kebijakan pembangunan pemberdayaan perempuan …dispppa.sumutprov.go.id/downlot.php?file=16bahan...
Post on 27-Apr-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Drs. Jumsadi Damanik, SH, M. Hum
ASISTEN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SETDAPROVSU
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK:
SERTA TANTANGAN TAHUN 2019
DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK
PROVINSI SUMATERA UTARA
HAK SETIAP WARGA NEGARA UNTUK MENIKMATI DAN BERPARTISIPASI
DALAM PEMBANGUNAN DI BERBAGAI BIDANG
1. MENINGKATKAN
PERANAN DAN
KETERWAKILAN
PEREMPUAN DALAM
POLITIK DAN
PEMBANGUNAN
2. MELINDUNGI ANAK, PEREMPUAN DAN
KELOMPOK
MASYARAKAT
MARJINAL
AGENDA
Jumlah penduduk (BPS, 2017)
14.262.147 jiwa
Laki-Laki : 7.116.896 jiwa (49%)
Perempuan : 7.145.251 jiwa (51%)
sex ratio : 99,60
(setiap 100 perempuan terdapat 99 laki-laki).
Jumlah Penduduk Miskin (BPS, 2017)
Perkotaan : 663.270 jiwa
Perdesaan : 663.000 jiwa
Total : 1.326.227 jiwa (9,30%)
Gambaran Umum Sumatera Utara
laki laki 49,90 %
perempuan
50,10 %
Proporsi Jumlah Penduduk Sumut
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indonesia - Sumut
75,13
68,36 68,87
69,51 70
67,7 68,31
68,9 69,55
70,18
2012 2013 2014 2015 2016
IPM SUMUT IPM INDONESIA
Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Indonesia - Sumut
70,76
90,07 90,26 90,96 90,82 90,07 90,19 90,34 91,03 90,82
2012 2013 2014 2015 2016
IPG SUMUT IPG INDONESIA
IPG digunakan untuk mengukur pencapaian dimensi dan variabel yang sama
seperti IPM, tetapi mengungkapkan ketidakadilan dalam pencapaian antara laki-
laki dan perempuan.
Semakin besar perbedaan gender dalam pembangunan manusia, semakin rendah IPG dibandingkan dengan nilai IPM-nya
69,82 70,08
66,69
67,81
69,07
70,07 70,46 70,68 70,83
71,39
2012 2013 2014 2015 2016
IDG SUMUT IDG INDONESIA
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Indonesia - Sumut
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan Indeks komposit yang tersusun dari beberapa variabel yang mencerminkan tingkat keterlibatan Perempuan dalam proses pengambilan keputusan di bidang Politik dan Ekonomi.
Jumlah Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan
Anak Sumut 2017
TempatKerja
Sekolah FasilitasUmum
Lainnya RumahTangga
17 51 135
354
628
Jumlah Kasus Berdasarkan Tempat Kejadian
5 60 106 132
376 466
524
Jenis kekerasan yang dialami Korban
60+ 45-59 18-24 0-5 25-44 6-12 13-17
5 52
103 143
302 318
415
Korban Berdasarkan Usia
43
131
237 245 290
392
Korban Berdasarkan Pendidikan
17
8 82
77
71
70
67
61
59
59
53
48
38
34
32
32
31
25
22
21
21
14
14
14
14
10
10
9
7
4
4
3
1
0
Kota Medan
Deli Serdang
Asahan
Tapanuli Tengah
Labuhan Batu
Kota Tebing Tinggi
Langkat
Serdang Bedegai
Karo
Labuhan Batu Utara
Dairi
Gunung Sitoli
Tapanuli Selatan
Mandailing Natal
Simalungun
Kota Padang Sidempuan
Batu Bara
Nias Selatan
Labuhan Batu Selatan
Kota Pematang Siantar
Kota Tanjung Balai
Tapanuli Utara
Kota Sibolga
Kota Binjai
Nias
Humbang Hasundutan
Toba Samosir
Padang Lawas Utara
Nias Utara
Samosir
Padang Lawas
Pakpak Barat
Nias Barat
Jum
lah K
asu
s Kekera
san Te
rhadap P
ere
mpuan d
an
Anak p
er K
ab/K
ota
, Sum
ut 2
017
PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM NAWACITA
N.2 Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya,
dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan
kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem
kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
b.Meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pembangunan.
N.4 Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya.
b.Melindungi anak, perempuan dan kelompok masyarakat marjinal.
ISU STRATEGIS
1. Masih tingginya angka kekerasan dan kerentanan terhadap perempuan termasuk kasus TPPO;
2. Belum optimalnya kinerja lembaga layanan rujukan lanjutan dalam menangani kasus kekerasan tersebut termasuk TPPO;
3. Kurangnya lembaga pemerintah, non pemerintah, media massa,
dan dunia usaha yang menyediakan layanan perlindungan perempuan dan anak;
4. Belum optimalnya pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dan
partisipasi perempuan dalam berbagai bidang pembangunan; 5. Belum optimalnya upaya peningkatan ketahanan dan kualitas
keluarga;
6. Belum optimalnya upaya pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak;
7. Belum optimalnya kualitas dan ketersediaan data dan informasi
gender dan anak dalam mendukung perencanaan pembangunan.
STRATEGI & KEBIJAKAN
1. Menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan termasuk TPPO melalui peningkatan kesadaran masyarakat dalam penanganan dan pencegahan kasus kekerasan terhadap perempuan termasuk TPPO;
2. Meningkatkan kualitas layanan rujukan lanjutan melalui peningkatan kapasitas SDM, penyedian sarana dan prasarana penunjang layanan.;
3. Meningkatkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi dengan lembaga layanan rujukan terhadap korban kekerasan perempuan dan anak termasuk TPPO yang memiliki standar layanan;
4. Pengarusutamaan gender melalui optimalisasi regulasi dan kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan komitmen pemerintah daerah, masyarakat dan swasta;
5. Meningkatkan kapasitas dan kualitas perempuan sebagai modal dalam pengembangan karir dan potensi termasuk hak politik sebagai kader atau calon anggota legislatif;
6. Meningkatkan keberdayaan perempuan melalui pembinaan kelompok, pemberian pelatihan dan keterampilan tambahan serta bantuan alat;
STRATEGI
7. Meningkatkan peran kelembagaan dan ketersediaan sumber daya pengelolaan Puspaga;
8. Meningkatkan Capaian KLA melalui pendampingan, fasilitasi, bimbingan tehnis, koordinasi , pelibatan lembaga non pemerintah , dunia usaha, media massa dan singkronisasi antar kabupaten/kota dengan provinsi;
9. Meningkatkan kelembagaan yang menyediakan layanan Anak Membutuhkan Pelayanan Khusus (AMPK) melalui pemetaan, pembinaan dan pendampingan kelembagaan;
10.Pelembagaan sistem data gender dan anak melalui advokasi, peningkatan kapasitas sumberdaya pengelola data dan informasi, dan penyediaan aplikasi data gender dan anak berbasis web.
STRATEGI (lanjutan.............)
1. Membangun kemitraan dengan lembaga layanan terkait perlindungan perempuan;
2. Pelaksanaan KIE dan Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pencegahan dan penanganan kekerasan difokuskan pada daerah yang rawan terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak termasuk TPPO;
3. Meningkatkan kualitas layanan yang diprioritaskan pada SDM yang bertugas di Lembaga P2TP2A serta sarana prasarana yang menunjang secara langsung kinerja pelayanan;
4. Membangun jejaring kelembagaan layanan rujukan terhadap korban kekerasan perempuan dan anak termasuk TPPO yang memiliki standar layanan pada tingkat propinsi dan kab/kota;
5. Peningkatan pelaksanaan pengarusutamaan gender dengan fokus pada kebijakan teknis PUG, pelatihan penyusunan dan pendampingan PPRG, optimalisasi peran dan fungsi kelembagaan PUG;
6. Peningkatan dan pelibatan perempuan dalam berbagai proses dan tahapan pembangunan;
KEBIJAKAN
7. Peningkatan kemandirian ekonomi dengan fokus pada penguatan akses modal dan jaringan pada kelompok usaha perempuan;
8. Optimalisasi fasilitasi dan pendampingan pembentukan Puspaga di Kabupaten/Kota sesuai standar;
9. Peningkatan Capaian KLA dengan fokus pada pembentukan forum anak, pengembangan percontohan SRA (Sekolah Ramah Anak), pengembangan layanan kesehatan ramah anak, pengembangan ruang bermain ramah anak dan koordinasi antar kabupaten/kota dengan provinsi;
10.Peningkatan peran dan layanan kelembagaan dengan fokus pada peningkatan kapasitas SDM layanan Anak Membutuhkan Pelayanan Khusus (AMPK) dari 15 kategori baik lembaga pemerintah dan non pemerintah;
11.Penyiapan aplikasi data gender dan anak dengan fokus pada update data dan peningkatan kapasitas SDM pengelola data.
KEBIJAKAN (lanjutan.....)
1. Program Peningkatan Perlindungan Hak Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak;
2. Program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan Kualitas Keluarga;
3. Program Peningkatan Pemenuhan Hak Anak; 4. Program Peningkatan Sistem Data Gender dan Anak.
PROGRAM PRIORITAS
1. Penguatan dan Fasilitasi Perempuan dan Anak Dalam Kondisi Tertentu;
2. Advokasi pengintegerasian materi KDRT dalam kursus calon pengantin;
3. Fasilitasi dan Pelatihan SDM anggota gugus tugas pecegahan dan penanganan TPPO;
4. Pembinaan dan Fasilitasi Kelompok Bina Keluarga TKI (BK-TKI); 5. Pelatihan Fasilitator Perlindungan Anak Terpadu Berbasis
Masyarakat (PATBM).
KEGIATAN PRIORITAS
I. Program Peningkatan Perlindungan Hak Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak
1. Advokasi pelaksanaan kebijakan PUG bidang sosial, politik dan Hukum;
2. Penguatan PUG Bidang Ekonomi; 3. Pelatihan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) bagi pelaku
industri Rumahan; 4. Fasilitasi pelaksanaan PUG bidang Pembangunan Keluarga; 5. Pemantauan, Evaluasi, Pelaporan Kebijakan PUG bidang
Sosial, Politik, Hukum, Ekonomi dan Pembangunan Keluarga.
KEGIATAN PRIORITAS lanjutan....
II. Program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan Kualitas Keluarga
1. Penguatan Penyelenggaraan PRA (Puskesmas Ramah Anak); 2. Fasilitasi pemenuhan hak Sipil, Informasi, dan Partisipasi Anak; 3. Penguatan/pembentukan Pusat Informasi layak anak; 4. Penguatan/pembentukan Kab/Kota Layak Anak; 5. Penguatan Penyelenggaraan SRA (Sekolah Ramah Anak); 6. Penguatan tentang pemenuhan hak Anak Atas Pendidikan,
Kreativitas, dan Budaya; 7. Fasilitasi Pengembangan Forum Anak.
KEGIATAN PRIORITAS lanjutan....
III. Program Peningkatan Pemenuhan Hak Anak
1. KIE pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
2. Penguatan Forum Data Terpilah Gender dan Anak; 3. Penyusunan profil pembangunan pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak.
KEGIATAN PRIORITAS lanjutan....
IV. Program Peningkatan Sistem Data Gender dan Anak
PERMASALAHAN & TANTANGAN
1. Belum optimalnya upaya percepatan pembangunan dan pemberdayaan perempuan serta perlindungan anak melalui PUG dan PUHA dengan sasaran lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah;
2. Belum memadainya jumlah SDM potensial dalam pelaksanaan program dan kegiatan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
3. Belum optimalnya dukungan seluruh pemangku kepentingan dalam upaya pemberdayaan bagi perempuan pada situasi dan kondisi tertentu (bencana alam, konflik, disable, lansia dll);
4. Belum optimalnya penanganan kasus korban kekerasan pada perempuan dan anak yang dilaksanakan secara terpadu dan berbasis gender;
5. Belum optimalnya penguatan dan perluasan jejaring pengampu urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang melibatkan seluruh stakeholder dan masyarakat melalui Lembaga Masyarakat;
6. Belum optimalnya penyusunan perencanaan berbasis data terpilah.
TERIMA KASIH
top related