm dari lantai
5. Penerapan manajemen pergudangan, pakan yang akan digunakan adalah yang masuk ke gudang lebih awal (fifo-first in first out)
Menjaga kualitas Pelet
Menjaga kualitas pellet dapat kita lakukan dari beberapa segi yaitu:
o Bahan Baku
Untuk membuat pakan yang bermutu diperlukan bahan baku yang berkualitas baik. Contohnya jagung kuning, kadar airnya tidak boleh berlebih karena jagung seperti ini kandungan nutrisinya akan menyimpang jauh dari nilai standar. Di samping itu, proses penggilingan menjadi bentuk tepung akan sulit dilakukan. Jagung yang terlalu lama disimpan tanpa ada upaya pengawetan tidak boleh digunakan karena kandungan nutrisinya akan menurun atau bahkan akan menghilang selama penyimpanan tersebut. Begitu juga bahan baku lainnya, seperti bungkil kelapa. Untuk bahan ini, jangan gunakan bahan yang telah tengik karena nutrisinya telah rusak. Apalagi menggunakan bahan baku yang telah berjamur, sangat tidak dianjurkan. Bahan demikian akan menimbulkan racun yang membahayakan ternak. Apabila penyimpanan bahan baku tidak sempurna, dapat dipastikan pakan yang dihasilakan akan berkualitas jelek. Karena itu, penyiapan bahan baku merupakan awal dari keberhasilan pembuatan pakan.
o Formula pakan yang baik
Formula yang dibuat harus seimbang dengan kebutuhan nutrien yang diperlukan tidak berlebih atau kurang. Perlu dicermati apabila terjadi kesalahan pada penyusunan formula maka akan dapat mempengaruhi kualitas pellet dan itu juga akan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh ternak yang mengkonsumsinya.
o Proses Pembuatan pellet
Yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan pellet adalah pada saat proses conditioning. Efek samping yang ditimbulkan oleh proses conditioning yaitu menguapnya asam lemak rantai pendek, denaturasi protein, kerusakan vitamin dan terjadinya reaksi “Maillard” yaitu polimerisasi gula pereduksi dengan asam amino primer membentuk senyawa melanoidin berwarna coklat, prose ini terjadi karena adanya pemanasan. Warna coklat ini akan menurunkan kualitas pellet dari segi penampakan warna pellet. Antisipasi untuk mengatasi hal ini adalah:
1. Kualitas uap yang dihasilkan oleh steam boiler
Uap yang dihasilkan harus kering dan tidak mengandung uap air ketika masuk pada conditioner. Untuk pakan ruminansia dan pakan yang berserat tekanan uapnya berkisar 4 Bar dan 1 sampai 2 Bar untuk jenis pakan yang mengandung pati.
2. Percepatan uap air yang masuk dalam conditioner3. Penempatan pipa uap airyang masuk ke dalam conditioner
4. volume bahan pakan yang ada dalam conditioner
Proses pembuatan pellet yang sempurna akan menghasilkan pellet dengan kualitas yang baik.
Bentuk fisik pellet yang baik:
1. Hardness (tingkat kekerasan )
Pellet yang baik mempunyai tingkat kekerasan yang sedang. Pellet tidak boleh terlampau keras atau terlalu lunak.
2. Durabilitas
Durabilitas yaitu kemampuan dari pellet untuk mempertahankan bentuknya dari penanganan atau pada saat pengiriman. Pellet yang baik tidak mudah pecah, tidak retak-retak dan tidak berdebu.
3. Appearance (penampilan)
Pellet yang baik mempunyai ukuran yang agak panjang dan seragam, bentuk rupanya baik dan kompak serta tidak ditumbuhi oleh jamur.
o Proses penyimpanan pellet
Pellet yang telah dikemas dijaga supaya tidak terjadi kerusakan selama penyimpanan. Untuk itu, Perlu memperhatikan hal-hal berikut:
o Kadar air tidak lebih dari 14%o Pakan harus dikemas dengan menggunakan karung plastic supaya tidak
terjadi kontak langsung dengan udara
o Pakan disimpan dalam ruangan yang sejuk, kering, tidak lembap, sirkulasi udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung
o Tumpukan karung pakan sebaiknya tidak terlalu tinggi dan harus diberikan alas berupa platform dari kayu atau papan dengan ketinggian 10-15 cm dari lantai
o Penerapan manajemen pergudangan, pakan yang akan digunakan adalah yang masuk ke gudang lebih awal (fifo-first in first out)
Dengan melihat hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pellet yang baik dimulai dari langkah awal pembuatan pellet yaitu pengadaan bahan baku hingga langkah akhir yaitu penyimpanan. Dengan menjaga kualitas pada setiap step pembuatan pellet.
Daftar Pustaka
Pujoningsih, R. I. 2004. Teknologi Pengolahan Konsentrat. Fapet UNDIP
*Yuni Primandini, S.Pt (dari beberapa sumber)
1. Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro Semarang tahun 2007
2. Alumnus Program Studi S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro Semarang tahun 2006
Mesin ini berfungsi untuk mengepress/memadatkan campuran berbagai bahan untuk pembuatan pellet ikan, ternak, maupun biomas (bahan bakar kompor)Diameter ukuran cetakan dari 2,4,6,8,10,12Setiap mesin hanya dilengkapi satu cetakan 6mm, ukuran cetakan lain dijual terpisah
Paket Mesin Pembuat Pelet Pakan Ternak
Kami memproduksi paket mesin pengolahan pelet pakan ternak. Mesin pembuat pelet pakan ternak terdiri dari :
1. Mesin Hummer Mill (Penepung) Bahan Pelet
Kapasitas 50-100 kg / jam
Spesifikasi mesin hummer mill
Dimensi : 120x100x61 cm Kapasitas 50-100 kg / jam Penggerak : diesel 8 PK Bhaan dasar : Plat St
Kapasitas mesin hummer mill lebih besar, klik disini
2. Mesin Mixer (Pengaduk Bahan Pakan Ternak)
Kapasitas 100 kg / proses
Dimensi : 1250x650x1200 mm Kapasitas 100 kg / proses Penggerak : diesel 8 PK Bahan dasar : Plat St
Kapasitas mixer pelet lebih besar, klik disini
3. Mesin Pencetak Pelet
Produk Lokal Indonesia
Spesifikasi mesin pelet ternak
Dimensi : 900x800x1250 mm Kapasitas 300 kg / jam Penggerak : diesel 20 HP
Mesin pencetak pelet import, klik disini
4. Mesin Pengering Pelet 100 kg
Dimensi : 70x50x160 cm Frame : Pipa besi kotak 2,5 x 2,5 cm Dinding : Stainless Steel dan Alumunium Pemanas : burner LPG Temperatur : Terkontrol Distribusi panas : blower Jumlah rak : (menyesuaikan)
top related