kel 4
Post on 08-Apr-2016
60 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan-
Nya sehingga makalah “Growth Hormon” dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga
tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pelaksanaan penyempurnaan tugas makalah ini.
Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas tutorial modul keempat
pada blok lima. Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah berusaha sebaik
mungkin untuk melakukannya dengan penuh kesungguhan dan keseriusan sehingga
besar harapan kami di kemudian hari makalah ini bisa membantu orang-orang yang
membutuhkannya. Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami sangat menerima apabila ada kritik, saran, serta masukan yang
membangun guna perbaikan di masa yang akan datang .
Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
perhatian dan dukungannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat membantu pengembangan topik dan makalah ini menjadi
lebih baik dan bermanfaat. Terima kasih.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar isi .................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan .................................................................................................1-5
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2
1.3 Analisis Masalah...................................................................................2
1.4 Tujuan Pembelajaran ............................................................................2-3
1.5 Terminologi...........................................................................................3-5
BAB II Isi................................................................................................................6-17
2.1 Definisi Hormon dan Klasifikasi Hormon............................................6-7
2.2 Aksi Kelarutan Hormon………………..…..........................................7-8
2.3 Anatomi Hipofise dan Fisisologi Kelenjar Pertumbuhan……….........8-12
2.4 Fungsi GH dan Metabolisme Hormon Pertumbuhan….......................13-14
2.5 Etiologi Gigantisme…………………………….…………....……….15
2.6 Terapi dan Penanganan Gigantisme………………….…………..….15-16.
2.7 Manifestasi Oral dari Gigantisme………………………...……….....16-17
BAB III Kesimpulan ............................................................................................18
BAB IV Daftar Pustaka.........................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ( Skenario)
Pada suatu acara arisan keluarga besar yang dilaksanakan 1 tahun sekali, ibu
Tinita datang bersama putri kesayangannya Anggun, 9 tahun. Saat foto keluarga
Anggun berbeda dengan sepupu lain yang seusianya, ia tampak tinggi besar sehingga
tampak seperti laki-laki.
Saat acara ramah-tamah, Anggun mengeluh gigi belakang kanan bawahnya terasa
sakit dan ibu Tinita pun segera membawa Anggun menuju tempat praktek dokter gigi
Mutya.
Berdasarkan pemeriksaan ekstra oral diketahui :
Keadaan umum : compos mentis
Tinggi badan : melebihi tinggi anak lain dari kelompok umur yang sama
Profil muka : cekung
Berdasarkan hasil pemeriksaan intra oral diketahui :
Periode mixdentition
Mobility grade 2 gigi 73
Karies media gigi 46
Prognatism mandibula
Berdasarkan hasil pengamatan drg. Mutya ia menduga kalau Anggun mengalami
gigantisme.
4
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Mengapa tinggi badan Anggun melebihi tinggi badan anak lain yang
seusianya?
1.2.2 Apakah gigantisme merupakan penyakit keturunan?
1.2.3 Apakah mobility grade 2 disebabkan oleh gigantisme?
1.2.4 Apakah prognatism merupakan salah satu gejala dari gigantisme?
1.2.5 Apakah kelainan gigantisme dapat disembuhkan?
1.2.6 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gigantisme?
1.2.7 Mengapa Anggun mengeluh gigi kanan bawahnya terasa sakit?
1.2.8 Apakah gigantisme dapat berpengaruh lamanya hidup seseorang?
1.3 Analisis Masalah
1.3.1 Karena tubuh Anggun kelebihan memproduksi growth hormone
sehingga pertumbuhan tulang lebih memanjang dan cepat.
1.3.2 Gigantisme bukan merupakan suatu penyakit keturunan.
1.3.3 Tidak, karena semua gigi sulung seseorang pasti mengalami mobility.
1.3.4 Ya, karena prognatism disebabkan oleh kelebihan hormone
pertumbuhan sehingga pertumbuhan rahang bawah memanjang
kebawah dan ke depan.
1.3.5 Kelainan giganntisme tidak dapet disembuhkan, tetapi manifestasi
oralnya dapat disembuhkan.
1.3.6 Faktor hormone (khususnya Growth Hormon).
1.3.7 Karena pada gigi kanan bawahnya mengalami karies.
1.3.8 Gigantisme tidak mempengaruhi lamanya hidup / cepatnya
berlangsung kehidupan seseorang.
1.4 Tujuan Pembelajaran
1.4.1 Menjelaskan Definisi Hormon dan Klasifikasi Hormon (berdasarkan
struktur dan kelarutanya).
5
1.4.2 Menjelaaskan Aksi Kelarutan Hormon (disertai gambar).
1.4.3 Menjelaskan Anatomi Hipofise dan Fisiologi dari Kelenjar yang
Menghasilkan Hormon Pertumbuhan (disertai Gambar dan Kurva).
1.4.4 Menjelaskan Fungsi Hormon Pertumbuhan (Metabolisme disertai
Gambar dan Skema).
1.4.5 Menjelaskan Etiologi dari Gigantisme.
1.4.6 Menjelaskan Terapi Gigantisme.
1.4.7 Menjelaskan Manifestasi Oral (gejala) Gigantisme.
1.5 Terminologi
1.5.1 Mixdentition : Gigi-geligi yang terdiri atas gigi sulung dan permanen
selama periode tanggalnya gigi sulung.
1.5.2 Mobility Grade : Dalam kedokteran gigi dikenal dengan goyangnya
gigi geligi.
Empat derajat kemungkinan kegoyangan gigi :
• grade 0 : gerakan fisiologis.
• grade 1 : kegoyangan yang meningkat tetapi kurang dari 1 mm.
6
• grade 2 : Kenaikan gigi menonjol; lebih dari 1 mm.
• grade 3 : Lebih dari 1 mm pergeseran dikombinasikan dengan
perpindahan dalam arah vertikal (gigi dapat mengganggu).
( ket : gambar mobility grade)
1.5.3 Prognatism Mandibula : keadaan yang ditandai dengan penonjolan
mandibula yang mencolok.
1.5.4 Gigantisme : peningkatan abnormal pada panjang tulang panjang yang
disebabkan hipersekresi hormone pertumbuhan (GH) selama masa kanak-
kanak.
7
1.5.5 Kelenjar Endokrin : Kelenjar yang menghasilkan produk (hormone) ke
dalam sirkulasi darah dan mempengaruhi fungsi sel-sel pada lokasi lain di
dalam tubuh.
8
BAB II
ISI
2.1 Definisi Hormon dan Klasifikasi Hormon
2.1.1 Definisi Hormon
Hormon adalah substansi kimia yang di sekresikan ke dalam tubuh, oleh
satu sel atau sekumpulan sel dan menghasilkan efek kontrol fisiologi sel lainnya
di dalam tubuh.
2.1.2 Klasifikasi Hormon
Berdasarkan struktur kimianya :
1. Hormon stereoid. Hormon ini memiliki struktur kimia berdasarkan pada inti
steroid , yang mirip dengan kolesterol dan sebagian besar tipe ini berasal dari
kolesterol itu sendiri. Berbagai hormon steroid yang berbeda disekresikan
oleh :
a. Korteks adrenal (kortisol dan adrenal)
b. Ovarium (esterogen dan progesteron)
c. Testis (testosteron)
d. Plasenta (esterogen dan progesteron)
2. Derivat asam amino tiroksin. Ada dua kelompok hormon yang merupakan
derivat asam amino tiroksin kedua hormon metabolik tiroid, tiroksin dan
triiodotironin, merupakan bentuk ionisasi dari derivat tiroksin dan kedua
hormon utama yang berasal dari medulla adrenal, epinephirn dan
norephrineprin, kedua-duanya merupakan katekolamin yang juga merupakan
turunan dari tirosin.
9
3. Protein atau peptida. Pada dasarnya semua hormon endokrin yang penting
dapat merupakan derivat protein peptida atau derivat keduanya. Hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior dapat merupakan molekul protein
atau polipeptida besar; hormon hipofisis posterior, hormon antidiuretik dan
oksitoksin, merupakan peptida yang hanya mengandung 8 asam amino.
Insulin dan glukagon dan paratohormon merupakan polipeptida besar.
Berdasarkan Kelarutannnya :
1. Larut dalam air (Hidrofilik)
Sebagian besar amina, protein, dan hormon peptida menggunakan
reseptor membran plasma karena mereka larut dalam air, tidak berdifusi dan,
tidak bisa menembus lapisan ganda / bilayer phospolipid dari membran
plasma. Ketika hormon larut air yang dilepaskan dari kelenjar endokrin,
mereka beredar dalam darah, mencapai sel target, dan membawa pesan khusus
untuk sel tersebut. Kebanyakan hormon jenis ini merupakan hormon peptide /
protein karena terdiri dari struktur peptise. Selain itu ada amina yang
merupakan turunan dari asam amino, contohnya adalah katekolamin.
2. Larut dalam lemak (Lipofilik)
Hormon-hormon tersebut larut dalam lemak dan berdifusi dalam
pembuluh darah. Mereka juga dapat menembus membran sel karena memiliki
protein pembawa, contoh yang paling banyak adalah albumin. Contoh yang
utama dari hormon yang lipofilik adalah tiroid dan steroid. Steroid merupakan
lipid netral karena merupakan turunan dari kolestrol.
2.2 Aksi Kelarutan Hormon
1. Interaksi dengan Reseptor Intraseluler
2. Interaksi dengan Membran Plasma
10
(Gambar hormon yang larut air dan larut lemak.)
2.3 Anatomi Hipofisis dan Fisiologi Kelenjar Pertumbuhan
2.3.1 Anatomi Hipofisis
11
Hipofisis adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak di rongga tubuh
di dasar otak tepat di bawah hyphothalamus. Hipofisis ini terhubung
hipotalamus oleh tangkai penghubung tipis atau connecting stalk. Kelenjar
hipofisis ini terdiri dari lobus anterior dan posterior.
Hipofisis memiliki dua lobus yang berbeda secara anatomis anatomis
dan fisiologis, yaitu hipofisis posterior dan hipofisis anterior. Hipofisis
posterior terdiri dari jaringan saraf dan karena itu disebut neurohyphophysis.
Hipofisis anterior terdiri dari kelenjar jaringan epitel dan disebut
adenohyphophysis (juga berarti "kelenjar"). Hipofisis anterior dan posterior
juga memiliki lokasi mereka yang sama.
12
Terdapat tujuh hormon di lobus anterior : Thyroid-Stimulating
Hormone (TSH), Adrenokortikotropik Hormone(ACTH), dua Gonadotropin
disebut Follicle-Stimulating Hormone(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH),
Prolactin, Growth Hormone.
Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)
Hormon pertumbuhan (GH), atau somatotropin, berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan sel dan replikasi dengan mempercepat laju sintesis
protein. Otot rangka dan sel kondrosit (sel tulang rawan) sangat sensitif terhadap
GH, meskipun sebenarnya hampir setiap jaringan lain merespon GH juga tetapi
sampai tingkat tertentu. Stimulasi pertumbuhan dengan GH melibatkan dua
mekanisme:
1. Mekanisme utama, yang tidak langsung. Sel hati merespon GH dengan
mensintesis dan melepaskan somatomedins (senyawa yang merangsang
pertumbuhan jaringan), atau Insulin-Growth Factors (IGFs). Hormon peptida
13
ini akan mengikat reseptor pada berbagai membran plasma. Dalam serabut
otot rangka, sel tulang rawan, dan sel target lainnya, somatomedins
meningkatkan menyerapan asam amino dan penggabungan mereka akan
membentuk protein yang baru. Efek ini segera berkembang setelah GH
dilepaskan. Peran mereka sangatlah penting terutama setelah makan, karena
setelah makan darah akan mengandung konsentrasi glukosa dan asam amino
yang tinggi. Dalam istilah fungsional, sel kini dapat memperoleh ATP atau
energi dengan mudah melalui metabolisme aerobik glukosa, dan asam amino
akan lebih mudah tersedia untuk mensintesis protein. Dengan kondisi tersebut,
GH akan bertindak melalui somatomedins, dan merangsang sintesis protein
lalu terjadi pertumbuhan sel.
2. Pada mekanisme langsung, GH menjadi lebih selektif. Mereka cenderung
muncul setelah konsentrasi glukosa dan asam amino dalam darah kembali
normal. Growth hormone akan merangsang pertumbuhan pada beberapa
jaringan, seperti jaringan epitel dan jaringan ikat, jaringan lemak/jaringan
adiphosa melalui somatomedins. Pada jaringan adiphosa, GH merangsang
pemecahan lemak yang di simpan trigliserida oleh adipocytes (sel lemak),
yang kemudian melepaskan asam lemak ke dalam darah. Karena terlalu
banyak asam lemak di dalam sirkulasi, akan menyebabkan beberapa jaringan
berhenti menghasilkan ATP dari glukosa. Sebagian besar jaringan lain
sekarang memetabolisme asam lemak daripada glukosa, sehingga konsentrasi
glukosa darah mulai naik ke tingkat lebih tinggi dari biasanya. Ketinggian
kadar glukosa darah oleh GH disebut efek diabetogenik, karena diabetes
mellitus.
2.3.2 Fisiologi Kelenjar Pertumbuhan
Pemberian estrogen dan androgen meningkatkan respons hormone
pertumbuhan terhadap rangsangan misalnya insulin dan arginin. Steroid seks
juga meningkatkan juga meningkatkan IGF-1 plasma tetapi pada penderita
14
defisiensi hormon pertumbuhan tidak terjadi peningkatan tersebut. Dengan
demikian, hormon seks tampaknya meningkatkan amplitudo lonjakan sekresi
hormon pertumbuhan yang meningkatkan sekresi IGF-1, dan hal ini kemudian
menyebabkan pertumbuhan. Walaupun androgen dan estrogen pada awalnya
merangsang pertumbuhan, keduanya akhirnya menghentikan pertumbuhan
dengan menyebabkan epifisis menyatu dengan tulang panjang (penutupan
epifisis). Sekali epifisis menutup maka pertumbuhan linear terhenti.
Pola pertumbuhan agak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain
Pada manusia terdapat 2 periode pertumbuhan cepat(Gbr : kurva kecepatan
pertumbuhan)pertama pada masa bayi dan kedua pada masa pubertas lanjut
cepat sebelum pertumbuhan terhenti.periode 1 percepatan pertumbuhan
sebagian merupakan kelanjutan dari periode pertumbuhan masa
janin.Lonjakan pertumbuhan ke 2 pada masa akil balik,disebabkan oleh
hormone pertumbuhan ,androgen,estrogen dan terhentinya pertumbuhan
disebabkan oleh efek androgen dan estrogen .karena anak perempun lebih
cepat matang dari pada anak laki laki maka lonjakan pertumbuhan muncul
lebih awal pada anak perempuan
15
( Gambar : Kurva Kecepatan Pertumbuhan)
2.4 Fungsi Hormon Pertumbuhan dan Metabolisme Hormon Pertumbuhan
2.4.1 Fungsi Hormon Pertumbuhan
16
2.4.2 Aksi Metabolisme Growth Hormon
I. Peran GH dalam penyimpanan protein
Bertambahnya pengangkutan AA melewati membrane sel.
Peningkatan translasi RNA menyebabkan sintesis protein oleh ribosom.
Peningkatan transkripsi inti DNA untuk membentuk RNA.
Penurunan katabolisme protein dan AA
II. Peran GH dalam meningkatkan pemakaian lemak sebagai energy
Pelepasan asam lemak dari jaringan adipose.
Meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh.
Meningkatkan perubahan asam lemak menjadi asetilkoenzim A dan
kemudian digunakan untuk energy
III. Peran GH dalam metabolism karbohidrat
1. Penurunan pemakaian glukosa untuk energy.
2. Peningkatan endapan glikogen di dalam sel.
3. Berkurangnya ambilan glukosa oleh del dan meningkatnya konsentrasi
glukosa darah.
4. Peningkatan sekresi insulin.
IV. Peran GH dalam perangsangan pertumbuhan tulang rawan dan tulang
1. Peningkatan timbunan protein oleh sel kondrosit dan sel osteogenik yang
menyebabkan pertumbuhan tulang.
2. Meningkatkan kecepatan reproduksi dari sel- sel
3. Efek khusus dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik,
menyebabkan timbunan khusus tulang baru.
17
18
2.5 Etiologi dari Gigantisme
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat
diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus
yang mengarahpada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila
keadaan kelebihanhormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang
menutup atau masih dalammasa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone
pertumbuhan terutama adalahtumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan
hormone pertumbuhan.
2.6 Terapi pada Akromegali dan Gigantisme
Dalam hal ini dikenal ada 3 macam terapi, yaitu:
1. Terapi pembedahan.
Terapi Pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal ada dua macam
pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu:
Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau
Trans Cranial)
Bedah mikro (TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara
terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut
antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk
mencapai tumor hipofisis.
2. Indikasi radiasi.
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan
operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih
terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
19
Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69
4500 RAD)
Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles
Radiation, 150 69 15000 RAD)
3. Terapi medikamentosa
Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar
HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada pasien
akromegali, dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam
darah.
Contoh agosis dopamine:
a.) Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan
secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain
adalah:
• Ukuran tangan dan jari mengecil, serta
• Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik,
sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dan lain-lain.
b.) Ocreotide (Long Acting Somatostatin Analogue)
Cara pemberian ocreotide melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-
200 mikrogram diberikan setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang dicapai :
• Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
• Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
• Penyusunan tumor
Efek samping : ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di
daerah suntikan dan kram perut.
20
2.7 Manifestasi Oral pada Gigantisme
Kelebihan hormon pada masa kanak- kanak dalam kondisi yang relatif langka
dari gigantisme, ditandai dengan pertumbuhan berlebih. Kondisi ini dicirikan oleh
pertumbuhan yang berlebihan di bagian acral (yaitu, ekstremitas) dan
dimanisfestasikan oleh prognathism, frontal bossing, coarse features, prominent
molar eminences, dan large hands and feet.
Pada penderita gigantisme manifestasi oralnya adalah prognathism mandibula
yaitu rahang bawah (mandibula) yang lebih menonjol daripada rahang atas (maksila).
Dental malocclusion class III yang disebabkan oleh prognathism mandibula.
( Gambar 1. Dental Malocclusion Class III)
Makrodontia yaitu gigi yang ukurannya lebih besar dari normal, pada gigantisme
makrodontia terjadi pada semua giginya. Jarak lebar antar gigi (interdental spacing).
Penebalan lidah (macroglossia). Hipersementosis yaitu penimbunan bahan semen
yang berlebihan sekitar akar gigi setelah gigi erupsi, dapat dilihat pada intraoral
radiograph. Struktur oral gigantisme lebih besar dari normal.
21
( Gambar 2. Hipersementosis)
22
BAB III
KESIMPULAN
Hormon adalah substansi kimia yang di sekresikan ke dalam tubuh, oleh satu
sel atau sekumpulan sel dan menghasilkan efek kontrol fisiologi sel lainnya di dalam
tubuh. Berdasarkan struktur kimianya hormone diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
Hormon stereoid, Derivat asam amino tiroksin, Protein atau peptida, sedangkan
berdasarkan kelarutanya hormone dibagi menjadi 2 yaitu : hormone yang larut air
(hidrofilik) dan hormone yang larut dengan (lipofilik). Aksi Kelarutan Hormon ada
dua yaitu interaksi dengan Reseptor Intraseluler dan interaksi dengan Membran
Plasma. Hormone dihasilkan dari sekresi kelenjar. Salah satu jenis hormone adalah
Growth Hormone yang disekresikan oleh kelenjar endokrin.
Hormon pertumbuhan (GH), atau somatotropin, berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan sel dan replikasi dengan mempercepat laju sintesis protein. Otot rangka
dan sel kondrosit (sel tulang rawan) sangat sensitif terhadap GH. GH berperan dalam
penyimpanan protein, metabolism karbohidrat, dan merangsang pertumbuhan tulang
rawan dan tulang. Sekresi GH yang berlebihan dapat menyebabkan Gigantisme.
Keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena
kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan.
Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi
sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan.
Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-
sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan.Terapi gigantisme dapat
dilakukan dengan terapi pembedahan,indikasi radiasi, terapi medikamentosa
contohnya dengan obat agonis dopamine dan ocreotide. Pada penderita gigantisme
manifestasi oralnya adalah prognathism mandibula, makrodontia, makroglossia serta
hipersementosis bagian akar pada gigi penderita gigantisme.
23
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Atreja G, Atreja SH, Jain N, Sukhija U. Oral manifestations in growth hormone
disorders. Indian J Endocr Metab [serial online] 2012 [cited 2013 Mar13];16:381-
3. Available from : http://www.ijem.in/text.asp?2012/16/3/381/95678
2. Bishara, SE. 2001. Text of Orthodontics. Philadelphia: WB. Saunders Co.
3. Ganong WF 2001. Review of Medical Phisiology 12ᵗʰ ED. New York, McGraw-
Hill.
4. Kamus Kedokteran Dorland. 29ᵗʰ ED.
5. Ogston. R & Harty F.J. Kamus Kedokteran Gigi.
6. Proffit, WR., Fields, HW., Sarver, DM. 2007. Contemporary Orthodontics, 4ᵗʰ.
Canada: Mosby Elsevier.
7. Roth. G and Robert. C. 1981. Oral Biology. Philadelphia : Mosby Co.
8. Sherwood L., 2001. Human Physiology from cell to system., 4ᵗʰ ED.
Brook/Cole.Pacific Grove,CA.
9. Tortora. G. J & Bryan. D. 2009. Principles of Anatomy and Phisiology. 12ᵗʰ ed.
Asia : John Wiley & Sons.
24
top related