kerjasama turki dan rusia dalam pengadaan...
Post on 25-Apr-2019
242 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN SISTEM
PERTAHANAN UDARA RUDAL S-400
Tahun 2017
Skripsi
Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Omi Ngabekti
1113113000042
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN SISTEM
PERTAHANAN UDARA RUDAL S-400 TAHUN 2017
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 13 September 2018
Omi Ngabekti
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Omi Ngabekti
NIM : 1113113000042
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN SISTEM
PERTAHANAN UDARA RUDAL S-400 TAHUN 2017
Dan telah memenuhi syarat untuk diuji.
Jakarta, 10 Juli 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Al Fajri, M.A Rahmi Fitriyanti, M.Si
NIP. NIP. 197709142011012004
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN SISTEM
PERTAHANAN UDARA RUDAL S-400 TAHUN 2017
Oleh
Omi Ngabekti
1113113000042
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13
September 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekertaris,
Ahmad Al Fajri, M.A Eva Mushoffa, MHSPS
NIP. NIP.
Penguji I, Penguji II,
Irfan Hutagalung, LL.M Ahmad Al Fajri, M.A
NIP. NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 13 September 2018
Ketua Program Studi Hubungan Internasional,
FISIP UIN Jakarta,
Ahmad Alfajri, M.A
NIP.
iv
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa kerjasama Turki dan Rusia dalam
pengadaan senjata sistem pertahanan udara rudal S-400 tahun 2017. Hal yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ketika Turki dan Rusia melakukan
kerjasama ini, ditengah berbagai pertentangan kedua belah pihak. Turki yang
merupakan anggota NATO, mendapat reaksi keras dari negara anggota NATO
lainnya. Turki beralasan keputusannya ini adalah demi menjaga wilayahnya dari
ancaman musuh. Sistem senjata ini berkategori sebagai surface to air missile (SAM)
yang merupakan sistem dengan senjata rudal yang diluncurkan dari darat untuk
menghalau ancaman musuh yang datang dari udara. Turki pada dasarnya memiliki
beberapa opsi dari beberapa negara lain dalam membeli sistem pertahanan udara
untuk mengamankan wilayahnya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan deskriptif analitis.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber yang
didapatkan melului studi pustaka ke berbagai perpustakaan. Selain itu, didapatkan
juga berupa artikel dan berita online, serta berbagai sumber lainnya. Penelitian ini
menggunakan teori Neorealisme dan Model Pilihan Rasional sebagai alat analisanya.
Hasil dari penelitian ilmiah ini didapatkan jawaban bahwa ada dua faktor utama yang
melatarbelakangi Turki untuk memutuskan membeli sistem S-400 dari Rusia. Faktor
yang pertama adalah Turki yang merasa terancam keamanannya yang datang dari luar
mengharuskannya untuk berusaha dapat menjamin kemanan wilayahnya. Hal ini
mengarahkan Turki untuk memilih senjata yang mumpuni dan sesuai dengan
kebutuhan negaranya. Atas dasar itulah Turki memutuskan untuk memilih sistem S-
400 untuk menjadi bagian dari pertahanannya. Faktor kedua adalah untuk menjaga
kepentingan nasionalnya dengan berusaha meningkatkan ketahanan dan kemampuan
nasional Turki. Selama ini Rusia kerap menekan Turki melalui Suriah dan isu Kurdi.
Dengan terjalinnya hubungan yang erat antara Turki dan Rusia, Turki telah berkurang
ancamannya dan kini Rusia berada di sisi Turki dalam percaturan politik dan
keamanan internasional.
.
Kata kunci : Turki, Rusia, NATO, S-400, SAM, Neorealisme, Model Aktor Rasional
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu penulis ucapkan
kepada Allah swt atas segala rakhmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi
Muhammad saw.
Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis telah melibatkan beberapa pihak yang
sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa
terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Keluarga penulis, Bapak Kusaeri dan Ibu Suwatni, kakak Nur Azizah dan
Nina Agustina serta kakak ipar M. Arif Sukmawan yang selalu memberikan
semangat, doa, dukungan, cinta, nasehat kepada penulis, hingga skripsi ini
dapat terselesaikan,
2. Bapak Ahmad Al Fajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi,
3. Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dalam penyusunan skripsi ini dari awal seminar proposal hingga
selesai,
4. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terima kasih atas segala
ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan,
vi
5. Seluruh sahabat penulis, Anam, Cici, Deki, Dimas, Dudu, Frando, Redi, Risky
dan Tesar yang terus menemani dari masa SMA,
6. Teman – teman HI-B, Alif, Auzan, Dewo dan Celo yang telah menemani
penulis selama masa perkuliahan.
7. Kawan – kawan HI-2013, Daus, Day, Faizal, Fikri, Faris, Terima kasih atas
dukungannya.
8. Sahabat-sahabat lainnya dan teman-teman HI UIN Jakarta angkatan 2013
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih telah memberikan
energi positif kepada penulis selama masa perkuliahan.
Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, kritik
dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi setiap
pembacanya dan bagi perkembangan studi Hubungan Internasional
Jakarta, 13 September 2018
Omi Ngabekti
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME………………………………………. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI…………………………………… ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI…………………………………. iii
ABSTRAK……………………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….. ix
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah……...………………….……………………………. 1
B. Pertanyaan Penelitian……………………………………………………. 8
C. Tujuan Penelitian……...……………………………………….……….. 8
D. Tinjauan Pustaka………..………………………………………..……… 9
E. Kerangka Teoritis…...………………………………………….………… 11
a. Neorealisme…………….……………………………….…………..... 11
b. Model Aktor Rasional………..………………………………………… 14
F. Metode Penelitian….…………………………………………………… 15
G. Sistematika Penulisan…….……………………………………………. 16
viii
BAB II. KEKUATAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN UDARA TURKI
A. Hubungan Turki dan Rusia…………..…………………………………. 19
B. Dinamika Keamanan Turki……….…..………………………………… 24
1. Konflik Suriah…………………..………………………………. 25
2. Permasalahan Kurdi……………..……………………………… 26
3. Insiden Penembakan Pesawat Tempur SU-24 Rusia…...………. 28
C. Kekuatan Pertahanan Udara Turki……………………………………… 34
BAB III SPESIFIKASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTAHANAN
UDARA RUSIA
A. Perkembangan Sistem Senjata Pertahanan Udara di Rusia……………. 30
B. Spesifikasi dan Pengembangan Sistem Rudal S-400…………………… 45
BAB IV ANALISA KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM
PENGADAAN SISTEM RUDAL S-400
A. Turki Membutuhkan Senjata yang Mampu Untuk Melindunginya dari
Ancaman Keamanan …………………………………………………… 52
B. Strategi Turki Untuk Menjaga Kepentingan Nasionalnya …………….. 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 65
B. Saran………………………………………………………………..….. 68
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. xi
LAMPIRAN………………………………………………………………….... xvi
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.A.1 Sistem Pertahanan Udara Rudal S-400…………………….. 2
Gambar III.B.1 Spesifikasi Sistem Pertahanan Udara Rudal S-400 …..….. 46
Gambar III.B.2 Negara Pengguna dan Pengguna Potensial Sistem S-400….. 50
x
DAFTAR SINGKATAN
AS Amerika Serikat
FSA Free Syrian Army
GDP Gross Domestic Product
ICBM Inter-Continental Ballistic Missile
ISIS Islamic State of Iraq and Syria
NATO North Atlantic Treaty Organization
PKK Partiya Karkaren Kurdistan (Partai Pekerja Kurdi)
PYD Partiya Yekitiya Demokrat (Partai Persatuan Demokratik)
SAM Surface to Air Missile
THAAD Transmission of High Altitude Area Defense
USD United States Dollar
YPG Yekineyen Parastina Gel
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Pada 12 September 2017, Turki menandatangani kesepakatan kerjasama
pengadaan senjata sistem pertahanan udara rudal S-400 dengan Rusia. Turki akan
menggunakan sistem ini untuk melindungi wilayahnya dari gangguan luar yang
datang dari udara. Ancaman besar masih menghadang Turki di depan perbatasan
negaranya dengan Suriah. Konflik Suriah yang kemudian semakin besar dengan
munculnya Islamic State of Syria and Iraq (ISIS) dan berbagai kelompok lainnya
telah membuat Turki merasa harus memperkuat diri.1
Senjata sistem pertahanan udara rudal S-400 merupakan sistem rudal canggih
dalam kategori surface to air missile (SAM) yang dirancang untuk menghancurkan
berbagai obyek di udara, seperti pesawat tempur, rudal balistik dan berbagai macam
lainnya. Sistem ini dikembangkan dan diproduksi oleh Rusia. Sistem S-400 ini mulai
digunakan angkatan bersenjata Rusia pada tahun 2007. S-400 merupakan
pengembangan lanjutan dari pendahulunya yaitu S-200 dan S-300.2
Keputusan Turki untuk membeli senjata ini memunculkan reaksi keras dari
berbagai negara anggota NATO. Banyak negara anggota NATO yang menyayangkan
1 “Turkey Wants Russia’s S400 Air Defense System”, National Interest, diungah pada 9 Maret
2018, diakses pada 26 Maret 2018, tersedia di laman: http://nationalinterest.org/blog/thebuzz/turkey-
wants-russias-s-400-air-defense-system-24821. 2 “S-400”, CSIS, diungah pada 5 April 2017, diakses pada 26 Maret 2018, tersedia di laman:
https://missilethreat.csis.org/defsys/s-400-triumf/.
2
bahkan mengecam keputusan Turki tersebut. Protes keras dilayangkan ke Turki dan
menyatakan keputusan Turki tersebut adalah penghinaan bagi NATO.3 Namun, Turki
menjadikan Yunani sebagai pembenaran tindakannya untuk membeli sistem
pertahanan udara dari Rusia. NATO tidak beraksi ketika Yunani membeli sistem S-
300 dari Rusia.4
Gambar I.A.1 Sistem Pertahanan Udara Rudal S-400
Sumber: Reuters5
3 Gonul Tol, Nilsu Goren, Turkey’s Quest for Air Defense: Is The S-400 Deal a Pivot to Russia?,
(Middle East Institute, 2015). Hal 6 4 Can Kasapoglu, Turkey’s S-400 Dilemma, (EDAM Foreign Policy and Security, 2017), hal 6
5 “Turkey, Russia Sign Deal on Supply of S-400”, Reuters, diungah pada 29 Desember 2017,
diakses pada 26 Maret 2018, tersedia di laman: https://www.reuters.com/article/us-russia-turkey-
missiles/turkey-russia-sign-deal-on-supply-of-s-400-missiles-idUSKBN1EN0T5
3
Turki menyatakan bahwa saat ini sedang mengalami berbagai ancaman dari
luar. Oleh karena itu, Turki merasa perlu untuk memperkuat diri demi menjaga
keamanan dan kedaulatannya. Turki belum memiliki sistem pertahanan udara sendiri
dan Rusia adalah negara yang bersedia menjual senjatanya ke Turki.6
Rudal S-400 merupakan senjata canggih yang mampu menghancurkan serangan
lawan secara akurat dan efektif. Radar dari sistem rudal ini diklaim mampu
menjangkau jarak sejauh 600km dan dapat menghancurkan target dalam jarak 250km.
Rudal ini juga dapat menghancurkan rudal balistik pada jarak 60km.7
Nilai kontrak pembelian senjata tersebut adalah US$2,5 miliar . Nilai tersebut
untuk pembelian satu paket sistem S-400 termasuk 4 baterai S-400 , radar dan
peralatan pendukung lainnya. Keputusan Turki untuk membeli rudal S-400 telah
semakin membuat hubungan dengan NATO semakin memburuk. AS bereaksi keras
dan mengancam akan segera menyiapkan sanksi bagi Turki.8
Meskipun rudal S-400 belum pernah digunakan secara langsung dalam
pertempuran, namun di atas kertas senjata ini sudah dipercaya ketangguhannya oleh
banyak negara. Dari sisi keamanan, Turki merasa perlu untuk memperkuat
6 Gonul Tol, Nilsu Goren, Turkey’s Quest for Air Defense: Is The S-400 Deal a Pivot to Russia?.
Hal 4 7 Rosobonexport, S-400. Hal 1
8 “Turkey, Russia Sign Deal on Supply of S-400”, Reuters, diungah pada 29 Desember 2017,
diakses pada 26 Maret 2018, tersedia di laman: https://www.reuters.com/article/us-russia-turkey-
missiles/turkey-russia-sign-deal-on-supply-of-s-400-missiles-idUSKBN1EN0T5
4
pertahanan udaranya. Turki berada dalam posisi yang berbatasan dengan wilayah
konflik dan kapanpun potensi gangguan keamanan Turki dari luar bisa terjadi.9
Hubungan Turki dengan NATO semakin memburuk dengan adanya kerjasama
ini. Sebelumnya, Turki kerap berseteru dengan beberapa negara NATO. Tahun 2016,
hubungan Turki dengan Jerman sempat renggang saat dilaksanakannya referendum
konstitusi untuk merevisi konstitusi negara Turki. Bangsa Turki telah berdiaspora ke
berbagai negara, sekitar 3 juta warga turki telah berdiaspora ke 57 negara di dunia
dan yang terbesar adalah di Jerman.10
Turki menilai Jerman telah ikut campur dengan menghalangi proses referendum
yang dilaksanakan Turki. Presiden Erdogan mengeluarkan pernyataan kontroversial
dengan menyebut Kanselir Jerman, Angela Merkel, telah menggunakan cara-cara
Nazi dalam menghadapi Turki. Perseteruan tidak hanya dengan Jerman, Turki juga
berseteru dengan Belanda dan Austria. Belanda menganggap Turki telah membuat
negaranya menjadi turut gaduh karena referendum kontroversial yang dilaksanakan
Turki di tengah kesibukan Belanda dalam menyambut pemilu di negaranya. Belanda
melakukan pengusiran terhadap Menteri Turki, Fatma Betul Sayan Kaya, ketika
sedang berpidato di Belanda.11
9 Can Kasapoglu, Turkey’s S-400 Dilemma, (EDAM Foreign Policy and Security, 2017).
hal 2 10
Jim Zanotti, Clayton Thomas, Turkey: Background and US Relations in Brief, (Congressional
Research Service, 2018). Hal 6. 11
Jim Zanotti, Clayton Thomas, Turkey: Background and US Relations in Brief, (Congressional
Research Service, 2018). Hal 6 .
5
Turki kerap bersitegang dengan NATO, hal tersebut dikarenakan kerap
bertentangannya sikap Presiden Erdogan dengan negara-negara anggota NATO
lainnya. Pada saat latihan militer di negara Norwegia tahun 2017 yang
diselenggarakan oleh NATO, tertampang foto Erdogan sebagai sasaran tembak sangat
membuat Erdogan murka. Ia merasa sangat terhina dan diperlakukan layaknya seperti
musuh. Meskipun pada akhirnya pihak penyelenggara meminta maaf dan mengaku
bahwa insiden tersebut adalah dikarenakan oleh keteledoran dan tidak memiliki
maksud lain terhadap Turki. Namun, hal tersebut tetap membuat Erdogan murka dan
menganggap tindakan NATO tidak bisa ditolerir. Turki akhirnya menarik diri dari
keikutsertaan latihan militer NATO tersebut.12
Pada awal konflik Suriah, Turki bersama negara-negara anggota NATO lainnya
berada pada pihak yang mendukung pihak Oposisi Suriah dengan mendukung Free
Syrian Army (FSA). Hal tersebut membuatnya berada dijalan yang bertentangan
dengan Rusia. Rezim Bashar Al Assad mendapat dukungan penuh dari Rusia dan Iran
untuk meghadapi tentara pemberontak (FSA) dan juga untuk mengahadapi para
militan yang semakin banyak dengan terjadinya konflik Suriah.
Namun kemudian Turki mengambil langkah yang berseberangan dengan Barat,
ketika Turki memutuskan untuk bekerjasama dengan Rusia dan Iran dalam mencari
solusi bersama untuk Suriah dan sekaligus memerangi kelompok militan Kurdi di
Suriah yang berbatasan dengan Turki. Negara-negara Barat memiliki kebijakan yang
12
Nicolas Saidel, Turkey’s Eastern Pivot: a Challenge for NATO and threat to US
National Security. (Center for Ethnics and The Rule of Law: 2017). hal 5
6
akomodatif terhadap milisi Kurdi di Suriah, karena dianggap telah berjasa dalam
memerangi ISIS.13
Turki menganggap kelompok YPG di Suriah bagian utara memiliki afiliasi
dengan separatis Kurdi di Turki bagian Selatan (PKK). Turki menyatakan YPG
merupakan kelompok teroris yang berbahaya, oleh karena itu perlu untuk diperangi.
Namun, AS dan negara-negara anggota NATO lainnya memiliki pandangan lain,
YPG dipandang sebagai kelompok yang tidak berhubungan dengan kelompok teroris
PKK di Turki.14
Disisi lain, hubungan Turki dan Rusia kerap terjadi ketegangan, meskipun tidak
sampai berujung pada perang terbuka. Hubungan keduanya semakin memburuk
tatkala Turki menembak jatuh pesawat tempur Rusia SU-24 yang dinilai telah
melanggar batas wilayah udara Turki. Sebagai tanggapannya, Rusia memutuskan
hubungan diplomatik dan melakukan tekanan terhadap Turki dengan menerapkan
sanksi berupa embargo. Peristiwa penembakan pesawat tempur Rusia tersebut
mengakibatkan satu pilot Rusia tewas dan satu lainnya terluka. Rusia menilai
pesawatnya tidak melanggar batas wilayah yang dituduhkan oleh pihak keamanan
Turki.15
Usaha normalisasi hubungan keduanya mulai dilakukan pada 12 Juni 2016 yang
diinisiasi oleh Turki. Berbagai pertemuan tingkat tinggi dilaksanakan untuk
13
Nicolas Saidel, Turkey’s Eastern Pivot: a Challenge for NATO and threat to US National
Security. (Center for Ethnics and The Rule of Law: 2017). hal 4 14
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 129. 15
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 125-126.
7
mengakhiri perseteruan kedua negara. Hasil akhir telah disepakati bersama untuk
dilakukan normalisasi hubungan Turki dengan Rusia.16
Ujian kembali datang ketika
Duta Besar Rusia untuk Turki ditembak mati oleh salah seorang anggota kepolisian
Turki. Meskipun pelaku penembakan berhasil ditembak mati oleh aparat keamanan
Turki, namun peristiwa ini dikhawatirkan akan mengganggu proses normalisasi
hubungan Turki-Rusia. Namun hal tersebut dapat di cegah, Turki dan Rusia melihat
peristiwa tersebut adalah usaha untuk memprovokasi kedua negara tersebut.17
Penjualan S-400 kepada Turki menimbulkan pertanyaan tatkala Turki yang
notabene merupakan negara anggota NATO sangat potensial untuk dapat
memanfaatkan kerjasama penjualan senjata ini untuk dapat mengambil alih teknologi
senjata S-400 Rusia. Namun bagaimanapun Rusia tetap dengan keputusannya untuk
tetap menjual sistem senjata canggih tersebut kepada Turki. Sistem pertahanan udara
rudal S-400 merupakan sebuah karya besar dari industri pertahanan Rusia. Melihat
spesifikasi S-400, senjata ini di atas kertas lebih unggul dari berbagai jenis senjata
pertahanan udara yang diproduksi oleh berbagai negara di dunia.18
Melihat dinamika Timur Tengah, Rusia sudah lama terlibat dalam kemelut di
kawasan ini. Sejak masa Uni Soviet, sudah secara intens terlibat dalam berbagai
kemelut konflik ataupun perang. Secara umum keterlibatan tersebut tidak secara
langsung, seperti melalui dukungan persenjataan maupun politik. Hubungan Turki
16
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 127. 17
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 133-134 18
Svarin, David. Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation and
Competiton, (Routledge: Taylor and Francis Group, 2015). Hal 382
8
dan Rusia sudah berlangsung lama hingga berabad-abad lamanya. Hubungan tersebut
diwarnai dengan berbagai dinamika yang dipengaruhi oleh kepentingan nasional
kedua negara tersebut maupun kondisi politik regional dan global.19
Pada masa Kekaisaran Rusia, hubungan dengan Turki Usmani cenderung
konfliktual. Salah satu tujuan kebijakan Rusia adalah untuk memiliki jalur yang
menghubungkan antara Laut Hitam dengan Mediterania. Wilayah yang potensial
untuk tujuan tersebut dapat diperoleh di sekitar perairan Laut Hitam yang
mengharuskannya untuk berhadapan dengan Turki Usmani.20
B. Pertanyaan Penelitian
Terjadinya kesepakatan kerjasama antara Turki dan Rusia dalam pengadaan
sistem pertahanan udara rudal S-400 menjadi hal yang menarik untuk dikaji.
Hubungan kedua negara yang fluktuatif, tidak menjadi halangan bagi kedua negara
untuk dapat bekerjasama lebih erat lagi. Tentangan dari berbagai pihak yang harus
Turki hadapi, merupakan konsekuensi atas kebijakannya.
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan mengangkat pertanyaan
penelitian yang tepat, yaitu “Apa yang melandasi pengambil kebijakan Turki untuk
bekerjasama dengan Rusia dalam pengadaan sistem pertahanan udara rudal S-400?”
19
Svarin, David. Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation and
Competiton. Hal 382 20
Svarin, David. Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation and
Competiton. Hal 382
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami hal-hal yang menjadi pertimbangan Turki
menjalin kerjasama dengan Rusia untuk mendapatkan senjata sistem
pertahanan udara rudal S-400.
2. Mengetahui dan memahami implikasi dari kebijakan yang diambil oleh Turki
dari kerjasamanya dengan Rusia.
3. Mengetahui dan memahami maksud dan tujuan Turki atas terjalinnya
kerjasama ini.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sebuah pemahaman
baru sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan
pengetahuan mengenai ilmu Hubungan Internasional.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini akan menggunakan beberapa sumber sebagai bahan pembanding
dan pendukung. Sumber yang dipilih merupakan karya ilmiah yang berkaitan dengan
pertanyaan penelitian ini. Salah satunya yaitu karya ilmiah berjudul “From 2002-
2017, to What Extent Has Turkish Security Policy Been Effective?”, merupakan
suatu karya yang ditulis oleh Kolonel William Robert Lynch pada tahun 2017. Karya
ini ditulis untuk memenuhi persyaratan gelar Master di School of Advanced Military
Studies United States Army Command and General Staff College Fort Leavenworth,
Kansas.
10
Tesis ini meneliti mengenai kebijakan keamanan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Turki dari periode 2002 sampai 2017. Dalam penelitiannya ini dibahas
dengan sangat terperinci faktor-faktor internal maupun eksternal yang berkaitan pada
pengaruhnya terhadap kebijakan keamanan Turki. Latar belakang sejarah negara
Turki dengan segala dinamikanya terangkum dengan rapih dan terperinci.
Tentu Tesis ini memiliki kaitan dari tema pembahasan dari penelitian ini. Pada
BAB II penelitian skripsi ini akan dijabarkan mengenai sejarah dan peran Turki
dalam percaturan politik maupun keamanan dunia. Turki yang memiliki sejarah
panjang dengan pencapaian besar yang pernah diraihnya, telah menjadikannya aktor
yang diperhitungan dalam hubungan antar negara.
Selanjutnya juga terdapat sebuah jurnal berjudul “Russian Turkish Relations:
Contemporary Dilemmas of Past Empires” yang ditulis oleh Zvi Magen dan
Gallia. Jurnal ini meneliti mengenai hubungan Turki dan Rusia terkhusus di era
kontemporer. Banyak sisi yang dibahas dalam jurnal ini yang telah mendukung untuk
salah satu sumber data yang penting untuk penelitian skripsi ini.
Jurnal ini mengungkap bagaimana hubungan yang tidak stabil antara kedua
negara ini. Namun disisi lain kedua negara kerap juga menunjukkan hubungan yang
mesra atas dasar kepentingan nasional negara masing-masing. Rusia sangat
diuntungkan dengan terjalinnya hubungan dengan Turki. Rusia menjadi mitra
strategis bagi kepentingan ekonomi dan perdagangan Turki.
Hal ini sangat membantu dalam penulisan penelitian skripsi ini untuk
menganalisa bagaimana sebenarnya latar belakang hubungan kedua negara. Hal ini
11
dikarenakan hubungan Turki dan Rusia yang selalu berubah dan tidak menunjukkan
arah yang permanen atau setidaknya tidak selalu berubah dengan cepat.
Jurnal berjudul “Turkey and Russia a Fragile Friendship”, karya Hasan
Ortezem memberi gambaran dinamika hubungan Turki dan Rusia terkhusus terkait
permasalahan insiden penembakan pesawat tempur Rusia SU-24 Rusia yang
ditembak jatuh oleh pesawat tempur F-16 Turki. Peristiwa ini mengakibatkan
rusaknya hubungan kedua negara yang sebelumnya sedang menunjukkan hubungan
yang semakin erat.
Jurnal ini membedah dengan terperinci bagaimana dinamika hubungan Turki
dengan Rusia begitu rumit. Selain itu, berbagai faktor yang berkaitan dengan
hubungan kedua negara ditelaah secara mendalam. Tidak hanya berbicara mengenai
keamanan, jurnal ini juga menyentuh permasalahan yang luas. Hal ini berkaitan
dengan pertanyaan masalah yang diangkat dalam penelitian skripsi ini.
E. Kerangka Teori
1. Teori Neorealisme
Neorealisme hadir sebagai pembaharu dan pengkritik dari Realisme. Teori ini
juga disebut Realisme Struktural. Neorealisme digagas oleh seorang peneliti HI,
Kenneth Waltz. Ia menuangkan pemikirannya dalam buku berjudul “Theory of
International Politics” yang diterbitkan tahun 1979.
Ada beberapa aspek yang masih dipertahankan dari pemikiran Realisme Klasik.
Neorealisme masih berpandangan bahwa negara merupakan aktor terpenting dalam
12
hubungan internasional. Keduanya pun masih memiliki kepercayaan bahwa sistem
dunia bersifat anarki. Namun, Neorealis memiliki perbedaan dalam memandang
struktur maupun sistem. Meskipun anarki, Neorealisme mempercayai bahwa sistem
berpengaruh besar dalam menentukan arah kebijakan suatu negara. Disisi lain,
Realisme menafikkan peran sistem internasional.21
Ada lima asumsi teoritis dari Neorealisme yang berasal dari Realisme Klasik,
yaitu:22
1. Sistem internasional bersifat anarki.
2. Negara memiliki potensi menyakiti dan menghancurkan negara lain.
3. Negara tidak bisa menilai secara akurat maksud dari negara lain.
4. Motif utama negara adalah untuk bertahan hidup.
5. Negara-negara mencari cara untuk bertahan hidup dalam sistem
internasional.
Neorealis mengasumsikan kebutuhan semua negara adalah sama, yaitu untuk
bertahan hidup. Namun, kemampuan masing-masing negara berbeda. Sistem
internasional yang anarki, membuat negara saling bersaing untuk memperkuat diri
demi menjamin keamanannya. Hal ini dilandasi tidak adanya kepercayaan yang utuh
21
Kenneth Waltz. Theory of international Politics. Hal 132-133 22
John J. Mearsheimer, “The False Promise of International Institutions”. Hal 16
13
untuk menilai apakah negara lain akan menyerang atau tidak. Keadaan ini akan
membuat negara berusaha melakukan perimbangan kekuatan (balance of power).23
Ada dua cara negara untuk melakukan perimbangan kekuatan dalam Neorealisme,
yaitu: Penyeimbangan Internal dan Penyeimbangan Eksternal. Penyeimbangan
Internal dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan kemampuan ekonomi ataupun
meningkatkan anggaran belanja pertahanan. Penyeimbangan Eksternal dapat
dilakuakan melalui jalinan kerjasama ataupun aliansi dengan negara yang lebih kuat.
Usaha perimbangan kekuatan yang dilakukan negara dapat mengarahkan kepada
security dilema.24
Neorealisme juga memandang power sebagai hal yang sangat penting. Neorealis
percaya bahwa ancaman akan selalu ada, oleh karena itu negara harus memperkuat
diri untuk menjaga dirinya dari berbagai ancaman yang datang. Neorealis juga
percaya bahwa keselamatan negara bergantung pada dirinya sendiri (self-help), tidak
ada negara atau pihak lain yang dapat menjamin keberlangsungan hidupnya.25
Ada dua jenis dalam Neorealisme, yaitu: Realisme Offensif dan Realisme
Defensif. Realisme Defensif merujuk kepada pemikiran Kenneth Waltz. Sedangkan
Realisme Offensif merujuk kepada pemikiran Mearsheimer. Realisme Defensif
berpandangan bahwa power tetap menjadi hal yang penting. Oleh karena itu negara
perlu mengumpulkan power untuk tetap survive. Namun usaha peningkatan power ini
23
Kenneth Waltz. Theory of international Politics. Hal 133 24
John J. Mearsheimer, “The False Promise of International Institutions”. Hal 10 25
Kenneth Waltz. Theory of international Politics. Hal 131
14
bukan ditujukan untuk agresi maupun ekspansi, tetapi untuk menekan lawan sebagai
bentuk perimbangan.26
Realisme Offensif memiliki pandangan bahwa negara harus memiliki power yang
unggul. Power harus ditingkatkan sampai pada batas kemampuan diatas negara lain.
Negara juga harus menjadi hegemon dan untuk tetap survive juga harus memiliki
kekuatan yang mumpuni. Hal ini karena Realisme Offensif percaya bahwa negara
lain akan selalu datang mengancam.27
2. Model Aktor Rasional (Rational Actor Model/RAM)
Graham T. Allison menyebutkan bahwa ada tiga model analisa untuk memahami
pengambilan kebijakan luar negeri suatu negara, yaitu: Rational Actor Model ,
Bureaucratic Model, dan Organizational Model. Dalam Hubungan Internasional,
Rational Actor Model (RAM) memiliki pandangan bahwa negara merupakan unit
utama dalam analisa (state unitary). Mekanisme pengambilan kebijakan luar negeri
ini bertujuan untuk memberi jalan bagi penyelesaian permasalahan yang dihadapi
negara, terutama terkait dalam permasalahan internasional.28
Para aktor secara rasional berusaha untuk mengamankan kepentingannya. Dalam
Rational Actor Model (RAM), pertimbangan untung-rugi menjadi hal utama yang
melandasi pembuatan kebijakan. Yang menjadi perhitungannya adalah untuk
26
John J. Mearsheimer, “The False Promise of International Institutions”. Hal 10 27
John J. Mearsheimer, “The False Promise of International Institutions”. Hal 10 28
Allison. The Essence of Decision: Explaining The Cuban Missile Crisis. Hal 30
15
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan dengan pengorbanan yang
sekecil mungkin.
Menurut Greg Cashman, ada beberapa tahapan dalam RAM yang harus dilalui
para pengambil kebijakan, yaitu:29
a. Identify problem (identifikasi masalah)
b. Identify and rank goals (identifikasi dan tingkatan tujuan)
c. Gather information (mengumpulkan informasi)
d. Identify alternative (mengidentifikasi alternatif)
e. Analize alternative (menganalisa alternatif)
f. Select alternative (memilih alternatif)
g. Implement decision (menerapkan kebijakan)
h. Monitor and evaluate (mengawasi dan mengevaluasi)
Tahapan-tahapan tersebut harus dilalui oleh para pembuat kebijakan untuk
memutuskan kebijakan apa yang akan diambil oleh negara. Para pembuat kebijakan
akan merumuskan dan memutuskan kebijakan atas pertimbangan strategis untuk
mengamankan tujuan dan kepentingan nasional negaranya. Dengan dilaluinya
tahapan-tahapan di atas, akan mengarahkan keputusan yang bersifat rasional
berdasarkan perhitungan yang matang mengenai resiko dan pencapaian.
29
Alex Mintz, Karl De Rouen. Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge
University Press. 2010. Hal 58
16
F. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian yang baik, diperlukan suatu metodologi penelitian
yang terstruktur dengan baik pula. Dalam penelitian ini, akan menggunakan metode
penelitian secara normatif dengan bersifat deskriptif analistis. Ada berbagai data yang
digunakan dalam penelitian ini, data-data tersebut terdiri dari buku, jurnal dan
lainnya. Data-data tersebut didapatkan berupa cetak maupun elektronik. Selain itu
juga digunakan data hasil wawancara yang bersumber dari pihak terkait yang
memiliki kapasitas.
Menurut Todd Landman, metode penelitian adalah “sarana dimana sebuah teori
diturunkan dan diuji, termasuk pengumpulan bukti-bukti, perumusan pengujian
hipotesis dan akhirnya sampai pada kesimpulan substantif”. Diperlukan pemilihan
metode yang tepat dalam melakukan penelitian, sehingga akan mengarahkan kepada
hasil penelitian yang baik.30
Jenis analisis data yang digunakan adalah dengan analisis secara kualitatif.
Mengingat judul penelitian dan jenis metode penelitian yang saya ambil lebih tepat
untuk menggunakan analisis secara kualitatif. Karena penelitian dalam menganalisis
suatu kebijakan negara bersifat deskriptif analistis tentu tidak cocok dengan
menggunakan penelitian secara kuantitatif. Dalam Hubungan Internasional¸
30
Umar S Bakry, Metode Penelitian Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar,2016, Yogyakarta.
Hal 61
17
penelitian kualitatif merupakan jenis yang paling sering digunakan. Diperpikarakan
70% peneliti HI menggunakan jenis penelitian ini.31
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun secara sistematis yang terbagi dalam beberapa BAB dan sub-
bab. BAB pertama yaitu pendahuluan yang berisi tentang penjelasan awal mengenai
skripsi ini. Dalam BAB pertama ini terdiri dari pernyataan masalah, pertanyaan
masalah, tinjauan pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian.
Pada BAB kedua menjelaskan mengenai latar belakang dari permasalahan yang
akan diteliti. Sesuai dengan pertanyaan yang diangkat dalam penelitian ini, maka
pada BAB kedua berisi mengenai sejarah dinamika politik dan keamanan yang harus
dihadapi Turki. Selain itu, juga terdapat beberapa sub-bab yang akan mendukung
penelitian ini.
Kemudian, pada BAB III berisi mengenai pembahasan dari spesifikasi senjata
sistem pertahanan udara rudal S-400 beserta perbandingan dengan berbagai sistem
persenjataan serupa yang ada di dunia. Disini akan bermanfaat sebagai data yang bisa
mendukung hasil penelitian ini.
BAB IV berisi analisis dari permasalahan yang diangkat pada tema penelitian ini.
Data beserta penjabaran pada BAB-BAB sebelumnya, menjadi bahan untuk
menganalisa. Pada BAB inilah akan dilakukan analisa sesuai dengan teori yang
31
Umar S Bakry, Metode Penelitian Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar,2016, Yogyakarta.
Hal 61
18
digunakan. BAB V menjadi BAB terakhir dan berisi kesimpulan dari hasil penelitian
ini.
19
BAB II
KEKUATAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN UDARA TURKI
A. Hubungan Turki dan Rusia
Berakhirnya Perang Dunia Pertama telah membawa konsekuensi besar bagi
tatanan politik dan keamanan dunia. Berbagai negara monarki runtuh dan berubah
menjadi negara republik. Diantaranya adalah monarki di Kekaisaran Rusia dan Turki
Usmani yang mengalami keruntuhan dan beralih ke pemerintahan dengan sistem
republik.32
Perang Dunia Pertama telah membuat kondisi dalam negeri Rusia mengalami
gejolak yang diakibatkan oleh ketidakpuasan masyarakat Rusia secara umum
terhadap pemerintahan Tsaris di Rusia. Kondisi tersebut diperparah dengan Rusia
yang terlibat dalam kemelut Perang Dunia Pertama melawan kekuatan negara-negara
Poros. Pada puncak dari gejolak yang terjadi, sebuah revolusi terjadi yang
meruntuhkan monarki dinasti Romanov di Rusia. Revolusi ini disebut Revolusi
Oktober berdasarkan waktu peristiwanya. Revolusi ini juga kerap disebut sebagai
Revolusi Bolshevik.33
Setelah terjadinya revolusi, Rusia mengalami perang saudara yang berlarut-larut.
Terjadi suatu polarisasi kekuatan di Rusia yang mengerucut pada dua kekuatan besar,
32
Svarin, David. Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation and
Competiton. Hal 383 33
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation,
Conflict, and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4.
20
yaitu; Bolshevik dan Menshevik. Perang saudara segera mendera Rusia akibat dari
perebutan kekuasaan. Rusia mengalami berbagai permasalahan disemua bidang yang
diakibatkan oleh perang yang dialaminya.34
Kaum Bolshevik berhasil memenangkan kemelut di Rusia setelah mengalahkan
kaum Menshevik yang menjadi seterunya. Rusia kemudian bertransformasi menjadi
negara komunis pertama di dunia. Vladimir Illiych Lenin merubah arah kebijakan
luar negerinya secara radikal. Ia memotori perjanjian Brest-Litovsk dengan negara-
negara Poros yang mengakhiri keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia Pertama.
Perjanjian ini banyak merugikan Rusia, terutama disebabkan keharusan Rusia untuk
melepaskan beberapa wilayah miliknya.35
Disisi lain, runtuhnya Turki Usmani telah mendorong terbentuknya berbagai
negara-bangsa di Timur Tengah. Mustafa Kemal Attaturk berhasil menyelamatkan
bangsa Turki dari kehancuran total dengan menghimpun kekuatan untuk melawan
tentara pendudukan Sekutu dan kemudian mendirikan negara Turki modern yang
berdasarkan atas semangat kebangsaan yang sekuler.36
Pada masa inilah terjadi perbaikan hubungan Turki dengan Rusia. Dibawah
pemerintahan Vladimir Illych Lenin, Rusia melepaskan klaim atas wilayah perairan
Dardanella. Rusia banyak membantu perjuangan Kemalis yang mendirikan negara
34
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation,
Conflict, and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4. 35
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation,
Conflict, and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4. 36“Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation, Conflict,
and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 5
21
Republik Turki dan Rusia menjadi negara kedua yang mengakui negara Republik
Turki tersebut. Hal tersebut dilandasi oleh pandangan Lenin yang menilai perjuangan
Kemalis di Turki sejalan dengan perjuangan kaum Bolshevik di Rusia.37
Suatu langkah nyata bagi usaha Rusia untuk masa depan hubungannya dengan
Turki diwujudkan melalui perjanjian Moscow tahun 1921 yang menyatakan bahwa
seluruh perjanjian yang sebelumnya pernah ditandatangani antara Rusia dengan Turki
dibatalkan demi hukum. Hal ini membuat harapan akan semakin eratnya hubungan
Rusia dengan Turki akan terus dapat dilakukan. Karena dengan adanya perjanjian ini,
memungkinkan masa depan hubungan kedua negara akan terlepas dari warisan
permasalan masa lalu.38
Joseph Stalin sebagai pengganti Lenin, meneruskan kebijakan luar negeri yang
bersahabat dengan Turki. Republik Sosialis Federasi Soviet (RSFS) Rusia
bertransformasi dan bergabung ke dalam Uni Soviet melalui perjanjian Persekutuan
yang menggabungkan RSFS Rusia, Ukraina, Belarus dan Transkaukasus. Tahun
selanjutnya hubungan kedua negara semakin erat, peningkatan kerjasama dapat
dilihat dari meningkatnya nilai perdagangan kedua negara. Turki juga menyandarkan
model pembangunan negara yang terencana berdasarkan model yang diterapkan
37
“Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation, Conflict,
and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4. 38
“Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation, Conflict,
and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4.
22
Stalin. Turki menilai model pembangunan yang diterapkan Stalin telah berhasil
membuat ekonomi dan industri Uni Soviet maju.39
Tahun 1925, Turki dan Rusia menandatangani kesepakatan persahabatan dan
netralitas. Kesepakatan ini menandai komitmen keduanya untuk tetap menjaga
hubungan baik ditengah panasnya kondisi perpolitikan dan keamanan Eropa. Namun,
pada Maret 1945 perjanjian ini dibatalkan. Rusia kembali memunculkan ambisinya
untuk memperluas pengaruhnya, Turki menjadi salah satu negara yang terancam.40
Persaingan antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet menimbulkan
kekhawatiran dunia akan timbulnya perang baru yang jauh lebih dahsyat dari
malapetaka Perang Dunia Kedua. Pada masa Perang Dingin, Turki berada di pihak
Blok Barat dengan bergabung ke dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Bergabungnya Turki kedalam NATO menunjukkan komitmennya untuk melawan
komunisme. Kebijakan dalam negerinya menunjukkan sikap yang sama dalam
melawan komunisme.41
Di sisi lain, munculnya kelompok militan PKK telah membuat pemerintah Turki
merasa terancam. Pemerintah Turki menanggapi pemberontakan PKK dengan keras.
Banyak tentara diterjunkan ke wilayah bagian selatan Turki yang didominasi etnik
Kurdi. Tercatat berbagai pembantaian dilakukan oleh tentara Turki terhadap warga
39
Aydin, Mustafa. Securitization of History and Geography: Understanding of Security in Turkey,
(Southeast European and Balack Sea Studies, 2010). Hal 172 40
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation,
Conflict, and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4. 41
Arda Mevlutoglu, Commentary on Assesing the Turkish Defense Industry: Structural Issues and
Major Challenges. Hal 283
23
Kurdi. Tidak hanya itu, pemerintah Turki juga melakukan diskriminasi melalui
undang-undang maupun dalam praktik pemerintahan.42
Pertimbangan lain dari Turki untuk bergabung dengan Blok Barat adalah
dikarenakan Uni Soviet yang membangkitkan kembali tuntutan terhadap penguasaan
akses selat Bosporus. Hal ini yang mengakibatkan kembali retaknya hubungan
dengan Turki setelah sebelumnya mengalami perbaikan hubungan yang signifikan.43
Turki tidak memiliki kekuatan yang memadai untuk menghadapi kedigdayaan
kekuatan Uni Soviet. Hal tersebutlah yang secara rasional mengarahkan Turki untuk
merapatkan diri dengan Blok Barat dan bergabung dengan NATO. Turki banyak
mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat berupa bantuan ekonomi maupun militer,
salah satunya melalui Marshal Plan. Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan
bantuan Marshal Plan untuk membantu negara-negara yang kalah dalam Perang
Dunia Kedua untuk dapat membangun kembali negaranya. Bantuan bukan hanya
diberikan kepada negara-negara yang kalah Perang Dunia Kedua saja, namun juga
diarahkan kepada negara-negara yang sedang dalam kesulitan ekonomi, seperti Turki
dan Yunani. Marshal Plan pada dasarnya bertujuan untuk menghalau perluasan
pengaruh Komunis ke berbagai negara Eropa.44
42
Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension, (Frank Cass, 2010),
Vol 23, No 3 43
Stalin Planned to Annex Turkey, Iran and China”, Moldova.org, diakses pada 3 April 2018,
tersedia di laman: http://www.moldova.org/en/stalin-planned-to-annex-parts-of-iran-turkey-and-china-
203463-eng/. 44
Aydin, Mustafa. Securitization of History and Geography: Understanding of Security in Turkey.
Hal 173
24
Pada masa Perang Dingin , periode titik terendah hubungan Rusia dengan Turki
terjadi sejak Perang Dunia Pertama. Turki menjadi negara penting bagi Barat untuk
mengepung Uni Soviet dari basis kekuatan Eropa yang kontra dengan Komunis.
NATO membangun basis militernya di Turki, tepatnya di kota Incyrlik. Disinilah
banyak ditempatkan rudal Patriot milik NATO yang dipersiapkan untuk bersiaga
mempertahankan negara-negara yang berada di pihak Blok Barat jika Uni Soviet
melakukan serangan. Hingga kini NATO masih tetap mempertahankan pangkalan
militernya di Turki yang berbasis di kota Incyrlik.45
Paska runtuhnya Uni Soviet, Republik Federasi Rusia yang baru berdiri dengan
segera melakukan perbaikan hubungan dengan Turki. Banyak peningkatan hubungan
yang terjalin pada kedua negara, terutama pada ikatan perdagangan. Nilai
perdagangan kedua negara meningkat dari tahun ke tahun. Hubungan Rusia dengan
Turki yang semakin erat tersebut, dapat dilihat dari kedua negara yang banyak
melakukan kerjasama. Republik Turki yang baru berdiri selepas perang dunia II
tersebut, menerima pinjaman luar negeri pertamanya dari Rusia tahun 1934.46
B. Dinamika Keamanan Turki
Turki telah mengalami beberapa gejolak keamanan dalam negerinya selama
beberapa tahun terakhir. Pada sub-bab ini akan dijabarkan mengenai dinamika
keamanan yang dialami Turki, ada tiga dinamika keamanan yang akan dijabarkan,
45
Tarik, H Og’uzlu. Turkey and The European Union: The Security Dimension. Hal 67 46
Ataturk: Creator of Modern Turkey’, Columbia.edu, , diunggah pada 12 Januari 1994, diakses
pada 3 April 2018, tersedia di laman:, http://www.columbia.edu/~sss31/Turkiye/ata/hayati.html
25
yaitu mengenai konflik Suriah, permasalahan Kurdi, dan insiden penembakan
pesawat tempur SU-24 Rusia. Pemilihan ketiga permasalahan tersebut adalah
berdasarkan pertimbangan relevansi masalah tersebut terhadap pertanyaan penelitian
ini.
1. Konflik Suriah
Konflik Suriah telah memperburuk situasi keamanan Timur Tengah yang telah
kacau. Berawal dari demonstrasi menuntut penggulingan Presiden Bashar Al Assad
sebagai dampak dari Arab Spring berujung pada perang saudara yang tak
berkesudahan. Aparat keamanan Suriah menanggapi para demonstran secara represif
yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dalam jumlah banyak.47
Turki harus menghadapi kenyataan bahwa negaranya tidak dapat berdiam diri
melihat kekacauan di negara tetangganya. Keamanan Turki terancam seiring dengan
gejolak keamanan di Suriah. Ada sekitar tiga juta pengungsi Suriah yang memasuki
Turki. Mereka merupakan korban perang yang berusaha untuk menyelamatkan diri.
Banyak diantaranya yang berusaha memasuki negara-negara Eropa, namun tertahan
di Turki dikarenakan banyak diantara negara-negara Eropa menutup perbatasannya
dari para pengungsi Suriah. Kebijakan ini diambil atas dasar pertimbangan keamanan,
mengingat akan sangat mudah bagi radikalis menyusup diantara para imigran yang
memasuki Eropa dan akan mengancam keamanan nasionalnya.48
47
Daoudi, Marwa. The Structure-Identity Nexus: Syria and Turkey’s Collapse (2011), (Routledge:
Taylor and Francis, 2016). Hal 11-12 48
Stevenson, Jonathan. Turkey’s Diminishing Policy Option in Syria, (International Institute for
Strategic Studies, 2016), Vol 22, Hal 1
26
Turki membuka diri untuk membantu para pengungsi Suriah yang sedang
mengalami kesusahan akibat perang di Suriah. Berawal dari konflik domestik, telah
berubah dan mengarahkan pada konflik yang lebih rumit lagi tatkala berbagai negara
turut campur tangan mewarnai konflik Suriah. Masing-masing negara memiliki
kepentingan dalam keterlibatannya dalam konflik Suriah. AS berusaha mengambil
pengaruh di Suriah dengan menyokong pemberontak Suriah untuk menggulingkan
rezim Bashar Al Assad dari kursi kepresidenan.49
Rusia memiliki kepentingan besar untuk menjaga kepentinganngya di Timur
Tengah dengan mendukung rezim Assad yang pro Rusia dan anti AS untuk tetap
berkuasa. Pada masa awal terjadinya konflik Suriah, keterlibatan Turki dilandasi oleh
kenyataan dari ikatannya sebagai anggota NATO. Turki menjadi garda terdepan bagi
NATO untuk menghadapi musuh bersama mereka di Timur Tengah, terutama terkait
konflik Suriah. Turki banyak mendapat banyak bantuan militer dari sesama negara
anggota NATO. Tahun 2012, Jerman mengirimkan sistem rudal Patriot untuk
melindungi Turki dari serangan yang dilakukan dari wilayah negara tetangganya.50
2. Permasalahan Kurdi
Suku Kurdi merupakan entitas masyarakat yang terpisah kedalam berbagai
negara. Populasi Kurdi secara signifikan terdapat di beberapa wilayah di dalam
negara Turki, Suriah, Irak dan Iran. Suku ini terpisah akibat dari kekalahan Turki
49
Stevenson, Jonathan. Turkey’s Diminishing Policy Option in Syria. Hal 2 50
Barrinha, Andre. The Ambitious Insulator: Revisiting Turkey’s Position in Regional Security
Complex Theory. Hal 175
27
Usmani dalam Perang Dunia Pertama yang mengakibatkan wilayahnya terpecah ke
dalam negara-negara yang baru didirikan.51
Permasalahan Kurdi di Turki bermula ketika awal berdirinya negara Turki
modern. Pada masa Republik Turki dibawah kekuasaan Presiden Mustafa Kemal
Attaturk, tekanan dan penindasan terhadap suku Kurdi mulai terjadi secara luas. Di
wilayah yang didominasi suku Kurdi terdapat entitas politik yang berhaluan kiri dan
berusaha menentang pemerintahan Ankara. Kelompok ini disebut YPG.52
Pemerintah Turki mengklaim YPG di negaranya memiliki kaitan dengan
gerakan kemerdekaan Kurdi di berbagai negara. Serangan militer yang dilakukan oleh
Turki ke kota Afrin, Suriah, adalah bertujuan untuk mengamankan wilayah
perbatasan negaranya. Kota Afrin dikuasai oleh milisi Kurdi yang berhasil
mengontrol kota ini ketika konflik di Suriah mulai berkecamuk. Kekuatan yang
dimiliki Kurdi di Suriah dikhawatirkan akan mengancam Turki dengan ikut
bangkitnya Kurdi di Turki.53
Pada 2017, dilakukan referendum secara sepihak oleh Kurdi di Irak yang
bertujuan untuk memperoleh kemerdekaan lepas dari Irak. Namun referendum ini
ditentang Irak dan tidak diakui secara internasional. Gerakan kemerdekaan bangsa
Kurdi bersifat multinasional dengan melewati batas teritorial satu negara. Hal ini
membuat perjuangan kemerdekaan bangsa Kurdi sangat sulit diwujudkan. Fakta juga
menunjukkan bahwa saat ini semangat kebangsaan suku Kurdi sudah mulai luntur
51
Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension. Hal 70 52
Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension. Hal 71 53 Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension. Hal 72
28
kembali. Mereka telah berbaur dan memiliki identitas kebangsaannya menyatu
dengan negara yang kini ditempatinya.54
3. Penembakan Pesawat Tempur SU-24 Rusia
Era Paska Perang Dingin merupakan saat dimana hubungan Rusia dengan Turki
semakin erat terjalin. Kedua negara pada dasarnya memiliki hubungan yang saling
menguntungkan, terutama jika ditinjau dari aspek ekonomi. Komoditas minyak dan
gas menjadi hal yang sangat penting untuk melihat realitas hubungan perdagangan
kedua negara yang saling bergantung. Rusia merupakan salah satu negara pengekspor
gas alam terbesar di dunia. Negara-negara Eropa sangat bergantung terhadap pasokan
gas dari Rusia, terutama Eropa bagian tengah dan timur. Turki memiliki letak yang
sangat strategis bagi jalur lalu lintas perdagangan dunia. Rusia melihat hal ini sangat
potensial untuk dimanfaatkan sebagai jalur pipa minyak dan gas yang disalurkan ke
Eropa melalui Turki.55
Di sisi lain, hubungan Turki dengan negara-negara Barat anggota NATO
semakin erat terjalin. Perbaikan hubungan yang signifikan ini kerap mendapat
tantangan ketika kedua negara kerap dihadapkan pada perbedaan kepentingan yang
membuatnya saling berbenturan. Isu mengenai genosida bangsa Armenia dimasa lalu
yang dilakukan oleh Turki Usmani kerap membuat hubungan kedua negara memanas.
Rusia memiliki pandangan yang membela bangsa Armenia dan mengutuk genosida
54 Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension. Hal 72 55
Balcer, Adam. The Future of Turkish-Russian Relations: a Strategic Perspective, (Turkish
Policy Quarterly, 2009). Hal 78-79
29
tersebut. Rusia menilai bahwa genosida yang dilakukan oleh Turki Usmani dimasa
lalu merupakan realitas sejarah yang harus diakui dan dipertanggung jawabkan.56
Namun Turki memiliki pendirian bahwa tindakannya pada masa lalu terhadap
bangsa Armenia bukanlah suatu bentuk genosida. Turki menganggap bahwa
tindakannya hanyalah suatu pembelaan kepada bangsanya dari para pengkhianat.
Pada masa tersebut, Turki sedang dilanda berbagai ancaman dari luar, terutama dari
Rusia yang menjadi lawannya di Perang Dunia Pertama. Bangsa Armenia yang
didominasi penganut Kristiani dianggap telah berkhianat dengan melawan Turki
Usmani.57
Penembakan jatuh pesawat tempur SU-24 Rusia yang dilakukan oleh Turki
dengan menggunakan pesawat tempur F-16 pada tahun 2015 menjadi penyebab
menurunnya hubungan kedua negara sampai pada titik terendah paska Perang Dingin.
Insiden ini membuat kedua negara saling bermusuhan dan memutuskan hubungan
diplomatik. Rusia mengutuk keras tindakan Turki dan menyatakan bahwa Rusia telah
ditusuk dari belakang. Turki berkilah dengan menyatakan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh pihaknya adalah sesuai prosedur yang berlaku. Turki menilai pesawat
tempur Rusia telah memasuki wilayah kedaulatan negara Turki tanpa izin. Radar
56
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz. Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation,
Conflict, and Asymetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 13 57
Andre Barinha, The Ambitious Insulator: Revisiting Turkey’s Position in Regional Security
Complex Theory, (Routledge: Taylor and Francis, 2014). Hal 174
30
militer Turki telah melacak pesawat tempur asing yang memasuki wilayah Turki. Hal
ini membuat niliter Turki bergerak cepat untuk menghalau dan mengamankannya.58
Namun Rusia membantah tuduhan Turki dengan menyatakan bahwa pesawat
tempurnya memang berada diperbatasan Turki, namun tidak masuk dan melanggar
batas wilayah kedaulatan Turki. Pesawat tersebuat masih masuk dalam wilayah
negara Suriah yang memang merupakan wilayah operasi bagi militer Rusia.59
Negara
Suriah memang merupakan negara yang sedang dirundung konflik. Berawal dari
permasalahan domestik dimana terjadi demonstransi besar menuntut penggulingan
rezim Bashar Al Assad. Penolakan mundur Assad dari kursi presiden dan tindakan
represif aparat keamanan Suriah telah meningkatkan eskalasi dan berubah menjadi
perang saudara. Kini permasalahan Suriah bukanlah sebatas konflik domestik dan
telah menjadi konflik internasional yang melibatkan berbagai negara.60
Rusia memiliki kepentingan dengan terus mempertahankan rezim Assad di
Suriah. Secara geopolitik, Suriah sangatlah strategis. Suriah memiliki kedekatan
hubungan yang sangat erat dengan Rusia dan Iran. Dalam konstelasi politik dan
keamanan Timur Tengah, Rusia menjadikan Suriah sebagai benteng terdepan dalam
menghadapi hegemoni AS di kawasan ini. Kejatuhan rezim Assad di Suriah akan
membuat posisi Rusia akan semakin sulit. Rusia tidak akan dapat bertahan di Timur
Tengah jika hanya dengan Iran saja sebagai basis perlawanan terhadap hegemoni AS.
58
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 124-125 59
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 124-125 60
Daoudy, Marwa. The Structure-Identity Nexus: Syria and Turkey’s Collapse (2011). Hal 19-20
31
Iran pun tidak akan sanggup bertahan dengan dikepung oleh musuh-musuh
disekelilingnya yang setiap saat dapat mengancam eksistensinya.61
Letak negara Suriah yang berada di tengah jalur perdagangan penting di Timur
Tengah dan memiliki karakteristik alam yang baik menjadi sangat penting untuk
dapat dikendalikan dan dikuasai. Selain masalah keamanan dan politik yang membuat
Rusia melibatkan diri dalam konflik Suriah, juga disebabkan kepentingan
ekonominya. Rusia memiliki kepentingan, terutama adanya rencana pembangunan
pipa minyak yang menghubungakan beberapa negara penghasil minyak di Timur
Tengah dan jalur pipa tersebut melalui wilayah negara Suriah. Rusia dengan segera
bergerak turut campur tangan dalam konflik Suriah demi mengamankan
kepentingannya.62
Rusia segera bereaksi terhadap tindakan Turki yang menembak pesawat tempur
SU-24 milik Rusia. Turki pada mulanya tetap teguh dengan pendirian bahwa
pihaknya telah bertindak dengan benar dan tidak bersedia untuk meminta maaf.
Menanggapi hal tersebut, Rusia segera menerapkan sanksi bagi Turki sebagai wujud
tekanan bagi Turki yang telah berani menantang Rusia.63
Sanksi yang diberikan oleh Rusia terdiri dari berbagai bentuk dan bidang,
seperti dalam bidang ekonomi maupun militer. Rusia menjadi mitra perdagangan
terbesar kedua Turki setelah Jerman. Turki menggunakan 55% gas alam dan 30%
61
Sussex, Matthew. The Triumph of Russian National Security Policy? Russia’s Rapid Rebound,
(Australian Institute of International Affairs, 2017). Hal 2 62
Ipek, Pinar. Oil and Intra-state Conflict in Iraq and Syria: Sub-state Actors and Challenges for
Turkey’s Energy Security, (Middle Eastern Studies, 2017). Hal 141 63
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 126
32
minyak bumi untuk kebutuhan dalam negerinya yang diimpor dari Rusia. Gas
merupakan komoditas ekspor yang penting bagi Rusia, tak hanya berperan dalam
perdagangan namun juga kerap dijadikan alat politik. Rusia yang merupakan
pemasok gas terbesar ke Eropa, kerap menggunakannya sebagai alat tekan terhadap
jika menghadapi permasalahan. Turki dan Rusia juga sedang bekerjasama dalam
proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Turki senilai USD 20 Miliar
dan ditargetkan untuk selesai tahun 2020.64
Rusia juga berusaha menekan Turki melalui sektor pariwisata. Tercatat sampai
triwulan ketiga tahun 2013, ada sekitar 3,6 juta wisatawan Rusia mengunjungi Turki.
Sektor pariwisata telah menyumbang banyak kontribusi bagi perekonomian Turki.
Menurut hasil penelitian dari World Travel and Tourism Council (WTTC), sektor
pariwisata telah menyumbangkan USD 96 Miliar terhadap perekonomian Turki dan
telah menyediakan 2,1 juta lapangan pekerjaan.
Data statistik perdagangan luar negeri Turki mencatat, bahwa tahun 2009 nilai
ekspor Turki ke Rusia hanya sebesar USD 6.5 Miliar. Sedangkan nilai impor Turki
dari Rusia mencapai USD 31.4 Miliar. Sebelum terjadinya insiden penembakan
pesawat tempur SU-24 ini, Erdogan telah berkomitmen untuk meningkatkan nilai
perdagangan kedua negara menjadi USD 100 Miliar. Melihat data di atas,
menunjukkan bahwa kedua negara memiliki ikatan yang saling menguntungkan dan
memiliki prospek yang bagus. Para analis ekonomi berpendapat bahwa sanksi
64
Bilgin, Mert. Energy Policy in Turkey: Security, Market, Suply, and Pipeline, (Routledge:
Taylor and Francis, 2011). Hal 401
33
ekonomi yang dikeluarkan Rusia untuk Turki akan berdampak negatif bagi kedua
negara.65
Usaha normalisasi hubungan kedua negara dilakukan pada 2016, dimana telah
terjadi pertemuan antara kedua negara untuk membahas normalisasi hubungan.
Pertemuan lanjutan menunjukkan tren yang positif. Kedua negara berkomitmen untuk
dapat memperbaiki hubungan dan dilakukan kerjasama yang dapat mempererat
hubungan kedua negara.66
Hubungan kedua negara kembali mendapat tantangan ketika Duta Besar Rusia
untuk Turki dibunuh oleh seorang oknum petugas keamanan Turki. Pembunuhan ini
dilakukan dengan motif kekecewaan dan kemarahan kepada Rusia atas
keterlibatannya dalam komflik Suriah. Ia menganggap Rusia telah bertanggung jawab
atas pembantaian rakyat Suriah akibat dari serangan militer Rusia maupun
sokongannya kepada rezim Bashar Al Assad.67
Peristiwa ini dikhawatirkan akan merusak usaha normalisasi hubungan yang
baru dibangun. Namun Rusia dapat meredam kekhawatiran akan rusaknya usaha
normalisasi yang tengah dilakukan. Rusia menganggap peristiwa ini adalah suatu
bentuk provokasi yang dilakukan oleh pihak tertentu yang menginginkan hubungan
Rusia dan Turki buruk. Pertemuan selanjutnya antara kedua negara mengindikasikan
65
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 126 66
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 127 67
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 130
34
keinginan untuk dapat mempererat kerjasama. Kini hubungan Rusia dan Turki
semakin erat yang ditunjukkan dengan terjalinnya kerjasama diberbagai sektor.68
Dalam konflik Suriah, kini Rusia dan Turki berada dalam satu sisi yang saling
bekerjasama. Rusia mendukung tindakan Turki untuk memerangi kelompok
bersenjata suku Kurdi yang berada di wilayah kedaulatan negara Suriah. Rusia dan
Turki juga memiliki pandangan yang sama terkait solusi dari permasalahan konflik
Suriah yang terjadi berlarut-larut.69
C. Kekuatan Pertahanan Udara Turki
Turki merupakan salah satu negara terkuat di dunia. Menurut data yang dirilis
Global Fire Power, Turki berada pada urutan 10 negara terkuat di dunia pada tahun
2018. Turki memiliki kekuatan sebesar 743.415 personil. Turki juga memiliki
berbagai alutsista canggih yang siap melayani angkatan perangnya. Secara total Turki
memiliki 1.018 pesawat tempur, 194 kapal perang (termasuk 12 kapal selam), 2445
tank tempur dan berbagai jenis senjata lainnya.70
Angkatan Udara Turki mulai dibentuk tahun 1911 pada masa Turki Usmani.
Kemelut Perang Dunia Pertama yang melibatkan Turki, menjadi ajang bagi angkatan
udaranya dalam mengarungi pertempuran udara. Memasuki masa Republik, angkatan
68
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 134 69
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 136 70
“2018 Turkey Military Strenght”, Global Fire Power, diakses pada 24 Juni 2018, tersedia di laman: https://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=turkey.
35
udara Turki terus berbenah. Turki memperkuat diri dengan menambah pesawat
tempurnya yang didatangkan dari berbagai negara.
Pada masa diantara dua perang dunia, Turki relatif aman dari serangan musuh.
Selepas Perang Dunia II, muncul dua kekuatan dunia yang saling berebut pengaruh.
AS dan Uni Soviet tampil sebagai negara adidaya dengan kekuatan militer maupun
ekonomi yang luar biasa besar. Persaingan ini telah memunculkan Perang Dingin dan
mengarahkan dunia pada dua arah kekuatan; Blok Barat dan Blok Timur.
Turki mulai mendapatkan ancaman dari Uni Soviet selepas Perang Dunia II. Uni
Soviet berusaha memperluas kekuasannya ke berbagai penjuru dunia, salah satunya
berusaha mengklaim kembali penguasaan Laut Hitam. Uni Soviet bermaksud untuk
mendapatkan akses ke Mediterania dari Laut Hitam melalui selat Bosporus. Tindakan
Uni Soviet tersebut telah mengancam keberadaan Turki, mengingat Turki merupakan
negara yang menghubungkan Laut Hitam dengan Mediterania. Kekuatan besar Uni
Soviet membuat Turki gusar. Kekuatan kedua negara tersebut tidak sebanding. Atas
pertimbangan tersebut, Turki memutuskan mengajukan diri untuk bergabung dengan
aliansi NATO.71
Setelah menjadi anggota NATO, Turki banyak mendapatkan bantuan dari AS.
Bantuan tersebut berupa peralatan militer maupun ekonomi. Turki menjadi salah satu
basis utama NATO di Eropa untuk membendung perluasan pengaruh Uni Soviet.
71
Balcer, Adam. The Future of Turkish-Russian Relations: a Strategic Perspective, (Turkish
Policy Quarterly, 2009). Hal 80
36
NATO banyak membangun basis militernya di Turki, seperti di kota Incyrlic. NATO
juga banyak menempatkan rudal-rudalnya yang diarahkan ke Uni Soviet.72
Pada masa Perang Dingin inilah sistem pertahanan udara mulai digunakan di
Turki. Meskipun saat itu berstatus milik negara lain dibawah misi NATO. Sistem
pertahanan udara pertama berbasis rudal yang dimiliki Turki adalah Nike Hercules
yang mulai beroperasi untuk menjaga sekutu NATO.73
Tahun 1994 Turki memiliki delapan skadron dengan sistem pertahanan udara.
Enam skadron diantaranya merupakan Nike Hercules yang terdiri dari 128 peluncur
rudal. Dua skadron lainnya berjumlah 24 yang merupakan buatan Inggris, Rapier.
Dua jenis senjata ini menjadi ujung tombak pertahanan udara Turki pada masa itu.
Dalam perkembangannya, Turki banyak mendapatkan transfer teknologi dari
berbagai negara anggota NATO. Berbagai peralatan tempur mampu diproduksi Turki.
Namun, dalam hal sistem pertahanan udara Turki relatif lemah. Turki bayak
mengandalkan bantuan dari sekutu NATO untuk melindunginya dari acaman musuh.
Salah satu diantaranya adalah dalam menghadapi ancaman dari Irak dan Suriah yang
semakin bergejolak setelah terjadinya Arab Spring.74
NATO mengirimkan beberapa baterai sistem rudal Patriot untuk mengamankan
wilayah Turki dari ancaman yang datang dari udara. Namun rudal Patriot kemudian
72
“Turkey’s Prospects and Challenges for a National Missile Defense System”,The New Turkey,
diunggah pada 23 April 2017, diaksses pada 23 April 2018, tersedia di laman: https://thenewturkey.
org/turkeys-prospects-and-challenges-for-a-national-missile-defense-system/. 73
“Turkey’s Prospects and Challenges for a National Missile Defense System”,The New Turkey.
Diakses pada 23 April 2018. 74
Caglar Kurc, Between Defence Autarky and Dependency: The Dynamic of Turkish Defence
Industrialization, (Routledge: Taylor and Francis Group, 2017). Hal 173-174
37
di tarik dari Turki. NATO menilai tingkat keterancaman Turki sudah menurun,
sehingga penempatan rudal Patriot di Turki sudah tidak mendesak. Hal ini juga
dikarenakan penempatan rudal Patriot ini di Turki memiliki batas waktu; bisa
dihentikan, diperpanjang ataupun dirotasi.75
Ada beberapa jenis rudal pertahanan udara berbasis SAM yang dimiliki Turki,
diantaranya adalah NASAMS, Sea Sparrow Missile, Rapier FSC (Field Standard –C),
Sea Zenith CIWS dan HISAR. Untuk HISAR, senjata ini masih dalam tahap
pengembangan dan belum beroperasi. Rudal-rudal tersebut ada yang berbasis di darat
ataupun pada kapal perang. Dalam hal ini, rudal pertahanan udara yang ditempatkan
di kapal perang tetap masuk dalam kategori surface to air missile (SAM).76
Turki kini sedang membangun sistem pertahanan udaranya berdasarkan hasil
produksi dalam negeri. Beberapa produk diantaranya adalah HISAR dan KORKUT.
Keduanya merupakan pertahanan udara berdaya jangkau menengah (medium range).
HISAR dan KORKUT merupakan hasil pengembangan dari ROKETSAN dan
ASELSAN. Keduanya merupakan perusahaan utama yang memproduksi berbagai
macam persenjataan bagi Turki. Kedua perusahaan tersebut dimiliki oleh pemerintah
Turki dan diandalkan untuk dapat meningkatkan kemandirian Turki dalam persediaan
persenjataan.HISAR merupakan jenis SAM, sedangkan KORKUT non-missile. 77
75
Caglar Kurc, Between Defence Autarky and Dependency: The Dynamic of Turkish Defence
Industrialization, (Routledge: Taylor and Francis Group, 2017). Hal 174 76
“Turkey”, Missile Defense Advocacy, diunggah pada 26 Juni 2018, diakses pada 4 Juli 2018,
tersedia di laman: http://missiledefenseadvocacy.org/intl-cooperation/turkey/. 77
“Turkey Strengthening it’s Air Defense”, Anadolu Agency, diunggah pada 13 Desember 2017,
diakses pada 20 Mei 2018, tersedia di laman: https://www.aa.com.tr/en/science-technology/turkey-
strengthening-its-air-defense/1004156.
38
Ada dua jenis dari HISAR, yaitu HISAR A dan HISAR O. Perbedaan keduanya
terutama pada daya jangkaunya untuk menghalau obyek musuh. HISAR A memiliki
daya jangkau rendah, yaitu 15 km. Sedangkan HISAR O memiliki karakteristik
dengan jangkauan menengah yang mampu mengahancurkan musuh dalam radius 25
km.78
HISAR dirancang sebagai sistem rudal pertahanan udara untuk melindungi
pangkalan militer dan berbagai fasilitas militer lainnya. Sistem ini memiliki
kemampuan untuk mencegat pesawat tempur, helikopter, rudal yang diluncurkan dari
kapal perang dan obyek terbang tanpa awak. Dengan peluncuran rudal secara vertikal,
HISAR mampu menarget musuh dalam arah pandangan 360°.79
Perusahaan ASELSAN sudah berdiri sejak tahun 1975 dan menjadi perusahaan
pembuat senjata terbesar di Turki. Bahkan ASELSAN masuk dalam 100 besar
perusahaan persenjataan terbaik di dunia. Sedangkan ROKETSAN merupakan
perusahaan yang berfokus pada pengembangan dan produksi roket dan rudal.
ROKETSAN mulai berdiri tahun 1988 dan berkembang bersama dengan ASELSAN
untuk meningkatkan kemampuan produksi persenjataan dalam negeri Turki.80
Setelah dibatalkannya kerjasama pembelian sistem pertahanan udara dengan
Tiongkok, Turki berfokus untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan
78
“HISAR Air Defense Missiles”, Roketsan, diakses pada 24 Juni 2018, tersedia di laman: http://
www.roketsan.com.tr/en/urunler-hizmetler/hava-sistemleri/hisar-hava-savunma-fuzeleri/. 79
“HISAR Air Defense Missiles”, Roketsan, diakses pada 24 Juni 2018. 80
“EUROSAM, Together With ASELSAN and ROKETSAN Lay the Foundation Strategic
Cooperation Air Missile Defence”, MBDA Systems. diakses pada 16 Juli 2018, tersedia di laman:
https://www.mbda-systems.com/eurosam-together-aselsan-roketsan-lay-foundation-strategic-
cooperation-air-missile-defence/.
39
dalam negerinya. Turki menjajaki kerjasama dengan EUROSAM untuk memperkuat
pertahanan udaranya. EUROSAM merupakan perusahaan yang berasal dari Italia dan
Perancis yang merupakan hasil kerjasama antara MBDS dan THALES. Perusahaan
ini sudah berdiri dari tahun 1989 dan memiliki reputasi yang baik dalam
memproduksi persenjataannya. EUROSAM berfokus pada pengembangan sistem
rudal pertahanan udara yang berbasis darat ke udara (surface to air missile/ SAM).81
Selain itu, Turki juga bernegosiasi dengan Rusia untuk mendapatkan transfer
teknologi dalam pembelian sistem pertahanan udara rudal S-400. Turki meminta
Rusia untuk bersedia membuat sebagian komponen S-400 untuk diproduksi di Turki.
81
“EUROSAM, Together With ASELSAN and ROKETSAN Lay the Foundation Strategic
Cooperation Air Missile Defence”, MBDA Systems, Diakses pada 16 Juli 2018.
40
BAB III
SPESIFIKASI DAN PERKEMBANGAN SISTEM PERTAHANAN
UDARA RUSIA
A. Perkembangan Sistem Senjata Pertahanan Udara di Rusia
Keberhasilan manusia untuk mewujudkan teknologi pesawat terbang telah
berhasil merubah dunia secara signifikan. Tidak lama setelah pesawat terbang
pertama diciptakan, Perang Dunia Pertama pecah dan dengan segera teknologi
pesawat terbang digunakan untuk kepentingan militer. Penggunaan pesawat terbang
dalam peperangan memiliki peran strategis bagi berjalannya perang. Pesawat
dianggap memiliki mobilitas tinggi dan dapat masuk ke jantung pertahanan musuh
dengan cepat.82
Senjata anti serangan udara mulai diciptakan untuk menghadapi ancaman dari
udara. Pada awalnya hanya berupa senjata api biasa yang diarahkan keudara dengan
membidik pesawat musuh. Namun dalam perkembangannya, senjata api biasa kurang
efektif untuk menghancurkan pesawat musuh. Diciptakanlah senjata khusus untuk
menghalau ancaman musuh dari udara, namun senjata ini masih berupa senjata
artileri dengan menggunakan peluru yang dimuntahkan ke udara.83
82
“Air Force History”, Military, diakses pada 3 April 2018, tersedia di laman: https://
www.military.com/air-force-birthday/air-force-history.html. 83
“Anti Air Craft Gun”, Britannica, diakses pada 8 April 2018, tersedia di laman:
https://www.britannica.com/technology/antiaircraft-gun
41
Pada saat terjadinya Perang Dunia Kedua, teknologi pesawat tempur berkembang
dengan pesat. Sistem pertahanan udara dalam jenis artileri semakin tidak efektif. Hal
ini disebabkan perkembangan senjata artileri tidak dapat mengimbangi ketangguhan
pesawat tempur. Beberapa negara berupaya menciptakan senjata baru dengan
menggunakan rudal yang berkemampuan khusus untuk menghancurkan pesawat
tempur lawan.84
Teknologi rudal mulai berkembang pesat pada masa Perang Dingin. Persaingan
ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berkembang menjadi persaingan
dalam segala aspek, terutama teknologi senjata perang. Sistem dunia yang bipolar
telah membelah dunia menjadi dua kekuatan yaitu Blok Barat dan Timur. menjadi
ajang perebutaan pengaruh.
NAZI Jerman telah berkontribusi besar dalam perkembangan teknologi roket pada
masa Perang Dunia Kedua. Keterbatasan angkatan laut dan kegagalan angkatan
udaranya untuk menginvasi Inggris membuatnya terus berupaya mengembangkan
teknologi roket yang memiliki daya jangkau luas dan minim resiko. Roket yang
berhasil dikembangkan adalah roket V1 dan V2. Jerman telah menggunakan ribuan
Roket V1 untuk menyerang London. Roket ini ditempatkan di Perancis dan
diluncurkan ke udara menyeberangi selat Channel menuju London. Roket V2
merupakan karya terbesar NAZI Jerman dalam dunia teknologi roket. Namun roket
84
.Britannica, “Anti Air Craft Gun”. Diakses pada 8 April 2018.
42
V2 belum sempat digunakan Jerman dalam perang, karena kekalahannya di Perang
Dunia Kedua.85
Kehebatan para ilmuan Jerman telah banyak dimanfaatkan dan direkrut oleh AS
dan Uni Soviet. Kekalahan Jerman pada Perang Dunia Kedua membuat banyak
infrastruktur hancur dan berbagai program pembangunan terhenti untuk sementara.
Para ilmuan banyak yang terlibat dalam pengembangan teknologi perang Jerman
yang canggih dan tangguh.86
AS mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan teknologi roket setelah
berakhirnya Perang Dunia II. Teknologi roket inilah yang kemudian digunakan
sebagai sistem pendorong wahana antariksa. AS bukan saja berkeinginan menjadi
hegemon di bumi, namun juga menguasai dunia antariksa. Pada tahap selanjutnya AS
banyak meluncurkan wahana antariksanya sebagai misi eksplorasi ruang angkasa. 87
Uni Soviet pada dasarnya sudah memiliki kemampuan membuat roket dan
digunakan pada saat Perang Dunia Kedua. Senjata jenis roket yang terkenal adalah
roket Katyusya yang memiliki karakteristik penggunaan yang berbeda dengan roket
V1 dan V2 milik Jerman. Roket Katyusya digunakan untuk perang di medan tempur,
roket ini diangkut menggunakan truk dan ditempatkan di atasnya. Jadi fungsi dari
85
“Britishs Response to V1 and V2”, NationalArchives, diakses pada 5 April 2018, tersedia di
laman: http://www.nationalarchives.gov.uk/education/resources/british-response-v1-and-v2/. 86
“Brief History of Rockets”, NASA, diakses pada 3 April 2018, tersedia di laman:
https://www.grc.nasa.gov/WWW/k-12/TRC/Rockets/history_of_rockets.html. 87
“Brief History of Rockets”, NASA. Diakses pada 3 April 2018.
43
roket Katyusya layaknya seperti senjata artileri yang dibawa ke medan tempur dan
digunakan di lapangan untuk menghancurkan musuh secara langsung.88
Uni Soviet terlibat persaingan dengan AS untuk menguasai ruang angkasa. Berkat
teknologi canggih yang dimilikinya, Uni Soviet berhasil meluncurkan Sputnik 1
tahun 1957 sebagai satelit buatan manusia pertama yang mengorbit bumi.89
Uni
Soviet juga berhasil mengirimkan manusia ke ruang angkasa untuk pertama kalinya
di dunia dengan selamat sampai kembali ke bumi, yaitu Yuri Gagarin.
Teknologi roket inilah yang kemudian menjadi cikal bakal teknologi persenjataan
rudal. Senjata rudal memiliki sistem pendorong yang serupa dengan roket. Perbedaan
mendasar keduanya adalah pada keberadaan teknologi dengan kemampuan menarget
musuh secara akurat. Roket pada dasarnya ialah hanya benda yang memiliki sistem
pendorong ke udara. Sedangkan rudal memiliki kelengkapan alat untuk mendeteksi
dan menarget lawan dengan alat pemandu. Dengan berkembangnya teknologi senjata
rudal di dunia, seakan telah mempersempit ruang dunia. Pada masa Perang Dingin,
AS dan Uni Soviet berlomba untuk menyebarkan senjata rudalnya agar dapat
menjangkau seluruh sisi bumi. Hal ini demi menjamin keamanan negaranya dari
ancaman musuh dan dengan segera dapat melakukan serangan jika musuh
menyerang.90
88
“Katyusya Rocket”, GlobalSecurity, diakses pada 5 April 2018, tersedia di laman:
https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/katyusha.htm. 89
“Brief History of Rockets”, NASA. Diakses pada 3 April 2018. 90
“Missile”, Britannica, diakses pada 4 April 2018, tersedia di laman: https://www.
britannica.com/technology/missile.
44
AS banyak menempatkan rudalnya di Eropa untuk menghalau ancaman dari Uni
Soviet. Begitu juga dengan Uni Soviet yang banyak menempatkan rudalnya di Eropa
Timur dan Kuba. Penempatan rudal berhulu ledak nuklir Uni Soviet di Kuba telah
memicu ketegangan dengan AS. Tindakan Uni Soviet ini dilihat AS sebagai suatu
ancaman terhadap negerinya, mengingat jarak negara Kuba yang hanya beberapa
puluh mil dari daratan utama AS yang memungkinkan Uni Soviet dengan mudah
menyerang AS jika terjadi perang.91
Pada puncaknya, terjadilah apa yang dinamakan sebagai Krisis Misil Kuba.
Terjadinya Krisis Misil Kuba ini telah mengarahkan dunia pada kekhawatiran yang
tinggi akan terjadinya perang nuklir. Jika terjadi perang, bumi akan mengalami
kehancuran dan eksistensi kehidupan manusia berada dalam ancaman. Pada saat itu,
armada perang AS memblokade lautan Karibia sebagai respon terhadap tindakan Uni
Soviet. Kedua kekuatan saling berhadapan dengan membawa rudal berhulu ledak
nuklir dan setiap saat siap diluncurkan.92
Rudal memiliki daya jangkau yang luas, akurasi target serangan yang tinggi dan
sulit untuk dihalau oleh musuh. Hal ini membuat berbagai negara merasa gusar dan
perlu untuk mengembangkan senjata yang berfungsi sebagai penghalau serangan
udara, terutama serangan menggunakan rudal. Berbagai negara banyak yang
melakukan pengembangan kemampuan rudalnya untuk dapat menghanvurkan musuh.
91
“Cuban Missile Crisis”, History, diakses pada 4 April 2018, tersedia di laman: https://www.
history.com/topics/cold-war/cuban-missile-crisis. 92
“Krisis Rudal Kuba (October Crisis)”, Artileri, diunggah pada 28 Februari 2015, diakses pada 5
April 2018, tersedia di laman: https://www.artileri.org/2015/02/krisis-rudal-kuba-october-crisis.html.
45
Namun, disaat yang bersamaan mereka juga terus mengembangkan suatu sistem
pertahanan udara yang memungkinkan menghalau berbagai jenis senjata dari udara.
Rudal pertama yang berhasil dibuat sebagai bentuk pertahanan udara adalah
“Nike Ajax” yang diproduksi AS untuk mengamankan wilayahnya dari ancaman
serangan musuh. Senjata ini memiliki kemampuan menghadapi musuh dari jarak
sejauh 48 Km dan mampu melaju dengan kecepatan 2,25 Mach (2760 Km/jam).
Rudal ini resmi beroperasi pada tahun 1954 setelah memakan waktu pengembangan
yang panjang sejak tahun 1945.93
B. Spesfikasi dan Pengembangan S-400
Rusia memiliki sejarah panjang dalam perkembangan teknologi sistem pertahanan
udara berbasis rudal. Usaha Rusia dalam membangun rudal pertahanan udara ini
dimulai pada tahun 1951. Program ini dilakukan dalam rangka usaha memperkuat
pertahanan udara Rusia dari potensi serangan pihak asing. Pada tahun tersebut, Stalin
merasa terancam dengan perkembangan teknologi persenjataan AS. Disisi lain AS
telah memulai program ini beberapa tahun sebelumnya, yaitu dimulai tahun 1945.94
93
“Nike Ajax”, NikeMissile, diakses pada 5 April 2018, tersedia di laman: http://nikemissile.org/
Ajax.shtml. 94
Alexey Arbatov, Vladimir Dvorkin, Missile Defense: Confrontation and Cooperation, (Cernegie
Moscow Center, 2013), Moscow. Hal 33
46
Gambar III.B.1 Spesifikasi S-400
Sumber: Russia Beyond95
95
“100 Years of Russias Air Defense: The Principal Milestones of The Centenary”, RussiaBeyond,
diunggah pada 5 Maret 2015, diakses pada 5 April 2018, tersedia di laman: https://
47
Pada awalnya negara-negara mengamankan wilayah udaranya menggunakan
artileri untuk menghalau pesawat musuh. Dalam perkembangannya, teknologi
pesawat tempur berkembang dengan pesat. Hal tersebut mengakibatkan efektifitas
artileri dari darat untuk menghalau serangan musuh lawan di udara semakin menurun.
Senjata artileri memiliki kekurangan pada akurasi serangan terhadap obyek tertarget.
Pada tahun 1941, tercatat bahwa Inggris rata-rata memerlukan 4100 peluru
yang dimuntahkan dari senjata artilerinya untuk menghancurkan satu pesawat musuh.
Itu artinya perlu waktu dan sumber daya besar untuk menghancurkan lawan, serta
besar kemungkinan pesawat tempur lawan untuk menghindarinya jika pesawat
tersebut terbang dengan ketinggian dan kecepatan yang tinggi. 96
Ketika teknologi pesawat tempur memungkinkan untuk dapat terbang dengan
kecepatan tinggi, senjata artileri tidak akan ada gunanya lagi. Peluru dari senjata
artileri tidak sanggup menghancurkan lawan ketika pesawat tempur lawan terbang
dengan ketinggian ribuan meter ataupun dengan kecepatan mendekati atau setara
dengan kecepatan suara.97
Pada mulanya “Surface to Air Missile” (SAM) ditujukan untuk menghancurkan
pesawat tempur musuh. Artileri anti serangan udara secara umum sudah banyak
digunakan oleh berbagai negara didunia sebelum dikembangkannya senjata jenis
SAM. Pada akhir dekade 1960-an, tantangan tidak hanya datang dari pesawat
www.rbth.com/defence/2015/03/09/100_years_of_russian_air_defense_the_principal_milestones_of_t
he_cent_44273.html. 96
“Anti Air Craft Gun”, Britannica. Diakses pada 8 April 2018. 97
“100 Years of Russias Air Defense: The Principal Milestones of The Centenary”, RussiaBeyond,
diunggah pada 5 Maret 2015. Diakses pada 5 April 2018.
48
tempur, namun sudah muncul dalam bentuk “Inter Continental Ballistic Missile”
(ICBM).98
Rusia kini merupakan negara dengan kemampuan sistem pertahanan
udaranya paling maju di dunia. Rudal S-400 kini merupakan yang tercanggih yang
dimiliki Rusia dan diatas kertas tidak ada teknologi SAM yang dapat
menandinginya.99
Tercatat dalam sejarah, Perang Vietnam menjadi ajang pembuktian kemampuan
SAM sebagai pengahalau serangan udara musuh. AS banyak mendapat kerugian yang
diakibatkan serangan dari Vietnam Utara yang mendapat suplai sebanyak 7658 rudal
dan telah melatih tentara Vietnam Utara untuk mengoperasikan sistem ini. Pada tahun
1966 ada sekitar 11.000 instruktur, teknisi dan ahli rudal Uni Soviet dikirim ke
Vietnam untuk menghadapi AS. Superioritas Uni Soviet dalam teknologi SAM
membuat AS gusar dan berusaha membuat pengembangan sistem yang sudah
dimilikinya.100
Rusia memulai program pengembangan sistem pertahanan udara rudal S-400
pada dekade 1980-an. Setelah mengalami keterlambatan, sistem ini mulai digunakan
oleh angkatan perang Rusia tahun 2007. Rudal ini disebut merupakan yang
tercanggih dikelasnya. Kemampuan tangguh yang dimilikinya membuat banyak
negara merasa khawatir dengan perkembangan persenjataan Rusia. Radar yang
98
Alexey Arbatov, The Vicissitudes of Russian Missile Defense, (Routledge: Taylor and Francis
Group, 2018), Vol 74, No 4. Hal 227 99
Alexey Arbatov, Vladimir Dvorkin, Missile Defense: Confrontation and Cooperation, (Cernegie
Moscow Center, 2013), Moscow. Hal 156 100
“Vietnam War: The Critical Role of Russian Weapons”, RussiaBeyond, diunggah pada 30
April 2015, diakses pada 7 April 2018, tersedia di laman: https://www.rbth.com/blogs/2015/04/30/
vietnam_war_the_critical_role_of_russian_weapons_42917.
49
dimiliki S-400 dapat melacak musuh sejauh 600km dan rudalnya maksimal dapat
mencegat musuh sejauh 400km. S-400 juga memiliki kemampuan menarget musuh
secara simultan dengan jumlah 300 target..101
Di atas kertas, Rudal S-400 merupakan yang tercanggih dikelasnya. Meskipun
pada kenyataannya S-400 belum pernah digunakan secara langsung dalam perang
sungguhan. Pada tahun 2015, AS melakukan serangan udaranya ke Suriah dengan
menggunakan rudal Tomahawk yang diluncurkan dari atas kapal perang. Meskipun
Rusia berada dipihak Suriah, namun Rusia tidak terlihat menghalau serangan AS
tersebut. Padahal Rusia sebelumnya telah menempatkan beberapa baterai rudal S-400
di Suriah.
Untuk menghalau serangan udara AS, Suriah banyak menggunakan rudal tua
buatan Uni Soviet, seperti: Pantsir, S-200 dan lainnya. Hal ini membuat efektivitas
penghancuran serangan udara lawan tidak maksimal. Banyak rudal Tomahawk yang
berhasil menyelesaikan misinya dengan menghantam sasaran yang dituju. Dalam
serangan ini, Suriah mengalami banyak kerugian di beberapa tempat situs militer
angkatan udaranya yang memang menjadi target utama serangan ini.102
101
Rosobonexport, S-400. Hal 2 102
Gonul Nul, Nilsu Goren, Turkey’s Quest for Air Defense: Is The Deal Pivot to Russia?,
(Middle East Institute: 2017. Hal 6
50
Gambar: III.B.2 Negara pengguna dan potensial pengguna S-400
Sumber: Reuters103
Secara perhitungan ekonomi, rudal S-400 bukanlah senjata yang murah. Dalam
setiap perang, setiap pihak akan memperhitungkan berapa biaya yang harus
dikeluarkan dan apakah sebanding dengan apa yang akan didapatkan. Dari berbagai
jenis SAM, masing-masing memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
jenis lainnya. Masing-masing dirancang sesuai kebutuhan dan digunakan sesuai
fungsinya juga.
103
“The Growler’s Triumph: Russian Missile System Invaded the Market, RT, diungah pada 7
Februari 2018, diakses pada 28 Maret 2018, tersedia di laman: https://www.rt.com/news/418121-s400-
growler-systems-worldwide/ .
51
BAB IV
ANALISA KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN
SISTEM PERTAHANAN UDARA RUDAL S-400
Pada BAB IV ini, berisi mengenai analisa dari permasalahan yang diangkat di
skripsi ini. Setelah sebelumnya telah dibahas pada BAB II mengenai background
negara Turki, terutama terkait kekuatan pertahanan udaranya, dinamika keamanan
dan berbagai hal yang dapat mendukung dalam menganalisa pertanyaan penelitian
skripsi ini.
Ada dua faktor utama yang melandasi keputusan Turki untuk bekerjasama dengan
Rusia dalam pengadaan sistem pertahanan udara rudal S-400. Kedua faktor tersebut
ialah: kebutuhan Turki untuk mendapatkan senjata yang mampu untuk melindungi
keamanannya dan strategi Turki untuk mengamankan kepentingan nasionalnya
dengan cara menguatkan ketahanan dalam negerinya.
Hal yang menarik dari pembahasan ini ialah tantangan yang harus dihadapi Turki
terkait keputusannya untuk membeli senjata dari Rusia. Hubungan Turki dengan
berbagai negara anggota NATO semakin memburuk. Bahkan AS mengancam akan
memberikan sanksi bagi Turki. Presiden AS, Donald Trump, telah mengeluarkan
peraturan mengenai tindakan terhadap ancaman negara. Hal ini memungkinkan AS
untuk memberi sanksi kepada negara-negara yang dianggap sebagai ancaman.
52
A. Turki Membutuhkan Senjata yang Mampu Melindunginya dari Ancaman
Keamanan
Keputusan Turki untuk memilih sistem S-400 dari berbagai pilihan sistem dan
berbagai resiko yang menghadang Turki terkait keputusannya ini, akan dianalisa
dengan menggunakan RAM sebagai alat analisanya. Ada beberapa alasan untuk
menggunakan RAM, terutama dari karakteristik permasalahan dalam penelitian ini
mengarah kepada kebijakan pemerintah negara yang rasional.
Sistem S-400 merupakan pilihan yang diambil Turki untuk memperkuat
pertahanannya. S-400 memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan Turki
akan perlindungan wilayahnya dari serangan udara. Hingga kini Turki tidak
mememiliki sistem pertahanan udara yang memadai yang membuatnya rentan akan
serangan udara lawan. Padahal, ancaman besar Turki saat ini adalah serangan udara
yang berasal dari negara tetangga.104
Turki telah melakukan penjajakan untuk memenuhi kebutuhan pertahanan
udaranya. Beberapa usaha kerjasama telah dicoba Turki. Ada beberapa SAM yang
memang dirancang memiliki daya jangkau yang rendah dan sanggup menghalau
obyek yang kecil dan terbang rendah. Ada juga yang memang dirancang memiliki
daya jangkau yang luas dan ditujukan untuk menghalau ICBM yang berhulu ledak
besar dan berkecepatan tinggi. Israel telah memiliki sistem pertahanan udara Iron
Dome, sistem ini memiliki karakteristik sebagai pencegat berdaya jangkau rendah dan
menengah. Iron Dome bekerja secara efektif untuk menghalau berbagai jenis obyek
104
“Turkey’s Prospects and Challenges for a National Missile Defense System”,The New Turkey,
diunggah pada 23 April 2017. Diakses pada 23 April 2018.
53
udara, seperti roket, rudal, pesawat nirawak, bahkan mortir tak luput dari
jangkauannya.105
Berbeda dengan Iron Dome, rudal THAAD memiliki daya jangkau yang luas
menyentuh angka ratusan kilometer. Rudal THAAD dirancang untuk menghancurkan
rudal balistik musuh. Berbagai negara telah mengoperasikan sistem senjata ini untuk
mengamankan negaranya. Banyak negara anggota NATO yang menggunakannya.106
Turki dalam posisi sulit dan harus mengambil keputusan yang tepat untuk dapat
melindungi negaranya dari ancaman. Turki masuk dalam dilema keamanan. Dimana
Turki dihadapkan pada pilihan sulit, yang masing-masing pilihan mengandung resiko
besar untuk negaranya. Jika Turki tetap dengan keputusannya untuk membeli S-400
Russia, berbagai ancaman baru dapat muncul sebagai reaksi atas kebijakan yang
diambil Turki. Namun, jika Turki tidak membeli S-400, wilayah kedaulatannya akan
menjadi taruhan dan keamanan jiwa jutaan rakyatnya yang hidup di perbatasan
dengan Suriah akan terancam.107
Faktor ketidakamanan yang dirasakan oleh Turki, mengarahkannya untuk
mengambil tindakan demi menjamin keamanannya. Atas dasar itulah dapat diketahui
bahwa faktor keamanan berperan besar dalam ketusan Turki ini. Faktor “National
Security” dijunjung tinggi oleh Turki dalam pertimbangan pembuatan kebijakan yang
diambilnya ini.
105
Can Kasapoglu, Turkey’s S-400 Dilemma, (EDAM Foreign Policy and Security, 2017), hal 19 106
Can Kasapoglu, Turkey’s S-400 Dilemma, (EDAM Foreign Policy and Security, 2017), hal 8 107
Gonul Nul, Nilsu Goren, Turkey’s Quest for Air Defense: Is The Deal Pivot to Russia?. Hal 6
54
Untuk memperkuat analisa dalam penelitian ini, berikut akan dipaparkan tahapan-
tahapan dalam RAM sesuai dengan konteks penelitian ini. Greg Cashman
menyebutkan bahwa ada beberapa tahapan yang dilalui pengambil kebijakan untuk
menetapkan kebijakan apa yang perlu diambil, yaitu: Identify problem, Identify and
rank goals, Gather information, Identify alternative , Analize alternative, Select
alternative, Implement decision dan Monitor and evaluate. 108
a. Identify problem (identifikasi masalah)
Permasalahan yang dihadapi Turki adalah masalah keamanan yang
mengancam wilayahnya, terutama pertahanan udara. Ketika Turki menyadari
wilayah kedaulatannya kerap mendapat serangan udara dari negara sekitarnya,
Turki dengan segera mencari cara untuk dapat menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya.
b. Identify and rank goals (identifikasi dan tingkatan tujuan)
Turki bermaksud untuk mendapat solusi dari permasalahan keamanan
negaranya. Salah satu cara untuk dapat mewujudkannya ialah dengan
memperkuat kemampuan pertahanannya. Keamanan nasional Turki adalah
alasan utama Turki memperkuat pertahanan udaranya.
c. Gather information (mengumpulkan informasi)
Turki telah mengumpulkan berbagai informasi mengenai ancaman beserta
solusi keamanan yang memungkinkannya untuk mengambil sebuah kebijakan.
108
Alex Mintz, Karl De Rouen. Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge
University Press. 2010. Hal 58
55
menilai negaranya memerlukan senjata yang ampuh untuk melindungi
negaranya. Berbagai pilihan kebijakan telah dibuat Turki untuk memperkuat
negaranya. Berdasarkan penilaian Turki, ia memutuskan untuk memperkuat
sistem pertahanan udaranya.
d. Identify alternative (mengidentifikasi alternatif)
Ada berbagai pilihan untuk menjawab kebutuhan Turki. Berbagai negara telah
sanggup memproduksi sistem pertahanan udara dengan kemampuan mutakhir.
Rusia memiliki sistem unggulan, seperti: Pantsir-1, S-300 dan S-400,
Tiongkok memiliki FD 2000, AS dengan sistem Patriot dan THAAD,
EUROSAM sebagai hasil kerjasama Perancis dan Italia memiliki SAM-T.
Sebelum Turki menjatuhkan pilihannya kepada S-400, telah dilakukan
berbagai upaya untuk mendapatkan sistem pertahanan udara. Salah satunya
adalah kerjasama dengan Tiongkok. Tahun 2015, Turki dan Tiongkok sepakat
untuk bekerjasama dalam pengadaan sistem pertahanan bagi Turki. Namun
kemudian Turki membatalkan kerjasamanya dengan Tiongkok.
e. Analize alternative (menganalisa alternatif)
Dari berbagai pilihan untuk solusi keamanan udaranya, Turki
mempertimbangkan berbagai potensi kerjasama dengan negara lain. Dari data
di atas, Turki menganalisa pilihan-pilihan tersebut. Ada berbagai senjata yang
menjadi pertimbangan Turki untuk dimiliki. Turki sudah lama ingin
mendapatkan sistem Patriot untuk menjaga wilayah uadaranya. Namun, AS
berbelit-belit untuk mewujudkan keinginan Turki tersebut dan hingga kini
56
Turki belum memiliki sistem Patriot sendiri. Setelah berbagai usaha pencarian
solusi keamannya, Turki kini memilih sistem S-400.
f. Select alternative (memilih alternatif)
Turki memilih S-400 untuk memperkuat pertahanan udaranya. Turki menilai
kemampuan S-400 sesuai dengan kebutuhan Turki. Rusia juga memberi
lampu hijau terkait niat Turki tersebut.
g. Implement decision (menerapkan kebijakan)
Turki menerapkan keputusan yang diambilnya dengan malakukan kerjasama
dengan Rusia untuk mendapatkan sistem S-400. Kesepakatan dapat ditekan
pada bulan 12 September 2017 dan seluruh proses perjanjian selesai di tanda
tangani pada 29 Desember 2017.
h. Monitor and evaluate (mengawasi dan mengevaluasi)
Turki mendapat tentangan keras dari berbagai negara anggota NATO.
Meskipun begitu, Turki tetap teguh dengan keputusannya untuk memilih
sistem S-400. Setelah Turki memutuskan untuk memilih sistem pertahanan
udara S-400, ada beberapa tindakan yang mengikuti setelahnya. Turki
menuntut supaya pada tahap kedua pengadaan sistem S-400 akan disertai
transfer of technology (ToT). Turki tidak berhenti di S-400, beberapa
penjajakan lainnya dilakukan Turki untuk memperkuat pertahanan udaranya.
Turki membuka kerjasama dengan perusahaan patungan Italia-Perancis,
EUROSAM, untuk membangun sistem pertahanan udara yang diproduksi
57
bersama. Turki juga tetap membuka kemungkinan untuk membeli sistem
Patriot.
B. Strategi Turki Untuk Mengamankan Kepentingan Nasionalnya
Turki berbatasan dengan negara-negara yang sedang dirundung konflik. Irak dan
Suriah merupakan negara yang memiliki perbatasan darat dengan Turki dan kini
mengalami kerusakan parah akibat perang yang hingga kini belum menunjukkan
perbaikan keadaan keamanan yang berarti.109
Sejarah mencatat bahwa Turki memiliki hubungan yang kurang baik dengan
berbagai negara di sekitarnya. Turki memiliki permasalahan historis dengan Yunani
sejak masa Turki Usmani. Turki juga memiliki hubungan yang buruk dengan negara
Siprus. Turki membentuk negara Siprus Utara yang didominasi Muslim Turk. Hal ini
membuat membuat Siprus terbagi menjadi dua, Siprus Utara yang didukung Turki
dan Siprus bagian selatan yang didominasi etnik Yunani. Selain itu, Turki juga
terlibat kemelut terkait permasalahan Georgia, Nagorno-Karabakh antara Azerbaijan
dengan Armenian dan terkait Genosida Armenia.110
Turki merupakan salah satu negara terdampak dari konflik di Irak dan Suriah.
Perbatasan dengan dua negara tersebut rawan mendapat serangan langsung berupa
mortir ataupun roket. Beberapa kali warga sipil menjadi korban serangan tersebut
yang datang dari perbatasan Turki dan Suriah. Ancaman keamanan tersebut datang
109
Gonul Nul, Nilsu Goren, Turkey’s Quest for Air Defense: Is The Deal Pivot to Russia?. Hal 6 110
Andre Barinha, The Ambitious Insulator: Revisiting Turkey’s Position in Regional Security
Complex Theory, (Routledge: Taylor and Francis, 2014). Hal 175
58
ditengah keadaan Turki yang memiliki keterbatasan kemampuan untuk melindungi
wilayahnya dari serangan musuh, hal ini membuat Turki mencari cara untuk dapat
tetap menjamin negaranya tetap aman dari berbagai ancaman.111
Turki berusaha untuk menanggapi ancaman dengan melakukan peningkatan
kapabilitas militernya. Tahun 1999, Turki menunjukkan ketertarikan untuk
mendapatkan sistem Patriot. Namun hingga kini tidak kunjung selesai dan Turki
belum mendapatkan sistem Patriot. Kekhawatiran akan digunakannya senjata AS
terhadap pelanggaran kemanusian menjadi hal krusial pada setiap penjualan senjata
AS ke luar negeri.112
Lambatnya persetujuan permintaan Turki untuk mendapat sistem Patriot dari AS
membuat Turki semakin terdesak. Kebutuhan Turki akan jaminan keamanan
wilayahnya belum dapat dipenuhi dengan sumberdaya dalam negeri. Selama ini Turki
masih banyak bergantung terhadap produk impor untuk persenjataannya.113
NATO menyetujui untuk menempatkan rudal Patriot di Turki. Hal ini dilakukan
sebagai bentuk dukungan NATO terhadap Turki sebagai negara anggota yang sedang
menghadapi ancaman dari luar akibat dari kemelut konflik Suriah. Sebanyak enam
111
Andre Barinha, The Ambitious Insulator: Revisiting Turkey’s Position in Regional Security
Complex Theory. Hal 174 112
Caglar Kurc, Between Defence Autarky and Dependency: The Dynamic of Turkish Defence
Industrialization. Hal 274 113
Can Kasapoglu, Turkey’s S-400 Dilema. Hal 6
59
baterai S-400 ditempatkan di Turki dekat perbatasan dengan Suriah untuk menghalau
ancaman dari udara.114
Namun, NATO kemudian menarik kembali rudal Patriot dari Turki yang
menyebabkan kekecewaan Turki terhadap NATO. Turki menilai bahwa NATO telah
meninggalkan anggotanya yang sedang terancam oleh musuh. Padahal Turki merasa
bahwa negaranya telah banyak berkorban demi stabilitas keamanan Timur Tengah.
Turki menjadi garda terdepan NATO dalam menghadapi tantangan di Timur Tengah.
Turki menghadapi secara langsung dan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk
menjaga keamanan bersama.115
Turki merasa sekutunya telah meninggalkannya saat dalam kesulitan. Aliansi
yang sudah lama terbangun tidak membawa jalan keluar untuk permasalahan
keamanan Turki. Kondisi Turki yang banyak mendapat tantangan dari luar dan
keterbatasan kemampuan negaranya, mengharuskan Turki untuk mencari alternatif
untuk membangun persekutuan baru guna mendapat sokongan bantuan yang
dibutuhkannya. Hal ini bertujuan untuk dapat mencari jalan keluar dari masalah yang
sedang dihadapinya. Rusia memiliki apa yang dibutuhkan Turki dan Rusia bersedia
untuk mengakomodir Turki.116
Ketersediaan Rusia untuk menjual sistem pertahanan udara rudal S-400 yang
sesuai dengan kebutuhannya, telah menjadi suatu hal yang menguntungkan Turki
114
Caglar Kurc, Between Defence Autarky and Dependency: The Dynamic of Turkish Defence
Industrialization. Hal 274 115
Caglar Kurc, Between Defence Autarky and Dependency: The Dynamic of Turkish Defence
Industrialization. Hal 173-174 116
Can Kasapoglu, Turkey’s S-400 Dilema. Hal 6
60
demi memperkuat pertahanan udaranya. Selama ini, Rusia memiliki reputasi yang
baik terkait kualitas dari senjata yang diproduksinya. Kejayaan industri pertahanan
Rusia dapat dilihat sejak masa Uni Soviet yang mampu untuk membuat persenjataan
canggih dan digunakan berbagai negara di dunia.117
Ada faktor lain di luar masalah keamanan yang dialami Turki. Rusia memiliki
berbagai macam hal yang dibutuhkan Turki. Dalam hal ini Turki ingin menjalin
kerjasama dengan sekutu barunya yang memungkinkannya untuk mendapat
keuntungan yang sejalan dengan kepentingan nasionalnya..118
Rusia memiliki keunggulan dalam hal teknologi yang berada diatas kemampuan
Turki. Selain itu, Rusia juga menjadi salah satu negara penghasil gas alam terbesar di
dunia. Bahkan beberapa negara Eropa bergantung pada pasokan gas dari Rusia.
Tahun 2012, Turki mengandalkan pasokan gas dari Rusia yang menyentuh angka
46% dari total kebutuhan dalam negerinya.119
Turki membutuhkan bantuan negara lain untuk memperkuat bargaining position-
nya dalam percaturan politik dan keamanan internasional. Dengan bekerjasama yang
lebih erat dengan Rusia, memungkinkan Turki untuk mendapatkan bantuan di tengah
117
“S-400”, CSIS, diungah pada 5 April 2017, diakses pada 26 Maret 2018, tersedia di laman:
https://missilethreat.csis.org/defsys/s-400-triumf/. 118
Jim Zanotti, Clayton Thomas, Turkey: Background and US Relations in Brief, (Congressional
Research Service, 2018). Hal 11 119
Svarin, David. Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation and
Competiton, (Routledge: Taylor and Francis Group, 2015). Hal 384
61
keterbatasan kemampuan yang dimiliki Turki dalam hal daya tawarnya di kancah
internasional.120
Turki berusaha untuk melakukan perimbangan dengan kekuatan yang
mengancamnya. Turki memilih Rusia untuk menjadi rekan kerjasama. Selain Turki
mendapatkan senjata untuk memenuhi kebutuhan keamanannya, ada beberapa
keuntungan yang didapat Turki dengan terjadinya jalinan kerjasama ini.121
Rusia yang sebelumnya berusaha terus menekan Turki, kini mulai menghentikan
ancamannya kepada Turki yang kerap dilakukan melalui Suriah. Rusia banyak
mengirim persenjataan ke Suriah sebagai bagian dari usaha mempertahankan rezim
Assad. Turki beberapa kali mendapat serangan dari perbatasan Suriah dengan
menggunakan senjata buatan Rusia. Rusia mengirimkan sejumlah rudal Scud ke
Suriah yang secara tidak langsung telah meningkatkan tingkat keterancaman Turki.122
Pada tahun 2017, Rusia menggelar pertemuan internasional yang dihadiri berbagai
pemimpin negara maupun entitas politik lainnya untuk membicarakan masa depan
perdamaian Suriah. Salah satu yang diundang adalah pemimpin Kurdi Suriah. Hal ini
membuat Turki merasa dirugikan. Karena secara tidak langsung Rusia telah
membawa Kurdi sebagai salah satu entitas politik yang diakui keberadaannya.123
120
Svarin, David. Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation and
Competiton, (Routledge: Taylor and Francis Group, 2015). Hal 382-383 121
Gonul Nul, Nilsu Goren, Turkey’s Quest for Air Defense: Is The S-400 Deal Pivot to Russia?.
Hal 2 122
Gonul Nul, Nilsu Goren, Turkey’s Quest for Air Defense: Is The S-400 Deal Pivot to Russia?.
Hal 8 123
Gonul Nul, Nilsu Goren, Turkey’s Quest for Air Defense: Is The S-400 Deal Pivot to Russia?.
Hal 7-8
62
Namun, kini Turki mendapatkan lampu hijau dari Rusia untuk melakukan operasi
militer ke wilayah Suriah untuk menghancurkan kekuatan milisi Kurdi. Rusia
membiarkan Turki melanggar kedaulatan negara Suriah yang selama ini
dilindunginya. Perubahan sikap Rusia ini membawa dampak baik untuk
melumpuhkan kekuatan milisi Kurdi yang dianggap Turki sebagai ancaman
negaranya.124
Turki kini mendapat dukungan dari Iran yang sudah berubah lebih bersahabat.
Sikap Iran ini merujuk kepada telah berubahnya dinamika hubungan yang terjadi
antara keduanya. Selama ini hubungan Turki dan Iran cukup buruk. Keduanya sering
menghadapi perseteruan yang dikarenakan perbedaan kepentingan nasional dan posisi
dalam hubungan internasional. Turki telah lama setia bersama AS yang menjadi
seteru bagi Iran. Dalam konflik Suriah pun keduanya berada dalam posisi yang
berlawanan terkait keberpihakannya.125
Dalam analisa ini, Turki menunjukkan kecenderungan untuk bertahan
menghadapi ancaman keamanan dari luar. Dalam Neorealisme, motif negara dalam
hubungan internasonal adalah untuk tetap survive. Ketika Turki merasa terancam, ia
akan berusaha menanggapinya. Turki memaknai Realisme Defensif sebagai bagian
dari usaha menjawab tantangan.
124
Hasan Selim Ortezem, Turkey and Russia: A Fragile Friendship, (Turkeys Policy Quarterly,
2017). Hal 129 125
Hasan Selim Ortezem, Turkey and Russia: A Fragile Friendship, (Turkeys Policy Quarterly,
2017). Hal 129
63
Turki yang memiliki program kemandirian alutsista untuk masa depan,
merupakan suatu bentuk usaha meningkatkan power mereka. Terkait keamanan
udaranya, Turki menjawab tantangan dengan menjajaki kerjasama untuk memperoleh
persenjataan melalui produksi bersama. Turki kerap menuntut adanya transfer of
technology (ToT ) dalam setiap kerjasamanya.126
Tiongkok merupakan salah satu negara yang pernah menjalin kerjasama dengan
Turki dalam pengadaan sistem pertahanan udara. Namun, sebelum tahap akhir proses
perjanjian selesai, Turki memutuskan untuk membatalkan kerjasama ini. Alasan yang
digunakan Turki adalah tidak ditemukannya kesepakatan antara Turki dan Tiongkok
terkait ToT. 127
Selain dengan Tiongkok, Turki juga telah menandatangani perjanjian kerjasama
dengan EUROSAM, suatu perusahaan patungan Italia dan Perancis. Turki membuka
semua kemungkinan kerjasama dengan negara lain. Bahkan Turki tetap membuka
peluang untuk sistem S-400 jika AS bersedia menjualnya ke Turki.128
Dari berbagai penjabaran BAB IV ini, didapatkan kesimpulan bahwa terjalinnya
kerjasama dengan Rusia dalam pengadaan sistem pertahanan udara bagi Turki adalah
disebabkan faktor keterancaman yang dirasakan oleh Turki. Ketika Turki merasa
negaranya sedang terancam, maka ia akan berusaha melakukan peningkatan kekuatan
untuk dapat menjaga perimbangan. Namun, keterbatasan kemampuan alutsista yang
126
Xiaoli Guo, Is Turkey Acting Fairly?- Turkey’s Choice in T-LORAMIDS, (Asian Journal of
Middle East and Islamic Studies, 2017), Vol 11, No 2. Hal 83 127
Xiaoli Guo, Is Turkey Acting Fairly?- Turkey’s Choice in T-LORAMIDS. Hal 87 128
Gonul Nul, Nilsu Goren, Turkey’s Quest for Air Defense: Is The S-400 Deal Pivot to Russia?.
Hal 5
64
dimiliki Turki ia berusaha mencari alternatif dengan membuka kerjasama. Namun,
selain faktor keamanan, juga didorong oleh maksud Turki untuk meningkatkan
perannya dalam percaturan politik dan keamanan internasional.
Keputusan Turki untuk memilih sistem S-400 adalah pertimbangan rasional Turki
untuk mendapatkan tujuannya, yaitu menjamin kepentingan nasionalnya. Meskipun
kerjasama ini tanpa adanya ToT, tetapi Turki melihat ada berbagai keuntungan yang
didapat. Diantara keuntungan yang didapat adalah Turki mendapat solusi keamanan
yang sedang dicarinya yaitu dengan memperoleh sistem S-400. Disaat yang
bersamaan, Turki telah berkurang ancamannya dengan mundurnya Rusia sebagai
negara pengancam.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjanjian kerjasama pengadaan sistem pertahanan udara rudal S-400 antara Turki
dan Rusia menjadi pembahasan yang menarik, mengingat membuat banyak anggota
NATO merasa kecewa terhadap kebijakan Turki. hubungan kedua negara. Turki yang
merupakan salah satu negara anggota dianggap telah membangkang dan merusak
aliansi.
Peraturan dalam tubuh organisasi NATO telah ditetapkan bahwa diantara masing-
masing anggota memiliki tanggung jawab terhadap keamanan bersama. Lebih
terperinci lagi, sesama anggota harus dapat diintegrasikan dalam hal koordinasi
keamanan maupun dalam sistem pertahanannya. AS menilai senjata S-400 tidak bisa
diintegrasikan dengan sistem yang kini digunakan negara-negara anggota NATO.
Turki yang merasa keamanan negaranya sedang terancam oleh gejolak yang
terjadi dibeberapa negara tetangganya, merasa perlu untuk memperkuat diri.
Keterbatasan kemampuan industri dalam negerinya untuk memproduksi alutsista
canggih, mengarahkannya untuk dapat bekerjasama dengan negara lain. Hal ini tidak
dapat dielakkan karena kebutuhan yang mendesak terkait dengan keamanan dan
keselamatan negara.
Bergulirnya Arab Spring telah membuat Timur Tengah bergejolak. Impian untuk
menuju tatanan masyarakat yang terbuka dan demokrativ masih jauh dari harapan.
66
Negara-negara yang tersapu oleh gelombang ini harus tertatih melangkah untuk
bangkit kembali setelah terjadinya huru-hara tersebut. Suriah merupakan negara yang
mengalami dampak terburuk diantara negara-negara lainnya yang terimbas Arab
Spring . Ratusan ribu nyawa telah melayang akibat perang sipil yang berlarut-larut.
Jutaan penduduk Suriah mengalami kelaparan dan hidup dalam tenda pengungsian.
Hal tersebut membuat stabilitas keamanan kawasan menjadi terancam.
Masing-masing negara berusaha untuk menghadapi segala tantangan yang ada dengan
cara memperkuat diri. Tantangan keamanan terbesar Turki datang dari wilayah
perbatasan. Turki memiliki beberapa perbatasan darat dengan negara lain. Irak dan
Suriah merupakan negara yang memiliki perbatasan darat dengan Turki. Kedua
negara tersebut sedang dirundung konflik yang berlarut-larut. Disisi lain, wilayah
perbatasan diantara ketiga negara ini merupakan wilayah yang didominasi suku
Kurdi.
Selama ini Ankara merasa terancam dengan keberadaan suku Kurdi yang
kerap membangkang terhadap pemerintah pusat. Selama beberapa dekade, penduduk
suku Kurdi di Turki mendapat perlakuan diskriminatif dari pemerintah mevkipun
mereka merupakan suku terbesar kedua yang membentuk identitas kebangsaan Turki.
Kurdi telah lama terpisah oleh batas-batas negara. Mereka tidak memiliki negara
sendiri. Kondisi ini membuat Turki harus bisa menjamin keamanan negaranya.
Munculnya ISIS semakin memperburuk situasi. Mereka kerap menyusup sebagai
pengungsi Suriah dan masuk ke dalam negara Turki. Ancaman kemanan ini
merupakan kenyataan yang harus dihadapi Turki.
67
Tujuan Turki untuk mendapatkan sistem pertahanan udara rudal S-400 adalah
untuk dapat mengamankan wilayah udaranya dari serangan musuh. Beberapa kali
desa dan kota di sekitar perbatasan Turki dan Suriah diserang dengan menggunakan
senjata artileri ataupun roket. Turki memiliki kekuatan pertahanan terkuat kedua
diantara negara-negara anggota NATO di Eropa, namun Turki masih sangat
bergantung terhadap pasokan persenjataan dari negara lain.
Hingga kini Turki tidak memiliki sistem pertahanan udara yang mumpuni
untuk menghalau serangan musuh. Merupukan pertimbangan yang rasional bagi
Turki untuk bertindak mengamankan willayah kedaulatannya. Rusia memiliki
reputasi yang baik terkait dengan kualitas maupun kemampuan berbagai senjata yang
diproduksinya.
Selain bertujuan untuk mendapat persenjataan yang dapat digunakan untuk
mengamankan wilayah uadaranya, Turki juga mengalami penurunan ancaman yang
datang dari perbatasannya dengan Surah. Rusia kini menghentikan tekanan terhadap
Turki melalui Suriah. Selama ini Rusia banyak memberi sokongan politik maupun
militer kepada Suriah.
Rusia mendukung tindakan Turki untuk menyerang milisi Kurdi di perbatasan
yang merupakan wilayah kedaulatan negara Suriah. Turki mendapat tentangan keras
dari Suriah yang dinilainya merupakan suatu bentuk agresi. Hal ini membuat Rusia
berada dalam sisi yang berbeda dengan Suriah.
Selain faktor keamanan, Turki juga sedang berusaha menjamin kepentingan
nasionalnya. Meskipun hubungan politik kedua negara selalu diwarnai dengan
68
gejolak, namun di luar itu Turki dengan Rusia menunjukkan semakin eratnya
hubungan kedua negara paska Perang Dingin. Eratnya hubungan kedua ditandai
dengan semakin meningkatnya perdagangan kedua negara.
Turki masih membutuhkan Rusia sebagai mitra strategisnya. Dengan kemampuan
Rusia dalam penguasaan teknologi yang tinggi, akan menguntungkan Turki untuk
bekerjasama. Tak hanya itu, SDA Rusia yang melimpah akan turut menjamin
ketahanan nasional Turki jika dapat menjalin kerjasama dengan baik.
B. Saran
Karya yang telah disusun dan ditulis ini tentu masih memiliki banyak kekurangan.
Ini adalah murni keterbatasan penulis untuk menyajikan karya yang masih jauh dari
kata sempurna ini. Namun ini merupakan sebuah usaha yang disertai harapan supaya
apa yang telah dikerjakan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum.
Atas kesadaran tersebut diatas, tentu akan dengan senang hati untuk menerima
segala kritik yang membangun. Sebuah kritik tentu sangat dibutuhkan demi perbaikan
penulis kedepan. Semoga penulis maupun para pembaca dapat mengambil manfaat
dari tulisan ini.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alex Mintz, Karl De Rouen. Understanding Foreign Policy Decision Making.
Cambridge University Press. 2010
Missile Defense: Confrontation and Cooperation. Moscow: Cernegie Moscow
Center. 2013.
Burchill, Scott dan Andrew Linklater. Teori-teori Hubungan Internasional. New
York: ST Martin’s Press, 1996.
Bakry, Umar S. Metode Penelitian Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2016.
Laporan dan Artikel Ilmiah
Jim Zanotti, Clayton Thomas, Turkey: Background and US Relations in Brief,
(Congressional Research Service, 2018)
Alexander Vasilev, The Black Sea Region in Turkeys Foreign Policy Strategy:
Turkey Russia on The Black Sea, (Carnegie Moscow Center, 2011)
Asli Aydintasbash, With Friends Like These: Turkey, Russia and The End of an
Unlikely Alliance, (European Council on Foreign Relations, 2016)
Gonul Nul, Nilsu Goren, Turkey’s Quest for Air Defense: Is The Deal Pivot to
Russia?, (Middle East Institute: 2017)
Jurnal
Hasan Selim Ortezem, Turkey and Russia: A Fragile Friendship, (Turkeys Policy
Quarterly, 2017). Vol 15, No 14.
Zvi Magen, Galia Lindenstrauss, Russian-Turkish Relations: Contemporary
Dilemmas of Past Empires, (Strategic Assessment, 2013). Vol 16, No 2.
Adam Balcer, The Future of Turkish-Russian Relations: a Strategic Perspective,
(Turkish Policy Quarterly, 2009). Vol 8, No 1.
Harun Yilmaz, The Rise of Red Kurdistan, (Iranian Studies, 2014). Vol 47, No 5.
xii
Mustafa Aydin, Securitization of History and Geography: Understanding of
Security in Turkey, (Southeast European and Balack Sea Studies, 2010). Vol 3,
No 2.
David Svarin, Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation
and Competiton, (Routledge: Taylor and Francis, 2015). Vol 1, No 4.
Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension,
(Frank Cass, 2010). Vol 23, No 3.
Jonathan Stevenson, Turkey’s Diminishing Policy Option in Syria, (International
Institute for Strategic Studies, 2016). Vol 22
Andre Barinha, The Ambitious Insulator: Revisiting Turkey’s Position in Regional
Security Complex Theory, (Routledge: Taylor and Francis, 2014). Vol 19,
No 2
Matthew Sussex, The Triumph of Russian National Security Policy? Russia’s
Rapid Rebound, (Australian Institute of International Affairs, 2017)
Marwa Doudi, The Structure-Identity Nexus: Syria and Turkey’s Collapse (2011),
(Routledge: Taylor and Francis, 2016)
Pinar Ipek, Oil and Intra-state Conflict in Iraq and Syria: Sub-state Actors and
Challenges for Turkey’s Energy Security, (Middle Eastern Studies, 2017).
Vol 53, No 3
Caglar Kurc, Between Defence Autarky and Dependency: The Dynamic of Turkish
Defence Industrialization, (Routledge: Taylor and Francis Group, 2017). Vol
17, No 3.
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz Turkey and Russia in a Shifting Global Order:
Cooperation, Conflict, and Asymetric Interdependence in a Turbulent
Region, (Routledge: Taylor and Francis Group, 2015),
Mert Bilgin, Energy Policy in Turkey: Security, Market, Suply, and Pipeline,
(Routledge: Taylor and Francis Group, 2011). Vol 12, No 3.
Alexey Arbatov, The Vicissitudes of Russian Missile Defense, (Routledge: Taylor
and Francis Group, 2018). Vol 74, No 4.
Xiaoli Guo, Is Turkey Acting Fairly?- Turkey’s Choice in T-LORAMIDS, (Asian
Journal of Middle East and Islamic Studies, 2017). Vol 11, No 2.
xiii
Berita dan Artikel Online
“S-400”, CSIS, diungah pada 5 April 2017, diakse pada 26 Maret 2018, tersedia di
laman: https://missilethreat.csis.org/defsys/s-400-triumf/
“Turkey Wants Russia’s S400 Air Defense System”, National Interest, diungah pada
9 Maret 2018, diakses pada 26 Maret 2018, tersedia di laman:
http://nationalinterest.org/blog/the-buzz/turkey-wants-russias-s-400-air-
defense-system-24821.
“Turkey, Russia Sign Deal on Supply of S-400”, Reuters, diungah pada 29 Desember
2017, diakses pada 26 Maret 2018, tersedia di laman: https://www.
reuters.com/article/us-russia-turkey-missiles/turkey-russia-sign-deal-on-supply-
of-s-400-missiles-idUSKBN1EN0T5
“Stalin Planned to Annex Turkey, Iran and China”, Moldova.org, diakses pada 3
April 2018, tersedia di laman: http://www.moldova.org/en/stalin-planned-to-
annex-parts-of-iran-turkey-and-china-203463-eng/.
“Ataturk: Creator of Modern Turkey’, Columbia.edu, , diunggah pada 12 Januari
1994, diakses pada 3 April 2018, tersedia di laman:, http://www.columbia.edu/
~sss31/Turkiye/ata/hayati.html
“Turkey’s Prospects and Challenges for a National Missile Defense System”,The
New Turkey, diunggah pada 23 April 2017, diaksses pada 23 April 2018,
tersedia di laman: https://thenewturkey.org/turkeys-prospects-and-challenges-
for-a national-missile-defense-system/.
“Turkey”, Missile Defense Advocacy, diunggah pada 26 Juni 2018, diakses pada 4
Juli 2018, tersedia di laman: http://missiledefenseadvocacy.org/intlcooperation/
turkey/.
”Turkey Strengthening it’s Air Defense”, Anadolu Agency, diunggah pada 13
Desember 2017, diakses pada 20 Mei 2018, tersedia di laman: https://
www.aa.com.tr/en/science-technology/turkey-strengthening-its-air-defense
/1004156.
“EUROSAM, Together With ASELSAN and ROKETSAN Lay the Foundation
Strategic Cooperation Air Missile Defence”, MBDA Systems, diakses pada 16
Juli 2018, tersedia di laman: https://www.mbda-systems.com/eurosam-together-
aselsan-roketsan-lay-foundation-strategic-cooperation-air-missile-defence/
“HISAR Air Defense Missiles”, Roketsan, diakses pada 24 Juni 2018, tersedia di
laman: http://www.roketsan.com.tr/en/urunler-hizmetler/hava-sistemleri/hisar-
hava-savunma-fuzeleri/.
xiv
“Air Force History”, Military, diakses pada 3 April 2018, tersedia di laman:
https://www.military.com/air-force-birthday/air-force-history.html
“Anti Air Craft Gun”, Britannica, diakses pada 8 April 2018, tersedia di laman:
https://www.britannica.com/technology/antiaircraft-gun
“Britishs Response to V1 and V2”, NationalArchives, diakses pada 5 April 2018,
tersedia di laman: http://www.nationalarchives.gov.uk/education/resources/
british-response-v1-and-v2/.
“Brief History of Rockets”, NASA, diakses pada 3 April 2018, tersedia di laman:
https://www.grc.nasa.gov/WWW/k-12/TRC/Rockets/history_of_rockets.html.
“Katyusya Rocket”, GlobalSecurity, diakses pada 5 April 2018, tersedia di laman:
https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/katyusha.htm.
“Cuban Missile Crisis”, History, diakses pada 4 April 2018, tersedia di laman:
https://www.history.com/topics/cold-war/cuban-missile-crisis.
“Krisis Rudal Kuba (October Crisis)”, Artileri, diunggah pada 28 Februari 2015,
diakses pada 5 April 2018, tersedia di laman: https://www.artileri.org/
2015/02/krisis-rudal-kuba-october-crisis.html
Nike Ajax”, NikeMissile, diakses pada 5 April 2018, tersedia di laman:
http://nikemissile.org/Ajax.shtml.
“100 Years of Russias Air Defense: The Principal Milestones of The Centenary”,
RussiaBeyond, diunggah pada 5 Maret 2015, diakses pada 5 April 2018,
tersedia di laman: https://www.rbth.com/defence/2015/03/09/100_years_
of_russian_air_defense the_principal_milestones_of_the_cent_44273.html
“Vietnam War: The Critical Role of Russian Weapons”, RussiaBeyond, diunggah
pada 30 April 2015, diakses pada 7 April 2018, tersedia di laman:
https://www.rbth.com/blogs/2015/04/30/vietnam_war_the_critical_role_of_russ
ian_weapons_42917.
xv
Lampiran
Lampiran : Wawancara dengan Bapak Hendrajit
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA SKRIPSI
Narasumber : Bapak Hendrajit
Kapasitas : Direktur Eksekutif Global Future Institute
Keterangan : Wawancara dilakukan melalui tatap muka langsung dengan
narasumber.
Waktu : 2 Juli 2018, pada pukul 14.00 WIB.
Omi Ngabekti: Bagaimana pandangan bapak terkait kerjasama Turki dan Rusia
dalam pengadaan senjata S-400?
Hendrajit :Turki memang membutuhkan senjata untuk memperkuat diri. Timur
Tengah sekarang sedang bergejoolak dan itu memang dari dulu. Tapi
Turki sekarang merasa lebih. Disatu sisi mereka ingin memperkuat
diri, tapi mereka belum mampu membangun alutsista yang seperti itu.
Omi Ngabekti : Mengapa Turki mengambil keputusan yang beresiko? Dia anggota
NATO dan memang sudah mendapat reaksi keras.
Hendrajit : Dia punya pertimbangan, kalau dia tidak beli, wilayahnya tidak
aman. Apalagi seperti yang sudah saya bilang tadi, dia dikelilingi
xvi
banyak negara yang konflik. Daripada dia diserang karena dia lemah,
secara rasional dia akan beli.Terkait hubungannya dengan NATO, dia
tau mereka saling membutuhkan. Makanya NATO akan selalu
bersama Turki, NATO banyak mengandalkan Turki untuk Timur
Tengah. Kalau mereka meninggalkan Turki, mereka rugi. Dan
Erdogan tahu itu.
Omi Ngabekti : Apa ini suatu pertanda kalau Turki bermaksud lepas dari pengaruh
AS dan merapat ke Rusia?
Hendrajit : Tidak juga. Polanya dia hanya ingin aman. Erdogan ingin tidak ada
yang ganggu dia. Dan itu terlihat dibanyak kebijakannya. Erdogan
tidak bisa lepas dari AS, karena mereka saling membutuhkan. Dia
pragmatis, sama dengan Rusia. Kalau Amerika, mau beli senjata
perlu banyak syaratnya. Tapi kalau Rusia tidak, dia tidak ikut campur
dengan negara yang membeli senjata dia. Dia tidak ikut campur soal
HAM, demokrasi.
Omi Ngabekti : Seberapa besar ancaman yang sedang dihadapi Turki sehingga dia
memutuskan membeli senjata ini? Senjata yang tergolong berat dan
mahal.
Hendrajit : Banyak ancamannya. Dia pertimbangkan keuntungan kalau beli ini.
Turki sedang dalam posisi sulit, dia butuh bantuan. Di perbatasan ada
xvii
Suriah yang lagi perang, ada Kurdi juga, ada ISIS.Turki butuh
kepastian keamanan. Dalam hal ini memang ini yang dibutuhkan,
Rusia pragmatis bukan ideologis. Kalau beli dari Amerika ribet,
banyak aturan dan mereka sering ikut campur mengenai penggunaan
senjata yang mereka jual.
Omi Ngabekti : Apakah Turki sedang melakukan manuver dengan ini menjadi aktor
dominan di Timur Tengah seperti persaingan Iran dan Saudi?
Hendrajit : Pada dasarnya setiap bangsa tidak bisa dilepaskan dari nilai
historisnya. Turki dulu pernah Berjaya, Usmani. Tapi akhirnya
runtuh karena sudah lama menjadi orang tua yang sakit di Eropa.
Sekarang Erdogan sedang punya niat untuk membangkitkan kembali
Turki. Tentu bukan model seperti Usmani, tapi dengan pembaharuan.
Rusia juga begitu, Putin ada keinginan kejayaan Soviet dulu. Itu
wajar. Itu bisa jadi penyemangat bangsa. Dulu ingat hebat, sekarang
jadi ingin lagi.
Omi Ngabekti : Menurut bapak bagaimana prospek Hubungan Turki-Rusia
kedepannya?
Hendrajit : Prospek apanya?
xviii
Omi Ngabekti : Prospek mengenai hubungan mereka pak, apakah akanterus baik
seperti ini atau seperti dulu. Kan dulu biasa hubungan mereka
fluktuatif.
Hendrajit : Tidak ada jaminan hubungan mereka. Seama mereka merasa saling
menguntungkan dan tidak ada kebijakan yang merugikan, akan terus.
Tapi harus diingat bahwa ini adalah Hubungan bisnis semata, gak ada
hati di antara mereka. Selama ada senjata, yang beli, ya silahkan.
Dua-duanya gitu.
Omi Ngabekti : Baik pak, mungkin sudah cukup pertnyaannya. Terimakasih banyak
pak sudah memenerima saya, maaf juga sudah mengganggu
waktunya.
Hendrajit : Oo tidak apa-apa, tidak ganggu kok.
top related