kewajiban&ekuitas final
Post on 26-Dec-2015
106 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
A. Kewajiban
1. Pengertian dan Penggolongan Kewajiban
FSAB mendefinisikan kewajiban (liabilities) sebagai kemungkinan pengorbanan masa
depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai
hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu. Dari definisi ini, maka kewajiban memiliki
tiga karakteristik utama, yaitu:
a) Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan
transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau jasa.
b) Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari.
c) Transaksi atau kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi.
Karena kewajiban melibatkan pengeluaran aktiva atau jasa di masa depan, maka salah
satu karakteristik yang paling penting adalah tanggal di mana kewajiban itu harus
dibayarkan dan karakteristik ini menimbulkan pembagian dasar kewajiban menjadi:
a) Kewajiban lancar
b) Kewajiban jangka panjang
Di dalam psak 1 paragraf 67, suatu liabilitas di klasifikasikan sebagai jangka
pendek/lancar jika:
a) Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normal.
b) Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan.
c) Liabilitas tersebut jatuh tempi untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas
bulan setelah periode pelaporan, atau
d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyeselsaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan liabilitas yang tidak termasuk katagori tersebut sebagai
liabilitas jangka panjang.
2. Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar (current liabilities) adalah kewajiban yang likuidasinya diperkirakan
secara layak memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang di klasifikasikan
sebagai aktiva lancar, atau penciptaan kewajiban lancar lain. Beberapa jenis kewajiban
lancar:
a) Hutang usaha
Hutang usaha (accounts payable) atau hutang dagang (trade accounts payable)
merupakan saldo yang terutang kepada pihak lain atas barang, perlengkapan atau jasa
yang dibeli dengan akun terbuka secara kredit. Hutang usaha muncul karena adanya
kesenjangan waktu antara penerimaan jasa atau akuisisi hak aktiva dan pembayaran
atasnya. Pengukuran jumlah hutang usaha yaitu dengan faktur yang diterima dari
kreditor telah menjelaskan tanggal jatuh tempo dan pengeluaran uang yang tepat,
yang diperlukan untuk melunasi hutang itu.
b) Wesel bayar
Wesel bayar (note payable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada suatu tanggal tertentu di masa depan dan dapat berasal dari pembelian,
pembiayaan, atau transaksi lainnya. Wesel bayar kepada bank atau perusahaan
peminjaman umunya berasal dari pinjaman kas atau uang tunai. Wesel dapat di
klasifikasikan sebagai jangka pendek atau jangka panjang, tergantung pada tanggal
jatuh tempo pembayaran.
c) Jatuh tempo berjalan hutang jangka panjang
Jatuh tempo saat ini hutang jangka panjang (current maturieties of long-term debt)
sebagai kewajiban lancar. Perusahaan tidak mencatat hutang jangka panjang yang
akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar jika akan:
1) Ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan tersebut
yang secara layak tidak ditunjukan sebagai aktiva lancar.
2) Didanai kembali atau dilunasi dari hasil penerbitan hutang baru, atau
3) Dikonversi menjadi modal saham.
Akan tetapi, kewajiban yang jatuh tempo karena permintaan (dapat ditagih oleh
kreditor) atau akan jatuh tempo atas permintaan dalam jangka satu tahun (atau siklus
operasi, jika lebih lama), harus diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar. Kewajiban
ini sering kali menjadi dapat ditagih oleh kreditor apabila terdapat pelanggaran atas
perjanjian hutang.
d) Kewajiban jangka pendek yang diharapkan akan didanai kembali
Kewajiban jangka pendek (short-term obligation) adalah hutang yang dijadwalkan
akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca perusahaan atau
dalam siklus operasi perusahaan, mana yang lebih lama. Beberapa kewajiban jangka
pendek diharapkan akan didanai kembali (short-term pbligations expected to be
refinanced) atas dasar jangka panjang dank arena itu, diperkirakan tidak memerlukan
penggunaan modal kerja selama tahun berikutnya (atau siklus operasi).
Kritera pendanan kembali.
Profesi akuntan menetapkan kriteria otoritatif untuk menentukan situasi dimana
kewajiban jangka pendek dapat secara layak dikeluarkan dari kewajiban lancar.
Suatu perusahaan diharuskan untuk mengeluarkan kewajiban jangka pendek dari
kewajiban lancar hanya jika kedua kondisi berikut ini:
1) Perusahaan harus memiliki rencana untuk mendanai kembali kewajiban atas
dasar jangka panjang.
2) Perusahaan harus menunjukan kemampuan untuk melaksanakan pendanaan
kembali itu.
e) Hutang dividen
Hutang dividen tunai (cash dividend payable) adalah jumlah yang terutang oleh
perusahaan kepada para pemegang sahamnya sebagi hasil dari otorisasi dewan
direksi. Karena dividen tunai selalu dibayar dalam satu tahun setelah pengumuman
(biasanya 3 bulan), maka hal itu di klasifikasikan sebagai kewajiban lancar. Dividen
saham yang belum dibagikan tersebut biasanya dilaporkan dalam kelompok ekuitas
pemegang saham karena merupakan laba ditahan dlam proses transfer ke modal
disetor.
f) Uang muka dan deposito pelanggan
Kewajiban lancar perusahaan dapat mencakup deposito kas yang dapat dikembalikan
(returnable cash deposits) yang diterima dari pelanggan dan karyawan. Perusahaan
dapat menerima deposito dari pelanggan untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau
jasa atau sebagi jaminan untuk menutup pembayaran kewajibanyang diharapkan di
masa depan.
g) Pendapatan diterima dimuka
Perusahaan memperhitungkan pendapatan diterima dimuka (unearned revenue) yang
diterima sebelum barang dikirmkan atau jasa dilakukan, yaitu dengan:
1) Ketika uang muka diterima, kas didebet, dan akun kewajiban lancar yang
mengidentifikasi sumber pendapatan diterima dimuka kredit.
2) Ketika pendapatan diterima, akun pendapatan diterima dimuka didebet, dan
akun pendapatan yang diterima dikredit.
h) Hutang pajak penjualan
GAP merancang kewajiban untuk pajak yang ditagih dari pelanggan tetapi belum
diserahkan kepada otoritas pajak. Akun hutang pajak penjualan harus merefleksikan
kewajiban untuk pajak penjualan yang terutang kepada berbagai lembaga
pemerintah. Dalam banyak perusahaan pajak penjualan dan jumlah penjualan tidak
dipisahkan pada waktu penjualan terjadi. Keduany dikredit secara total ke akun
penjualan. Sehingga, untuk merefleksikan secara benar jumlah penjualan actual dan
kewajiban untuk pajak penjualan, akun penjualan harus didebet sebesar jumlah pajak
penjualan yang terhutang kepada pemerintah atas penjualan itu dan akun hutang
pajak penjualan di kreditkan sebesar jumlah yang sama.
i) Hutang pajak penghasilan
Hutang pajak atas laba perusahaan, seperti yang dihitung per SPT pajak, harus
diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.
j) Kewajiban yang berhubungan dengan karyawan.
Jumlah terutang kepada karyawan untuk gaji atau upah pada akir periode akuntansi
dilaporakan sebagai kewajiban lancar. Selain itu, pos-pos berikut yang berhubungan
dengan kompensasi karyawan juga sering dilaporkan sebagai kewajiban lancar:
1) Pemotongan gaji
2) Absensi yang dikompensasi
3) Bonus
3. Kontinjensi
Kontinjensi (contingencies) adalah suatu kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang
ada yang melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan (keuntungan kontinjensi) atau
kerugian (kerugian kontinjensi) untuk perusahaan yang pada akirnya akan diketahui
ketika satu atau lebih kejadian dimasa depan terjadi atau tidak terjadi.
a) Keuntungan kontinjensi
Keuntungan kontinjensi (gain contingencies) adalah klaim atau hak untuk menerima
aktiva (atau memiliki kewajiban yang menurun) yang keberadaanya tidak pasti tetap
pada akhirnya mungkin akan menjadi sah. Jenis keuntungan kontinjensi yang khas
adalah:
1) Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan lain
sebagainya.
2) Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak.
3) Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan.
4) Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan.
Akuntan telah menggunakan kebijakan konservatif dalam bidang ini. Disini
keuntungan kontinjensi tidak akan dicatat. Hal ini akan diungkapkan dalam catatan
hanya jika probabilitasnya tinggi bahwa suatu keuntungan kontinjensi akan menjadi
kenyataan. Sebagai akibatnya, merupakan hal yang tidak biasa untuk mencari
informasi mengenai keuntungan kontinjensi dalam laporan keuangan dan catatan
yang menyertainya.
b) Kerugian kontinjensi
Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian kontinjensi menurut definisinya
di sebut kontinjen. Kewajiban kontinjen (contingent liabilities) bergantung pada
terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih kejadian di masa depan untuk
mengkonfirmasi jumlah hutang, pihak yang dibayar, tanggal pembayaran, atau
keberadaanya. Yaitu, satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut bergantung pada
kontinjensi.
Apabila terdapat kerugaian kontinjensi, maka kemungkinan bahwa kejadian di masa
depan akan menguatkan terjadinya kewajiban dapat berkisar dari sangat mungkin
hingga kurang mungkin. FASB menggunakan istilah kemungkinan besar (probable),
cukup mungkin (reasonable possible), dan kemungkinan kecil (remote) untuk
mengidentifikasi tiga daerah dalam kisaran tersebut.
Suatu estimasi kerugian dari kerugian dari kerugian kontinjensi harus di akrualkan
dengan membebankannya ke beban dan kewajiban dicatat hanya jika kedua kondisi
berikut terpenuhi:
1) Informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan menunjukan
bahwa kemungkinan besar suatu kewajiban telah terjadi pada tanggal laporan
keuangan.
2) Jumlah kerugian dapat diestimasi secara acak.
Beberapa kerugian kontinjensi lebih umum yang akan di bahas yaitu:
1) Perkara pengadilan, klaim, dan pengenaan.
Faktor-faktor berikut, diantara yang lainnya, harus dipertimbangkan dalam
menentukan apakah suatu kewajiban harus dicatat berkenaan dengan perkara
pengadilan (litigation) yang ditunda dan yang mengancam serta klaim (claim)
dan pengenaan (assessments) actual yang atau yang mungkin:
i. Periode waktu dimana penyebab tindakan yang mendasari terjadi.
ii. Probabilitas hasil yang tidak menguntungkan.
iii. Kemampuan untuk membuat estimasi yang layak mengenai jumlah
kerugian.
2) Biaya garansi dan jaminan
Jaminan (garansi produk) adalah janji yang dibuat oleh penjual kepada pembeli
untuk memperbaiki defisiensi kuantitas, kualitas, atau kinerja suatu produk.
Jaminan dan garansi memerlukan biaya masa depan, yang sering kali merupakan
biaya tambahan yang signifikan, yang kadang disebut “biaya sesudah” atau
“biaya purna jual”. Walaupun biaya masa depan bersifat tidak pasti dalam hal
jumlah, tanggal terjadinya, dan bahkan pelanggannya, namun kewajiban adalah
mungkin dalam banyak kasus dan harus diakui dalam akun jika dapat diestimasi
secara layak. Jumlah kewajiban merupakan estimasi dari semua biaya yang akan
dikeluarkan setelah penjualan serta pengiriman dan terjadi untuk memperbaiki
kerusakan atau definisi yang diwajibkan menurut ketentuan jaminan. Biaya
jaminan adalah contoh klasik dari kerugian kontinjensi. Perusahaan
menggunakan dua metode dasar akuntansi untuk biaya jaminan, yaitu:
i. Metode dasar kas
Menurut metode dasar kas (cash basis method), biaya jaminan dicatat
sebagai beban pada saat dikeluarkan. Jadi, biaya jaminan dibebankan ke
periode dimana penjual atau produsen menepati jaminan itu. Tidak ada
kewajiban yang dicatat untuk biaya masa depan yang berasal dari jaminan,
dan periode saat penjualan. Pengunaan metode ini, yang merupakan satu-
satunya metode yang diakui untuk tujuan pajak penghasilan.
ii. Metode dasar akrual
Menurut metode akrual (accrual method), biaya jaminan dibebankan ke
beban operasi pada tahun penjualan. Ini merupakan metode yang diterima
umum dan harus digunakan apabila jaminan merupakan bagian integral
dan tidak dapat dipisahkan dari penjualan serta dipandang sebagai
kerugian kontinjensi. Pendekatan ini disebut sebagi pendekatan jaminan
beban (warranty expense approach).
3) Premi dan kupon
Perusahaan menawarkan premi, penawaran kupon, dan rabat ini diadakan untuk
menstimulasi penjualan dan biayanya hharus dicatat sebagai beban pada periode
penjualan yang memperoleh manfaat dari rencana premi itu. Biaya premi yang
ditawarkan harus dibebankan ke beban premi, dan kewajiban yang beredar harus
di kreditkan keakun yang disebut estimasi kewajiban untuk premi.
4) Kewajiban lingkungan
Biaya ini hanya akan tumbuh apabila mempertimbangkan “undang-undang dana
super”: undnag-undang federal ini memberikan environmental protection agency
(epa) kekuasaan untuk membersihkan lokasi limbah dan membebankan biaya
pembersihan kepada pihak-pihak yang menurut epa bertanggung jawab atas
pencemaran lokasi itu. Pihak-pihak yang bertanggung jawab tersebut memiliki
kewajiban yang sangat besar.
4. Penyajian dan analisis
a) Penyajian kewajiban lancar
Dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan akuntansi dan
dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Akun
kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok
kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban
lancar, akun-akun itu dapat di cantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah
menurun, atau menurut prefensi likuidasinya. Jika tanggal jatuh tempo setiap
kewajiban dapat diperpanjang, mka rinciannya harus diungkapkan. Kewajiban lancar
ini tidak boleh dioffset terhadap aktiva yang digunakan untuk likuidasinya. Hutang
jangka panjang yang akan jatuh tempo saat ini harus diklasifikasikan sebagai
kewajiban lancar.Apabila pendaan kembali atas dasar jangka panjang diharapkan
dapat dilakukan melalui penerbitan sekuritas ekuitas, maka tidak layak untuk
memasukan kewajiban jangka pendek dalam dalam ekuitas pemilik. Pada tanggal
neraca, kewajiban itu merupakan suatu kewajiban dan bukan ekuitas pemilik.
b) Penyajian kontinjensi
Perusahaan mencatat kerugian kontinjensi dan kewajiban jika kerugiannya adalah
mungkin dan dapat diestimasi. Akan tetapi, jika kerugiannya sangat mungkin atau
dapat diestimasi tetapi tidak keduanya, dan jika terdapat paling sedikit kemungkinan
yang layak bahwa suatu kewajiban telah terjadi, maka pengungkapan berikut
diperlukan dalam catatan:
1) Sifat kontinjensi
2) Estimasi mengenai kemungkinan kerugian atau rentang kerugian atau suatu
penyataan bahwa estimasi tidak dapat dilakukan
Beberapa kewajiban kontinjen lain yang harus diungkapkan meskipun perusahaan
kemungkinan ruginya kecil adalah sebagai berikut:
1) Jaminan atas hutang
2) Kewajiban bank komersial menurut “stand-by letters of creadits”.
3) Jaminan untuk membeli kembali piutang (atau property lain yang berhubungan)
yang telah dijual atau diberikan.
c) Analisis kewajiban lancar
Perbedaan antara kewajiban lancar dan hutang jangka panjang adalah penting karena
menyediakan informasi tentang likuiditas perusahaan. Likuiditas yang berkaitan
dengan kewajiban adalah waktu yang diharapkan berlalu hingga suatu kewajiban
harus dibayar. Dengan kata lain, kewajiban yang akan dibayar dengan segera
merupakan kewajiban lancar. Suatu perusahaan yang likuid dapat bertahan lebih baik
dalam menghadapi masalah keuangan. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki
peluang yang lebih baik dalam menggambil keuntungan dari kesempatan investasi
yang berkembang. Analisis menggunakan rasio dasar tertentu seperti arus kas bersih
yang disediakan oleh aktivitas operasi terhadap kewajiban lancar, serta rasio
perputaran untuk piutang dan persediaan, untuk menilai likuiditas. Dua rasio lainnya
yang digunakan untuk menguji likuiditas adalah rasio lancar (current ratio) dan rasio
cepat (acid test ratio).
5. Kewajiban jangka Panjang
Hutang jangka panjang (long-term debt) yaitu pengorbanan manfaat ekonomi yang
sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam
stu tahun atau satu siklus operasi perusahaan, mana yang lebih lama. Contoh hutang
jangka panjang antara lain hutang obligasi, wesel bayar jangka panjang, hutang hipotik,
kewajiban pensiun dan kewajiban lease
a. Hutang Obligasi
1) Penerbitan Obligasi
Obligasi adalah hutang jangka panjang yang paling sering dilaporkan dalam
neraca perusahaan. Tujuan utama obligasi adalah untuk meminjam dalam jangka
panjang apabila jumlah modal yang diperlukan terlalu besar untuk disediakan oleh
satu pemberi pinjaman. Obligasi yang timbul dari suatu kontrak dikenal sebagai
indenture obligasi (bond indenture) dan merupakan janji untuk membayar : (1)
sejumlah uang yang sudah ditetapkan pada tanggal jatuh tempo, ditambah (2)
bunga periodik pada tingkat tertentu atas jumlah yang jatuh tempo (nilai nominal).
1) Jenis Obligasi
Beberapa jenis obligasi antara lain :
a) Obligasi Berjaminan dan Tanpa Jaminan
b) Obligasi Berjangka, Obligasi Berseri dan Obligasi yang Dapat Ditebus
c) Obligasi Konvertibel, Obligasi yang Didukung Komoditas, dan dengan
Diskonto Besar
d) Obligasi Terdaftar dan Obligasi Atas Unjuk (Kupon)
e) Obligasi Laba dan Obligasi Pendapatan
2) Penilaian Hutang Obligasi-Diskonto dan Premi
Masyarakat investasi menilai obligasi pada nilai sekarang dari arus kas masa
depannya yang terdiri dari bunga dan pokok. Suku bunga yang digunakan untuk
menghitung nilai sekarang dari arus kas ini adalah suku bunga yang memberikan
pengembalian atas investasi yang dapat diterima, yang sebanding dengan
karakteristik resiko penerbitnya. Suku bunga ini yang ditetapkan oleh penerbit
obligasi dinyatakan sebagai presentase dari nilai nominal yang disebut juga nilai
pari (par value), jumlah pokok (principal amount), atau nilai jatuh tempo
(maturity value) obligasi tersebut.
3) Metode Bunga Efektif
Prosedur yang dipilih profesi akuntansi untuk amortisasi diskonto atau
premiadalah metode bunga efektif (amortisasi nilai sekarang). Dalam metode
bunga efektif:
a) Beban bunga obligasi dihitung pertama kali dengan mengalikan nilai
tercatat (nilai buku) obligasi pada awal periode dengan suku bunga efektif
b) Amortisasi diskonto dan premi obligasi kemudian ditentukan dengan
membandingkan beban bunga obligasi terhadap bunga yang dibayarkan.
4) Biaya Penerbitan Obligasi
Untuk biaya penerbitan obligasi adalah memperlakukannya sebagai beban yang
ditangguhan dan mengamortisasikannya selama umur hutang tersebut. Kita
asumsikan bahwa Microchip Corporation menjual obligasi surat hutang senilai
$20.000.000, berjangka 10 tahun, dengan harga $20.795.000 pada tanggal 1
januari 2014 (juga tanggal obligasi), biaya penerbitan obligasi adalah $245.000.
Jurnal per 1 Januari 2014 dan 31 Desember 2014 untuk penerbitan obligasi dan
amortisasi biaya penerbitan obligasi adalah sbb :
- 1 Januari 2014
Kas 20.550.000
Biaya Penerbitan Obligasi yang Belum Diamortisasi 245.000
Premi atas Hutang Obligasi 795.000
Hutang Obligasi 20.000.000
(untuk mencatat penerbitan obligasi )
- 31 Desember 2014
Beban Penerbitan Obligasi 24.500
Biaya Penerbitan Obligasi yang Belum Diamortisasi 24.500
(untuk mengamortisasi selama satu tahun biaya penerbitan obligasi--metode garis-lurus)
5) Obligasi Treasuri
Obligasi treasuri merupakan hutang obliasi yang telah diakuisisi kembali oleh
perusahaan yang menerbitkannya atau agen atau trustee atau perwaliannya dan
belum dibatalkan. Obligasi ini harus diperlihatkan di neraca pada nilai pari--
sebagai pengurangan dari hutang obligasiyang diterbitkan untuk memperoleh
angka bersih yang merupakan hutang obligasi yang beredar. Apabila obligasi yang
dijual dibatalkan, maka akun obligasi treasury harus di kredit.
6) Pelunasan Hutang Lebih Awal
Dalam beberapa kasus, hutang dilunasi lebih awal sebelum tanggal jatuh tempo.
Jumlah yang dibayarkan atas pelunasan lebih awal atau penebusan sebelum jatuh
tempo itu mencakup setiap premi penarikan dan beban reakuisisi, yang disebut
sebagai harga reakuisisi (reacquisition price). Pada saat reakuisisi, premi atau
disonto yang belum diamortisasi, dan setiap biaya penerbitan obligasi, harus
diamortisasi sampai tanggal reakuisisi.
b. Wesel Bayar Jangka Panjang
Seperti obligasi, wesel juga dinilai pada nilai sekarang dari arus kas bunga dan pokok
masa depan, dimana setiap premi dan diskonto diamortisasikan dengan cara yang
sama selama umur wesel tersebut.
1) Wesel Diterbitkan Pada Nilai Nominal
Diasumsikan pengakuan wesel senilai $10.000 berjangka waktu 3 tahun, yang
diterbitkan nominal oleh Scandinavian Import kepada Bigelow Corp. Suku
bunga ditetapkan dan suku bunga efektif keduanyan 10%. Karena nilai
sekarang wesel sama dengan nilai nominalnya, yaitu $10.000, maka tidak ada
premi atau diskonto yang diakui. Penerbitan wesel akan dicatat oleh
Scandinavian Import adalah sbb :
Kas 10.000
Wesel Bayar 10.000
Scandinavian Import akan mengakui bunga yang terjadi setiap tahun sbb :
Beban Bunga 1.000
Kas 1.000
2) Wesel Tidak Diterbitkan pada Nilai Nominal
a) Wesel Dengan Bunga Nol
Jika wesel berbunga nol atau tanpa bunga diterbitkan semata-mata untuk
kas, maka nilai sekarangnya diukur dengan kas yang diterima oleh
penerbit wesel tersebut. Selisih antara nilai nominal dengan nilai
sekarang dicatat sebagai diskonto dan diamortisasi ke beban bunga
selama umur wesel tersebut.
b) Wesel Berbunga
Diasumsikan Marie Co. menerbitkan wesel berbunga senilai $10.000
berjangka waktu 3 tahun pada 10%, kepada Morgan Corp. secara tunai.
Suku bunga pasar untuk wesel dengan resiko sejenis adalah 12%. Dalam
kasus ini, karena suku bunga efektif (12%) lebih besar dari pada suku
bunga ditetapkan (10%), maka nilai sekarang wesel lebih kecil dari nilai
nominal yaitu wesel tersebut dipertukarkan dengan diskonto. Penerbitan
wesel tersebut dicatat oleh Marie Co. sbb :
Kas 9.520
Diskonto atas Wesel Bayar 480
Wesel Bayar 10.000
Diskonto tersebut kemudian dimortisasi dan beban bunga diakui setiap
tahun dengan menggunakan metode bunga efektif.
3) Wesel Bayar Dalam Situasi Khusus
a) Wesel Diterbitkan untuk Kas dan Hak-hak Lainnya
Dalam situasi ini, perbedaan antara nilai sekarang hutang dan jumlah kas yang diterima harus dicatat oleh penerbit wesel (peminjam/pemasok) secara simultan sebagai diskonto (debet) atas wesel itu dan pendapatn yang beum dihasilkan (kredit) atas penjualan masa depan. Diskonto atas Wesel Bayar kemudian diamortisasi kebeban bunga dengan menggunakan metode bunga efektif.
c) Wesel Diterbitkan untuk Properti, Barang dan Jasa
Instrumen hutang tersebut dipertukarkan dengan properti, barang dan jasa
dalam suatu transaksi pertukaran istimewa, maka suku bunga ditetapkan
dianggap layak. Dalam situasi ini nilai sekarang dari instrumen hutang
diukur menurut nilai wajar properti, barang atau jasa atau menurut julah
yang secara layak mendekati nilai wajar wesel itu.
4) Bunga Terkait
Karena suku bunga terkait (imputed interest) berbeda dengan suku bunga
ditetapkan pada tanggal wesel diterbitkan, maka diskonto atau premi harus
diakui dan diamortisasi pada periode berikutnya.
5) Wesel Bayar Hipotik
Wesel bayar hipotik (mortage notes payable) adalah wesel promes yang
dijamin dengan suatu dokumen yang disebut hipotik yang menggadaikan hak
atas properti sebagai jaminan pinjaman. Sebagian besar pemberi pinjaman
menawarkan hipotik dengan suku bunga variabel, yang menawarkan suku
bunga yang terkait dengan perubahan suku bunga pasar yang berfluktuasi.
c. Pelaporan Dan Analisis Hutang Jangka Panjang
1) Pembiayaan di Luar Neraca
Pembiayaan di luar neraca (off-balance-sheet financing) adalah suatu upaya untuk
meminjam uang dengan cara sedemikian rupa sehingga kewajiban nya tidak
tercatat. Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan berusaha mengadakan
perjanjian pembiayaan di luar neraca. Pertama, peniadaan hutang akan
mempertinggi mutu neraca dan memungkikan kredit dapat diperoleh dengan
cepat. Kedua, ketentuan pinjaman seringkali menetapkan pembatasan atas jumlah
hutang yang dapat dimiliki, akibatnya pembiayaan diluar neraca digunakan
digunakan karena komitmen jenis ini mungkin tidak diikutkan dalam menghitung
pembatasan kredit atau hutang.
2) Penyajian dan Analisis Hutang Jangka Panjang
a) Penyajian Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun harus dilaporkan
sebagai kewajiban lancar, kecuali kalau penarikan itu dipenuhi dengan
aktiva selain aktiva lancar. Jika hutang itu akan didanai kembali, dikonversi
menjadi saham, atau ditarik dari dana pelunasan obligasi, maka hal itu harus
terus dilaporkan sebagai pos tidak lancar dan dilengkapi dengan catatan
penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam likuidasinya.
b) Analisis Hutang Jangka Panjang
Rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total assets ratio) mengukur
presentase total aktiva yang disediakan oleh kreditor. Cara nya dengan
membagi total hutang dengan total aktiva. Semaki tinggi presentase hutang
terhadap total aktiva, seakin tinggi bahwa perusahaan mungkin tidak dapat
memenuhi kewajiban jatuh tempo. Rasio beberapa kali bunga dihasilkan
(times interest earned ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga ketika jatuh tempo. Cara nya dengan membagi laba
sebelum beban bunga dan pajak penghasilan dengan beban bunga.
B. Ekuitas
1. Pengertian Ekuitas
Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk
menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan
sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar aset dan kewajiban, nilai ekuitas
juga bergantung pada bagaimana aset dan kewajiban diukur.
2. Penggolongan Ekuitas
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi
atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran
dipecah menjadi modal saham (capital stock) sebagai modal yuridis (legal capital) dan
modal setoran tambahan (additional paid-in capital), dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau modal sumbangan).
a. Modal Setoran
1) Modal Yuridis
Modal yuridis merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh
investor sehingga membentuk modal yuridis (legal capital). Tujuan penyajian
modal yuridis ini adalah untuk memberi informasi kepada para pemegang
ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya.
2) Modal Setoran Lain
b. Modal Bentukan atau Laba Ditahan
Ditinjau dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas
pemegang saham yaitu:
a. jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham
b. laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen
c. jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi/revaluasi aset visis tertentu
d. jumlah rupiah donasi dari pihak nonpemegang saham
e. sumber lainnya
Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan
dari akun ikhtisar Laba-Rugi (income summary). Seperti juga modal setoran, laba ditahan
menunjukkan sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis aset
tertentu. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang saham atas aset, laba
ditahan harus digabungkan (ditambahkan) dengan modal setoran.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas sangat penting. Dari segi administrasi
keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba (earning power) sehingga laba
ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal
untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga penting secara yuridis
karena modal setoran merupakan dana dasar (basic fund) yang harus tetap dipertahankan
untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali
dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya. Sementara itu, laba ditahan adalah
jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
3. Perubahan Modal Setoran
Tansaksi, kejadian, atau keadaan dapat menyebabkan perubahan dalam modal setoran,
modal setoran lain, dan laba ditahan baik secara individual maupun bersamaan. Tujuan
utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara tegas
antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi operasi. Dalam hal
kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan
kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang
tersedia untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran
dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:
a. Pemesanan saham (stock subscriptions)
b. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar (convertible bonds)
c. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar (convertible stock)
d. Dividen saham (stock dividends)
e. Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, options, and warrant)
f. Saham treasuri (treasury stocks)
4. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT
Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun Tambahan Modal
Disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan
sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
Unsur penambah modal disetor PT terdiri atas :
a. agio saham,
b. tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah
daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran,
c. tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas
jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya,
d. tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor,
e. dan lain sebagainya.
Pencatatan penambahan modal disetor berdasarkan :
a. jumlah uang yang diterima
b. setoran saham dalam bentuk uang sesuai transaksi nyata
c. besarnya tagihan yang timbul
d. nilai wajar aktiva bukan kas
e. setoran saham dalam bentuk barang
Pencatatan pengurangan modal disetor :
a. jumlah uang yang dibayarkan
b. besarnya hutang yang timbul
c. nilai wajar aktiva bukan kas
Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal. Pencatatan penarikan kembali
saham yang telah dikeluarkan dilakukan dengan mendebet akun Modal Saham dan
mengkredit akun modal saham yang diperoleh kembali.
5. Tujuan Penyajian Ekuitas
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh
tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya,
tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyelidiki akan informasi
kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship) manajemen
serta menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang
ekuitas lainnya. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang
ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah :
a. Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya.
b. Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengambilan modal setoran
kepada pemegang saham.
c. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.
6. Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas
IFRS No 2 mengatur prinsip-prinsip pengukuran dan persyaratan khusus untuk tiga jenis
transaksi pembayaran berbasis saham:
a. Ekuitas - transaksi pembayaran diselesaikan berbasis saham, di mana entitas menerima
barang atau jasa sebagai pertimbangan untuk instrumen ekuitas entitas (termasuk
saham atau opsi saham);
b. Kas - transaksi pembayaran diselesaikan berbasis saham, di mana entitas memperoleh
barang atau jasa oleh kewajiban menimbulkan ke pemasok barang-barang atau jasa
untuk jumlah yang didasarkan pada harga (atau nilai) saham entitas atau instrumen
ekuitas lainnya entitas, dan
c. Transaksi di mana entitas menerima atau memperoleh barang atau jasa dan hal
pengaturan menyediakan baik entitas atau pemasok barang-barang atau jasa dengan
pilihan apakah entitas mengendapankan transaksi secara tunai atau dengan
menerbitkan instrumen ekuitas.
7. Penyajian Modal Pemegang Saham
Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca sebenarnya
menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan mengalami defisit dan
dalam kondisi perusahaan dilikuidasi. Dalam terjadi defisit, urutan penyajian
menggambarkan urutan penyerapan rugi (sequence of charges) sedangkan dalam kondisi
likuidasi urutan penyajian menggambarkan urutan perlindungan yuridis (legal sequence of
protection) bagi para penyedia dana dalam hal terjadi likuidasi. Jadi, berbagai hak atas asset
disajikan atas dasar urutan siapa dahulu yang memikul rugi dalam hal terjadi defisit dan
siapa dahulu menerima distribusi asset dalam hal terjadi likuidasi.
a. Urutan Penyerapan Rugi
Secara umum yang telah dikorbankan (expired) menjadi biaya akan diserap
melalui aliran pendapatan kotor. Hal ini berkaitan paa umumnya dengan pengakuan
biaya atas dasar konsumsi manfaat (consumption of benefit) dalam kondisi operasi
normal. Dalam hal terjadi pengorbanan kos akibat hilangnya manfaat menjadi rugi,
rugi tersebut akan diserap dahulu melalui laba bersih dan hanya dalam keadaan yang
sangat khusus maka kos tersebut dapat diserapkan oleh kelompok modal pemegang
saham. Jadi, urutan penyerapan biaya, rugi, dan rugi luar biasa (sequence of charges)
dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Pendapatan kotor. Pos ini menyerap semua biaya dan rugi dan debit/beban
(charges) yang berasal dari transaksi pemilik.
2) Laba bersih. Hal ini akan terjadi pendapatan kotor tidak cukup untuk menutup
semua kos terhabiskan (expired cost) baik yang berasal dari konsumsi manfaat
maupun hilangnya manfaat (misalnya rugi luar biasa). Bila digunakan pendekatan
laba komprehensif, laba bersih akan menjadi laba komprehensif.
3) Laba ditahan. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila laba bersih periode berjalan
tidak cukup untuk menyerap suatu rugi tertentu atau rugi luar biasa.
4) Premium modal saham. Bagian modal ini baru dapat menyerap rugi kalau laba
ditahan dan laba ditahan telah habis untuk menyangga suatu rugi. Dengan kata
lain, modal saham harus tetap dijaga keutuhannya sampai premium modal saham
benar-benar telah habis.
5) Modal saham. Bila keutuhan modal yuridis telah terpengaruh secara substansial,
kebijakan untuk melakukan kuasi-reorganisasi atau bahkan likuidasi perusahaan
mungkin diperlukan.
Urutan penyerapan rugi seperti diatas sebenarnya merupakan asumsi atau
tradisi semata-mata walaupun hal tersebut dapat dikuatkan dalam bentuk standar
akuntansi. Hal ini didasarkan pada pikiran bahwa berbagai dana yang ditanamkan
menjadi aset perusahaan akan lebur menjadi begitu lumatnya menjadi satu kesatuan
aset.
Penempatan laba bersih di atas laba ditahan untuk menyerap rugi dilandasi
oleh alasan untuk mencegah kecenderungan manajemen untuk melaporkan rugi secara
terpisah dari statemen laba-rugi dan langsung membebankan ke kelompok modal
pemegang saham. Alasan tersebut juga menjadi argumen untuk memunculkan konsep
laba komprehensif. Dengan konsep ini, semua rugi dalam bentuk dan jenis apapun
dimasukkan dalam statemen laba-rugi tahun terjadinya atau tahun dapat diakuinya rugi
tersebut. Urutan penyerapan rugi seperti diatas juga dapat dipandang sebagai urutan
menikmati untung. Dengan demikian, semua untung luar biasa (selain yang timbul
akibat transaksi saham perusahaan) harus dimasukkan sebagai unsur dalam mengukur
laba bersih sebelum dipindahkan ke laba ditahan.
b. Urutan Menerima Distribusi Aset
Urutan perlindungan menunjukkan siapa yang harus didahulukan dalam
menerima distribusi aset atau siapa yang menanggung segala akibat dalam kasus
perusahaan dilikuidasi. Urutan ini menjadi basis penyajian untuk kewajiban dan
ekuitas pemegang saham. Ditinjau dari segi ini, urutan perlindungan dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1) Karyawan dan pemerintah. Pihak ini dapat dipandang sebagai kreditor yang
diprioritaskan yaitu karyawan dengan hak atas gaji dan pemerintah dengan hak
atas pajak terutang.
2) Kreditor berjaminan. (guaranteed creditors). Pihak ini adalah pemegang
obligasi atau kreditor lain yang haknya dijamin dengan hak sita (liens) atas aset
tertentu.
3) Kreditor takberjaminan (unguaranteed creditors). Pihak ini terdiri atas para
kreditor yang tidak dijamin yang terrefleksi dalam utang usaha atas utang wesel
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
4) Pemegang saham prioritas. Pihak ini dilindungi oleh laba ditahan sebagai
penyangga modal saham atau yuridis.
5) Pemegang saham biasa. Pihak ini merupakan pemegang hak atas sisa kekayaan
(residual interest) yang berarti bahwa pemegang saham biasa harus menanggung
lebih dahulu rugi atau defisit.
Dengan urutan perlindungan seperti diatas, pemegang modal saham biasa
adalah yang paling akhir dilindungi alias tidak ada perlindungan sama sekali. Modal
saham biasa ini merupakan hak atas kekayaan yang terbuka terhadap risiko dan paling
terpengaruh terhadap hasil kegiatan perusahaan, baik hasil yang menguntungkan
maupun yang merugikan. Perlindungan di atas secara umum juga menjadi basis
penyajian kewajiban dan ekuitas dalam neraca. Jadi, cukup beralasanlah kalau
kewajiban disajikan lebih dahulu baru kemudian ekuitas pemegang saham. Hubungan
antara urutan penyerapan rugi dan urutan perlindungan yang terefleksi dalam
penyajian di neraca dilukiskan dalam Gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1
Penyajian Secara Umum Kewajiban dan Ekuitas dalam Neraca
Dan Hubungannya Dengan Urutan Perlindungan
Kewajiban
Modal saham istimewa
Agio saham istimewa
Urutan Penyerapan Rugi Urutan Perlindungan
Modal saham biasa
Agio saham biasa
Laba ditahan
8. Pengungkapan Ekuitas
IFRS No 2 juga mengatur berbagai persyaratan pengungkapan untuk memungkinkan
pengguna laporan keuangan untuk memahami:
a. sifat dan tingkat berbasis saham pengaturan pembayaran yang ada selama periode;
b. bagaimana nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima, atau nilai wajar instrumen
ekuitas yang diberikan, selama periode ditentukan, dan
c. efek berbasis saham transaksi pembayaran pada keuntungan entitas atau:rugi untuk
periode dan posisi keuangan.
9. Perincian Laba Ditahan
Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan
langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber.
Terdapat pula kebiasaan bahwa laba ditahan disajikan dengan memerincinya atas dasar
tujuan (by purposes) dengan cara yang disebut apropriasi (appropriation) dan pembatasan
(restriction).
a. Perincian Atas Dasar Sumber
Dengan dasar ini, laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal
dari operasi normal atau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Jadi, bila
perubahan akibat transaksi operasi dipisahkan secara tegas dengan transaksi modal,
statemen laba-rugi telah merefleksi sumber laba ditahan sehingga perincian laba
ditahan akan percuma.
b. Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan
Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos cadangan
jaminan sosial, laba ditahan terbatas (restricted retained earnings), dan cadangan
umum. Perincian semacam itu sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba ditahan
dengan aset tertentu (asset imputation). Artinya, dalam aset apa saja laba ditahan
sebagaimana ditunjukkan oleh komponen aset yang terkait.
Daftar Pustaka
Harnanto. 2004. Akuntansi Keuangan Menengah Buku Dua. Yogyakarta: BPFE.
Kieso, Weygandt, and Terry D. Warfield, 2011. “Intermediete Accounting: IFRS Edition”.
United States: Jhon Willey.
Suwardjono. 2011. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.Yogyakarta: BPFE.
http://hasni.4mg.com/kampus_files/paper_files/ekuitas.htm (diakses 26 Maret 2014 pukul:
11.31)
http://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/02/25/ekuitas-teori-akuntansi/ (diakses 26 Maret
2014 pukul: 11.33)
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=ekuitas%20dalam%20akuntansi&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8&ved=0CIsBEBYwCQ&url=http%3A%2F%2Fwahyudiono.dosen.narotama.ac.id%2Ffiles%2F2011%2F09%2FMK-TA-12.doc&ei=81gyU831Baz7iQeatoFQ&usg=AFQjCNGeCP_mc5N7gd99btHf0ccRIFPRNw&sig2=k1hgHEzCp-Ot_AAlE_A5sA&bvm=bv.63738703,d.aGc (diakses 26 Maret 2014 pukul: 11.36)
top related