katarak
Post on 19-Nov-2015
41 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT DIABETES
MELITUS (DM) DAERAH PERKOTAAN DI INDONESIA TAHUN 2007
(ANALISIS DATA SEKUNDER RISKESDAS 2007)
OLEH:
SRI WAHYUNI
106101003357
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/ 2010 M
-
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 September 2010
Sri Wahyuni
-
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 24 September 2010
Sri Wahyuni, NIM:106101003357
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT DIABETES
MELITUS (DM) DAERAH PERKOTAAN DI INDONESIA TAHUN 2007
(ANALISIS DATA SEKUNDER RISKESDAS 2007)
xix + 136 halaman, 31 tabel, 2 bagan, 3 gambar, 3 lampiran
ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala
yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau
resistensi insulin. DM dapat menimbulkan komplikasi seperti hipertensi, infark miokard,
insufiensi koroner, retinopati diabetika, katarak, neropati diabetika dll. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakit diabetes melitus adalah umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak, merokok, konsumsi alkohol,
konsumsi kafein dan kurang konsumsi buah dan sayur.
Hasil penelitian menunjukkan 4,5% penduduk daerah perkotaan di Indonesia
mengalami diabetes melitus dan 95,5% yang tidak mengalami diabetes melitus. Berdasarkan
hasil uji statistik diperoleh bahwa umur, jenis kelamin, pekerjaan, obesitas, hipertensi,
konsumsi lemak, merokok, konsumsi alkohol dan konsumsi kafein berhubungan dengan
penyakit diabetes melitus (Pvalue 0,005). Sedangkan pendidikan, aktivitas fisik, dan
konsumsi buah dan sayur tidak berhubungan dengan penyakit diabetes melitus.
Berdasarkan hasil uji multivariat diketahui bahwa faktor yang paling dominan
berhubungan dengan penyakit diabetes melitus pada penduduk daerah perkotaan di Indonesia
secara berturut adalah obesitas, pendidikan, hipertensi, umur, konsumsi kafein dan konsumsi
alkohol. Disarankan bagi bagian JIPP Kemetrian Kesehatan agar melakukan penyebaran
informasi kesehatan terkait penyakit degeneratif khususnya diabetes melitus melalui
penyuluhan kesekolah-sekolah dan orang tua, media cetak dan elektronik seperti di majalah,
koran, televisi (TV) dan internet sedini mungkin, mempromosikan dan melakukan pendidikan
kesehatan terkait dengan gaya hidup sehat, dan membuat program jumat sehat pada penduduk
perkotaan. Bagi para peneliti selanjutnya agar meneliti variabel-variabel yang tidak diteliti
seperti riwayat keluarga, diabetes gestasional (kehamilan) dan dislipidemia, serta penelitian
diabetes melitus selanjutnya menggunakan disain case control atau kohort untuk melihat
apakah faktor risiko benar-benar memiliki korelasi dengan faktor efek dan untuk melihat
hubungan sebab akibat secara jelas.
Daftar Bacaan: (1983 - 2010)
-
iii
SYARIEF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH DEPARTMENT
Undergraduate Thesis, September 24th
2010
Sri Wahyuni, NIM 106101003357
THE FACTORS RELATED WITH DIABETES MELLITUS (DM) URBAN AREA IN
INDONESIA YEAR 2007
(ANALYSIS OF SECONDARY DATA RISKESDAS 2007)
xix+ 136 pages, 31 tables, 2 charts, 3 pictures, 3 attachments
ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a collection of health disorders symptoms caused by
elevated levels of sugar (glucose), blood deficiency or insulin resistance. DM can cause
complications such as hypertency, myocardial infarction, coronary incipiency, diabetic
retinopathy, cataracts, diabetic neuropathy etc. Factors related with diabetes mellitus are age,
sex, education, occupation, obesity, physical activity, hypertency, fat intake, smoking,
alcohol consumption, caffeine consumption and concluded less consumption of fruits and
vegetables.
The research showed 4.5% of urban population in Indonesia suffers diabetes mellitus
and 95.5% havent diabetes mellitus. Based on a statistical test showed that age, sex,
occupation, obesity, hypertency, fat intake, smoking, alcohol and caffeine consumption is
related with diabetes mellitus (p value 0.005). While the fruits and vegetables consumption,
education, and physical activity isnt related with diabetes mellitus.
Based on the results of multivariate test, its known that the most dominant factor
related to diabetes mellitus in population of urban areas in Indonesia respectively are obesity,
education, hypertency, age, caffeine and alcohol consumption. Its suggested to the JIPP of
Health Ministry (MenKes) for dissemination of health information related to degenerative
diseases, especially diabetes mellitus through counseling to schools and parents, printed
media and electric media such as magazines, newspapers, radio, television (TV) and Internet
as soon as possible, promoting and doing health education related to healthy lifestyles, and
making healthy Friday program on urban population. For the next researchers to observe the
variables that had not been examined such as family history, gestational diabetes (pregnancy)
and dyslipidemia, and diabetes mellitus, further research using case control or cohort design
to see whether risk factors really have a correlation with the factor effects and to see truth
causal relationship.
References: (1983 - 2010)
-
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT DIABETES
MELITUS (DM) DAERAH PERKOTAAN DI INDONESIA TAHUN 2007
(ANALISIS DATA SEKUNDER RISKESDAS 2007)
Telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 24 September 2010
Mengetahui
Raihana Nadra Alkaff, M.MA
Pembimbing Skripsi I
Febrianti, M.Si
Pembimbing Skripsi II
-
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 24 September 2010
Penguji I
Raihana Nadra Alkaff, M.MA
Penguji II
Febrianti, M.Si
Penguji III
Meilani Anwar, M.Epid
-
vi
Lembar Persembahan
Puji Syukur Ku Panjatkan Kepada Mu Ya Rob Tuhan
Semeseta Alam, Atas Rahmat Mu Yang Tak Terhingga
Aku Dapat Menyelesaikan Skripsi Ini.
Allah Engkau Membalas Segala Jerih Payah Hamba
Mu. Engkau Mengabulkan Doa Orang-Orang Yang
Berusaha. Kau Berikan Aku Kekuatan Untuk Tetap
Bersabar.
Tak Kusangka Kerja Keras Selama Ini Berujung Kepada
Kebahagian Yang Tak Ternilai Harganya.
Tak Mampu Ku Ucapkan Kata Yang Pantas Untuk
Menggambarkan Kebahagian Yang Ku Rasa.
Semoga Ilmu Yang Aku Dapat Menjadi Ilmu Yang
Bermanfaat.
Skripsi Ini Ku Persembahkan Kepada
Mama, Papa, Ayah, Bunda, Kakak, Adik,
Dan Semua Orang Yang Menyayangi Ku
I Love You..
-
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Sri Wahyuni
Tempat, Tanggal Lahir : Lampung, 26 April 1987
Alamat : Komp. Kedaung Rindang No.38 Bambu Apus Ciputat
Tangerang
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganeraan : Indonesia
Agama : Islam
Email : yunie_chan26@yahoo.co.id
Telepon : 0852 791 21 820
Riwayat Pendidikan
1992 1993 TK Mukti Tama Bandar Lampung
1993 1999 SDN 04 Pardasuka Lampung Selatan
1999 2002 SMP Al-Kautsar Bandar Lampung
2002 2006 SMA Pondok Pesantren La-Tansa
2006 sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mailto:yunie_chan26@yahoo.co.id
-
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT yang maha segalanya, syukur penulis
ucapkan karena akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam
penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang membawa umatnya dari alam
kejahiliyaan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dengan penuh kesadaran
penulis yakin bahwa masih banyak yang harus diperbaiki dalam penyusunan skripsi yang
berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Melitus (DM)
Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2007).
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk,
bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis
mengucap rasa syukur sebagai implementasi dari rasa terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua saya tercinta, H. Herman Agusli yang telah memberikan bantuan
moril maupun materil yang tak terhingga serta ibunda terkasih Hj. Netty Herawati
yang selalu menjadi sumber inspirasi dan kekuatan.
2. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr Yuli Prapanca, MARS selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf serta segenap Bapak/Ibu Dosen Jurusan
Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
berguna bagi penulis.
-
ix
4. Ibu Raihana N. Alkaff M.MA dan ibu Febrianti, M.Si selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan waktu, pikiran, dan arahan kepada penyusun dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi.
5. Kedua adikku M. Nur Chaniago dan Hervina Novitasari serta saudara-saudara ku
yang selalu memberikan motivasi, dukungan moril sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, I love u all.
6. Ayah dan Bunda Dasmin yang selalu memberikan motivasi moril yang sangat berarti
bagi penulis selama proses penyusunan skripsi.
7. Sahabat-sahabat terbaikku TOA Duma , Syifa, Keke, Alin, Yosi dan Yunci, yang
telah memberikan motivasi, semangat selama proses penyusunan skripsi.
8. Seluruh teman-teman seperjuangan ku angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan
namanya satu persatu. Tetapi sungguh aku sayang kalian, sukses untuk kita semua.
9. Dan seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai
penyakit diabetes melitus baik bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Penulis mohon
maaf apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahan baik sengaja
maupun tidak disengaja.
Jakarta, 24 September 2010
Penulis
-
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
ABSTRACT.......................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xviii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xx
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
1. Tujuan umum .................................................................................... 6
2. Tujuan khusus ................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
F. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9
A. Diabetes Melitus (DM) ........................................................................... 9
1. Definisi .............................................................................................. 9
2. Patofisiologi ....................................................................................... 10
3. Tipe Diabetes Melitus ........................................................................ 13
4. Pemeriksaan Diabetes ......................................................................... 15
B. Gejala dan Tanda-Tanda Awal DM ........................................................ 17
-
xi
C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Melitus
(DM) ...................................................................................................... 18
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi ........................................ 18
a. Usia/Umur > 45 tahun .................................................................... 18
b. Riwayat keluarga diabetes melitus (DM) ........................................ 20
c. Riwayat pernah menderita diabetes gestasional .............................. 20
d. Jenis kelamin ................................................................................. 21
e. Pendidikan .................................................................................... 22
f. Pekerjaan ........................................................................................ 23
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi ................................................. 25
a. Kegemukan/Obesitas ...................................................................... 25
d. Aktivitas fisik ................................................................................ 28
e. Hipertensi, tekanan darah diatas 140/90 mmHg .............................. 31
f. Dislipidemia ................................................................................... 33
g. Pola Hidup tidak sehat ................................................................... 36
1) Merokok .................................................................................... 36
2) Konsumsi alkohol ...................................................................... 38
3) Konsumsi kafein ........................................................................ 39
4) Konsumsi buah dan sayur .......................................................... 42
D. Komplikasi Diabetes Melitus (DM) ........................................................ 44
E. Pencegahan Diabetes Melitus (DM) ....................................................... 45
F. Teori Tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit
Diabetes Melitus (DM) .......................................................................... 47
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .............. 48
A. Kerangka Konsep ......................................................................................... 48
B. Definisi Operasional ..................................................................................... 50
C. Hipotesis ........................................................................................................ 55
BAB IV METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 56
A. Jenis dan Disain Penelitian ..................................................................... 56
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 56
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 56
-
xii
1. Populasi.............................................................................................. 56
2. Sampel ............................................................................................... 57
D. Instrumen Penelitian ............................................................................... 61
1. Scoring (Penilaian) ............................................................................. 62
E. Pengumpulan Data Biomedis dan Tekanan Darah .................................. 66
1. Pengumpulan Data Biomedia Diabetes Melitus .................................. 66
2. Pengumpulan Data Tekanan Darah Hipertensi .................................... 67
F. Pengolahan Data .................................................................................... 68
G. Analisis Data .......................................................................................... 68
BAB V Hasil ....................................................................................................... 71
A. Gambaran Umum Daerah Perkotaan di Indonesia ................................... 71
B. Gambaran Penyakit Diabetes Melitus (DM) ........................................... 72
C. Gambaran Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus (DM) ..................... 73
1. Gambaran Umur ................................................................................ 73
2. Gambaran Jenis Kelamin ................................................................... 73
3. Gambaran Pendidikan ....................................................................... 74
4. Gambaran Pekerjaan .......................................................................... 74
5. Gambaran Obesitas............................................................................ 75
6. Gambaran Aktivitas Fisik .................................................................. 76
7. Gambaran Hipertensi ......................................................................... 76
8. Gambaran Konsumsi Lemak.............................................................. 77
9. Gambaran Merokok ........................................................................... 78
10. Gambaran Konsumsi Alkohol ........................................................... 78
11. Gambaran Konsumsi Kafein ............................................................. 79
12. Gambaran Konsumsi Buah dan Sayur ............................................... 80
D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Melitus (DM) 81
1. Hubungan Antara Umur dengan Penyakit DM ................................... 81
2. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Penyakit DM ....................... 81
3. Hubungan Antara Pendidikan dengan Penyakit DM ........................... 82
4. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Penyakit DM.............................. 83
5. Hubungan Antara Obesitas dengan Penyakit DM ............................... 84
-
xiii
6. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Penyakit DM ..................... 85
7. Hubungan Antara Hipertensi dengan Penyakit DM ............................ 86
8. Hubungan Antara Konsumsi Lemak dengan Penyakit DM ................ 87
9. Hubungan Antara Merokok dengan Penyakit DM .............................. 88
10. Hubungan Antara Konsumsi Alkohol dengan Penyakit DM.............. 89
11. Hubungan Antara Konsumsi Kafein dengan Penyakit DM ................ 90
12.Hubungan Antara Konsumsi Buah dan Sayur dengan Penyakit DM... 91
E. Faktor yang Paling Dominan Mempengaruhi Kejadian Penyakit DM ..... 91
1. Model Akhir Multivariat .................................................................... 93
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 98
A. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 98
B. Analisis Univariat................................................................................... 100
1. Gambaran Penyakit DM Daerah Perkotaan di Indonesia ..................... 100
C. Analisis Bivariat ..................................................................................... 102
1. Analisis Hubungan Umur dengan Penyakit DM.................................. 102
2. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Penyakit DM ..................... 104
3. Analisis Hubungan Pendidikan dengan Penyakit DM ......................... 105
4. Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit DM ........................... 107
5. Analisis Hubungan Obesitas dengan Penyakit DM ............................. 109
6. Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Penyakit DM .................... 111
7. Analisis Hubungan Hipertensi dengan Penyakit DM .......................... 113
8. Analisis Hubungan Konsumsi Lemak dengan Penyakit DM ............... 114
9. Analisis Hubungan Merokok dengan Penyakit DM ............................ 117
10. Analisis Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Penyakit DM ........... 119
11. Analisis Hubungan Konsumsi Kafein dengan Penyakit DM.............. 120
12. Analisis Hubungan Konsumsi Buah dan Sayur dengan Penyakit (DM) 123
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 127
A. Simpulan ................................................................................................ 127
B. Saran ...................................................................................................... 129
-
xiv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 132
LAMPIRAN ......................................................................................................... 137
-
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia ................................. 26
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 50
Tabel 4.1 Variabel Penelitian dan Instrumen Penelitian ................................... 61
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penyakit Diabetes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 72
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Pada Penduduk Daerah Perkotaan
di Indonesia Tahun 2007 ................................................................. 73
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Penduduk Daerah Perkotaan
di Indonesia Tahun 2007 .................................................................. 73
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Penduduk
Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007...................................... 74
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pekerjaan Pada Penduduk
Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007...................................... 75
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Obesitas Pada Penduduk Daerah Perkotaan
di Indonesia Tahun 2007 .................................................................. 75
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Pada Penduduk Daerah Perkotaan
di Indonesia Tahun 2007 .................................................................. 76
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Hipertensi Pada Penduduk Daerah Perkotaan
di Indonesia Tahun 2007 .................................................................. 77
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Lemak Pada Penduduk
Derah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ....................................... 77
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Perokok Pada Penduduk Daerah Perkotaan
di Indonesia Tahun 2007 .................................................................. 78
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Alkohol Pada Penduduk
Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007...................................... 79
-
xvi
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Kafein Pada Penduduk
Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007...................................... 79
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Buah dan Sayur
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 80
Tabel 5.14 Rata-rata Umur dengan Penyakit Diabetes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 81
Tabel 5.15 Distribusi Jenis Kelamin dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 82
Tabel 5.16 Distribusi Pendidikan dengan Penyakit Diabtes Melitus(DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 83
Tabel 5.17 Distribusi Pekerjaan dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 83
Tabel 5.18 Distribusi Obesitas dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 84
Tabel 5.19 Distribusi Aktivitas Fisik dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 85
Tabel 5.20 Distribusi Hipertensi dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 86
Tabel 5.21 Distribusi Konsumsi Lemak dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 87
Tabel 5.22 Distribusi Perokok dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 88
Tabel 5.23 Distribusi Konsumsi Alkohol dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 89
Tabel 5.24 Distribusi Konsumsi Kafein dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 90
Tabel 5.25 Distribusi Konsumsi Buah dan Sayur dengan Penyakit Diabtes Melitus
Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 91
-
xvii
Tabel 5.26 Variabel-variabel yang Menjadi Kandidat Model ............................. 92
Tabel 5.27 Model Prediksi Multivariat .............................................................. 93
Tabel 5.28 Model Prediksi Diabetes Melitus (DM) Pada Penduduk
Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007...................................... 93
-
xviii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 47
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 49
Gambar 4.1 Alur Pengambilan Sampel Biomedis Pemeriksaan Gula Darah
Riskesdas 2007.58
-
xix
DAFTAR BAGAN
Nomor Halaman
Bagan 2.1 Pemeriksaan Gula Darah Puasa ................................................. 15
Bagan 2.2 Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu ............................................. 16
-
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Skripsi
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Analisis Data
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transisi epidemiologi penyakit saat ini dan masa yang akan datang di
masyarakat cenderung beralih dari penyakit menular ke penyakit tidak
menular. Menurut WHO tahun 2000 bahwa dari statistik kematian di dunia,
57 juta kematian yang terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak
menular (Non Communicable Disease).1
Penyakit tidak menular (PTM) tersebut adalah penyakit jantung,
stroke, diabetes melitus (DM) dan penyakit metabolik. Menurut WHO
tahun 2005 bahwa Diabetes melitus menduduki peringkat ke 7 dari total
kematian penyakit tidak menular, dan angka kesakitan diabetes melitus telah
mencapai 171 juta di dunia dan diperkirakan akan mencapai 366 juta pada
tahun 2030. Menurut International Diabetes Federation (IDF) bahwa pada
tahun 2005 di dunia terdapat 200 juta (5,1%) orang dengan diabetes
(diabetesi) dan diduga 20 tahun kemudian yaitu tahun 2025 akan meningkat
menjadi 333 juta (6,3%) orang. Peningkatan kasus ini akan melebihi 40% di
Negara maju dan 170% di Negara berkembang.1,2
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang mengalami
peningkatan kasus diabetes melitus yang cukup tinggi seperti laporan hasil
survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004 bahwa penderita diabetes
-
2
di Indonesia sebesar 0,4%, dari data tersebut penderita diabetes lebih banyak
ditemukan di daerah perkotaan yaitu sebesar 0,6% dibanding di daerah
pedesaan yang hanya sebesar 0,2%. Sedangkan pada RISKESDAS tahun
2007 prevalensi DM pada penduduk usia 15 tahun di Indonesia sebesar
1,1% dan pada penduduk perkotaan sebesar 5,7%. Berdasarkan Penelitian
DM pada Riskesdas tahun 2007 dipilih ibukota/ kabupaten kota hal ini terkait
dengan kecenderungan beberapa penyakit menular dan tidak menular yang
semakin meningkat di daerah perkotaan. Dari data Penyakit tidak menular
penyebab kematian terbesar diabetes menempati urutan kedua sebesar (9,7%)
setelah stroke yang menempati urutan pertama (19,4%) di susul hipertensi
sebesar (7,5%).3,4
Banyak sejumlah kasus diabetes di dunia ditemukan di daerah
perkotaan, sebagaimana halnya yang dikemukakan oleh Mohan dkk tahun
2008, dalam penelitiannya mengenai Urban rural differences in prevalence of
self-reported diabetes in IndiaThe WHOICMR Indian NCD risk factor
surveillance di wilayah utara, selatan, timur dan barat India, mengatakan
bahwa kasus diabetes tertinggi ditemukan di daerah perkotaan yaitu sebesar
7,3% dan terendah di daerah pedesaan sebesar 3,1%. Beliau juga mengatakan
bahwa ada hubungan antara daerah perkotaan dengan kasus diabetes melitus
dengan OR sebesar 2,48. Penduduk perkotaan, obesitas abdominal dan
kurang aktivitas merupakan faktor risiko penyakit diabetes melitus. 5
-
3
Menurut Aditama tahun 2010 Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan yang dikutip dari Menteri Kesehatan, bahwa makin
lama akan semakin banyak masyarakat tinggal di perkotaan. Hal itu akan
berpengaruh pada status kesehatan masyarakat, khususnya masalah polusi dan
limbah, juga pada ketersediaan air minum. Jika polusi makin tinggi, maka
berbagai penyakit menular dan tidak menular akan mudah timbul.
Dibandingkan dengan masyarakat pedesaan, penyebab utama kematian pada
masyarakat perkotaan banyak disebabkan oleh penyakit tidak menular
(degeneratif) salah satunya adalah penyakit diabetes melitus. Faktor risiko
yang mempermudah seseorang terkena diabetes melitus antara lain keturunan,
stres kronis, usia di atas 40 tahun, obesitas, hipertensi, perilaku (kebiasaan)
merokok dan minum alkohol, pola aktivitas fisik yang cenderung jauh dari
olahraga, pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat. 6, 7
Diabetes Melitus atau disingkat (DM) adalah gangguan kesehatan
yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi insulin. Adapun keluhan
khas DM menurut drvegan (2010) adalah poliuria, polidipsi, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Dan keluhan tidak khas
DM adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria,
dan pruritus vulvae pada wanita. 8
DM dapat menimbulkan komplikasi hampir pada seluruh sistem tubuh
manusia, mulai dari kulit sampai jantung. Bentuk-bentuk komplikasi tersebut
-
4
yaitu komplikasi pada sistem kardiovaskuler seperti hipertensi, infark
miokard, dan insufiensi koroner, komplikasi pada mata seperti retinopati
diabetika dan katarak, komplikasi pada saraf seperti neropati diabetika,
komplikasi pada paru-paru seperti TBC, komplikasi pada ginjal seperti
pielonefritis dan glomeruloskelrosis, komplikasi pada hati seperti sirosis
hepatitis dan komplikasi pada kulit seperti gangren, ulkus dan furunkel. 8
Tingginya peningkatan kasus DM dari tahun 2004 sampai 2007
khususnya daerah perkotaan di Indonesia serta komplikasi yang ditimbulkan
oleh penyakit diabetes melitus yang cukup mengkhawatirkan merupakan
masalah kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit diabetes melitus
(DM) daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007 sehingga kasus DM dapat
dicegah sejak dini.
B. Rumusan Masalah
Penyakit diabetes melitus adalah suatu penyakit menahun, tidak dapat
disembuhkan, bermasalah karena penyakit ini tidak dirasakan oleh seseorang
pada stadium awal sehingga tidak diketahui lebih dini dan baru terdiagnosa
setelah timbul komplikasi. Prevalensi nasional penyakit diabetes melitus di
Indonesia adalah 1,1%. Tetapi pada faktanya prevalensi diabetes melitus
daerah perkotaan melebihi prevalensi nasional yaitu sebesar 5,7%. Oleh
karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
-
5
penyakit DM diharapkan dapat menurunkan bahkan mencegah peningkatan
kasus melalui interversi terhadap faktor risiko diabetes melitus di Indonesia.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran penyakit DM daerah perkotaan di Indonesia
tahun 2007 ?
2. Bagaimanakah gambaran faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
(umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) daerah perkotaan di
Indonesia tahun 2007?
3. Bagaimanakah gambaran faktor risiko yang dapat dimodifikasi (obesitas,
aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak, merokok, konsumsi alkohol,
konsumsi kafein dan kurang konsumsi buah dan sayur) daerah perkotaan
di Indonesia tahun 2007?
4. Apakah ada hubungan antara faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
(umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) dengan penyakit DM
daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007?
5. Apakah ada hubungan antara faktor risiko yang dapat dimodifikasi
(obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak, merokok, konsumsi
alkohol, konsumsi kafein dan kurang konsumsi buah dan sayur) dengan
penyakit DM daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007?
6. Faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kejadian penyakit
diabetes melitus (DM) daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007?
-
6
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
diabetes melitus (DM) daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran penyakit DM daerah perkotaan di
Indonesia tahun 2007.
b. Untuk mengetahui gambaran faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
(umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) daerah perkotaan di
Indonesia tahun 2007.
c. Untuk mengetahui gambaran faktor risiko yang dapat dimodifikasi
(obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak, merokok,
konsumsi alkohol, konsumsi kafein dan kurang konsumsi buah dan
sayur) daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007.
d. Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) dengan
penyakit DM daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007.
e. Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak,
merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein dan kurang konsumsi
buah dan sayur) dengan penyakit DM daerah perkotaan di Indonesia
tahun 2007.
-
7
f. Untuk mengetahui faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi
kejadian penyakit diabetes melitus (DM) daerah perkotaan di Indonesia
tahun 2007.
E. Manfaat Penelitian
1. Menjadi informasi untuk bagian Jaringan Informasi dan Publikasi
Penelitian (JIPP) di Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengenai
penyakit DM di Indonesia tahun 2007, yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang berhubungan dengan penyakit diabetes melitus (DM) daerah
perkotaan di Indonesia .
2. Dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti khusus mengenai
penyakit DM maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakit diabetes melitus daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007,
dilakukan oleh Mahasiswa Kesehatan Masayarakat Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei 2010. Populasi penelitian ini
adalah masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun keatas, dengan sampel
penelitian yang berjumlah 17.641 orang. Alasan penelitian ini adalah
-
8
tingginya kasus DM daerah perkotaan di Indonesia sebesar 5,7% yang
melebihi prevalensi nasional sebesar 1,1%.
Penelitan ini menggunakan disain cross sectional. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Puslitbang Pemberantasan Penyakit Kementrian Kesehatan
RI.
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus (DM)
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan
kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi insulin.8
Menurut Sustrani dkk (2006) Diabetes adalah suatu penyakit,
dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan
tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas
melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke
otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi. 9
Sedangkan menurut Depkes (2007) Diabetes melitus adalah
Penyakit dengan kadar gula darah yang melebihi normal dan menunjukan
gejala cepat lapar, cepat haus, sering buang air kecil terutama di malam
hari. 1
Dapat ditarik kesimpulan dari definisi diatas bahwa penyakit
diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit degeneratif akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang melebihi batas normal atau ambang
batas yang dianjurkan. Peningkatan kadar glukosa dalam darah dakibatkan
resistensi insulin.
-
10
Pada penderita diabetes, terjadi gangguan keseimbangan antara
glukosa ke dalam sel, glukosa yang disimpan di hati, dan glukosa yang
dikeluarkan dari hati. Keadaan ini menyebabkan kadar glukosa dalam
darah meningkat dan kelebihannya akan keluar melalui urin. Jumlah urin
banyak dan mengandung gula. Penyebab keadaan ini hanya dua. Pertama,
pankreas tidak mampu lagi membuat insulin. Kedua, sel tubuh tidak
memberi respons terhadap kerja insulin sebagai kunci untuk membuka
pintu sel sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. 7
2. Patofisiologi
Gula dari makanan yang masuk melalui mulut dicerna di usus,
kemudian diserap ke dalam aliran darah. Glukosa ini merupakan sumber
energi utama bagi sel tubuh di otot dan jaringan. Agar dapat melakukan
fungsinya, glukosa membutuhkan teman yang disebut insulin. Hormon
insulin ini diproduksi oleh sel beta di pulau Langerhans (islets of
Langerhans) dalam pankreas. Setiap kali kita makan, pankreas memberi
respon dengan mengeluarkan insulin ke dalam aliran darah. Ibarat kunci,
insulin membuka pintu sel agar glukosa masuk. Dengan demikian, kadar
glukosa dalam darah menjadi turun. 7
Hati merupakan tempat penyimpanan sekaligus pusat pengolahan
glukosa. Pada saat kadar insulin meningkat seiring dengan makanan yang
-
11
masuk ke dalam tubuh, hati akan menimbun glukosa, yang nantinya
dialirkan ke sel-sel tubuh bilamana dibutuhkan. 7
a. Fisiologi sekresi insulin
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam
amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pakreas, dalam keadaan
normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan
kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk
keperluan regulasi glukosa darah. Sintesis insulin dimulai dalam
bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada reticulum
endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin
mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian
dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam sel
tersebut. Di sini, dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai
menjadi insulin dan peptida- C (C- peptide) yang keduanya sudah siap
untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel. Insulin
berperan penting pada berbagai proses biologis dalam tubuh terutama
menyangkut metabolisme karbohidrat. 10
b. Efek metabolisme insulin
Pada orang normal, setiap hari insulin dikeluarkan oleh sel beta
pankreas sebanyak 20-60 unit. Bila kebutuhan insulin sehari melebihi
60 unit maka ada kemungkinan terjadi resistensi insulin. Beberapa
-
12
penyebab terjadinya resistensi insulin antara lain menurunnya jumlah
reseptor insulin, adanya anti-insulin, perusakan yang cepat di jaringan
yang membutuhkan, dan sebagainya.11
Apabila ada gangguan pada
mekanisme kerja insulin, menimbulkan hambatan dalam utilisasi
glukosa serta peningkatan kadar glukosa darah. Secara klinis,
gangguan tersebut dikenal sebagai diabetes melitus. Khusus pada
diabetes melitus tipe 2 (DMT2), yakni jenis diabetes yang paling
sering ditemukan, gangguan metabolisme glukosa disebabkan oleh dua
faktor: tidak adekuatnya sekresi insulin secara kuantitatif (defisiensi
insulin) dan kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin
(resistensi insulin). Sedangkan pada diabetes tipe 1 (DMT1), gangguan
tersebut mutlak hanya disebabkan defisiensi insulin. 10
Efek dari metabolisme insulin juga dapat menyebabkan
hiperglikemia, hal ini terjadi akibat gangguan kinerja insulin
(defisiensi dan resistensi), selanjutnya memberi berbagai dampak
metabolisme dan kerusakan jaringan lainnya secara langsung atau
tidak langsung. Hiperglikemia terjadi tidak hanya disebabkan oleh
gangguan sekresi insulin (defisiensi insulin), tapi pada saat bersamaan
juga oleh rendahnya respons jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi
insulin). Gangguan metabolisme glukosa akan berlanjut pada
gangguan metabolisme lemak dan protein serta proses kerusakan
berbagai jaringan tubuh. 10
-
13
3. Tipe Diabetes Melitus
a. Diabetes Melitus Tipe I, Tergantung pada Insulin
Kebanyakan diabetes tipe 1 adalah anak-anak dan remaja yang
pada umumnya tidak gemuk. Setelah penyakitnya diketahui mereka
harus langsung menggunakan insulin. Pankreas sangat sedikit atau
bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin. 9
b. Diabetes Melitus Tipe II, Tidak Tergantung pada Insulin
Diabetes tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak
cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin,
sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes
tipe II ini merupakan tipe diabetes yang paling umum dijumpai, juga
sering disebut diabetes yang dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai
NIDDM (Non Insulin Dependent Diebetes Mellitus). 9
Diabetes tipe II ini dapat menurun dari orang tua yang penderita
diabetes. Tetapi risiko terkena penyakit ini akan semakin tinggi jika
memiliki kelebihan berat badan dan memiliki gaya hidup yang
membuat anda kurang bergerak. Dahulu umumnya penderita diabetes
tipe ini berusia 40 tahun ke atas atau usia lanjut. Namun dari diagnosa
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa anak-anak pun sudah banyak yang
menderita Diabetes tipe II ini. 9
-
14
Diabetes tipe II terbagi menjadi dua yaitu penderita tidak gemuk
(non-obese) dan penderita gemuk (obese). 11
sekitar 80% penderita
diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk. 9
Diabetes tipe II ini yang terjadi pada lansia karena faktor
resistensi insulin yang bertambah dan faktor hidup yang lebih santai
pada lansia. 12
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
Kelainan pada diabetes tipe lain ini adalah akibat kerusakan atau
kelainan fungsi kelenjar pankreas yang dapat disebabkan oleh bahan
kimia, obat-obatan atau penyakit pada kelenjar tersebut. 12
Penyebab
diabetes tipe lain ditambahkan dengan penyakit hormonal, kelainan
insulin atau reseptornya, sindrom genetik tertentu dan lain-lain yang
belum diketahui. 11
d. Diabetes Gestasional (Kehamilan)
Diabetes hanya terjadi pada saat kehamilan dan menjadi normal
kembali setelah persalinan. Karena lebih dari 95% diabetisi adalah
diabetes tipe II maka selanjutnya yang diperluas bahasannya adalah:
Diabetes Mellitus tipe II. 12
-
15
4. Pemeriksaan Diabetes
a. Pemeriksaan gula darah puasa
Bagan 2.1
Pemeriksaan Gula Darah Puasa
Sumber: Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Diabetes Melitus.13
Keluhan DM (-)
Keluhan Klasik (-)
GDP*
126
-
16
b. Pemeriksaan gula darah sewaktu
Bagan 2.2
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu
Sumber: Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Diabetes Melitus. 13
Keluhan DM (-)
GDS*
200
-
17
Kategori diabetes melitus menurut WHO (1999), (ADA 2003) 4
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Normal (Non DM) < 140 mg/dl.
b. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 140 - < 200 mg/dl.
c. Diabetes Melitus (DM) 200 mg/dl.
B. Gejala dan Tanda-Tanda Awal DM
Gejala diabetes melitus muncul secara perlahan-lahan sampai
menjadi gangguan yang jelas, yaitu:
1. Penurunan berat badan (BB)
2. Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit.
3. Sering buang air kecil
4. Terus-menerus lapar dan haus
5. Kelehan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
6. Mudah sakit yang berkepanjangan
7. Gangguan saraf tepi/ kesemutan
8. Gangguan penglihatan
9. Gatal/ bisul
10. Luka yang lama sembuh
11. Keputihan pada wanita
12. Impotensi pada pria
13. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40. 9
-
18
C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Melitus (DM)
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia/Umur > 45 tahun
Menurut Depkes (2007) umur adalah Masa hidup responden dalam
tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun
yang terakhir.14
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam
penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan
maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan
hubungan dengan umur. 15
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama
setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih,
sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.9 Menurut Waspadji
tahun 2008 dibandingkan dengan usia yang lebih muda, usia lanjut
mengalami peningkatan produksi insulin glukosa dari hati (hepatic
glucose production), cenderung mengalami resistensi insulin, dan
gangguan sekresi insulin akibat penuaan dan apoptosis sel beta
pankreas. Bagi usia lanjut dengan indeks massa tubuh normal,
gangguan lebih banyak pada sekresi insulin di sel beta pankreas,
sementara pada usia lanjut dengan obesitas, gangguan lebih banyak
-
19
pada resistensi insulin di jaringan perifer seperti sel otot, sel hati, dan
sel lemak (adiposit). 16
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bener dkk pada tahun
2007-2008 mengenai Prevalence of Diagnosed and Undiagnosed
Diabetes Mellitus and Its Risk Factors in a Population-Based Study of
Qatar pada populasi orang dewasa di Qatar menyatakan bahwa kasus
DM lebih tinggi ditemukan pada usia 40-49 tahun sebesar 31.2%.17
Menurut Harding et al dalam jurnal penelitiannya tentang Diet
Lemak dan Risiko Klinik Pada Diabetes Tipe 2, bahwa umur
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan
memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 84 kali. 18
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi, dkk dalam
Buletin Kesihatan Masyarakat tentang Prevalens Diabetes Melitus dan
Faktor-Faktor yang Berkaitan Dikalangan Penduduk Bukit Badong,
Kuala Selangor di Malaysia, bahwa umur mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian diabetes melitus, semakin tinggi umur
seseorang maka orang tersebut berisiko untuk terkena diabetes
melitus.19
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T
dalam Media Litbang Kesehatan (2004) menyebutkan bahwa penderita
diabetes tertinggi pada usia 61-65 tahun yaitu sebesar 32.5% dan
terendah pada usia kurang dari 40 tahun yaitu sebesar 4%.
-
20
b. Riwayat keluarga diabetes melitus (DM)
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat
menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes
juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan, stress, dan kurang
bergerak.9
Riwayat keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan
kejadian diabetes melitus. 17
c. Riwayat pernah menderita diabetes gestasional
Diabetes melitus pada kehamilan atau gestasional diabetes melitus
adalah seseorang yang baru menderita penyakit diabetes melitus setelah
ia menjadi hamil. Sebelumnya, kadar glukosa darah selalu normal.11
Menurut Damayanti wanita yang sedang hamil terjadi
ketidakseimbangan hormonal, progesteron tinggi, sehingga
meningkatkan sistem kerja tubuh untuk merangsang sel-sel berkembang
(termasuk pada janin), tubuh akan mamberikan sinyal lapar dan pada
puncaknya menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak bisa
menerima langsung asupan kalori dan menggunakannya secara total
sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah saat kehamilan. 20
-
21
d. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah Perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang
dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Baik pria maupun wanita
memiliki risiko yang sama besar untuk mengidap diabetes sampai usia
dewasa awal. Setelah usia 30 tahun, wanita memiliki risiko yang lebih
tinggi dibanding pria. 14,21
Menurut Damayanti wanita lebih berisiko mengidap diabetes
karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa
tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual
syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh
menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga
wanita berisiko menderita diabetes melitus tipe 2. 20
Proporsi DM lebih
tinggi pada wanita sebesar 53.2% dibanding laki-laki sebesar 46.8%.17
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T
dalam Media Litbang Kesehatan (2004) menyebutkan bahwa penderita
diabetes tertinggi pada perempuan yaitu sebesar 62% dan terendah pada
laki-laki yaitu sebesar 38%. Jenis kelamin mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian
DM tipe 2 sebesar 0. 87 kali. 18
-
22
e. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang
secara intelektual dan emosional kearah dalam sesama manusia.
Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan seseorang
merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi
pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan
kesehatan semakin diperhitungkan. 15
Menurut azwar (1983), pendidikan merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan
seseorang serta berprilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat
keputusan dengan lebih tepat.22
Dengan pendidikan yang tinggi
seseorang diharapkan dapat berprilaku sehat yaitu mencegah penyakit
diabetes melitus pada dirinya dan menghindari faktor-faktor risiko
diabetes melitus. Orang yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai
hubungan yang signifikan untuk tidak mengalami kejadian diabetes
melitus dibanding orang yang berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan
karena orang yang berpendidikan tinggi lebih mengetahui faktor-faktor
risiko diabetes sehingga dapat berjaga-jaga untuk tidak terkena diabetes
melitus. 19
-
23
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T
dalam Media Litbang Kesehatan (2004) menyebutkan bahwa penderita
diabetes tertinggi pada pendidikan SMA yaitu sebesar 29.7% dan
terendah pada pendidikan tidak sekolah yaitu sebesar 1.3%.
f. Pekerjaan
Menurut Arikunto tahun 2000 dalam tawi (2008) pekerjaan adalah
aktivitas yang dilakukan seseorang tiap hari dalam kehidupannya.
Seseorang yang bekerja dapat terjadi sesuatu kesakitan, misalnya dari
situasi lingkungan dan juga dapat menimbulkan stres dalam bekerja
sehingga kondisi pekerjaannya pada umumnya diperlukan adanya
hubungan sosial yang baik dengan orang lain, setiap orang harus dapat
bergaul dengan teman sejawat.
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalama timbulnya penyakit
melalui beberapa jalan yakni: 15
1) Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi,
benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
sebagainya.
2) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres (yang telah dikenal
sebagai faktor yang berperan dalam timbulnya hipertensi, ulcus
lambung).
-
24
3) Ada tidaknya gerak badan di dalam pekerjaan; di Amerika Serikat
ditunjukan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di
kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan di mana kurang adanya
gerak badan.
4) Karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif sempit, makan
dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.
5) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan
pekerjaan di tambang. 15
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan
banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker. 15
Jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan penyakit diabetes
melitus seperti dalam Penelitian yang dilakukan oleh Nyenwe dkk
tahun 2003 di Port Harcourt, Nigeria mendapatkan 44,2% orang yang
pekerjaannya berat menderita diabetes melitus dan 55,8% orang yang
pekerjaannya ringan menderita diabetes melitus. 16
Penelitian lain oleh
Yusmayanti tahun 2008 mendapatkan 66,0% orang yang bekerja
menderita diabetes dan 34% orang yang tidak bekerja menderita
diabetes, namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan kejadian diabetes melitus. 20
-
25
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a. Kegemukan/Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah kelebihan
gizi yang penting, masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang
dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena
selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja. 23
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat
badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan
hidup lebih panjang. 23
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan(m) X Tinggi badan(m)
-
26
Tabel. 2.1
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17, 0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17, 0 18,5
Normal > 18,5- 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi
orang Dewasa, Jakarta. hlm 4. 23
Untuk menentukan seseorang obesitas atau normal dilakukan
dengan cara menghitung IMT, seseorang disebut normal jika IMT < 25
dan disebut obesitas jika IMT 25.24
Gemuk atau obesitas akan menyebabkan resistensi insulin sehingga
insulin tidak dapat bekerja dengan baik dan kadar gula darah bisa naik.
Gemuk juga mempermudah munculnya hipertensi dan lemak darah
yang tinggi. Hal ini akan memicu gangguan ginjal, sakit jantung, dan
stroke. Orang gemuk yang menderita diabetes lebih mudah terkena
komplikasi. 7
Hampir 80% orang yang terkena diabetes melitus pada
usia lanjut biasanya kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan insulin. Orang dewasa yang
kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh mereka.
-
27
Diyakini bahwa sel-sel lemak yang lebih besar tidak merespon insulin
dengan baik. 21
Kegemukan dapat menyebabkan insulin yang beredar di dalam
darah menjadi tidak efektif. Insulin yang ada tidak dapat lagi
menghantar seluruh glukosa darah masuk ke dalam sel. Mungkin
sebagian lubang kunci pada sel jaringan berubah, sehingga tidak cocok
lagi dengan kunci insulin. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Adanya resistensi insulin menyebabkan kelenjar pankreas terpacu untuk
menghasilkan lebih banyak lagi insulin, dengan maksud menurunkan
kadar glukosa darah. Akibatnya, kadar insulin di dalam darah menjadi
berlebihan. Keadaan ini disebut hiperinsulinemia, dan ini berbahaya.
Dengan mengukur kadar insulin darah dalam keadaan puasa, maka
kadar yang melebihi 30 mU/ml atau lebih 20 mU/ml menunjukkan
adanya hiperinsulinemia. Keadaan hiperinsulinemia akan menimbulkan
penyakit diabetes melitus, gangguan kadar lemak darah (dislipidemia),
atau tekanan dara tinggi (hipertensi), tergantung pada gen yang dimiliki
penderita. Kesemua penyakit yang timbul ini akhirnya akan merusak
lapisan dalam pembuluh darah (endothelium) dengan berbagai
akibatnya. 11
Obeitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian
diabetes melitus, 80-85% penderita diabetes tipe 2 mengidap
kegemukan. Tentu saja tidak semua orang yang kegemukan menderita
-
28
diabetes, tetapi penyakit ini mungkin muncul 10-20 tahun kemudian.
Dikatakan obesitas jika seseorang kelebihan 20% dari berat badan
normal. Pada usia lebih tua (41- 64 tahun), obesitas ditemukan sebagai
faktor yang mempercepat peningkatan laju insidensi DM tipe 2.17, 12, 25
Orang yang memiliki lemak berlebihan pada batang tubuh,
terutama jika itu berada pada bagian perut, lebih mungkin terkena
diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Ini karena lemak pada
organ-organ perut tampaknya lebih mudah diolah untuk memperoleh
energi. Ketika lemak diolah untuk memperoleh energi, kadar asam
lemak di dalam darah meningkat. Tingginya asam lemak di dalam darah
meningkatkan resistensi terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati
dan otot-otot tubuh. 21
b. Aktivitas fisik
Menurut Almatsier aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan
oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya,26
dan menurut Tandra
Aktivitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang membakar kalori,
misalnya menyapu, naik turun tangga, menyetrika, berkebun, dan
berolahraga tentunya. Olahraga aerobik yang mengikuti serangkaian
gerak berurutan akan menguatkan dan mengembangkan otot dan semua
bagian tubuh. Termasuk didalamnya adalah jalan, berenang, bersepeda,
-
29
jogging, atau senam. Semua aktivitas dan olahraga berguna untuk
kesehatan Anda.7
Olahraga teratur akan lebih banyak memberi keuntungan, yaitu:
1) Memperbaiki kontrol glukosa darah, pada saat berolahraga
2) Mengurangi risiko sakit jantung
3) Menurunkan berat badan.7
Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat
badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah.
Dikumpulkan data frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir
untuk penduduk 10 tahun ke atas. Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan
cukup apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit
dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama
lima hari dalam satu minggu, dan kategori kurang apabila kegiatan
dilakukan terus-menerus kurang dari 10 menit dalam satu kegiatan
tanpa henti dan secara kumulatif tidak mencapai 150 menit selama lima
hari dalam satu minggu.4
Segala aktivitas fisik yang dilakukan terus-menerus selama 10
menit atau lebih dalam setiap kali kegiatan baik yang berkaitan dengan
pekerjaan, waktu segang dan perjalanan . Kategori aktivitas fisik adalah
aktivitas berat dan sedang yang dilakukan dalam 30 menit setiap hari.
Contoh aktivitas berat adalah mengangkut/memikul kayu, beras, batu,
pasir, mencangkul, angkat besi. Tenis tunggal, bulutangkis tunggal, lari
-
30
cepat, maraton, mengayuh becak, mendaki gunung, bersepeda
membawa beban, dll. Contoh aktivitas sedang adalah menyapu
halaman, mengepel, mencuci baju, menimba air, bercocok tanam,
membersihkan, kamar mandi/kolom, tenis ganda, bulutangkis ganda,
senam aerobik, senam tera, renang, basket, bola voli, jogging, sepak
bola, dll (Depkes, 2007).27
Beberapa penelitian dewasa ini telah menunjukkan bahwa orang
yang memiliki gaya hidup kurang aktif lebih mungkin terkena diabetes
dibandingkan mereka yang hidupnya aktif. Diyakini bahwa olahraga
dan akitivitas fisik meningkatkan pengaruh insulin atas sel-sel. 21
Latihan jasmani pada diabetesi akan menimbulkan perubahan
metabolik, yang dipengaruhi selain oleh lama, berat latihan dan tingkat
kebugaran, juga oleh kadar insulin plasma, kadar glukosa darah, kadar
benda keton dan imbangan cairan tubuh. Pada diabetisi dengan gula
darah tak terkontrol, latihan jasmani akan menyebabkan terjadi
peningkatan kadar glukosa darah dan benda keton yang dapat berakibat
fatal. Satu penelitian mendapati bahwa pada kadar glukosa darah sekitar
332 mg/dl, bila tetap melakukan latihan jasmani, akan berbahaya bagi
yang bersangkutan. Jadi sebaliknya, bila ingin melakukan latihan
jasmani, seorang diabetisi harus mempunyai kadar glukosa darah tak
lebih 250 mg/dl. 28
-
31
Prinsip latihan jasmani bagi diabetisi, persis sama dengan prinsip
latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal, seperti :
frekuensi, intensitas, durasi dan jenis.
1) Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan
dengan teratur 3-5 kali per minggu.
2) Intensitas : ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate)
3) Durasi : 30-60 menit.
4) Jenis : latihan jasmani endurans (aerobik) untuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging,
berenang dan bersepeda. 28
Aktivitas fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan
kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar
0. 89 kali.18
Aktivitas fisik dengan indeks aktivitas 120 menit lebih per
hari mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2
dan ditemukan dapat mencegah DM sebesar 0,15-0,22 kali. 25
c. Hipertensi, tekanan darah diatas 140/90 mmHg
Telah dibuktikan pada penyelidikan Framingham bahwa hipertensi
merupakan suatu faktor risiko penting pada diabetes melitus. Hipertensi
merupakan suatu acceleration pada komplikasi kardiovaskular dan
mempunyai pengaruh buruk pada mikroangiopati (retina, ginjal).
Prevalensi hipertensi pada DM dua kali lebih banyak daripada
-
32
penduduk umum.
80% pasien diabetes menderita hipertensi, di
Indonesia diketemukan 12-26.8% penderita hipertensi oleh karena
diabetes. 29
Christlieb membagi hipertensi dalam 3 kategori:
a. Hipertensi yang dapat disembuhkan dengan pembedahan: Renal
artery stenosis, coarctatio Aorta, pheochromocytoma, Syndrome
Cushing, Hiperaldosteronism primer.
b. Hipertensi tanpa nefropati: Essential, sistolik, kalau ada neuropati,
Supine Hypertension dengan ortostatik Hypertansion.
c. Hipertensi dengan nefropati (Diabetic Hypertension). 29
Hipertensi tanpa nefropati lebih umum ditemukan pada diabetes
tipe 2 sebelum atau sesudah didiagnosis diabetes. Hipertensi dapat
dikaitkan dengan aktivitas plasma renin yang normal, tinggi atau rendah
seperti pada hipertensi esensial. Hipertensi diabetes merupakan
komplikasi berat bagi Diabetes tipe 1 (30-35%) dan juga untuk diabetes
tipe 2. 25% diantaranya meninggal karena nefropati. 29
Menurut Sandeep tahun 2009 menyatakan bahwa hipertensi
merupakan komorbiditas penting dalam diabetes, hipertensi dapat
menjadi penyulit maupun sebagai faktor prediksi diabetes. Hal ini
disebabkan perannya yang sangat penting dalam proses perkembangan
sindrom metabolik. Chuang dkk tahun 2004 menyebutkan bahwa
-
33
hipertensi sebagai bagian dari sindrom metabolik merupakan faktor
risiko penting bagi penyakit diabetes melitus tipe 2.16
Hipertensi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian
diabetes melitus.17
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi,
dkk dalam Buletin Kesihatan Masyarakat tentang Prevalens Diabetes
Melitus dan Faktor-Faktor yang Berkaitan Dikalangan penduduk Bukit
Badong, Kuala Selangor di Malaysia, bahwa hipertensi mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus, dan
prevalensi diabetes melitus ditemukan lebih tinggi dikalangan penderita
hipertensi dibanding tidak hipertensi, dan hasil ini di dukung dengan
penelitian sebelumnya bahwa hipertensi menyumbang kejadian diabetes
melitus sebesar 20%.19
d. Dislipidemia, kadar lipid (Kolesterol HDL = 35 mg/dl dan atau
Trigliserida 250 mg/dl)
Konsumsi lemak adalah mengkonsumsi makanan yang lebih
dominan kandungan lemak seperti sop buntut, sate, pizza, burger,
makanan gorengan dll.14
Sumber utama lemak adalah mentega, margarin, lemak hewan
(lemak daging, dan ayam), dan minyak tumbuh-tumbuhan (minyak
kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan
sebagainya). Sumber lemak lain adalah kekacangan, bebijian, daging
-
34
dan ayam gemuk, krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan
yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali
alpukat) sangat sedikit mengandung lemak. 25
Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori
pergramnya. Bahan makanan ini sangat penting untuk membawa
vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.
berdasarkan ikatan rantai karbonnya, lemak dikelompokan menjadi
lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Pembatasan asupan lemak jenuh
dan kolesterol sangat disarankan bagi diabetes karena terbukti dapat
memperbaiki profil lipid tidak normal yang sering dijumpai pada
diabetes. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (monounsaturated fatty
acid = MUFA), merupakan salah satu asam lemak yang dapat
memperbaiki kadar glukosa darah dan profil lipid. Pemberian MUFA
pada diet diabetisi dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total,
kolesterol VLDL, dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Sedangkan
asam lemak tidak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acid =
PUFA) dapat melindungi jantung, menurunkan kadar trigliserida,
memperbaiki agregasi trombosit. PIFA mengandung asam lemak omega
3 yang dapat menurunkan sintesi VLDL di dalam hati dan
meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang dapat
menurunkan kadar VLDL di jaringan perifer, sehingga dapat
menurunkan kadar kolesterol. 28
-
35
Rekomendasi pemberian lemak :
1) Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah
maksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari.
2) Jika kadar kolesterol LDL 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh
diturunkan sampai maksimal 7% dari total kalori per hari.
3) Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar kolesterol
LDL 100 mg/dl, maka maksimal kolesterol yang dapat
dikonsumsi 200 mg/hari.
4) Batasi asupan asam lemak bentuk trans.
5) Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam
lemak tidak jenuh rantai panjang.
6) Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari
asupan kalori per hari. 28
Konsumsi saturated fat yang tinggi menyebabkan timbulnya
resistensi insulin dan dislipidemia. Saturated fat dapat menyebabkan
resistensi insulin karena perubahan komposisi phospholipid dalam
membran sel, perubahan sinyal insulin dapat menghambat sintesis
glikogen, atau mekanisme lainnya.30
Orang yang memiliki lemak
berlebihan pada batang tubuh, terutama bagian perut lebih
memungkinkan terkena diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Ini
karena lemak pada organ-organ perut tampaknya lebih mudah diolah
untuk memperoleh energi. Ketika lemak diolah untuk memperoleh
-
36
energi, kadar asam lemak di dalam darah meningkatkan resistensi
terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati dan otot-otot tubuh. 21
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bener dkk bahwa ada
hubungan yang signifikan antara trigliserida dan HDL dengan kejadian
diabetes melitus.17
Orang yang mengkonsumsi lemak jenuh mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan
risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 88 kali.18
dan orang yang
mengkonsumsi lemak 40 gr per hari mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian
DM tipe 2 sebesar 2,07 kali, dan dengan menggunakan analisis
multinominal logistik bahwa mengkonsumsi lemak 40 gr per hari
memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 4,43 kali. 25
e. Pola hidup tidak sehat
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui
dalam kehidupan sehari- hari. Gaya hidup/ life style ini menarik
sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat, minimal dianggap
sebagai faktor risiko dari berbagai macam penyakit.15
Merokok
merupakan salah satu kegiatan yang akan memberikan banyak
dampak negatif terhadap kesehatan. Merokok adalah faktor risiko
-
37
dari beberapa penyakit, diantaranya kanker, jantung koroner,
diabetes melitus, hipertensi, katarak, dan lain sebagainya.31
Menurut Tsiara kebiasaan merokok secara mekanisme
biologi dapat meningkatkan radikal bebas dalam tubuh yang
menyebabkan kerusakan fungsi sel endotel dan merusak sel beta di
pankreas.16
Menurut Bustan tahun 1997 jumlah rokok yang dihisap dapat
dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat
dibagi atas 3 kelompok yaitu:
a) Perokok ringan, jika merokok kurang dari 10 batang perhari.
b) Perokok sedang, jika merokok 10-20 batang perhari.
c) Perokok berat, jika merokok lebih dari 20 batang perhari.32
Menurut Bustan tahun 1997 merokok dimulai sejak umur <
10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang
merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya
dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan
semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai
sejak usia remaja, merokok sigaret dapat berhubungan dengan
tingkat arterosclerosis. Risiko kematian bertambah sehubungan
dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih
dini. 32
-
38
Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian diabetes melitus.17
dan merokok memberikan
risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 89 kali.18
2) Konsumsi alkohol
Alkohol mengandung banyak karbohidrat dan kalori.
Pengaturan glukosa darah menjadi labih sulit apabila
mengkonsumsi alkohol. Pecandu alkohol yang berhenti minum bisa
mengalami hipoglikemia. Alkohol menghambat hati melepaskan
glukosa ke darah sehingga kadar glukosa darah bisa turun. Bila
seseorang mengkonsumsi obat diabetes atau melakukan suntik
insulin, hipoglikemia bisa timbul bila seseorang peminum alkohol.
Oleh karena itu, batasi minum alkohol atau jangan minum alkohol
pada saat perut kosong dan glukosa darah sedang turun.7
Menurut Suyanto alkohol dapat menghambat proses oksidasi
lemak dalam tubuh, yang menyebabkan proses pembakaran kalori
dari lemak dan gula terhambat dan akhirnya berat badan akan
bertambah. Menurut Rahatta dalam juga alkohol dapat
mempengaruhi kelenjar endokrin, dengan melepaskan epinefrin
yang mengarah kepada hiperglikemia transient dan hiperlipidemia
sehingga konsumsi alkohol kotraindikasi dengan diabetes.20
Orang
yang mengkonsumsi alkohol mempunyai hubungan yang
-
39
signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko
kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 88 kali.18
3) Konsumsi kafein
Kafein merupakan stimulan ringan, termasuk zat psikoaktif
yang paling banyak digunakan di dunia. Kafein terdapat di dalam
kopi, teh, minuman ringan, kokoa, cokelat, serta berbagai resep dan
obat-obat yang dijual bebas. Kafein meningkatkan sekresi
norepinefrin dan meningkatkan aktifitas syaraf pada berbagai area
di otak. Kafein diabsorbsi dari traktus digestivus, dan segera
didistribusikan ke seluruh jaringan kafein mempunyai efek
antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin
merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah fungsi
pada susunan syaraf pusat.33
Kafein diduga dapat meningkatkan
kadar gula darah, sehingga perlu diwaspadai untuk para penderita
diabetes melitus (kencing manis).
Menurut Goodman dan Gilmans tahun 1996 dari beberapa
penelitian fisiologi diketahui bahwa, konsumsi kafein dengan
konsentrasi yang tinggi (4 sampai 8 mg per kg berat badan)
diketahui mempunyai efek meningkatkan FFA (free fatty acid)
dalam plasma darah, merangsang lipolisis, meningkatkan
-
40
konsentrasi serum gliserol, dan mengganggu pengambilan dan
penyimpanan Ca++
oleh sarcoplasmic reticulum pada otot lurik.25
Boden dan Chen tahun 2000 mengatakan bahwa peningkatan
FFA dalam plasma diketahui merupakan penyebab resistensi
insulin, karena penguraian jaringan adiposa atau penyerapan lemak
yang tinggi akan melemahkan stimulasi insulin pada otot rangka
dan liver, yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan
sensitivitas insulin. Peningkatan FFA dalam plasma juga dapat
menyebabkan perubahan pada cairan membran sel dan struktur
membran sel, sehingga reseptor insulin mengalami perlekatan
dengan lemak bilayer dan plasma membran, yang pada akhirnya
akan mengganggu jalan masuk reseptor insulin, pengikatan insulin
pada sel dan reaksi insulin. 25
Penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng tahun 2004 bahwa
ada hubungan antara konsumsi kopi dengan penyakit diabetes
melitus, semakin tinggi konsumsi kopi, besarnya risiko DM tipe 2
semakin meningkat. Semakin tinggi konsumsi kopi, laju insidensi
DM tipe 2 semakin meningkat. Seperti penelitian yang dilakukan
olehnya mengenai Risiko Kebiasaan Minuman Kopi pada Kasus
Toleransi Glukosa Terganggu Terhadap Terjadinya DM Tipe 2
ditemukan bahwa mengkonsumsi kopi tinggi (240-359,9 mg kafein
per hari), memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 2, 31 kali,
-
41
dan konsumsi kopi sangat tinggi (360 mg kafein lebih perhari)
memberikan risiko kejadian sebesar 2, 92 kali dibanding konsumsi
kopi rendah (< 184,6 mg kafein per hari).25
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh rnlv7
tahun 2004 tentang konsumsi kopi pada orang sehat yang tidak
menderita diabetes ternyata memperlihatkan hasil yang sebaliknya.
rnlv7 menemukan bahwa konsumsi kopi dan teh dapat
meningkatkan sensitifitas insulin. Setelah melakukan penyesuaian
terhadap konsumsi teh, jumlah gula dan krim yang digunakan di
dalam kopi, kue dan biskuit yang dimakan bersamaan dengan kopi,
konsumsi alkohol, indeks massa tubuh, beratnya aktivitas fisik, dan
status merokok, rnlv7 menemukan bahwa peningkatan konsumsi
1 gelas kopi sehari berhubungan dengan peningkatan sensitifitas
insulin sebesar 0,16 unit. Dengan demikian konsumsi kopi dan teh
secara independen berhubungan dengan peningkatan sensitifitas
insulin. Karena kafein telah dilaporkan dapat mengganggu kerja
insulin, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mungkin
terdapat unsur lain dalam kopi dan teh yang berperan dalam
meningkatkan sensitifitas insulin. Baik kopi maupun teh
mengandung senyawa fenol yang mempunyai aktivitas antioksidan.
Terdapat kemungkinan antioksidan di dalam kopi ini dapat
meningkatkan sensitifitas insulin karena telah dilaporkan bahwa
-
42
antioksidan dapat meningkatkan sensitifitas insulin pada penderita
diabetes melitus tipe 2.33
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tjekyan tahun
2007 dalam jurnal Makara Kesehatan mengenai Risiko Penyakit
Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalangan Peminum Kopi di Kotamadya
Palembang Tahun 206-2007, bahwa terdapat hubungan
penurunan risiko kejadian DM Tipe 2 pada kelompok peminum
kopi dengan OR 0,75 artinya kebiasan minum kopi merupakan
faktor protektif sebesar 0.75 kali terhadap kejadian DM Tipe 2.
Frekuensi, kekentalan kopi, jenis kopi, lamanya minum kopi yang
tinggi merupakan faktor protektif terhadap DM tipe 2. 33
4) Kurang Konsumsi buah dan sayur
Sejak tahun 1990, telah dicanangkan dalam Dietary for
American bahwa rekomendasi minimal untuk mengkonsumsi buah
adalah 2 porsi/hari dan 3 porsi/hari untuk konsumsi sayur atau
setara dengan konsumsi buah dan sayur 5 porsi/hari. Menurut
WHO/FAO (2003), yang dimaksud dengan satu porsi sayur adalah
1 mangkuk sayur segar atau mangkuk sayur masak dan satu porsi
buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1
mangkuk buah irisan. Konsumsi buah dan sayur dianggap cukup
apabila asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari.
-
43
Sedangkan yang dianggap kurang apabila asupan buah dan sayur
kurang dari 5 porsi sehari. 14
Konsumsi buah dan sayur menurut adalah frekuensi rata-rata
dan porsi asupan buah dan sayur responden dalam sehari selama
seminggu.14
buah dan sayur banyak mengandung serat yang
berguna untuk menurunkan absorbsi lemak dan kolesterol darah.
Pada umumnya, makanana serat tinggi mengandung energi rendah,
dengan demikan dapat membantu menurunkan berat badan. Serat
makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua
makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi
berpengaruh baik untuk kesehatan. 26
Menurut Sukardji tahun 2007 konsumsi serat terutama
insoluble fiber (serat tidak larut) yang terdapat biji-bijian dan
beberapa tumbuhan, dapat membantu mencegah terjadinya diabetes
dengan cara meningkatkan kerja hormon insulin dalam mengatur
gula darah di dalam tubuh.20
Serat terdiri atas dua golongan, yaitu
serat larut air dan tidak larut air. Serat tidak larut air adalah
selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang banyak terdapat dalam
dedak beras, gandum, sayuran, dan buah-buahan. Serat golongan
ini dapat melancarkan defekasi sehingga mencegah obtipasi,
hemoroid, dan diverticulosis. Serat larut air yaitu pektin, gum, dan
mukilase yang banyak terdapat dalam havermout, kacang-
-
44
kacangan, sayur, dan buah-buahan. Serat golongan ini dapat
mengikat empedu sehingga dapat menurunkan absorbsi lemak dan
kolesterol darah, sehingga menurunkan risiko, mencegah, atau
meringankan penyakit jantung koroner dan dislipidemia.26
Pada Studi yang dilakukan terhadap 84.000 perawat wanita
yang mulai diteliti oleh peneliti Harvard pada tahun 1980
mendapatkan hubungan antara konsumsi kekacangan dan risiko
DM tipe 2. Jika dibandingkan dengan wanita yang jarang makan
kacang, mereka yang makan satu sampai dengan 4 ons setiap
minggu mempunyai pengurangan 16% insiden DM tipe 2 , dan
mereka yang makan sedikitnya 5 ons perminggu memperlihatkan
pengurangan 27%. Para peneliti berpendapat, bahwa meskipun
kekacangan dapat memberikan 80% kalori lemak, lemak itu adalah
lemak jenis unsaturated yang dapat mengontrol hormon insulin dan
glukosa. Ditemukan bahwa mengkonsumsi serat 25 gr per hari
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2
dan dapat mencegah kejadian DM tipe 2 sebesar 0,29- 0,42 kali.25
D. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi yang disebabkan dari penyakit diabetes adalah dehidrasi,
napas berbau, mual, muntah, napas dalam dan semakin cepat, keadaan yang
sangat lemah, penyakit arteri koroner, nefropati, neuropati, dan retinopati.21
-
45
DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai
dari kulit sampai jantung. Bentuk-bentuk komplikasi itu bisa berupa, masing-
masing pada sistem:
1. Sistem kardiovaskuler : hipertensi, infark miokard, dan insufiensi koroner.
2. Mata: retinopati diabetika dan katarak.
3. Saraf: neropati diabetika.
4. Paru-paru: TBC.
5. Ginjal: pielonefritis dan glomeruloskelrosis.
6. Hati: sirosis hepatitis.
7. Kulit: gangren, ulkus dan furunkel.8
E. Pencegahan Diabetes Melitus (DM)
Pada penyakit diabetes melitus (DM) seperti juga pada penyakit lain
usaha pencegahan terdiri dari:
1. Pencegahan primer, yaitu mencegah agar tidak timbul penyakit DM,
meliputi penyuluhan mengenai perlunya pengaturan gaya hidup sehat
sedini mungkin dengan memberikan pedoman untuk mempertahankan
pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang (meningkatkan konsumsi
sayuran dan buah, membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat
sederhana, melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur
dan kemampuan, serta menghindari obat yang bersifat diabetogenik.11
-
46
2. Pencegahan sekunder, yaitu sejak awal sudah harus dicegah kemungkinan
timbulnya komplikasi kronis sehingga penderita dapat hidup sehat dan
wajar berdampingan dengan penyakitnya.
top related