kehidupan sosial keagamaan karyawan pabrik …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/230/1/muhammad...
Post on 27-Jun-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN KARYAWAN
PABRIK
(Studi Kasus Masyarakat Muslim Di UPT RUSUNAWA
Cabean SALATIGA Tahun 2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MUHAMMAD BAQI MUSTAGHFIRI
NIM : 111 10 093
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
ii
iii
KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN KARYAWAN
PABRIK
(Studi Kasus Masyarakat Muslim Di UPT RUSUNAWA
Cabean SALATIGA Tahun 2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MUHAMMAD BAQI MUSTAGHFIRI
NIM : 111 10 093
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
iv
v
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Seandainya saya tau maka kamu tidak tau, seandainya kamu tau maka saya tidak
tau. (maka cobalah)
Ketika aku masih kecil dan bebas,
dan imajinasiku tidak ada batasnya, aku
mengimpikan untuk mengubah dunia;
Ketika aku semakin besar dan
semakin bijaksana, aku sadar bahwa
dunia tak mungkin diubah.
Dan aku putuskan untuk mengurangi
impianku sedikit dan hanya mengubah
negaraku. Tetapi itupun tampaknya
tidak mungkin.
Ketika aku memasuki usia senja,
dalam suatu upaya terakhir, aku berusaha
mengubah keluargaku sendiri, mereka
yang paling dekat denganku, tetapi sayang,
mereka tidak menggubrisku.
Dan sekarang menjelang ajal, aku sadar
(mungkin untuk pertama kalinya) bahwa kalau
saja aku mengubah diriku dulu, lalu dengan
teladan mungkin aku bisa mempengaruhi
keluargaku, dan dengan dorongan serta
dukungan mereka mungkin aku bisa membuat
negaraku menjadi lebih baik, dan siapa tahu,
mungkin aku bisa mengubah dunia.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT,
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :
Ibu Karomatun dan Bapak Turkamun tercinta yang telah mendidik, membimbing,
memberikan kasih sayang, do’a dan segalanya, yang menjadi perantaraku untuk
memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal shalih dan ridho Allah.
Semua dosen yang telah mengamalkan ilmunya
Mufiq, S.Ag.,, M.Phil. Yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan
dengan penuh kesabaran dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.
Teman-temanku: calon leader dunia, yang selalu menemani susah senang
bersama, yang selalu memberi motivasi dan mendo’akanku, hari-hari bersama
kalian adalah hari-hari yang terindah dalam hidupku. wawung-wawung ayolah
meraih mimpi kita walaupun kerasnya hidup ini pasti kita bisa meraihnya.
ix
KATA PENGANTAR
بسمهللالرّحمنالرّحيم
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “KEHIDUPAN SOSIAL
KEAGAMAAN KARYAWAN PABRIK (Studi Kasus Masyarakat Muslim Di
UPT RUSUNAWA Cabean SALATIGA Tahun 2015).
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis sadar bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas
sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan
dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi
ini.Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dan
Dosen Pembimbing Akademik.
3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Mufiq, S.Ag.,, M.Phil. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar
dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk memberikan pengarahan
serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini sampai dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada
penulis.
x
xi
ABSTRAK
Mustaghfiri, Muhamammad Baqi. 2015. Kehidupan Sosial Keagamaan Karyawan
Pabrik (Studi Kasus Masyarakat Muslim Di UPT Rusunawa Cabean
Salatiga Tahun 2015). Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq,
S.Ag.,, M.Phil.
Kata Kunci: Kehidupan Sosial Keagamaan, Karyawan Pabrik.
Judul dari skripsi ini adalah kehidupan sosial keagamaan karyawan pabrik.
Skripsi ini menjelaskan tentang berbagai macam problematika kehidupan sosial
keagamaan karyawan pabrik, dan skripsi ini mengfokuskan penelitian pada
masyarakat muslim di UPT Rusunawa Cabean Salatiga tahun 2015. Skripsi ini
meneliti tentang bagaimana kehidupan sosial keagamaan karyawan pabrik di UPT
Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015, apa problematika kehidupan sosial
keagamaan karyawan pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015 dan
apa solusi yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan sosial keagamaan
karyawan pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015.
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara, observasi
dan dokumentasi yang diambil dari sepuluh orang responden. Penulis mengambil
sepuluh responden berdasarkan macam-macam profesi masyarakat yang ada di
UPT Rusunawa Cabean Salatiga. Dari kesepuluh responden tersebut penulis
beharap mengetahui problematika kehidupan sosial keagamaan dan menemukan
solusi yang ditempuh pada karyawan pabrik yang ada di Rusunawa.
Setelah melakukan penelitian penulis menyimpulkan Kehidupan sosial
keagamaan karyawan pabrik cenderung bersifat ritual, dipengaruhi oleh faktor
minimnya pengetahuan tentang agama dan kurangnya pendidikan agama yang
diterapkan dalam keluarga. Dari permasalahan tersebut penulis menyimpulkan
bahwa solusi yang dapat diambil dengan membina kehidupan sosial keagamaan
dalam bentuk kegiatan jama’ah rutin. Di antaranya adalah diadakannya jama’ah
rutin keagamaan setiap seminggu sekali pada hari Kamis malam dan Sabtu malam
yang bertempat rumah kontrakan yang bergantian setiap seminggu sekali para
warga menurut aturan yang telah ditentukan. Berkat tokoh agama setempat dan
kebijaksanaan kepala UPT Rusunawa dan para stafnya, serta atas dukungan
tokoh-tokoh masyarakat telah mendatangkan tokoh keagamaan setempat yang ada
di daerah Rusunawa Cabean Salatiga.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ......................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 4
E. Penegasan Istilah .................................................................................. 4
F. Metode Penelitian ................................................................................. 6
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 11
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kehidupan Sosial Keagamaan............................................ 13
B. Dimensi Sosial Keagamaan .................................................................. 14
1. Dimensi Ritual…………………………………..………………... 14
a. Dzikir ………………………………………………………….. 15
b. Shalat Berjamaah ……………………………………………… 17
2. Dimensi perayaan hari besar keagamaan
C. Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Kehidupan Sosial Keagamaan...... 23
1. Faktor Pekerjaan ……………………………………………….. 23
2. Faktor Keberagamaan …………………………………………. 24
3. Faktor Pendidikan …………………………………………..…. 25
D. Karakteristik Kehidupan Masyarakat Karyawan Pabrik .................. 28
BAB III PAPARAN DATA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 34
1. Keadaan Geografis Wilayah………………………………………. 34
2. Keadaan Monografi UPT Rusunawa……………………………… 34
B. Dimensi Kehidupan Sosial Keagamaan ............................................... 39
1. Kegiatan Ritual Keagamaan ……………………………………… 39
a. Shalat Berjamaah ……………………………………………… 40
b. Yasinan dan Tahlil …………………………………………….. 43
2. Perayaaan Hari-Hari Besar Keagamaan .......................................... 48
C. Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Kehidupan Sosial Keagamaan...... 50
1. Faktor Pekerjaan ……………………………………………….... 50
xiv
2. Faktor Keberagamaan …………………………………………… 50
3. Faktor Pendidikan …………………………………………….…. 51
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kehidupan Sosial Keagamaan Karyawan Pabrik Masyarakat Muslim
di UPT Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015 ………………….. 54
1. Kegiatan Ritual Keagamaan ……………………………………. 54
a. Shalat Berjamaah …………………………...……..………… 55
b. Yasinan dan Tahlil …………………..……………………… 57
2. Perayaan Hari-Hari Besar Keagamaan ………………………... 59
B. Problematika Kehidupan Sosial Keagamaan Karyawan Pabrik di UPT
Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015 …………………………….61
C. Solusi Yang Ditempuh Untuk Mengatasi Permasalahan Sosial
Keagamaan Karyawan Pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga
Tahun 2015 ………………………………………………………… 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 66
B. Saran-saran ........................................................................................... 67
1. Saran bagi warga karyawan pabrik di UPT Rusunawa Cabean
Salatiga tahun 2015 ……………………………………………… 67
2. Saran bagi Pengurus Organisasi di UPT Rusunawa Cabean Salatiga
2015 ……………………………………………………………… 67
3. Saran bagi Masyarakatdi UPT Rusunawa Cabean Salatiga tahun
2015 ……………………………………………………………… 68
xv
C. Penutup.………………………………………………………... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada prinsipnya Islam adalah agama kebersatuan, agama kasih
sayang, serta kecenderungan untuk saling mengenal dan hidup menyatu
antar pemeluknya adalah pangkal bagi ajaran-ajarannya. (Hammadi,
2006:1). Hal inilah yang diajarkan dalam QS. Al Hujurat ayat 13, yaitu:
Artinya:“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
Atas dasar ayat tersebut dapat difahami bahwa tiap manusia
diciptakan oleh Allah tidak untuk sendiri ataupun menyendiri
melainkan untuk berinteraksi dengan manusia lain dan ciptaan Allah
yang lain agar tujuan hidup tercapai. Di fahami sebuah ungkapan
menyentuh hati yang ditulis oleh Beny Ridwan (Dosen IAIN Salatiga)
bahwa “indahnya kebersamaan dalam persaudaraan adalah sebuah
anugerah Tuhan yang teramat mahal buat mereka yang terikat dalam
keimanan”. (Buletin Lokal, edisi 6, 2009:10). Karena itulah kebersamaan,
perdamaian menjadi dambaan tiap umat manusia. Namun realita yang ada
2
tak seirama dengan harapan. Untuk memperoleh kedamaian, ada berbagai
tantangan dan rintangan menghadang. Sebagaimana telah menjadi rumus
kehidupan di dunia bahwa tidak ada kehidupan tanpa tantangan. Begitu
pula dalam berinteraksi dengan sesama, ada berbagai faktor yang dapat
mengurangi intensitas hubungan sosial seseorang. Salah satunya adalah
faktor ekonomi yang menuntut seseorang harus bekerja guna memenuhi
kebutuhan ekonominya. Dan secara langsung maupun tidak langsung
waktu bekerja menjadi faktor berkurangnya waktu seseorang untuk
bergaul dengan sesamanya. Apalagi jam kerja yang terlalu padat kadang
membuat seseorang jauh dari komunitasnya, bahkan tidak mengenal
kondisi sekelilingnya.
Hal tersebut sering dijumpai di masyarakat lingkungan perkotaan
yang mana kesibukan mereka bekerja cenderung membuat renggang
hubungan sosialnya. Apalagi para pendatang dan bukan warga tetap yang
kurang berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya sehingga hubungan
dengan masyarakat setempat terkesan kaku. Inilah faktor ekonomi dan
kesibukan kerja yang seringkali menjadi alasan seseorang malas
bergabung dengan sesamanya apalagi aktif mengadakan kegiatan sosial,
kecuali saat-saat tertentu diperlukan, misalnya: walimahan, syukuran atau
pesta yang melibatkan banyak orang untuk mempersiapkannya.
Demikian halnya yang tampak pada masyarakat Rusunawa kota
Salatiga. Sebagian besar penduduk yang tinggal di situ bekerja di pabrik
yang terdapat di kawasan UPT Rusunawa Cabean Salatiga sebagai ladang
3
rizki untuk mereka. Karena memang tingkat ekonomi masyarakat ini
masih bisa dibilang menengah ke bawah dan untuk memenuhi kebutuhan
ekonominya sebagian besar mereka bekerja sebagai karyawan pabrik di
kawasan UPT Rusunawa Salatiga ini.
Dengan melihat sebagian bentuk kehidupan sosial keagamaan dan
berbagai problem yang muncul pada masyarakat muslim didaerah kawasan
UPT Rusunawa Salatiga ini, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai
bagaimana kehidupan keagamaan karyawan pabrik, interaksi sosial
diantara mereka, permasalahan-permasalahan yang muncul dan harus
dihadapi oleh karyawan pabrik, serta solusi apa yang harus ditempuh
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk itu, penulis mengambil
judul: KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN KARYAWAN PABRIK
(Studi Kasus Masyarakat Muslim di UPT Rusunawa Cabean Salatiga
Tahun 2015).
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana kehidupan sosial keagamaan karyawan pabrik di UPT
Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015 ?
2. Apa problematika kehidupan sosial keagamaan karyawan pabrik di
UPT Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015 ?
3. Apa solusi yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan sosial
keagamaan karyawan pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga Tahun
2015 ?
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian maka tujuan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kehidupan sosial keagamaan karyawan pabrik di
UPT Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015.
2. Untuk mengetahui problematika kehidupan sosial keagamaan
karyawan pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015.
3. Menemukan solusi yang ditempuh untuk mengatasi problematika
kehidupan sosial keagamaan karyawan pabrik di UPT Rusunawa
Cabean Salatiga Tahun 2015.
D. Kegunaan Penelitian
Di dalam pengertian suatu penelitian mengandung dua kegunaan,
yaitu kegunaan teoritis dan juga kegunaan praktis.
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini bertitik tolak dengan meragukan suatu teori
tertentu atau yang disebut dengan penelitian verifikatif. Adanya
keraguan terhadap teori itu muncul apabila yang terlibat tidak
dapat lagi menjelaskan kejadian-kejadian aktual yang tengah
dihadapi. Dilakukannya pengujian atas teori tersebut bisa melalui
penelitian secara empiris serta hasilnya dapat menolak ataupun
mengukuhkan serta merevisi teori yang berhubungan.
2. Kegunaan Praktis
Di lain sisi, penelitian juga berguna untuk memecahkan
5
permasalahan praktis. Semua lembaga yang bisa dijumpai di
masyarakat, seperti lembaga pemerintahan ataupun lembaga
swasta, sadar akan manfaat tersebut dengan menempatkan suatu
penelitian dan juga pengembangan sebagai bagian dari integral
organisasi merek.
Jadi kedua kegunaan tersebut adalah syarat untuk
dilakukannya sebuah penelitian yang mana telah dinyatakan di
dalam desain atau rancangan penelitian.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah fahaman mengenai istilah-istilah yang
terdapat dalam judul penelitian ini, maka penulis akan memaparkan
makna beberapa istilah pokok yang di gunakan dalam penelitian ini, antara
lain :
1. Kehidupan sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kehidupan berarti
keadaan yang masih akan terus ada sebagaimana mestinya yang
meliputi manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya.
Sedangkan kata sosial berasal dari bahasa latin societas yang
artinya masyarakat. Kata societas dari kata socius yang artinya teman,
dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain dalam bentuk yang berlain-lainan.
Misalnya: keluarga, sekolah, organisasi dan lainnya. (Ahmadi,
2002:243).
6
Jadi dapat dipahami bahwa kehidupan sosial adalah kegiatan
kemasyarakatan yang didalamnya terdapat unsur-unsur sosial dimana
kegiatan tersebut akan selalu ada dalam kehidupan. Kehidupan sosial
terjadi karena adanya interaksi antara individu satu dengan individu
lain dan saling terjadi komunikasi yang kemudian berkembang
menjadi saling membutuhkan kepada sesama.
2. Keagamaan
Berasal dari kata dasar agama yang berarti ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Sedangkan keagamaan adalah yang berkaitan atau berhubungan
dengan agama. (Depdiknas, 2007:12)
3. Karyawan Pabrik
Karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga
(kantor, perusahaan, dsb) dengan mendapat gaji atau upah.
(Depdiknas, 2007: 721).
Pabrik adalah sekelompok perusahaan yang memproduksi
barang yang sama untuk pasar yang sama pula. (Basu Swastha Dosen
UGM Yogyakarta, 2008 : 3)
Jadi kehidupan sosial keagamaan yang dimaksud di sini
adalah cara hidup atau suatu proses yang di lakukan masyarakat ini
untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, membangun
7
kebersamaan juga kerjasama sebagaimana yang diajarkan Islam.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami subjek penelitian misalnya: perilaku, persepsi, motivasi
tindakan, dll secara holistic dan dengan cara diskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah,
(Moleong, 2008:6), yaitu dengan cara menggali, menuturkan,
menganalisis dan mengklasifikasikan realitas.
Dengan demikian penelitian ini bertujuan mendiskripsikan
fenomena kehidupan sosial keagamaan masyarakat pekerja di area
pabrik serta keutuhan problem yang ada dengan menggunakan
landasan berfikir fenomenologis sebagai landasan pokok dalam
penelitian kualitatif, yang mana berupaya memahami apa yang ada
yang menimbulkan fenomena atau problem.
Adapun jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan
studi kasus, yaitu salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial.
(Robert K, Yin, 2004:1). Pada umumnya studi kasus dihubungkan
dengan sebuah lokasi.Kasusnya mungkin sebuah organisasi,
sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kelompok sosial,
komunitas, peristiwa, proses, isu maupun kampanye. (Daymon,
2008:162). Dan penelitian ini mengambil kasus kelompok kerja atau
8
kelompok sosial yaitu masyarakat muslim pabrik di UPT Rusunawa
Salatiga.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di di UPT Rusunawa Cabean Salatiga.
Lokasi dipilih karena letak lokasi yang memang dekat dengan pabrik.
Area inilah yang kebanyakan dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat
bekerja. Di samping itu karakteristik kehidupan sosial warga yang
bekerja di pabrik yang jelas terlihat berbeda antara warga tetap dengan
warga pendatang yang tinggal. Perbedaan yang terlihat adalah cara
mereka berinteraksi di lingkungannya. Yang mana warga pendatang
kebanyakan enggan atau bahkan sama sekali tidak bergabung dengan
warga lain dalam kegiatan-kegiatan bersama maupun dalam
kehidupan keseharian.
Alasan lain pemilihan lokasi ini adalah sebagaimana telah
dikemukakan dalam latar belakang masalah yaitu antusias warga
pekerja pabrik dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti kerja bakti,
kumpulan-kumpulan keagamaan, kerukunan, dan kegiatan sosial
lainnya maupun keharmonisan hubungan antar anggota masyarakat.
3. Sumber Data
Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua, pertama,
sumber data primer, yaitu manusia yang mana kata-kata dan
tindakan orang yang diamati atau diwawancarai menjadi sumber
utama dalam sebuah penelitian kualitatif. Hal ini dilakukan
9
dengan melihat, mendengar dan bertanya, karena dalam penelitian
kulitatif ketiga kegiatan ini dilakukan secara selektif yang berarti
tidak semua informasi yang tersedia digali oleh peneliti guna
memecahkan masalah pelitian. (Moleong, 2008:157-158)
Untuk memperoleh informasi tersebut sumber data primer
sebagai objek penelitian diambil dengan menggunakan teknik
sampling yaitu melalui purposive sampling, artinya sampel dipilih
berdasarkan tujuan penelitian. Informan dipilih berdasarkan
pengalaman terhadap fenomena yang diteliti. (Daymon, 2008:243).
Dalam penelitian ini sampel tersebut adalah warga Rusunawa yang
bekerja sebagai karyawan pabrik. Sumber data primer berikutnya
adalah tokoh masyarakat maupun tokoh agama dan beberapa warga
setempat yang hidup berdampingan dengan karyawan-karyawan
tersebut yang dapat memberikan informasi sesuai penelitian.
Sumber data kedua yaitu sumber data tertulis atau dokumen
yang relevan dengan fokus penelitian sebagai sumber data sekunder.
Sumber data ini dapat berupa buku-buku, majalah, makalah, jurnal
penelitian, foto, dan lain-lain yang dapat memberikan informasi guna
melengkapi kebutuhan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
4. Prosedur Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara yang dipilih adalah wawancara tak
berstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis
10
besar yang akan ditanyakan namun tetap pada fokus penelitian.
Dalam hal ini informan bebas mengutarakan pendapat ataupun
informasi tanpa dibatasi atau diatur oleh peneliti.
b. Obeservasi
Observasi dilakukan untuk melihat dan mengamati
kehidupan sosial sehari masyarakat dan mencatat pengalaman-
pengalaman yang diperoleh dari pengamatan. Sebagaimana
dikatakan bahwa “observasi pada aktivitas manusia memberi data
bagi peniliti mengenai perilaku dan proses sosial ketika orang-
orang menjalankan peran dalam dunia realitas sosialnya”.
(Daymon, 2008:321)
c. Dokumentasi
Dokumen dapat berupa tulisan, catatan, suara atau
gambar sebagai bahan atau data tambahan dalam sebuah
penelitian yang dapat memberikan pemahaman historis. Studi
dokumen dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat data-
data atau catatan-catatan juga gambar atau foto dilingkungan
sekitar warga yang dapat memberikan informasi seputar fokus
penelitian ini.
5. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik
triangulasi. Teknik triangulasi menurut Moleong (2009:330) yaitu
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
11
lain. Teknik triangulasi dilakukan untuk mengecek atau sebagai
pembanding data. Teknik pengecekan keabsahan data ini
menggunakan teknik triangulasi ‘sumber’ yaitu membandingkan dan
mengecek kembali keabsahan data melalui waktu dan alat yang
berbeda dengan cara membandingkan hasil pengamatan dengan hasil
wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang didepan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, dan
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan kenyataan sebenarnya.
6. Analisis Data
Analisis data penelitian ini dilakukan dengan melalui
tahap antara lain, reduksi data, yaitu memilah-milah data dan
membuang data yang dianggap tidak sesuai. Sintesis data, yaitu
data yang diperlukan dihubungkan satu sama lain, dan Verifikasi
data, yaitu penarikan kesimpulan sehingga didapat teori umum.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini merupakan gambaran penyusunan skripsi
yang tersusun sebagai berikut:
Bab pertama. Pendahuluan, bab ini berisi: latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,
metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab Kedua. Landasan teori, bab ini membahas tentang: pengertian
kehidupan sosial keagamaan, kehidupan sosial keagamaan antara lain
12
dimensi ritual, perayaan hari-hari besar keagamaan, dimensi interaksi dan
dimensi akhlak. Kemudian akan dipaparkan pula faktor-faktor yang
mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan seperti faktor pekerjaan,
keagamaan, pendidikan dan geografi. Akhir dari bab landasan teori ini
akan dikemukakan karakteristik umum kehidupan sosial keagamaan pada
masyarakat.
Bab Ketiga. Laporan hasil penelitian, berisi tentang: paparan dalam
gambaran lokasi penelitian, kegiatan-kegiatan ritual kolektif yang
dilakukan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan sosial
keagamaan karyawan pabrik.
Bab Keempat. Pembahasan ini merupakan inti dari penelitian,
membahas analisis sistem yang sedang berjalan di UPT Rusanawa Cabean
Salatiga tahun 2015. Pada bab ini juga menjelaskan problematika
kehidupan sosial keagamaan dan berbagai macam solusi yang ditempuh
untuk mengatasi problematika kehidupan sosial keagamaan karyawan
pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga tahun 2015.
Bab Lima. Penutup, bab ini berisi tentang: kesimpulan akhir dan
saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kehidupan Sosial Keagamaan
13
Kata sosial keagamaan merupakan gabungan dua kata yaitu: sosial
dan keagamaan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai arti dan makna
yang terkandung dalam kata sosial keagamaan. Di bawah ini penulis akan
menguraikan berdasarkan berbagai pendapat. Sosial artinya segala sesuatu
mengenai masyarakat, kemasyarakatan suka memperhatikan kepentingan
umum, suka menolong, menderma dan sebagainya. (Adi, 2001: 438).
Arti kata “keagamaan”. Secara etimologi, “keagamaan” berasal
dari kata agama yang memiliki arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007: 12) adalah sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan
kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan. Lalu dari kata
agama tersebut mendapat imbuhan ke-an yang menjadikan kata ini
berbunyi keagamaan dan memiliki arti dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia segala sesuatu mengenai agama atau dapat dikatakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan agama seperti ibadah dan mu’amalah.
Lain halnya dengan Sigmund Frued di dalam buku Baharuddin
(2005: 116) yang menyatakan bahwa agama berasal dari ketidakberdayaan
manusia melawan ketentuan-ketentuan alami luar dan kekuatan naluri
yang terdapat dalam dirinya sendiri. Agama pada tahap perkembangan
awal manusia, timbul tatkala manusia belum mampu menggunakan
rasionya untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan alam, sehingga mereka
harus mempersepsikan dan mengelolanya dengan bantuan kekuatan
emosional. Frued juga mengungkapkan bahwasanya agama dalam ciri-ciri
14
psikologis adalah sebuah ilusi, yaitu kepercayaan yang dasar utamanya
adalah angan-angan. Manusia lari kepada agama akibat mereka tidak
berdaya menghadapi permasalahan hidup dan bencana.
Sosial keagamaan dirumuskan secara luas sebagai suatu studi
tentang interrelasi dari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk
interaksi yang terjadi antar mereka. Sehingga dapat disimpulkan sosial
keagamaan merupakan fenomena sosial atau hubungan sesama masyarakat
yang dipengaruhi atau yang dijiwai oleh agama.
B. Dimensi Sosial Keagamaan
1. Dimensi Ritual
Semua agama mengenal ritual, karena tiap agama mempunyai
ajaran tentang ritual tersebut. Adapun tujuan ritual adalah sebagai
pemeliharaan dan pelestarian kesakralan. Di samping itu ritual
merupakan tindakan yang memperkokoh hubungan pelaku dengan
obyek yang suci dan memperkuat solidaritas kelompok yang
menimbulkan rasa aman dan kuat mental. (Murtadho, 2002:20)
Hampir semua masyarakat yang melakukan ritual keagamaan
didasari oleh kepercayaan, sehingga kepercayaan kepada sesuatu yang
sakral itulah yang menimbulkan adanya ritual.
Adapun dimensi ritual dalam kehidupan sosial dapat dilihat
dari ritual-ritual ibadah berikut ini :
a. Dzikir
15
Al qur’an memberikan petunjuk bahwa dzikir tidak hanya
dengan duduk tenang, merenung dan mulut komat kamit, “tetapi
dzikir bersifat implementatif dalam berbagai variasi yang aktif dan
kreatif”. (Syukur, 2004:45). Dzikir yang bersifat individual dapat
dilakukan secara lisan dengan mengucap tasbih, tahmid, tahlil dan
sebagainya. Hal ini bertujuan untuk membimbing hati untuk selalu
mengingat Allah dan iman dalam hatinya menjadi semakin mantap
sehingga dapat mengendalikan tiap perbuatannya.
Selain itu dzikir sosial juga banyak disebut dalam Al
qur’an. Misal dalam firman Allah QS. At-taubah (9):103
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.(QS.At-taubah:103).
Ayat tersebut memberikan informasi bahwa dzikir sosial
dapat dilakukan dengan aktifitas sosial, salah satunya yaitu
menginfakkan sebagian harta atau berzakat sebagai wujud
kepekaan dan kepedulian sosial di samping melakukan hal-hal lain
yang bermanfaat bagi orang lain. Dzikir sosial ini merupakan
implementasi dari dzikir individual yang melalui lisan maupun
mata hati.
16
Kemudian dzikir yang disertai dengan pemaknaan dan
penghayatan terhadap apa yang diucapkan tentu akan
menumbuhkan akhlaqul karimah. Misalnya, ketika mengucap
Allahu akbar maka akan menumbuhkan sifat lemah lembut, sebab
hanya Allah lah yang Maha Besar dan Maha Kuasa. Ketika
mengucapkan Ya Ghaffar maka akan menumbuhkan sifat sabar dan
pemaaf. Ucapan Ya Rahman Rahim akan menumbuhkan sifat
kasih sayang, dan sebagainya. Sehingga jiwa seseorang akan
diliputi kesadaran bahwa Allah selalu melihat setiap perbuatan
manusia.
Menurut Saiful Mujani, direktur Freedom Institute UIN
Jakarta, tradisi ritual dzikir yang bersifat kolektif seperti yasin,
tahlil, manakib, istighosah, dan sebagainya, akan melibatkan
persoalan yang bersifat umum, publik dan kemasyarakatan. Karena
dalam tradisi tersebut terdapat dua fungsi ganda. Di samping
terdapat dimensi transidental (niat ibadah kepada Allah), juga
terdapat dimensi sosial yang menuntun kita pada relasi dengan
orang-orang sekitar, bertemu, menyapa, bercakap, maupun
bertukar pendapat, sehingga menumbuhkan keakraban dan
membangun kebersamaan. (http://www.syarikat.org/content/ritual)
b. Shalat Berjamaah
Kata-kata jamaah artinya kumpul. Jadi pengertian “Sholat
jamaah” menurut bahasa adalah sholat yang dikerjakan sama-sama
17
lebih dari satu orang. Pengertian sholat berjamaah menurut
pengertian syara’ ialah sholat yang dikerjakan bersama-sama oleh
dua orang atau lebih, salah seorang di antaranya bertindak sebagai
imam (pemimpin yang harus diikuti) sedangkan yang lain disebut
makmum, yang harus mengikuti imam (Abyan, 1994: 86).
Sholat berjamaah merupakan perintah Allah SWT. Umat
Islam yang mengerjakan termasuk manusia ciptaan Allah yang
bertakwa, yaitu melaksanakan perintah Allah SWT. Allah
memerintahkan kaum muslimin untuk mendirikan sholat yang
dilakukan bersama-sama berdasarkan firman Allah yang terdapat
dalam QS. Al Baqarah (2):43
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku'. (QS. Al Baqarah (2): 43).
Yang dimaksud ialah shalat berjama'ah dan dapat pula
diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama
orang-orang yang tunduk.
Al Qur’an menjadi dasar utama dan pertama pengambilan
hukum dalam Islam.Surat Al Baqarah ayat 43 memberikan
landasan hukum yang jelas untuk melaksanakan sholat berjama’ah
(bersama-sama).
Dalam tafsir Ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’ dan
kerjakanlah sholat dengan berjamaah. Tuhan mendorong kita untuk
18
menegakkan sholat berjamaah, karena dengan berjama’ah akan
terhimpun jiwa (orang) untuk bersama-sama bermunajat
(berkomunikasi) kepada Allah, sekaligus untuk mewujudkan
kerukunan dan sikap saling menolong antara para mukmin. Dengan
berkumpul dan bersholat akan terbuka kesempatan melakukan
musyawarah untuk memecahkan permasalahan bersama demi
kemaslahatan dan kemajuan. (Shiddieqy, 2002: 98)
Agama Islam akan tegak dengan didirikannya shalat
berjamaah di masjid-masjid yang merupakan pusat aktivitas umat
Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah dan tempat untuk
mengoptimalkan potensi-potensi positif yang dimilikinya. Menurut
Al-Qalkhani, (2006:15), tujuan shalat berjamaah yaitu:
melaksanakan perintah Allah, makna agama dari syiar Islam,
amalan yang paling utama adalah shalat yang dikerjakan tepat
waktu dan selalu menjaganya, membiasakan kedisiplinan, dan
memperbaiki penampilan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Melaksanakan perintah Allah
Pelaksanaan sholat berjamah mengandung makna pelaksanaan
perintah Allah, sebagai bentuk ibadah yang dilaksanakan oleh
orang yang beriman.
19
2) Makna agama dari syiar Islam
Sholat berjamah merupakan makna dari pelaksanaan agama, syiar
Islam, serta bukti terbesar bagi manusia yang menunjukkan dia
muslim.
3) Amalan yang paling utama adalah sholat yang dikerjakan tepat
waktu dan selalu menjaganya.
Faedah sholat berjamaah yang lain adalah menjadi penyebab
terlaksananya shalat tepat pada awal waktu, atau paling tidak pada
waktu yang semestinya. ini merupakan bagian dari amalan yang
paling utama di sisi Allah.
4) Membiasakan kesiplinan
Faedah shalat berjamaah yang lain adalah mengadakan
kedisiplinan dan hidup teratur. Pelajaran ini diambil dari sikap
mengikuti imam dalam takbir dan perpindahan dari satu gerakan
sholat ke gerakan yang berikutnya, tidak mendahuluinya atau
memperlambatkan diri darinya, atau bersamaan dengannya, atau
mengejar atau mengalahkan gerakkannya.
5) Memperbaiki penampilan
Pelaksanaan shalat berjamaah biasanya juga menjadikan seorang
muslim memperhatikan penampilannya, sehingga dia berusaha
untuk tampil sebaik mungkin dengan pakaian yang bersih dan
20
aroma yang harum sebab dia akan bertemu dan berkumpul dengan
saudara-saudaranya, baik di waktu siang atau malam, setiap kali
melakukan kewajiban shalat.
6) Dakwah nyata kepada kebaikan dan saling berlomba dalam
melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Keluar rumah untuk pergi ke masjid untuk menghadiri sholat
berjamaah merupakan dakwah alamiah yang nyata, untuk
menunaikan ibadah ini dan menjaganya, demikian juga,
pelaksanaan sholat berjamaah akan mendorong para jamaah untuk
saling berlomba dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah
dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, ketika di antara
sesama jama’ah saling memperhatikan ibadah yang dilaksanakan
oleh orang lain (Al Qohhani, 2006: 16-19).
2. Dimensi perayaan hari besar keagamaan
Pada dasarnya agama tidak hanya memerintahkan kepada
umatnya untuk beribadah secara ritual saja melainkan juga beribadah
pada wilayah sosial sebagai wujud penghambaan diri secara total pada
Sang Pencipta. Namun masih ada pemeluk agama yang kurang
memperhatikan hal ini dan mengabaikan hubungan sosialnya sehingga
menimbulkan fanatik berlebihan atas agama yang dianutnya.
Perayaan hari besar keagamaan merupakan salah satu alternatif
yang bisa dijadikan sebagai langkah awal dalam meminimalisir
21
simbolisasi agama yang mengarah kepada sikap eksklusif dan
intoleran. (achmadarifin.multiply.com).
Dr.Achmad Arifin, ST., M.Eng. dosen Elektronika ITS (Institut
Teknologi Sepuluh Nopember) menjelaskan dengan memanfaatkan
berbagai media seni dan budaya, perayaan hari besar keagamaan tidak
hanya sarat akan dimensi ritual yang menarik untuk dinikmati oleh
umat yang bersangkutan, tetapi umat agama lain juga dapat memetik
pesan moral keagamaan dari perayaan tersebut (Harian Bhirawa Edisi
6, 2014: 10).
Adapun fungsi sosial yang terdapat dalam perayaan hari besar
keagamaan adalah sebagai berikut :
a. untuk menjawab pertanyaan tentang peran agama dalam
menghadapi berbagai permasalahan sosial.
Hari besar agama sering dipandang sebagai sebuah momen
yang tepat untuk melakukan refleksi terhadap ajaran-ajaran agama
yang berkenaan dengan berbagai bentuk kehidupan di masyarakat.
Sehingga tema-tema yang dipilih dalam perayaan tersebut
seringkali disesuaikan dengan kondisi masyarakat pada waktu
diadakannya perayaan tersebut, sehingga pesan moral bersifat
universal dan dapat disimak oleh semua umat beragama. Misalnya
tentang kemerosotan moral, kemiskinan, persaudaraan, dan
sebagainya. Contoh-contoh hari raya yang terkait dengan perayaan
yang terkait dengan sebuah kemenangan:
22
1) Hari raya Idul Fitri dirayakan oleh Agama Islam kemenangan
terhadap umat Islam untuk melakukan puasa di bulan
Ramadhan.
2) Hari raya Galungan dirayakan oleh Agama Hindu Kemenangan
terhadap Dharma melawan Adharma.
3) Hari raya paskah dirayakan oleh Agama Kristen terhadap
perayaan kebangkitan Yesus.
4) Hari raya Waisak dirayakan oleh agama Buddha terhadap
kelahiran pangeran Sidharta (Nonik, 2011:23).
b. sebagai sarana untuk mengimplementasikan seruan-seruan moral
tersebut dalam kegiatan-kegiatan sosial yang hasilnya dapat
dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Perayaan hari besar keagamaan biasanya diiringi dengan
kegiatan-kegiatan sosial seperti pembagian makanan, pengobatan
massal, bakti sosial, dan lain-lain. Hal ini tentu menjadi sarana
untuk meningkatkan kepedulian sosial sebagaimana agama
mengajarkannya serta menjawab peran agama terhadap
permasalahan sosial yang sedang terjadi.
Apabila kedua fungsi tersebut dilaksanakan secara optimal,
tentu keraguan akan peran agama dalam kehidupan sosial
masyarakat akan hilang dengan sendirinya.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Sosial Keagamaan
4. Faktor Pekerjaan
23
Ada ribuan laki-laki dan perempuan yang sangat menyayangi
pekerjaan dengan rasa kecintaan sejati dan mendambakan sukses
dalam pekerjaanya. Dengan demikian berarti bekerja memberikan pada
seseorang promosi, persahabatan, komunikasi sosial yang terbuka,
kedudukan sosial, prestasi dan juga status sosial. (Kartono, 1994:149).
Karena itulah tidak sedikit orang dengan senang hati bekerja
terus menerus meskipun tidak lagi membutuhkan benda-benda materil.
Sebab ganjaran yang paling manis yang diperoleh dari bekerja adalah
nilai sosial dalam bentuk pengakuan, penghargaan, respek, dan
kekaguman kawan-kawan terhadap pribadinya. Sehingga hampir
semua orang merasa bahwa kerja itu menyajikan persahabatan dan
kehidupan sosial. Makna bekerja dalam pandangan Islam adalah segala
aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai tujuannya
tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan
prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah
SWT. (Toto, 2002: 27)
5. Faktor Keberagamaan
Berdasarkan hasil studi para ahli sosiologi, religiusitas
sesungguhnya merupakan suatu pandangan hidup yang harus
diterapkan dalam kehidupan setiap orang. Keduanya mempunyai
hubungan yang saling mempengaruhi dan saling bergantung
24
(interdependence) dengan semua faktor yang ikut membentuk struktur
sosial dimasyarakat manapun. (Fauzi, 2007:80).
Oleh karena itu agama tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
sosial. Agama benar-benar ditujukan untuk melapangkan jalan bagi
terciptanya kedamaian hidup, kesejahteraan dan keadilan sosial.
Melalui pengalaman beragama yaitu penghayatan dan pemaknaan
terhadap apa yang diyakini dan diterima dari berbagai segi kehidupan,
manusia menjadi lebih peka dan memiliki kemampuan untuk mengenal
dan memahami eksistensi Tuhan. (Suryani, 2010:28).
Dari sistem kepercayaan terhadap agama tersebut, nilai-nilai
serta praktik-praktik keagamaan mempunyai pengaruh langsung
terhadap tingkah laku sosial masyarakat. Dalam hal ini agama berperan
sebagai alat kontrol sosial. Dalam menjaga kaidah-kaidah sosial
masyarakat, agama memberi batasan dan pengkondisian terhadap
perilaku individu atau masyarakat itu sendiri dan memberikan sangsi-
sangsi terhadap segala pelanggaran atas norma-norma agama sehingga
terwujud keadilan sosial berbasis agama. (Suryani, 2010:29).
6. Faktor Pendidikan
Menurut para ahli pendidikan, Naquib al-Attas dalam
Mudzakir (2006:69) menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah membentuk Insan Kamil. Abd ar-Rahman Shaleh Abd Allah
dalam Mudzakir (2006:78) menyatakan bahwa tujuan pendidikan
25
Islam adalah harus mencangkup tujuan pendidikan jasmani, tujuan
pendidikan rahani, tujuan pendidikan akal, tujuan pendidikan sosial.
Muhammad Athahiyah al-Abrasyi, dalam Mujib (2006:79)
menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah tujuan yang telah
ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, sewaktu
hidupnya membentuk moral yang tinggi, karena pendidikan moral
ruhnya pendidikan Islam.
Ahmad Fuad al Ahwani dalam Arifin (2011:56) menyatakan
bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pendidikan yang menyatu
antara pendidikan jiwa, pendidikan ruh, mencerdaskan akal, dan
menguatkan jasmani. Sumber pendidikan Islam semua yang digunakan
untuk menjadi acuan atau rujukan dalam menentukan kurikulum.
Sebuah sumber yang baik haruslah mempunyai kebenaran secara
rasiao agar dapat dipertanggung jawabkan. Karena itu pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah. Seperti yang dinyatakan oleh Daradjat (2012:34) bahwa
pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Oleh karena itu bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
1) Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak-anak merekalah yang mendidik pertama-tama anaknya
26
dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat di
keluarga. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang
sangat penting atas pendidikan anak-anaknya. Sejak lahir
ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Pengaruh ayah terhadap
anaknya besar pula. Cara ayah melakukan pekerjaanya sehari-hari
berpengaruh pada cara berkerja Tidaklah diragukan lagi bahwa
tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul kepada orang
tua. Apakah tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secara sadar
atau tidak, diterima dengan sepenuh hatinya atau tidak, hal itu
merupakan “fitrah” yang telah dikodratkan Allah SWT kepada
setiap orang tua. Orang tua tidak bisa menghindari itu semua
karena itu merupakan tanggung jawab dan amanah dari Allah
SWT. Yang terdapat QS. Asy-syura (26): 214.
Artinya: “dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat,” (QS. Asy-syura (26): 214).
Tanggung jawab pendidikan Islam yang dibebankan kepada
orang tua, setidaknya harus dilaksanakan dalam rangka:
mempelihara dan membesarkan anak, melindungi dan menjamin
kesamaan, memberi pengajaran dan membahagiakan anak. Dilihat
dari tujuannya pendidikan Islam yang berorientasi pada kebahagian
27
dunia dan akhirat, maka orang tua tidak akan sanggup memikulnya
sendiri, oleh karena itu ada juga guru.
2) Guru
Guru adalah tenaga profesional, para orang tua
menyerahkan anak-anaknya kepada seorang guru untuk
mendidiknya. Dengan ini berarti pelimpahan tanggung jawab orang
tua terhadap seorang guru dan secara otomatis tanggung jawab
mendidik anak akan beralih pada guru.
3) Masyarakat
Masyarakat turut ikut memikul tanggung jawab pendidikan.
Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi peranan dalam
pendidikan anak, terutama para pemuka atau tokoh masyarakat.
Dengan demikian dipundak mereka terdapat beban juga dalam ikut
menanggung tanggung jawab terhadap terselenggaranya
pendidikan Islam. Pada dasarnya tanggung jawab pendidikan
merupakan tanggung jawab setiap orang dewasa baik secara
perorangan maupun kelompok sosial.
Prof. Dr. Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani
mengemukakan dalam Daradjat (2012:45) bahwa di antara ulama-
ulama mutakhir yang telah menyentuh persoalan tanggung jawab
adalah Abbas Mahmud Al-Akkad yang menganggap rasa tanggung
jawab sebagai salah satu ciri pokok bagi manusia pada pengertian
28
Al-Qur’an dan Islam, sehingga dapat ditafsirkan manusia sebagai:
“manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab”.
D. Karakteristik Kehidupan Masyarakat Karyawan Pabrik
Di era yang kian maju ini, setiap orang di dunia dapat
berhubungan satu dengan yang lainnya secara mudah, dengan
pesawatpun dalam satu hari seseorang dapat berpindah dari benua satu
dan benua yang lain. Demikian pula dengan semakin majunya
teknologi membuat informasi turut berkembang cepat, dengan internet
setiap orang dapat mengakses berita dari belahan dunia lain, berbagai
hal seperti itulah yang terpikirkan jika mendengar kata globalisasi.
Kemajuan membuat setiap orang dapat menjangkau batasan-batasan
yang ada, sehingga setiap orang di dunia dapat dipandang sebagai
masyarakat dunia yang tak lagi menghiraukan adanya asal negara.
Globalisasi sendiri didefinisikan sebagai suatu proses hubungan sosial
secara relatif yang menemukan tidak adanya batasan jarak dan
menghilangnya batasan-batasan secara nyata, jadi ruang lingkup
kehidupan manusia makin bertambah dengan memainkan peranan
yang lebih luas didalam dunia sebagai kesatuan tunggal (Rudy,
2003:5).
Globalisasi dikatakan memiliki aspek-aspek seperti
internasionalisasi, yang menandai meningkatnya ketergantungan antar
negara di dunia, liberalisasi yang menandai pergerakan setiap negara
yang membuka diri dan bersatu dalam dunia perekonomian,
29
universalisasi sebagai menyebarnya berbagai objek dan pemikiran di
dunia, westernisasi terutama dari Amerika dan yang terakhir ialah
deteritorialisasi yang menghapuskan pengaruh batas-batas jarak
(Scholte, 2001:14).
Menurut A. W. Pratikya, (2005 : 84) beberapa kecenderungan
perkembangan masyarakat pada era global adalah sebagai berikut:
a. masyarakat fungsional, yaitu masyarakat yang masing-masing
warganya dalam berhubungan sosial hanya terjadi karena adanya
kegunaan atau fungsi tertentu. Ini berarti, hubungan antar manusia
akan lebih diwarnai oleh motif-motif kepentingan (fungsional),
yang biasanya berkonotasi ‘fisik materil’. Hal-hal yang berada
diluar itu, dengan sendirinya kurang mendapatkan perhatian yang
sewajarnya.
b. masyarakat teknologis, yaitu masyarakat yang semua urusan dan
kegiataanya harus dikerjakan menurut tekniknya masing-masing,
yang cenderung sudah baku. Pola kehidupan yang teknologis
membawa konsekuensi nilai, yaitu makin dominannya
pertimbangan efesiensi, produktivitas dan sejenisnya yang pada
umumnya menggambarkan ciri-ciri materialistik.
c. masyarakat saintifik, yaitu masyarakat yang dalam menghargai
manusia lebih diwarnai oleh seberapa jauh hal itu bernilai rasional
objektif, provable (dapat dibuktikan secara empirik dan
kaidahkaidah ilmiah yang lain). Dalam masyarakat semacam ini
30
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama akan menunjukkan
peran yang semakin penting.
d. masyarakat terbuka, yaitu suatu masyarakat yang sepenuhnya
berjalan dan diatur oleh sistem. Dinamika kehidupan diatur oleh
sistem, bukan diatur oleh orang. Dan sistem ini tidak saja bersifat
lokal, nasional, atau regional, tetapi bersifat global.
e. transendentalisasi agama, yaitu masyarakat yang meletakkan
agama semata-mata sebagai masalah individu (personal/pribadi).
Tuhan tidak lagi diberi otoritas untuk mengatur dinamika alam dan
kehidupan. Agama seolah disisihkan dari dinamika sosial
masyarakat.
f. masyarakat serba nilai, yaitu berkembangnya nilai-nilai budaya
masyarakat yang timbul akibat modernisasi itu sendiri. Beberapa
kecenderungan tersebut antara lain: sekulerisme, materialisme,
individualisme, hedonisme, dan sebagainya.
Ketika bangsa Indonesia sedang berkembang menuju cita-
cita suatu masyarakat yang adil dan makmur, modernisasi dan
industrialisasi menjadi suatu yang tidak dapat dielakkan, dengan
menempatkan sains dan teknologi sebagai tulang punggungnya.
Perkembangan ini, di samping membawa banyak manfaat, ternyata
juga menyertakan akses mudharatnya bagi umat manusia.
Kemajuan sains dan teknologi memang telah mampu
membuka semakin lebar rahasia alam semesta. Komunikasi
31
semakin mendekatkan pemahaman dan saling pengertian antar
berbagai kebudayaan, tata nilai dan norma. Akan tetapi, gerak
kemajuan dan modernisasi rupanya juga membawa limbah
peradaban yang dapat mencemari akhlak mulia. Kemajuan itu
ternyata juga sarat beban pergeseran tata nilai yang dapat
menjerumuskan manusia.
Menumbuhkan kesadaran kembali tentang tujuan hidup
menurut islam. Baik manusia sebagai hamba Allah, maupun
kholifah Allah. Seperti yang dijelaskan pada QS. Al-Baqarah : 30
yang berbunyi :
Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (QS. Al-Baqarah 2: 30).
Marslow dan Gidson (1996:181) Industrialisasi membawa
berbagai perubahan pada banyak aspek kehidupan manusia.
Perubahan cara kerja, gaya hidup, tata ekonomi, dan kebijakan
politik, pada akhirnya membawa pula dampak sosial yang sulit
32
diperkirakan, di antara berbagai kecenderungan sosial pada era ini,
yang menonjol adalah berkembangnya orientasi yang berlebihan
terhadap materi (fasilitas) berikut konsumerismenya. Bila tidak
terkendali, kecenderungan ini dapat mengguncang keseimbangan
antara orientasi keduniaan (inner worldly) dan keakhiratan (other
worldly). keseimbangan antara orientasi keduniaan (inner worldly)
dan keakhiratan (other worldly). Banyak anggota masyarakat yang
terperangkap ke dalam arus materialisme, hedonistik atau,
sebaliknya, sufisme yang terlalu jauh.
Pada masyarakat yang di satu tingkat persaingan untuk
dapat hidup layak sedemikian ketat, dan pembagian pendapatan
tidak merata, di sana sikap ananiyah berkembang sedemikian pesat.
Ironinya, dalam sebuah masyarakat di mana komunikasi mudah
dilakukan, justru di sana hubungan antar manusia menjadi semakin
merenggang relasi umumnya baru terjadi manakala terdapat
kepentingan materi tertentu Karena itu, dapatlah dipahami jika
Eisenberg dan Stayer (2001:13) menyebutkan bahwa salah satu
permasalahan serius dunia modern sekarang ini adalah kurangnya
komunikasi dan pemahaman antar individu dan antar kelompok,
rendahnya kepedulian sosial serta seringnya terjadi berbagai
perilaku yang tidak manusiawi.
Kompleksitas masyarakat dunia modern seperti itu, bagi
banyak orang, membawa konsekuensi meningkatnya kesulitan
33
dalam adaptasi. Sehingga, fenomena kebingungan, ketegangan,
kecemasan, dan konflik-konflik berkembang begitu rupa, yang
pada akhirnya menyebabkan orang mengembangkan pola-pola
perilaku yang menyimpang dari norma-norma umum, berbuat
semaunya sendiri dan mengganggu orang lain.
Fenomena demikian, tambah lagi dengan berbagai
kenyataan sosial yang terjadi belakangan ini, semakin menambah
kekhawatiran orang tua berkenaan dengan masa depan anak cucu
mereka. Meningkatnya angka kriminalitas yang disertai tindak
kekerasan, pemerkosaan dan penyelewengan seksual, pembunuhan
sadis, semakin meningkatnya hubungan seks pra-nikah,
perkelahian pelajar, narkotika, minuman keras dan lain sebagainya
yang sudah menjadi berita harian di media cetak dan elektronik,
semakin mendorong banyak keluarga untuk berfikir ulang
mengenai efektifitas pendidikan formal dalam mengembangkan
kepribadian anak di dalam masyarakat yang beraneka ragam serta
di tengah-tengah era globalisasi.
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rusunawa
1. Keadaan Geografis Wilayah
34
Berdasarkan data yang diperoleh dari UPT Rusunawa Cabean
Salatiga mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Batas sebelah Utara Wilayah RT/RW 04/14
Batas sebelah Selatan Wilayah RT/RW 03/14
Batas sebelah Barat Wilayah RT/RW 03,04/14
Batas sebelah Timur Wilayah RT/RW 03/14
2. Keadaan Monografi UPT Rusunawa
a. Struktur Organisasi
Kepala UPT Rusunawa : Drs. Irwan Yunianto
Sekretaris : Sinta Pujianti
Dian Rita
Bendahara Penerimaan Pembantu : Warsiti Indrayani, SE
Bendahara Pengeluaran Pembantu : Imam Burhanudin, A.Md
Teknisi Listrik : Sudiyantomo
Seksi penghunian : Rizal Muhammad
Seksi Kebersihan : 1. Heri Maryono
2. Agus Sumardi
3. Andi Heri Ananta
4. Singgih Wiyono
5. Syarif Basrowi
6. Angga Khusuma
7. Subadi
35
Seksi Keamanan : 1. Ananta Windu Suhendra
2. Yudi
3. Ernanda Rio Pradana
4. Galih Pranantiyo
5. Eko Purwanto
6. Joko Susilo
b. Pengelola dan Penghuni
1). Sarana Prasarana
Berikut adalah data sarana dan prasarana yang ada di
Rusunawa Kota Salatiga.
No Jenis Barang Jumalah Keterangan
1. Gedung Rusunawa 2 Gedung Baik
2. Kamar Rusunawa 192 kamar Baik
3. Kantor UPTD 1 kantor Baik
4. Kantor Kepala UPTD 1 kantor Baik
5. Kantor Cleaning Servis 2 kantor Baik
6. Toilet umum 2 Buah Baik
7. Tempat Parkir 4 temapat Baik
8. Mushola 1 buah Baik
36
9. Tempat Tenis meja 1 buah Baik
10. Lapangan voly 1 buah Baik
11. Ruang pertemuan 2 buah Baik
12. Papan Informasi 4 buah Baik
Sarana prasarana yang sifatnya umum. Adapun kamar
huniaan berisi ruang tamu, ruang istirahat atau tidur, ruang dapur,
kamar mandi dan tempat jemur.
2). Teknis persewaan
Adapun persewaan di rusunawa kota salatiga berbeda-beda.
No Lantai Beban Sewa
1. Lantai I 150.000,-
2. Lantai II 130.000,-
3. Lantai III 110.000,-
4. Lantai IV 90.000,-
Adapun sewa di atas adalah sewa tempat per bulan, belum
termasuk bayar tagihan listrik dan air, sesuai dengan kebutuhan
masing masing.
37
3). Penghuni Rusunawa
Berdasarkan data penduduk yang diperoleh dari bapak
Rizal Muhammad selaku Seksi penghunian di UPT Rusunawa
Cabean Salatiga ini tersebar kedalam empat lantai. Jumlah tersebut
dapat dilihat dari perincian sebagai berikut:
a) Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan KK TB I
dan TB II sebagai berikut :
No. Lantai Jumlah KK Laki-Laki Perempuan
01 48 57 78
02 48 62 70
03 47 58 78
04 48 61 76
Jumlah 191 238 302
b) Data penduduk berdasarkan mata pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah
1. Pegawai Negeri Sipil 12
2. Karyawan swasta (Buruh Pabrik) 43
3. Buruh lepas 35
4. Wiraswasta 54
5. Lain-lain 47
c) Daftar penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
38
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tidak Sekolah 13
2. Lulusan SD 27
3. Lulusan SMP 94
4. Lulusan SMA 226
.5. Lulusan Kuliah 22
c. Daftar Responden
NO NAMA Status Pekerjaan
1. Bapak SJ Ketua Paguyuban
2. Bapak AN Tokoh Agama
3. Ibu MH Tokoh Agama
4. Bu ER Ibu rumah tangga (karyawan swasta)
5. Mas CD Karyawan Pabrik Kevit
6. Mas DS Karyawan Pabrik Kevit
7. Ibu KH Karyawan PT Damatex
8. Bapak SD Karyawan PT Damatex
9. Mas IW Tokoh masyarakat
10. Mbak YY Ibu rumah tangga (karyawan swasta)
39
B. Dimensi Kehidupan Sosial Keagamaan
1. Kegiatan Ritual Keagamaan
Sebagaimana telah menjadi kewajiban bagi umat beragama, ibadah
merupakan tuntutan yang harus dilakukan sebagai bentuk penghambaan
diri kepada Allah, baik secara individual maupun secara kolektif dan
masing masing mempunyai nilai yang berbeda. Demikian pula masyarakat
Rusunawa Cabean Salatiga dengan mayoritas penduduk beragama Islam,
ibadah individual maupun kolektif mewarnai intensitas keberagamaan
masyarakat ini.
Bagi warga yang bekerja sebagai karyawan pabrik, ritual ibadah
kolektif seperti sholat berjama’ah, pengajian, yasinan dan tahlilan, dan
lainnya, dapat mereka lakukan dengan pertimbangan waktu antara ibadah
tersebut dengan waktu bekerja. Karena tuntutan ekonomi yang lebih
mendesak untuk dipenuhi, sehingga intensitas keberagamaan mereka dari
segi pelaksanaan ritual ibadah dapat dikatakan “pasang surut” artinya,
ketika kesibukan kerja benar-benar sedang berada di hadapan mereka,
maka ritual-ritual ibadah menjadi terbengkalai dan kadang agama hanya
menjadi status saja. Dan mereka melaksanakan perintah-perintah
keagamaan jika waktu longgar atau hati sedang dalam keadaan semangat.
Namun dalam ibadah-ibadah yang bersifat kolektif mereka lebih
antusias mengikutinya di masyarakat. Interaksi keagamaan yang tampak
dapat ditemui dalam ibadah-ibadah kolektif seperti sholat berjamaah,
pengajian, yasinan dan tahlilan, dan lainnya.
40
a. Shalat Berjamaah
Mushola Rusunawa yang ada di kampung Cabean Salatiga
jarang dipenuhi jama’ah pada waktu-waktu shalat yang bersamaan
dengan waktu mereka bekerja, seperti dhuhur dan ashar. Karena
kondisi mereka yang masih berada di lokasi kerja. Termasuk karyawan
pabrik yang mana kebanyakan mereka melakukan shalat baik
berjama’ah maupun secara munfarid di mushola atau masjid yang ada
di pabrik tempat mereka bekerja pada jam-jam istirahat. Karena waktu
yang disediakan adalah satu jam untuk makan, shalat dan istirahat.
Sehingga pada waktu shalat dhuhur dan ashar mushala ini hanya
dihadiri oleh jamaah dari warga yang berada di rumah atau bekerja di
luar rumah yang masih sempat pulang pada waktu shalat tiba dan tidak
terikat jam kerja pabrik atau instansi tempat mereka bekerja.
Untuk sholat maghrib dan isya’ sebagian mereka yang tinggal
dekat dengan mushala yang melakukan shalat berjamaah. Di
Rusunawa hanya terdapat satu mushala saja, itupun tidak dapat
memuat banyak jamaah walaupun satu paguyuban saja. Di sisi lain
sebagian mereka lebih memilih shalat di kontrakan, karena kondisi
tubuh yang letih, lelah juga letak mushala yang lumayan berjarak dari
tempat mereka tinggal, apalagi jika mereka lembur kerja, maka jamaah
yang hadir hanya beberapa orang saja. Dan orang-orang inilah yang
dinilai warga memiliki kesadaran beribadah dan keimanan yang lebih
dibandingkan yang lain. Menurut mbak Yy, salah seorang informan
41
yang bekerja sebagai karyawan pabrik, “hanya orang-orang yang sadar
dan kuat imannya saja yang menjalankan shalat secara rutin apalagi
berjamaah”. Menurutnya sebagai orang Islam yang beriman,
kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah harus ditaati dan
dilaksanakan sebaik-baiknya. Karena hal inilah yang membedakan
antara muslim yang mu’min dengan yang bukan mu’min.
Sedangkan untuk shalat subuh memang butuh perjuangan batin
yang benar-benar kuat untuk menjalankannya apalagi secara berjamaah
di mushala. Pak An, salah satu tokoh agama menjelaskan bahwa shalat
subuh merupakan sholat yang paling berat untuk dijalani dan
memerlukan perjuangan batin yang lebih kuat untuk melakukannya.
Padahal pahala shalat subuh jauh lebih besar daripada shalat-shalat
wajib yang lain, apalagi jika dilakukan secara berjamaah, pahalanya
sama dengan melakukan shalat sunnah semalam suntuk, namun
banyak yang kurang menghiraukannya. Selain itu dari segi kesehatan
dapat kita rasakan dengan bangun pagi mendapatkan oksigen dari
udara sejuk dan murni di pagi hari dan gerakan-gerakan shalat
merupakan pengaturan pernafasan kita. Selanjutnya, Pak An
menjelaskan “manfaat untuk saya pribadi, saya bisa dekat dengan Pak
Ms (Imam masjid di kampung masyarakat Cabean), ustadz-ustadz
yang ada di sana, jadi saya bisa mengambil ilmu dari mereka.
Kemudian bisa kenal dekat dengan jamaah lainnya. Sehingga di
samping aktif mengikuti yasinan di sini saya juga punya banyak relasi
42
dari jama’ah sana”. Jadi intinya selain manfaat secara pribadi yang
diperoleh juga hikmah sosial dapat dirasakan.
Jadi shalat berjamaah bagi para karyawan pabrik merupakan
perjuangan batin yang sungguh-sungguh dengan membagi waktu
dengan jam kerja mereka. Walaupun mereka juga mengetahui
keutamaannya namun waktu dan kesempatan yang terbentur aturan
pabrik, juga kondisi tubuh yang lelah serta kurangnya kesungguh-
sungguhan melaksanakannya kadang menjadi kendala untuk tetap
menjalankan shalat baik secara munfarid maupun secara berjamaah.
Bagi mereka yang menjaga ibadah shalatnya di samping
kesibukannya mencari nafkah berpendapat bahwa shalat jamaah selain
mendapat pahala yang lebih dibanding sholat munfarid juga
mempererat persaudaraan dan kerukunan dengan sering bertemu atau
berjabat tangan ketika di mushola atau masjid. Pak Hy, imam mushala
Rusunawa menceritakan bahwa sering ada orang yang rajin berjamaah
yang suatu ketika sempat berselisih dan ketika bertemu dalam shalat
jamaah serta mengulurkan tangan untuk berjabat seusai salam, maka
setelah selesai shalat mereka kembali rukun seperti sediakala. Selain
itu ada yang mengatakan lebih khusyu’ melakukan shalat berjamaah
dibandingkan dengan shalat di rumah atau sendirian juga menambah
ilmu dan keyakinan dengan mengikuti ceramah singkat yang kadang
diadakan seusai shalat. Namun ada pula yang mengatakan shalat
berjamaah dilakukan karena sudah terbiasa berjamaah dan bersama-
43
sama sehingga jika shalat sendirian merasa kurang mantab apalagi
rumahnya berhimpitan dengan mushala.
Sedangkan bagi remaja khususnya yang bekerja di pabrik
kebanyakan mereka memberikan alasan jarang berjamaah karena tidak
ada teman seusia mereka yang pergi berjamaah sehingga merasa
tanggung jika harus ke mushala melakukan shalat jamaah dengan
orang-orang dewasa atau usia lanjut. Kecuali pada bulan Ramadhan
yang mana justru banyak jamaah remaja yang hadir walaupun hanya
pada waktu shalat isya’ dan mengikuti shalat tarawih berjamaah. Dan
kadang-kadang ada yang mengikuti shalat jamaah dari maghrib karena
ada acara buka bersama yang diadakan seusai sholat maghrib setiap
harinya.
b. Yasinan dan Tahlil
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin warga yang
dilaksanakan sekali dalam seminggu dengan pemilihan hari yang
berbeda-beda pada tiap-tiap warga serta bergilir dari warga ke warga
lain. Kebanyakan dilaksanakan pada hari Kamis malam. Karena seperti
yang telah mereka ketahui keutamaan membaca surah yasin dan tahlil
ada pada hari tersebut. Namun ada juga yang melaksanakan di luar hari
tersebut, misalnya hari Sabtu malam dengan alasan anggota yang ikut
dalam kegiatan ini mempunyai waktu lebih santai karena esok hari
libur kerja. secara umum sebagian besar warga termasuk para
karyawan pabrik mengikuti kegiatan keagamaan tersebut dengan
44
antusias, namun hal tersebut belum dapat tercermin dalam kehidupan
sehati-hari, karena mereka kurang menghayati atau memahami makna
kegiatan tersebut.
“Kegiatan ini diadakan untuk mempertebal keimanan”, kata
mas Iw, tokoh masyarakat di Rusunawa. Beliau menambahkan bahwa
keadaan lingkungan kini telah banyak membawa pengaruh negatif baik
bagi anak-anak, remaja maupun dewasa yang belum maupun sudah
berkeluarga. Oleh karena itu selain untuk mendoakan arwah di alam
kubur, kegiatan semacam ini juga bertujuan sebagai siraman rohani
untuk mereka pribadi maupun untuk disampaikan kepada keluarga
mereka. Di samping itu juga sebagai peringatan bagi mereka yang
percaya bahwa kematian bisa datang kapan saja dan tidak ada yang
mengetahui kapan datangnya. Sehingga dengan mengikuti kegiatan ini
dapat mengetahui bekal apa saja yang harus dipersiapkan sebelum
kematian itu datang.
Di samping itu bapak An, seorang tokoh agama menjelaskan
bahwa kegiatan ini dapat menambah keakraban dan persaudaraan di
antara anggota-anggota yang hadir dengan dilakukannya secara
anjangsana dari satu warga ke warga lain. Sehingga jika suatu saat ada
salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia dan keluarganya
ingin mengadakan dzikir bersama untuk mendoakan arwah tersebut,
maka jamaah ini siap diundang ke rumah untuk melakukan dzikir
tersebut sesuai permintaan tuan rumah.
45
Umumnya kegiatan warga ini diadakan dalam dua kelompok,
yaitu kelompok ibu-ibu dan kelompok bapak-bapak. Walau demikian
segala usia juga dapat mengikutinya. Pada hari kamis malam biasanya
kegiatannya dapat diikuti dengan ibu-ibu sekitar 10-20 warga dan
bapak-bapak sekitar 15-25 warga, sedangkan pada hari sabtu malam
biasanya dapat diikuti dengan ibu-ibu sekitar 20-30 warga dan bapak-
bapak sekitar 25-35 warga.
Mereka tampak antusias mengikuti kegiatan ini namun
kebanyakan hanya sebagai simbol ritualitas saja, karena belum
tercermin dalam perilaku sehari-hari. Sebagaimana yang pernah
penulis temui orang yang aktif mengikuti kegiatan semacam ini,
namun dalam masyarakat masih menampakkan perilaku yang kurang
baik, misalnya, berbicara atau berpakaian kurang sopan, bertengkar
antara suami istri, berjudi, kenakalan-kenakalan remaja juga masih
nampak di sana.
Adapun motivasi dan alasan mereka mengikuti kegiatan
semacam ini bermacam-macam pendapat. Sebagian mereka
mengatakan kegiatan semacam ini dapat meningkatkan ketaqwaan
kepada Allah. Di usia yang semakin bertambah bukan harta benda
yang diperbanyak untuk menghadapi maut yang sewaktu-waktu akan
datang, tetapi amal yang mampu menolong kelak di akhirat. Di
samping itu sebagian mereka juga mengatakan, rejeki memang harus
dicari namun yang berhak memberikan hanya Allah. Dengan demikian
46
tidak perlu mengesampingkan ibadah kepada Allah juga interaksi
dengan masyarakat. Apapun alasan pekerjaannya dan waktunya, asal
ada kemauan kuat tentu semua dapat diatur tanpa mengabaikan salah
satunya karena manusia tidak dapat hidup di dunia sendirian, sehingga
hubungan yang baik dengan masyarakat perlu dijalin untuk
meningkatkan kerukunan. Sehingga “bisa saling mengingatkan jika di
antara kita punya kekurangan atau kesalahan”, kata ibu Kh, karyawan
pabrik. Apalagi kehidupan di kota yang mana makin banyak pengaruh-
pengaruh negatif perkembangan jaman yang mudah datang dan
merusak moral masyarakat. Sehingga perlu membentengi diri dengan
iman dan taqwa kepada Sang Pencipta agar tidak hanyut dalam hal-hal
yang akan merugikan diri sendiri maupun masyarakat. Ada pula yang
berpendapat mengikuti kegiatan sosial mempunyai maksud agar tidak
terkesan angkuh dalam masyarakat jika kita dapat mengikuti kegiatan-
kegiatan yang ada di masyarakat semacam ini, sehingga suatu saat
membutuhkan orang lain maka tidak dikucilkan oleh orang lain.
Mbak Yy, seorang karyawan pabrik menceritakan
pengalamannya tentang pentingnya ibadah dan menjalankan kewajiban
sebagai hamba Allah. Dia menceritakan bahwa dia pernah bermimpi
bertemu adiknya yang telah meninggal dunia karena penyakit dan
menyampaikan penyesalannya karena semasa hidupnya jarang sekali
melaksanakan sholat dan ikut bergabung dengan warga dalam
kegiatan-kegiatan sosial warga, termasuk kegiatan yasin dan tahlil ini
47
maupun kegiatan keagamaan lainnya, dikarenakan sibuk dengan
pekerjaannya. Sehingga adiknya tersebut menderita di alam kubur.
Kemudian adiknya berpesan agar memperingatkan istrinya supaya
melaksanakan sholat dan meningkatkan ibadah serta tidak enggan
sering-sering berinteraksi dengan tetangga, agar disegani pula oleh
tetangga.
Untuk itu informan ini menyampaikan bahwa dirinya semakin
yakin bahwa kehidupan tidak berhenti sampai mati saja. Akan tetapi
masih ada kehidupan setelah kematian. Untuk itu tidak ada yang lain
yang harus diperbuat sebagai bekal untuk kehidupan kelak setelah
meninggalkan dunia selain meningkatkan ibadah baik secara vertikal
maupun horisontal untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
Adapun kegiatan ini tidak khusus membaca yasin dan tahlil
saja, namun juga ada pembacaan asmaul husna. Di awali dengan
pembukaan, sambutan shohibul hajat atau tuan rumah dilanjutkan
hadiah surah Al Fatihah, pembacaan asmaul husna, yasin dan tahlil
serta doa kemudian istirahat yang disambung dengan laporan keuangan
dan diakhiri dengan membaca surah Al Ashr sebagai penutup.
Dari susunan acara tersebut selain acara inti yaitu yasin tahlil,
ternyata terdapat pembacaan asmaul husna. Hal ini mengandung
makna bahwa dengan 99 nama-nama baik Allah dapat menjadi
perantara terkabulnya doa yang dipanjatkan kepada Allah. Jika
mempunyai permohonan kepada Allah maka sudah selayaknya
48
mengagungkan dzat yang dijadikan tempat meminta suatu keinginan.
Demikian penjelasan yang dapat penulis tangkap dari penceramah saat
mengikuti kegiatan di Rusunawa.
2. Perayaan Hari-Hari Besar Keagamaan
Sebagaimana yang sering dilakukan kaum muslimin pada
umumnya, perayaan atau peringatan hari-hari besar Islam juga sering
diadakan oleh masyarakat Rusunawa Cabean Salatiga. Baik dari
perkumpulan remaja maupun perkumpulan bapak-bapak dan ibu-ibu,
ketika menjelang tanggal hari besar atau hari bersejarah dalam Islam,
maka rencana untuk mengadakan peringatan selalu mereka singgung
pada saat pertemuan, meskipun kadang rencana tersebut tidak dapat
terlaksana. Namun pengurus atau remaja mushala sering mengadakan
acara peringatan tersebut, misalnya peringatan Isra’ Mi’raj, Maulud
Nabi, Nuzulul Qur’an, malam Lailatul Qadar dan khotmil Qur’an.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pengurus
mushala dapat penulis ringkas bahwa kegiatan-kegiatan perayaan
tersebut diadakan untuk seluruh warga dengan maksud sebagai berikut:
a. Sebagai momentum untuk melakukan refleksi atau perenungan
tentang pentingnya peran agama dan moralitas dalam kehidupan
masyarakat khususnya dalam menghadapi berbagai bentuk
penyimpangan moral yang mudah melanda masyarakat perkotaan.
49
b. Dengan modal religiusitas dan moralitas yang baik masyarakat
dapat membendung segala bentuk budaya asing dan modern yang
mengancam rusaknya sendi-sendi kehidupan.
c. Masyarakat yang ikut terlibat dalam kegiatan ini diharapkan
mampu menunjukkan nilai-nilai moralitas sesuai dengan
pengetahuan yang mereka miliki dalam pergaulan sehari-hari.
Ketua Paguyuban, bapak Sj menambahkan, “jane nggih sedoyo
kegiatan ngaji-ngaji niku tujuan umume ngaten niku, tapi katah-katahe
sami mboten nggatekke, mahami inti maknane, dados mung anut
grubyuk pokoke melu”. “sebenarnya semacam itu juga tujuan umum
dalam setiap kegiatan sosial keagamaan yang diadakan di masyarakat
ini. Namun sedikit dari mereka yang mampu merenungi dan
memahami makna penting kegiatan yang diikuti, jadi mereka asal ikut
dalam kegiatan yang diadakan”. Untuk itulah kegiatan tersebut
terkesan hanya sebatas rutinitas saja yang tidak memberikan refleksi
sosial terhadap pelakunya.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Sosial Keagamaan
Masyarakat Pabrik
4. Faktor Pekerjaan
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa mayoritas
warga UPT Rusunawa bekerja sebagai karyawan pabrik. Kedekatan
interaksi mereka di masyarakat salah satu penyebabnya yaitu oleh
kesamaan pekerjaan atau lokasi kerja. Hal tersebut menimbulkan
50
keakraban dalam berkomunikasi sehari-hari seperti obrolan mengenai
pekerjaan ataupun tentang kegiatan sosial yang ada di lingkungan
meskipun tidak secara keseluruhan dapat membawa pengaruh dalam
kehidupan dimasyarakat atau motivasi keberagaman mereka.
5. Faktor Keberagamaan
Agama tidak bisa dipisahkan dari ruang sosial karena dengan
berlandaskan agama maka akan tercipta kedamaian dalam suatu
masyarakat. Seperti yang tampak di UPT Rusunawa yang mana
sebagian besar warga masyarakat disini masih menjadikan agama
sebagai pedoman dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu perilaku
mereka dalam masyarakat dapat terkontrol sehingga kondisi di
masyarakat menjadi damai dan kerukunan antar warga dapat terjalin
dengan baik meskipun tidak secara keseluruhan.
Selain itu masih terdapat pula beberapa warga yang hanya
menjadikan agama sebagai status sosial saja. Pengetahuan yang
mereka miliki dan ritual agama yang mereka laksanakan belum
diterapkan dalam kehidupan sosial mereka. Tetapi meskipun tingkat
pengetahuan keagamaan masyarakat dapat dikatakan sedang-sedang
saja namun interaksi mereka dalam masyarakat dapat dikatakan baik.
Seperti kerukunan di antara mereka yang ditunjukkan dengan sikap
saling membantu, saling menghargai, peduli, dan juga kebersamaan
yang ditunjukkan melalui berbagai macam kegiatan.
51
Sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Mh seorang ibu rumah
tangga juga salah seorang tokoh agama setempat bahwa memang dari
segi pengetahuan tentang agama masih banyak dari warga yang
dikatakan kurang mengetahui dan hanya terbatas pada hal-hal umum
yang sudah menjadi kebiasaan. Seperti shalat, puasa Ramadhan,
membayar zakat dan lain sebagainya. Mereka menganggap segala
perbuatan seperti shalat, puasa, mengaji dan lainnya hanya
dimaksudkan untuk menambah pahala saja sedangkan hikmah lain
mereka kurang memahaminya.
6. Faktor Pendidikan
Jika dilihat dari tingkat pendidikan, masyarakat yang bekerja
sebagai karyawan pabrik di UPT Rusunawa rata-rata adalah lulusan
sekolah lanjutan (tingkat menengah dan tingkat atas). Bahkan ada juga
yang tidak tuntas sekolah karena faktor-faktor tertentu seperti
kekurangan biaya, dan lain sebagainya. Dan untuk membantu
kelanjutan kehidupan keluarga, kebanyakan dari mereka terjun dalam
dunia kerja atau dunia pabrik dikawasan tempat tinggal mereka.
Karena itulah pendidikan agama dalam masyarakat kurang tertanam
dengan baik pada warganya. Hal tersebut disebabkan karena
keterikatan karyawan dengan jam kerja pabrik dan pekerjaan yang
tidak ringan sehingga waktu kerja mengalahkan waktu untuk
menumbuhkan intensitas keberagamaan seseorang.
53
BAB IV
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini adalah
berbentuk deskriptif kualitatif, yakni penelitian dengan cara memaparkan
dalam bentuk kualitatif terhadap objek yang didasarkan pada kenyataan
dan fakta-fakta yang tampak pada objek tersebut. Sehingga untuk
menganalisis data yang telah dikumpulkan digunakan bentuk analisis
deskriptif kualitatif yaitu menganalisis data dengan berpijak pada
fenomena-fenomena yang kemudian dikaitkan dengan teori atau pendapat
yang telah ada.
Sudah lama sebagian manusia tertarik pada fenomena kehidupan
beragama yang terjadi pada masyarakat manusia pada umumnnya dan
pada masyarakat karyawan pabrik pada khususnya. Berbagai pertanyaan
yang muncul di benak penulis adalah: Bagaimana kehidupan sosial
keagamaan karyawan pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga Tahun
2015? Apa problematika kehidupan sosial keagamaan karyawan pabrik di
UPT Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015? Apa solusi yang ditempuh
untuk mengatasi permasalahan sosial keagamaan karyawan pabrik di UPT
Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015? Jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan di atas, sesuai dengan sudut pandang yang penulis gunakan.
Yaitu bahwa sebuah kehidupan sosial keagamaan merupakan simbol
kehidupan bagi pemeluknya yang mana agama tersebut sebagai pengontrol
norma-norma yang dipandang kurang berkenan oleh manusia lain. Contoh
54
kecil, seperti dalam berbusana, jika berbusana didasari agama, maka
busana tersebut dipandang orang lain terkesan sopan dan rapi.
Adapun hal yang sudah didapatkan peneliti untuk membahas bab
sebelumnya yang peneliti tangkap temuan-temuan penelitian baik
wawancara ataupun observasi yang di lapangan sebagai berikut:
A. Kehidupan Sosial Keagamaan Karyawan Pabrik Masyarakat Muslim
di UPT Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015
1. Kegiatan Ritual Keagamaan
Setelah penulis mengadakan wawancara dengan Bapak HT
(tokoh agama) di Rusunawa Cabean Salatiga. Dalam penelitian
tentang ritual ibadah kolektif seperti sholat berjamaah, pengajian
yasinan dan tahlilan, dan lainnya. Penulis berkesimpulan bahwa
dalam pelaksanaan ritual ibadah yang dilakukan masyarakat
karyawan pabrik yang mayoritas pendudukanya beragama Islam,
karena tuntutan pekerjaan, sehingga intensitas keberagamaan
mereka dari segi pelaksanaan ritual ibadah dapat dikatakan “pasang
surut”. Artinya, ketika kesibukan kerja benar-benar sedang berada
di hadapan mereka, maka ritual-ritual ibadah menjadi terbengkalai
dan kadang agama hanya menjadi status saja. Dan mereka
melaksanakan perintah-perintah keagamaan jika waktu longgar
atau hati sedang dalam keadaan semangat.
55
a. Shalat Berjamaah
Untuk meningkatkan jumlah jamaah dan menerapkan
kebiasaan shalat berjamaah di mushala juga tergantung pada
masyarakat atau jamaah itu sendiri. Kesadaran jamaah
merupakan syarat yang tidak bisa ditawar-tawar. Kesadaran
itupun tentunya harus dirangsang oleh pengurus. Dukungan
dari jamaah masjid mesti tumbuh dan ditumbuhkan.
Masyarakat sekitar mushala di Rusunawa Cabean Salatiga
nampaknya sudah mulai memahami dan menyadari akan arti
penting dari shalat berjamaah. Di samping kesadaran sosial
untuk memperhatikan dan memakmurkan mushala yang sudah
berusaha diprakarsai dan ditumbuhkan oleh pengurus masjid.
Ini terlihat dari semakin meningkatnya jumlah jamaah shalat di
mushala di Rusunawa Cabean Salatiga.
Berangkat dari kesadaran itulah jamaah mushala di
Rusunawa Cabean Salatiga merasa termotivasi untuk
melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Adapun faktor-
faktor yang memotivasi mereka untuk melaksanakan shalat
berjamaah di masjid antara lain:
1) Merasa bisa lebih khusyu’ dalam melaksanakan shalat
2) Membina tali silaturrahmi dengan tetangga dan dengan
saudara sesama muslim
3) Syi’ar agama Islam
56
4) Mushala dekat
5) Bisa berdzikir bersama-sama
Jika dilihat dari beberapa faktor di atas, maka faktor-
faktor yang memotivasi masyarakat untuk shalat berjamaah di
masjid ada motivasi ruhaniah, motivasi yang bersifat sosial,
dan motivasi yang bersifat pengembangan diri.
Pengajian harian yang pembacaan ayat atau hadits
tentang shalat berjamaah setiap menjelang doa shalat maghrib
dan isya. Program ini dilakukan setiap hari setiap menjelang
doa shalat maghrib dan isya’. Pembacaan ayat atau hadits ini
adalah untuk memberikan pengertian atau pemahaman tentang
shalat berjamaah yang termuat dalam hadits atau ayat al-
Qur’an.
Pengajian yang dilakukan secara lisan melalui
pembacaan ayat/hadits tentang shalat berjamaah, pengajian
rutin mingguan, yang bertujuan untuk memberikan pengertian
atau pemahaman tentang shalat berjamaah dan keutamaannya,
sudah cukup bagus dan sesuai dengan metode pembiasaan yang
dikemukakan oleh tokoh agama, Bapak AN mengatakan bahwa
pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha mambangkitkan
kesadaran atau pengertian terus menerus akan maksud dari
tingkah laku yang dibiasakan.
57
b. Yasinan dan Tahlil
Kegiatan yasin dan tahlil merupakan kegiatan rutinitas
warga di UPT Rusunawa Cabean Salatiga. Kegiatan ini
diadakan setiap seminggu sekali yaitu pada kamis malam
disetiap warga serta bergilir dari warga ke warga lain. Namun
ada juga yang melaksanakan di luar hari tersebut, Umumnya
kegiatan warga ini diadakan dalam dua kelompok, yaitu
kelompok ibu-ibu dan kelompok bapak-bapak. Walau demikian
segala usia juga dapat mengikutinya. Pada hari kamis malam
biasanya kegiatannya dapat diikuti dengan ibu-ibu sekitar 10-
20 warga dan bapak-bapak sekitar 15-25 warga, sedangkan
pada hari sabtu malam biasanya dapat diikuti dengan ibu-ibu
sekitar 20-30 warga dan bapak-bapak sekitar 25-35 warga.
Menurut penulis bahwa, perbandingan antara hari kamis
malam dan sabtu malam yang mengikuti antara ibu-ibu dan
bapak-bapak lebih banyak pada hari sabtu malam. Alasan
anggota yang ikut dalam kegiatan yasin dan tahlil mempunyai
waktu lebih santai karena esok hari libur kerja.
Proses berjalannya acara yang sudah menjadi suatu
tradisi tersebut, dipimpin oleh seorang tokoh agama, kalau
bukan seorang ulama atau ustadz yang sengaja disiapkan oleh
tuan rumah. Dalam acara yasin dan tahlil masyarakat UPT
Rusunawa pada umumnya melakukan pembacaan tahlil dan Al-
58
Qur’an serta pembacaan doa-doa bersama yang khusus
ditujukan pada orang yang meninggal sesuai dengan hari,
waktu, dan meninggal. Tidak hanya itu, asmaul husna. Di awali
dengan pembukaan, sambutan shohibul hajat atau tuan rumah
dilanjutkan hadiah surah Al Fatihah, pembacaan asmaul husna,
yasin dan tahlil serta doa kemudian istirahat yang disambung
dengan laporan keuangan dan diakhiri dengan membaca surah
Al Ashr sebagai penutup.
Kata mas IW, “Kegiatan ini diadakan untuk
mempertebal keimanan”. Oleh karena itu selain untuk
mendoakan arwah di alam kubur, kegiatan semacam ini juga
bertujuan sebagai siraman rohani untuk mereka pribadi maupun
untuk disampaikan kepada keluarga mereka. Di samping itu
juga sebagai peringatan bagi mereka yang percaya bahwa
kematian bisa datang kapan saja dan tidak ada yang
mengetahui kapan datangnya. Sehingga dengan mengikuti
kegiatan ini dapat mengetahui bekal apa saja yang harus
dipersiapkan sebelum kematian itu datang.
Untuk itu informan ini menyampaikan bahwa dirinya
semakin yakin bahwa kehidupan tidak berhenti sampai mati
saja. Akan tetapi masih ada kehidupan setelah kematian. Untuk
itu tidak ada yang lain yang harus diperbuat sebagai bekal
untuk kehidupan kelak setelah meninggalkan dunia selain
59
meningkatkan ibadah baik secara vertikal maupun horisontal
untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
Adapun motivasi dan alasan mereka mengikuti kegiatan
semacam ini bermacam-macam pendapat. Sebagian mereka
mengatakan kegiatan semacam ini dapat meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah. Di usia yang semakin bertambah
bukan harta benda yang diperbanyak untuk menghadapi maut
yang sewaktu-waktu akan datang, tetapi amal yang mampu
menolong kelak di akhirat.
2. Perayaan Hari-Hari Besar Keagamaan
Proses terjadinya kerukunan di Rusunawa Cabean Salatiga
tidak lepas dari usaha pemerintah setempat untuk menyatukan
warganya meskipun berbeda suku, etnis dan keyakinan. Pada
jajaran pemerintahan setempat posisi yang ada ditempati oleh
semua kalangan demi menjaga kebersamaan dan kerukunan
warganya. Dengan demikian tidak terjadi diskriminasi golongan
tertentu. Selain itu intensitas pertemuan yang sering diadakan oleh
ketua paguyuban setempat, menambah erat hubungan antar warga
Rusunawa.
Ajaran agama yang dianut dan diyakini oleh setiap umatnya
masing-masing juga mengajarkan untuk saling menyayangi dan
menghormati satu dengan yang lain, sehingga terbentuknya
kerukunan sangat mudah terjalin. Karena masing-masing umat atau
60
warga dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama yang
mereka yakini. Dengan demikian keharmonisan warga Rusunawa
akan tetap tejaga.
Selain itu, terbentuknya kerukunan di Rusunawa juga tak
luput dari peran agama masing-masing, yang bertindak sebagai
pengayom, pengawas dan penengah kaumnya dalam kehidupan
bermasyarakat. Sehingga lengkap sudah terbentuknya kerukunan di
Rusunawa Cabean Salatiga. Karena semua elemen masyrakat
saling bahu membahu mewujudkan masyarakat Rusunawa yang
aman dan damai.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat di UPT
Rusunawa Cabean Salatiga sangat memegang dan menjaga
kerukunan antar warga, meskipun mereka berbeda keyakinan.
Karena dengan mereka saling menghormati satu dengan yang lain,
maka kehidupan bermasyrakat akan terjaga keharmonisannya.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mereka saling
menjaga stabilitas kerukunan dengan menghomati perbedaan yang
ada. Baik dalam menjalani ibadah menurut keyakinan mereka
maupun merayakan hari besar agama mereka masing-masing.
Dengan demikian mereka tidak merasa canggung dalam
menjalankan ibadah mereka.
Selain itu, untuk mempererat tali silahturahmi di antara
warga, mereka mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk
61
menjaga kerukunan diantara mereka. Misalnya pertemuan PKK
dan arisan yang mereka adakan setiap sebulan sekali.
Pada acara-acara perayaan tertentu yang diadakan oleh
pemeluk agama yang lain yang sekiranya warga yang lain biasa
membantu meskipun berbeda keyakinan, mereka akan saling
bantu-membantu sesuai dengan kemampuan. Misalnya dalam
Islam ada peringatan Isra’ Mi’raj, Maulud Nabi, Nuzulul Qur’an,
malam Lailatul Qadar dan Khotmil Qur’an, warga yang lain akan
membantu menyumbang maupun ikut berpatisipasi. Karena dengan
begitu akan menambah hubungan keharmonisan di antara mereka.
B. Problematika Kehidupan Sosial Keagamaan Karyawan Pabrik di UPT
Rusunawa Cabean Salatiga Tahun 2015
Dengan hadirnya pabrik dan ribuan karyawan, maka dengan
sendirinya membawa dampak positif maupun negatif bagi masyrakat
Rusunawa. Adanya pabrik di kota Salatiga ini banyak menyerap
banyak tenaga kerja, terutama masyarakat. Sehingga mengurangi
pengangguran dan dapat menahan masyarakat untuk keluar dari
kontrakan dalam rangka mencari pekerjaan.
Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa adanya pabrik di Salatiga
telah banyak menghasilkan keuntungan yang bersifat ekonomis bagi
masyarakat setempat. Di lain pihak tidaklah dapat dihindari, di
samping kepentingan ekonomi juga menghadirkan pula pemasalahan-
62
permasalahan agama atau moral yang terus berkembang seiring
perubahan struktur masyarakat.
Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan hal itu.
Penulis menjumpai bapak HT mengadakan wewancara. Beliau adalah
kepala rumah tangga dengan 3 anak yang beranjak dewasa. Dari hasil
wewancara beliau mengatakan: “saya punya tiga anak yang sudah
besar-besar, dua orang putri dan satu orang putra, semua anak saya
bekerja di perusahaan sebagai karyawan kecuali yang putra masih
sekolah SMP kelas VIII, lumayanlah dari gaji mereka ini dapat
membantu nafkah saya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun yang saya sayangkan adalah karena jarangnya mereka tidak
ada di rumah ini mengakibatkan saya tidak dapat mengawasi perbuatan
mereka, apakah mereka melakukan hal-hal buruk atau apakah mereka
melakukan hal-hal yang baik. Namun saya tidak peduli pokoknya
mereka pulang dari pabrik tepat pada waktunya dan di rumah
menjalankan perintah agama”.
Dari pernyataan bapak HT tersebut menunjukkan bahwa
keadaan ekonomi yang lemah, maka beliau sebagai orang tua tidak
dapat lagi mengawasi perbuatan anak-anaknya ketika berada di luar
rumah. Hal ini menunjukkan kurang adanya tanggung jawab serta
pengawasan terhadap anak-anaknya.
63
Demikian juga halnya dengan yang dinyatakan oleh ibu KT.
Beliau bekerja di pabrik dan kebutuhan sehari-harinya dihasilkan
dengan mengandalkan karena gaji pabrik sebulan sekali. Beliau
mangatakan: pekerjaan saya di pabrik ini sudah lama, hasilnya buat
keluarga saya. Saya ada di Rusunawa ini juga jualan es kalau waktu
istirahat kerja. Kalau sudah saya kerjakan pekerjaan di pabrik lantas
saya waktu istirahat saya jualan es seperti saat ini. Para pembeli yang
datang kebanyakan adalah karyawan pabrik. Kebanyakan dari mereka
waktu istirahat tidak melakukan kewajiban sholat dhuhur lalai dengan
kewajibannya. Seakan-akan mereka lupa akan larangan-larangan
Allah.
C. Solusi Yang Ditempuh Untuk Mengatasi Permasalahan Sosial
Keagamaan Karyawan Pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga
Tahun 2015
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu
manusia tidak dapat hidup secara menyendiri (bersifat individual).
Manusia satu sama lain mempunyai hubungan timbal balik, sehingga
mereka merupakan satu kesatuan sosial.
Perkembangan kehidupan sosial suatu masyarakat dalam satu
wilayah tidak lepas dari kebutuhan hidupnya sehari-hari, Semuanya
saling membutuhkan antara individu yang muncul sejak manusia ada
dan hidup saling berdampingan. Hidup bermasyarakat adalah suatu
kehidupan sekelompok manusia yang saling mengadakan interaksi
64
atau berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya. Manusia
dapat dikatakan sebagai makhluk apabila mengadakan interaksi
diantara sesamanya sebagai makhluk yang memiliki perasaan sosial
yang dapat dibentuk sejak manusia bergaul dengan sesamanya akan
menjadi insan sosial, karena hidupnya selalu bersama dengan manusia
yang lain.
Dalam pembicaraan dengan tokoh agama dalam mengantisipasi
merosotnya kehidupan sosial keagamaan adalah dengan membentuk
kegiatan sosial keagamaan dalam bentuk jama’ah rutin.
Upaya tokoh agama dalam mengantisipasi merosotnya nilai-
nilai keislaman adalah dengan membina kehidupan sosial keagamaan
dalam bentuk kegiatan jama’ah rutin. Di antaranya adalah diadakannya
jama’ah rutin keagamaan setiap seminggu sekali pada hari kamis
malam dan sabtu malam yang bertempat rumah kontrakan yang
bergantian setiap seminggu sekali para warga menurut aturan yang
telah ditentukan. Anggota jama’ah ini pada umumnya terdiri dari
bapak-bapak dan ibu-ibu di Rusunawa Cabean Salatiga.
Masyarakat di Rusunawa Cabean Salatiga yang merupakan
masyrakat di lingkungan pabrik terletak di pinggiran kota dan banyak
pendatangnya. Pada awalnya masyarakat Rusunawa Cabean Salatiga
memiliki gaya hidup yang sederhana, akan tetapi setelah adanya
perubahan keadaan sekitarnya yang disebabkan oleh pembangnunan
dan banyaknya pendatang membawa perubahan besar yang disebabkan
65
oleh kenaikan pendapat atau status sosialnya. Di Rusunawa Cabean
Salatiga meskipun banyak yang bekerja di pabrik-pabrik yang besar
berkat tokoh agama setempat dan kebijaksanaan kepala UPT
Rusunawa dan para stafnya, serta atas dukungan tokoh-tokoh
masyarakat telah mendatangkan tokoh keagamaan setempat yang ada
di daerah Rusunawa Cabean Salatiga.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan beberapa bab dalam tulisan ini dapat diambil
kesimpulansebagai berikut:
1. Kehidupan sosial keagamaan karyawan pabrik di UPT Rusunawa
Cabean Salatiga tahun 2015 yang sibuk dengan pekerjaan cenderung
bersifat ritual saja. Di samping motivasi ketauhidan interaksi sosial
yang nampak cenderung dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidup jasmani maupun rohani seperti keinginan mempunyai
patner dan berkomunikasi dengan sesamanya.
2. Problem-problem yang muncul di dalam kehidupan sosial keagamaan
karyawan pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga tahun 2015 yang
sibuk dengan pekerjaan cenderung dipengaruhi oleh faktor minimnya
pengetahuan tentang agama dan kurangnya pendidikan agama yang
diterapkan dalam keluarga. Hal tersebut terjadi karena kesibukan
mereka dengan pekerjaannya.
3. Solusi yang ditempuh untuk mengatasi problem-problem kehidupan
sosial keagamaan karyawan pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga
tahun 2015 tersebut antara lain dengan membina kehidupan sosial
keagamaan dalam bentuk kegiatan jama’ah rutin. Di antaranya adalah
diadakannya jama’ah rutin keagamaan setiap seminggu sekali pada
67
hari kamis malam dan sabtu malam yang bertempat rumah kontrakan
yang bergantian setiap seminggu sekali para warga menurut aturan
yang telah ditentukan. Berkat tokoh agama setempat dan
kebijaksanaan kepala UPT Rusunawa dan para stafnya, serta atas
dukungan tokoh-tokoh masyarakat telah mendatangkan tokoh
keagamaan setempat yang ada di daerah Rusunawa Cabean Salatiga.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah disebutkan diatas, pada
bagian ini penulis ikut memberikan pemikiran atau saran sebagai berikut :
1. Saran bagi warga karyawan pabrik di UPT Rusunawa Cabean Salatiga
tahun 2015
Seseorang yang hidup bermasyarakat mempunyai kewajiban
untuk turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam masyarakat.
Dan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat sebaiknya warga
mempunyai kepedulian yang besar untuk mengembangkan dan
menjaga kegiatan yang sudah ada agar dapat terus berjalan dengan
baik. Walaupun kesibukan kerja menyita sebagian besar waktu warga
yang bekerja sebagai karyawan pabrik, sebaiknya mereka tetap harus
menyisihkan sebagian waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan
dan tetap berusaha menjaga hubungan baik dengan sesama.
68
2. Saran bagi Pengurus Organisasi di UPT Rusunawa Cabean Salatiga
2015
Pengurus harus mempunyai rasa tanggung jawab dan disertai
dengan rasa ikhlas hanya karena Allah Swt. Atas kepengurusannya dan
juga harus benar-benar dapat diandalkan untuk menjalankan kegiatan
dengan baik serta dapat bekerjasama dengan warga. Sehingga
kegiatan-kegiatan yang seharusnya dapat berjalan dengan rutin tidak
berhenti atau hilang begitu saja. Apabila seorang pengurus merasa
tidak mampu untuk melaksanakan kewajibannya hendaklah berbesar
hati untuk menyerahkan tanggung jawab kepada orang yang lebih
mampu agar kegiatan tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya.
3. Saran bagi Masyarakat di UPT Rusunawa Cabean Salatiga tahun 2015
Kegiatan-kegiatan sosial keagamaan dalam masyarakat
hendaknya selalu ditingkatkan dan juga dikembangkan agar dapat
menjadi contoh yang baik bagi para generasi muda dan juga sebagai
seseorang yang hidup bermasyarakat sebaiknya harus tetap berusaha
menjaga hubungan baik terhadap sesama, karena pada hakikatnya
tidak akan pernah bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain
disekeliling kita.
C. Kata Penutup
Dengan mengharap ridho Allah SWT, penulis mengucapkan puji
syukur Alhamdulillah karena berkat Rahmat serta pertolongannya skripsi
ini dapat terselesaikan dengan lancar.
69
Di samping itu skripsi ini dapat terwujud juga karena bantuan dari
berbagai pihak yang terkait. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih dengan harapan semoga amal kebaikan mereka diterima di sisi
Allah SWT dan dibalas dengan balasan yang lebih baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi
ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kebaikan penulis di masa yang akan datang.
Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
para pembaca dan tentunya bagi masyarakat karyawan pabrik di UPT
Rusunawa Cabean Salatiga.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah senantiasa meridhoi niat
baik dan amal semua dan semoga perlindungannya serta petunjuknya
senantiasa mengalir dalam setiap langkah kita. Amin Ya Robbal Alamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Al Ghozali, Imam. 1992. Ihya Ulumuddin. Semarang: Asy Syifa.
Al Munawar, Said Agil Husin. 2005. Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’an dalam Sistem
Pendidikan Islam. Ciputat: Ciputat Press.
Anoraga, Panji. 2005. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu. 2002. Sosiologi pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Daldjoeni, N. 1991. Ras-Ras Umat Manusia: Biogeografis, kulturhistoris,
sosiopolitis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Daymon, Christine dan Immy Holloway. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif
dalam Public Relation dan Marketing Comunication. Yogyakarta:
Bentang.
Depdikas. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fauzi, Muhammad. 2007. Agama dan Realitas Sosial Renungan & Jalan Menuju
Kebahagiaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Gerungan. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.
Hamadi, Ali. 2006a. Bergaul Ala Rosulullah:25 Kiat Sukses Bersosialisasi yang
Islami. Jakarta: Cendekia.
Kartono, Kartini. 1994. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan
Industri. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Murshafi, Muhammad Ali. 2009. Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti.
Surakarta : Cinta.
Nashori, H. Fuad. 2003. Potensi-Potensi Manusia. Bandung : Pustaka.
Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahmaniyah, Istigh Faraotur. 2010. Pendidikan Etika. Malang : UIN Maliki Press.
Salamulloh, M Alaika. 2008. Akhlak hubungan horizontal. Yogyakarta : pustaka
insan mandiri.
Santoso, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Syukur, Amin. 2004. Tasawuf Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siregar, M. Aziz. 2014. Islam Untuk Berbagai Aspek Kehidupan. Jakarta : Bumi
Aksara
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Jakarta : Balai Pustaka.
Tim Departemen Agama RI. 2016. Alqur’an Al-Karim dan Terjemahan Bahasa
Indonesia. Kudus : Menara Kudus.
Yasin, A Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Yoyakarta : Sukses
Offset.
top related