kecemasn stroke

Post on 23-Feb-2018

218 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    1/73

    TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN STROKE

    YANG DI RAWAT DI RUANG ICU RS. PANTI WALUYO

    SURAKARTA

    SKRIPSI

    Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai SarjanaKeperawatan

    Oleh:

    JokoRaharjo

    NIM. ST 13042

    PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

    STIKES KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2015

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    2/73

    ii

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    3/73

    SURAT PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama : Joko Raharjo

    NIM : ST. 13042

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

    gelar akademik (Sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun diperguruan tinggi lain.

    2) Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak

    lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim Penguji.

    3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

    dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan

    dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

    4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat

    penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima

    sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta

    sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

    Surakarta, Juli 2015

    Yang membuat pernyataan,

    (Joko Raharjo)

    NIM ST. 13042

    iii

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    4/73

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucap syukur puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    atas segala kasih dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis

    sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul Tingat Kecemasan

    Keluarga Pasien Stroke Yang Dirawat di Ruang ICU RS. PANTI WALUYO

    SURAKARTA.

    Dalam penyusunan skripsi ini b a n ya k pihak yang telah membantu. Untuk itu

    penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    2. Wahyu Rima Agustin S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi S-1

    Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    3. Wahyu Rima Agustin S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Pembimbing utama yang

    telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama

    proses pengajuan judul sampai dengan selesainya pembuatan skripsi.

    4. Ika Subekti Wulandari S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Pembimbing Pendamping

    yang telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan

    selama proses pengajuan judul sampai dengan selesainya pembuatan skripsi

    ini.

    5. Dr. T. Soebroto, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

    6. Bambang Kamiwarno, S.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan yang telah

    mendukung dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

    iv

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    5/73

    7. Seluruh Staff Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yang telah banyak

    membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

    8. Seluruh Civitas Akademi Prodi S-1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada

    Surakarta yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.

    9. Seluruh teman-teman ICU yang selalu memberikan doa dan semangat kepada

    penulis dalam meyelesaikan Skripsi ini.

    10. Keluargaku yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

    menyelesaikan Skripsi ini.

    11. Seluruh keluarga pasien stroke yang dirawat di Ruang ICU yang sudah

    bersedia menjadi responden dalam menyelesaikan Skripsi ini

    Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal

    ini mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki.

    Oleh sebab itu atas kekurangan tersebut dengan senang hati penulis menerima

    saran- saran serta kritikan yang sifatnya membangun.

    Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

    kita semua. Amin.

    Surakarta, 10 Januari 2015

    Penulis

    (Joko Raharjo)

    v

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    6/73

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR..................................................................................... iv

    DAFTAR ISI.................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL viii

    DAFTAR GAMBAR .. ix

    DAFTAR LAMPIRAN x

    ABSTRAK... xi

    ABSTRAK....................................................................................................... xiiBAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 6

    1.3 Tujuan Penelitian............................................................... 6

    BAB II

    1.4 Manfaat Penelitian.............................................................

    TINJAUAN PUSTAKA

    6

    2.1 Konsep Kecemasan............................................................ 8

    2.2 Konsep Keluarga............................................................... 19

    2.3 Konsep Stroke................................................................... 22

    2.4 Konsep ICU....................................................................... 31

    2.5 Keaslian Penelitian 35

    2.6 Kerangka Teori.. 36

    BAB III

    2.7 Kerangka konsep...

    METODE PENELITIAN

    37

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian......................................... 39

    3.2 Populasi dan Sampel.......................................................... 39

    3.3 Tempat dan Waktu Penelitian............................................ 40

    3.4 Definisi operasional............................................................ 41

    3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data..................... 42

    3.6 Tekhnik Pengolahan dan Analisa Data............................... 43

    3.7 Etika Penelitian................................................................... 44

    vi

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    7/73

    BAB IV HASIL

    4.1

    PENELITIAN

    Identitas Sampel............................................................ 46

    4.2.1 Karakter Responden..................................................... 47

    4.2.2 Analisa Univariat.......................................................... 49

    BAB V

    BAB VI

    PEMBAHASAN......................................................................

    PENUTUP

    52

    Kesimpulan.............................................................................. 57

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    vii

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    8/73

    DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

    2.1. Tabel keaslian penelitian 35

    3.1. Tabel definisi operasional 41

    4.1 Tabel responden berdasarkan kelompok umur 47

    4.2 Tabel responden berdasarkan jenis kelamin 48

    4.3 . Tabel responden berdasarkan tingkat pendidikan 48

    4.4 Tabel responden tingkat kecemasan 49

    4.5 Tabel responden tingkat kecemasan berdasarkan

    kelompok umur 50

    4.6 Tabel responden tingkat kecemasan berdasarkan

    kelompok jenis kelamin 50

    4.7 Tabel responden tingkat kecemasan berdasarkan

    tingkat pendidikan 51

    viii

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    9/73

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

    2.1 Kerangka Teori 36

    2.2 Kerangka Konsep 37

    ix

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    10/73

    Nomor Lampiran Keterangan

    1 Surat studi pendahuluan.

    2 Surat ijin penelitian.

    3 Surat balasan studi pendahuluan

    4 Surat balasan ijin penelitian dari Rumah Sakit.

    5 Permohonan menjadi responden.

    6 Persetujuan menjadi responden.

    7 Lembar kuisioner.

    8 Lembar konsultsai.

    9 Jadwal penelitian.

    x

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    11/73

    PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

    STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

    2015

    Joko Raharjo

    Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Stroke Yang di Rawat di Ruang ICU

    Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

    Abstak

    Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan

    merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,

    pengalaman baru atau yang belum pernah terjadi. Keluarga pasien stroke yang

    dirawat di ruang ICU tentu akan mengalami kecemasan. Tujuan penelitian ini

    adalah untuk melihat gambaran tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang

    dirawat di ruang ICU RS. Panti Waluyo surakarta.

    Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

    diskritif analitik. Populasi yang digunakan adalah seluruh keluarga pasien stroke

    yang dirawat di ruang ruang ICU RS. Panti Waluyo Surakarta dengan sampel

    penelitian 30 keluarga pasien stroke yang di rawat di ruang ICU, penentuan

    sampel dengan menggunakan porpusive sampling. Instrumen yang digunakan

    untuk mengumpulkan data berupa kueisioner. Alat pengukur kecemasan yang

    digunakan adalah Hamilton Rating Scale for Axiety (HRS-A), terdiri dari 14

    kelompok gejala. Variabel yang diteliti adalah tingkat kecemasan keluarga. Hasil

    penelitian menunjukan bahwa tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang

    dirawat di ruang ICU RS. Panti Waluyo mengalami tingkat kecemasan berat

    dengan hasil 73.3%. Diharapkan bagi perawat di ruang ICU dapat memberikandukungan mental bagi keluarga pasien stroke yang dirawat di ruang ICU.

    Kata kunci : Tingkat kecemasan, keluarga pasien stroke, ICU.

    Daftar pustaka : 34 (2004-2011)

    xi

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    12/73

    BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

    2015

    Joko Raharjo

    Anxiety Level of the Families of Hospitalized Stroke Patients at the ICU

    Room of Panti Waluyo Hospital of Surakarta

    ABSTRACT

    Anxuiety is a response to particular situations that threaten. It is a normal

    thing that accompanies development, alteration, new or unprecedented experience.

    Families of hospitalized stroke patients at ICU room will experience the anxiety.

    The objective of this research is to investigate the anxiety level of the families of

    hospitalized stroke patients at the ICU room of Panti Waluyo hospital of

    Surakarta.

    This research used the descriptive analytical method. Its population was all

    of the families of hospitalized stroke patients as many as 30 families at the ICU

    room of Panti Waluyo hospital of Surakarta. The samples of research consisted of

    30 families and were taken by using the purposive sampling technique. The data

    of research were collected through questionnaire. This resarch used the HamiltonRating Scale for Anxiety (HRS-A) as anxiety measuring tool, consisting of 14

    groups of symtomps. The research variable was familys anxiety level. The result

    of research shows that the family anxiety level of hospitalized stroke patients at

    the ICU room of Panti Waluyo hospital was very high ( 73.3%). Therefore, the

    nurses employed at the ICU room can provide mental supports to the family of

    hospitalized stroke patients in ICU room.

    Keywords: Anxiety level, family of stroke patients, ICU.

    References: 34 (2004-2011)

    xii

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    13/73

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Stroke merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan fungsi otak

    dikarenakan suplai darah ke otak mengalami masalah yang terjadi secara tiba-

    tiba (cepat), dan berlangsung selama 24 jam sehingga terjadi reaksi biokimia

    yang menyebabkan sel dalam otak menjadi mati (Wiwit, 2010). Menurut

    definisiWorld Health Organisation(WHO), stroke adalah suatu tanda klinis

    yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global)

    dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat

    menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler

    (Harsono,2005)

    Berdasarkan jenisnya stroke dibagi menjadi 2, yaitu strokeiskemikatau

    non Hemoragik dan Stroke Hemoragik. Stroke non Hemoragik terjadi karena

    aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang

    telah menyumbat pembuluh darah. StrokeHemoragikterjadi karena pecahnya

    pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah

    merembes kesuatu daerah di otak dan merusaknya. (Fatimah Dety N, 2009).

    Tanda dan gejala stroke yang sering terjadi adalah : pusing, kesemutan,

    kejang, gangguan penglihatan, Gangguan bicara yang bersifat semaentara

    atau menetap, lumpuh pada satu sisi tubuh. Gejala sisa yang diderita pasien

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    14/73

    pasca stroke yaitu: defisit motorik, defisit sensori, gangguan keseimbangan,

    afasia, nyeri, gaangguan kognitif. Gejala pasca stroke akan mempengaruhi

    kehidupan sehari-hari penderita. Menurut sebuah penelitihan penderita stroke

    memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan ADL/activity daily living

    (Duncan,1994; Patelet, et al. (2006). Salah satu gejala sisa yang sering

    dijumpai pada penderita pasca stroke yaitu gangguan kognitif.

    Stroke termasuk penyakit neurologi yang serius, Stroke merupakan

    salah satu penyebab utama kematian ke tiga di Amerika Serikat setelah

    penyakit jantung dan kanker. Di Amerika Serikat setiap tahunnya 500.000

    orang terserang Stroke. 400.000 orang terkena Stroke Iskemik dan 100.000

    orang terserang Stroke Hemoragik (termasuk perdarahan intraserebral dan

    subaraknoid) dengan 175.000 di antaranya mengalami kematian (Bustami, et

    al., 2007).

    Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di

    Asia, penyebabnya karena penyakit degeneratif, dan penyebab terbanyak

    diakibatkan karena stres. Stroke merupakan penyakit nomer tiga yang

    mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survey tahun 2004,

    stroke merupakan pembunuh nomer satu di RS Pemerintah di seluruh penjuru

    Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan angka kejadian stroke yang

    relatif tinggi yang merupakan pembunuh utama di Instalasi Gawat Darurat di

    rumah sakit. Penderita stroke diperkirakan 500.000 dari jumlah tersebut

    sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan

    fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    15/73

    fungsional berat yang harus mengharuskan penderita terus menerus berbaring

    dikasur, dan harus dilayani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, makan,

    minum, mandi, buang air besar dan buang air kecil, dan kadang harus masih

    dengan alat medis yaitu selang makan ataupun selang untuk kencing

    (Bustami, et al., 2007).

    Penderita stroke yang di rawat di Ruang ICU (Intensive Care Unit) RS

    Panti Waluyo tahun 2013 sebanyak 152 pasien, bulan Januari-oktober 2014

    sebanyak 160 pasien (Rekam Medik RS Panti Waluyo). Kondisi sakit tidak

    dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan. Klien dan keluarganya harus

    menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan

    pengobatan yang dilaksanakan. Keluarga umumnya akan mengalami

    perubahan perilaku dan emosional, orang mempunyai reaksi yang berbeda-

    beda terhadap kondisi yang dialami. Penyakit yang berat, terutama yang dapat

    mengancam kehidupan, dapat menimbulkan perubahan perilaku yang lebih

    luas, ansietas, syok, penolakan, marah. Hal tersebut merupakan respon umum

    yang disebabkan oleh stres (Hawari, 2006)

    ICU (Intensive Care Unit) adalah salah satu unit di Rumah Sakit yang

    berfungsi untuk perawatan pasien kritis. Unit ini berbeda dengan unit lainnya

    karena semua pasien yang dirawat di ruang ini dirawat oleh petugas atau tim

    medis yang terlatih, serta kegiatan dilakukan selama 24 jam, serta

    menggunakan alat-alat canggih yang asing untuk keluarga atau pasien. Selain

    itu peraturan di ICU(Intensive Care Unit)sangat ketat karena keluarga tidak

    boleh menunggu secara terus-menerus sehingga hal ini akan menimbulkan

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    16/73

    kecemasan tersendiri bagi keluarga (bagaimana kondisi perkembangan

    keluarganya saat ini) bahkan trauma bagi anggota keluarganya yang di rawat

    di ICU(Intensive Care Unit)menurut Mc Adam dan Puntillo dalam Bailey

    (2009).

    Fenomena kecemasan yang terjadi pada keluarga pasien stroke yang

    dirawat di Ruang ICU (Intensive Care Unit) RS Panti Waluyo. Ditunjukan

    dengan perilaku keluarga yang selalu bertanya tentang kondisi anggota

    keluarganya yang dirawat, bertanya dengan pertanyaan yang di ulang-ulang,

    berkunjung diluar jam kunjung, keluarga takut kehilangan (meninggal dunia)

    keluarga mengatakan susah tidur, takut anggota keluarga sembuh tapi

    mengalami kecacatan, takut tidak bisa membayar biaya perawatan di ICU

    (Intensive Care Unit)takut akan kondisi pasien yang lain, takut melihat alat-

    alat yang terpasang di tubuh pasien.

    Sebuah keluarga adalah merupakan unit dasar dari masyarakat dimana

    anggotanya mempunyai suatu komitmen untuk memelihara satu sama lain

    baik secara emosi maupun fisik dan keluarga dapat dipandang sebagai sistem

    terbuka, suatu perubahan atau gangguan pada salah satu bagian dari sistem

    dapat mengakibatkan perubahan atau gangguan dari seluruh sistem. Jadi

    fungsi afektif keluarga merupakan dukungan psikososial keluarga kepada

    anggotanya sehingga anggota keluarga tersebut merasa nyaman dan dicintai.

    Stres atau cemas yang dihadapi dan dialami oleh salah satu anggota keluarga

    mempengaruhi seluruh keluarga.

    Menurut Kelter (1995) dalam Sibuea (2010), Cemas merupakan

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    17/73

    perasaan internal yang sumbernya sering kali tidak spesifik dan mengancam

    keamanan seseorang dan kelompok. Cemas disebabkan oleh karena krisis

    situasi, tidak terpenuhinya kebutuhan, perasaan tidak berdaya dan kurang

    kontrol pada situasi kehidupan. Kecemasan keluarga akan bertambah bila

    mengetahui salah satu anggota keluarganya dirawat di Ruang ICU. Adapun

    faktor - faktor yang mempengaruhi kecemasan keluarga akibat perawatan

    salah satu anggota keluarga di rumah sakit diantaranya adalah keluarga takut

    pasien akan mengalami kecacatan, takut akan kehilangan, masalah sosial

    ekonomi, kurangnya pemberian informasi dari tenaga kesehatan (Geraw,

    1998 dalam Kumala sari, 2010).Dampak kecemasan keluarga pasien stroke

    yang terjadi di Ruang ICU RS Panti Waluyo yaitu keluarga sulit tidur, di

    tandai tengah malam keluarga menanyakan kondisi keluarganya yang di

    rawat di ICU, keluarga binggung saat diinformasikan total biaya, keluarga

    sangat kaget bila terjadi suara secara tiba-tiba, tidak ada nafsu makan karena

    memikirkan kondisi keluraganya yang di rawat. Fenomena yang terjadi di RS.

    Panti Waluyo yaitu dukungan konseling pastoral sudah ada, tetapi masih

    bersifat umum artinya belum fokus pada pasien di ICU.

    Berdasarkan fenomena yang terjadi di Rumah Sakit Panti Waluyo

    peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat kecemasan

    keluarga pasien stroke yang di rawat di Ruang ICU Panti waluyo. Apabila

    kecemasan tidak diatasi akan menjadi maladaptive dimana individu sudah

    tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga bisa

    mengalami gangguan fisik, perilaku maupun gangguan kognitif dan apabila

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    18/73

    kecemasan teratasi artinya individu bisa beradaptasi dengan cemas yang

    muncul.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah,

    sejauh mana tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang dirawat di

    ruang ICU?

    1.3 Tujuan penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui gambaran tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang

    dirawat di ruang ICU RS. Panti Waluyo.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengidentifikasi karakteristik kecemasan berhubungan dengan

    umur.

    b. Mengidentifikasi karakteristik kecemasan berhubungan dengan

    jenis kelamin.

    c. Mengidentifikasi karakteristik kecemasan berhubungan dengan

    tingkat pendidikan.

    d. Mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga pasien stroke.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1. Manfaat bagi Rumah Sakit

    Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan program

    pelayanan kesehatan bukan saja kepada pasien yang di rawat di ICU

    tetapi juga pelayanan kepada keluarga pasien terlebih yang mengalami

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    19/73

    kecemasan sehingga Rumah Sakit bisa menyediakan petugas khusus

    untuk konseling bagi keluarga yang mengalami kecemasn.

    2. Manfaat bagi instusi pendidikan

    Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang

    berguna bagi para pembaca untuk menambah wawasan, pengetahuan,

    dan juga sebagai acuan pembelajaran tentang penerapan asuhan

    keperawatan terkait dengan kecemasan, khususnya kecemasan keluarga

    pasien Stroke dalam menghadapi perawatan salah satu anggota

    keluarganya di ruangan ICU.

    3. Manfaat bagi peneliti lain

    Sebagai salah satu rujukan dan pembanding untuk penelitian

    selanjutnya.

    4. Manfaat bagi peneliti

    Merupakan pengalaman dalam penelitian sehingga peneliti bisa

    mengetahui tingkat tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang di

    rawat di ICU RS Panti Waluyo.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    20/73

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Kecemasan.

    2.1.1 Pengertian.

    Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

    oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau

    takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia

    tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi

    (Murwani, 2008). Sedangkan menurut Struart (2007) cemas adalah

    kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan

    perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Tidak ada objek yang dapat

    diidentifikasi sebagai stimulus cemas.

    Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam,

    dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,

    perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta

    dalam menemukan identitas diri dan arti hidup (Nevid, at al 2005).

    Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan

    mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan

    mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak

    menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan

    menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    21/73

    Rochman, 2010)

    Namora Lumongga Lubis (2009) menjelaskan bahwa kecemasan

    adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu

    mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang.

    Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan

    yang akan terjadi. Sedangkan Siti Sundari (2004) memahami kecemasan

    sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman

    terhadap kesehatan. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa

    pendapat diatas bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada

    situasi tertentu yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan

    kegelisahan serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

    2.1.2 Teori Kecemasan

    Beberapa teori penyebab kecemasan pada individu antara lain

    (Stuart,2007)

    1. Teori Psikoanalitik

    Menurut pandangan psikoanalitik kecemasan terjadi karena

    adanya konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian,

    yaitu id dan super ego. Id adalah satu-satunya komponen yang ada

    sejak lahir, id merupakan komponen kepribadian. Id didorong oleh

    prinsip kesenangan atau kepuasan,jika kesenangan tidak terpenuhi

    akan menimbulakan kecemasan. Ego adalah komponen

    kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan

    realita. Super ego adalah aspek kepribadian yang menampung

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    22/73

    semua setandar internalisasi moral memberikan pedoman

    penilaian.

    2 Teori Interpersonal

    Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari

    perasaan takut terhadap adanya penolakan dan tidak adanya

    penerimaan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan

    perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang

    menimbulkan kelemahan fisik.

    3 Teori Perilaku (Behavior)

    Teori bihavior adalah teori tentang perubahan tingkah laku

    sebagai hasil dari pengalaman. Pandangan teori perilaku terhadap

    kecemasan adalah sesuatu yang mengganggu kemampuan individu

    untuk mencapai tujuan yang diingginkan.

    4 Teori Prespektif Keluarga

    Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi

    dalam keluarga. Kecemasan menunjukan adanya pola interaksi

    yang mal adaptif dalam system keluarga. Keluarga bisa menjadi

    penyebab kecemasan yang nyata bila keadaan keluarga dengan

    kondisi yang penuh dengan pertengkaran serta adanya

    ketidakpedulian orang tua terhadap anggota keluarga

    5 Teori Perspektif Biologis

    Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung

    reseptor khususnya yang mengatur ansietas, antara lain :

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    23/73

    benzodiazepines, penghambat asam amino butirik-gamma

    neroregulator serta endofirin. Kesehatan umum seseorang sebagai

    predisposisi terhadap ansietas.

    2.1.3 Tanda dan Gejala Kecemasan di ICU

    Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan

    oleh seseorang bervariasi yaitu: perilaku keluarga yang sering bertanya

    tentang kondisi anggota keluarganya, bertanya dengan pertanyaan yang

    diulang-ulang, berkunjung diluar jam kunjung, keluarga takut kehilangan,

    tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh individu

    tersebut . Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat

    mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2006), antara lain

    adalah sebagai berikut :

    1. Gejala psikologis : pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut

    akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak

    tenang, gelisah, mudah terkejut.

    2. Gangguan pola tidur (pemenuhan akan kebutuhan istirahat terganggu

    karena dampak dari cemas) mimpi-mimpi yang menegangkan, tidur

    tidak nyenyak, terbanggun pada malam hari, sukar tidur.

    3. Gangguan konsentrasi daya ingat.

    4. Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak

    nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan,

    tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    24/73

    2.1.4 Tingkat Kecemasan

    Menurut Stuart (2007), ada empat tingkat kecemasan yang dialami

    oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

    1. Kecemasan Ringan

    Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu

    masih waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat

    memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah

    secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan.

    2. Kecemasan Sedang

    Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

    mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang presepsi

    individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang

    selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

    melakukannya

    3 Kecemasan Berat

    Lapangan presepsi individu sangat sempit. Individu cenderung

    berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang

    hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu

    tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

    4 Panik

    Berhubungan dengan ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah

    dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang

    mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    25/73

    arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

    peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

    berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

    kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan

    dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat

    terjadi kelelahan dan kematian.

    2.1.5 Pengukuran kecemasan

    Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan baik kecemasan

    ringan, sedang, berat dan panik digunakan alat ukur kecemasan. Menurut

    Hawari (2006), tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat

    ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for

    Axiety(HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara lain adalah

    sebagai berikut:

    1. Perasaan cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan

    mudah tersinggung.

    2. Ketegangan : merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan

    tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

    3. Ketakutan : pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada

    binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang

    banyak

    4. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur

    tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan

    mimpi yang menakutkan.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    26/73

    5. Gangguan kecerdasan : sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan

    daya ingat buruk.

    6. Perasaan depresri (murung): hilangnya minat, berkurangnya

    kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan

    perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

    7. Gejala somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot,

    gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.

    8. Gejala somatik/ fisik (sensorik) : tinnitus (telinga berdenging),

    penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan

    ditusuk-tusuk.

    9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) : takikardi

    (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi

    mengeras, rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak jantung

    menghilang/ berhenti sekejap

    10. Gejala respiratori (pernafasan) : rasa tertekan atau sempit di dada, rasa

    tercekik, sering menarik nafas pendek/ sesak.

    11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) : sulit menelan, perut melilit,

    gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan

    terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB

    konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan berat

    badan.

    12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) : sering buang air kecil,

    tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid), darah

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    27/73

    haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan,

    masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi

    dingin,ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi

    13. Gejala autonom : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,

    kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu

    berdiri.

    14. Tingkah laku/ sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi

    berkerut, wajah tegang/ mengeras, nafas pendek dan cepat serta wajah

    merah.

    Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara

    0-4,dengan penilaian sebagai berikut:

    Nilai 0 = Tidak ada gejala(keluhan)

    Nilai 1 = Gejala ringan.

    Nilai 2 = Gejala sedang.

    Nilai 3 = Gejala berat.

    Nilai 4 = Gejala panik

    Masing-masing nilai dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan

    dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui tingkat kecemasan yaitu

    kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14-20 = kecemasan ringan, 21-27 =

    kecemasan sedang, 28-41= kecemasan berat, 42-56= kecemasan berat

    sekali/panik.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    28/73

    2.1.6 Rentang Respon Kecemasan

    Menurut Stuart (2007), rentang respon individu terhadap cemas

    berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive. Rentang respon yang

    paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk

    beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang

    paling maladaptive adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi

    berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan

    fisik, perilaku maupun kognitif.

    2.1.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan.

    1. Faktor Predisposisi

    Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan

    (Stuart, 2007). Faktor-faktor tersebut antara lain :

    a. Teori Psikoanalitik

    Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan

    timbul karena konflik antara elemen kepribadian yaitu id (insting)

    dan super ego (nurani). Id mewakili dorongan insting dan imlus

    primitive seseorang dan dikendalikan norma budayanya. Ego

    berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan

    dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada

    bahaya.

    b. Teori Interpersonal

    Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasaan takut

    terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    29/73

    Kecemasan juga berhubungan dengan perpisahan dan kehilangan

    yang menimbulkan kelemahan spesifik.

    c Teori Behavior.

    Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu

    yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan

    yang diinginkan.

    d Teori Perspektif Keluarga.

    Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak

    adaptif dalam keluarga.

    e Teori Perspektif Biologi.

    Fungsi biologis menunjukan bahwa otak mengandung

    reseptor khusus Benzodiapine. Reseptor ini mungkin membantu

    mengatur kecemasan.

    2. Faktor Prespitasi

    Faktor prespitasi adalah faktor-faktor yang dapat menjadi

    pencetus kecemasan (Stuart, 2007). Faktor pencetus tersebut adalah :

    1. Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi

    ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kemampuan

    untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

    2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

    identitas harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi dari

    seseorang.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    30/73

    2.1.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Keluarga.

    1. Umur.

    Menurut Lukman (2009), umur usia individu yang terhitung

    mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Umur berkorelasi

    dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, dan

    pemahaman terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan

    membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam proses berfikir

    pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkan dalam

    menggunakan mekanisme koping yang baik dibanding kelompok umur

    anak-anak. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar

    kematangan dan perkembangan seseorang.

    2 Jenis Kelamin.

    Berkaitan kecemasan pada pria dan wanita, bahwa perempuan

    lebih cemas akan ketidakmampuanya dibanding dengan laki-laki, laki-

    laki lebih aktif, ekploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif.

    Penelitihan lain menunjukan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding

    perempuan (Power dan Myers,1983) (Creasof,2008).

    Sunaryo (2004), menulis dalam bukunya bahwa pada umumnya

    seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap

    sesuatu hal yang dianggap mengancam dirinya dibanding perempuan.

    Laki-laki lebih mempunyai pengetahuan dan wawasan lebih luas

    dibanding perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi

    dengan lingkungan luar, sedangkan sebagian besar perempuan hanya

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    31/73

    tinggal dirumah menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah

    tangga,sehingga tingkat pengetahuan ilmu atau tranfer informasi yang

    didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit.

    3 Pendidikan

    Pendidikan tinggi lebih mampu dalam menggunakan

    pemahaman mereka dalam merespon kejadian cemas secara adaptif di

    banding dengan responden yang berpendidikan rendah (Lukman,

    2009). Kondisi ini menunjukan respon cemas berat cenderung dapat

    ditemukan pada responden yang berpendidikan rendah karena

    rendahnya mereka dalam pemahaman tentang penyakit sehingga

    membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam merespon

    kejadian suatu penyakit.

    4 Pengalaman

    Roby (2009) pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang

    positif atau negatif dapat mempengaruhi perkembangan ketrampilan

    menggunakan koping. Keberhasilan seseorang dapat membantu

    individu untuk mengembangkan kekuatan coping, sebaliknya

    kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang

    menggunakan coping yang maladaptif terhadap stresor tertentu

    2.2 Konsep Keluarga

    2.2.1 Pengertian

    Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan

    melalui pertalian darah, adobsi, atau perkawinan ( WHO, 1969 dalam

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    32/73

    setiadi,2013). Keluarga adalah unit terkecil dalam manyarakat yang terdiri

    dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya

    (BKKBN, 1992 dalam Murwani dan Setyowati, 2010).

    2.2.2. Fungsi Keluarga

    Fungsi keluarga menurut (Jhonson L & Leny R, 2010)

    1. Fungsi Pendidikan.

    Dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan

    anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.

    2. Fungsi sosialisasi

    Sosialisasi dimulai sejak lahir, keberhasilan perkembangan

    individu dan keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan

    antar anggota. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma,

    budaya dan perilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga

    dan keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat

    yang baik.

    3. Fungsi perlindungan.

    Yaitu keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa

    terlindungi dan aman.

    4. Fungsi perasaan

    Yaitu keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana

    anak dan anggota yang lain dan berkomunikasi dan berinteraksi

    antar sesama anggota keluarga.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    33/73

    5. Fungsi agama.

    Yaitu bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak

    dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan

    keyakinan yang mengatur kehidupan kini.

    6. Fungsi ekonomi.

    Yaitu bagaimana keluarga mencari penghasilan, mengatur

    penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan

    keluarga.

    7. Fungsi rekreatif.

    Yaitu bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan

    dalam dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama

    keluarga, bercerita tentang pengalaman masing-masing.

    8. Fungsi biologis.

    Yaitu bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi

    selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman

    diantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian

    anggota keluarga.

    2.2.3 Struktur keluarga

    Friedman (1988), dalam buku Mubarak, (2006) menggambarkan struktur

    keluarga terdiri dari :

    1. Struktur komunikasi

    Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur,

    terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan,

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    34/73

    komunikasi keluarga bagi pengirim: mengemukakan pesan, jelas dan

    berkualitas, meminta dan menerima umpan balik. Penerima :

    mendengarkan pesan, memberikan umpan balik dan valid.

    2. Struktur peran

    Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang

    diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran

    bias bersifat formal atau informal.

    3. Struktur kekuatan

    Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk

    mengontrol atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain.

    4. Struktur nilai dan normal

    Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat

    anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola

    perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu berarti disini

    adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar

    keluarga (Suprajitno, 2004).

    2.3 Konsep Stroke

    2.3.1 Pengertian:

    Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal

    maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan

    peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau

    pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat

    pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    35/73

    pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron).

    Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi,

    2011).

    Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak mengalami

    kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya

    pembuluh darah di otak. Aliran darah yang terhenti membuat suplai

    oksigen dan zat makanan ke otak juga terhenti, sehingga sebagian otak

    tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya ( Utami P, 2009 ).

    Kesimpulan dari teori stroke diatas adalah gangguan distribusi

    oksigen ke otak yang disebabkan karena gangguan aliran darah pada

    pembuluh darah.

    2.3.2. Klasifikasi Stroke.

    Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik

    dan stroke hemorhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang

    berbeda, pada stroke hemorhagic terdapat timbunan darah di

    subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan stroke iskemik terjadi karena

    kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi

    kurang mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara

    lain sebagai berikut :

    2.3.2.1 Stroke Iskemik

    Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan

    yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak.

    penyumbatnya adalah plak atau timbunan lemak yang mengandung

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    36/73

    kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh

    darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri)

    atau pembuluh darah kecil. Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi

    karena dinding bagian dalam pembuluh darah (arteri)menebal dan kasar,

    sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh karena darah berupa

    cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah

    (trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi

    sumbatan pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami kekurangan

    pasokan darah yang membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh

    darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau

    infark, stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke

    otak. Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan

    kematian jaringan otak. Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut

    Junaidi (2011) dikelompokkan sebagai berikut

    a) Transient Ischemic Attack(TIA)

    Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya

    berlangsung kurang dari 24 jam atau serangan sementara dan

    disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu sampai dua jam biasanya

    TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga belum bisa

    teratasi sekitar 50 % pasien sudah terkena infark.

    b)Reversible Ischemic Nerurological Defisit(RIND)

    Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24

    jam, biasanya RIND akan membaik dalam waktu 2448 jam.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    37/73

    c) Stroke In Evolution (SIE)

    Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus

    berkembang dimana terlihat semakin berat dan memburuk setelah 48

    jam. Defisit neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari ringan

    sampai menjadi berat.

    d) Complete Stroke Non Hemorage

    Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen

    tidak berkembang lagi bergantung daerah bagian otak mana yang

    mengalami infark.

    2.3.2.2. Stroke Hemorage

    Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran

    atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah

    menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya

    darah yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak

    akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan

    kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak

    sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau

    dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak

    (subarachnoid hemorage)bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal

    bahkan sampai pada kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi

    pada lanjut usia, karena penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh

    darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah

    rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    38/73

    juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang

    sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh

    darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi

    apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi.Beberapa jenis

    stroke hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu:

    1. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural).

    yaitu kedaruratan bedah neuro yang memerlukan

    perawatan segera. Stroke ini biasanya diikuti dengan fraktur

    tengkorak dengan robekan arteri tengah atauarteri meningens

    lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jamsetelah mengalami

    cedera untuk dapat mempertahankanhidup.

    2. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut).

    yaitu hematoma subdural yang robek adalah bagian vena

    sehingga pembentukan hematomanya lebih lama dan

    menyebabkan tekanan pada otak.

    3. Hemoragi subaraknoid

    Hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid dapat

    terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi

    penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma.

    4. Hemoragi interaserebral

    Perdarahan di substansi dalam otak yang paling umum

    terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    39/73

    serebral karena perubahan degeneratif karena penyakit ini

    biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.

    2.3.3 Etiologi

    Stroke menurut Smeltzer & Bare (2006), biasanya diakibatkan dari

    salah satu dari empat kejadian, yaitu:

    1. Trombosit (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak

    atau leher).

    2. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang

    dibawah ke otak dari bagian tubuh yang lain.

    3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak).

    4. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral

    dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang

    sekitar otak). Akibatnya adalah penghentian suplai darah

    ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau

    permanen gerakan, berpikir memori, bicara atau sensasi.

    2.3.4 Manisfestasi klinis

    Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada

    lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang

    perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau

    aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.

    Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2006), antara lain:

    defisit lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik, defisit verbal,

    defisit kognitif dan defisit emosional

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    40/73

    1. Defisit lapang pandang.

    a. Tidak menyadari orang atau obyek di tempat kehilangan

    penglihatan.

    b. Kesulitan menilai jarak yaitu tidak dapat membedakan antara

    jarak dekat dengan jarak jauh.

    c. Diplopia yaitu; gangguan penglihatan yang mana obyek

    terlihat dobel.

    2. Defisit Motorik.

    a. wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama Hemiparesis

    (kelemahan).

    b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang

    sama).

    c. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu

    menyatukan kaki.

    d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara

    yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot

    yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.

    e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)

    3. Defisit Sensorik : kesemutan pada bagian tubuh.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    41/73

    4. Defisit Verbal

    a. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat

    dipahami).

    b. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang

    dibicarakan) .

    c. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif).

    5. Defisit Kognitif

    a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang.

    b. Penurunan lapang perhatian.

    c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.

    d. Perubahan penilaian.

    6. Defisit Emosional

    a. Kehilangan kontrol diri.

    b. Labilitas emosional.

    c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres.

    d. Depresi.

    e. Menarik diri.

    f. Rasa takut, bermusuhan dan marah.

    g. isolasi

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    42/73

    2.3.5 Komplikasi

    Komplikasi stroke menurut Smeltzer & Bare (2006) meliputi:

    1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi

    darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada

    ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian

    oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta

    hemotokrit pada tingkat dapat diterimaakan membantu dalam

    mempertahankan oksigenasi jaringan.

    2 Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah

    jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi

    adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan

    vesikositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.

    Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu perlu dihindari untuk

    mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi

    meluasnya area cedera.

    3 Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau

    fibrilasi atrium atau dari katup jantung prostetik. Embolisme

    akan menurunkan aliran darah keotak dan selanjutnya

    menurunkan aliran darah serebral.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    43/73

    2.4 Konsep ICU

    2.4.1 Pengertian

    Ruang perawatan Intensif (ICU) adalah unit perawatan khusus yang

    dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cedera dengan

    penyulit yang mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga kesehatan

    terlatih,serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus. (Depkes RI,

    2006)

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan

    Pelayanan ICU di Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit

    yang mandiri (instalasi di bawah direktur pelayanan), dengan staf yang

    khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tujukan untuk observasi,

    perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau

    penyuli-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam

    nyawa dengan prognosis dubia.

    2.4.2 Klasifikasi pelayanan ICU

    Pelayanan ICU dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

    1. ICU Primer

    Ruang Perawatan Intensif Primer memberi pelayanan pada

    pasien yang memerlukan perawatan ketat(high care).Ruang perawatan

    Intensif mampu melakukan resusitasi jantung paru dan memberi

    ventilasi bantu 24-28 jam.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    44/73

    2. ICU Sekunder

    Pelayanan ICU sekunder pelayanan yang khusus dan mampu

    memberi ventilasi bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan hidup

    lain tetapi tidak terlalu komplek .

    3. ICU Tersier

    Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek

    perawatan intensif, mampu memberi pelayanan yang tertinggi

    termasuk dukungan bantuan hidup multi sistem yang kompleks dalam

    jangka waktu yang tidak terbatas serta mampu melakukan bantuan

    renal ekstrakoporal dan pemantauan kardiovasculer invasif dalam

    jangka waktu yang terbatas

    2.4.3 Kriteria pasien masuk dan keluar ICU

    Suatu ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian

    khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat yang

    dibutuhkan untuk nmerawat pasien sakit kritis. Keadaan ini memaksa

    diperlukannya mekanisme untuk membuat prioritas pada sarana yang

    terbatas ini apabila kebutuhan ternyata melebihi jumlah tempat tidur yang

    tersedia di ICU (Standar Pelayanan ICU, 2006)

    Prioritas masuk ICU sebagai berikut:

    1. Pasien Prioritas 1

    Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang

    memerlukan perawatan intensif dengan bantuan alat-alat ventilasi,

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    45/73

    monitoring dan obat-obatan vasoaktif kontinyu dan lain-lain misal pasien

    bedah kardiotoraksik, atau pasien shock septic.

    2. Pasien Prioritas 2

    Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis

    pasien ini berisiko sehingga memerlukan terapi intensif segera, karenanya

    pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

    catheter sangat menolong, misalnya pada penyakit dasar jantung, paru atau

    ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan mayor.

    Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya,

    menginggat kondisi medisnya senantiasa berubah.

    3. Pasien Prioritas 3.

    Pasien jenis ini pasien sakit kritis dan tidak stabil dimana status

    kesehatan sebelumnya penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya,

    baik masing masing atau kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan

    kesembuhan dan atau mendapat manfaat dari terapi di ICU. Contoh-contoh

    pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metatastik disertai penyulit

    infeksi perikardial tamponade, atau sumbatan jalan nafas, atau pasien

    menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi akut

    penyakit berat. Pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk

    mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai

    melakukan intubasi dan resusitasi kardiopulmuner.

    2.4.3 Indikasi Pasien Keluar ICU

    Kriteria pasien keluar dari ICU mempunyai 3 prioritas:

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    46/73

    1. Pasien prioritas 1

    Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi

    perawatan intensif, atau jika terapi mengalami kegagalan, prognose jangka

    pendek buruk, sedikit kemungkinan bila perawatan intensif

    diteruskan.Contoh: pasien dengan tiga atau lebih gagal sistem organ yang

    tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.

    2. Pasien prioritas 2

    Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intensif menunjukan

    bahwa perawatan intensif tidak dibutuhkan dan pemantauan intensif

    selanjutnya tidak diperlukan lagi.

    3. Pasien prioritas 3

    Pasien dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif

    telah tidak ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila

    kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kontinyu

    diketahui kemungkinan untuk pulih kembali sangat kecil, keuntungan dari

    terapi selanjutnya sangat sedikit. Contoh pasien dengan penyakit lanjut

    (penyakit paru kronis, penyakit jantung atau liver terminal, karsinoma

    yang telah menyebar luas dan lain-lainnya) yang tidak berespon dengan

    terapi ICU untuk penyakit akut lainya

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    47/73

    No Nama Judul Metode Hasil

    1 HetiSutansi Tingkat kecemasan keluarga

    klien Post Craniotomi di ICU

    RS. Siloam Lippo Karawaci

    Tahun 2007

    Diskriptif Cemas ringan 0%

    Cemas sedang 18

    responden 60%

    Cemas berat 12

    responden 40%

    Panik 0%

    2 Isni Nurlhuda

    Rahmawati

    Faktor-faktor yang

    mempengaaruhi tingkat

    kecemasan keluarga pasien

    yang di rawat di ruang ICU

    RSUD DR, MM Dunda

    Limboto Tahun 2013

    Diskriptif

    analitik dengan

    pendekatancross

    sectional study

    data yang

    menyatakan

    variabel bebas

    dan variabel

    terikat

    diobservasi pada

    waktu bersamaan

    Faktor informasi

    mempengaruhi tingkat

    kecemasan keluarga

    pasien yang dirawat

    diruang ICU RSUD

    DR, MM Dunda

    Limboto

    2.5 Keaslian Penelitian

    Tabel 2.1 Tabel Keaslian Penelitian

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    48/73

    2.6 Kerangka Teori

    Faktor predisposisi kecemasan

    1. Konflik id dan super ego

    2. Penolakan interpersonal

    3. Frustasi

    4. Interaksi maladaptive

    5. Gangguan kesehatan

    Faktor presipitasi kecemasan :

    1.Ancaman integritas fisiologis

    yaitu penurunan aktifitas sehari-hari

    2.Ancaman sistem diri dan fungsi sosial

    .

    Faktor-faktor yang

    mempengaruhi

    kecemasan keluarga

    1.Umur

    2.Jenis kelamin

    3.Pendidikan

    Tingkat Kecemasan:

    1.Ringan

    2.Sedang

    3.Berat.

    4.Berat sekali/ panik

    Gambar 2.1 Kerangka teori

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    49/73

    2.7 Kerangka Konsep

    Umur

    2. Jenis kelamin.

    3. Pendidikan.

    Tingkat Kecemasan

    1.Ringan.2.Sedang.

    3.Berat.

    4.Berat sekali/ panik

    Keterangan

    = Variabel Independen

    = Variabel dependen ( yang diteliti)

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    50/73

    2.8 Hipotesis Penelitian

    Untuk penelitian ini tidak ada hipotesa yang ditegakkan karena

    hanya satu variabel, karena hipotesa adalah jawaban sementara terhadap

    masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan

    kebenarannya.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    51/73

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.

    Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriptif analitik dengan dengan

    pendekatan cross sectional study dimana data yang menyangkut variabel

    independen dan dependen di observasi pada waktu yang bersamaan

    3.2 Populasi dan Sampel

    3.2.1 Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Setiadi, 2013).

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga pasien stroke yang

    dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

    3.2.2 Sampel

    Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

    dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Pengambilan sampel

    untuk keluarga pasien stroke yang dirawat di ruang ICU RS Panti Waluyo

    Surakarta pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil

    responden yang ada dan bersedia sebagai responden di tempat penilitian

    kurang lebih selama penelitian dilakukan. Pada penelitian ini di dapatkan

    30 sampel.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    52/73

    Kriteria Insklusi

    1 Salah satu keluarga inti pasien (Ayah,ibu, anak,dan saudara kandung)

    2 Keluarga inti pasien yang berusia minimal 20-60 tahun.

    3 Keluarga inti pasien yang bersedia diteliti.

    4 Keluarga inti pasien yang dapat membaca dan menulis.

    5 Keluarga inti pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik

    6 Jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

    Kriteria Esklusi

    1. Anggota keluarga inti yang mengalami gangguan mental.

    2. Anggota keluarga inti yang mengundurkan diri secara tiba-tiba.

    3.2.3 Teknik pengambilan sampel.

    Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive

    sampling yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih

    sampel sesuai yang dikehendaki peneliti (Sugiyono,2006)

    3.3 Tempat dan waktu penelitian.

    Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta di

    Ruang ICU. Waktu penelitian dilakukan bulan Februari-April 2015.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    53/73

    3.4 Definisi operasional

    Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

    NO Variabel Definisioperasional

    Alat ukur Parameter Skaladata

    Skor

    1

    Tingkat

    kecemasan

    Tingkatkecemasan

    keluarga pasien

    adalah suatu

    perasaan takut

    atau cemas yang

    dirasakan oleh

    keluarga yangdisebabkan oleh

    proses

    keperawatan

    Kuisioner

    Cemasringan

    Cemas

    sedang.

    Cemas berat

    Cemas berat

    sekali/panik

    Ordinal

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    54/73

    diselesaikankeluarga pasien

    dalam sekolahformal yakni

    sekolah umum

    atau sekolah

    yang disamakan.

    SMAPT/S1

    3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

    Peneliti menyusun instrumen untuk mengumpulkan data berupa

    kuisioner, Alat pengukur kecemasan yang digunakan adalah Hamilton

    Rating Scale for Axiety (HRS-A), terdiri dari 14 kelompok gejala yaitu ;

    perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan

    kecerdasan, perasaan depresi atau murung, gejala somatik fisik (otot), gejala

    somatik fisik (sensori), gejala kardiovaskuler, gejala respiratori, gejala

    gastrointestinal, gejala urogenetal, gejala autonom, tingkah laku sikap.

    Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4,

    dengan penilaian sebagai berikut:

    Nilai 0 = Tidak ada gejala(keluhan)

    Nilai 1 = Gejala ringan.

    Nilai 2 = Gejala sedang.

    Nilai 3 = Gejala berat.

    Nilai 4 = Gejala berat sekali/panik

    Masing-masing nilai dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan

    dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui tingkat kecemasan yaitu

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    55/73

    kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14-20 = kecemasan ringan, 21-27 =

    kecemasan sedang, 28-41= kecemasan berat, 42-56= kecemasan berat

    sekali/panik

    3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data.

    3.6.1 Pengolahan data

    Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data secara manual

    sebelum data di analisa, terlebih dahulu dilakukan:

    1. Editing

    Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

    yang diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2011). Pengecekan

    lembar kuesioner dari responden apakah jawaban sudah lengkap,

    jelas, relevan, dan konsisten.

    2. Koding

    Koding merupakan kegiatan pemberian kode numerik terhadap

    data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2011).

    3. Entri data

    Data entri adalah kegiatan memasukan data yang telah

    dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer

    kemudian membuat distribusi frekwensi sederhana.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    56/73

    4. Tabulating

    Untuk memudahkan analisa data maka data dikelempokkan

    kedalam tabel kerja, kemudian data dianalisa secara statistik deskriptif

    melalui perhitungan presentasi dan hasil perhitungan jumlah.

    3.6.2 Analisa Data

    1. Analisa Univariat

    Analisa Univariat dilakukan secara diskriptif yaitu menampilkan

    tabel frekwensi tentang tingkat kecemasan sebagai variabel dependen.

    3.7 Etika penelitihan

    Menurut Hidayat (2007) Masalah etika penelitian keperawatan

    merupakan masalah yang penting dalam penelitihan, mengingat

    penelitihan keperawatan berhubungan langsung dengan manusia maka

    segi etika yang harus diperhatikan adalah:

    1. Informed consent

    Informed consentmerupakan bentuk persetujuan antara peneliti

    dengan responden dengan memberi lembar persetujuan. Informed

    consent diberikan sebelum penelitian untuk menjadi responden. Tujuan

    informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan

    penelitian mengetahuai dampaknya, jika subyek bersedia mereka harus

    menandatangani lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia

    maka peneliti harus mengormati hak responden. Beberapa informasi

    yang harus ada di informed consent tersebut antara lain: partisipasi

    responden, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan,

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    57/73

    komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi,

    manfaat kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi dll.

    2. Anonimity(tanpa nama)

    Masalah keperawatan merupakan masalah yang memberi jaminan

    dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan

    atau mencantumkan nama responden pada lembar atau alat ukur dan

    hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

    penelitian yang disajikan.

    3. Confidentiality(kerahasiaan)

    Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

    jaminan kerahasiaan hasil penelitihan baik informasi atau masalah-

    masalah lainnya. Semua informasi yang sudah dikumpulkan dijamin

    kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

    dilaporkan dalam hasil riset. (Hidayat,2007).

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    58/73

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1 Identitas sampel.

    Secara umum jumlah pasien yang di rawat diRuang ICU Rumah Sakit

    Panti Waluyo Surakarta sampai selesai dilakukan penelitian berjumlah 30

    orang, setiap pasien didampingi oleh keluarga. Rata rata usia dari keluarga

    pasien 20-30 tahun ada 5 responden, 31-40 tahun ada 9 responden, 41-50

    tahun ada 10 responden, 51-60 tahun ada 6 responden. Dari 30 keluarga

    pasien yang berjenis kelamin laki-laki ada 12 responden, sedangkan

    perempuan ada 18 responden.Untuk tingkat pendidikan SD sebanyak 2

    responden, SMP sebanyak 3 responden, SMA sebanyak 15 responden, PT/

    S1 sebanyak 10 responden.Dalam analisa ini menjelaskan secara deskriptif

    mengenai variabel variabel penelitian yang terdiri dari karakter responden

    dan mengenai penggumpulan data sesuai dengan variabel penelitian. Data

    ini terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan. Data akan disajikan dalam

    bentuk tabel distribusi frekuensi.

    46

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    59/73

    47

    4.2 Hasil penelitian.

    4.2.1 Karakter responden.

    a. Gambaran responden berdasarkan kelompok umur.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Panti

    Waluyo Surakarta di Ruang ICU berdasarkan kelompok umur, dimana

    masing-masing memiliki umur yang berbeda- beda Distribusi kelompok

    umur dapat dilihat di tabel berikut ini:

    Tabel 4.1 Responden berdasarkan kelompok umur keluarga pasien

    stroke yang dirawat di ruang ICU RS Panti Waluyo tahun 2015

    Umur Frekuensi presentase

    20 -30 5 16,7%

    31- 40 9 30%

    41-50 10 33,3%

    51-60 6 20%

    Total 30 100%

    Tabel 4.1 Menunjukkan distribusi responden keluarga pasien stroke

    berdasarkan kelompok umur yang paling banyak yaitu umur 41-50 tahun

    sebanyak 10 responden (33,3%).

    b. Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Panti

    Waluyo Surakarta di Ruang ICU berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

    ditabel berikut ini:

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    60/73

    48

    Tabel 4.2 Responden berdasarkan jenis kelamin keluarga pasien stroke

    yang dirawat di ruang ICU RS Panti Waluyo tahun 2015

    Jenis kelamin Frekuensi Presentase

    Laki-laki 12 40%

    Perempuan 18 60%

    Total 30 100%

    Tabel 4.2 Menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

    keluarga pasien stroke yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 18

    responden (60%), sedangkan laki-laki sebanyak 12 responden,(40%)

    c. Gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

    Berdasarkan hasil penelitihan yang dilakukan di Rumah Sakit Panti

    Waluyo Surakarta di ruang ICU berdasarkan tingkat pendidikan keluarga

    pasien stroke dapat dilihat di tabel berikut ini:

    Tabel 4.3 Responden berdasarkan tingkat pendidikan keluarga pasien

    stroke yang dirawat di ruang ICU RS Panti Waluyo tahun 2015.

    Pendidikan Frekuensi presentase

    SD 2 6,7%

    SMP 3 10%

    SMA 15 50%

    Perguruan Tinggi/S1 10 33,37%

    Total 30 100%

    Tabel 4.3 Menunjukan responden berdasarkan tinggkat pendidikan paling

    banyak terdapat pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%).

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    61/73

    49

    4.2.2 Analisa Univariat

    Gambaran responden tingkat kecemasan keluarga pasien.

    Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan keluarga pasien stroke

    yang di rawat di Ruang ICU RS Panti Waluyo, dapat dilihat di tabel berikut

    ini:

    Tabel 4.4 Responden tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang di

    rawat di Ruang ICU RS Panti Waluyo tahun 2015.

    Tingkat kecemasan Frekuensi Presentase

    Tidak ada kecemasan 4 13,3%

    Kecemasan ringan 2 6,7%

    Kecemasan sedang 2 6,7%

    Kecemasan berat 22 73,3%

    Kecemasan berat

    sekali/ panik

    0 0

    Total 30 100%

    Tabel 4.4 Menunjukan gambaran responden tingakat kecemasan keluarga

    pasien stroke yang di rawat di Ruang ICU RS Panti Waluyo dengan tingkat

    kecemasan berat sebanyak 22 responden (73,3%).

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    62/73

    50

    Tabel 4.5 Responden tingkat kecemasan berdasarkan kelompok Umur.

    Tingkat kecemasan 20 - 30 31- 40 41- 50 51-60

    Tidak ada kecemasan 20% 22,2% 20% 50%

    Kecemasan ringan 20% 11,1% 10% _

    Kecemasan sedang 20% 33,3% _ 16,7%

    Kecemasan berat 40% 33,3% 70% 33,3%

    Kecemasan berat sekali _ _ _ _

    Total 100% 100% 100% 100%

    Tabel 4.5 Menunjukan kelompok umur 41-50 mengalami tingkat kecemasan berat

    70%.

    Tabel 4.6 Responden tingkat kecemasan berdasarkan kelompok jenis

    kelamin

    Tingkat kecemasan Laki Laki Perempuan

    Tidak ada kecemasan 41,7% 16,7%

    Kecemasan ringan - 16,7%

    Kecemasan sedang 16,7% 16,7%

    Kecemasan berat

    Kecemasan berat sekali

    41,7%

    -

    50%

    -

    Total 100% 100%

    Tabel 4,6 Menunjukan kelompok perempuan mengalami kecemasan berat 50%

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    63/73

    51

    Tabel 4.7 Responden tingkat kecemasan berdasarkan tingkat pendidikan

    Tingkat kecemasan SD SMP SMA SI

    Tidak ada kecemasan 50% 33,3% 33,3% 10%

    Kecemasan ringan 50% 33,3% 6,7% -

    Kecemasan sedang - - 20% 20%

    Kecemasan berat

    Kecemasan berat sekali

    -

    -

    33,3%

    -

    40%

    -

    70%

    -

    Total 100% 100% 100% 100%

    Tabel 4.7 mrnggambarkan kelompok pendidikan SMA mengalami kecemasan

    berat 40%

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    64/73

    BAB V

    PEMBAHASAN

    5.1. Umur

    Dari hasil penelitian yang dilakukan di Ruang ICU RS Panti Waluyo

    didapatkan 30 responden,kelompok umur yang paling banyak pada umur

    41-50 tahun sebanyak 10 respondenkecemasan berat 7responden

    (70%)Menurut beberapa penelitian umur merupakan salah satu faktor yang

    berkontribusi terhadap timbulnya kecemasan pada keluarga pasien.

    Bahkan ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih rentan

    mengalami kecemasan dari pada usia tua, tetapi ada yang berpendapat

    sebaliknya (kaplan dan sadock, 1997 : Kurniawan 2008).Berdasarkan

    kelompok umur ini,responden berstatus sebagai istri dan anak dan tinggal

    serumah sehingga mereka yang tinggal serumah akan mengalami

    kecemasan, dan kecemasan dapat timbul pada siapa saja baik usia muda,

    dewasa, dan tua.

    5.1.1 Jenis kelamin.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan di Ruang ICU RS Panti

    Waluyo, responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12

    responden, kecemasan berat 5 responden (41,7%).

    Responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 18

    responden, kecemasan berat 9 responden ( 50%). Myers (1983) dalam

    Trismiati (2006) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan

    52

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    65/73

    53

    ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif

    sedangkan perempuan lebih sensitif. Jadi dalam penelitian ini perempuan

    lebih cemas dari pada laki-laki.

    5.1.2 Pendidikan.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan di Ruang ICU RS Panti Waluyo

    kelompok tingkat pendidikan yang paling banyak pada kelompok

    pendidikan SMA sebanyak 15 respondenkecemasan berat 6 responden

    (40%). Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh

    terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan

    semakin mudah berfikir secara rasional dan menangkap informasi baru

    termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Stuart, 2006).

    Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi

    pendidikan semakin tinggi tingkat kecemasananya. Menurut peneliti hal ini

    dikarenakan kondisi dari pasien sendiri saat dirawat di Ruang ICU kondisi

    tidak sadar, pasien mengalami perdarahan otak, serta rata rata responden

    berstatus sebagai anak dan istri yang tinggal serumah, maka mereka yang

    mempunyai hubungan anak dan orang tua akan lebih cemas tanpa melihat

    pendidikan tinggi atau rendah.

    5.1.3 Tingkat kecemasan

    Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam,

    dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,

    perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah terjadi (Nevid, at al

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    66/73

    54

    2005). Menurut pandangan interpersonal, cemas timbul dari perasaan

    takut terhadap adanya penolakan dan tidak adanya penerimaan

    interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan perkembangan trauma,

    seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik.

    Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh

    seseorang bervariasi yaitu: perilaku keluarga yang sering bertanya tentang

    kondisi anggota keluarganya, bertanya dengan pertanyaan yang diulang-

    ulang, berkunjung diluar jam kunjung, keluarga takut kehilangan.

    Dari hasil penelitian di Ruang ICU RS Panti Waluyo dari bulan

    Februari April 2015 didapatkan 30 responden keluarga pasien stroke

    yang di rawat di ruang ICU. Untuk tingkat kecemasan keluarga pasien

    stroke yang di rawat di Ruang ICU tidak ada kecemasan 4 responden

    (13,3%), kecemasan ringan 2 responden (6,7%), kecemasan sedang 2

    responden (6,7%), kecemasan berat 22 responden ( 73,3%).

    Gejala kecemasan yang muncul bervariasi. Gejala kecemasan berat

    muncul pada kelompok perasaan depresi dan kelompok gangguan tidur.

    Kelompok perasaan depresi meliputi : hilangnya minat, berkurangnya

    kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah- ubah

    tiap hari. Sedangkan kelompok gangguan tidur meliputi : sukar untuk

    tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, mimpi buruk, mimpi

    menakutkan.

    Analisa lebih lanjut menunjukan bahwa gejala yang paling sering

    muncul pada respon kecemasan adalah munculnya perasaan depresi yang

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    67/73

    55

    diiringi dengan gangguan tidur dan ketegangan. Semua gejala tersebut

    merupakan respon psikologis dan fisiologis dari kecemasan yang timbul

    akibat adanya stresor dan ancaman integritas biologis dan konsep diri (Ann

    Isac, 1996 : Nurkholis 2008).Faktor faktor yang mempengarui tingkat

    kecemasan : jenis kelamin, umur, lingkungan dan situasi, tipe kepribadian,

    keadaan fisik, pendidikan dan status ekonomi (stuart 2006).

    Dari kelompok gejala yang muncul kemudian dikelompokan menjadi

    empat kategori yaitu, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, cemas

    berat sekali/ panik. Penelitian menunjukan responden mengalami

    kecemasan yang bervariasi seperti terlihat pada tabel 4.

    Penelitian lain pernah dilakukan oleh Isni Nurulhuda Rahmawati di

    Ruang ICU RSUD DR.M.M Dunda Limboto kab. Gorontalo tahun 2013

    dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

    keluarga pasien yang di rawat di Ruang ICU dengan hasil tidak cemas 4

    responden (12,1%), cemas ringan 5 responden ( 15,2%), cemas sedang 10

    responden ( 30,3%) cemas berat 14 responden ( 42,2%) . Faktor informasi

    mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat diruang

    ICU RSUD DR, MM Dunda Limboto.

    Peneliti selanjutnya Heti Sutanti di Ruang ICU RS Siloam Lippo

    Karawaci tahun 2006 dengan judul Tingkat Kecemasan Klien Post

    Craniotomi dengan hasil cemas sedang 18 responden ( 60%), cemas berat

    12 responden ( 40%). Namun demikian penelitian ini lebih di khususkan

    pada tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang di rawat di Ruang

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    68/73

    56

    ICU dengan hasil data menunjukkan tingkat kecemasan berat (73,3%).

    Hal ini dipengarui beberapa faktor antara lain : responden rata rata

    bersataus sebagai anak, responden berstatus sebagai istri, kondisi saat

    pasien masuk Ruang ICU dalam kondisi tidak sadar, semua pasien stroke

    yang diteliti mengalami perdarahan otak, pasien belum pernah mengalami

    penyakit stroke, saat berkunjung keluarga lebih banyak menangis di depan

    pasien.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    69/73

    BAB VI

    PENUTUP

    6.1 Kesimpulan.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan judul Tingkat

    Kecemasan Keluarga Pasien Stroke yang di Rawat di Ruang ICU RS Panti

    Waluyo Suarakarta. maka dapat di simpulkan :

    6.1.1 Umur 41-50 tahun sebanyak 10 responden (33,3%) dengan kecemasan berat

    7 responden (70%).

    6.1.2 Perempuan 18 responden (60%) dengan kecemasan berat 9 responden

    (50%).

    6.1.3 Pendidikan SMA 15 responden (50%) dengan kecemasan berat 6 responden

    (40%).

    6.1.4 Gambaran tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang dirawat di Ruang

    ICU RS Panti Waluyo kecemasan berat 22 responden ( 73,3%)

    6.2 Saran

    1. Rumah Sakit.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan

    keluarga pasien stroke yang dirawat di Ruang ICU RS Panti Waluyo

    termasuk kecemasan berat. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan

    kualitas pelayanan dimana tidak hanya berfokus pada masalah fisik

    57

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    70/73

    58

    saja melainkan mencakup masalah psikososial pasien dan keluarga,

    sehingga pastoral care dapat dilibatkan dalam memberikan konseling

    pada keluarga pasien yang mengalami kecemasan

    2. Instusi Pendidikan

    Diharapkan dapat menjadi pengembangan Ilmu Pengetahuan

    dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga pasien yang

    mengalami kecemasan dan pengembangan ilmu keperawatan

    keluarga.

    3. Bagi peneliti lain

    Peneliti lanjut tentang kecemasan perlu dilakukan dengan

    penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

    keluarga pasien.

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    71/73

    DAFTAR PUSTAKA

    Bailey, J.J., Melanie, S., Carmen,G.L., Johanne, B., & Lynne, M. (2009).

    Supporting families in the ICU: A descriptive correlational study of

    informationalsupport, anxiety, and satisfactionwith care.Intensive and

    criticalcare nursing vol 26, 114-121. http: www.elsevier.com/iccn,

    diperoleh 25 Januari 2015.

    Bustami, M., Ahmad, A., Mayza, A., Mulyatsih, E., Rasyid, A., et al. (2007).

    Manajemen Komprehensif Stroke. Yogyakarta : Pustaka Cedekia Press

    Creasoft. (2008).Konsep Penyembuhan Luka. Jakarta : EGC

    Fatimah, Detty N. (2009).Mencegah dan Mengatasi Stroke. Yogyakarta : Kujang

    Press

    Feigin, V. ( 2006).Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan

    Pemulihan Stroke.Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer

    Firdaus, Lukman. (2009).Kecemasan menghadapi dunia kerja,Jakarta:

    (http://www jurnal psikologi.com)

    Fitri Fauziah & Julianty Widuri. (2007). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.

    Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)

    Harsono, (2005).Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress

    Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FK

    Universitas Indonesia

    Hidayat. A.A.A. (2007).Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa

    Data.Jakarta: Salemba Medika

    Hidayat, Syarifudin. (2011).Metodologi Penelitian. Bandung : Mandar Maju

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    72/73

    Junaidi, I. (2011).Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : Penerbit Andi

    Kumalasari, Intan dan Adhyantoro, Iwan. (2012).Kesehatan Reproduksi. Jakarta :

    Salemba Medika

    Kurniawan, Arif. (2008). Faktor- factor yang berhubungan dengan tingkat

    kecemasan orang tua terhadap hospitalisai anak usia toodler di BRSD

    RAA Soewondo Pati. Semarang: Program Studi Ilmu Keperawatan,

    Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Unimus (tidakdipublikasikan). Skripsi

    Kholil Rochman Lur. (2010).Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press

    Mubarak, W. H. (2006).Pengantar Keperawatan Komunitas 2.Jakarta: Sagung

    Seto

    Murwani, A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Cetakan

    Pertama.Yogyakarta: Penerbit Fitramaya

    Namora Lumongga Lubis .(2009) . Depresi, Tinjauan Psikologis. Jakarta :

    Kencana

    Nevid, J. S., et al. (2005).Psikologi Abnormal(Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga

    Nurcholis. (2008). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan

    Kecemasan Pasien Gangguan Kardiovaskuler Yang Pertama Kali

    Dirawat Di Intensive Coronary Care Unit RSU Tugurejo Semarang.

    Semarang: Universitas Diponegoro

    Setiadi. (2013). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Yogyakarta : Graha

    Ilmu

    Setyowati dan Murwani. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta :

    Mitra Cendika Press

  • 7/24/2019 Kecemasn Stroke

    73/73

    Sibuea, W. Heidin. (2005).Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta: Jakarta

    Siti Sundari. (2004).Kearah Memahami Kesehatan Mental. Yogyakarta:

    PPB FIP UNY

    Smeltzer, SC. (2006).Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Brunner

    dan sudarth, Ed. 8. Jakarta, EGC

    .Standart Pelayanan Keperawatan ICU. Depkes RI. (2006).

    Sugiyono, (2006).Statistika Untuk Penelitian,Cetakan Ketujuh. Bandung : CV

    Alfabeta

    Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC

    Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: PT Asdi

    Mahasatya

    Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik.

    Jakarta: EGC

    Stuart, W.G & Sundeen, J.S. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Pocket

    Guideto Psychiatric Nursing). Jakarta : EGC

    Stuart, G.W. (2007).Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi5. Jakarta : EGC

top related