keselamatan pasien dalam pelayanan anestesia

Post on 16-Oct-2021

12 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan

Anestesia

Amelia Martira

Bambang Tutuko

Outline

1. Latar Belakang : To Err is Human

2. Keselamatan Pasien dan Standar Pelayanan Anestesi dan Bedah

3. Pelayanan anestesi selama pandemi Covid-19

4. Human Factors/ Anesthesia Non Techinical Skill

5. Tools Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Anestesi dan Asuhan Kritis : Labelling, Checklist dan Scoring, Simulasi

6. Take Home Messages

To Err Is Human

Latar Belakang

Pelayanan anestesi merupakan pelayanan yang kompleks dan berisiko tinggi

Dilakukan oleh tim, yaitu Dokter spesialis anestesiologi, Penata Anestesi dan Perawat (PMK No. 519/2011)

Bekerja interprofessional dan kerap menghadapi situasi kritis.

Error dan KTD sangat mungkin terjadi.

Medical Event pada

pelayanan Anetesi

Jenis Anestesi Event

Anestesi Umum Sulit Intubasi, Sulit ventilasi, Intubasi Esofagus, Laringospasme/Bronkospasme, Aspirasi, Hipoventilasi, Kegagalan Mesin Anestesi, Salah obat, Overdosis

Anestesi Regional (spinal, epidural, blok)

Salah obat, Parese (Cedera Saraf), Intoksikasi

Henti jantung Emboli ketuban, emboli udara, Perdarahan, Miokard Infark

Lain-lain Dugaan Hipertermia Malignan

Definisi sederhana

keselamatan pasien

The simplest definition of patient safety is the prevention of errors and adverse effects to patients associated with health care. While health care has become more effective it has also become more complex, with greater use of new technologies, medicines and treatments” (WHO)

“Mencegah terjadnya error dan KTD yang berhubungan dengan pelayanan pasien”

Lapora

n

Aneste

si

Asesm

en pra-

anestes

i Asesm

en pra-

induksi

Catata

n

peman

tauan

RR

Surgical

Safety

Check

List

Informe

d

Consen

t

Rencan

a

Asuhan

Pasca

Anestesi

Pelayanan

Anestesi

Keselamatan

Pasien

Human

Factor/

Non-

Technical

Skill

PETT

Patient

Environment

Time

Task

Intra-anestesi

Pasca anestesi

Human Factor = Non-technical Technique

Situation Awareness

Pengambilan Keputusan

Komunikasi

Kerja sama Tim

Kepemimpinan

Manajemen Stress

Coping with stress

Situation Awareness

Memahami apa yang sedang terjadi di sekitar kita

INFORMASI

Mendapatkan

Memahami

Berpikir jauh ke depan

Sumber informasi: Pasien, Perawat, Lab, Monitor, dll

Didapat secara pasif atau aktif

Data statis atau dinamis

Bandingkan, Kritisi dan Diagnosis

Apa yang akan terjadi?

Bagaimana Jika?

1. Telusur dan Cari Informasi

2. Perhatian penuh

3. Waspada 4. Komunikasi DECISION

MAKING

Diperlukan “tools” dan “behavior” untuk menciptakan Komunikasi efektif

Briefing singkat menggunakan metode: S(ituation), B(ackground), A(ssesment), R(ecomendation)

Pernyataan yang tegas (assertion) yang tepat: “saya merasa ada sesuatu kondisi yang tidak sesuai, mohon dokter segera kemari”!"

Critical language: “something wrong!”

Situational awareness

Debriefing

Komunikasi Tim pada Setting Kamar operasi

• Briefieng dan Debriefing: Surgical safety check list

• Situasi krisis: Closed Loop Communication: Call out, Check Back

Tools dalam Keselamatan Pasien pada Anestesia

Labelling

• KTD salah obat banyak terjadi

• Umumnya label berwarna sama

• Obat dikelola dan diberikan pada waktu yang sama.

• Kondisi kritis: kerap tidak melakukan konfirmasi.

• Gunakan label berwarna, komunikasi pemberian obat, ceklis (pada kondisi kritis)

Checklist and Scoring System

Surgical Safety Check

List

Airway Management

Checklist

Airway Management

Checklist

Anesthesia Hand-over Checklist

Early Warning System

Simulasi pada Anestesia

• Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980 oleh David Gaba (Stanford University)

• “Anesthesia Crisis Resource Management (ARCM)”

• Adaptasi dari Aviation CRM

• Teknik: tim yang terdiri dari berbagai profesi yang bekerja di kamar operasi, diskusi awal, simulasi kasus kritis menggunakan manekin/orang, video recording, debriefing.

• Membangun budaya keselamatan, dan non-technical skill (communication, teamwork, situation awareness, leadership, decision making) tanpa harus mengalami sendiri peristiwanya.

Pelayanan Anestesi pada masa pandemic

Covid-19

Prinsip pelayanan anestesi dan bedah pada masa pandemi Covid-19

1. Keselamatan Tenaga Kesehatan

2. Keselamatan Pasien

3. Risiko prosedur yang dapat menginfeksi tenaga kesehatan

4. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)

5. Risiko melakukan tindakan pada pasien covid-19

6. Akses kepada pemeriksaan laboratorium

Skrining Sars-Cov2 Perioperatif

• ASA and APSF Joint Statement on Perioperative Testing for the COVID-19 Virus

a. Untuk wilayah dengan transmisi tinggi

1. Seluruh pasien harus diskrining adanya gejala-gejala covid-19

2. Seluruh pasien harus menjalani pemeriksaan PCR (tes antibody tidak “reliable” digunakan)

3. Jika pasien yang akan menjalani operasi elektif, maka operasi ditunda hingga pasien sembuh

b. Untuk wilayah dengan transmisi rendah

1. Seluruh pasien harus diskrining gejala covid-19

2. Seluruh pasien yang memiliki gejala, dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut ASA and APSF Joint Statement on Perioperative Testing for the COVID-19 Virus, https://www.apsf.org/news-updates/asa-and-apsf-joint-statement-on-perioperative-testing-for-the-covid-19-virus/

Perlindungan bagi Tenaga Kesehatan

• Prosedur pembedahan dan anestesi dapat menimbulkan aerosol – kewaspadaan standar dan kewasparaan transmisi kontak, droplet, air-borne

1. Seluruh petugas menggunakaakan APD berupa: masker N95/PAPR, gown, faceshield/google, sarung tangan

2. Memiliki ruangan khusus untuk donning dan doffing

3. Staf terlatih menggunakan APD dan selalu ada buddy/coach untuk memastikan pemakaian APD yang tepat.

4. Kamar mandi tersedia bagi staff yang terlibat dalam pembedahan

APD pada Pelayanan Anestesi

• Donning: hand hygiene masker N95 google/face shield gown sarung tangan

• Doffing: lepaskan sarung tangan lepaskan gaun hand hygiene pindah ruangan lepaskan faceshield/google lepaskan masker hand hygiene

CDC – PPE

Note: sesuaikan dengan kebijakan PPI setempat

Ruang Donning dan Doffing terpisah

Wong J, Goh QY, Tan Z, et al. Preparing for a COVID-19 pandemic: a review of operating room outbreak response measures in a large tertiary hospital in Singapore.. Can J Anaesth. 2020;67(6):732-745. doi:10.1007/s12630-020-01620-9

Wadah melepas APD

Pencegahan infeksi pada pelayanan anestesi

• Peralatan anestesi yang didedikasikan khusus untuk pasien covid-19, dibersihkan dan dibungkus dengan plastik.

• Merencanakan teknik anestesi yang mengurangi risiko penularan kepada nakes (intubasi, ventilasi positif sungkup muka, suctioning, RJP merupakan AGP). Menggunakan aerosol box atau plastik, video laringoskopi saat intubasi.

• Peralatan untuk tatalaksana jalan nafas sulit harus tersedia.

• Membatasi staf saat intubasi dan ekstubasi. Kamar operasi tertutup selama kurang lebih 10 menit, pada ACH 25.

• Menggunakan filter antibacterial pada sirkuit pernafasan (3buah)

• Minimalisasi penggunaan alkes reusable.

• Hand Hygiene

• Komunikasi dengan staf : briefing dan debriefing

Z. Tan et al. / Journal of Cardiothoracic and Vascular Anesthesia 00 (2020) 17

Pencegahan infeksi pada prosedur intubasi

• Aerosol box atau plastik penutup

• Menggunakan video laringoskopi

Mesin anestesi

dibersihkan dan

dibungkus dengan

menggunakan plastik

Plastik dibuang dan

mesin anestesi

dibersihkan

Sebelum operasi Sesudah

operasi

Wong J, Goh QY, Tan Z, et al. Preparing for a COVID-19 pandemic: a review of operating room outbreak response measures in a large tertiary hospital in Singapore.. Can J Anaesth. 2020;67(6):732-745. doi:10.1007/s12630-020-01620-9

Simulasi

Belajar dari Pengalaman: Learning Culture

o Setiap Adverse Event harus dicatat dan dievaluasi : Laporan Keselamatan Pasien (investigasi sederhana atau RCA)

o Evaluasi juga dapat dilakukan dengan melakukan review atau audit medik terhadap pelaksanaan anestesi dengan menggunakan dokumen Anestesi

oBriefing dan Debriefing

Take Home Messages

Pelayanan Anestesi merupakan pelayanan yang kompleks serta berisiko tinggi

Meningkatkan kemampuan non-technical skill dapat mencegah KTD.

Penggunaan berbagai tools keselamatan pasien harus diikuti dengan peningkatan budaya keselamatan pasien pada tenaga kesehatan

Adaptasi Kebiasan Baru pada pelayanan Bedah dan Anestesi

• Modifikasi sistem komunikasi antar staf untuk mencegah cedera pada pasien. Menggunakan ceklis sebagai alat bantu.

• Peningkatan situation awareness/non-technical skill dan kompetensi staf melalui diskusi dan simulasi.

TERIMA KASIH

top related