kerajaan pajajaran
Post on 18-May-2015
1.578 Views
Preview:
TRANSCRIPT
tjoett@gmail.com
1
KERAJAAN PAJAJARAN (SUNDA)
A. Sejarah Kerajaan Pajajaran (Sunda)
Setelah Kerajaan Tarumanegara (abad 5-7 M) runtuh di Jawa Barat terdapat
beberapa Kerajaan. Sumber-sumber sejarahnya diperoleh dari beberapa prasati.
Seperti Batu Tulis dan Kebantenan (Bogor), Sanghyang Tapak (Sukabumi) dan
berupa buku cerita Parahyangan.
Nama Pajajaran pernah disebut di dalam prasati yang ditemukan di desa
Kebon Kopi, Bogor. Prasaati itu berangka tahun 854 M. prasasti ini ditulis dengan
bahasa melayu kuno. Isinya tentang seorang Rakryan juru pengambat yang
menuliskan Raja Pajajaran.
Sumber kesusasteraan yang lain menyebutkan bahwa Pajajaran sebagai suatu
kerajaan di Jawa Barat. Kitab kesusasteraan itu adalah Kitab Carita Parahyangan
(akhir abad ke 16). Kitab lain yang menyebutkan Kerajaan Pajajaran adalah Kitab
Silisakanda ‘ng Karesian (1518). Berita Cina dari masa Dinasti Ming menyebut
adanya Kerajaan Pajajaran.
Kerajaan Sunda terletak di daerah Jawa Barat sekarang. Tak dapat dipastikan
dimana pusat kerajaan ini sesungguhnya. Berdasarkan sumber sejarah berupa
prasasti dan naskah-naskah berbahasa Sunda Kuno dikatakan bahwa pusat kerajaan
Sunda telah mengalami beberapa perpindahan. Menurut Kitab Carita Parahyangan,
Ibukota kerajaan Sunda mula-mula di Galuh, kemudian menurut Prasasti Sanghyang
Tapak yang ditemukan di tepi sungai Cicatih, Cibadak Sukabumi, Isi dari prasasti itu
tentang pembuatan daerah terlarang di sungai itu yang ditandai dengan batu besar di
bagian hulu dan hilirnya. Oleh Raja Sri Jayabhupati penguasa kerajaan Sunda. Di
daerah larangan itu orang tidak boleh menangkap ikan dan hewan yang hidup di
sungai itu. tujuannya mungkin untuk menjaga kelestarian lingkungan (agar ikan dan
tjoett@gmail.com
2
lain-lainnya tidak punah) siapa yang berani melanggar larangan itu, ia akan dikutuk
oleh dewa-dewa.
Kerajaan Sunda beribu kota di Parahyangan Sunda. Sementara itu menurut
prasasti Astana Gede (Kawali – Ciamis) ibu kota kerajaan Sunda berada di Pakwan
Pajajaran. Mengenai perpindahan kerajaan ini tak diketahui alasannya. Akan tetapi,
hal-hal yang bersifat ekonomi, keamanan, politik, atau bencana alam lazim menjadi
alasan perpindahan pusat ibu kota suatu kerajaan. Kerajaan Sunda menguasai daerah
Jawa Barat untuk waktu yang lama, diantara rajanya, yang terkenal adalah Jaya
Bhupati dan Sri Baduga Maharaja Jayabhupati
Sebenarnya nama Sunda pernah disebut didalam prasasti yang temukan di
desa Kebon Kopi Bogor. Prasasti itu berangka tahun 854. Prasasti itu ditulis dengan
bahasa Melayu Kuno, isinya tentang seorang Rakrayan Juru Pengambat yang
memulihkan raja Sunda. Sumber kesusastraan yang sampai kepada kita adalah Carita
Parahyangan (dari akhir abad ke-16) kitab lain yang juga menyebut kerajaan Sunda
adalah Kitab “Siksa Kandang Karesia” (1518), berita Cina dari masa Dinasti Ming
menyebut adanya kerajaan Sunda. Didalam kita Carita Parahyangan disebutkan
bahwa kerajaan itu memerintah seorang raja bernama Sanjaya. Tokoh itu dikenal
juga dalam prasasti Canggal dari Jawa Tengah. Dalam kitab Carita Parahyangan
disebutkan bahwa Raja Sanjaya menggantikan raja Sena yang berkuasa di Kerajaan
Galuh. Kekuasaan raja Sena kemudian direbut oleh Rahyang Purbasora, Saudara
seibu raja Sena. Sena sendiri menyingkir ke gunung Merapi bersama keluarganya.
Setelah dewasa, Sanjaya berkuasa di Jawa Tengah. Ia berhasil merebut kembali
kerajaan Galuh dari tangan Purbasora. Kerajaan kemudian berganti nama menjadi
kerajaan Sunda. Setelah masa pemerintahan JayaBhupati, pada tahun 1350 yang
menjadi raja di kerajaan Sunda adalah Prabu Maharaja. Ia mempunyai seorang putri
tjoett@gmail.com
3
bernama Dyah Pitaloka. Prabu Maharaja berperang melawan tentara Majapahit yang
dipimpin Gajah Mada di daerah Bubat pada tahun 1354. dalam pertempuran itu raja
Sunda bersama-sama para pengiringnya terbunuh. Kematian Raja Sunda dan
pengiringnya membuat raja Majapahit yaitu Hayam Wuruk, marah besar kepada
Gajah Mada, lalu Gajah Mada dipecat dari jabatannya.
Sri Baduga Maharaja Ia adalah putra dari Ningrat Kancana. Sri Baduga
merupakan raja yang besar. Ia membuat sebuah telaga yang diberi nama Telaga Rena
Mahawijaya. Ia memerintahkan membangun parit di sekeliling ibukota kerajaannya
yang bernama Pakwan Pajajaran. Raja Sri Baduga memerintah berdasarkan kitab
hukum yang berlaku saat itu sehingga kerajaan menjadi aman dan tenteram.
Keterangan tentang Raja Sri Baduga dapat kita jumpai dalam prasasti Batutulis yang
ditemukan di Bogor.
B. Silsilah Raja-Raja Kerajaan Pajajaran (Sunda)
Silsilah Raja-raja pemimpin kerajaan pajajaran adalah sebagai berikut :
1. Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
2. Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
3. Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
4. Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
5. Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan
Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
6. Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana,
memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
7. Rahyang Niskala Wastu Kencana
8. Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
9. Sri Baduga MahaRaja
tjoett@gmail.com
4
10. Hyang Wuni Sora
11. Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
12. dan Prabu Ratu Dewata.
C. Jejak Peninggalan Dari Masa Lalu
a. Prasasti Batu Tulis, Bogor
b. Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
c. Prasasti Kawali, Ciamis
d. Prasasti Rakyan Juru Pangambat
e. Prasasti Horren
f. Prasasti Astanagede
g. Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
h. Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor
i. Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
j. Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)
D. Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami
masa keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat
Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah
purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat.
Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek
kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.
Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang
bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan
Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada
semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi
tjoett@gmail.com
5
penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan
(asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan
(tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti
dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan
Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti
Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini
masih bisa terjejaki, namun tak kurang yang musnah termakan jaman.
Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut
diketahui bahwa Sri Baduga telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan;
membuat Talaga Maharena Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian,
kesatriaan, pagelaran, pamingtonan, memperkuat angkatan perang, mengatur
pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan.
E. Puncak Kehancuran Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda
lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan
diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran
ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik
agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan
Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut
perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana
tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di Banten.
Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama
artinya dengan kata Sriman.
tjoett@gmail.com
6
F. Kondisi Ekonomi
Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama
perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan
perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan
Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk
(Pamanukan)
G. Kondisi Sosial
Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan
seniman (pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan
perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal,
maling, prampok, dll)
H. Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama
Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab
Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.
I. Kesimpula
a. Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini
beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat
yang terletak di Parahyangan (Sunda).
b. Sumber sejarahnya berupa prasati-prasati, tugu perjanjian, taman perburuan,
kitab cerita, dan berita asing.Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri
Baduga Maharaja mengalami masa keemasan/ kejayaan dan Kerajaan
Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya,
yaitu Kesultanan Banten.
tjoett@gmail.com
7
c. Beberapa legenda menyatakan bahwa Kerajaan Pajajaran memiliki hubungan
harmonis dengan alam sekitarnya, termasuk keberadaan harimau. Bahkan,
disebutkan bahwa Kerajaan Pajajaran, terutama pada masa kejayaan Prabu
Siliwangi, dilindungi oleh sekelompok harimau Jawa.
d. Sebagian legenda memang terkesan melebih-lebihkan dengan menyebutkan
bahwa saat Prabu Siliwangi berada dalam keadaan terpojok dan terdesak, ia
akan lari ke Gunung Gede dan menjelma menjadi harimau untuk
mengalahkan musuhnya.
e. Merupakan suatu hal yang unik bahwa maharaja Kerajaan Pajajaran yang
dipercaya sakti mandraguna ini hilang begitu saja di Gunung Gede pada akhir
hidupnya. Legenda Prabu Siliwangi, Kerajaan Pajajaran, dan harimau Jawa ini
masih dipercayai oleh sebagian masyarakat tatar Sunda saat ini.
J. Daftar Pustaka
a. http://historysander.blogspot.com/2013/01/sejarah-kerajaan-pajajaran.html
b. http://duniapusaka.com/index.php?route=product/product&product_id=787
c. http://sugionosejarah.wordpress.com/2011/10/04/kerajaan-pajajaran-sunda/
top related