kemitraan sektor publik – privat “public-private partnership (ppp)”, model-model...

Post on 23-Jun-2015

1.434 Views

Category:

Government & Nonprofit

5 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

KELOMPOK 2

PEMERINTAHAN CAMPURAN SEKTORAL

Elkana Goro Leba 13/360077/PSP/5010 Hidayatul Fajri 13/354903/PSP/4724 Dewi Muslikhah 13/360046/PSP/5008

DAFTAR PUSTAKA KODE

A. Habibullah. 2009. “Kebijakan Privatisasi BUMN” : Relasi state, Market dan Civil Society. Malang: Averoes Press

1

Aswab Mahasin (pengantar), Rustam Ibrahim (editor). 1997. Agenda LSM Menyongsong tahun 2000. Jakarta: CESDA-LP3ES

2

Denhardt, Janet. V dan Robert. B. Denhardt. 2002. Pelayanan Publik Baru, dari Manajemen Steering ke Serving. Yogyakarta: Kreasi Wacana

3

Djunedi, P. 2007. Implementasi PubliK Privat Partnership dan Dampaknya ke APBN. Warta Anggaran , pp. 19-23.

4

Gibelman, Margaret . Spaefcontracting For Social Services: Boom Or Bust For The Voluntary Sector? : P. 27

5

Good Governance. A Code for the Voluntary and Community Sector: www.ncoss.org.au

6

Greve, C. 2003. Public Private Partnership in Scandinavia. International Public Management Review , 59-69.

7

HM Treasury United Kingdom. (2012). A New Approach to Public Private Partnership. London: Crown.

8

Indra Bastian. 2002. “Privatisasi di Indonesia” : Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat

9

Tanya Jakimow: Complementing or Replicating the State?: p.84 10

DAFTAR PUSTAKA KODE

Khanom, N. A. 2009. Conceptual Issues in Defining Public Private Partnerships. Asian Business Research Conference. pp. 1-19. Canberra: University of Canberra.

11

Mansyur Semma. 2008. Alat Negara dan Korupsi, pemikiran Muchtar Lubis atas Negara, Manusia, dan Perilaku Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

12

Morris, Robbert . Government and Voluntary Agency Relationships : P. 334

13

Osborne, David dan Ted Gaebler. 1992. Reinventing Government: How The Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public Sector. New York: Plume

14

Parsons. Wayne. 2011. Public Policy: Pengantar Teori & Praktek Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

15

Riant. D. Nugroho D. 2001. “Reinveting Indonesia“ :Menata Ulang Manajemen Pemerintah untuk Membangun Indonesia Baru dengan keunggulan Global. Jakarta: Elex Media Komputindo

16

Tan, V., Allen, & Overy. 2012. Public-Private Partnership. Advocates for International Development , 1-6.

17

Utama, D. (2010). Prinsip dan Strategi Penerapan Public Private Partnership dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12 No.3 , 145-151.

18

Utama, D. (2010). Prinsip dan Strategi Penerapan Public Private Partnership dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12 No.3 , 145-151.

19

Topik Presentasi

1. KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT

“Public-Private Partnership (PPP)”

2. MODEL-MODEL KOMUNITAS

3. SEKTOR SUKARELA (VOLUNTARY)

1KEMITRAAN SEKTOR

PUBLIK – PRIVAT (Public-Private

Partnership-PPP)

APA ITU PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP

Kemitraan Sektor Publik – Privat (Public-Private Partnership-PPP) terkenal dengan Pemerintahan campuran sektoral merupakan:Pelayanan yang diperankan atas kombinasi antara organisasi publik dan privat, dan antara sektor sukarela (lembaga swadaya) dengan agen “komunitas” terhadap masyarakat sipil. (16 : 499)

The Issue is not public versus private. It is competition versus monopoly. (15 : 76)

CONT…William J. Parente: Public-Private Partnership (PPP)” is an agreement or contract, between a public entity and a private party, under which: Private party undertakes government function for specified

period of time, The private party receives compensation for performing the

function, directly or indirectly, The private party is liable for the risks arising from performing

the function and, The public facilities, land or other resources may be

transferred or made available to the private party.” ( 4 )Privatisasi adalah paradigma korporatis, berorientas kepada pasar, mencari keuntungan dan meminimalkan peran negara dalam perekonomian. Dalam praktiknya privatisasi adalah menjualan asset-aset pemerintah secara murah kepada swasta, bahkan asset yang termasuk hajat hidup orang banyak seperti, air, listrik, jala raya dan lain-lain. (1 : 19)Privatisasi pada intinya adalah pemindahan pengelolaan dari sektor publik ke swasta. (1 : 16)

Karakteristik PPP

Kerja sama, dimana PPP selalu merupakan kegiatan kerja sama dan kolaborasi antara organisasi yang berbeda;

Kemitraan organisasi publik dengan organisasi swasta;

Terdapat komitmen bahwa kemitraan dilaksanakan dalam jangka panjang;

Hasil PPP ada pada barang dan jasa tertentu. ( 12 )

Intinya..........

PPP adalah keterkaitan/sinergi yang berkelanjutan (kontrak kerjasama jangka panjang) dalam pembangunan proyek untuk meningkatkan pelayanan umum (pelayanan publik), antara: Pemerintah atau pemerintah daerah selaku regulator; Perbankan/konsorsium selaku penyandang dana; dan Pihak Swasta/BUMN/BUMD selaku Special Purpose Company (SPC)

yang bertanggungjawab atas pelaksanaan suatu proyek mulai dari Desain, Konstruksi, Pemeliharaan dan Operasional. ( 19 )

Kebijakan privatisasi dapat dipakai sebagai justifikasi, seperti: untuk mendapatkan kas, mendapatkan nilai tukar luar negeri, mendapatka utang luar negeri, mendorong pengembangan industry yang spesifik, mendorong investasi asing, memperbaiki atau mengembangkan pasar modal, menyebarkan kepemilikan di sektor ekonomi, dan implementasi pasar bebas. (1 : 8)

Bentuk /Skema kerjasama dalam PPP

1) BOT (Build, Operate, Transfer), Swasta membangun, mengoperasikan fasilitas dan mengembalikannya ke pemerintah setelah masa konsesi/kontrak berakhir.

2) BTO (Build, Transfer, Operate), Swasta membangun, menyerahkan asetnya ke pemerintah dan mengoperasikan fasilitas sampai masa konsesi/kontrak berakhir.

3) ROT (Rehabilitate, Operate, Transfer), Swasta memperbaiki, mengoperasikan fasilitas dan mengembalikannya ke pemerintah setelah masa konsesi/kontrak berakhir.

4) BOO (Build, Own, Operate), Swasta membangun, swasta merupakan pemilik fasilitas dan mengoperasikannya.

5) O&M (Operation and Maintenance), Untuk kasus khusus, pemerintah membangun, swasta mengoperasikan dan memelihara. ( 19 )

Factor Pendorong Pelaksanaan PPP

PPP memungkinkan sector publik untuk memanfaatkan keahlian dan efisiensi sektor public dalam penyelenggaraan fasilitas dan pelayanan yang sebelumnya dilaksanakan oleh sektor public secara tradisional.

PPP memiliki struktur dimana organisasi publik tidak mengeluarkan biaya, dan modal pelaksanaan proyek dikeluarkan oleh pihak swasta yang melaksanakan proyek tersebut. ( 18 )

Studi Kasus PPP di Indonesia

Di Indonesia, PPP dilaksanakan dengan menerapkan jenis proyek infrastruktur yang akan dan dapat dikerjasamakan dengan investor swasta meliputi : Transportasi (pelabuhan laut, sungai atau danau,

pelabuhan udara, jaringan rel dan stasiun kereta api) Jalan (jalan tol dan jembatan tol) Pengairan (saluran pembawa air baku) Air minum (bangunan pengambilan air baku, jaringan

transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum)

Air limbah (instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan jaringan utama) serta sarana persampahan (pengangkut dan tempat pembuangan)

CONT…

Telekomunikasi (jaringan telekomunikasi) Ketenagalistrikan (pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga

listrik) Minyak dan gas bumi (pengolahan, penyimpanan,

pengangkutan, transmisi atau distribusi migas) Indonesia Infrastructure Summit I pada pertengahan Januari

2005 dengan menawarkan 91 proyek kepada investor swasta. Indonesia Infrastructure Summit II (Indonesia Infrastructure

Conference and Exhibition 2006) pemerintah menawarkan 111 proyek.

Sejak saat itu, upaya yang dilakukan untuk mendukung PPP antara lain: membentuk Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI), serta harmonisasi, reformasi dan revisi kebijakan agar market friendly. ( 4 )

Kemitraan (partnership) Antara Sektor Publik dan Privat (atau Public-private Partnership – PPP)

Membangun kemitraan (partnership) antara sektor publik dan privat (atau public-private partnership – PPPs) dilakukan di sejumlah area kebijakan. Area ini adalah: Pembangunan infrastruktur Pembaruan urban Pembangunan regional Training dan pendidikan Lingkungan

(16 :499)

Alasan dari ekspansi PPP

Alasan dari ekspansi PPP adalah kesadaran akan adanya manfaat yang diperoleh pemerintah dalam hal dana dan keahlian manajemen sektor privat serta manfaat financial dan manfaat lain yang mungkin bisa didapatkan dari sektor privat. (16 : 499)

Perkembangan dan Kesuksesan PPP

1. Kondisi awal untuk PPP Interdependensi antara kedua sektor tersebut Konvergensi tujuan

2. Kondisi sekunder (penghubung)- Adanya jaringan saluran komunikasi antara sektor publik dan privat- Adanya broker (perantara) untuk memfasilitasi negosiasi.

3. Kondisi proyek - Rasa saling percaya (Mutual trust)- Kejelasan (unambiguity) – dan pencatatan – tujuan dan strategi;- Kejelasan (unambiguity) – dan pencatatan – pembagian biaya, resiko dan hasil;- Kejelasan (unambiguity) – dan pencatatan – pembagian tanggung jawab dan otoritas;- Penentuan penahapan proyek;- Aturan konflik ditetapkan lebih dulu;- Legalitas;- Perlindungan kepentingan dan hak pihak ketiga;- Dukungan dan fasilitas control yang memadai;- Pemikiran dan tindakan yang berorientasi pasar dan bisnis;- Koordinasi “internal”- Organisasi proyek yang memadai. (16 : 499-500)

Pentingnya PPP

Dalam proyek-proyek beerskala besar kemitraan adalah satu-satunya cara untuk mengatasi problem (seperti regenerasi urban) dan menangkap peluang (seperti pengamanan Olimpiade). (16 : 500)

Proyek sosial berskala kecil, penggunaan kemitraan memberi dana tambahan dan keahlian dari sektor privat bagi pemerintah local, sedangkan sektor privat selain bisa mendapat keuntungan financial juga bisa mendapat keuntungan dari promosi dan pengakuan akan tanggung jawab sosial dan etis bisnis mereka. (16 : 500)

Keunggulan/Keuntungan PPP

1) Meningkatkan pemberian pelayanan; 2) Meningkatkan keefektifan biaya; 3) Meningkatkan investasi pada

infrastruktur public; 4) Mengurangi resiko yang dialami sektor

public; 5) Memanfaatkan modal dengan lebih cepat; 6) Meningkatkan kepastian anggaran; 7) Memanfaatkan asset dengan lebih baik

( 18 )

Kelemahan/Kerugian PPP

1) Lamanya proyek PPP dapat menciptakan kontrak dan negosiasi yang rumit dengan biaya transaksi dan legal yang mahal

2) Terdapat kemungkinan dimana pihak swasta yang terlibat dalam PPP akan mengambil keuntungan untuk dirinya yang akan merugikan masyarakat

3) Sifat PPP yang berjangka waktu lama berarti bahwa manfaat baru bisa dilihat dalam jangka waktu lama

4) Ada kalanya biaya yang dibutuhkan lebih murah tanpa melalui sekor swasta. ( 18 )

Analisis Relasi Kuasa Dalam Negara

Model relasi mikro yakni relasi kuasa dalam negeri antara negara, pasar dan masyarakat meliputi tiga varian utama yaitu; Relasi kuasa negara dengan pasar secara

umum bersifat dualitas (sifat khusus). Relasi kuasa negara dengan masyarakat

secara umum bersifat asimetris Relasi kuasa pasar dengan masyarakat

yang secara umum juga bersifat asimetris di mana pasar mendominasi negara dan masyarakat

Analisis Relasi Negara dengan Pasar

Relasi ekonomi dalam negeri antara pasar secara umum bersifat dualistis, pada satu sisi negara memberikan peluang (enabling) kepada pasar, namun pada sisi lain negara membatasi (constraining) pengembangan pasar sebagaimana teori strukturasi.

Masyarakat kapitalis, kelas elit yang berkuasa menjalin kerjasama dengan negara dimana kerjasama tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan structural masing-masing dan bersifat simbiosis mutualisme. (1 : 99-100)

Analisis Pola Relasi Negara Dengan Masyarakat

Pola relasi kuasa antara negara dengan masyarakat pada dasarnya bersifat asimetris dalam suasana dominative dimana negara mendominasi peran-peran dari masyarakat.(1 : 106)

KESIMPULAN

Partnership (Kemitraan) antara swasta dan negara dapat dijadikan pilihan terakhir yang diperlukan untuk menangani setiap sektor dalam melakukan kegiatan yang saling melengkapi. Agar vos untuk melaksanakan permintaan berbasis Pembangunan, mewakili masyrakat yang termarjinalkan, menghubungkan mereka kepada negara, dan untuk menawarkan alternatif-alternative dan pengembangan solusi-solusi yang inovatif, negara harus bersedia untuk terlibat dalam dialog, terbuka untuk saran dan untuk memperlakukan swasta sebagai sumber keahlian. Artinya, negara harus bersedia untuk mempertanyakan asumsi-asumsi mereka sendiri "apa yang terbaik", dan menyerahkan beberapa tanggung jawab membentuk perencanaan pembangunan.( 11 )

Cont…

Dapat disimpulkan bahwa pasar lebih dominan dari negara dan masyarakat, dengan demikiann relavan teori New Public Service (NPS) yang menganjurkan adanya administrasi demokratis untuk menjamin keseimbangan hubungan di antara ketiga actor tersebut. ( 1 )

NPS merupakan koreksi terhadap New Public Management (NPM) dari Osborne dan Gaebler yang menganggap warga negara sebagai konsumen dalam program-program mewirausahakan negara termasuk melalui privatisasi. ( 1 )

2Komunitas

Komunitas

Masyarakat modern melihat kerusakan sense of community dan organisasi sukarela, dan berlebihnya tuntutan akan hak-hak individual dengan mengorbankan tanggung jawab dan kewajiban.

Dalam term kebijakan komunitarian mengatakan bahwa pembuat kebijakan haruslah berusaha membangun institusi sosial perantara untuk menciptakan kohesi sosial, kebanggaan sipil dan menghadapi efek dari individualism dan fragmentasi sosial. (16 : 504)

Lanjutan Komunitas..........

Secara signifikan, gelombang baru kebijakan publik berbasis “komunitas” di era 1990-an mulai muncul setelah kehancuran kamunitas didaerah-daerah industry dan kota-kota indistri yang terjadi selama satu decade sebelumnya. (16:505)

Komponen penting lainnya dalam campuran penyampaian kebijakan sektoral adalah “komunitas” – yang bertentangan dengan “pasar” atau “negara” atau “hierarki”.(16:505)

Ide Komunitas Merujuk pada.......

Secara umum, ide komunitas merujuk kepada kelompok yang menempati lokasi atau ruang fisik yang sama atau memiliki kepentingan yang sama, cirri yang sama, atau karakteristik yang sama. Jadi, dalam “kebijakan komunitas” konsep tersebut diaplikasikan dalam pengertian “territorial” atau “nonteritorial”. (16 : 505)

LATAR BELAKANG MUNCULNYA MODEL KOMUNITAS....

Masyarakat sipil semakin terdegradasi haknya dalam sistem politik oleh kelas profesional dan pelobi yang sangat kuat.

Merosotnya nilai-nilai kewarganegaraan pada sistem politik para elit yang ditunggangi oleh kepentingan pribadi dan kelompok elit.

Adanya ketidakpercayaan, dan kekecewaan warga sipil terhadap keperintah karena tidak mengekomodir kepentingan rakyat

Adanya kesadaran warga negara, bahwa hak dan kewajiban kewarganegaraan mereka belum dimanfaatkan

Adanya kesadaran dari warga sipil untuk membangun organisasi kontrabirokrasi untuk menjadi kekuatan eksternal penilai birokrasi.

(3 : 49)

Sub-sub Komunitas

Komunitas itu berupa eksistensi warga negara yang terlibat dalam segala jenis kelompok sipil, seperti: Asosiasi-asosiasi warga negara Keluarga-keluarga Kelompok-kelompok kerja Gereja-gereja Kelompok-kelompok lingkungan Organisasi-organisasi relawan Dan kelompok sosial lainnya.Kelompok-kelompok ini secara kolektif merencanakan dan membangun kepentingan-kepentingan mereka untuk masuk ke dalam sistem politik yang lebih besar. (3 : 48)

Pembentukan komunitas itu juga adalah sebagai usaha dari anggota kelompok untuk: Membangun sekumpulan (lemabaga perantara)

yang sehat dan aktif yang secara serempak Membantu memfokuskan keinginan-keinginan dan

kepentingan-kepentingan warga negara dan Memberikan pengalaman-pengalaman yang akan

membawa anggota komunitas untuk masuk ke dalam sistem politik yang lebih besar

Mempengaruhi kehidupan politik dan menyampaikan aspirasi mereka dalam kebijakan pemerintah. (3 : 48)

Ciri Model Komunitas

Kepedulian Kepercayaan Kerja tim menJembatani dan merukunkan antar individu

dan kolektivitasSemua itu diikat bersama suatu sistem yang kuat dan efektif untuk komunikasi dan pemecahan konflik(3 : 47)

“pencarian komunitas juga merupakan suatu pencarian untuk arah dan maksud dalam penetapan kolektif atas kehidupan individual” (3 : 48)

Investasi diri di dalam komunitas, penerimaan otoritasnya dan kesediaan untuk mendukung kehidupannya dapat memberikan identitas, makna pribadi, dan kesempatan untuk tumbuh dalam kaitannnya dengan standar dalam prinsip-prinsip pemandu yang dirasakan anggota sebagai tujuan bersama dari sebuah komunitas. (3 : 48)

3SEKTOR

SUKARELA (VOLUNTARY

SECTOR)

SEKTOR SUKARELA (VOLUNTARY)

Penggunaan lembaga sukarela (voluntary sector) dan eksklusif untuk memberikan kesepakatan pemerintah adalah untuk memenuhi mengatur layanan pemerintah yang membuat tanggung jawab dengan cara yang paling hemat biaya, efisien, dan kualitatif. (5)

lembaga sukarela lebih fleksibel dan inovative (5)

SEKTOR SUKARELA (VOLUNTARY)

Mereka memiliki keahlian yang sangat dibutuhkan pemerintah. (5)

Lembaga sukarela selalu akuntabel. (5) Memiliki semangat kompetitif. (5) Penyedia layanan primer yang

berkompeten dan dapat dipercayai oleh publik. (14)

Mengadvokasi kepentingan publik primer (14)

Voluntary and Community sector

Charities and other voluntary and community organisations play a vital role in our lives and they command enormous public trust and confidence. This is reflected in the generosity with which people in Britain give their time and money to charities. ( 6 )

Voluntary sector dan Public Sector

Di pihak “kiri”, pertumbuhan organisasi sukarela sebagai agen atau instrument kebijakan pemerintah dianggap sebagai tanda dari krisis negara liberal di masyarakat kapitalis.

(16 : 501) Di pihak “kanan” , munculnya negara

kesejahteraan dan ambruknya pelayanan sukarela dan self-help merupakan perkembangan yang menggangu, dan dari sudut pandang ini masa depan kebijakan sosial mengarah pada perkembangan sistem yang tidak terlalu didominasi negara di mana sektor sukarela memiliki peran yang lebih luas dalam menyampaikan pelayanan berdasarkan kontrak (16 : 501).

“ide” sektor sukarela harus digantikan dengan gagasan “sektor ketiga”. (16 : 501)

Bantuan atau amal (charity) adalah bisnis besar. (16 : 502)

Sektor sukarela akan menyerupai organisasi yang memberi dukungan dana di bidang mereka. (16 : 502)

Agen-agen publik mungkin menjadi tergantung kepada sektor sukarela untuk memberikan pelayanan yang sulit mereka sediakan atau karena mereka tidak punya sumber daya untuk menyediakannya atau karena memang pelayanan itu biasanya dikerjakan oleh sektor sukarela. (16 : 503)

Partisipasi sektor swasta dalam mendukung organisasi sukarela mengindikasikan bahwa sektor privat memandang bahwa aktivitas seperti itu memberi peluang menjalin hubungan dengan masyarakat dan berpotensi mempromosikan citra etis dari organisasi dengan baik. Efek limpahan dari keterlibatan manajeme sektor privat dalam sektor sukarela juga dianggap membawa manfaat yang lebih besar bagi perusahaan dan bisnis (16 : 503)

Bahayanya adalah bahwa hubungan yang makin erat antara negara dengan sektor privat dan sukarela akan menimbulkan efek membahayakan terhadap independensi agen-agen sukarela qua penyedia pelayanan yang berkompetensi mencari sumber daya. (16:503)

Kontribusi yang mereka berikan sebagai pengkritik pemerintah akan melemah karena adanya “budaya kontrak” (contract culture), dimana kritik akan menyebabkan hilangnya dana dan kontrak(16 : 503-504)

Voluntary and Community sector

Voluntary and Community sector, which focuses on the key principles that trustees and board members should follow and provides clear information about what those principles imply in practice. ( 6 )

As voluntary and community organisations driven by altruistic values and working for public benefit, we are increasingly expected to demonstrate how well we are governed. Good governance is a vital part of how voluntary and community organisations operate and are held accountable. ( 6 )

All sectors – public, private and voluntary is the agenda in Governance. As voluntary and community organisations driven by altruistic values and working for public benefit, we are increasingly expected to demonstrate how well we are governed. Good governance is a vital part of how voluntary and community organisations operate and are held accountable. ( 16 )

The voluntary and community sector is The principles of good governance. All board members will need to have access to more detailed guidance on their legal duties. Charity trustees will also need to refer to Charity Commission guidance on charity law and regulation. ( 6 )

The Voluntary and Community sector arose from directly expressed needs in the sector. These came from organisations which wanted

guidance to clarify the main principles of governance and to help them in decision making, accountability and the work of their boards.

In response to these demands, a group of voluntary sector infrastructure associations, with the Charity Commission, came together and decided to work towards developing the Code. Vitally, the Code was developed by and for voluntary and community organisations.

( 6 )

TERIMA KASIH

top related