konsep badan kependudukan dan keluarga...
Post on 02-Mar-2019
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KONSEP BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
(BKKBN) TENTANG KELUARGA BERENCANA (KB) DITINJAU DARI HUKUM
ISLAM DAN HUKUM POSITIF
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
ARIF FATURRAHMAN
NIM: 106044101388
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1432 H/2011 M
KONSEP BADAII KEPENDUDUKAII DAN KELUARGA
BERENCANA NASIONAL (BKKBI9 TENTANG KB (KELUARGA
BERENCANA) DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
Arif FaturrahmanNiM: 106044101388
Dibawah Bimbingan
Pembimbing:
Kamarusdiana, MH.NIP : 19722402199803 1003
KONSENTRASI PERADILAN AGAMAPROGRAM STUDI AI{WAL ASY.SYAKHSTYAH
F'AKUI,TAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2011M/1431H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KONSEP BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGABERENCANA (BKKBN) TENTANG KELUARGA BERENCANA (KB)DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF telah diujikandalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jumat, i7 Juni 2011. Skripsi ini telahditerima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) padaProgram Studi Ahwal Al-Syakhsiyah (Peradilan Agama)
Jakafia, 17 Juni 201 I
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil. SH. MA.NrP. 19500306197603 1 001
2. Sekretaris
3. Pernbimbing I
4. Penguji I
5. Penguji II
Hj. Rosdiana. MA.NIP. I 96906102003 122001
Kamarusdiana MH.NIP . 19122402199803 1003
Drs. H.A. BasiqDjalil. SH. MANrP. 19500306197603 1 001
Dr. H. Umar Haddad MANIP. 1 968090419940 i 1 00 1
NIP. 1 95s0505 198203 1 0 1 2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
Universitas Islamsalah satu persyaratan memperoleh gelar Strata l(satu) di
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islani Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakaria.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
inerupakan jiplakan dari karya otang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berada di Universitas Islam Negeri ruf$ Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta 07 Juni ?011
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT.,karena
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai kelengkapan tugas
dan memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Syariah pada
Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan,
terutama disebabkan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Tanpa
adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak tidaklah mungkin skripsi ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA,dan Hj.Rosdiana MA selaku Ketua dan
sekretaris Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
kemudahan administratif dan bimbingan akademik sejak awal perkuliahan hingga
penyelesaian skripsi ini.
3. Kamarusdiana, MH. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu dan perhatiannya dalam membimbing, serta memberikan motivasi yang tak
pernah henti-hentinya untuk penyelesaian skripsi ini
4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.
5. Orang tua tercinta Bapak Rausin dan Ibu Ratnawiyah yang telah merawat dan
membesarkan penulis, yang selalu memotivasi dengan penuh keikhlasan
membantu penulis baik moril maupun materiil, dan kakakku Baihaki, Lutfiah,
Saiful Anam, Fahrullah dan Ahmad Gojali, serta adik-adikku tercinta Andi Hakim
dan Fauziah. Dan tidak lupa pula Pamanda H, Mudehir RD yang tak pernah henti-
hentinya memberikan penulis semangat serta pancaran kearifan dalam
memberikan tauladan serta keluarga besar lainnya.
6. Keluarga Besar Alm. Bapak H. Rasyidi dan Keluarga Alm. Drs.H. Muhaimin RD
yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis
7. Segenap teman tercinta FMKS ( ForumMahasiswa Kepulauan Seribu ) yang
selalu berbagi ilmu dan pengalaman serta canda tawa di setiap suasana.
8. Seluruh rekan tercinta PW IPNU DKI JAKARTA (Ikatan Pelajar Nahdhatul
Ulama) yang senantiasa memberikan motivasi dan senantiasa berbagi ilmu dan
pengalaman sehingga banyak hal yang bisa diambil manfaatnya.
9. Teman-teman Peradilan Agama angkatan 2006 khususnya kelas A, Serta teman-
teman Peradilan Agama lain yang menjadi tempat persinggahan penulis dalam
memperdalam materi mata kuliah.
10. Kepada semua pihan yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsungdan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu hingga terselesainya
skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih semoga segala bantuan
tersebutditerima sebagai Amal sholeh di sisi Allah SWT dan mendapat pahala
yang ganda. Amin
Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca dan semoga amal baik mereka diterima
oleh Allah SWT. Amin.
Jakarta, 12 Mei 2011
8 Jumadil Tsani 1432
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ………………………………….
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
I
ii
iii
vi
BAB I
:
PENDAHULUAN ............................................................................
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
1
BAB II
BAB III
BAB IV
:
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
D. Tinjauan Studi Terdahulu ...........................................................
E. Metode Penelitian .......................................................................
F. Sistematika Penulisan .................................................................
TINJAUAN TEORITIS TENTANG KELUARGA
BERENCANA ………………………………………………
A. Pengertian dan Dasar Hukum Keluarga Berencana (KB) …….
B. Macam-Macam KB (Keluarga Berencana) ……………………
C. Tujuan dan Hikmah KB (Keluarga Berencana) ……………….
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA NASIONAL .........................................................
A. Profil Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasonal.
B. Visi, Misi dan Tujuan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional .................................................................
KONSEP BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF………………………………………………
A. Bentuk-Bentuk Alat (Keluarga Berencana) ………………….
B. Metode Keluarga Berencana ....................................................
10
11
12
13
16
17
17
23
24
27
27
37
41
41
47
C. Perspektif Hukum Islam Tentang Keluarga Berencana ………
D. Perspektif Hukum Positif Tentang Keluarga Berencana ……..
E. Analisis Penulis ..........................................................................
PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran-saran .................................................................................
50
60
64
67
67
70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
LAMPIRAN
72
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga dalam Islam harus bersifat lestari karena ia dibangun lewat suatu
akad pernikahan yang merupakan sebuah perjanjian yang kuat (mitsqan ghalidzan)
(Q.S. Al-Nisa[4]:21). Al-Qur‟an mengingatkan, seorang suami harus mempergauli
istrinya dengan baik dan jika terjadi perselisihan dalam kehidupan keluarga maka
suami harus bersabar karena boleh jadi ketidaksenangan suami pada hal-hal tertentu
pada diri istri terdapat kebajikan di balik itu (Q.S. Al-Nisa [4]:19). Sebaliknya, istri
juga harus menghormati suami dan menjaga kehormatannya. Islam memang
membolehkan cerai (Thalaq), tetapi itu hanya menjadi “pintu darurat” yang baru
dilalui pada situasi dimana mempertahankan keutuhan rumah tangga ternyata
membawa mudharat bagi kedua belah pihak.1
Dalam Islam pernikahan bukan semata-mata sebagai kontrak keperdataan
biasa, tetapi mempunyai nilai ibadah.. Oleh karena itu, berkeluarga (nikah) adalah
jalan terhormat yang disyariatkan Allah untuk menyalurkan kebutuhan biologis,
dengan karunia Allah.2
1Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1992) h.254-255
2 Yayan Sofyan, Relasi Suami Istri Dalam Islam, (Jakarta Pusat Studi Wanita UIN Syarif
Hidayatullah, 2004 ) hal.1
Keluarga muslim masa kini sedang mengalami perubahan, menjadi lebih
meluas, dengan lebih banyak istri yang berpendidikan dan bekerja secara
menguntungkan. Perkawinan yang diatur mengalami penurunan dan usia perkawinan
meningkat, kontrasepsi modern secara perlahan-lahan menjadi lebih merata
dikomunitas tertentu3.
Allah SWT telah menitipkan dalam jiwa manusia, rasa cinta yang dalam
kepada anak-anak, dan tak tertandingi dengan cinta lain. Sebab anak merupakan
jantung hati,cahaya kalbu di dalam rumah tangga. Ini dapat dilihat dari perhatian
besar yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka, disertai dengan rasa kasih
sayang yang abadi.
Oleh sebab itu, suami-istri wajib memberikan perhatian khusus kepada
pendidikan anak-anaknya, sehingga kelanggengan kebahagiaan benar-benar terwujud
sesuai dengan yang mereka dambakan. Dengan demikian,kehidupan rumah
tangganya menjadi kenikmatan dan kebahagiaan abadi4.
Di dalam Al-Qur‟an tidak ada satu ayatpuun yang secara ekplisit menjelaskan
bahwa mengatur jarak kelahiran adalah haram, akan tetapi membunuh bayi
khususnya bayi perempuan yang telah terjadi di masa-masa menjelang
datangnya islam adalah haram; sebab apa yang mereka lakukan adalah sangat jelas
yaitu
3 Mahmud Ash-Shabagh. Keluarga bahagia Dalam Islam. (Yogyakarta: CV. Pustaka Mantiq,
1993) h. 191 4 Abd Al-Rahim Umran, Islam dan KB, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1997), Cet. Pertama,
h. 14.
membunuh anak manusia ( perempuan ) yang sempurna.sebagaimana tersebut dalam
Al-Qur‟an surat al-Nahl ayat 58.
Di dalam Al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang melarang membunuh anak karena
takut miskin, karena sesungguhnya Allah telah menjamin rizki baik bagi anak
maupun orang tuanya sebagaimana tercantum dalam Al-Qur‟an surat Al-An‟am )
ayat 151 sebagai berikut :
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka,
dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).
Dari ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa setiap anak yang dilahirkan dari
perut ibunya telah ditentukan rizkinya oleh Allah SWT. Penafsiran “ setiap anak
ada rezekinya maka banyak anak banyak rezeki“ inilah yang kemudian banyak dianut
oleh sebagian masyarakat islam apalagi diperkuat dengan hadits Nabi Saw yang
artinya:
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad Ibn Ishaq Ast-Staqofi berkata:
telah memberitahukan kepada kami Qutaibah Ibnu Said berkata, telah
memberitahukan kepada kami Khalf Ibn Kholifah, dari Hafs Ibn Akhi Anas Ibn
Malik, dari Anas Ibn Malik berkata: “Menikahlah dengan wanita yang penuh cinta
dan banyak melahirkan keturunan, karena sesungguhnya aku merasa bangga dengan
banyaknya jumlah kalian diantara para Nabi pada hari kiamat” ( H.R Ahmad dan
Ibnu Hibban )5
Keyakinan terhadap pandangan itulah yang menyebabkan banyak pasangan
suami istri mamiliki anak tanpa pertimbangan dan perencanaan serta tanpa
mempertimbangkan akibatnya. Mereka telah berfikir, apakah anak yang dilahirkan itu
hanya menjadi beban orang lain, menjadi beban berat yang harus dipikul oleh Negara
ataukah anak itu akan menjadi generasi penerus yang akan menerima tanggung jawab
zaman yang akan datang dari bangsa,Negara, dan agamanya.
Orang kadang berfikir bahwa punya anak banyak merupakan takdir dari Allah
SWT dengan menetapkan keyakinan di hatinya bahwa Allah tidak akan melantarkan
anak-anaknya, Allah yang akan member rizki kepada keluarganya6
Meskipun Islam melalui ayat Al-Qur‟an dan Hadits Nabi tersebut diatas
menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan, namun islam lebih
mengutamakan pada keturunan yang baik, shalih dan berguna bagi umat manusia dan
mampu menjadi suri tauladan untuk membawa manusia kepada taqwa. Islam tidak
5 Danti Pujiyanti dan Tien Rahmatin . Relasi Suami Istri dalam Islam. (Jakarta: Pusat Studi
Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 11
6 Mahmud Al-Shabag, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (Bandung: PT.
Rosdakarya offset, 1994) h. 56
menginginkan umat dengan jumlah yang banyak tetapi lemah, bodoh, pemalas,dan
sakit-sakitan, melarat, terlunta-lunta dan bergantung pada bantuan orang lain.
Sebagaimana doa Nabi SAW :
اعر ثبهلل ي جذ انجالء قم يب جذ انجالء ب رضل اهلل قب ل كثرح انعب ل يع قهخ انشئ7
“ Aku berlindung kepada Allah dari juhd al-bala, ketika ditanyakan, apa juhd al-bala
itu ya rosulullah? Beliau menjawab : banyak anak tapi sedikit materi ”
Berarti setiap orang tua harus memiliki rasa tanggung jawab kepada mutu
keluarga dan anak keturunannya, jangan meninggalkan keturunan yang lemah baik
jasmani, ekonomi, ilmu dan agama.
Untuk mewujudkan keluarga atau anak-anak yang berkualitas, perlu
perencanaan yang matang, setiap keluarga ( orang tua atau suami istri ) harus dapat
memperhitungkan terhadap anak yang mungkin lahir, karena kehadiran anak atau
manusia baru memerlukan banyak kebutuhan, antara lain makan.pakaian, tempat
tinggal, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S.
59:18.
7 A.Syauqi Al Fanjari, Pengarahan Islam tentang kesehatan, (Jakarta: Al-hidayah. 2009)
hal.125
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. Al-Hasyr: 18)
Selain itu juga setiap keluarga harus mengatur jarak kelahiran, hal itu
mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu dan perkembangan jiwa anak. Apabila
jarak kelahiran terlalu dekat, sang ibu tidak mempunyai kesempatan untuk merawat
kesehatan dirinya, menata rumah tangganya, beribadah kepada tuhannya, bahkan
untuk membahagiakan seluruh keluarganya, juga sang ibu tidak mempunyai peluang
mencurahkan kasih saying terhadap anak, sehingga sang anak kurang kasuh saying
dan air susu ibunya. 8
Keluarga berencana ( KB ) menjadi salah satu isu kontroversial dalam
diskursus pemikiran Islam modern. Ada sejumlah persoalan yang muncul terkait
dengan masalah islam dan KB, mulai dari masalah hukum ber- KB, makna KB
apakah pengaturan keturunan (tanzim al-nasl) atau pembatasan keturunan
( tahdid al-nasl )?, motivasi ber- KB, persoalan alat kontrasepsi ( cara kerja dan cara
penggunaannya ), KB dan hak reproduksi perempuan, hingga masalah kebijakan
demografi Negara dengan berbagai dampaknya. KB sendiri kini bukan lagi sebatas
persoalan suatu negara, tetapi sudah menjadi persoalan dunia internasional. Oleh
karenanya, ia selalu menjadi tema yang menarik untuk dikaji.
8 Danti Pujiyanti dan Tien Rahmatin . Relasi Suami Istri dalam Islam. (Jakarta: Pusat Studi
Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 134
Sudah banyak studi yang dilakukan oleh para ulama dan lembaga-lembaga
keislaman mengenai KB dalam berbagai perspektif. Para ulama berbeda pendapat
dalam menyikapi KB. Perbedaan pendapat terjadi karena tidak adanya nash ( Al-
Qur‟an dan Hadits ) yang secara ekplisit melarang dan membolehkan ber KB. Itulah
sebabnya, hingga kini masih muncul kontroversi seputar KB dalam wacana
intelektual muslim.9
Untuk mendapat gambaran yang komprehensif tentang bagaimana
sesungguhnya pandangan islam terhadap KB memang tidak ada jalan lain kecuali
harus kembali kepada sumber ajaran islam yang paling otoritatif, yaitu Al-Qur‟an an
Hadits. Namun, karena tidak adanya penjelasan yang ekplisit, maka harus dilakukan
kajian yang lebih mendalam atas kedua sumber tersebut dengan cara mengidentifikasi
semua ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadis-Hadis nabi yang terkait dengan permasalahan
KB untuk kemudian ditarik pesan-pesan substantif serta semangat ajaran ( maqashid
al-syari‟ah ) yang dikandung kedua sumber tersebut. 10
Oleh karena itu program KB yang sudah dilaksanakan merupakan bukti
implementasi akan adanya upaya pemerintah dalam hal ini lembaga BKKBN yang
sangat fokus dalam upaya pengurangan jumlah penduduk sehingga pembangunan
yang mengutamakan pertumbuhan dan mengharapkan adanya kucuran hasil
pertumbuhan itu untuk keluarga yang kualitasnya rendah, ternyata efeknya kepada
9 Umran, Abd Al-Rahim,. Islam dan KB, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1997), Cet. Ke-1.
Hal.14
10 Aminudin Yakub. KB Dalam Polemik : Melacak Pesan Substantif Islam. (Jakarta: Pusat
Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 1
masyarakat dan penduduk miskin makin lama makin perlahan. Untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan, menurut John Max Well kita harapkan memberikan sentuhan
kepada manusianya.
Program dan kegiatan untuk “ mendongkrak “ upaya pengentasan kemiskinan
yang ditujukan langsung kepada keluarga dan penduduk miskin itu segera di
lakanakan. Dengan dukungan langsung itu keluarga yang kurang mampu, dan
keluarga pra sejahtera, atau keluarga yang berada di bbawah garis kemiskinan,
diharapkan menjadi wahana peningkatan sumber daya manusia ( SDM ) yang bisa
menjadi pembentuk masyarakat yang maju,modern.dan mandiri.
Dengan disyahkannya UU nomor 10 tahun 1992 tetntang Pembangunan
Keluarga Sejahtera, maka seluruh rakyat Indonesia mempunyai komitmen resmi
untuk bersama-sama membangun Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan
Sejahtera11
Komitmen dalam UU itu diterjemahkan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah nomor 21 tahun 1994 yang secara terperinci menempatkan keluarga
sebagai agen atau pelaku pembangunan lengkap dengan delapan fungsi utamanya
sebagai berikut :
11
Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Rosyadi (Kepala Bagian Hukum dan Perundang-
undangan BKKBN) pada tanggal 12 Mei 2011
Fungsi keagamaan Fungsi reproduksi
Fungsi budaya Fungsisosialisasi dan pendidikan
Fungsi cinta kasih Fungsi ekonomi
Fungsi perlindungan Fungsi pemeliharaan lingkungan
Dengan delapan fungsi utamanya itu keluarga berkembang atau dibantu
berkembang menjadi keluarga modern, maju, professional, berkualitas dan mandiri
serta mampu mengembangkan dirinya sendiri, anak-anaknya, dan kaitan keluarga
yang lebih luas, ikut mengembangkan masyarakat dan bangsanya.secara khusus
keluarga dikembangkan menjadi wahana pembangunan bangsa.12
Dari sini dapat dikatakan bahwa peranan kebijakan pemerintah dalam hal ini
diwakili oleh BKKBN yang secara nyata bergerak dalam masalah KB yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa baik dalam bidang
pendidikan, ekonomi dan social. Oleh karena itu program-program BKKBN dalam
hal pelaksanaan dimasyarakat mengenai KB sangatlah penting untik diketahui,
apakah sudah sesuai dengan hukum islam dan hukum positif yang sudah ada,
sehingga hal itu menjadi sebuah pertimbangan kebijakan yang akan dilaksanakan dan
masyarakat pun akan memahami fungsi dan manfaat KB secara baik.
12 Sugiri Syarief. Menggapai Keluarga Berkualitas dan Sakinah, (Jakarta: Mitra Abadi
Press,2009) Cet, h.156
Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk menyususun skripsi dengan judul
Konsep BKKBN Tentang Keluarga Berencana ( KB ) Ditinjau dari Hukum
Islam dan Hukum Positif
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Di dalam kitab-kitab fikih pada umumnya KB itu diperbolehkan, pada
kenyataan dalam praktek KB di BKKBN banyak hal yang tidak dibenarkan
dalam fikih.
Pembahasan dalam skripsi ini meliputi bagaimana konsep BKKBN
tentang KB ( Keluarga Berencana ) perspektif hukum Islam dan positif
dalam rangka pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam hal kependudukan
yang mengarah kepada kesejahteraan dan ketentraman keluarga sehingga akan
menjadi keluarga yang sakinah dan berkualitas.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, Penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk KB ( keluarga berencana ) yang dilakukan di BKKBN ?
2. Bagaimana Metode BKKBN dalam program KB ( keluarga Berencana ) ?
3. Bagaimana perspekktif hukum Islam dan hukum positif tentang KB
( Keluarga Berencana )?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan dan kegunaannya yang bermanfaat
bagi pembacanya, oleh karena itu tujuan dan kegunaan dari penelitian ini, antara lain:
1 Untuk mengetahui bagaimana profil dan perkembangan BKKBN
2. Untuk mengetahui bagaimana metode KB dalam pelaksanaan program di BKKB
3. Untuk mengetahui konsep BKKBN tentang KB ( Keluarga Berencana ) perspektif
hukum Islam dan hukum positif
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1) Segi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman yang lebih luas bagi
pengembangan ilmu hukum. Khususnya dalam bidang hukum Islam dan hukum
positif di Indonesia.
2) Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis, dan para
mahasiswa/I Fakultas Syariah dan Hukum pada khususnya, serta masyarakat pada
umumnya dalam menanggapi masalah KB (Keluarga Berencana) dalam kehidupan
hubungan suami istri. Dan memberikan pemahaman akan hukum KB (Keluarga
Berencana) dalam kehidupan rumah tangga, sehingga diharapkan dapat
melaksanakan dalam kehidupan guna membentuk keluarga kecil yang berkualitas.
3) Segi Ilmu Pengetahuan
Untuk memberikan kajian dalam memperkaya literatur serta penelitian secara
mendalam lebih lanjut dan sebagai kontribusi pemikiran terhadap kajian hukum
keluarga islam serta dijadikan bahan rujukan pada kajian-kajian ilmiah
selanjutnya.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam kajian – kajian yang ada berkenaan dengan KB ( Keluarga Berencana )
ada beberapa skripsi yang sudah membahas dan mengkaji masalah ini antara lain :
Dampak Positif Keterlibatan MUI dalam menyukseskan Program KB yang disusun
oleh Sarifudin Tahun 1996.13
Kajian yang lain berkenaan dengan Bimbingan dan Koordinasi KB nasional
dalam meningkatkan kwalitas SDM menurut pandangan islam oleh Mukhlisin Tahun
1998, yang membahas bagaimana Islam memandang akan pentingnya kualitas SDM
sehingga KB nasional menjadi salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan
kualitas manusia dengan cara bimbingan dan koordinasi antara lembaga yang
menangani KB tersebut.14
Dari dua kajian terdahulu ini yang hanya membahas tentang keterlibatan
lembaga/institusi MUI dalam Program KB yang secara jelas kajiannya meliputi
sebuah kebijakan lembaga tersebut dalam implementasi KB di masyarakat. Dan
kajian selanjutnya berkenaan dengan bimbingan dan kordinasi KB nasional dalam
peningkatan SDM menurut Islam.
13 Sarifudin, “Dampak Positif Keterlibatan MUI dalam menyukseskan Program KB( Studi kritis
terhadap Kebijakan MUI dalam program KB)”(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,1996), hal.19
14 Mukhlisin, “ Bimbingan dan Koordinasi KB Nasional dalam meningkatkan kualitas SDM Menurut
Agama Islam” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1998), hal 22
Dari kajian tersebut memberikan sebuah keinginan untuk kembali
mengadakan penelitian tentang KB di BKKBN berkenaan dengan konsep serta
praktek KB yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut dalam persfektif hukum Islam
dan hukum positif.
Adapun perbedaan antara dua skripsi yang telah dibahas yaitu konsep
Keluarga Berencana yang baru yang ada dalam BKKBN berkenaan dengan metode
dan cara Ber- KB untuk masyarakat di lihat dari hukum islam dan positip, mengingat
kuantitas penduduk yang semakin banyak dan tidak dibarengi dengan peningkatan
kualitas penduduk. Sehingga ini menjadi pembahasan penting sehingga kesejahteraan
dan kehidupan yang baik dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Selain itu dalam skripsi yang saya teliti berkenaan dengan sebuah menelaah
gagasan dan kebijakann pemerintah dalam pembangunan penduduk dan
perkembangan keluarga berencana, yang akan menghasilkan tujuan terbentuknya
keluarga kecil yang berkualitas, serta dapat membatu peran pemerintah dalam
mewujudkan keasilan social bagi seluruh bangsa Indonesia.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah yang dipergunakan oleh penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini adalah menggunakan metode-metode pada umumnya berlaku dalam
penelitian yaitu :1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji buku-buku, literatur-literatur yang
ada revelansinya dengan judul skripsi.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-analisis, dalam pengertian tidak sekedar
menyimpulkan dan menyusun data,tetapi meliputi analisis dan interprestasi dari
data-data yang berhubungan denngan Konsep BKKBN tentang KB (Keluarga
Berencana) ditinjau dari hukum Islam dan hukum positif.
3. Pendekatan
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalahj pendekatan yuridis-normatif.
Pendekatan yuridis peneliti gunakan dalam melihat obyek hukum berkaitan dengan
KB (Keluarga Berencana) yaitu UU No 52 Tahun 2009 Tentang Kependudukan dan
pembangunan keluarga. Pendekatan normatif dilakukan dengan mendasarkan Al-Quran
maupun sunnah Nabi yang menjelaskan tetntang KB (Keluarga Berencana).
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu :
a. Data Primer
Data primer digunakan adalah UU No. 52 Tahun 2009 tentang kependudukan
dan pembangunan keluarga.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan-laporan atau data-data
yang dikeluarkan oleh kantor Badan Kependudukan dan Kekeluargaan
Nasional (BKKBN). Juga diperoleh dari literatur-literatur seperti buku-buku,
kitab-kitab, serta sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi.
5. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam skripsi ini, maka teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Observasi, yaitu pengamatan terhadap Lembaga BKKBN15
2. Dokumentasi, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis,
seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan dan sumber-sumber
lain yang relevan dengan tema skripsi
3. Wawancara, yaitu cara yang dipergunakan dengan tujuan mencoba
mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lisan dari informan, atau
metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan
secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Dalam hal ini
sasarannya adalah staf BKKBN, dan pihak yang berkaitan dengan KB
( Keluarga Berencana )16
4. Analisis Data
Dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode induktif yaitu
pengkajian yang bertitik tolak dari kaidah-kaidah yang bersifat khusus yang
kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum
15 Jalaludin Rahmat, Metodoligi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,1999), Cet.Ke-7, h. 83.
16
Suharsini, Arikanto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1996), h.144.
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini semua berpedoman pada prinsip-prinsip
yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman penulisan skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cet.1, 2007.
F. Sistematika Penelitian
Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. BAB 1 : Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
kajian terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II : Tinjauan umum tentang . pengertian KB Keluarga Berencana,
Dasar hukum KB, Macam-Macam KB, dan Tujuan dan Hikmah KB.
3. Bab III : Profil tentang BKKBN Terdiri dari : Sejarah Berdiri dan
Perkembangan BKKBN, Visi, Misi, dan Tujuan BKKBN, dan Program-
Program BKKBN, Struktur Organisasi BKKBN.
4. Bab IV : Konsep BKKBN Tentang KB ( Keluarga Berencana ) Perspektif
Hukum Islam dan Hukum Positif Terdiri dari : Bentuk-Bentuk KB
( Keluarga Berencana ) , Metode KB ( Keluarga Berencana ) di BKKBN,
Perspektif hukum Islam tentang KB, perspektif hukum positif tentang KB
dan Analisis.
5. BAB V Penutup : Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG KB ( KELUARGA BERENCANA )
A. Pengertian dan Dasar Hukum keluarga Berencana ( KB )
1. Pengertian KB ( Kelurga Berencana )
Keluarga Berencana ( KB ) adalah Upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga,peningkatan kesejahtaraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera17
Dalam sejarah peradaban manusia, keluarga dikenal sebagai suatu
persekutuan (unit) terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Dari persekutuan
inilah manusia berkembang biak menjadi suatu komunitas masyarakat dalam wujud
marga, puak, kabilah dan suku yang seterusnya menjadi umat dan bangsa-bangsa
yang bertebaran di muka bumi. Keluarga adalah inti dari jiwa dari suatu bangsa,
kemajuan dan keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-
keluarga yang hidup pada bangsa tersebut18
K B (Keluarga Berencana) yaitu membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan
lainnya, dengan pengertian lain satu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau
usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri karena situasi
17
Direktorat Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, Program KB Nasional Kamus istilah ( Jakarta: Direktorat Pelayanan Informasi
dan Dokumentasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2007), h.21 18 Aminudin Yakub, KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, (Jakarta: PBB
UIN, 2003), cet. Ke-1, h. 4.
Dan kondisi tertentu untuk kepentingan (Mashlahat) Keluarga, masyarakat maupun
Negara.19
Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas
kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
(mashlahat) keluarga, masyarakat maupun Negara.20
Dengan demikian, KB di sini
mempunyai arti yang sama dengan tanzim al-nasl (pengaturan keturunan).
Penggunaan istilah ”Keluarga Berencana” juga sama artinya dengan istilah yang
umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned parenthood,
seperti yang digunakan oleh international Planned Parenthood Federation (IPPF),
nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan di London.21
KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan
jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi masyarakat dan
negara. Dengan demikian, KB berbeda dengan birth control, yang artinya
pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl), istilah birth control dapat
berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan strerilisasi (pemandulan).22
19 Muhammad Arifin Badri, Soal Jawab: Hukum Keluarga Berencana (KB), kategori: Fiqh
dan Muamalah, diakses pada tanggal 4 Maret 2009 dari http://muslim.or.id/soaljawab/fiqh-dan-
muamalah/soal-jawab-hukum-keluarga 20
Yakub, KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, h. 24. 21
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1991), h. 199 22 Yakub, KB dalam Polemik: Melacak Pesan Substansif Islam, h. 24
Perencanaan keluarga merujuk kepada penggunaan metode-metode
kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama di antara mereka, untuk
mengatur kesuburan mereka dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan,
kemasyarakatan, dan ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka memikul tanggung
jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat.
Ini meliputi hal-hal sebagai berikut:23
a) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusuan dan penjagaan kesehatan
ibu dan anak.
b) Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman.
c) Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga melainkan juga
untuk kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan pemeliharaan anak.
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran.24
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran. Dalam program Keluarga Berencana Nasional saat ini baru
dilakukan salah satu saja dari usaha Keluarga Berencana, yakni penjarangan
kehamilan dengan pemberian alat kontrasepsi.25
23 Abd ar-Rahim ‟Umran, Islam & KB, (Jakarta: Lentera, 1997), cet. Ke-1, h. xxvii. 24
Whandi, “ Pengertian Keluarga Berencana” artikel di akses pada tanggal 26 Maret 2011
dari http: Whandi.com/2009/10/Pengertian Keluarga Berencana- KB.
Keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas26
Keluarga Berencana menurut WHO (Word Health Organization) Expert Committee
1970 adalah tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk:
- Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
- Mendapat kelahiran yang memang diinginkan.
- Mengatur interval diantara kehamilan.
- Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri.
- Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, Hanafi, 2004 : 26).27
KB (Keluarga Berencana) juga berarti usaha pengaturan/penjarangan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri
karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat)
keluarga,masyarakat dan Negara.28
25
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana,
(Jakarta: 1989 ) 26
Undang-Undang Republik Indonesia No 52 tahun 2009, Tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga, (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, 2010 ), hal. 7 27 Pengertian Keluarga Berencana” artikel di akses pada tanggal 03 Pebruari 2011 dari http:
www.id shvoong.com/- KB. 28
Mahmud Syaltut, Al-Fatawa,(Mesir: Darul Qolam,tth.) h. 294-297
2. Dasar Hukum KB ( Keluarga Berencana )
Dasar Hukum Kelurga Berencana yaitu berdasarkan Undang-Undang No 52
tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
sebagaimana tercantum dalam pasal 20 Keluarga Berencana untuk mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan.
kebijakan keluarga berencana melalui penyelengaraan program keluarga berencana.29
Selain itu, dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 tahun
2010 tentang Kependudukan dan Keluarga Berencana nasional sebagai dasar hukum
Keluarga berencana. Sedangkan dasar hukum KB ( keluarga berencana ) dari sisi
Islam, berdasarkan ayat Al-Qur‟an surat 46 : 15:
15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya
aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". ( Q.S. Al-Ahqaaf : 15 )
29 Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Keluarga
Berencana, (BKKBN, Jakarta:2010) hal.23
Dan dalam surat An-Nisa ayat 9 sebagai berikut :
9. dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. ( QS. An-Nisaa: 9 )
Dan satu hadits shahih dimana Nabi SAW menyebutkan secara spesifik istilah
Al-Azl sambil menghalalkannya.sebagai berikut :
حذثب احذ ث عجذ اهلل ث ش، حذثب زر، اخجرب انسثر ع جب ثر قبل : ر يطهى قبل
إ ن جبرخ خبديزب ضبزب ف : ا رجال ار رضل اهلل صه اهلل عه ضهى فقبل:
فهجث . فب ضأ رب يبقذنب– اعسل إ شئذ : اخم، اب اطف عهب اب أكر أ رحم، فقبل
30( را يطهى (.قذ اخجررك أ ضأرب يبقذرنب: إ انجبرخ قذ حجهذ فقبل : انرجم ثى ارب فقبل
Diriwayatkan oleh muslim I berkata: memberitahukan Ahmad Ibn Abdullah Ibn
Yunus, memberitahukan kepada kamu Zuhair, mengabarkan kepada kami Zibair dari
Jabir Berkata: seorang lelaki datang kepada Nabi SAW dan berkata: “ aku
mempunyai budak perempuan dia adalah pembantu kami dan gembala kami (lelaki
ini menyamakannya dengan onta yang digunakan untuk mengairi), dan aku
menyutubuhinya tetapi saya tidak mau dia hamil” maka Nabi berkata :Lakukanlah
„Azl (senggama terputus) kalau kau mau, tapi apa yang ditakdirkan kepadanya pasti
akan datang /terjadi. Kemudian tidak berapa lama lelaki itu kembali mendatanginya:”
sesungguhnya budak perempuanku telah hamil “. Maka nabi berkata: aku telah
30 Abu Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi, al-jami‟al-shohih muslim,(Beirut: Dar al-
Fikr,1993),jilid 2,Kitab Nikah,Cet ke-1,hal.666
Kabarkan padamu bahwa apa yang telah ditakdirkan pasti akan terjadi padanya. (H.R.
Muslim) 31
Syekh Muhammad Al-Madani , dalam mengomentari hadits ini di majalah
Manbar Al-Islam (Juni 1965 ) mengatakan : Hadits ini menunjukkan pengertian yang
mendalam tentang kebolehan Azl dan kehalalannya, karena hadits ini
mengungkapkan bahwa nabi sendiri adalah orang yang menganjurkan al- azl
B. Macam-Macam KB ( Keluarga Berencana )
a). KB ( keluarga Berencana ) dengan cara Hormonal
KB ini memanfaatkan hasil penelitian ilmu kedokteran mengenai hormon-
hormon yang mengatur kehidupan proses ovulasi dan menstruasi dalam tubuh wanita,
tetapi kemudian mengacu proses tersebut dengan hormone buatan yang dimasukkan
ke dalam tubuh wanita seperti pil, suntikan atau susuk, dengan akibat tidak terjadi
ovulasi , tidak ada sel telur yang matang keluar dari indung telur. Dengan tidak ada
sel telur maka tidak terjadi kehamilan.
b). KB ( Keluarga berencana ) dengan cara Mekanis
KB ( Keluarga Berencana )ini diartikan dengan memasang suatu rintangan
berupa alat yang menghalang-halangi pertemuan antara sel sperma laki-laki dengan sel
telur dari wanita. Diantara alat-alat yang dipakai dalam ber-KB dengan cara ini antara
lain: kondom, diafragma yang meliputi 4 cara kimiawi (vaginal tablet,foam,jelly
pasta,dan tissue KB ).32
31
Abd Al-Rahim Umran, Islam dan KB, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1997) Cet.
Pertama,h.143 32 Danti Pujiyanti dan Tien Rahmatin . Relasi Suami Istri dalam Islam. (Jakarta: Pusat Studi
Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 138-140
C. Tujuan dan Hikmah KB ( Keluarga Berencana )
Program Keluarga Berencana (KB) dirumuskan sebagai upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakaat melalui batas usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKBBS).
Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor akan
mendapatkan tiga manfaat utama optimal, baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara
lain:
1. Manfaat Untuk Ibu:
Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu
Menjaga kesehatan ibu
2. Manfaat Untuk Anak:
Mengurangi risiko kematian bayi
Meningkatkan kesehatan bayi
Mencegah bayi kekurangan gizi
3. Manfaat Untuk Keluarga:
Meningkatkan kesejahteraan keluarga
Harmonisasi keluarga lebih terjaga33
33 Departemen kesehatan“Keperawatan dan kesehatan”.artikel diakses pada tanggal 9 Maret
2011 dari hhtp:/blogspot.com/2009/2010
Demikianlah manfaat mengikuti program KB, sesuai rangkuman informasi dari
berbagai sumber referensi, khususnya brosur tentang info Program KB dapat
mencegah ledakan penduduk di Indonesia, produksi SIKIB-Jakarta 2010.“Keluarga
Kecil, Sehat dan Berkualitas, Ya..Keluarga Berencana…”34
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan
laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan
menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi
2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan
akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta
banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan
pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus
(1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti
deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak
pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta
menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih
dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan
untuk tercapainya keluarga bahagia.
34
Putu Sudayasa, “ Program Keluarga Berencana “ artikel diakses pada 11 oktober 2010 dari
hhtp://puskel.com/2009/2010Program-KB. blogging
d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan
menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas.
e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu
keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan
produktif dari segi ekonomi35
.
35
BKKBN, Rumusan Kebijakan dan Program Kependudukan dan KB 2011 (Jakarta: Badan
Kependudukan Nasional, 2011) hal 24
BAB III
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
A. Profil Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
1. Sejarah didirikannya BKKBN ( Badan Kependudukan dan Keluarga berencana
Nasional )
Lahirnya program KB di Indonesia diawali dengan adanya permasalahan
kependudukan. Sehingga Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah
besarnya jumlah penduduk, Jumlah pertumbuhan penduduk, jumlah kematian
penduduk, kelahiran penduduk dan jumlah perpindahan penduduk. Yang itu semua
harus ditangani secara terus menerus36
.
Pelopor gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia adalah
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang didirikan di Jakarta
tanggal 23 desember 1957 dan diikuti oleh badan hukum oleh departemen
kesehatan tahun 1967 yang bergerak secara silent operations. Dalam rangka
membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Usaha Keluarga
Berencana (KB) terus meningkat terutama setelah pidato pemimpin negara pada
tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
memasuki era peralihan, jika selama orde lama, program gerakan Keluarga
Berencana (KB) dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi
36 Arjoso, S. Rencana Strategis (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, 2005) hal. 11
tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
memasuki era peralihan, jika selama orde lama, program gerakan Keluarga
Berencana (KB) dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi
secara diam – diam karena pimpinan negara pada waktu itu anti kepada KB
(Keluarga Berencana), maka dalam masa orde baru gerakan KB (Keluarga
Berncana) di akun dimasukkan dalam program pemerintah.
Pada tahun 1967 presidan Soeharto menandatangani deklarasi pemimpim-
pemimpin dunia tentang kependudukan. Walaupun demikian untuk menetapkan
keluarga berencana sebagai program nasional pemerintah sangat berhati-hati, karena
masalah ini menyangkut masalah budaya bangsa,. Oleh karena itu sebagai langka
pertama menteri kesejahteraan rakyat yaitu : Dr. Idham Cholid dibentuk suatu panitia
ad. Hok yang bertugas mempelajari kemungkinan- kemungkinan keluarga berencana
dijadikan program nasional37
.
Dalam pertemuan antara presiden dengan panitia ad.hok pada bulan pebruari
1968, presiden menyatakan bahwa pemerintah menyetujui program nasional keluarga
berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan bantuan dan bimbingan
pemerintah
Sehubungan dengan itu pada tanggal 7 september 1968 keluarlah intruksi
presiden nomor 26 tahun 1968, kepada menteri kesejahtaraan Rakyat yang isinya
antara lain :
37
BKKBN, Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Nasional Indonesia artikel di akses
pada tanggal 16 maret 2011 dari hhtp://www.bkkbn.go.id/2010/2011
1. Untuk membimbing, mengkordinir serta mengawasi segala aspirasi yang
ada di dalam masyarakat dibidang keluarga berencana
2. Mengusahakan segera terbentuknya suatu badan atau lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan dibidang keluarga berencana serta terdiri
atas unsur pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan intrukrsi presiden tersebut, menteri kesejahteraan rakyat pada
tanggal 11 oktober 1968 mengeluarkan surat keputusan nomor 35/Kpts/Kesra/1968
tentang pembentukan team yang mengadakan persiapan bagi pembentukan suatu
lembanga keluarga berencana.38
Setelah pertemuan lebih lanjut oleh menteri kesejahteraan rakyat dengan
beberapa menteri lainnya serta tokoh masyarakat yang terlibat usaha keluarga
berencana, maka terbentuklah lembaga keluarga berencana nasional ( LKBN ) pada
tanggal 17 oktober 1968 dengan surat keputusan nomor 36/-Kpts/Kesra/X/1968 yang
berstatus sebagai lembaga semi pemerintah
Fungsi dari pada lembaga ini pada dasarnya mencakup dua hal yaitu :
1. Mengembangkan keluarga berencana
2. Mengelola segala jenis bantuan.
Sedangkan susunan organisasinya terdiri atas :
1. Badan Pertimbangan Keluarga berencana nasional ( BPKBN )
38 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Informasi Dasar Program
Kependudukan, KB ,( Jakarta:PT. Rais Utama Offset, 1982) hal.19
2. Pimpinan pelaksana keluarga berencana ( dari tingkat pusat sampai dengan
tingkat II )
Selama periode LKBN ini, maka proses pengenalan keluarga berencana kepada
masyarakat berlangsung sangat memuaskan, dan boleh tidak dikatakan tidak ada
tantangan dari masyarakat secara berarti; sehingga pemerintah berkesimpulan bahwa
masyarakat telah siap untuk menerima program keluarga berencana adalah sebagian
integral dari pembangunan lima tahun pelita ( Repelita I )39
Oleh karena itu setelah satu tahun kemudian, pemerintah memutuskan bahwa
sudah pada saatnya mengambil alih program keluarga berencana menjadi program
pemerintah seutuhnya/sepenuhnya
Namun walaupun demikian, masih harus tetap disadari bahwa keluarga
berencana ini bukan hanya persoalan medis saja tetapi menyangkut masalah sosial,
sehingga organisasi yang akan menangani masalah ini nanti dalam operasional
selanjutnya.
Dengan alasan tersebut maka program keluarga berencana dijadikan progran
nasional. Sedangkan untuk mengelolanya dibentuklah badan kordinasi keluarga
berencana nasional dengan keputusan presiden nomor 8 tahun 1970. Selain itu dasar
pertimbangan pembentukan BKKBN ini juga didasarkan atas bahwa :
Badan ini mempunyai tugas pokok sebagai berikut diantaranya:
39 BKKBN, Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Nasional Indonesia artikel di akses
pada tanggal 16 maret 2011 dari hhtp://www.bkkbn.go.id/2010/2011
1. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha
pelaksanaan program berencana nasional uang dilakukan oleh unit-unit
pelaksana
2. Mengajukan saran-saran pemerintah mengenai pokok kebijakan dan
masalah-masalah penyelenggaraan program keluarga berencana nasional.
3. Menyusun pedoman perlaksanaan keluarga berencana atas dasar pokok-
pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah
4. Mengadakan kerja sama antara indonesia dan negara-negara asing maupun
badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras denga
kepentingan indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.40
Dalam keppres nomor 8 tahun 1970 itu disebutkan bahwa penanggung jawab
umun penyelenggaraan program keluarga berencana nasional ada di tangan presiden
dan dilakukan sehari-hari oleh menteri negara kesejahteraan rakyat dibantu oleh
dewan pembimbing keluarga berencana nasional.41
Anggota dewan pembimbing terdiri dari :
a. Menteri negara kesejahteraan rakyat, sebagai ketua merangkap anggota.
b. Menteri kesehatan, sebagai wakil ketua merangkap anggota
c. Menteri dalam negeri merangkap anggota
40 Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN. Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana dan
Program Kependudukan. (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1981) hal 38 41 BKKBN, Rumusan rakernas pembangunan kependudukan dan KB (BKKBN, Jakarta:
2010) hal 49
d. Menteri pertahanan keamanan, sebagai anggota
e. Menteri pendidikan dan kebudayaan, sebagai anggota
f. Menteri penerangan, sebagai anggota.
g. Menteri agama, sebagai anggota
h. Menteri sosial, sebagai anggota
i. Menetri keuangan, sebagai anggota
j. Ketua Bappenas, sebagai anggota
k. Ketua perkumpulan keluarga berencana Indonesia.42
Pelita pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program keluarga berencana
meliputi 6 propinsi Jawa Bali yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, Di
Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Keenam propinsi tersebut merupakan daerah yang terbesar jumlah penduduk
di Indonesia, maka merupakan daerah perintis pertama dari progran BKKBN.
Di tiap propinsi telah terbentuk BKKBN propinsi, serta secara berangsur-angsur
pula dibentuk BKKBN kabupaten/ kotamadya43
.
Penyelenggaraan program didaerah berjalan sangat lancar, dan dapat
menggerakkan seluruh potensi daerah. Hal ini adalah berkat kebijaksanaan BKKBN
pusat, yang menitipkan program nasional ini kepada para gubernur, dimana gubernur
dinyatakan sebgai penanggung jawab program. Demikina pula para bupati untuk
42
BKKBN, Rumusan Rakernas Pembangunan Kependudukan dan KB (BKKBN,
Jakarta:2010) hal. 50 43 BKKBN, informasi dasar program kependudukan KB,(Jakarta: PT. Rais Utama
Offset,1982) hal 45
kabupaten di daerahnya masing-masing. Dengan demikian secara organisatoris
Nampak adanya pendeglasian dari pusat ke daerah-daerah.44
Oleh karena itu dalam menyelenggarakan program didaerah, BKKBN
propinsi maupun BKKBN kabupaten mendapat dukungan dari semua aparat
pemerintah daerah. Faktor ini kiranya uang merupakan kunci dan keberhasilan
program. Dari segi ketenagaan, maka periode tahun 1970-1972 ( periode keppres
nomor 8 tahun 1970 ) tenaga-tenaga yang merupakan motor penggerak dalam
mengkordinasikan program.45
Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana (KB) juga
mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968, didirikan LKBN (Lembaga Keluarga
Berencana Nasional) sebagai semi Pemerintah, kemudian pada tahun 1970 lembaga
ini diganti menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ) yang
merupakan badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh
terhadap pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, mewujudkan
dihayatinya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). 46
2. Perkembangan BBKBN dimasa sekarang
Dan telah selesainya dan disahkan Undang-Undang Republik Indonesia No 52
Tahun 2009 tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pada
44 Ibid.
45 BKKBN, “ Profil dan Sejarah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional” diakses
pada tanggal 30 mei 2011 dari http//:www.bkkbn.co.id. 46
Mochtar Rustam, Program Keluarga Berencana,(Jakarta: Badan Kependudukan dan
keluarga Nasional, 1998) h,25
tanggal 29 oktober 2009 serta telah diundangkan melalui lembaran Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 161 Tahun 2009 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor
5080. Undang-Undang ini merupakan Pengganti atas Undang-Undang No 10 Tahun
1992 Tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera.47
Dari perubahan undang-Undang tadi, maka secara khusus telah diamanatkan
perubahan Kelembagaan BKKBN dari “ Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional “ menjadi “ Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional serta
diberikan mandat untuk mengemban tugas melaksanakan pengendalian penduduk dan
menyelenggarakan Keluarga Berencana. Dengan demikian, diharapkan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dapat memperkokoh arah dan
tujuan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan Keluarga Berencana dalam
mendukung pembangunan nasional jangka panjang menuju penduduk tumbuh
seimbang 2015 dan mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera48
.
Dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional adalah
Lembaga pemerintah Non Kementrian yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden melalui menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan
Dan pada tanggal 30 oktober 2010 dikeluarkan Peraturan Presiden Repubilk
Indonesia No 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
47 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Informasi dasar Program
Kependudukan, KB, (Jakarta: PT.Rais Utama Offset,1982) hal.19
48
Wawancara Pribadi dengan Rahmat Rosyadi.(Kepala Bagian Hukum dan Perundang-
undangan) Pada tanggal 12 Mei 2011
Nasional, yang secara jelas memuat kedudukan,tugas,fungsi, organisasi serta tata
kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Selain itu dalam
pembiayaan Lembaga ini telah diatur dalam undang-undang ini, maka peralihan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana dapat meningkatkan efektifitas pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana.49
Selain itu badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dibawah
tanggung jawab Kementrian Kesehatan, sehingga hal ini memudahkan berkordinasi
secara maksimal antara dua instansi dalam meningkatkan program KB.
Tugas pokok: BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.50
Filosofi BBKBN adalah menggerakkan peran serta masyarakat dalam
keluarga berencana. Grand Strategi: 1) Menggerakkan dan memberdayakan seluruh
masyarakat dalam program KB; 2) Menata kembali pengelolaan program KB;
3) Memperkuat SDM operasional program KB; 4) Meningkatkan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB; 5) Meningkatkan pembiayaan.
49 Wawancara Pribadi dengan Rahmat Rosyadi.(Kepala Bagian Hukum dan Perundang-
undangan) Pada tanggal 12 Mei 2011 50 Undang-undang Republik Indonesia No 62 Tahun 2010 Tentang Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional, (Jakarta: Biro Hukum Organisasi, dan Hubungan Masyarakat, Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,2010), hal.3
Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas, energik,
profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/
inovatif
Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan,
pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian,
pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan
lintas sektor.
Strategi BKKBN terhadap program KB (Keluarga Berencana)
1. Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB
nasional sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.
2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan
dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat
daerah.
Tujuannya adalah :1) Keluarga dengan anak ideal; 2) Keluarga sehat;
3) Keluarga berpendidikan; 4) Keluarga sejahtera; 5) Keluarga berketahanan;
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya; 7) Penduduk tumbuh seimbang
(PTS )51
.
51
Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia_www.bkkbn.go.id di akses pada
tanggal 23 Maret 2011
B. Visi, Misi dan Tujuan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional
Mengantisipasi lingkungan strategis yang berubah dan sejalan dengan era
desesntralisasi saat ini, BKKBN telah merumuskan visi,misi dan strategi dasar
( Grand Straregy ) sebagai acuan dari arah program KB ke depan. Hal ini diperlukan
dalam rangka membangun kembali sendi-sendi program-program yang oleh berbagai
kalangan disinyalir melemah pada era disentralisasi. Melalui perumusaan kembali
arah kebijakan program ke depan.
VISI : Keluarga Berkualitas 2015 .
MISI: Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya
melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi,
perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan
kelembagaan dan jejaring KB.
Dalam pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa pembentukan Negara
kesatuan Republik Indonesia bertujuan, antara lain: untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan tumpah darahnya serta memajukan kesejahteraan umum.
Tujuan BKKBN sebagaiman dalam Undang-Undang No 52 tahun 2009
tentang Perkembangan Penduduk dan Pembagunan Keluarga terdapat dalam pasal 4 :
(1) Perkembangaan penduduk bertujuan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan anntara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan
lingkungan hidup.
(2) Pembangunan Keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar
dapat timbul rasa aman, tentram, da harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan bathin.52
Bertolak dari pemikiran tersebut diatas maka telah ditetapkan bahwa tujuan
BKKBN melalui program kependudukan keluarga berencana di Indonesia adalah
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera yang merupakan sumber
daya manusia dengan mengendalikan kelahiran dalam rangka menajmin
terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia.
Dengan melihat Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Penduduk dan Pembangunan Keluarga yang dirumuskan BKKBN, maka tujuan yang
harus dicapai oleh BKKBN yaitu :
1. Mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan kebijakan
kependudukan guna mendorong terlaksananya pembangunan nasional dan
daerah yang berwawasan kependudukan
2. mewujudkan penduduk tumbuh seimbang melalui pelembagaan keluarga
kecil bahagia dan sejahtera53
52
Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan
Keluarga (Jakarta: BKKBN,2010) h. 10 53
Undang-Undang Republik Indonesia No 52 Tahun 2009 tentang Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2010),
hal. 44
C. Program-Program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Dan dalam Petolaka Deputi Keluarga Sejahtera/Pemberdayaan BKKBN, “keluarga
pentaloka program pendidikan kependudukan ada beberapa kebijakan dan program dalam
melaksanakan kegiatan Kependudukan dan Keluarga Berencana yaitu:
Kebijakan BKKBN (badan Kependudukan dan Keluarga Berencana nasional)
1. Peningkatan komitmen stakeholder dan keluarga terhadap program-program
Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga dalam mewujudkan Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera.
2. Peningkatan PSP keluarga balita dan anak dalam pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang anak.
3. Peningkatan PSP remaja tentang perilaku hidup sehat dan berakhlak mulia
dalam rangka mewujudkan generasi berencana.54
Adapun Program BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional)
1. Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Balita dan Anak
Peningkatan jejaring kerjasama dengan mitra kerja dalam pembinaan
keluarga balita dan anak.
Pengembangan kompetensi tenaga pelatih, pengelola, dan kader program
pembinaan keluarga balita dan anak (TOT) tingkat Pusat dan Provinsi.
Pengembangan model kelompok percontohan Bina Keluarga Balita dan
Anak di lingkungan mitra kerja. 55
54 Deputi Keluarga Sejahtera/Pemberdayaan BKKBN, “keluarga pentaloka program
pendidikan kependudukan”artikel ini diakses pada tanggal 30 mei 2011 dari http//bkkbn.go.id/2010/11
Rumusan Program html.
2. Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan:
Peningkatan jejaring kerjasama dengan mitra kerja dalam pembinaan
keluarga lansia.
Pengembangan kompetensi tenaga pelatih dan pengelola program
pembinaan keluarga lansia (TOT) tingkat Pusat dan Provinsi.
Pengembangan prototype media penyuluhan pembinaan ketahanan keluarga
lansia dan rentan.
D. Struktural Organisasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional terdiri:
a, Kepala
b. Sekretariat Utama
c. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk
d, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
e. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
f. Deputi Bidang Advokasi, Penggerakkan, dan Informasi
g. Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pembangunan;dan
e. Inspektorat Utama56
55 Ibid 56 Undang-undang Republik Indonesia No 52 Tahun 2009 Tentang Kependudukan dan
pembangunan keluarga, (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,2010),
hal.6
BAB IV
KONSEP BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BENCANA
TENTANG KELUARGA BERENCANA PERSFEKTIF HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF
A Bentuk-Bentuk KB ( Keluarga Berencana )
1. Kontrasepsi
Kondom adalah suatu kantong karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna,
dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri sebelum dimasukan kedalam vagina
sehingga mani tertampung didalamnya dan tidak masuk vagina, dengan
demikian mencegah terjadinya pembuahan57
.
Fungsinya adalah:
a) Mencegah spermatozoa ( sel mani ) bertemu ovum ( sel telur ) pada waktu
bersenggama.
b) Untuk mencegah penularan penyakit kelamin.
Efek samping Kompilasi :
a) Kondom rusak, robek,dan bocor
b) Iritasi lokal pada penis reaksi alergi.
57 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga
Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia 1985) hal. 36
2. Pil
Selain itu pil KB adalah cara menghindari kehamilan yangt cukup populer,
di dunia modern karena termasuk yang dapat diandalkan (angka kegagalan paling
rendah, antara 0,3-5%). Jika ingin menggunakan pil KB harus dengan pengawasan
dan pemeriksaan seksama terlebih dahulu58
.
Pil adalah pil yang berisi hormon sinsetik yang digunakan wanita secara
periodik sebagai alat kontrasepsi. Berbagai pabrik farmasi telah memasarkan pil
keluarga berencana dengan kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat memilih
sesuai keberadaan wanita itu. Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan
estrogeneti ( lebih dominan estrogen ) atau progestogenetik ( dominan progesterone )
melalui penilaian patrun menstruansi berikut ini adalah berbagai nama paten pil KB
yang dipasarkan. Antara lain anovlas,lyndiol,ovulan,norinyl,dan noracycline. 59
Keuntungan memakai pil KB :
1. Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100%
2. Dapat dipakai pengobatan beberapa masalah
a) Ketegangan menjelang masturbasi
b) Pendarahan menstruasi yang tidak teratur
3. pengobatan penyakit endometriosis
58 Danti Pujiyanti dan Tien Rahmatin . Relasi Suami Istri dalam Islam. (Jakarta: Pusat Studi
Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 138
59
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga
Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia 1985) hal. 37
Efek samping kompilasi :
a. Gangguan siklus haid / menstruasi
b. tekanan darah tinggi
c. berat badan naik
d. jerawat60
3. Suntikan
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan Keluarga Berencana
Nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan
Keluarga Berencana, Oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan
gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan61
.
KB suntikan adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya hormon
progesteron disuntikan kedalam tubuh wanita secara periodik.
Jenis Obat Suntikan
1. Golongan progestin, misalnya : depoprovera 150 mg ( disuntikan tiap 3 bulan )
noristerat ( tiap bulan )
2. Golongan progesterin dengan campuran estrogen propionate, ( misalnya cyclofem
( tiap 1 bulan )
60 BKKBN, “ Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia” diakses pada tanggal
16 maret 2011 dari http://www.bkkbn.go.id 61 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penanggulangan
Efek Samping / Komplikasi Kontrasepsi, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 2001) hal. 24
Efek samping kompilasi
a) gangguan siklus haid menstruasi
b) Depresi
c) keputihan ( Leukoea )62
4. Implan
Implan adalah : alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis
progestin ( progesterone sintestik ) yang ditanamkan dibawah kulit, dimana terdiri
dari 6 kapsul silastik di setiap kapsulnya63
5. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDK / IVD)
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR/IVD)Mempunyai sejarah
perkembangan yang panjang sebelum generasi III dengan keamanan, efektifitas, dan
penyakit tidak begitu besar. Jadi kontrasepsi dalam rahim adalah “Suatu alat
kontrasepsi yang dimasukan kedalam rongga rahim wanita64
.
Cara kerja
1. menimbulkan reaksi jaringan sehingga terjadi serbukan sel darah putih
2. lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.
3. mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi dan menginaktifkan
sperma.
62 Departemen Kesehatan, “ Keperawatan dan Kesehatan”. Artikel ini diakses pada tanggal 9
Maret 2011 dari http://www.blogspot.com 63
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penanggulangan Efek Samping
/ Komplikasi Kontrasepsi, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 1999) hal. 58
Keuntungan :
1. dapat diterima masyarakat dengan baik 2, pemasangan tidak memerlukan medis
teknis yang sulit 3, kontrol medis yang ringan 4, penyulit tidak begitu berat
Efek samping kompilasi:
1. gangguan pendarahan 2. Infeks i3. Ekpulsi AKDR 4. Keputihan
6. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metoda KB yang paling
efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. Jadi kontrasepsi
mantap adalah “suatu cara kontrasepsi permanen baik pada pria atau wanita,
dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk mengikat / menjepit / memotong
saluran telur (perempuan) atau menutup saluran mani (laki-laki).65
Jenis
1. Kontrasepsi mantap (kontap) pada wanita disebut tubektomi
2. Kontrasepsi mantap (kontap) pada pria disebut vesektomi
Cara Kerja
1. Tubektomi mencegah bertemunya sel telur dengan sperma karena saluran sel
telur (tuba fallopi) yang menuju diputus (tubektomi minilapa ratomi) atau
dijepit (laparoskopi) berisi levonorgetrel sebanyak 26 mg.
65
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana,
(Jakarta: Departemen Kesehatan, 1989) h. 13
2. Terdiri dari 1 kapsul silastik berisi 60 mg 3-ketodesogestrel dan 66 mg
kapolimer EVA.66
3. Terdiri dari 2 kapsul silastik berisi levonorgestel 75 mg.
Teknis pemasangan susuk KB
Prinsip pemasangan susuk KB adalah dipasang di lengan kiri atas dan pemasangan
seperti kipas mekar dengan 6 kapsul.
Teknik pemasangan susuk KB sebagai berikut :
1. Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat seperti kipas terbuka.
2. Tempat pemasangan di lengan kiri atas, dipatirasa dengan Lidokan 2 %.
3. Dibuat insisi kecil, sehingga trocar dapat masuk.
4. Kapsul dimasukkan kedalam trokar, dan didorong dengan alat pendorong,
dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan.
5. Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplast.
Keuntungan metode susuk KB
1. dipasang selama 5 tahun 2. kontrol medis ringan 3. dapat dilayani di daerah
pedesaan 4. biaya ringan67
Cara kerja
1 Menekan okulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur (ovum) dari indung telur
66 Margaret F.hayes FCJ,R.N, dkk, Mengajar Metode Ovulasi Billing, (Jogyakarta: Kanisisus,
2000) h.17 67 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana,
(Jakarta: Departemen Kesehatan, 1989) h. 15
2. Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sel mani / sperma tidak mudah masuk
kedalam rahim.
3. Menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk nidasi.68
Efek samping / komplikasi
1. Gangguan siklus haid. 2. Expulsi implant 3. Perubahan berat badan 4. Jerawat
5. Rasa nyeri / perih / pedih payudara
Vasektomi : mencegah spermatozoa bertemu dengan teknik yang banyak digunakan
saat ini adalah vasektomi tanpa pisau (VTP) atau Non Scalpel Vasectomy.
Kontap wanita tubektomi69
1. Reaksi alergi anestes i2. Infeksi 3. Perforasi rahim 4. perlukaan kandung kencing
Kontap Pria /Vasektomi
1. Reaksi alergi anestesi 2. Perdarahan 3. Hematoma 4. Infeksi.70
B. Metode Keluarga Berencana
1. Metode yang dilakukan dengan jalan memasukkan alat ke dalam rahim ( IUD ).
Ada beberapa jenis alat KB yang bekerja dari dalam rahim untuk mencegah
pembuahan ssel telur oleh sperma. Biasanya disebut spiral atau dalam bahasa
inggrisnya dikenal dengan Intra-Uterine Devices ( IUD ). Spiral terbuat dari
bahan plastik atau plastic bercampur tembaga yang dapat digunakan sampai 10 tahun.
68
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Keterpaduan Keluarga Berencana Kesehatan,
(Jakarta: Departemen Kesehatan, 1987) hal. 33 69
Bagus, Ida. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana (Jakarta:
BKKBN Buku Kedokteran EGC,1989) hal.36 70 Bagus, Ida. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana (Jakarta:
BKKBN Buku Kedokteran EGC,1989) hal.71
Ia dapat digunakan dan dikeluarkan dari rahim, yang berarti termasuk dalam kategori
alat kontrasepsi sementara.71
Hal yang perlu dicermati dari alat kontrasepsi ini adalah efek sampingnya
terhadap kesehatan pemakainya, untuk itu, akseptor harus berkonsultasi terlebih
dahulu dengan tenaga medis untuk mengetahui betul kelemahan dan efek yang
ditimbulkan serta keamananannya jika ia digunakan alat tersebut. Apabila membawa
mudharat bagi kesehatan dirinya.72
2. Metode KB Alamiah
Metode alamiah adalah metode yang tidak menggunakan alat, bahan kimia,
maupun obat-obatan. Ada beberapa cara yang dilakukan dengan metode ini:
Memberi ASI selama enam bulan. Ini sejalan dengan QS. Al-Baqarah (2):233, Al-
Ahqaf (46):15 dan Luqman (31):14.
Dalam pelaksanaan KB alamiah ada 2 cara yang dilakukan
Pertama dengan system kalender berdasarkan hitungan tanggal.73
Sistem ini
memperhatikan siklus haidh/menstruasi guna menentukan masa subur.apabila telah
diketahui masa subur, umumnya 7 hari setelah haidh, inilah waktu yang tepat untuk
tidak melakukan hubungan suami istri karena akan terjadi kehamilan.
71
Pujiyanti dan Tien Rahmatin. Relasi Suami Istri Dalam Islam ( Jakarta: Pusat Studi Wanita
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h.142 72
Aminudin Yakub. KB dalam Polemik melacak pesan substantif islam. (Jakarta: PBB UIN,
2003) h.34 73
Drs Amir Achsin, Dipl.TEFL,dkk, Untukmu ibu tercinta,(Jakarta:Prenada Mulia,
2003).,h.71
Selain mengetahui kapan waktu subur, ada pula yang berpendapat bahwa waktu aman
untuk melakukan hubungan suami istri tanpa kekhawatiran untuk hamil adalah 4 hari
setelah haid dan 5 atau sampai 8 hari datangnya haid berikutnya.74
Kedua dengan system menjalankan metode ovulasi billing yaitu Metode
pengecekan lendir atau metode pengamatan irama, yaitu metode berpantang hubung
( atau dengan memakai metode perintang ) pada hari-hari subur istri. Lendir yang
selalu dikeluarkan oleh wanita sepanjang hari merupakan tolak penentuan waktu
subur dan aman bagi pasangan suami istri yang melakukan hubungan suami istri. Dan
yang paling utama dari metode ovulasi billing ialah memperhatikan sifat dan rasa
lendir yang dikeluarkan oleh istri75
3. Metode Darurat
Adalah metode menghindari kehamilan setelah terlanjur terjadinya hubungan
suami istri tanpa pelindung. Metode ini mengupayakan agar sel telur yang telah
dibuahi oleh sperma jangan sampai menempel ke dinding rahim dan berkembang
menjadi janin. Caranya dengan meminum pil KB yang mengandung hormon estrogen
dan progestin, seperti pil mifebristone, setelah terjadinya hubungan. Pil ini hanya
memiliki pengaruh jika diminum dalam waktu 48 jam setelah terjadinya hubungan76
74
Aiman Al-Husaini, kado malam pertama, (Jakarta: Pustaka Anisah,2003).,h.54 75
Margaret F. hayes FCJ,R.N, dkk, Mengajar Metode Ovulasi Billing,(Yogyakarta:
Kanisisus,2000).,h.13 76
Aminudin Yakub. KB dalam Polemik “Melacak Pesan Substansif Islam” h.37
hipofisis dan estrogen serta progesterone dapat memberikan rangsangan balik.
Corquodale, Thayer dan doisy antara tahun 1930 sampai 1936 mengisolasi estrogen
dan progesterone
Laboratorium syntax pada tahun 1956 menemukan progesterone sistesis
dengan nama norethisterone.Pada tahun 1960 Rock. Pincus dan Garcia mencoba
progresteron sebagai kontasepsi oral dengan hasil yang memuaskan. Pada tahun 1963
goldzieher membuat Pil KB oral sekuensial. Pada perkembangan dan percobaan
selanjutnya telah dibuat berbagai Pil KB dengan tujuan meningkatkan efektivitas,
mengurangi efek samping, dan meniminalkan keluhan peserta KB
C. Perspektif Hukum Islam tentang Keluarga Berencana
Agama Islam memiliki ajaran yang komprehensif yang terinci dalam masalah
keluarga. Ada puluhan ayat Al-qur‟an dan ratusan Hadits Nabi yang memberikan
petunjuk sangat jelas menyangkut persoalan keluarga, mulai dari pembentukan
keluarga, hak dan kewajiban masing-masing unsur dalam keluarga hingga masalah
warisan dan perwalian. Islam memang memberikan perhatian besar kepada penataan
keluarga. Ini terbukti bahwa seperempat bagian dari fiqih ( hukum Islam), yang
dikenal dengan rub‟u al-munakahat, berbicara tentang masalah keluarga77
Tidak ada ayat Al-Qu‟an dan Hadits Nabi yang secara tegas berbicara KB.
Dengan diamnya kedua sumber ajaran islam ini, mayoritas ulama berpendapat hukum
77
Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial, ( Bandung : Mizan,1994 ), h.135
KB harus dikembalikan pada hukum asal sesuai dengan kaidah fiqh yang berlaku
bahwa “ Pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan adalah boleh kecuali ada dalil yang
menunjukkan keharamannya‟.78
akan tetapi membunuh bayi khususnya bayi
perempuan yang telah terjadi di masa-masa menjelang datangnya Islam adalah
haram; sehingga yang mereka lakukan sangat jelas yaitu membunuh anak manusia
( perempuan ) yang sempurna. Sebagaimana tersebut dalam al-qur‟an surat An-Nahl
Ayat 58 :
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah.
( QS. An-Nahl : 58 )
Islam sendiri menganjurkan anaknya untuk memperbanyak keturunan dan
mensyukuri setiap anak yang lahir, baik laki-laki maupun perempuan, Namun dibalik
itu islam juga memberi keringanan (rukhshah} bahkan menyerukan kepada setiap
muslim untuk mengatur keturunannya demi kualitas generasi berikutnya79
.
78
Masifuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, ( Jakarta: CV, Haji Mas Agung, 1991), h. 55
79 BKKBN Jawa Barat, Buku Pedoman Advokasi dan KIE Program KB, (Bandung : BKKBN,
2006) hal 18
Allah SWT berfirman :
15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya
aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". ( Q.S. Al-Ahqaaf : 15 )
Menurut Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya; kalau hamilnya 6 bulan
berarti menyusuinya 24 bulan, kalau hamilnya 7 bulan berarti menyusuinya 23 bulan,
kalau hamilnya 8 bulan berarti menyusuinya 22 bulan, kalau hamilnya 9 bulan berarti
menyusuinya 21 bulan. Sehingga seandainya jarak kehamilan kurang dari tiga puluh
bulan ada kemungkinan terkena resiko buruk, paling tidak kesehatan si ibu akan
terganggu, dan menjadi lemah. Prof. Dr.Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar
mengatakan: “ bahkan bukan sedikit, ibu yang subur melahirkan tahun ini
menyusukan tahun depan, melahirkan tahun yang satu lagi menyusukan pula sesudah
itu, sehingga tahun ini melahirkan tahun depan menyusukan. Kian lama anak kian
banyak, namun badan kian lama kian lemah….”80
Untuk menjaga kesehatan ibu dan kualitas anak, hendaknya si ibu member
ASI ( Air Susu ibu ) seperti yang dilahirkan Al-Qur‟an :
233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan
(Q.S. Al-Baqrah : 233 )
Islam tidak melarang perencanaan keluarga melalui pengaturan jarak
kelahiran. Pada masa Rasulullah SAW hal semacam ini pernah terjadi dimana para
sahabat melakukan cara agar pembuah ( bertemunya bibit sperma laki-laki/sel telur
perempuan ) tidak terjadi. Cara itu disebut Azl81
. Menurut Abdul Qadir Jaelani adalah
apabila senggama sedang dilakukan, tatkala organism telah sampai pada titik puncak
dan sperma akan keluar, suami cepat-cepat menarik penisnya dari vagina istri agar
sperma itu keluar di luar vagina. Maksudnya agar tidak terjadi pembuahan82
. Dan
Rasulullah tidak melarang prilaku para sahabat tersebut. Berikut ini hadits-hadits
yang berkaitan dengan Azl.
80
Cholil Nafis “ Fikih Keluarga “ (Jakarta: Mitra Abadi Press,2009) hal.75 81
H.Bgd,M.Letter,Tuntunan rumah tangga muslim dan Keluarga berencana,(Padang:
Angkasa raya, 1985) h.70 82
Abdul Qadir Jaelani, Keluarga sakinah,( Surabaya:PT Bina Ilmu,1995), Cet.Ke-1,h. 188
ع يحذ ث عجذ انرح ث فم . حذقب ح أة. حذثب ح ث اضحب ق. حذثب اث ثكر ث أث شجخ
ضعذ رضل اهلل صه اهلل عه ضهى : انقرش، ع عرح ع عبنئشخ ع جذايخ ثذ ت األضذخ، أب قبنذ
ضعز قل، ضئم ". قذ أردد ا أ ع انغبل، فبرا فبرظ انرو غه فال قزه أالدى، : " قل
(را اث يبج)". انأد انخف : "ع انعسل، فقبل 83
“ Dari Abu Bakar bin Abu Syibah menceritakan kepada kami, Yahya bin Ishaq
menceritakan pada kami, Yahya bin Ayyub menceritakan pada kami, dari
Muhammad bin Abdurrahman bin Naufal al-Quraisyiyyi dari ‟Urwah, dari „Aisyah
dari Judamah binti Wahab al-Asadiyyah berkata, “ aku mendengan Rasulullah SAW
bersabda: aku akan melarang Ghailah ( melakukan hubungan seksual dengan istri
yang sedang menyusui ), tetapi saya lihat orang-orang Bizantium dan Persia
melakukan hal tersebut, dan anak-anak mereka tidak dibunuh, ( tidak menderita ).
Nabi ditanya tentang al-Azl, nabi bersabda: al-az l adalah pembunuhan bayi berskala
kecil”
Dan dalam hadist lain dijelaskan:
ا رجال أر رضل اهلل صه . أخجرب أث زثر ع جب ثر. حذقذثذب زر. حذ ثب أحذ ث عجذ اهلل ث ص
اعسن عب : فقب ل. أب أطف عهب اب أكر أ رحم. إ ن جرخ خب ريب ضبزب: اهلل عه ضهى فقب ل
قذ أخجر رك ا ضأ رب : قفبل. إ انجبرخ قذ حجث: فهجث انرجم ثى أرب فقبل, فب ضأ رب يب قذرنب. ا شئذ
(را يطهى).يب قذر نب84
“ Menceritakan pada kami Ahmad bin Abdullah bin Yunus, yang
diberitahukan oleh Zuhair, yang diberitahu oleh Abu Zubair, dari Jabir yang
mengatakan : “ seseorang datang kepada Rasulullah SAW, sambil berkata: “ saya
memiliki seorang hamba wanita, ia sebagai pelayan kami dan menyirami pohon-
pohon kurma kami, aku menyetubuhinya, akan tetapi aku tidak menghendakinya
hamil. “ nabi menjawab: “ lakukanlahAl- Azl jika kamu kehendaki, akan tetapi tetap
akan datang pada perempuan itu kehamilan jika tuhan mentakdirkan. Setelah
beberapa waktu,lalaki itu kembali seraya mengatakan bahwa budak perempuan itu
telah hamil, Nabi berkata: telah aku katakana kepadamu apa yang telah ditakdirkan
akan berlaku kepadanya” ( H.R. Muslim ).
83 Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar al-
Fikr,1995)jilid 1,Bab al-Ghiyal,hal 630-631
84 Abu Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi, al-jami‟al-shohih muslim,(Beirut: Dar al-
Fikr,1993),jilid 2,Kitab Nikah,Cet ke-1,hal.666
Dari beberapa hadits diatas , Nampak bahwa hukum Azl itu boleh, karena Al-
Qur‟an tidak melarang, dan Nabi tidak melarangnya. Sebagian besar ulama
menyatakan halal dengan syarat bahwa azl dilakukan harus dengan izin istri, dan azl
menjadi haram bila tanpa ada persetujuannya, sebab bila tanpa kerelaannya, maka itu
berarti menyakiti dan mematikan kebahagiannya.85
Meskipun disatu sisi azl dapat dilakukan sebagai alternatif pencegahan atau
penundaan kehamilan, namun disisi lain tetap ada pihak yang dirugikan yaitu
perempuan, dimana perempuan tidak mengalami organism ( puncak kenikmatan
hubungan suami istri).
Sayyid Sabiq dalam kitabnya fiqhus sunnah sebagaimana dikutip Syaikh
Kamil Muhammad “Uwaidah dalam kitab Fiqh wanita, menyatakan.” Doperbolehkan
membatasi keturunan, jika keadaan suami banyak mempunyai anggota keluarga,
sehingga dikhawatirkan tidak mampu memberikan pendidikan kepada putera,
puterinya secara baik.demikian jika si istri dalam keadaan lemah atau secara terus
menerus hamil, sementara suami dalam keadaan miskin. Pada kondisi ini,
pembatasan terhadap kelahiran diperbolehkan.bahkan sebagian ulama berpendapat
bahwa pembatasan kelahiran pada kondisi seperti itu bukan hanya diperbolehkan,
akan tetapi disunnahkan.86
85
Asysyaikh Muh. Jamaludin Al Qasimi Addimasqy, Mauidzatul mu‟minin, ringkasan dari
ihya „Ulumuddin Imam Al-Ghazali (terj.Oleh Moh. Afdhai rathony), almaktabah Attijariyah Al
Kubro,tt.(Bandung: CV Dipenogoro,1989),h.277
86
Syaikh kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqh Wanita,edisi lengkap terj.Oleh M.Abdul Ghoffar
E.M (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,1998),h.425
Adapaun Imam Al-Ghazali sebagaiman dikutip Syaikh Kamil dalam fiqh
wanita, mengatakan:” ada beberapa hadits shahih membolehkan azl ini, sedangkan
sabda rasulullah SAW yang menyatakan bahwa azl merupakan tindak pembunuhan
secara samar ( tersembunyi ). atau sabdanya bahwa azl merupakan syirik tersembunyi
hanya menunjukkan kemakruhannya dan tidak berarti haram.87
Dan mayoritas fuqaha dari kalangan Hanafiyah, Malikiyah, sebagian
Syafi‟iyah,Hanabilah, Zaidiyah, dan Imamiyah membolehkan Azl dengan syarat
harus dengan seizin istri karena istri juga memiliki hak dalam pengambilan keputusan
untuk memilki anak atau tidak. Namun, mereka berbeda pendapat apakah izin itu
hanya berlaku kepada istri dari kalangan wanita merdeka saja atau berlaku kepada
seluruh wanita, baik mereka atau budak. Perbedaan yang terakhir ini sudah tidak
relevan lagi untuk kondisi sekarang ini.88
Dengan demikian, pengaturan kelahiran itu termasuk hal yang dituntut oleh
Islam, baik pengaturan itu dengan membatasi keturunan atau yang menambahnya
sesuai dengan situasi dan kondisi.
Perlu dibedakan antara seruan untuk pengaturan keturunan yang
menggunakan metode membatasi kelahiran atau mencukupkan 2-3 anak saja; dengan
mencegah keturunan yang memakai cara kebiri ( menutup saluran mani dengan cara
87 Cholil Nafis, Fikih Keluarga” Menuju Keluarga Sakinah,Mawaddah wa Rohmah,
Sehat,Sejahtera dan Berkualitas” (Jakarta:Mitra Abadi Press,2009) h. 46 88 Hasan, Ali Al-Syadzili, “ Tanzim Al-Nasl aw Tahdiduhu fi Al-Fiqh Al- Islami”, dalam
Majallat Majma‟ Al-Fiqih Al-Islami, Vol. V, Jilid II, (Jeddah : Majma‟ Al-Fiqh Al-Islami 1988),h.125-
126.
operasi ). Seruan yang pertama dibolehkan sedangkan yang kedua dilarang bahkan
diharamkan oleh agama89
.
Juga perlu dibedakan antara mencegah kehamilan, artinya sebelum terjadinya
kehamilan, baik melalui azl atau dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi; dengan
pengguguran kandungan, artinya sesudah terjadinya kehamilan. Yang pertama
dibolehkan sebagaimana yang telah dilakukan oleh para sahabat.sedangkan yang
kedua diharamkan, sebagaiman firman ALLAH dalam QS 17:31:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah
yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.( QS. Al-Isra‟ : 31 )
Dengan kemajuan ilmu dan teknologi sekarang ini telah ditemukan berbagai
macam alat kontrasepsi yang fungsinya sama dengan Azl yakni mencegah kehamilan.
Di antara sekian banyak alasan yang mendorong dilakukannya keluarga berencana,
yaitu:
Pertama : mengkhawatirkan terhadap kehidupan atau kesehatan si ibu apabila hamil
atau melahirkan anak, setelah dilakukan suatu penelitian dan pemeriksaan oleh
dokter yang dipercaya. 90
89 A. Syauqi Al Fanjani, Pengarahan Islam tentang kesehatan, (Jakarta: Al-Hidayah 2009) hal
150 90
Cholil Nafis, Fikih Keluarga “ Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah,Wa Rahmah,Keluarga
Sehat, Sejahtera Dan Berkualitas” (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009) hal.76
Karena Firman Allah SWT :
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik ( Al-Baqarah : 195 )
Kedua : khawatir akan terjadinya bahaya pada urusan dunia yang kadang-kadang
mempersukar beribadah, sehingga menyebabkan orang mau menerima barang yang
haram dan mengerjakan yang, justru untuk kepentingan anak-anaknya.
Sedang Allah SWT telah berfirman :
185.. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur. ( Al-Baqarah : 185 )
Termasuk yang mengkhawatirkan anak, ialah tentang kesehatan dan
pendidikannya. Sebagaimana terdapat dalam terjemahan hadits sebagai berikut:
Usamah bin Zaid meriwayatkan : “ Ada seorang anak laki-laki datang kepada nabi
Muhammad SAW kemudian ai berkata : ya rasulullah ! sesungguhnya saya
melakukan A‟zl pada istriku. Kemudian nabi bertanya: mengapa kamu berbuat itu? Si
laki-laki tersebut menjawab: karena saya merasa kasihan terhadap anaknya, atau ia
berkata : anak-anaknya. Lantas nabi bersabda: seandainya hal itu berbahaya, niscaya
akan membahayakan bangsa Persi dan Rum.” ( riwayat Muslim)91
91
Ibid. hal. 78
Seolah-olah Nabi mengetahui bahwa situasi individu, yang dialami oleh si
laki-laki, tidaklah berbahaya bagi seluruh bangsa, dengan dasar bangsa persi dan rum
tidak mengalami bahaya apa-apa, padahal mereka bias melakkan persetubuhan
waktu hamil dan menyusui, sedang saat itu kedua bangsa ini adalah bangsa terkuat di
dunia.
Ketiga: keharusan melakukan A‟zl yang biasa terkenal dalam syara‟ ialah karena
mengkhawatirkan kondisi perempuan yang sedang menyusui kalau hamil dan
melahirkan anak baru. Nabi saw menamakan bersetubuh sewaktu perempuan masih
menyusui , dengan ghilah atau ghail, karena penghamilan itu dapat merusak air susu
dan melemahkan anak.
Di zaman sekarang sudah ada beberapa metode dan alat kontrasepsi KB
( keluarga berencana ) yang dapat dipastikan kemashlahatannya, dan justru
mashlahah itulah yang dituju oleh nabi muhammad SAW yaitu melindungi anak yang
masih menyusu dari marabahaya termasuk menjauhi mafsadah yang lainnya. Yaitu
bersetubuh dengan istrinya selama menyusui sehingga tidak mengakibatkan
kehamilan92
.
Usaha pencegahan kehamilan yang tidak dibenarkan dalam islam adalah
melakukan kebiri, dalam medis cara ini disebut vasektomi pada pria dan tubektomi
pada wanita dan pengguguran kandungan, popular dengan istilah abortus, dengan
92 Cholil Nafis, Fikih Keluarga “ Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah,Wa Rahmah,Keluarga Sehat,
Sejahtera Dan Berkualitas” (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009) hal.79
bentuk MR ( menstrual relugation )93
abortus dalam cara apapun dilarang oleh
jiwa dan semangat Islam baik dikala janin sudah bernyawa, usia 4 bulan dalam
kandungan atau belum bernyawa, dibawah usia 4 bulan dalam kandungan. Karena
perbuatan tersebut termasuk pembunuhan terselubung yang dilarang oleh syariat
islam. Abortus boleh tetap dilakukan apabila memang ada alasan yang kuat,
seumpamanya membahayakan nyawa si ibu.94
Melihat fungsi dan manfaat KB (Keluarga Berencana) yang dapat melahirkan
kemashlahatan dan mencegah kemudharatan, tidak diragukan lagi kebolehan KB
dalam Islam.
D . Persfektif Hukum Positif tentang Keluarga Berencana
Keluarga Berencana merupakan salah satu agenda besar pemerintah Indonesia
dalam upaya meminimalisir meledaknya jumalah penduduk dan terwujudnya sumber
daya manusia yang berkualitas, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang semakin
padat dan tidak dbarengi dengan peningkatan kualitas penduduk dalam aspek
ekonomi dan pendidikan.
Dari berbagai dinamika kependudukan dilihat dari kualitas yang kurang
disbanding kuantitas, maka pemerintah malalui Undang-Undang mengatur tentang
Kependudukan dan keluarga berencana.
93
Syaikh kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqh Wanita,edisi lengkap terj.Oleh M.Abdul Ghoffar
E.M (PustakaAl Kautsar,Jakarta: 1998)h.425 94
.H.Bgd,M.Letter,Tuntunan rumah tangga muslimdan Keluarga berencan,(Padang: Angkasa
raya, 1985) ;h.105
Mengacu kepada Undang-undang Repubik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009
Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, tertera dalam
pasal 20 Keluarga berencana adalah untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang
dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan keluarga berencana melalui
penyelenggaraan program keluarga berncana
Dan dalam pasal 21 ayat (1) kebijakan keluarga berencana untuk membantu
calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak
reproduksi secara bertanggung jawab tentang : a, Usia ideal perkawinan, b. usia ideal
untuk melahirkan,c. Jumlah ideal anak, d. jarak ideal kelahiran anak, e. penyuluhan
kesehatan reproduksi.95
Dan selanjutnnya dalam pasal 21 ayat (2) dijelaskan kebijakan keluarga
berencana bertujuan untuk:
a. Mengatur kelahiran yang diinginkan
b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak.
c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidkan,konseling,dan
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi . meningkatkan
partisispasi dan kesehatan pria dan praktek keluarga berencana, dan
95 Undang-undang Republik Indonesia No 52 Tahun 2009 Tentang Kependudukan dan
pembangunan keluarga, (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,2010),
hal.23
d. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak
kehamilan.96
Dan dalam pasal 21 ayat (3) kebijakan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 mengandung pengertian bahwa dengan alas an apapun promosi
aborsi sebagai pengaturan kehamilan dilarang.
Dan dalam hal penyediaan dan pengaturan pemakaian alat dan metode
Kontrasepsi dalam keluarga berencana tertera dalam pasal 23 ayat (1) yakni
pemerintah dan pemerintah daerah wajib meninghkatkan akses dan kualitas,
informasi,pendidikan dan konseling, dan layanan kontrasepsi,dan dalam point (a)
secara tidak langsung pemberian metode kontrasepsi mempertimbangkan usia
paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan dan norma agama97
.
Dalam dalam berKB (keluarga berncana ) tidak ada paksaan, sebagaimana
terdapat dalam pasal 24 ayat (1) yang berbunyi : pelayanan kontrasepsi secara paksa
kepada siapaun dan dalam bentuk apapun bertentangan dengan hak asasi manusia dan
pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan pernudang-
undangan.
Keberadaan suami istri mempunyai kedudukan,hak dan kewajiban yang sama
dalam melaksanakan keluarga berncana ( KB ) dan boleh menetukan cara keluarga
berencana, sebagaimana tertulis dalam pasal 25 ayat (1) dan (2), dan dalam
96 Ibid, hal.23 97
Ibid, hal.25
pelaksanaan keluarga berencana meliputi pemnggunaan obat,alat dan hal-hal
kontrasepsi itu dilakukan atas persetujuan suami istri dan dilakukan menurut standar
profesi kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sebagiamana terdapat dalam pasal 26 ayat 1,2,dan 3.
Dan dalam pasal 27,28, dan 29 Dijelaskan upaya pengamanan dan
pengawasan alat,obat dan cara kontrasepsi , baik dalam penyampaian dan
pengunaannya yang dilakuakn oleh tenaga kesehatan yang sudah propesional, dan
dalam penelitian dan pengembangan teknologi alat,obat dan cara kontrasepsi
dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dan masyarakat berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. dan adapun penyediaan alat,obat
kontrasepsi di sediakan oleh pemerintah baik khususnya bagi penduduk miskin 98
Dan Keluarga Berencana (KB) yang dimaksud dalam Undang-Undang No.52
Tahun 2009 tentang Perkembangan penduduk dan Pembangunan Keluarga
merupakan bentuk upaya mengatur kelahiran anak, sehingga membantu pasangan
suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memilki jumlah anak, dan
mengatur kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara,alat dan obat
kontrasepsi,
Oleh karena itu, dilihat dari Hukum Positif program KB (Keluarga Berencana)
yang diatur dalam Undang-Undang tersebut merupakan upaya pemerintah dalam
mewujudkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yang baik
dan ideal, sehingga akan meningkatkan kualitas penduduk dalam aspek fisik dan
98
Ibid, hal.29
nonfisik yang meliputi kesehatan,pendidikan ,pekerjaan,produktivitas,tingkat sosial,
ketahanan, kemandirian,kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan
kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang
bertakwa,berbudaya,berkepribadian,berkebangsaan dan hidup layak.99
E. Analisis Penulis
Dari hasil penelitian yang dikaji dan dibahas oleh penulis, maka Konsep
Badan Keluarga Berencana Nasional berkenaan dengan Hukum Islam dan Positif
tentang keluarga Berencana sebagai berikut:
1. Keluarga berencana (KB) yang ada dalam Badan Keluarga Berencana hukumnya
boleh dengan alasan yang pertama ketika KB dilihat dari pengertian yaitu sebuah
bentuk upaya pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan
kehamilan atas kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk
kepentingan (Mashlahat) keluarga, dengan kata lain KB yaitu mengatur jarak
interval kehamilan berdasarkan alasan tertentu, seperti kesehatan ibu atau anak,
dan ini di bolehkan dalam Ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al-
Baqarah [2] ;223) sebagai berikut:
99 Cholil Nafis, Fikih Keluarga “ Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah,Wa
Rahmah,Keluarga Sehat, Sejahtera Dan Berkualitas” (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009) hal.51
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah
tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-
orang yang beriman.
Dan salah satu hadits Bukhari yang berbunyi: bahwa Jabir ra; sahabat
Rasulullah Saw, berkata: Kami Para sahabat banyak yang melakukan „Azl di masa
Rasulullah dan pada waktu itu Al-Qur‟an masih turun. Dan hal itu disampaikan oleh
Rasulullah SAW namun tidak dilarangnya.
Selain Al-Qur‟an dan hadits tersebut Keluarga Berencana di bolehkan
berangkat dari sebuah kaidah fiqh yang berlaku bahwa” pada dasarnya segala
sesuatu/perbuatan adalah boleh kecuali ada dalail yang menunjukkan keharamannya.
Selain alasan di atas, Keluarga berencana (KB) dibolehkan karena dalam
praktiknya dilapangan implementasi program KB sangat membantu masyarakat
dalam pengaturan jumlah anak sehingga akan mempengaruhi Kualitas anak tersebut
dalam peningkatan SDM.
2. Dan Keluarga Berencana (KB) itu hukumnya tidak boleh apabila KB dalam
pengertian pengendalian jumlah anak di dasari oleh motivasi ketakutan
kekurangan rezeki dan tidak dapat mengurus dan merawat anak tersebut.
Sebagaimana tercantum dalam Al-qur‟an:
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka,
dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.
demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
Menurut penulis ayat ini bisa dipahami sebagai upaya Aborsi yaitu
pengguguran kehamilan. Hal ini dilarang oleh syariat Islam karena sebagai bentuk
pembunuhan anak yang sudah ada wujudnya. Kecuali ada alasan medis yang dapat
diterima secara syar‟i.
Terakhir penulis ingin menekankan dari penelitian ini bahwa pada dasarnya
KB (Keluarga Berencana) adalah mubah (boleh), dan ia bisa berubah menjadi haram
dan wajib tergantung pada apakah ia dapat melahirkan kemashlahatan dan mencegah
munculnya kemudharatan karena esensi hukum Islam adalah mewujudkan
kemashlahatan bagi umatnya, kaidah fiqih jelas menyatakan:
اينما وجدت المصلحة فثم شرع ااهلل100
“ Dimana ada mashlahat maka disitulah ada hukum Allah “
100 Aminudin Yakub. KB Dalam Polemik : Melacak Pesan Substantif Islam. (Jakarta: Pusat
Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian penelitian saya dapat disimpulkan bahwa KB
( Keluarga Berencana ) yang terdapat dalam konsep Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional sebagai berikut:
1. Bentuk Keluarga Berencana (KB) di BKKBN sangat aman dan baik untuk
mencegah kehamilan ( man‟u al- haml ), dan membawa implikasi mashlahat
penggunanya, baik suami maupun istri, dan bahan yang digunakan untuk
membuat alat kontrasepsi tersebut dari bahan halal dan aman, selain itu ber-
KB yang diprogramkan BKKBN dalam pelaksannaannya tidak ada tekanan
dan paksaan kepada masyarakat, semuanya merupakan sebuah hak bagi
suami istri, bukan kewajiban, dan mereka berhak menentukan sikap dalam ber
KB, termasuk jumlah anak yang mereka inginkan ( sesuai dengan kemampuan
serta alat kontrasepsi yang mereka gunakan ) .
2. Metode Keluarga Berencana (KB) yang terdapat di BKKBN merupakan hasil
dari Tim Dokter Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
yang terdiri dari berbagai macam metode-metode Alamiah dan teknologi
kontrasepsi terkini, antara lain kontrasepsi hormonal dan non hormonal.Selain
itu terdapat metode kontrasepsi injeksi wanita yaitu metode berdasarkan hari
subur yaitu metode hari-hari baku (standar days method) dan metode dua hari
(two day methode),
3. Keluarga Berencana menurut ulama, merupakan salah satu bentuk usaha
manusia dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera dan bahagia guna
menghasilkan keturunan generasi yang kuat dimasa yang akan datang. Hukum
ber-KB juga bisa berubah (Boleh) menjadi sunnah, wajib,makruh atau haram,
seperti halnya hukum perkawinan bagi orang Islam, yang hukum asalnya juga
mudah. Hukum mubah itu bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi
individu muslim yang bersangkutan, lain juga memperhatikan perubahan
zaman, tempat dan keadaan masyarakat. dan metode vasektomi dan tubektomi
yang permanen hukumnya haram digunakan, kecuali alat kontrasepsi dengan
menggunakan metode vasektomi dan tubektomi yang dibenarkan oleh hukum
Islam adalah yang cara kerjanya mencegah kehamilan (man‟ul haml), bersifat
sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri oleh bersangkutan
atau oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya dalam keadaan
darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatannya harus berasal dari bahan
halal, selain tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudharat)
bagi kesehatan.
4. Keluarga berencana (KB) di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasioanal (BKKBN) persfektif Hukum Islam dan Hukum Positif.
a. Persfektif Hukum Islam Keluarga Berencana (KB) secara substansial tidak
bertentangan dengan ajaran Islam, karena ia merupakan bentuk
implementasi semangat Islam mewujudkan sebuah kemashlahatan, dan
dalam BKKBN itu sendiri KB tersebut mempunyai arti yang sama dengan
tanzim an-nasl (pengaturan kelahiran), bukan tahdid al-nasl (pembatasan
keturunan) dalam arti pemandulan (ta‟qim) dan aborsi (isqot al-haml wa
al-ijhadh), maka KB tidak dilarang. Dan Islam mendukung KB (Keluarga
Berencana).hal ini ditunjukkan oleh beberapa hadits yang membolehkan
azl yang merupakan pencegahan kehamilan secara alami. dan pada zaman
sekarang sudah ada beberapa alat kontrasepsi yang dapat dipastikan
kemashlahatannya.
b. KB (Keluarga Berencana) pesfektif Hukum Positif merupakan upaya
pengaturan kehamilan, baik jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
maka perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah
upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan
mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.
B. Saran
1. Dalam melaksanakan fungsinya, Badan Kependudukan dan Keluarga
berencana nasional harus selalu mengadakan sosialisasi berupa seminar,
dialog publik maupun penyuluhan tentang KB (Keluarga Berencana) secara
merata kepada masyarakat dalam penyelenggaraan program Keluarga
Berencana.
2. Hendaknya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional lebih
memprioritaskan penduduk pedesaan dalam menggalakkan program Keluarga
Berencana, Mengingat kesadaran untuk ber-KB sangat rendah di bandingkan
Masyarakat perkotaan.
3. Dalam melaksanakan tugas,fungsi dan tujuan, sebaiknya Badan
Kependudukan dan keluarga Nasional hendaknya melibatkan elemen
masyarakat yang terdiri dari akademisi, praktisi, serta orang-orang yang
mampu untuk menyumbangkan buah pikirannya dalam membantu
terealisasinya program BKKBN yang menjadi harapan masyarakat Indonesia
4. Kepada Ulama,hendaknya ikut melibatkan diri dalam perkembangan dan
kebijakan program KB (Keluarga Berencana) agar dapat mengkontrol lebih
jauh apa saja yang dikeluarkan oleh BKKBN dalam menjalankan
programmnya baik bentuk,alat,,dan methode ber-KB yang sehingga kehalalan
dan kemashlahatan dapat dirasakan oleh masyarakat banyak.
5. Bagi masyarakat sebaiknya mengikuti program yang ber-KB yang sudah lama
dicanagkankan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dengan melihat terlebih dahulu situasi dan kondisi yang ada
mengingat KB sangat membantu kehidupan rumah tangga dalam mengatur
kehamilan sehingga dapat mewujudkan keluarga kecil yyang berkualitas.
6. Kepada Fakultas hendaknya memfasilitasi sarana dan prasarana yang
berkenaan tentang masalah KB, seperti mengadakan seminar dan diskusi
umum guna lebih meningkatkan pemahaman dan kualitas mahasiswa dalam
persoalan Keluarga Berencana dan Perkembangan Penduduk yang bertujuan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan untuk menjamin
keberlangsungan hidup seluruh manusia tidak lagi hanya berdimensi loka dan
nasional, kan tetapi juga internasional
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim, Bandung, CV. Diponegoro, 1985
A. Al-Fanjari, Syauqi, Pengarahan Islam tentang Kesehatan, Jakarta: Al-
Hidayah,2008.
Abi Abdillah, Al-Qazwaini, Muhammad bin Yazid, Sunan Ibn Majah. Beirut: Dar
Al-Fikr,1995.
Abu Husain Al-Qusyairi, Muslim bin Hajjaj, Al-Jami‟Al-shohih Muslim. Beirut: Dar
Al-Fikr,1993,jilid 2,Kitab Nikah,Cet ke-1,
Achsin, Amir, Untukmu ibu tercinta. Jakarta: Prenada mulia, 2003,
Addimasqy, Asysyaikh Muh. Jamaludin Al Qasimi, Mauidzatul mu‟minin, ringkasan
dari ihya Ulumuddin Imam Al-Ghazali (terj.Oleh Moh. Afdhai rathony),
almaktabah Attijariyah Al Kubro,tt, Bandung: Cv.Dipenogoro, 1989.
Al-Husaini, Aiman, kado malam pertama, Bandung : Pustaka Anisah:,2003
Al-Syadzili, Ali Hasan “ Tanzim Al-Nasl aw Tahdiduhu fi Al-Fiqh Al- islami”.
Jeddah : Majma‟ Al-Fiqh Al-Islami, 1988.
Arjoso, S. Rencana Stategis BKKBN. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, 2005.
Ash-Shabagh, Mahmud, Keluarga bahagia Dalam Islam. Yogyakarta: CV. Pustaka
Mantiq, 1993.
Arikanto, Suharsini, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta,1996.
Bagus, Ida Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana, Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC, 1989.
BKKBN Jawa Barat, Buku Pedoman Advokasi dan KIE Program KB. Bandung:
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2006.
BKKBN, program KB nasional Kamus istilah. Jakarta: Direktur Pelayanan
Informasi Dan Dokumentasi, 2007.
BKKBN : Informasi Dasar Program Kependudukan KB,Jakarta: PT rais utama
offset, 1982.
BKKBN, UNFPA, KEMENAG RI, MUI,NU,DMI Membangun keluarga sehat dan
sakinah, panduan KIE bg penyuluh agama, Jakarta: 2007.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga
Berencana. (Jakarta : 1985 )
________________________________, Pedoman Penanggulangan Efek Samping /
Komplikasi Kontrasepsi. (Jakarta :1999)
_________________________________, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga
Berencana, (Jakarta:1989)
___________________________________, Keterpaduan Keluarga Berencana
Kesehatan, (Jakarta: 1987)
Hayes, Margaret FCJ,R.N, dkk, Mengajar Metode Ovulasi
Billing. Yogyakarta: Kanisisus,2000.
Jaelani,Abdul Qadir Keluarga sakinah,Surabaya: PT Bina Ilmu,1995, Cet.Ke-1.
Letter, M. Tuntunan rumah tangga muslimdan Keluarga berencana. Padang:
Angkasa raya, 1985.
Madani, Al, dalam manbar “ Majalah BKKBN “ Jakarta: Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional, 2009.
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah. Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1991
Nafis, Cholil, Fikih Keluarga “ Menuju Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah,
Keluarga Sehat, Sejahtera dan Berkualitas. Jakarta: Mitra Abadi Press,2009.
Pujiyanti danti dan Rahmatin Tien, . Relasi Suami Istri dalam Iskam. Jakarta: Pusat
Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN. Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana
dan Program Kependudukan. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1981.
Rahmat, Jalaludin, Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,1999,cet.Ke-7
Syarif, Sughiri. Menggapai Keluarga Berkualitas dan Sakinah.Jakarta: Mitra Abadi
Press, 2009. Cet. Ketiga
Undang-undang Republik Indonesia No 52 Tahun 2009, Tentang Kependudukan dan
pembangunan keluarga, Jakarta: BadanKependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, 2010 .
Undang-undang Republik Indonesia No 62 Tahun 2010, Tentang Badan
Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional, Jakarta: BKKBN, 2011.
Umran, Abd Al-Rahim, Islam dan KB. Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1997, Cet.
Ke-1.
Uwaidah, Syaikh kamil Muhammad , Fiqh Wanita. Jakarta: Pustaka Al Kautsar,1998.
Wawancara Pribadi dengan Rahmat Rosyadi. Jakarta. 12 Mei 2011
Yafie, Ali,Menggagas Fiqih Sosial. Bandung : Mizan,1994.
Yakub, Aminudin, KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam.
Jakarta: PBB UIN, 2003, cet. Ke-1
Zuhdi, Masifuk, Masail Fiqhiyyah. Jakarta: CV, Haji Mas Agung, 1991.
Badri Muhammad Arifin , Soal Jawab: Hukum Keluarga Berencana (KB), kategori:
Fiqh dan Muamalah, diakses pada tanggal 4 Maret 2009 dari
http://muslim.or.id/soaljawab/fiqh-dan-muamalah/soal-jawab-hukum-keluarga
Whandi, “ pengertian/keluarga/kb” artikel diakses pada tanggal 26 maret 2011 dari
http://www.whandi.net.html
Putu Sudayasa,”Program keluarga berencana” artikel diakses pada tanggal 11 oktober
2010 dari http://www. puskel.com.blogging
Departemen kesehatan, “Keperawatan dan kesehatan”.diakses pada tanggal 9 maret
2011 dari http://www.blogspot.com
BKKBN,”Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia”.diakses pada
tanggal 16 maret 2011 dari http://www.bkkbn.go.id
Shvoong, “Pengertian Keluarga Berencana“ diakses pada tanggal 3 pebruari 2011
dari http://www.shvoong.com
KEMENTERIAN AGAMAUNTVERSTTAS TSLAM NEGERT (UIlv)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN'HUKUM'
I r. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakafi.a 15412, lncjonesia Telp ' (62-21\ 7 47 11537 . 7 401925 F ax. (62-21) 7 49 1 821
-..-.._tu'_---_rE*-*f-+
-
E-lJl.-*-*:"'."-1-"'':l"Y -
--___l!b"ite:
www.uinjkt.ac.id E-mait :syir_nut<ringyui6o."o.
---
--T---r_:-, +il__Nomo| Un.l1tF.4tpp.01.1t71 U1 t2010Lampiran : -
Perihal : Mohon Kesediaan MeniadiPembimbinq Skripsi
Jakarta, 11 Agusrus 2010
Kepada Yang Terhormat,,Kamarusdiana, S,Ag, MH(Dosen Fakultas syariah dan Hukum ulN syarif Hidayatullah, Jakarta)Di-
JAKARTA
Assalamu' alaiku m Wr. Wb.
Pimpinan Fakultas syariah dan Hukum ulN syarif Hidayatuilah Jakartamengharapkan kesediaan saudara unluk menjadi pembimbing skripsi mahasiswa :Nama : Arif Faturrahman
NIM :106044101388Prodi/Konsentrasi :Ahwararsyakhshiyah/peradiranAgama.' iudul skripsi ',Konsep BKKKBN (Badan Kordinasi"Ketuarga Berencanar Nasional) tentang KB perspektif Hukum lslam dan
Hukunt Positif
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai ber.ikut :
1. Topik bahasan dan ouiline bila dianggap perlu dapat dilakukan perubahan danpenyempurnaan.
2. Tehnik penulisan agar merujuk kepada buku "pedoman Karya llmiah di UIN syarifHidayatullah Jakarta"
Demikian atas kesediaan saudara kami ucapkan terima kasih
Wa ssalamu' alaiku m W. W.
kultas Syariah dan HukumI Syakhshiyah
Tembusa n :
1, Kasubag Akademik &kemahasiswaan Fakultas Syariah dan Hukum2. Sekretaris Prograrh Studi Ahwal al Syakhshiyah3. Arsip
:
NIP.19500306 197603 1001
n
. 'KEMENTERIAN AG4MAuNrfERSrras rsLAM NEGERT (urN)silm r{TDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAII DAN IIUKUMTelo. (62-21) 747 11537'74O1g25 Fax (62-21)7491821 --WJdr\[-,-*it*.rinjkt.ac.id E-mail : svar-hukuin@vahoo com
,ln, lr. H. Juanda No' 95 Ciputat Jakarta 15412' lndonesia
NomorLampiranHal
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemester
Jurusan/ KonsentrasiAlamat
Telp
L Yth.Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta.
2. Arsip.
|akarta, Maret 20LL
Arif Fathurrahman106044101388
Jakarta, 14MeL7987X (Sepuluh)Ahwal alykhiyyah / Peradilan Agama
Jln. Moch Ali shaleh Rt.02/02Pulau Tidung Kepulaan seribu085669777475
: Un.01 / F4 / KM.00.02/y32rj 201,t..-
: Mohon Data/ Wawancara
Kepada Yth.Kepala, BKKBNdi
Tempat
As s alnm u' al aikttm Wr.W .
Dengan hormat,
Pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa :
Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatuilah Jakarta yang sedang menyelesaikan skripsi denganTopik/ Judui:
" Konsep KB di BKKBN Persepektif Hukum Islam dan Hukum Positif "'
Untuk melengkapi bahan/data yang berkaitan dengan penulisanpembalrasan Topik/Judul di atas, dimohon kiranya Bapak/Ibuf Saudara/idapat membantu/menerima yang bersangkutan untuk berwawancara.
Atas kesediaan Bapak /Ibu/Saudaraf r, kami ucapkan banyak terimakasih.
W ns s nlnntu' nlnikum Wr.W.
tl
n
ftrhi
Nama
Nomor Induk mahasiswa
Tempat,Tanggal Lahir
Alamat Rumah
Fakultas/Jurusan
ARIF FATURRAHMAN
106044101388
Jakarta, 14-Mei- 1987
Jl. Moch. Shaleh Rt 002/02 Kelurahan Pulau Tidung, Kepulauan
Seribu DKI Jakarta, 14520
Syariah Hukum / Peradilan Agama / UIN Syahid Jakarta
BKKbN
SURAT SETERANGANNomor, ..I 1.9 Lt.!.?..:y:..1.91.1,?t,t.
Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) menerangkan bahwa :
Dengan ini menerangkan bahwa nama tersebut telah melaksanakan penelitian dalam penulisan
skripsi denganjudul :
KONSEP TENTANG KELUARGA BERENCANA DI TINJAU DARI HUKUM
ISLAM DAN HUKUM POSITIF.
Demikian keterangan ini kami berikan kepada yang bersangkutan agat dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
iro Hukum, Organisasi dan Humasn Hukum dan Perundang-undangan
Rahmat Rosyadi, S.II, MH
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana NasionalJI. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650 PO.BOX ; 1314 JKT 130',l3
Telp : (02'l)8098018,8009029-45-53-69-77-85 Fax; (021)8008554 Website:http://www.bkkbn.go id
ffi,\ -'- /a;
&n#S
rfix+Bkt(bN
I f
HASIL WAWANCARA
Responden : Drs.H. A. Rahmat Rosyadi, S.H, MH
(Kepala Bagian Hukum dan Perundang-Undangan)
Hari/Tanggal/Tempat : Kamis, 12 Mei 2011/ Kantor BKKBN
Waktu : Jam 10.00 WIB - Selesai
1. Bagaimana Sejarah dan Latar Belakang dibentuknya Badan
Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) ?
BKKBN yang awalnya Badan Koordinasi Keluarga berencana Nasional
diubah menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
nasional,karena saat ini BKKBN sudah tidak mengkoordinasikan sektor,dan
selama ini di Indonesia tidak ada Badan atau kementerian yang menangani
masalah kependudukan, sehingga Undang-Undang memunculkan istilah
tersebut.dalam undang-undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Perkembangan Keluarga telah diatur hal-hal yang
bersifat umum yang berkaitan dengan perkembangan penduduk dan
pembangunan keluarga, serta secara khusus telah diamanatkan perubahan
kelembagaan BKKBN dari “ Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional”. Kepada kelembagaan BKKBN (Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional) diberikan mandat untuk mengemban tugas
melaksanakan pengendalian pendudukan dan menyelenggarakan keluarga
berencana. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan undang-undang ini
akan lebih memperkokoh arah dan tujuam pengendalian penduduk dan
penyelenggaran keluarga berencana dalam mendukung pembangunan
nasional jangka panjang menuju penduduk tumbuh seimbang 2015 dan
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Dan dasar pertimbangan pembentukan BKKBN yaitu: 1) Program keluarga
berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih memanfaatkan dan
memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia. 2) Program
perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat maupun
pemerintah secara maksimal. 3) Program keluarga berencana ini perlu
diselenggarakan secara teratur dan terencana kearah terwujudnya tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang
selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini disebut dengan BKKBN adalah
Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang bertanggung
jawab di bidang kesehatan. Dan BKKBN dipimpin oleh Kepala,yang
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana dan dibantu oleh
sekretariat utama sebagai unsur pembantu pemimpin yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada kepala BKKBN serta dibantu oleh beberapa
deputi yang mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda, yaitu: Deputi
Bidang Pengendalian Penduduk, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga, Deputi Bidang Advokasi, Pengerakkan, dan
Informasi, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan. Dan
terakhir Inspektorat Utama adalah unsur pengawas yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala BKKBN dan mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan Intern di lingkungan BKKBN.
Dan dalam melaksanakan Peraturan Presiden Indonesia Nomor 62
Tahun 2010 tentang Badan kependudukan dan Keluarga Berncana Nasional,
serta dalam rangka meningkatkan efektifitas pengelolaan dan pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana nasional, maka
dikeluarkan Peraturan Kepala badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Nomor 72/PER/B5?2011 untuk menetapkan organisasi
dan tata kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
secara lengkap dan spesifik berdasarkan tugas masing-masing diantaranya
pembagian Biro di Inspektorat utama, diantaranya: Biro Perencanaan, Biro
Kepegawaian, Biro Keuangan dan Pengelolaan Barang Milik Negara, Biro
Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat. serta Biro Umum.
2. Apa Visi Misi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ?
Visi
Keluarga Berkualitas 2015
Misi
Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya
melalui pengembangan kebijakan, penyediaan.
3. Bagaimana Struktur Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional ?
Kepala BKKBN dr.Sugiri Syarif,MPA. Sekretariat Utama, Deputi Bidang
Pengendalian Penduduk, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga,
Deputi Bidang Advokasi, Penggerakkan, dan InformasiDeputi, Bidang
Pelatihan, Penelitian, dan Pembangunan;dan Inspektorat Utama
4. Landasan Normatif bagai pijakan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional dalam Ber-KB?
Undang-Undang dan Intruksi Presiden, serta merujuk kepada Al-Qur’an dan
Hadits.
5. Bagaimana praktek Ber-KB di masyarakat yang di sosialisasikan oleh
BKKBN yang terdiri dari Bentuk dan Metode yang ada?
Banyak cara yang dilakukan oleh BKKBN dalam peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, terutama dengan masalah yang berkaitan dengan
program KB (Keluarga Berencana) baik dalam hal penyediaan alat-alat dan
bentuk kontrasepsi serta metode yang digunakan, adapun metode yang
digunakan yaitu metode amenorea laktasi (Mal) dimana kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI), Metode Keluarga Berencana
Nasional yaitu istri harus mengetahui kapan masa suburnya berlangsung.
Dan alat kontrasepsi yang digunakan bermacam-macam meliputi Kondom,
Suntikan dan Pil Kb yang itu semua akan kami berikan untuk masyarakat,
6. Bagaimana menurut pendapat saudara dengan Keluarga Berencana
Persfektif Hukum Islam dan Positif
KB persfetif Hukum Islam dan Hukum Positif merupakan satu pengertian
yang memiliki tujuan yang sama yaitu ikhtiar manusia untuk mengatur
kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum agama demi
mendapat kesejahteraan keluarga dan bangsa, KB juga harus didasarkan
atas kesadaran dan sukarela. Dan dalam Islam membolehkan keluarga
berencana karena mengatur jarak kelahiran bukan untuk membatasi jumlah
anak, agar tercipta keluarga yang bahagia, sejahtera dan terlahir generasi
penerus yang sehat dan kuat, sehingga keluar Undang-Undang No 52 Tahun
2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga yang
mengatur mekanisme Keluarga Berencana yang diprogramkan oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional agar perencanaan
kependudukan yang baik menjadi prioritas dalam membentuk masyarakat
yang berkualitas, dan kuantitas penduduk semakin sedikit sehingga mobilitas
penduduk yang begitu cepat bisa diatasi dengan baik.
Jakarta, 12 Mei 2011
Responden, Pewawancara,
Dr. H. Rahmat Rosyadi SH, MH. Arif Faturrahman
Susunan Srtuktural Organisasi badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Kepala BKKBN
Dr. Sugiri Syarief, MPA
Sudibyo Alimoeso, MA
Sekretaris Utama
Drs. Pristy Waluyo
Deputi Bidang Advokasi,
Penggerakan dan Informasi
Drs. H. Anwar M. Diah, NM
Inspektur Utama
Drs. Pranyoto, MSc
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga
Dra. Kasmiyati, MSc Deputi Bidang Pelatihan
dan Pengembangan
Darus, SH
Kepala Biro
Tata Usaha
Drs. Edy Purwanto, MSi
Kepala Biro Kepegawaian
Dra. Alimah Soesilo
Kepala Biro Keuangan dan
Pengolahan Barang Milik
Negara
Drs. Sugilar
Kepala Biro Hukum
Organisasi dan
Hubungan
Masyarakat
Ir. Ambar Rahayu,
MNS
Kepala Biro
Perencanaan
Drs. H. Muhammad Ilham Jafar, M.Si
Direktur Bina Lini lapangan
DR. Ida Bagus
Permana
Direktur Pemaduan
Kebijakan
Penegendalian Penduduk
Dra. Hj. Paulina JM, MM
Direktur Advokasi, Komunikasi, Informasi dan
Edukasi
dr. Hj. Wiwiek Ekameini, MM Direktur Bina Kesertaan keluarga Berencana
Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus
dr. H. Ahmad Rozali Namursa, MBA, M.Epid
Direktur Bina Kesrtaan Keluarga Berencana
Jalur Swasta
dr. Wicaksono, M. Kes
Direktur Bina Kesertaan
keluarga Berencana Jalur
Pemerintah
Drs. Suyono Hadinoto, MSc
Direktur Dampak Kependudukan
DR. H. Lalu Burhan, MSc
Direktur Kerjasama Pendidikan
Kependudukan
Drs. Hardiyanto
Direktur Bina
Hubungan
Drs. Satrijo Pramono Hindarto, MSc
Direktur Perencanaan Pengendalian
Penduduk
Drs. Safaruddin Gumay, MM
Direktur Pemberdayaan Ekonomi
Keluarga
Drs. Furqon IA Faried, MA
Direktur Buna Ketahanan Keluarga Lansia dan
Rentan
Indra Wirdhana, SH,MM
Direktur Bina Ketahanan Remaja
dr. Qomaruddin Sukhemi, M.Kes
Direktur Kesehatan Reproduksi
Drs. Burhanuddin, M.Ed
Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak
Darlis Darwis, SE, MM
Direktur Teknologi Informasi dan
Dokumentasi
Drs. Rachmat Santoso, MA
Direktur Pelaporan dan Statistik
Drs. Hardiyanto
Direktur Bina Hubungan Antar Lembaga
Dra. Mieke Selfia Sangian
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Drs. Eddy N. Hasmi, MSc
Kepala Pusat Pelatihan dan
Kerjasama Internasional
Kependudukan dan KB
Drs.Pramono Sudibyo, MSi
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kependudukan
Drs.Pramono Sudibyo, MSi
Inspektur Program
Fauzan Alfikri, SH,MKM
Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan KB dan KS
Drs. Abd.Jabbar Lukman, MSc
Inspektur Program
Drs. Johansyah, M.M
Inspektur Keuangan dan
Perbekalan
Drs. Muslih Usman
Inspektur Ketenagaan
dan Administrasi
DRS. BAMBANG MARSUDI, MM
Kepala Bagian Perencanaan Program
Dra. WIDATI, MM
Kepala Bagian Perencanaan Anggaran
top related