konsep dasar perwakilan politik

Post on 02-Aug-2015

643 Views

Category:

Documents

12 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Konsep Dasar Perwakilan Politik

Pengampu : Akhmad Satori, S.IP., M.Si

Pendahuluan

• Perwakilan politik sebagai sebuah praktektelah lama berlangsung dalam kehidupanbernegara jauh sebelum teori-teori perwakilanitu lahir, perwakilan politik telah lahir dan diitu lahir, perwakilan politik telah lahir dan dilaksanakan oleh beberapa negara dan bangsasejak zaman dahulu mulai dari zaman Yunanikuno, Romawi dan juga pada Zaman Islamketika Nabi Muhammad

1. Direct Demcracy (PerwakilanLangsung)

2. Indirect Democracy2. Indirect Democracy(Perwakilan Tidak Langsung)

Direct Demcracy (PerwakilanLangsung)

• Konsep perwakilan yang ada pada saat ituadalah baik zaman yunani kuno dan padazaman rasulullah masih dilaksanakan dengandemokrasi langsung (perwakilan langsung),demokrasi langsung (perwakilan langsung),dimana wakil dipilih secara lansung padazaman yunani kuno dan pada zaman islamdipilih berdasarkan musyawarah siapadiantara mereka yang paling layak dalammewakili dari para kaumnya.

• Fungsi perwakilan pun pada saat dulu masihterbatas mengingat kekuasaan raja yang besardan belum kompleknya permasalahan negaraseperti saat ini. Sementara dalam konteksperwakilan pada zaman rasulullah hanyaperwakilan pada zaman rasulullah hanyamembicarakan hal-hal yang sifatnya sangat dalamkonteks duniawi seperti peperangan,perekonomian negara yang kesemua itudilaksanakan dan diputuskan jika ketentuannyatidak ada dalam Al Qur’an dan Sunnah Rosul.

Indirect Democracy (Perwakilan TidakLangsung)

• Pandangan Rousseau yang berkeinginan untukmelakukan demokrasi langsung sebagaimanapelaksanaannya pada zaman Yunani dan Romawikuno, kenyataanya sulit untuk dipertahankan lagi

• Faktor-Faktor seperti luasnya suatu wilayah• Faktor-Faktor seperti luasnya suatu wilayahnegara, populasi penduduk yang sangat cepat,makin sulit dan rumitnya masalah politik dankenegaraan, serta kemajuan ilmu dan teknologimerupakan persoalan yang menjadi kendalauntuk melaksanakan demokrasi langsung

Ruang Lingkup Studi Perwakilan Politik

konsepsi

idiologilembaga idiologi

pemilihanumum

lembagaperwakilan

Thomas Hobbes (1588-1679)

• Kehidupan manusia tidak terlepas dari suatuketerikatan sosial, karena kehidupan manusiasenantiasa berlandaskan kepada kepentingan.Perjanjian (keterikatan) sosial itu mengakibatkanmanusia-manusia bersangkutan menyerahkan segenapkekuatan ddan kekuasaannya masing-masing kepadamanusia-manusia bersangkutan menyerahkan segenapkekuatan ddan kekuasaannya masing-masing kepadasebuah majelis, agar kepentingannya tersalurkan bagaisebuah ’’kanal’’.

• Terbentuknya majelis (dewan perwakilan) jugamerupakan bentuk sejati dari penyerahan hak dankekuasaan manusia untuk memerintah dirinya sendiridalam sebuah komunitas bersama (politik).

• Namun demikian, majelis pun harus dikenakan syaratyaitu ia harus menyerakan hak kekuasaannya padamanusia-manusia yang telah memandatkannya,apabila terjaadi perusakan moral majelis.

• Kekeuasaan majelis bersifat ’’absolut’’ karenaketerikatan (perjanjian) sosial yang dibangunketerikatan (perjanjian) sosial yang dibangundidasarkan atas penyerahan hak yang dominan darimanusia-manusia kepada majelis dan bukansebaliknya. Karenanya, majelis (dan juga penguasapolitik yang dimandatkan oleh perjanjian) dapatmenggunakan segala cara, termasuk kekerasan untukmenjaga ketenteraman dan ketertiban.

• Penguasa harus menjadi ’’leviathan’’ (binatang buas)• Idealnya, kekuasaan oleh satu majelis lebih baik

dijalankan oleh satu orang (center of power), karenajalan satu-satunya untuk mendirikan kekuasaan ialahdengan menyerahkan kekuasaan dan kekusaanseluruhnya kepada satu orang.seluruhnya kepada satu orang.

• Sejatinya dewan rakyat/majelis (perwakilan) dipegangoleh penguasa negara, sehingga aspirtasi kepentinganrakyat akan cepat terselesaikan daripada menunggukerja majelis yang penuh denganperbantahan.fokusnya majelis berada dalam ’’hereditypower’’.

John Locke (1632-1704)

• Manusia-manusia pastilah memiliki berbagai macamkepentingan dan aspirasi kehidupan yang perlu untukdisampaikan, termasuk untuk melindungi dirinya sendiri.

• Dalam jumlah yang besar, maka tidak akan mungkinmenyampaikan aspirasi tersebut secara satu persatu.Manusia-manusia membentuk ’’ masyarakat’’ (society)Manusia-manusia membentuk ’’ masyarakat’’ (society)yang dibentuk berdasarkan perjanjian bersama. Kekusaan ’’masyarakat’’ adalah suprame of power.

• Manusia-manusia menyerahkan kekuasaan kepada’’masyarakat’’, namun manusia-manusia bisa menarikperjanjian yang disepakati apabila terjadi pelanggaran. Jadikekuasaan tertinggi masih terletak pada rakyat secarakeseluruhan, karenanya dibuatlah undang-undang/hukumuntuk megawasi tugas ’’masyarakat’’.

• ’’masyarakat’’ terikat oleh ketentuan-ketentuan yangmelarannya berbuat sewenang-wengan dan tidak bolehmenyerahkan hak legislatif yang diperolehnya dari rakyatkeseluruhan kepada pihak lain.

• Kekuasaan politik yang diwakilkan rakyat kepada suprameof power (masyrakat) adalah berdasarkan kepadaof power (masyrakat) adalah berdasarkan kepadakeprcayaan (trust), basisutamanya adalah kepercayaanrakyat terhadap penguasa untuk melindungi rakyat.

• Kemungkinan munculnya absolutisme akan dapat dihindariapabila ’’masyarakat’’ dan konstitusi membuat batasankewenangan yang dimiliki oleh penguasan politik, karenapada hakekatnya kekuasaan adalah suatu perjanjian sosial.

Montesquieu (1689-1755)

• Kekuasaan yang menampung,membicarakan danmemperjuangkan keterwakilan kepentingan rakyatbanyak serta merumuskan peraturan adalah’’legislatif’’

• Mutlak perlu dibentuk legisltif sebagai perwakilanrakyat agar pembicaraan yang menyangkutrakyat agar pembicaraan yang menyangkutkepentingan masyarakat banyak akan bisa dipenuhi,tanpa perwakilan, maka yang terjadi adalah ’’suaraminoritas (minority sounds) hal yang mudahditaklukkan oleh mayoritas kekuasaan.

• Dewan rakyat (legislatif) merupakan mediator antararakyat dan penguasa, menjadi komunikator danagregator aspirasi dan kepentingan rakyat banyak.

• Realitanya,masyarakat terdiri atas kelas utamayaitu rakyat pada umumnya dan kaumbangsawan. Karenanya dalam lembagaperwakilan hurus dibagi dalam duan kamar(chamber) yaitu rakyat mum dan kaumbangsawan. Masing-masing mempunyai hak veto(chamber) yaitu rakyat mum dan kaumbangsawan. Masing-masing mempunyai hak vetoyang dibuat tiap kamar.

• Prinsipnya,masing-masing kekuasaan politikharuslah dibuat terpisah (trias politica) danmasing-masing memiliki wewenang untuk salingmengawasi.

Jean Jacques Rousseau (1712-1778)

• Pada dasarnya, manusia tidak dapat hidup sendirisecara perseorangan, ia tidak mampu untuk mengaturhidupnya sendiri di tengah komunitasnya,makadiperlukan legislator. Legislator adalah tokohmasyarakat yang diamanatkan oleh rakyat peroranganmasyarakat yang diamanatkan oleh rakyat peroranganuntuk membuat perlindungan politik terhadapnya.

• Negara merupakan produk dari perjanjian sosial(kontrak sosial) antara rakyat dan penguasa/dewanrakyat. Rakyat bisa menarik mandatnya, apabiladirasakan penguasa/dewan rakyat telah menyimpangdari kewengangannya.

• Legislator ini bertindak sebagai penyampaiaspirasi/kepentingan dari rakyat kepada sang penguasa.Begitu beratnya tugas legislator, maka ia adalah sesorangyang ‘’mahatahu’’ dan pembentuk dasar hukum untuknegara yang bersangkutan.

• Kekuasaan legislatif (lembanganya para legislator) haus• Kekuasaan legislatif (lembanganya para legislator) haussenantiasa berada ditangan rakyat secara keseluruhan.

• Legislatif terbentuk atas dasar dua prinsip, yaitu moral dansemangat kolektif. Lembaga perwakilan ini menjadi satu-satunya yang paling handal dalam mewakili aspirasikepentingan politik rakyat bukannya eksekutif. Eksekutifhanyalah sekedar pegawai-pegawai biasa saja yangmelayani kepentingan rakyat.

Sumber

• Sansen Situmorang, Sistem Perwakilan Politik, “Alih FungsiPeran DPRD Suatu Tinjaun Kasus Korupsi Oleh IndonesiaCorruption Watch Tahun 2004” JunUTC11 3, 2008

• Yayasan API, Panduan Parlemen di Indonesia, Jakarta: 2001• Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Jakarta: Gramedia,

20002000• Deliar Noer, Pemikiran politik di Barat, Jakarta: Gramedia,

1990• Jimly Asshiddiqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan

Parlemen dalam Sejarah, Telaah Perbandingan KonstitusiBerbagai Negara, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UIPress), 1996

top related