kelainan kulit pada infeksi hiv -...

Post on 02-Mar-2019

234 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Kelainan Kulit pada Infeksi HIV

Dr. Elly D. Arifin, SpKK. FINSDV FAADV

Pendahuluan

Gejala di kulit dapat menjadi tanda pertama infeksi HIV sehingga dapat membantu diagnosis dini.

Membutuhkan usaha lebih untuk identifikasi gejala sehingga dapat mendiagnosis secara dini dan memberikan tata laksana yang

sesuai.

Di negara Barat, kejadian infeksi HIV telah menjadi epidemi dengan jumlah yang konstan. Akan tetapi di negara berkembang,

termasuk Asia, prevalensinya masih terus meningkat.

Penyakit Kulit yang Berhubungan dengan

AIDS dan Gejalanya

Sarkoma Kaposi

Awalnya berupa makula/bercak berwarna merah muda.

3 tahap: bercak, plak, nodus.

Keterlibatan membran mukosa.

Progresivitas lebih agresif pada pasien AIDS.

Prognosis membaik dengan peningkatan CD 4.

Keganasan Lain

AIDS meningkatkan risikoterjadinya berbagai

keganasan (limfoma SSP, limfoma non-Hodgkin, KSS, kanker anus dan serviks, dan kanker kulit lainnya)

meningkat.

Insidensinya berhubungan dengan infeksi virus EBV

dan HPV.

Keganasan Lain

Limfoma non-Hodgkin sel B menyebabkan nodus

kulit.

Karsinoma anus dan serviks bersifat lebih progresif dan

agresif.

KSS multipel di mukosa oral, penyakit Bowen dan KSB

multipel.

Melanoma maligna lebih agresif.

Pada anak dapat terjadi leimiosarkoma (keganasan

tersering kedua pada anak dengan AIDS atau keadaan

imunodefisiensi lainnya).

Infeksi Virus

Herpes simpleks oral dan anogenital rekuren luka kronik.

Infeksi VZV bersifat lebih difus dengan gejala yang tidak biasa. Lesinya dapat berupa papul hiperkeratotik, kutil, ulkus, ektima, menyerupai KSB. Varisela pada anak dapat disertai dengan pulmonitis, hepatitis, dan ensefalitis.

Infeksi EBV leukoplakia oral. Virus tersebut menyebabkan papul putih di sisi lidah. Bukan lesi prekanker, namun menunjukkan keadaan supresi imunitas. Diagnosis banding: kandidosis oral, liken planus oral, lidah geografik.

Infeksi Virus

Ulkus akibat CMV di daerah perineum.

Kutil yang luas dan resisten terhadap terapi di mulut, wajah, telapak kaki, perineum, dan genital.

Moluskum kontagiosum lesi muncul di daerah yang tidak biasa (wajah, leher, kepala bagian atas dengan bentuk dan ukuran yang tidak biasa besar, endofitik, mengalami inflamasi, dan berupa massa).

Infeksi Jamur

Superfisial atau profunda.

Kandidosis yang rekuren dan resisten. Kandidosis orofaringeal salah satu gejala pertama yang

muncul pada infeksi HIV.

Dermatofitosis luas.

Pitiriasis versokolor (PV) yang rekuren dan

persisten.

Infeksi jamur lainnya: coccidioidomycosis,

cryptococcosis, valley fever, histoplasmosis,

aspergilosis.

Infeksi Bakteri

Impetigo dan folikulitis yang persisten dan rekuren.

Gingivitis, stomatitis gangrenosa, dan abses.

TB lebih sering ditemukan pada pasien AIDS, termasuk TB miliar yang mengenai kulit.

Infeksi mikobakteria atipik, misalnya Mycobacterium avium.

Kusta tipe LL.

Lesi sifilis primer cenderung menjadi kronik. Progresi cepat menjadi sifilis sekunder dan tersier. Serokonversi menjadi positif muncul lebih lambat.

Infeksi Bakteri

Angiomatosis basilar yang disebabkan oleh Bartonella henselae atau

Bartonella quintana (lebih jarang) yang menimbulkan papul atau nodus

eritematosa.

Infeksi Parasit

Skabies Norwegia

Kondisi Kulit Lainnya

Dermatitis seboroik. Lesi inflamasi, hiperkeratotik, dan

lebih luas bahkan dapat menjadi eritroderma.

Psoriasis. Lesi memberat, membentuk pustul, plak

meluas.

Purpura trombositopenik, vitiligo, sindrom sicca,

pemfigoid bulosa, dan penyakit bulosa autoimun

lainnya.

Reaktivasi penyakit atopik.

Vaskulitis di kulit.

Sensitivitas terhadap cahaya.

Rambut dan Kuku

Alopesia difus atau alopesia areata, efluvium.

Kebotakan setelah pengobatan dengan indinavir.

Bulu mata menjadi panjang, rambut menjadi halus dan

lembut.

Beau lines dan bantalan kuku menjadi kuning terjadi

pada penyakit kronik.

Pigmentasi melanin longitudinal atau transversal di kuku

akibat zidovudine.

Onikomikosis.

Reaksi Obat

Sekitar 2/3 pasien yang mendapatkan kotrimoksazol mengalami erupsi obat morbiliformis.

Pada pasien AIDS, dilaporkan kejadian NET akibat antibiotik, flukonazol, klindamisin, dan fenobarbital.

Eritroderma akibat erupsi obat.

Diskusi

Gejala kulit pada HIV berhubungan dengan jumlah CD4

Ruam non spesifik terjadi saat CD4 500-1000

Tinea korporis, psoriasis, impetigo saat CD4 <500

Folikulitis bakterialis, pitiriasis versikolor, kutil, moluskum

kontagiosum, dan herpes zoster saat CD4 200-500

Herpes simpleks, iktiosis, lesi folikular, kandidosis oral,

sarkoma Kaposi, dan infeksi oportunistik saat CD4 <200

Diskusi

Sekitar 90-100% pasien yang terinfeksi HIV memiliki kelainankulit.

Kelainan tersebut dapat bersifat infeksius (virus, bakteri, jamur) atau non-infeksius.

Kulit dapat menjadi indikator status sistem imun seseorang.

Evaluasi kelainan kulit penting diperhatikan untuk tata laksana yang sesuai, atau bahkan membantu diagnosis infeksi HIV yang belum ditegakkan sebelumnya.

Kesimpulan

Kelainan kulit umum ditemukan pada pasien yang terinfeksi HIV.

Kelainan tersebut berhubungan dengan jumlah CD4 dan stadium penyakit.

Kelainan kulit pada pasien HIV penting diperhatikan agar dapat dilakukan diagnosis dini dan tata laksana yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Terima Kasih

top related