kik eba, produk teranyar sukuk ritel, memperluas basis pemodal
Post on 17-Jan-2017
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
02 �����������������������
Edisi
Tahun 2009
Dari Redaksi
���������������������������
��������������������������������������������������
KiK Eba, Produk Teranyar
risis keuangan global membuat tahun 2009 ini tidak diwarnai optimisme setinggi tahuntahun sebelum
nya. Namun, kondisi ini tak menyurutkan semangat pelaku pasar modal Indonesia dalam mengembangkan produkproduk baru. Awal Februari lalu, instrumen Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) yang lama dinantikan akhirnya diluncurkan.
Produk gres pertama ini bernama Efek Beragun Aset Danareksa SMF I KPR BTN (DSMF01) yang diluncurkan bersama oleh PT Danareksa Investment Management (DIM),
K
Di tengah hirukpikuk pesta demokrasi, Fokuss hadir menyapa para pembaca dengan artikel menarik tentang lahirnya produk baru di pasar modal Indonesia, bernama Efek Beragun Aset Danareksa SMF IKPR BTN.
KSEI sebagai Lembaga Penyim panan dan Penyelesaian tentu sangat mendukung lahirnya produk baru ini dan mempersiapkan sistem pencatatan dan peyelesaian transaksinya.
Kami hadirkan pula tulisan seputar Sukuk Ritel pertama yang penjualannya mengalami kelebihan permintaan hingga 314%. Di tengah kondisi perekonomian global yang masih memprihatinkan, kita patut bersyukur karena pemodal di Tanah Air masih berminat pada produk investasi besutan pemerintah ini.
Pembaca bisa menyimak pula artikel Sosialisasi Fasilitas Investor Area, Penandatanganan MoU KSEI TSD serta profil Gusrinaldi Akhyar, Kepala Divisi Jasa Kustodian Sentral KSEI.
Selamat membaca!Redaksi
135
DafTaR isi
fasilitas investor area: Menanti Kesiapan semua Pihak
aKTiviTas & sTaTisTiK8
KiK Eba, Produk Teranyar
6 MOU KsEi - TsD:Tingkatkan Layanan Jasa Kustodian sentral di Level Regional
7 Gusrinaldi akhyar: bersahabat dengan Para Pemakai Jasa
Satu lagi produk baru lahir di industri pasar modal. Bagaimana mekanisme transaksi dan penyelesaian produk KIK EBA ini?
sukuk Ritel, Memperluas basis Pemodal individu
2
Foku
ss
E
disi
02,
200
9
sesuai yang tertera dalam pros pektus. Efek ini dijamin dengan kumpulan
KPR berkualitas dari BTN. Tidak seperti mortgage back securities yang terjadi di Amerika Serikat, kumpulan tagihan ini sudah melewati 32 kriteria seleksi sehingga digolongkan ke dalam KPR prime mort-gage. ”Secara keseluruhan ada 32 kriteria yang digunakan untuk melakukan seleksi, diantaranya yang terpenting adalah setiap KPR didukung dokumentasi hukum yang memadai, umur KPR minimum 18 bulan, tidak pernah ada tunggakan lebih dari 30 hari, nasabah KPR ber umur tidak lebih dari 55 sampai dengan jatuh tempo KPR serta setiap KPR dilindungi asuransi jiwa dan kebakaran,” papar Erica Soeroto, Direktur Utama SMF.
Kondisi ini yang membedakannya dengan sekuritisasi sub-prime mortgage yang terjadi di Amerika. ”Kita sudah lihat dan belajar dari kesalahan yang terjadi dan kita tidak boleh terjebak dalam permasalahan yang sama,” ungkapnya.
KIK EBA yang dikelola DIM sebagai Manajer Investasi dan BRI sebagai Bank Kustodian ini mendapat peringkat triple A dari Moody’s Indonesia, dan akan jatuh tempo pada 10 Maret 2018. Sebagai Manajer Investasi, DIM bertindak sebagai pengatur kontrak investasi. Menurut Priyo Santoso, Direktur Utama DIM, terdapat 3 (tiga) investor yang membeli DSMF01 ini di pa sar perdana, yaitu: Dana Pensiun BTN, Dana Pensiun BRI dan Sarana Multigriya Fi nansial.
Sebagai institusi yang dibentuk peme
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) yang bertindak sebagai global koordinator dan pembeli siaga. KIK EBA ini dapat diperdagangkan melalui PT Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 12 Februari 2009.
Itu artinya, KSEI sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian mulai menjalankan fungsinya untuk menyimpan dan melakukan penyelesaian transaksi DSMF01 sejak periode Efek tersebut tercatat dan di
“KIK EBA yang dikelola DIM sebagai
Manajer Investasi dan BRI sebagai
Bank Kustodian ini mendapat peringkat triple A dari Moody’s Indonesia, dan akan
jatuh tempo pada 10 Maret 2018.”
Penerbit: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) • Penasihat: Direksi KSEI • Dewan Redaksi: Zylvia Thirda, Dharma Setyadi, Susiyanti, Novian Harry Wibowo, Rachmat Irfan, Regina Natalia, Annisa Indri Hapsari • Penanggung Jawab: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI • Alamat Redaksi: Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower I Lt. 5, Jl. Jend. Sudirman Kav 5253, Jakarta 12190, Telp. 52991099, Fax. 52991199 • Sirkulasi: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI
perdagangkan di bursa. Seba gai landasan hukum penyelenggaraan layan an jasa tersebut, KSEI telah menyiapkan perangkat hukum yaitu Peraturan Jasa Kustodian Sentral yang tertuang dalam Keputusan Direksi KSEI nomor KEP022/DIR/KSEI/1208 tanggal 1 Desember 2008.
Menurut Gusrinaldi Akhyar, Kepala Divisi Jasa Kustodian Sentral KSEI, pencatatan DSMF01 menambah jenis Efek baru yang ada di sistem penyimpanan KSEI. “Produk ini menarik, karena karakternya berbeda dengan Efek lainnya. Efek ini juga mendapat dukungan penuh BapepamLK dan SRO untuk persiapan penerbitannya, dan menunggu kesiapan berbagai pihak yang terlibat dalam penerbitan instrumen ini,” ungkapnya. Efek baru ini disimpan dalam kelompok aset KIK EBA. Penyelesaian transaksi produk ini juga tak berbeda dengan Efek lainnya. Setiap Pemegang Rekening KSEI bisa mentransaksikan instrumen ini melalui pemindahbukuan.
Portofolio DSMF01 terdiri atas Efek porto folio Kredit Pemilikan Rumah (KPR) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk yang terdiri atas tagihan KPR milik 5.060 debitur BTN. Jumlah emisi Efek ini pada saat diluncur kan di pasar perdana bernilai Rp 100 miliar.
Investor yang membeli KIK EBA DSMF01, baik di pasar perdana maupun di pasar sekunder akan menjadi EBA holder yang memiliki hak atas pokok ta gihan dan bunga sebesar 13% per tahun yang dibayar se tiap kuartal. EBA holder akan memiliki EBA hingga sa at jatuh temponya,
Priyo Santoso,Direktur Utama
DIM
Erica Soeroto, Direktur Utama
SMF
3
Foku
ss
E
disi
02,
200
9
Pemerintah baru saja menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara Ritel (Sukuk Ritel) sebagai diversifikasi instrumen dengan memperluas basis investor individu. Produk zero risk ini lahir di saat yang tepat saat perekonomian dunia berada di tengah gejolak.
i tengah krisis ekonomi global, Pemerintah meluncurkan instrumen baru dalam dunia investasi,
yaitu Sukuk Ritel (SR001). Surat Utang Negara berbasis syariah ini merupakan pilihan investasi yang aman dan tepat untuk saat ini, terutama dengan adanya beberapa peristiwa buruk di dunia investasi. Terbukti, hasil penawaran produk baru ini di pasar perdana mengalami permintaan yang tinggi. Pemerintah yang awalnya hanya menargetkan penjualan sebesar Rp 1,7 triliun dikagetkan dengan membeludaknya pesanan dari 14.295 investor yang mencapai Rp 5,5 triliun atau melebihi target hingga 313,9%.
Untuk mendukung penerbitan Sukuk Ritel, Pemerintah menunjuk 13 (tiga belas) Agen Penjual yang meliputi 4 (empat) Bank Umum Konvensional, 1 (satu) Bank
Umum Syariah dan 8 (delapan) Perusahaan Efek.
Sukuk Ritel ini diterbitkan berdasarkan akad Ijarah yang bisa dikatakan sebagai perjanjian Sale and Lease Back (Jual dan Sewa kembali). Untuk menerbitkan Sukuk Ritel ini, Pemerintah menyediakan sejumlah aset. Aset Sukuk yang dise wakan merupa kan Barang Milik Negara (BMN) yang memiliki nilai ekonomis se perti tanah dan bangunan. Kemudian aset ini dianggap ‘dijual‘ kepada para pem beli Sukuk, sehingga Pemerintah kemudian menerima uang dari hasil penjualan tersebut. Inilah yang dinamakan komponen Sale dari perjanjian Sale and Lease Back.
Sebagai kelanjutan transaksi di atas, setelah menjual aset tersebut kepada para pembeli Sukuk, Pemerintah langsung menyewa kembali aset tersebut dari
D
rintah untuk menangani perumahan, SMF bertindak sebagai standby buyer, koordinator global dan pendukung kredit. SMF menjamin tersedianya dana pembayaran pokok dan bunga KIK EBA selama 3 (tiga) bulan dan akan diisi kembali dalam escrow account di Bank Kustodian apabila jumlahnya berkurang.
Dengan beralihnya tagihan KPR BTN tersebut kepada KIK EBA, maka secara otomatis setiap bulan, BTN sebagai kreditur akan menyetor cicilan KPR yang ada dalam portofolio DSMF01 kepada Bank Kustodian, yang secara otomatis akan membayarkan setiap kuartal kepada KIK holder yang tertera di data KSEI.
Priyo menambahkan, KIK EBA ini merupakan salah satu alternatif instrumen investasi baru yang aman. “Ini kesempatan investor di Indonesia mencari produk investasi yang transparan dan dari sisi risiko juga rendah karena termasuk peringkat triple A,” imbuhnya. Namun, Priyo mengingatkan, investor harus tetap memahami Efek ini secara lebih mendalam sebelum mengambil keputusan berinvestasi.
Produk KIK EBA pertama ini, menurut Priyo Santoso, menggunakan struktur KIK yang regulasinya diatur Bapepam LK dan didukung regulasi perpajakan. “Mungkin ini bukan struktur transaksi yang sempurna, tetapi melalui transaksi ini kita bisa banyak belajar dan mengetahui apa saja kebutuhan pasar modal di masa mendatang,” jelas Priyo yang menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan transaksi sekuritisasi dari sektor riil lainnya.
Menurut Erica Soeroto, Direktur Utama SMF, penerbitan produk ini adalah awal dari era baru di pasar modal Indonesia. “Sekuritisasi atas aset keuangan mulai dapat dilakukan untuk menciptakan kelaskelas aset dan Efek yang dapat disesuaikan dengan karakter investasi investor,” urainya. Hadirnya KIK EBA, lanjut Erica, juga menjadi bukti komitmen pemerintah untuk mendorong sektor riil melalui penciptaan mekanisme pendanaan yang berorientasi pada pasar dan kebutuhan pasar.
Melalui KIK EBA, BTN sebagai kreditur awal memiliki alternatif pendanaan di tengah kompetisi pengumpulan dana pihak ketiga yang semakin ketat. Bentuk pendanaan ini juga menjawab persoalan maturity mismatch yang selama ini dialami perbankan dalam membiayai kredit perumahan.
Rencananya, setelah meluncurkan KIK EBA pertama, DIM akan menerbitkan KIK EBA jilid kedua. Penerbitan KIK EBA ini akan dipasarkan tahun ini juga, tergantung perkembangan KIK EBA pertama. l
sukuk Ritel, Memperluas basis Pemodal individu
4
Foku
ss
E
disi
02,
200
9
para pembeli Sukuk. Pemerintah akan membayar uang sewa atas aset tersebut. Hal ini yang dinamakan komponen Lease Back dari perjanjian Sale and Lease Back. Bagaimana dengan modal awal para pembeli Sukuk? Saat tanggal jatuh tempo Sukuk tiba, Pemerintah akan membeli kembali aset tersebut dari mereka dengan harga yang sama sewaktu mereka menjualnya (par).
Sebagai ilustrasi tambahan, misalkan jika pemerintah adalah A, dan investor sebagai Z, penawaran Sukuk itu dapat diilustrasikan seperti ini:
“A sedang membutuhkan uang. A menjual asetnya berupa TV kepada Z de-ngan harga Rp 5 juta. Tetapi setelah dijual, A langsung menyewa TV tersebut dari Z. Uang sewa sebesar Rp 600 ribu per tahun. Setelah 3 (tiga) tahun, A akan membeli kembali TV tersebut dari Z, dengan harga Rp 5 juta.“
Seperti contoh di atas, secara teknis, tidak disebutkan kata bunga karena yang
Instrumen Nominal Tersimpan di KSEI Kupon Jatuh Tempo
ORI-001 Rp 3,3 triliun Rp 1,66 triliun (51%) 12.05 % 9 Agustus 2009
ORI-002 Rp 6,2 triliun Rp 2,26 triliun (36%) 9.28 % 28 Maret 2010
ORI-003 Rp 9,4 triliun Rp 3,50 triliun (37%) 9.40 % 12 September 2011
ORI-004 Rp 13,4 triliun Rp 5,49 triliun (40%) 9.50 % 12 Maret 2012
ORI-005 Rp 2,7 triliun Rp 1,09 triliun (40%) 11.45 % 15 September 2013
SR-001 Rp 5,5 triliun Rp 3,32 triliun (60%) 12.00% 25 Februari 2012
Obligasi Ritel Yang Diterbitkan Pemerintah terjadi adalah Sale and Lease Back (Jual dan Sewa Kembali). Hasil yang diterima oleh para pembeli Sukuk, secara teknis, adalah uang sewa, bukan bunga.
Dengan terbitnya Sukuk Ritel ini, Pemerintah telah menerbitkan 6 (enam) instrumen investasi bersifat utang yang ditujukan untuk investor ritel, dengan jumlah dana yang dikumpulkan Pemerintah mencapai Rp 40,6 triliun. ORI 001 sebagai Obligasi Ritel pertama kali dengan tingkat imbal hasil yang tinggi sebesar 12,05% mampu menyerap Rp 3,3 triliun. SR 001 sebagai Sukuk Ritel perdana dengan imbal hasil sebesar 12% mampu menyerap Rp 5,5 triliun. Hasil penjualan ini dapat dikatakan ‘fantastis’ mengingat gejolak ekonomi global yang sedang berlangsung.
Salah satu daya tarik utama Sukuk Ritel perdana ini adalah imbal hasil yang ditawarkan sebesar 12%. Tidak sedikit masyarakat yang memindahkan depositonya ke Sukuk Ritel karena imbal hasilnya cukup kompetitif jika diban dingkan dengan suku bunga deposito. Terlebih lagi mengingat suku bunga penjaminan LPS semakin turun (7,75% untuk periode 15 April 2009 14 Mei 2009). Dengan tingkat jaminan tersebut, berarti imbal hasil Sukuk Ritel 4,25% lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang dijamin oleh Pemerintah.
Faktor lain yang membuat Sukuk Ritel semakin menarik adalah Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2009 tentang pajak penghasilan atas penghasilan bunga obligasi yang menyatakan bahwa pajak penghasilan untuk bunga obligasi turun menjadi 15% (sebelumnya sebesar 20%). Dengan adanya peraturan baru ini, imbal hasil bersih/netto Sukuk Ritel menjadi 10,2% setelah dipotong pajak (berbeda dengan peraturan lama yang hanya sebesar 9,6%).
Berdasarkan data per 2 Maret 2009, Sukuk Ritel perdana yang tersimpan di KSEI sebesar Rp 3,32 triliun (60%). Besarnya proporsi penyimpanan Sukuk Ri tel ini di KSEI tidak lepas dari kemudahan proses administrasi dan kepercayaan Agen Penjual terhadap KSEI.
Sebagai bentuk komitmen KSEI untuk melindungi aset investor, investor (nasabah) dapat melihat portofolio Efek miliknya, termasuk Sukuk Ritel melalui fasilitas Investor Area. Diharapkan, fasilitas Investor Area ini akan meningkatkan kepercayaan pelaku pasar modal, termasuk investor ritel untuk berinvestasi di pasar modal, yang pada akhir nya akan semakin mengembangkan pasar modal Indonesia. l
[Aditya Kresna Priambudi]
Karakteristik sukuk Ritel yang diterbitkan pada februari 2009:
l Tenor 3 (tiga) tahun (25 Februari 2009 hingga 25 Februari 2012).
l Nilai nominal per unit Rp 1 juta.
l Minimum pembelian sebesar Rp 5 juta dan kelipatannya serta tidak ada batas maksimum pembelian.
l Imbalan atau kupon sebesar 12% per tahun bersifat tetap (fixed-coupon).
l Pencatatan di bursa mulai tang-gal 26 Februari 2009.
l Imbal hasil akan dibayarkan setiap bulan pada tanggal 25.
agen Penjual sukuk Ritel:
l Bank Umum:
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Citibank N.A, HSBC dan PT Bank International Indonesia Tbk.
l Bank Syariah:
PT Bank Syariah Mandiri.
l Perusahaan Efek:
PT Danareksa Sekuritas, PT Trimegah Securities Tbk, PT CIMBGK Securities, PT AAA Sekuritas, PT Reliance Securities, PT Anugerah Securindo Indah, PT Bahana Securities dan PT BNI Securities.
“Sebagai bentuk komitmen KSEI untuk
melindungi aset investor, investor
(nasabah) dapat melihat portofolio Efek miliknya,
termasuk Sukuk Ritel melalui fasilitas
Investor Area.”
* Data per 2 Maret 2009
5
Foku
ss
E
disi
02,
200
9
enyadari pentingnya perlindung an dan transparansi terhadap portofolio investor, KSEI
melanjutkan sosialisasi fasilitas Investor Area. Program sosialisasi ini merupakan salah satu langkah persiapan implementasi fasilitas Investor Area yang dijadwalkan dalam waktu dekat ini. KSEI menyadari, implementasi fasilitas ini akan berjalan lancar apabila semua pihak, terutama Pemegang Rekening KSEI yang berhubung an langsung dengan investor memiliki pemahaman mengenai fasilitas dimaksud, selain penyempurnaan sistem yang sudah selesai.
KSEI kembali menyelenggarakan pro gram sosialisasi lanjutan fasilitas In-ves tor Area pada 19 Maret 2009 lalu di Hotel Mulia, Jakarta. Kegiatan ini dihadiri 209 peserta yang terdiri dari Pemegang Rekening, BEI, KPEI dan BapepamLK. Sebelumnya, kegiatan sosialisasi fasilitas In-vestor Area sempat diadakan di Financial Club Graha Niaga, Jakarta pada 9 Febru ari 2009. Agenda acara yaitu melaporAgenda acara yaitu melaporkan kepada peserta mengenai kesiapan KSEI untuk implementasi fasilitas Inves-tor Area, tanya jawab serta demonstrasi penggunaan fiturfitur yang terdapat
dalam modul Investor Area. Berbeda dengan kegiatan sebelum
nya, dalam kegiatan sosialisasi kedua ini KSEI melakukan survei yang dikhususkan kepada Anggota Bursa (AB) untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan dan kendala atas implementasi fasilitas Investor Area. Melalui survei ini, KSEI dapat mengidentifikasi halhal yang memerlukan perhatian KSEI sebelum meluncurkan fasilitas Inves-tor Area sehingga implementasi fasilitas ini dapat memenuhi standar kriteria yang diharapkan oleh AB.
Berdasarkan data hasil kuesioner yang dikembalikan pada KSEI, diperoleh hasil bahwa mayoritas AB menyatakan kesiapannya apabila implementasi fasilitas ini dijadwalkan pada bulan April 2009. Hal ini dilatarbelakangi oleh tingginya kesadaran AB atas manfaat fasilitas Investor Area bagi nasabah, juga AB sendiri. Bagi nasabah, fasilitas ini akan memungkinkan nasabah sebagai end client memonitor data posisi kepemilikan Efek dan mutasinya secara real time, sehingga perlindungan dan transparansi atas portofolio nasabah terjamin. Bagi AB, fasilitas ini juga akan memberikan manfaat, yaitu meningkatkan efisiensi dan akurasi pelaporan
fasilitas Investor Area
Menanti Kesiapan semua PihakProgram sosialisasi Investor Area kembali diselenggarakan KSEI untuk meningkatkan pemahaman Pemegang Rekening KSEI dalam menyiapkan implementasi fasilitas tersebut.
kepada nasabah serta mengurangi biaya komunikasi dan pengiriman.
KSEI juga menemukan data, sebagian AB masih mempunyai kendala dalam im plementasi Investor Area ini. Mereka me nyatakan, belum mensosialisasikan fasilitas ini kepada para nasabah. Padahal nasabah merupakan end client yang paling berkepentingan dalam implementasi fasilitas Investor Area ini. Oleh karena itu, dalam rangka menumbuhkan dan me ningkatkan kesiapan berbagai pihak, termasuk nasabahnya secara merata, KSEI masih membuka kesempatan bagi Pe megang Rekening untuk mengikuti pelatihan hands-on penggunaan fasilitas Investor Area.
Kegiatan sosialisasi ini akan menjadi perhatian KSEI dalam mempersiapkan implementasi fasilitas Investor Area in sesu ai tujuan penyediaan fasilitas ini, yaitu untuk meningkatkan perlindungan dan trans paransi atas portofolio nasabah, seka ligus mengantisipasi penyalahgunaan atau penyelewengan Efek atau dana nasabah oleh pihakpihak tertentu.l
M
“Implementasi fasilitas ini akan berjalan lancar apabila semua pihak, terutama Pemegang Rekening KSEI yang berhubung an langsung dengan investor memiliki pemahaman mengenai fasilitas dimaksud.”
6
Foku
ss
E
disi
02,
200
9
etiap tahun KSEI menyelenggarakan Customer Survey untuk meng ukur kepuasan para pemakai jasa KSEI.
Walaupun selalu berusaha menjaga komitmen untuk memenuhi berbagai kebutuhan para pemakai jasa, Gusrinal di Akhyar dan timnya kerap ketarketir ju ga saat menanti hasil survei tersebut. Bagaimana tidak, divisi yang dipimpinnya adalah divisi utama alias core business perusahaan sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian di pasar modal Indonesia.
Untunglah, meski belum terlalu signifikan, setiap tahun selalu ada peningkatan tingkat kepuasan pemakai jasa KSEI. Itu berarti, Gus, demikian ia biasa disapa, bisa tersenyum. Adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai buatnya, jika para pemakai jasa KSEI merasa puas atas layanan yang diberikan timnya yang berjumlah 21 (dua puluh satu) orang.
Gus yang bergabung dengan KSEI (dulu masih bernama KDEI singkatan dari PT Kliring Deposit Efek Indonesia) sejak tahun 1995, membawahi Divisi Jasa Kustodian Sentral sejak Agustus 2007. Ada 3 (tiga) bagian yang dipimpinnya, yaitu: Bagian Hubungan Pemakai Jasa, Bagian Penyelesaian Transaksi dan Bagian Tindakan Korporasi.
Karena menyangkut aktivitas hari an para pemakai jasa, divisi ini harus selalu menjaga performanya antara lain memonitor seluruh proses penyelesaian transaksi dan distribusi Corporate Action agar dapat berjalan dengan baik dan lancar, proses registrasi Emiten, memberikan laporan secara tepat waktu terkait transaksi Efek dan tindakan korporasi, serta selalu siap memberikan penjelasan yang tepat dan memuaskan kepada pemakai jasa.
Sarjana Matematika lulusan Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Universitas Indonesia ini pun senantiasa berupaya agar semua tim yang bekerja di bawah payung divisinya memiliki informasi yang terupdate setiap saat. “Intinya, semua orang harus memiliki informasi yang sama, sehingga kepada siapapun pemakai jasa menanyakan informasi baik seputar transaksi maupun layanan lain, dapat terlayani dengan baik,” ungkap Gus yang baru mulai menggemari fotografi.
Saat ini, yang tengah menjadi prioritas divisinya, menurut Gus, fokus memperke
: : MOU KsEi - TsD
sUntuk meningkatkan layanan jasanya di industri pasar modal, KSEI menandatangani Memorandum of Understanding dengan Thailand Securities Depository Co., Ltd.
Tingkatkan Layanan Jasa Kustodian sentral di Level Regional
alam rangka meningkatkan kerjasama saling menguntungkan di industri pasar modal Indonesia
dan Thailand serta meningkatkan layanan jasa depository dan settlement agar sesuai dengan standar internasional, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Thailand Securities Depository Co., Ltd (TSD) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pada 23 Maret 2009 lalu. Penandatanganan kerja sama bilateral ini dilangsungkan di The Stock Exchange of Thailand Building, Bangkok, Thailand.
Kerja sama ini dilakukan untuk mempermudah pertukaran informasi dan berbagi pengalaman antar Central Securities Deposi-tory (CSD), sehingga KSEI dan TSD mampu menjadi kustodian sentral yang andal dan berdaya saing di tingkat regional dan internasional.
Penandatanganan MoU dilaksanakan oleh Direktur Utama KSEI Ananta Wiyogo, dan Chief Marketing Officer Markets and Post-Trade Services, The Stock Exchange of Thailand (SET) Sopawadee Lertmanaschai, selaku Authorized Director of TSD. Acara ini
disaksikan pula oleh Direktur KSEI Risbadi Purbowo, Chairman of SET Pakorn Malakul Na Ayudhya, Chief Executive Officer of SET Patareeya Benjapolchai, Chief Opera-tion Office of SET Nongram Wongvanich, dan Group Head - Post Trade Services of SET KongKeaw Piamduaytham.
Dengan adanya penandatanganan MoU ini, KSEI dan TSD sepakat untuk saling bekerjasama dalam mengeksplorasi layanan jasa baru, pengembangan sis tem baru dan aktivitas operasional di kedua CSD. Sebagai bentuk kerja sama, kedua CSD ini sepakat untuk melakukan program pertukaran karyawan serta training bersama. KSEI dan TSD nantinya dapat saling bertukar data statistik dan berbagi informasi mengenai perkembangan kondisi pasar modal masingmasing negara, dimana data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk kepentingan evaluasi dan pengembangan lebih lanjut di masingmasing CSD. l
[Dian Kurniasarie]
D
7
Foku
ss
E
disi
02,
200
9
Berada di divisi yang menjadi core business KSEI membuat ia dan timnya harus senantiasa berhati-hati menjaga kepercayaan para pemakai jasa. Berusaha memberikan layanan terbaik dan memenuhi berbagai kebutuhan seputar penyimpanan dan penyelesaian transaksi Efek menjadi kunci utamanya.
bersahabat dengan Para Pemakai Jasa
tama investor mulai menyadari pentingnya pembukaan Sub Rekening Efek sehingga dapat memperoleh akses langsung untuk memantau asetnya melalui fasilitas Investor Area.
Tidak hanya berguna untuk investor, Perusahaan Efek pun dimudahkan melalui fasilitas ini. Perusahaan Efek tidak perlu lagi memberikan laporan manual kepada nasabah nya. Investor Area membantu Perusahaan Efek mengantisipasi penyalahgunaan aset nasabah oleh oknum perusahaan. “Melalui fasilitas Investor Area, aktivitas transaksi Efek semakin transparan. Dan ini akan meningkatkan kepercayaan investor di pasar modal Indonesia,” lanjutnya.
Ayah dari 3 (tiga) orang anak, Azlia Quintania (12), Ashila Quenadhifa (9), dan M. Azka Haqqani (4) ini melihat industri pasar modal tempatnya berkarier selama 14 (empat belas) tahun sebagai industri yang sangat dinamis karena terus berkembang,
baik dari jenis instrumennya yang disimpan, volume transaksi maupun produk. Serta bisnis di Central Securities Depository terus berkembang sesuai dengan trend yang ada di regional.
Setiap saat berhubungan dengan para pemakai jasa, mencakup Perusahaan Efek, Bank Kustodian, Emiten, BAE, Manajer Investasi dan lainnya, membuat Gus mampu memahami berbagai karakter nasabah. ”Ini membuat saya lebih terbuka akan berbagai masukan, kritik, saran, sekaligus membuka peluang munculnya berbagai ide untuk membantu aktivitas nasabah,” ungkap pengagum Nabi Muhammad SAW, yang selalu tenang dalam menghadapi berbagai masalah ini.
Ketenangan dinilainya sebagai kunci sukses karena berhubungan dengan data dan informasi yang menyangkut aset nasabah bukanlah pekerjaan mudah. ”Apabila ada masalah, saya berdo’a saja dan berusaha. Segala sesuatu pasti ada jalan keluarnya,” urai pria yang hobi membaca bukubuku elektronik dan jogging di waktu senggang itu sambil tersenyum. l
nalkan produkproduk baru dan memberikan layanan tambahan untuk mempermudah para pemakai jasa bertransaksi. Salah satunya adalah fungsi otomasi untuk aktivitas Pre-matching Over The Coun-ter Transaction, yaitu mencocokkan lebih awal (pre-matching) atas instruksi pemindahbukuan Efek yang dibuat sendiri atau status instruksi yang telah dibuat oleh pihak lawan. Sudah cukup banyak yang menggunakan fasilitas ini, namun ingin di tingkatkan lagi. Sebagian be sar masih tetap melakukan pre-matching secara manual dengan telepon atau faksimili.
“Target ke depan, sejalan dengan target perusahaan, yaitu mengupayakan real time settlement,” paparnya. Ia juga menyebut proyek besar KSEI lainya, yaitu implementasi fasilitas Investor Area. Munculnya kasuskasus penyalahgunaan rekening nasabah oleh oknum Perusahaan Efek menyebabkan para pelaku pasar teru
Gusrinaldi akhyar, Kepala Divisi Jasa Kustodian Sentral
“Ketenangan dinilainya sebagai kunci sukses karena berhubungan dengan data yang menyangkut aset nasabah bukanlah pekerjaan mudah.”
8
Foku
ss
E
disi
02,
200
9
aKTiviTas
sTaTisTiK
sekolah Pasar ModalSebagai salah satu bentuk komitmen untuk pe
ngem bangan pasar modal Indonesia, kembali KSEI bersama BEI, KPEI dan PT Danareksa (Persero) untuk keempat kalinya menyelenggarakan Sekolah Pasar Modal untuk masyarakat. Kegiatan yang diresmikan pembukaannya pada tanggal 25 Februari 2009 ini memiliki 3 (tiga) program kelas, yaitu kelas Basic, Intermediate dan Advance. Diharapkan, program edukasi ini akan meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai apa dan bagaimana berinvestasi di pasar modal. l
Nonton bareng KSEI kembali mengadakan acara nonton film
bersama antar karyawan KSEI. Diadakan pada hari Rabu malam, 8 April 2009 di Blitz Megaplex Pacific Place. Kali ini film yang menjadi pilihan adalah film action ”Fast and Furious 4” yang dibintangi Vin Diesel dan Paul Walker. Acara yang diikuti oleh hampir seluruh karyawan ini diadakan untuk mempererat rasa kekerabatan dan kebersamaan di kalangan karyawan KSEI. l
KsEi Riders CommunityDalam rangka meningkatkan rasa kebersamaan antar karya wan,
pada hari Minggu, 8 Maret 2008 KSEI mengadakan acara Fun Tour-ing untuk ketiga kalinya dengan KSEI Riders Community; komunitas pengendara sepeda motor KSEI. Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 60 (enam puluh) peserta ini menempuh perjalanan melewati Depok, Cibinong, Bogor, Cicurug, kaki Gunung Salak dan berakhir di kediaman Bapak Sukarman, salah satu karyawan KSEI di Kampung Petir, Dermaga Bogor. Berkumpulnya para pengendara motor KSEI dalam acara tersebut mampu mempererat kekerabatan antar karyawan yang setiap harinya sibuk dengan rutinitas kerja masingmasing. l
������
������
������
��� ��� ���
��������������������������������������������������������������������������������������
������
��� ��� ���
�������
��������������
�����������������������������������������������������������������������������
������
���
���
���
������
������
������
�����������������������������������������������������������������������
������
DanaJanuari Maret 2009
Rp (miliar) USD (juta)
Equity (Dividen dan Exercise) 1.304,63
Debt (Bunga dan Pokok) 6.102,23
Total Dana 7.406,86
Efek (Jumlah/Unit Efek)
Saham 647.405.581
Waran
HMETD 532.079.512
Total Distribusi “Corporate action” Periode Januari Maret 2009
top related