komunikasi terapeutik pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit darah, nutrisi. pasien gangguan jiwa,...

Post on 28-Jul-2015

851 Views

Category:

Documents

16 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

DEFPRIMAL, S.Kep

KOMUNIKASI KEPERAWATAND III KEPERAWATAN STIKES PERINTIS SUMBAR

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

(Pemenuhan Kebutuhan Cairan,Elektrolit, Darah dan Nutrisi)

Komunikasi terapeutik ► komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997).

Komunikasi terapeutik ► komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).

JENIS KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Komunikasi Verbal Pembicaraan dengan tatap muka Lebih akurat dan tepat waktu Memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus: 1) Jelas dan ringkas 2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami) 3) Arti denotatif dan konotatif 4) Selaan dan kesempatan berbicara 5) Waktu dan Relevansi 6) Humor

2. Komunikasi Tertulis

Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari : 1) Lengkap 2) Ringkas 3) Pertimbangan 4) Konkrit 5) Jelas 6) Sopan 7) Benar

Fungsi komunikasi tertulis adalah: 1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi. 2) Alat pengingat/berpikir, misalnya surat yang telah diarsipkan. 3) Dokumentasi historis. 4) Jaminan keamanan. 5) Pedoman atau dasar bertindak.

3. Komunikasi Non Verbal Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan

keperawatan.

Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut: 1) Kinesik

Bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. 2) Proksemik

Antara individu dengan objek. 3) Haptik → tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi

Ex : menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. 4) Paralinguistik

Penggunaan suara 5) Artifak → benda material 6) Logo dan Warna 7) Tampilan Fisik Tubuh

FASE KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Fase Preinteraksi ► Masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien.

Tugas perawat pada fase ini yaitu : Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat

rencana interaksi Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di

implementasikan saat bertemu dengan klien.

2. Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien.

Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu : testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of roles contract formation.

3. Kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi.

Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang menghambat pencapaian tujuan.

Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu : Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan Membangun suasana yang mendukung untuk proses

perubahan.

4. Penyelesaian (Termination)

Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan.

Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61)

SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Hubungan P-K yang terapeutik

Proses :Belajar dan pengalaman bersama P-K

Alat : - Diri perawat - Teknik pendekatan

Tujuan : Untuk perkembangan klien

↑ kesadaran, peneriman, penghargaan diri↑ pengertian integritas dan identitasMampu membina hubungan intim, interdependen, menerima/memberi kasih sayang↑ fungsi dan kemampuan memenuhi kebutuhan, tujuan dan pemecahan masalah

SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI

1. SIKAP FISIK

( Egan, 1997, dikutip kozier & Erb, 1983 ) Posisi berhadapan Kontak mata Bungkuk ke arah klien Sikap terbuka Relaks

2. SIKAP PSIKO – SOSIALa) DIMENSI RESPON

IKHLAS : Terbuka, jujur, tulus, aktif MENGHARGAI : - Mengkritik, ejek, hina, sepele

- Minta maaf, siap selalu EMPATI : Hangat, berminat, pemecahan

masalah KONKRIT : Penjelasan ( akurat dan jelas )

b) DIMENSI TINDAKAN KONFRONTASI ( Ketidaksesuaian )

Konsep diri & ideal diri Verbal & perilaku Pengalaman klien & perawat

SEGERA Fokus pada saat ini Sensitif & ingin segera membantu

TERBUKA : Pengalaman untuk terapi “ EMOTIONAL CATHARSIS “ BERMAIN PERAN

TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Pertanyaan Terbuka ( Broad Opening )ex : - Apa yang saudara pikirkan?

- Apa yang akan kita bicarakan hari ini?Mendorong dan menguatkan dengan cara listening

2. Mengulang ( Restarting ) Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan Mengulang sebagian

Guna : - Indikasi mengikuti- menguatkan ungkapan klien

3. KlarifikasiDilakukan bila : perawat ragu, tidak jelas, tak dengar, klien malu, bicara tidak lengkap dan loncat-loncat.ex : Dapatkah anda jelaskan kembali tentang …..?

4. Refleksi Refleksi isi

o Validasi apa yang didengaro Klarifikasi ide yang diekspresikan K, memvalidasi pengertian P-K

Refleksi perasaano Respon pada K terhadap isio Agar K tahu & menerima perasaannya

5. Memfokuskan Membantu K bicara pada topik yang penting Menjaga pembicaraan sesuai tujuan Spesifik, jelas, fokus pada realitas

6. Membagi persepsi Meminta pendapat K terhadap yang P fikir & rasa Cara untuk feed back & memberi informasi

7. Identifikasi “ Theme “ Latar belakang / masalah yang dialami K, yang muncul

selama percakapan Ex : saya lihat dari semua hubungan yang anda jelaskan, anda

telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?

8. Diam Tetap mendengar, beri dukungan, pengertian &

penerimaan, beri kesempatan berfikir, motivasi K bicara

9. Informing Beri informasi / fakta untuk penkes

10. Saran Beri alternatif ide untuk pemecahan masalah Tepat pada fase kerja

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DENGAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT, DARAH DAN

NUTRISI

1. Pengkajian Pra Interaksi : identifikasi data awal Orientasi : salam, perkenalan Kerja : riwayat, keluhan, tindakan dasar (building trust) Terminasi : kontrak, tindak lanjut

2. Diagnosa Pra Interaksi : persiapan brdskn dx Kerja : kesesuaian keluhan dg dx Terminasi : rencana intervensi dr dx

3. Intervensi Pra Interaksi : persiapan kolaborasi Orientasi : perkenalan tim kolaborasi Kerja : tindakan kolaborasi (obat, makanan, kerjasama ps) Terminasi : rencana implementasi

4. Implementasi Pra Interaksi : persiapan tindakan Orientasi : kesedian ps, kerjasama ps Kerja : tindakan (infus, blood catheter, NGT,….), motivasi

5. Evaluasi Pra Interaksi : kriteria hasil Orientasi : keadaan ps, perasaan saat ini Kerja : berdsrkan kriteria hasil Terminasi

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

(Pada Pasien dengan Gangguan Jiwa)

Perbedaan komunikasi antara ps gangguan jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik:

1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri, penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit, pasien amputasi, pasien penyakit terminal dll).

2. Gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.

3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.

Trik ketika berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :

1. Pada pasien halusinasi ► perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat. Pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya ►dialihkan dengan aktivitas fisik.

2. Pada pasien harga diri rendah ► banyak diberikan reinforcement (penguatan).

3. Pada pasien menarik diri ► libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.

4. Pasien perilaku kekerasan►harus direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum disupport dengan terapi – terapi lain.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

(Pada Anak)

Komunikasi dengan Anak Sesuai Tumbuh Kembang

Bayi ► mengungkapkan kebutuhan dgn tingkah laku dan bersuara yang dapat diinterpretasikan oleh org sekitarnyaex : menangis.Selain itu komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.

Toddler dan Pra sekolah Beritahu apa yang terjadi pada dirinya. Beri kesempatan pada mereka untk menyentuh alat pemeriksa

yg akan digunakan. Bicara lambat Hindari sikap mendesak utk dijawab

ex : jawab dong dek. Hindari konfrontasi lgsg Salaman pada anak (kurangi rasa cemas) Bergambar atau bercerita.

Usia sekolah Gunakan kata sederhana yg spesifik Jelaskan sesuatu yg membuat ketidakjelasan pada

anak Jelaskan arti fungsi dan prosedur tindakan Jangan menyakiti atau mengancam

Usia remaja Berdiskusi atau curah pendapat sama teman sebaya. Hindari bbrp pertanyaan yg dpt menimbulkan rasa

malu. Jaga kerahasiaan dalam komunikasi ( masa transisi

dlm bersikap dewasa ).

Cara Komunikasi Dengan Anak

1. Melalui org ketiga ► tdk lgs bertanya pd anak.

2. Bercerita ► pergunakan bahasa yg mudah dimengerti, perlihatkan gambar

3. Biblioterapi ► melalui pemberian buku/majalah anak mengekpresikan perasaan dan aktivitas sesuai cerita dlm buku.

4. Meminta untuk menyebutkan keinginan ► mengetahui apa keinginan / keluhan anak.

5. Pro / kontra ► mengetahui perasaan anak dan pikiran anak (mengajukan pertanyaaan hal positif dan negatif ).

6. Menulis ► bila anak tidak dpt mengungkapkan perasaan secara verbal.

7. Menggambar ► anak akan mengungkapkannya apabila gbr yg ditulisnya ditanya ttg maksudnya.

8. Bermain ► sangat efektif dalam membantu berkomunikasi, dapat menjalin hub interpersonal dgn teman dan perawat.

Cara komunikasi Dengan Ortu Anak

1. Anjurkan ortu untuk berbicara2. Arahkan ke fokus3. Mendengarkan4. Diam5. Empati6. Menyakinkan kembali7. Merumuskan kembali8. Memberi petunjuk kemungkinan apa yg

terjadi9. Menghindari hambatan dalam komunikasi.

Tahapan Dalam Komunikasi Dengan Anak

1. Tahap PrainteraksiMengumpulkan data ttg klien dgn mempelajari status atau bertanya kepada ortu ttg masalah yg ada.

2. Tahap PerkenalanMemberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi, mencari kebenaran data yg ada, mengobservasi, memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu dan menjelaskan kerahasiaan klien.

3. Tahap KerjaMemberi kesempatan pada klien untuk bertanya , krn akan memberitahu ttg hal yang kurang dimengerti dlm komunikasi, menanyakan keluhan utama.

4. Tahap TerminasiMenyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan reinforcement positif, tindak lanjut, kontrak, dan mengakhiri wawancara dgn cara yg baik.

Faktor-Faktor Yg mempengaruhi Komunikasi Dengan Anak

1. Pendidkan2. Pengetahuan3. Sikap4. Usia Tukem5. Status kesehatan anak6. Sistem sosial7. Saluran8. Lingkungan.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

(Pada Klien Gangguan Komunikasi Verbal)

Kerusakan komunikasi verbal

► individu mengalami, atau dapat mengalami kemunduran kemampuan untuk mengirim atau menerima pesan (mis; mempunyai kesukaran pertukaran pikiran, ide-ide, atau keinginan)

a. Patofisiologis ► Berhubungan dengan kekacauan mental, pikiran yang tidak realistis, iskemik lobus temporal atau frontal, kerusakan kemampuan menghasilkan suara, kerusakan pendengaran

b. Tindakan ► Berhubungan dengan kerusakan kemampuan menghasilkan suara

c. Situasional ► Berhubungan dengan penurunan perhatian (Keletihan, marahan, Ansietas, Nyeri), barier psikologis (mis; ketakutan, malu), kurang privasi, kehilangan memori terbaru.

d. Maturisional ► Berhubungan dengan rangsang sensori tak adekuat (Usia lanjut), kerusakan pendengaran.

Data mayor : Menolak untuk berbicara. Kerusakan kemampuan untuk berbicara. Berbicara tidak sesuai atau tidak bicara atau tidak

berespons.

Data minor : Ketidakmampuan untuk bicara bahasa dominan. Gagap. Disatria. Afasia. Masalah dalam menemukan kata-kata yang tepat. Pernyataan tidak mengerti atau salah mengerti.

Kriteria hasil : Mengenakan alat bantu dengar (bila sesuai) Menerima pesan-pesan melalui metode

alternatif (mis; komunikasi tertulis, bahasa isyarat, bicara dengan jelas pada telinga yang baik).

Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi.

Meningkatkan kemampuan untuk mengerti. Mengatakan penurunan frustrasi dalam

berkomunikasi.

Teknik komunikasi Klien Kerusakan Komunikasi Verbal

1. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pengertian.Bicara dengan terang, jelas, menghadap kearah klien.

Kurangi suara yang mengganggu

Ulangi, persingkat, bila klien kelihatan tidak mengerti semua maksud.

Gunakan sentuhan dan gerakan untuk meningkatkan komunikasi.

Jika klien hanya dapat mengerti bahasa isyarat, hadirkan interpreter/penerjemah sesering mungkin.

Jika klien berada dalam kelompok, tempatkan klien dibarisan terdepan.

Dekati klien dari sisi dimana fungsi pendengaran lebih baik.

Jika klien bisa membaca gerak bibir, berhadapan dengan klien dan bicara secara perlahan-lahan dan jelas.

2. Berikan metoda alternatif komunikasi yang lain

Gunakan kertas dan pensil, huruf alfabet, isyarat tangan,

kedipan mata, anggukan tangan, bel isyarat.

Buat kartu-kartu dengan gambar-gambar atau kata-kata

ungkapan yang biasa digunakan. (mis; basahi bibir saya,

pindahkan kaki saya, segelas air pispot)

Anjurkan klien untuk menunjuk, gunakan gerakan dan

phantomim.

Konsulkan ke ahli patologi wicara untuk bantuan dalam

mendapatkan kartu yang berisi kata-kata atau gambar-gambar.

3. Berikan lingkungan tenang. Gunakan suara yang normal dan bicara tidak terburu-buru dengan

frase singkat. Anjurkan orang untuk menggunakan waktu bicara yang cukup dam

menggunakan kata secara hati-hati dengan gerakan bibir yang jelas. Kurangi gangguan eksternal. Tunda percakapan jika klien lelah.

4. Gunakan teknik-teknik untuk meningkatkan pengertian.

Tatap wajah individu dan pertahankan kontak mata, jika mungkin. Gunakan perintah satu tahap yang tidak rumit dan langsung. Pastikan hanya satu orang yang bicara. Anjurkan penggunaan gerakan dan phantomim. Cocokan kata-kata dengan gerakan, gunakan gambar-gambar. Akhiri percakapan dengan catatan sukses (mis; kembali pada pokok

yang lebih mudah) Gunakan kata-kata yang dama untuk tugas-tugas yang sama.

5. Buat suatu upaya bersama untuk mengerti saat individu tersebut berbicara.

Berikan waktu yang cukup untuk mendengar jika individu berbicara perlahan.

Ulang pesan individu dengan keras untuk memastikan. Berikan respons pada semua upaya untuk bicara

meskipun tidak dapat dipahami. (mis; “Saya benar-benar tidak tahu apa yang anda katakan, dapatkah anda mencoba mengatakannya sekali lagi?”)

Abaikan kesalahan dan kata-kata tidak sopan. Jangan pura-pura mengerti jija anda tidak mengerti. Berikan individu untuk berespons, jangan memotong,

berikan kata-kata hanya kadang-kadang.

6. Ajarkan teknik-teknik untuk memperbaiki bicara.

Minta individu untuk memperlambat bicara, dan ucapkan setiap kata dengan jelas, sementara memberikan contoh.

Anjurkan individu untuk bicara dengan frase yang singkat. Anjurkan untuk berbicara dengan kecepatan lebih lambat

atau bernapas sebelum bicara. Anjurkan individu untuk mengambil waktu dan

berkonsentrasi pada pembentukan kata. Mintalah individu untuk menulis pesan-pesan atau membuat

gambar jika sukar melakukan komunikasi verbal. Anjurkan individu untuk berbicara dalam kalimat pendek. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab dengan

“ya” atau “tidak”. Fokuskan pada saat sekarang; hindari topik-topik

kontroversial, emosional, abstrak, atau terlalu panjang.

7. Ungkapkan masalah frustrasi terhadap ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

8. Berikan kesempatan untuk membuat keputusan tentang perawatan (mis; “Apakah anda lebih menyukai jus jeruk atau jus apel?”)

9. Ajarkan teknik-teknik kepada orang terdekat dan pendekatan berulang untuk meningkatkan komunikasi.

10.Jika perlu seorang penerjemah, coba rencanakan kunjungan rutin seseorang mengerti bahasa individu tersebut.

KUNCI : ADBDECBEBC ECABAACEAE

TERIMA KASIH

top related