korosi mikrobiologi tri prastyo.docx
Post on 23-Oct-2015
74 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Korosi Mikrobiologi (Biokorosi)
Abstrak
Dewasa ini banyak terjadi korosi pada benda logam yang digunakan dalam
pembuatan alat-alat rumah tangga seperti pagar besi, pisau, dan lainnya. Korosi
tersebut salah satunya disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur, alga dan
bakteri. Dalam penyusunan artikel ini menjelaskan apa itu korosi
mikroorganisme atau korosi mikrobiologi, jenis mikroorganisme penyebab
terjadinya korosi ini , mekanisme korosi ini terjadi dan hal-hal lainnya yang
bersangkutan dengan terjadinya korosi mikrobiologi.
Kata kunci: korosi, mikroorganisme, mekanisme, penyebab.
A. Pendahuluan
Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas
korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi
hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. Bagaimanapun korosi
yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi
pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970-an. Ketika
pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless
steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan
sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi
jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit
industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas
pulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut
dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem
industri. Dari fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan memecahkan
masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi bahaya korosi
tersebut.
B. Korosi Mikroorganisme
Baja banyak digunakan untuk membuat paku, kawat las, ram kawat, beton
bertulang, penyangga tangki-tangki, rak, pagar , pipa-pipa minyak, tangki-tangki
air, pipa-pipa gas dan tangki gas. Baja seperti halnya besi bila berada dalam
lingkungan yang korosif maka akan larut atau mengalami korosi.
1
Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di lingkungan
secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya
dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba
terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan
nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya.
Gambar 1. Korosi mikrobiologi
Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur,
alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di
lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme
umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada
permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis
atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2-4 jam pencelupan sehingga
membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di
permukaan. Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter
beberapa centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan
sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit
mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film
atau logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte. Mikroorganisme
dikategorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :
1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen.
2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.
3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.
4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen
2
C. Penyebab Korosi Mikroorganisme
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari
bakteri. Jenis- jenis bakteri yang berkembang yaitu :
1. Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas
oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi
termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal
untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri
ini tumbuh pada daerah- daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung
pada lingkungannya. Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat
dari meningkatnya kadar H2S atau Besi sulfida. Tidak adanya sulfat, beberapa
turunan dapat berfungsi sebagai fermenter menggunakan campuran organik
seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri
jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.
2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari
oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur
menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. Bakteri Thiobaccilus umumnya
ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.
3. Bakteri besi mangan oksida
Bakteri memperoleh energi dari oksidasi Fe2+ atau Fe3+ dimana deposit
berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di
Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan
baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang
panjang.
Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa
variabel-variabel yaitu :
Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi
tergantung karakteristik mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum
untuk tumbuh yang berlainan.
3
Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan mudah terganggu
sedangkan kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan lebih tipis dan
padat.
pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolisme
mikroorganisme.
Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O2 untuk tumbuh, namun
pada Organisme fakultatif jika O2 berkurang maka dengan cepat bakteri ini
mengubah metabolismenya menjadi bakteri anaerob.
Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini
menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.
Pengendalian korosi biasanya merupakan serangkaian pekerjaan yang terpadu,
antara lain:
1. Perancangan geometris alat atau benda kerja.
2. Pemilihan bahan yang sesuai dengan lingkungan.
3. Pelapisan dengan bahan lain lain untuk mengisolasi bahan dari
lingkungan, atau coating.
4. Pemberian bahan kimia pada media mengalir yang dapat menghambat
korosi, atau Inhibisi.
5. Proteksi katodik yaitu memasok arus negatif ke badan benda kerja agar
terhindar dari reaksi oksidasi oleh lingkungan.
6. Inspeksi rutin terhadap kinerja semua upaya proteksi yang dilakukan
7. Pemeliharaan kebersihan.
D. Mekanisme korosi
Mekanisme korosi oleh bakteri dapat dikelompokkan dalam proses-proses
berikut :
1. Memproduksi sel aerasi diferensial.
2. Memproduksi metabolit korosif.
Interferensi terhadap proses katodik dalam kondisi bebas oksigen.
Mekanisme korosi oleh SRB dikemukakan oleh banyak ahli antara lain oleh Kuhr
dan Vlugt. Kuhr dan Vlught menyebutkan bahwa korosi oleh SRB dalam
lingkungan anaerob dan netral, reaksi katodiknya tidak mungkin berupa reduksi
4
O2 ataupun reduksi H+. Namun serangan korosi yang terjadi bisa sangat parah,
berarti ada reaksi katodik lain yang berlangsung, yang melibatkan SRB. Kuhr dan
Vlught menyatakan bahwa SRB menggunakan hidrogen katodik untuk reduksi
dissimilasi sulfat menurut reaksi sebagai berikut :
Reaksi anodik : 4 Fe 4 Fe2+ + 8 e-
Dissosiasi air : 8 H2O 8 H+ + 8 OH-
Reaksi katodik: 8 H+ + 8 e- 8 Ho
Depolarisasi Katodik oleh Bakteri Pereduksi Sulfat :
SO42- + 8 Ho S2- + 4 H2O
Produk Korosi :
Fe2+ + S2- FeS dan 3 Fe2+ + 6 OH- 3 Fe(OH)2
Reaksi Keseluruhan :
4 Fe + SO42- + 4 H2O 3 Fe(OH)2 + FeS + 2 OH-
Salah satu species pendukung korosivitas SRB adalah bakteri besi
berfilamen. Organisme ini mengoksidasi besi yang terlarut di dalam larutan
menjadi ferric hydrate yang tak larut yang membentuk sarung yang menutupi sel-
sel dan memproduksi semacam batang yang berbentuk filamen.
Beberapa bakteri lain yang dapat menimbulkan korosi adalah:
Nama Bakteri Jenis Korosi
Plavobacterium
Bakteri pembentuk lendir penyebab sel karat konsentrasi oksigen
Mucoids
Aerobactery
Pseudomanas
B. Subtilis
B. Cereus
Desulfovibrioclosfridia Bakteri penyebab karat
Gallionellacrenotbrix Bakteri pendeposisi bakteri
Chrocoocus
Alga (lumut)Oscilatoria
Chlorococus
PeniciliumJamur (Fungi)
Aspergilus
5
Hampir di semua tempat dan dalam berbagai kondisi dapat terjadi korosi
karena mikrobia. Mikroba yang paling berperan dalam proses korosi adalah
bakteri pengubah sulfat. Produk korosinya adalah sulfida yang berwarna hitam.
Bakteri penyebabnya adalah Desulfovibrio desulforicans yang mempunyai enzim
hidrogenase yang dapat melakukan depolarisasi pada daerah yang ada
mikrobanya. Jenis lain yang dapat membentuk enzim hidrogenase adalah bakteri-
bakteri pembentuk metan, asam cuka, pereduksi asam nitrat dan perhidrol. Selain
bakteri-bakteri tersebut ada bakteri yang penting pada terjadinya korosi yaitu
bakteri-bakteri pembentuk oksida-oksida logam seperti bakteri pengoksidasi
belerang, besi dan mangan. Selain dua kelompok bakteri diatas masih ada
mikrobia yang menghasilkan produk-produk metabolisme yang dapat
menyebabkan terjadinya korosi, misal Fungi yang sebagian besar menghasilkan
asam yang menyebabkan korosi pada tembaga dalam lingkungan ada air. Ada
bakteri yang tidak menyebabkan korosi tetapi menghasilkan O2 yang pada
akhirnya juga dapat menjadi penyebab terjadinya korosi karena akan terbentuk sel
konsentrasi oksigen. Konstruksi baja yang ditempatkan di laut sebagai tiang
pancang terjadi korosi yang disebabkan adanya mikrobia yang dapat membentuk
sel konsentrasi oksigen. Kombinasi adanya mikrobia yang mempunyai enzim
hidogenase dengan mikrobia penghasil oksigen akan lebih berbahaya, karena
keduanya akan saling mempengaruhi (sinergis) dan lebih tahan terhadap
desinfektan dan juga lebih tahan terhadap lingkungannya.
Korosi yang terbesar yang disebabkan oleh bakteri yaitu korosi yang
disebabkan oleh bakteri pereduksi sulfat. Bakteri ini hidup secara anaerobik dan
sangat membutuhkan senyawa sulfat yang akan direduksi menjadi sulfida.
Walaupun dalam kondisi yang kurang cocok bakteri ini masih mampu menyerang
baja, genus Desulfovibrio dan subgenusnya Vibrio, sangat berperan dalam proses
terjadinya korosi dan Desulfovibrio desulforicans merupakan salah satu jenis yang
sangat berperan dalam proses korosi. Bakteri ini termasuk gram negatif, dapat
membentuk spora. Clostridium nigrificans merupakan bakteri pereduksi sulfat
yang bukan vibrio, bersifat gram negatif, termofil dan membentuk spora.
Desulfovibrio adalah bakteri yang hidup anaerob, untuk tumbuhnya memerlukan
6
kelembaban, untuk makanannya diperlukan garam sulfat dan fosfat, dan bersifat
fakultatif ototrof, sehingga untuk hidupnya tidak selalu memerlukan zat organik,
tapi cukup ada gas CO2 yang dijadikan sebagai sumber karbon,tetapi jika ada zat
organik dapat tumbuh lebih baik dan tingkat korosifitasnya meningkat.
Desulfovibrio dapat hidup dilingkungan yang aerob bekerjasama dengan bakteri
yang aerob dan dapat menimbulkan korosi sumur. Bakteri ini optimal dapat
berperan dalam proses korosi pada pH 7, tetapi pada pH tinggi masih aktif
menyebabkan korosi. Desulfomonas pigra merupakan bakteri gram negatif,
bentuk batang, tidak membentuk endospora, dapat menghidrolisis gelatin,
memfermentasi laktosa dan sukrosa dan menghasilkan asam dan gas, dapat
mereduksi nitrat, sulfat, dapat mengoksidasi laktat dan asetat, tidak dapat
mengoksidasi propionat.
Mekanisme terjadinya korosi oleh adanya bakteri pertama kali di tulis oleh
Kurhdan Vlugt. Ada 4 (empat) hipotesa mengenai mekanisme korosi oleh bakteri:
1. Mikroba dapat mengeluarkan inhibitor mineral dari media fosfat dan
nitrat. Fosfat dan Nitrat mempunyai sifat inhibitor pada aluminium tapi
digunakan dalam metabolisme bakteri. Media yang tertinggal jadi korosi,
juga dengan adanya sumber protein dapat menetralkan pengaruh dari
inhibitor. Sebenarnya konsentrasi nitrat 12mMol sudah efektif untuk
inhibitor, tetapi dilingkungan 0,2 – 0,8 mMol Nitrat sudah dapat menjadi
inhibitor. Dengan adanya bakteri maka jumlah konsentrasi ini jadi tidak
berfungsi.
2. Mikrobia dapat merubah hidrokarbonn menjadi produk yang cukup korosif
dan walaupun telah diuraikan masih tetap dapat menyerang alumunium.
3. Akibat hidupnya mikrobia dapat menimbulkan sel konsentrasi oksigen
hingga akan timbul elemen galvanik, dimana akan menimbulkan korosi
sumur. Dalam sumur tadi di dapat bakteri Desulfovibrio desulfuricans dan
akan menghasilkan senyawa sulfida. Tipe korosi ini analog dengan dengan
korosi besi sampai terbentuk besi sulfida.
4. Mikrobia akan mengambil sumber elektron dari logam. Untuk hidupnya
mikroorganisme melakukan metabolisme secara langsung atau secara tidak
langsung dengan logam sehingga reaksi akan menimbulkan korosi. Atau
7
dapat pula hasil reaksinya membuat lingkungan yang korosif. Contoh
mikroba reduktor sulfat anaerobik adalah Desulfovibrio desulforicans.
Korosi oleh mikrobia biasanya terjadi pada pipa logam dalam tanah yang
dibungkus oleh kain aspal yang terbuka dan jadi koloni tempat bakteri pereduksi
sulfat. Bentuk korosinyapun sering seperti bekas lilitan kain pada pipa. Ada juga
mikroba pengoksidasi belerang hingga dapat membentuk SO2 yang dapat
menimbulkan SO3 dan H2SO4 yang dapat menimbulkan korosi yang berat pada
logam dalam lingkungan yang aerob.
Salah satu mikroba yang turut berperan dalam proses korosi mikrobiologis
adalah bakteri pereduksi sulfat (SRB) yang hidup secara anaerob dan dapat
tumbuh pada kisaran pH 2 sampai pH 9, tetapi optimalnya pada pH 7. Bakteri ini
ditemukan hampir pada semua tanah, dan air, terutama yang banyak mengandung
bahan organik. Dalam suasana anaerob, asam sulfat akan direduksi oleh bakteri
pereduksi sulfat menghasilkan gas H2S dan H2O. H2S yang dihasilkan akan
bereaksi dengan besi membentuk FeS, Fe(OH)2.
Mikrobia yang lain yang berperan dalam korosi adalah bakteri yang hidup
secara aerob, yang telah diketahui dengan baik dan merupakan suatu kenyataan,
misalnya aktivitas Thiobacillus yang dapat menghasilkan suatu lingkungan asam
yang korosif. Dalam kondisi yang aerob bakteri ini akan mengoksidasi sulfur atau
senyawa sulfur menjadi asam sulfat yang mempercepat korosi. Bakteri
memperoleh energi dari oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang terlihat pada endapan.
Mereka sebagian terlihat dalam pipa (khas seperti gundukan 1/2 lingkaran) di atas
lubang pada permukaan baja. Beberapa termasuk pengoksidasi besi mereka
terdapat di lam sebagai lapisan protein yang panjang atau bentuk filamen. Filamen
yang panjang.
Desulfovibrio desulforicans adalah salah satu jenis bakteri pereduksi sulfat
yang sangat berperan dalam proses korosi. Bakteri ini termasuk gram negatif,
fakultatif anaerob yang hidupnya tidak tergantung tersedianya zat organik, tapi
cukup gas CO2 yang dijadikan sebagai sumber karbon, tetapi jika ada zat organik
peran bakteri ini dalam proses korosi meningkat.
Clostridium nigrificans, bersifat gram negatif dan thermofil, juga berperan
sebagai bakteri pereduksi sulfat. Desulfomonas pigra adalah salah satu jenis
8
bakteri pereduksi yang telah berhasil di isolasi dari kawasan PLTP Kamojang
Jawa Barat dan sangat korosif terhadap.
Menurut Dexter bakteri pereduksi sulfat yang sangat berperan dalam
proses korosi pada besi dan baja yaitu dari genus Desulfovibrio,
Desulfotomaculum dan Desulfomonas, yang semuanya hidup secara anaerob.
Peranan bakteri pereduksi sulfat adalah sebagai aseptor yang akan menghasilkan
H2S secara anaerob. Bakteri pereduksi sulfat diduga kuat dalam proses korosi
logam termasuk baja. Bakteri ini ditemukan hampir pada semua tanah dan air,
terutama yang banyak mengandung bahan organik. Dalam suasana anaerob, asam
sulfat (H2SO4) akan direduksi oleh bakteri pereduksi sulfat menghasilkan gas H2S
dan H2O.
H2SO4 H2S + 4H2O
H2S yang dihasilkan akan bereaksi dengan besi di anoda:
H2S + Fe+2 FeS + 2H+
Sewaktu membentuk FeS, juga dibentuk Fe(OH)2 sebagai hasil korosi, pada reaksi
antara besi dengan ion hidroksil bebas.
3 Fe2+ + 6(OH)- 3Fe(OH)2
Hasil akhir berupa:
4Fe +H2SO4 + 2H2O FeS + 3Fe(OH)2
Jika di lingkungan tidak tersedia sulfida tetapi material lain misal karbon dioksida,
maka akan terbentuk besi karbonat.
FeS + H2CO3 FeCO3 + H2S
Reaksi ini didahului oleh reaksi antara CO2 dan air membentuk asam karbonat.
Hidrogen sulfida yang terbentuk oleh mikrobia pada penguraian secara anaerob,
oleh mikrobia lain disintesa menjadi bagian bahan organik atau berubah menjadi
senyawa sulfida logam di alam.
Mikroba inhibisi korosi, inhibisi korosi adalah perlambatan reaksi korosi
dan biasanya dilakukan oleh zat (inhibitor korosi) yang, ketika ditambahkan
dalam jumlah kecil ke lingkungan tertentu, menurunkan tingkat serangan oleh
lingkungan pada logam. Mikroorganisme dapat mengubah secara drastis kondisi
elektrokimia antarmuka logam. Perubahan ini dapat berkisar dari induksi atau
percepatan korosi untuk inhibisi korosi. Efek mikroba yang dapat meningkatkan
9
korosi meliputi stimulasi reaksi anodik oleh metabolit asam atau reaksi katodik
dengan produksi mikroba dari reaktan katodik alternatif baru (misalnya H2S),
dengan rincian mikroba film pelindung, dan peningkatan konduktivitas cair
lingkungan. Namun, efek mikroba menyebabkan inhibisi korosi telah hampir
tidak disebutkan dalam literatur.
Mikroorganisme dapat berkontribusi terhadap inhibisi korosi dengan
mekanisme yang berbeda: menetralkan tindakan zat korosif hadir di lingkungan
membentuk film pelindung atau stabilisasi film pelindung yang sudah ada pada
logam, dan mendorong penurunan dalam medium korosif.
Umum fitur kunci dari inhibisi korosi mikroba dapat diringkas sebagai
berikut: MIC dan Kontra-proses, inhibisi korosi mikroba, jarang terkait dengan
mekanisme tunggal dari satu spesies mikroorganisme. Entah korosif atau tindakan
penghambatan bakteri berkembang pada logam biofilmed permukaan di mana
kompleks biofilm / film pelindung terjadi. Mekanisme utama dari inhibisi korosi
bakteri selalu dikaitkan dengan modifikasi ditandai dari kondisi lingkungan pada
antarmuka logam-solusi akibat aktivitas biologis.
E. Penanggulangan Korosi
Mikroba inhibisi korosi sering dilakukan melalui:
Penurunan tingkat katodik oleh konsumsi mikroba dari reaktan katodik
(konsumsi oksigen misalnya dengan kegiatan pernafasan)
Mengurangi agresivitas menengah di daerah terbatas dari antarmuka
larutan logam (misalnya dengan menetralkan keasaman), dan
Menyediakan atau menstabilkan film pelindung pada logam (exopolymers
biofilm misalnya dengan kapasitas logam-pengikat). Dalam situasi praktis,
aksi hambat bakteri dapat dikembalikan ke tindakan korosif dalam
konsorsium bakteri terstruktur dalam ketebalan biofilm. Akhirnya,
pemahaman yang tepat tentang identitas dan peran kontaminan mikroba di
lingkungan spesifik dari permukaan metal dapat dimanfaatkan untuk
menginduksi inhibisi korosi oleh bakteri sebagai alat yang berguna untuk
mencegah efek MIC sering dijumpai dalam praktek.
10
Gambar 2. Korosi MIC
Kuningan sering digunakan sebagai bahan konstruksi peralatan untuk
menangani air laut. Korosi kuningan oleh air laut yang mengandung SRB dapat
mengganggu operasi pabrik dan menimbulkan kerugian yang besar. Oleh karena
itu, harus dilakukan pengendalian korosi mikrobiologis pada kuningan. Salah satu
metode pengendalian korosi oleh mikroorganisme adalah dengan menggunakan
inhibitor. Dalam penelitian ini, inhibitor yang digunakan adalah Glutaraldehid,
Na-Benzoat dan Kalium Vanadat yang diketahui mampu menghambat
metabolisme bakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari
ketiga inhibitor untuk menghambat korosi mikrobiologis kuningan dalam air laut.
F. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah:
1. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.
2. Pada peristiwa korosi ini logam akan mengalami suatu reaksi oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami suatu reaksi reduksi.
3. Mikroorganisme dikategorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu jenis
anaerob, jenis Aerob, jenis anaerob fakultatif, Mikroaerofil.
4. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Korosi Mikrobiologi adalah
Temperatur, Kecepatan alir, pH, Kadar Oksigen, dan Kebersihan.
5. Mekanisme korosi oleh bakteri dapat dikelompokkan dalam proses-proses
berikut yaitu Memproduksi sel aerasi diferensial, Memproduksi metabolit
korosif.
11
6. Biocides adalah formulasi dari satu atau lebih substansi aktif yang dapat
membunuh atau mengendalikan virus, bakteri, ganggang, jamur atau ragi.
7. Tempat – tempat yang Dapat Terserang Korosi Mikrobiologi adalah
Industri proses – kimia, Pembagkit nuklir, Industri minyak dan gas
onshore dan offshore, Industri dengan jalur pipa bawah tanah, Industri
water treatment, Industri aviasi, dan Industri pemeliharaan jalan raya.
G. Saran
Adapun saran untuk mengatasi permasalahan diatas adalah:
1. Sebaiknya logam dilapisi cat, pelumas, minyak agar lebih tahan terhadap
korosi.
2. Menjaga kelembaban udara sekitar benda atau logam.
3. Menghindarkan kontak langsung antara logam dengan air.
Daftar Pustaka
D. Suhartanti, 2006, Laju Korosi Baja oleh Desulfomicrobium Baculatum dan
12
Desulfomonas Pigra, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
G. Priyotomo, Teguh, 2007, Degradasi Fungsi Sistem Industri Akibat Korosi
Mikrobiologi, Puslit Metalurgi LIPI.
J. Starosvetsky et al, 2007, Identification of microbiologically influenced
corrosion (MIC) in industrial equipment failures, Elsevier Journal.
Jones, Denny A, 1996, Principles and Prevention of Corrosion, Prentice Hall
Pradipta, dani. 2011. Diunduh pada tanggal 22 desember 2013 dari http://avtr
eng-d-24.blogspot.com/2011/12/korosi-mikrobiologi.html
http://mechanicalengboy.wordpress.com/2012/12/23/pengenalan-korosi-dan-
penyebab-penyebab-korosi-part-1/
13
top related