karya tulis ilmiah analisis merkuri (hg) dalam darah pada...
Post on 15-Jan-2020
33 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Karya Tulis Ilmiah
ANALISIS MERKURI (Hg) DALAM DARAH PADA PENAMBANG EMAS
TRADISIONAL DI DESA PUMPUNG KECAMATAN CEMPAKA KOTA
BANJARBARU 2017
Khairunnisa
NIM AK614032
Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari
Program Studi Diploma III Analis Kesehatan
2017
Karya Tulis Ilmiah
ANALISIS MERKURI (Hg) DALAM DARAH PADA PENAMBANG EMAS
TRADISIONAL DI DESA PUMPUNG KECAMATAN CEMPAKA KOTA
BANJARBARU 2017
Khairunnisa
NIM AK614032
Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari
Program Studi Diploma III Analis Kesehatan
2017
ANALISIS MERKURI (Hg) DALAM DARAH PADA PENAMBANG EMAS
TRADISIONAL DI DESA PUMPUNG KECAMATAN CEMPAKA KOTA
BANJARBARU 2017
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
predikat Ahli Madya Analis Kesehatan
Khairunnisa
NIM AK614032
Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari
Program Studi Diploma III Analis Kesehatan
2017
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan berkah, rahmat dan hidayah-Nya, KTI ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Shalawat dan salam akan senantiasa terhatur kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang beliaulah yang mengajarkan untuk terus belajar
hingga sampai liang lahat.
Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
saya ucapkan kepada Ibu Lisa Andina, S.Farms, M.Sc, Apt selaku pembimbing
utama dan Ibu Atni Primanadini, S.Si selaku pembimbing pendamping serta
bapak Dian Nurmansyah, S.ST, M.Biomed selaku penguji yang dengan penuh
perhatian telah membimbing dan mendorong saya untuk dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Terimakasih tak terhingga juga saya berikan kepada seluruh responden yang
bersedia menjadi bahan penelitian KTI saya ini serta para petugas Laboratorium
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) yang telah bersedia
membantu dalam pemeriksaan bahan penelitian.
Tidak akan terlupa orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang karena
merekalah saya berjuang untuk menyelesaikan pendidikan di Akademi Analis
Kesehatan Borneo Lestari ini
Akhirnya tentu saja terimakasih kepada Direktur Akademi Analis Kesehatan
Borneo Lestari dan jajaran, Ketua Prodi Diploma III Analis Kesehatan dan jajaran
yang telah memberikan bantuan, kesempatan dan fasilitas kepada saya untuk
dapat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
ABSTRAK
ANALISIS MERKURI (Hg) DALAM DARAH PADA PENAMBANG EMAS
TRADISIONAL DI DESA PUMPUNG KECAMATAN CEMPAKA KOTA
BANJARBARU 2017
Khairunnisa
Lisa Andina ; Atni Primanadini
Pertambangan oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai salah satu
kegiatan untuk meningkatkan pendapatan dan perbaikan kualitas hidup. Namun
disisi lain, kegiatan penambangan emas yang menggunakan bahan kimia
berbahaya dapat pula berdampak negatif. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui kandungan merkuri (Hg) dalam darah penambang emas tradisional
serta membandingkannya dengan standar yang ditentukan oleh World Health
Organization (WHO). Pada penelitian ini hanya dibatasi masalah pada
pemeriksaan Merkuri (Hg) dalam darah pada Penambang Emas Tradisional Di
Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Pada Maret 2017.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengambilan sampel secara
perporsive sampling berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu
bekerja tetap sebagai penambang, aktif bekerja sebagai penambang dan masa
kerja lebih dari 1 tahun dengan metode pemeriksaan menggunakan DMA-80
Mercury Analyzer yang dapat mendeteksi kadar merkuri baik pada sampel padat
maupun sampel cairan. Hasil penelitian dari 10 sampel darah penambang emas
tradisional yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini semuanya
positif mengandung merkuri didalam darahnya, dengan jumlah persentasi 10%
sampel terdeteksi Merkuri melebihi ambang batas yang ditentukan oleh WHO,
sedangkan 90% nya terdeteksi merkuri masih dalam batas yang ditoleransi oleh
tubuh. Resiko keracunan merkuri pada penambang emas tidak begitu berarti
karena pada saat dilakukannya penelitian, para penambang emas sudah
mengurangi penggunaan kadar merkuri dan hanya beberapa orang saja dari
responden yang memang kontak langsung dengan merkuri. Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar pekerja penambang emas hanya terakumulasi merkuri
dalam darahnya masih dalam batas toleransi tubuh dan paparan merkuri tersebut
tidak menimbulkan gejala yang serius.
Kata kunci : Merkuri, Merkuri Analyzer, Penambang emas.
ABSTRACT
ANALISYS OF MERCURY (Hg) IN THE BLOOD OF TRADITIONAL
GOLD MINERS IN THE VILLAGE OF PUMPUNG CEMPAKA
DITRICK BANJARBARU CITY 2017
Khairunnisa
Lisa Andina ; Atni Primanadini
Mining by some people is often regarded as one of the activities to increase
income and improve quality of life. But on the other hand, gold mining activities
that use hazardous chemicals can have a negative impact. The purpose of this
study was to determine the mercury (Hg) content in traditional gold miner's blood
as well as comparing it with the standards set by the World Health Organization
(WHO). In this study only limited the problem on the examination of Mercury
(Hg) in the blood of Traditional Gold Miners In Pumpung Village District
Cempaka Banjarbaru City In March 2017. This research is a quantitative research
with sampling in purporsive sampling based on the criteria determined by the
researcher that is working as a miner, actively working as a miner and working
periods of more than 1 year With an examination method using the DMA-80
Mercury Analyzer that can detect mercury levels in both solid and liquid samples.
The results of 10 samples of blood of traditional gold miners used as the
respondents in this study all positively contained mercury in their blood, with a
10% percentage of samples detected by mercury exceeding the threshold specified
by WHO, while 90% of it was detected mercury still within tolerable limits by the
body. The risk of mercury poisoning in gold miners is not so meaningful because
at the time of the study, gold miners have reduced the use of mercury levels and
only a few people from respondents who are in direct contact with mercury. This
shows that most gold miners only accumulate mercury in their blood is still within
the limits of body tolerance and exposure to mercury is not causing serious
symptoms.
Keywords: Mercury, Mercury Analyzer, Gold Miner
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN .................................................................................... i
SAMPUL DALAM ................................................................................... ii
HALAMAN PERSYARATAN GELAR ................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI PROPOSAL KTI ............... v
UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah ............................................................................. 4
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................ 5
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 5
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 5
1.5.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merkuri ........................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Merkuri.......................................................................... 7
2.1.2 Kegunaan Merkuri ......................................................................... 9
2.1.3 Absorbsi, Metabolisme dan Ekskresi Merkuri ............................... 11
2.1.4 Ambang Batas Merkuri ................................................................... 12
2.1.5 Keracunan Merkuri ......................................................................... 13
2.1.6 Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Kadar Merkuri ..................... 17
2.1.7 Pengobatan dan Pencegahan Keracunan Merkuri ........................... 19
2.2 DMA-80 Mercury Analyzer ............................................................. 20
2.3 Penambang Emas ............................................................................. 20
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka konsep ............................................................................... 23
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep ............................................................ 23
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 26
4.2 Populasi dan Sampel ......................................................................... 26
4.3 Variabel dan Definisi Operasional .................................................... 26
4.4 Bahan Penelitian................................................................................ 27
4.5 Instrumen Penelitian.......................................................................... 27
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 28
4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ................................ 28
4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 30
BAB V. ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Data Penelitian .................................................................................. 32
5.2 Limitasi Penelitian ............................................................................. 34
BAB VI.PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan ........................................................................................ 36
BAB VII. Penutup
7.1 Kesimpulan ........................................................................................ 40
7.2 Saran ................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Table 5.1.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Merkuri ........................................... 32
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1.1 Hasil Positif Merkuri Berdasarkan Pekerjaan ...................... 33
Gambar 5.1.2 Hasil posotif Merkuri Berdasarkan Penggunaan APD ......... 34
Gambar 5.1.3 Hasil Merkuri Berdasarkan Lama Pemakaian Merkuri........ 33
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambangan oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai salah
satu kegiatan untuk meningkatkan pendapatan dan perbaikan kualitas hidup.
Namun disisi lain, kegiatan penambangan emas yang menggunakan bahan kimia
berbahaya dapat pula berdampak negatif. Sebagai contoh, pada kegiatan usaha
penambangan emas rakyat, pengolahan bijih emas dilakukan dengan proses
amalgamasi dimana Merkuri (Hg) digunakan sebagai media untuk mengikat emas.
Penggunaaan bahan kimia yang bersifat toksik tersebut akan berdampak pada
kesehatan manusia itu sendiri akibat terlalu seringnya terpapar dalam dosis yang
tinggi. Keracunan dari paparan tersebut dapat bersifat akut maupun kronik.
Selain pertambangan emas skala besar, ada pula pertambangan emas skala
kecil atau pertambangan emas rakyat yang tersebar sebanyak 850 titik di
Indonesia. Pemilahan emas pada pertambangan tersebut dilakukan dengan
menggunakan Merkuri (Hg). Menurut United Nations Environment Programme
(Anonim, 2012), pemakaian merkuri dari pertambangan emas rakyat diestimasi
sekitar 1400 ton/tahun sehingga menjdi sektor permintaan terbesar secara global.
Sektor ini menghasilkan 12-15% dari emas dunia. Selain itu, pertambangan emas
rakyat adalah mata pencaharian bagi jutaan orang dan sumber pencemaran
merkuri (Hg) yang utama. Penggunaan merkuri (Hg) pada pemilahan emas ini
disebut dengan proses amalgamasi. 25-30% merkuri (Hg) yang ditambahkan
dalam proses ini hilng ke lingkungan (Veiga, 2009).
Widowati menyatakan sejak kasus kecelakaan merkuri (Hg) di Minamata
Jepang tahun 1953 yang secara intensif dilaporkan, isu pencemaran logam berat
meningkat sejalan dengan pengembangan berbagai aplikasi teknologi untuk
menangani pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat. Pada
konsentrasi yang sangat rendah efek logam berat dapat berpengaruh langsung dan
terakumulasi pada rantai makanan. Seperti halnya sumber-sumber pencemaran
lingkungan lainnya, logam berat tersebut dapat ditransfer dalam jangkauan yang
sangat jauh dilingkungan, selanjutnya berpotensi mengganggu kehidupan biota
lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia walaupun
dalam jangka waktu yang lama dan jauh dari sumber pencemar utamanya
(Annisa, 2012 dalam Lestarisa, 2010).
Pencemaran logam berat di Indonesia cenderung meningkat sejalan
dengan meningkatnya proses industrilisasi. Sejak era industrilisasi, merkuri (Hg)
menjadi bahan pencemar penggalian karena merkuri merupakan salah satu
penyebab pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari proses pengolahan emas
secara amalgamasi (Annisa, 2012 dalam Lestarisa, 2010).
Peristiwa keracunan logam merkuri (Hg) telah dikenal cukup lama dalam
era tahun 1960-an, tercatat beberapa peristiwa keracunan merkuri (Hg) diseluruh
dunia diantaranya yaitu dikota Minamata Jepang pada tahun 1953-1960 tercatat
111 orang meninggal, dikota Irak pada tahun 1961 tercatat 35 orang meninggal
dan 321 orang cedera, dikota Pakistan Barat pada tahun 1963 tercatat 4 orang
meninggal dan 34 orang cedera, dikota Guatemala pada tahun 1966 tercatat 20
orang meninggal dan 45 orang cedera dan dikota Nigata Jepang pada tahun 1968
tercatat 5 orang meninggal dan 25 orang cedera (Palar, 2008).
Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Nita Annisa pada maret
2012 tentang pencemaran merkuri terhadap penambang emas yang dilakukan di
Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan didapatkan hasil
kadar merkuri pada 10 sampel yang digunakan masih dibawah ambang batas yang
ditentukan (Annisa, 2012).
Pencemaran logam berat seperti merkuri (Hg) ini sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia dan kelangsungan kehidupan lingkungan. Kerusakan pada
lingkungan akan berdampak pada kehidupan hewan maupun tanaman. Sedangkan
pada manusia akan menimbulkan keracunan yang bersifat akut maupun kronis
jika merkuri (Hg) tersebut terakumulasi dalam jumlah banyak dan waktu yang
lama.
Sekitar 85% peristiwa keracunan merkuri (Hg) bersumber dari senyawa-
senyawa alkil-merkuri yang masuk melalui pernafasan akibat proses penguapan
merkuri tersebut. Lebih dari 95% merkuri (Hg) yang masuk kedalam tubuh
sebagian akan ditransfortasi kedalam sel darah merah dan kemudian akan
diedarkan keseluruh jaringan tubuh. Penyebaran merkuri (Hg) kedalam jaringan
biasanya berbeda-beda, tergantung pada jenis organnya. Sejumlah kecil merkuri
(Hg) akan terakumulasi dalam plasma protein (Palar, 2008).
Kegiatan penambangan emas tradisional yang masih marak dilakukan oleh
masyarakat salah satunya yaitu di Provinsi Kalimantan Selatan Kecamatan
Cempaka Kota Banjarbaru yang mempunyai karakteristik geografis dataran
tinggi dengan rata-rata tofografi antara 50 sampai 150 meter diatas permukaan
laut. Lokasi pertambangan ini kebanyakan berada di Sungai Tiung Kecamatan
Cempaka dengan dua titik yang paling terkenal, yakni Pumpung dan Ujung
Murung. Dari dua lokasi penambangan tersebut, daerah Pumpung merupakan
lokasi penambangan yang paling banyak mempunyai populasi. Para penambang
masih menggunakan cara tradisional untuk mendapatkan emas.
Kasus keracunan yang disebabakan oleh pengikatan senyawa merkuri
(Hg) dalam plasma protein telah banyak terjadi sejak tahun 1960-an. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk melakukan Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Dalam
Darah Pada Penambang Emas Tradisional Di Desa Pumpung Kecamatan
Cempaka Kota Banjarbaru Pada Maret 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat dibuat
rumusan masalah yaitu seberapa besar kandungan Merkuri (Hg) Dalam Darah
Pada Penambang Emas Tradisional Di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka
Kota Banjarbaru Pada Maret 2017.
1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti hanya membatasi masalah pada pemeriksaan
Merkuri (Hg) dalam darah pada Penambang Emas Tradisional Di Desa
Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Pada Maret 2017.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kandungan merkuri (Hg) dalam darah penambang
emas tradisional di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru
pada bulan Maret 2017.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengukur kandungan merkuri (Hg) dalam darah penambang emas
tradisional di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru pada
bulan Maret 2017.
b. Untuk membandingkan kadar merkuri (Hg) dalam darah pada
penambang emas tradisional dengan nilai standar berdasarkan kriteria
World Health Organization (WHO).
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi tentang
bahaya dari penggunaan merkuri dalam kegiatan pertambangan emas
terhadap kesehatan.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang terkait, diantaranya yaitu :
a. Bagi Akademik
Memberikan sumbangan pemikiran referensi bagi mahasiswa
selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang ilmu Toksikologi.
b. Bagi Penambang Emas dan Masyarakat
Menambah pengetahuan bagi penambang dan masyrakat dalam
upaya melindungi dan mencegah gangguan kesehatan akibat adanya
pencemaran merkuri (Hg) di wilayah penambangan emas.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merkuri
2.1.1 Pengertian Merkuri
Logam Merkuri (Hg) atau air raksa, mempunyai nama kimia
hydragium yang berarti perak cair. Logam Merkuri dilambangkan dengan
Hg. Pada tabel periodik unsur–unsur kimia menempati urutan (NA) 80 dan
mempunyai bobot atom (BA) 200,59. Merkuri telah dikenal sejak manusia
mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar (HgS) yang
mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 0,4% (Palar, 2008).
Merkuri merupakan logam yang berwujud cair. Udara yang jenuh
dengan merkuri mengandung merkuri 15 mg per m3 pada suhu 20
0C dan 68
mg per m3 pada suhu 40
0C. Merkuri dan senyawa garamnya banyak
digunakan dalam industri zat, bahan peledak, lampu, alat–alat listrik, batu
baterai dan thermometer (Irianto, 2013).
Merkuri yang dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh
logam yang murni. Logam cair inilah yang kemudian digunakan oleh
manusia untuk bermacam–macam keperluan. Merkuri dan senyawa-
senyawanya, seperti halnya dengan logam–logam yang lain tersebar luas di
alam. Mulai dari batuan, air, udara, dan bahkan dalam tubuh organisme
hidup. Penyebaran dari logam merkuri ini dipengaruhi oleh faktor geologi,
fisika, kimia, dan geologi (Palar, 2008).
Merkuri digunakan untuk mengikat emas dan perak dengan cara
amalgamasi. Merkuri (Hg) adalah salah satu faktor penentu dalam proses
amalgamasi. Merkuri (Hg) yang digunakan harus berkadar tinggi atau bersih
dan dalam keadaan masih baru, sehingga merkuri (Hg) tersebut mempunyai
daya tangkap emas dan perak dengan baik. Jumlah merkuri tidak perlu
banyak, tetapi disesuaikan dengan kadar emasnya. Hampir semua merkuri
diproduksi dengan cara pembakaran mekuri sulfide (HgS) di udara, dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :
HgS + O2 Hg + SO2
Merkuri dilepaskan sebagai uap yang kemudian mengalami
kondensasi, sedangkan gas–gas lainnya mungkin terlepas di atmosfer atau
dikumpulkan. Dari proses pengolahan emas terlihat adanya merkuri (Hg)
sebgai pemisah bijih emas dengan pengotor yang terdapat dalam batuan-
batuan emas. Kemungkinan merkuri (Hg) yang terdapat air limbah sebagai
hasil pelarutan merkuri yang berada dalam lumpur yang karena adanya
oksigen maka terjadi reaksi HgO menjadi Hg2+
yang larut dalam air (Palar,
2008).
Secara umum logam merkuri (Hg) memiliki sifat–sifat sebagai berikut:
a. Berwujud cair pada suhu (25 0C) dengan titik beku paling rendah sekitar
-39 0C.
b. Masih berwujud cair pada suhu 396 0
C, pada temperature 396 0C ini telah
terjadi pemuaian secara menyeluruh.
c. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan
dengan logam–logam lainnya.
d. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehinga menempatkan
merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya
listrik.
e. Dapat melarutkan bermacam–macam logam untuk membentuk alloy
yang disebut juga sebagai amalgam.
f. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik
itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk
persenyawaan (Palar, 2008).
2.1.2 Kegunaan Merkuri (Hg)
Dalam keseharian, pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat
luas. Merkuri (Hg) digunakan dalam bermacam–macam perindustrian,
untuk peralatan–perlatan elektris, digunakan untuk alat–alat ukur, dalam
dunia pertanian, dan keperluan–keperluan lainnya. Demikian luasnya
pemakaian merkuri mengakibatkan semakin mudah pula organisme
mengalami keracunan merkuri (Palar, 2008).
Pemakaian bahan merkuri (Hg) digunakan dalam berbagai bidang
(Lestarisa, 2010) yaitu :
a. Bidang Perindustrian
Dalam industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA
(Fenil Merkuri Asetat) yang digunakan untuk mencegah pembentukan
kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Logam
natrium tersebut dapat ditangkap oleh merkuri melalui proses elektrolisa
dari larutan garam natrium klorida (NaCl). Merkuri juga digunakan
dalam industri cat untuk mencegah pertumbuhan jamur sekaligus sebagai
komponen pewarna. Selain itu, merkuri juga digunakan dalam industri
pembuatan klor alkali yang menghasilkan klorin (Cl2), dimana
perusahaan air minum memanfaatkan klorin untuk penjernihan air dan
pembasmi kuman (proses kronisasi).
Penggunaan terbanyak pada bidang industri yaitu adanya pabrik–
pabrik alat–alat listrik yang menggunakan lampu–lampu merkuri untuk
penerangan jalan raya. Mungkin disebabkan biaya pemasangan dan
operasi yang murah dan arus listriknya dapat dialiri dengan voltase yang
tinggi.
b. Bidang pertambangan
Pada bidang pertambangan logam merkuri digunakan untuk
membentuk amalgam yaitu logam merkuri tersebut digunakan untuk
mengikat dan memurnikan emas.
c. Bidang kedokteran
Merkuri digunakan sejak abad 15 dimana merkuri digunakan untuk
pengobatan penyakit kelamin (sifilis), digunakan untuk obat diuretika,
sebagai bahan untuk kosmetik, logam merkuri digunakan untuk
campuran penambal gigi. Kalomel (HgCl) digunakan sebagai pembersih
luka dan kemudian diketahui bahwa bahan tersebut beracun, sehingga
tidak digunakan lagi.
d. Peralatan fisika
Merkuri digunakan dalam thermometer, barometer, pengatur
tekanan gas dan alat–alat listrik.
e. Bidang pertanian
Merkuri banyak digunakan sebagai fungisida. Contohnya, senyawa
metil merkuri disiano diamida (CH3-Hg-NH-CHHNHCN), metil merkuri
siano (CH3-Hg-CN), metil merkuri asetat (CH3-Hg-CH2-COOH), dan
senyawa etil merkuri klorida (C2H5-Hg-Cl).
2.1.3 Absorbsi, Metabolisme, dan Ekskresi Merkuri
Masuknya merkuri ke dalam tubuh organisme hidup, terutama melalui
makanan yang dimakannya, karena hampir 90% dari bahan beracun ataupun
logam berat (merkuri) masuk kedalam tubuh melalui bahan makanan.
Sisanya akan masuk melalui peristiwa pernafasan (Palar, 2008).
Merkuri juga masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru dalam
bentuk uap. Jalan utama absorbsi adalah melalui saluran pernafasan, sekitar
80% atau debu diabsorbsi dan retensi. Kemungkinan kurang dari 0,01 %
diabsorbsi melalui garam merkuri (Hg) larut dan golongan aril merkuri
saluran pencernaan. Diabsrobsi melalui inhalasi dan dalam jumlah terbatas
secara ingesti. Golongan alkil merkuri diabsrobsi melalui semua jalan yaitu
inhalasi, ingesti, atau kontak langsung (Lubis, 2002).
Keracunan senyawa merkuri (Hg) dengan jalan termakan/terminum
(Ingestion) dapat merusak alat–alat faal tubuh bagian dalam, seperti
kerusakan hati, ginjal dan lain–lain (Adiwisastra, 1987).
Merkuri (Hg) yang diabsrorbsi akan masuk kedalam darah, ginjal,
hati, limpa, dan saliva. Air raksa organik dapat merusak susunan sistem
syaraf pusat (tremor, lapangan penglihatan menciut, perubahan kepribadian)
dan Hg organik merusak ginjal dan menyebakan penyakit bawaan (Waluyo,
2005).
Pada proses metabolisme, merkuri akan terakumulasi pada organ hati
dan ginjal. Pembuangan senyawa merkuri organik dari dalam tubuh
berkaitan erat dengan sistem urinaria atau sistem pembuangan. Merkuri
yang tadinya masuk kedalam hati akan terbagi dua. Sebagian akan
terkumulasi pada hati, sedangkan sebagian lainnya akan dikirim ke empedu.
Dalam kantung empedu, senyawa merkuri organik akan dirombak untuk
dapat dihancurkan dan dimusnahkan daya racunnya. Hasil perombakan
tersebut umumnya berupa senyawa anorganik yang kemudian akan dikirim
lewat darah ke ginjal. Pada ginjal senyawa merkuri anorganik ini akan
mengalami proses pemilahan akhir, dimana sebagian akan terakumulasi
pada ginjal dan sebagian lagi akan dibuang bersama dengan urin (Palar,
2008).
2.1.4 Ambang Batas Merkuri
Menurut World Health Organization (WHO), kadar merkuri normal
dalam darah manusia berkisar antara 5–10 µg/kg, maka reaksi keracunan
merkuri akan timbul dengan beberapa gejala. Konsentrasi aman merkuri
dalam darah adalah 5 µg/kg (Lestarisa, 2010).
2.1.5 Keracunan Merkuri
Dalam bidang kesehatan dikenal istilah keracunan akut dan keracunan
kronik. Kasus keracunan yang disebaabkan oleh logam berat seringkali
terjadi pada orang-orang yang bekerja dalam bidang industri,
dilaboratorium, bidang pertanian dan bidang pertambangan. Peristiwa
keracunan itu biasanya disebabkan karena kelalaian penderita ataupun
kecelakaan kerja (Palar, 2008).
Sebagai contohnya adalah kasus keracunan yang disebabkan oleh
logam merkuri pada kegiatan penambangan emas, dimana para pekerja
penambang emas tidak menyadari bahwa setiap hari mereka telah
menghisap uap merkuri saat mereka bernafas (Palar, 2008).
Beberapa hal terpenting yang dapat dijadikan patokan terhadapa efek
yang ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh adalah sebagai berikut :
a. Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh, apabila berada dalam
jumlah yang cukup.
b. Senyawa-senyawa merkuri yang berbeda, menunjukan karakteristik yang
berbeda pula dalam daya racun yang dimilikinya, penyebarannya,
akumulasi dan waktu resistensinya.
c. Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata lingkungan dan
atau dalam tubuh organisme hidup yang telah kemasukan merkuri,
disebabkan oleh perubahan bentuk atas senyawa-senyawa merkuri itu,
dari satu tipe ke tipe lainnya.
d. Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri didalam tubuh adalah
menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding membran sel.
Keadaan itu disebabkan karena kemampuan merkuri dalam membentuk
ikatan kuat dengan gugus yang mengandung belerang (Sulfur, S) yang
terdapat dalam enzim atau dinding sel.
e. Kerusakan yang diakibakan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya
bersifat permanen. Smpai sekarang belum diketahui cara efektif untuk
memperbaiki kerusakan fungsi-fungsi itu (Palar, 2008).
Peristiwa keracunan logam merkuri telah dikenal cukup lama. Dalam
era tahun 1960-an terjadi kasus keracunan yang diakibatkan oleh merkuri.
Keracunan yang disebabakan oleh merkuri ini, umumnya berawal dari
kebiasaan memakan makanan dari laut terutama sekali ikan, udang dan
tiram yang telah terkontaminasi oleh merkuri (Palar, 2008). Manifestasi
klinis awal toksisitasi merkuri didaptkan gangguan tidur, perubahan
perasaan yang dikenal sebagai Erethism, kesemutan mulai dari daerah
sekitar mulut hingga jari dan tangan, pengurangan pendengaran atau
penglihatan dan pengurangan daya ingat (Safardi, 2009).
Ada dua tipe keracunan yang disebabkan oleh merkuri yaitu :
2.1.5.1 Keracunan Akut
keracunan akut yang disebabkan oleh merkuri umumnya terjadi pada
pekerja-pekerja industri, pertambangan dan pertanian yang menggunakan
merkuri sebagai bahan baku, katalis dan atau pembentukan amalgam atau
pestisida.
Bentuk persenyawaan merkuri sangat menentukan dari tingkat racun
yang dapat ditimbulkan. Karena itu daya racun dari senyawa mekuri
khlorida akan berbeda dengan daya racun yang disebabakan oleh merkuri
iodida. Untuk senyawa merkuri klorida (HgCl2), bila toksisikan kemasukan
sebesar 29 mg/kg dapat menyebabkan kematian, sedangkan untuk senyawa
merkuri iodida kematian baru terjadi bila konsentrasi senyawa yang masuk
sekitar 357 mg/kg. Akan tetapi untuk senyawa merkuri organik, seperti
Hg(Cn)2 atau merkuri sianida kematian hanya terjadi hanya dengan
konsentrasi senyawa yang masuk sebesar 10 mg/kg (Palar, 2008).
Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui
dengan mengamati gejala-gejala berupa: peradangan pada tekak
(pharyngitis), rasa sakit pada bagian perut, mual-mual dan muntah, murus
disertai dengan darah dan shok. Bila gejala-gejala awal ini tidak segera
diatasi, penderita selanjutnya akan mengalami pembengkakan pada kalenjer
ludah, radang pada ginjal (nephritis) dan radang pada hati (hepatitis) (Palar,
2008).
Senyawa atau garam-garam merkuri yang mengakibatkan keracunan
akut, dalam tubuh akan mengalami proses ionisasi :
Hg(Cn)2 Hg2+ + CN
Dalam Tubuh (Palar, 2008).
2.1.5.2 Keracunan Kronis
Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan
berlangsung dalam selang waktu yang panjang. Penderita keracunan kronis
biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun
dalam tubuh mereka, sehingga pada batas daya tahan yang telah dimiliki
tubuh, racun yang telah mengendap dalam selang waktu yang panjang
tersebut bekerja. Pengobatan menjadi akan sulit untuk dilakukan (Palar,
2008).
Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh
yang paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem
pencernaan dan sistem syaraf. Radang gusi (Gingvitis) merupakan gangguan
paling umum yang terjadi pada sistem pencernaan. Radang gusi pada
akhirnya akan merusak jaringan penahanan gigi, sehingga gigi mudah lepas
(Palar, 2008).
Gangguan terhadap sistem syaraf dapat terjadi dengan atau tanpa
diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus. Ada dua bentuk gejala umum
yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem syaraf
sebagai akibat keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan
parkisonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.
Biasanya satu dari kedua gejala ini akan mendiminasi gejala keracunan
kronis dan ada kemungkinan terjadinya komplikasi dengan psikologis. Hal
ini diperlihatkan dengan terjadinya gangguan emosional korban, seperti
cepat marah yang diluar kewajarannya dan mental heperaktif yang berat.
Ternyata cara masuk dari logam merkuri (Hg) kedalam tubuh turut
mempengaruhi bentuk gangguan yang ditimbulkan. Penderita yang terpapar
uap merkuri dapat mengalami gangguan berupa kemunduran pada fungsi
otak. Kemunduran tersebut disebabkan terjadinya gangguan pada korteks.
Keracunan kronis karena terpapar oleh garam-garam merkuri, baik yang
masuk kedalam tubuh, karena terhisap atau tertelan, akan mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada hati dan ginjal (Palar, 2008).
Tanda-tanda seorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat
dari organ mata. Biasnya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu
kemerahan, yang semua itu dapat dilihat dengan mikroskop mata.
Disamping itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya adalah
terjadinya anemia ringan pada darah (Palar,2008).
2.1.6 Faktor faktor yang mempengaruhi kadar merkuri
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar merkuri dalam darah
seseorang, diantaranya yaitu :
a. Umur
Umur adalah lama hidup seseorang yang dihitung dari tanggal lahir
sampai tanggal dilakukannya penelitian. Umur merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap logam berat.
Biasanya semakin bertambahnya umur dan bahan yang masuk, kadar
merkuri dalam tubuh akan meningkat (Warsono, 2000).
b. Jenis Pekerjaan
Menurut Warsono (2000) jenis pekerjaan merupakan saah satu faktor
yang mempengaruhi kdar merkuri dalam tubuh. Hal ini tergantung
dilingkungan aman manusia bekerja. Pekerjaan yang berhubungan
dengan langsung atau kontak langsung dengan merkuri mempunyai
peluang lebih besar untuk terjadinya akumulasi merkuri dalam darah
dibandingkan dengan pekerjaan yang tidak kontak langsung dengan
merkuri.
c. Masa kerja
Masa kerja adalah lama seseorang bekerja (dalam satuan tahun) dan
selama itu pula orang tersebut terpajan merkuri. Pengaruh masa kerja
dengan kadar merkuri berkaitan dengan akumulasi merkuri dalam tubuh
para pekerja, semkain sering seseorang terpapar dengan merkuri maka
akan semkain tinggi pula kadar merkuri dalam tubuhnya (suma’mur,
1996).
d. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang digunakan untuk
meminimalisasi tingkat paparan bahan berbahaya atau beracun untuk
menghindari kecelakaan kerja. Semakin sering pekerja tambang
menggunakan alat pelindung diri, maka akan semakin rendah kadar
merkuri tersebut. Namun, semakin jarang menggunakan alat pelindung
diri maka semkain besar pula resiko pemaparan merkuri dalam tubuh
pekerja tambang emas (Junita, 2013).
2.1.7 Pengobatan dan Pencegahan Keracunan Merkuri
Sampai saat sekarang belum dapat ditemukan antidote atau obat untuk
keracunan kronis yang disebabkan oleh garam-garam merkuri, biasnya
diberikan suntikan BAL (British Anti-Lewisite) yaitu suatu senyawa yang
mengandung 2,3-merkapto proponal (H2SC-CSH-CH2OH).
cara lain adalah dengan memberikan bahan pembentuk kompleks
khelat, yaitu Ca-EDTA (Kalsium Etilenediamin Tetra Asetat). Senyawa lain
yang dapat diberikan adalah NAP (N-Asetil-d, 1 Penicilamin). Senyawa ini
selain akan membentuk kompleks khelat dengan merkuri, juga akan
meningkatkan pengeluaran merkuri dari dalam tubuh melalui urine (Palar,
2008).
Bila memungkinkan, merkuri hendaknya dikelola dengan sistem
bersekat rapat dan hygine yang ketat hendaknya ditekankan ditempat kerja,
lebih lanjut, penting pula dicegah :
a. Terlepasnya merkuri dari kontainer
b. Penyeberan percikan merkuri di udara
c. Infiltrasi merkuri pada retakan dan celah-celah lantai atau meja kerja
(ini menyebabkan penguapan berlangsung lama).
Pencegahan bila mungkin adalah dengan mengganti merkuri dengan
bahan lain yang kurang berbahaya. Pencegahan harus dijalankan ditambang-
tambang tempat bijih merkuri diambil, yaitu dengan ventilasi, pengeboran
basah, dan pemakaian masker dipabrik-pabrik yang membuat barometer dan
dapat menahan uap merkuri, thermometer, lantai harus rata, licin dan tidak
retak sehingga kalau terjadi penumpukan merkuri akan segera dapat
dibersihkan (Lubis, 2002).
2.2. DMA-80 Mercury Analyzer
Merkuri analyzer mendeteksi kandungan merkuri pada sampel padat
dan cair. Sampel ditempatkan pada wadah dari nikel dan dimasukan
kedalam analyzer. Prinsip alat ini bekerja dengan penyerapan uap dengan
UV pada panjang gelombang 254 nm dan setiap sampel kemudian
dikeringkan dan dipisahkan, dan sampel yang dipisahkan selanjutnya
dekomposisi pada sebuah katalis panas. Amalgamasi emas dipakai untuk
menangkap uap merkuri, setelah itu sistem mengalirkan oksigen untuk
diuabah menjadi beberapa gas. Amalgamasi kemudian dipanaskan untuk
melepaskan uap merkuri, yang mana melalui cahaya tepat seperti pada
Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 254 nm. Contoh
terminal manual atau otomatis dari alat, dan itu bisa mengirim hasil untuk
dianalisa dalam sebuah lembaran kertas. Deteksi merkuri antara 0 sampai
1,000 mg (Annisa, 2012).
2.3. Penambang emas
Penambangan emas merupakan suatu kegiatan yang dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, namun demikian penambangan emas
juga dapat merugikan apabila dalam pelaksanaannya tanpa diikuti dengan
proses pengolahan limbah hasil pengolahan bijih emas secara baik. Akibat
yang ditimbulkan akibat dari terbuangnya merkuri pada air tanah maupun
aliran sungai, akan masuk kedalam rantai makanan baik melalui tumbuhan
maupun hewan, yang pada gilirannya akan sampai pada tubuh manusia.
Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan
ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari bumi, salah satunya
adalah pertambangan emas. Pertambangan emas tanpa izin (PETI) adalah
kegiatan pertambangan yang tidak mempunyai izin atau ilegal. Kegiatan
pertambangan ini dilakukan secara tradisional, yang biasanya dilakukan
oleh masyarakat ditepi sungai dengan cara mendulang. Namun hal ini sudah
dilakukan dengan mesin jet dan para penambang liar juga menggunakan
bahan kimia (Safardi, 2009).
Pertambangan emas tanpa izin (PETI) yang dilakukan oleh
masyarakat yaitu kebanyakan menggunakan mesin sedot. Secara ekologi,
penambangan emas menggunakan mesin sedot sangat membahayakan
karena dapat menimbulkan kerusakan lingkungan seperti pendangkalan
sungai karena tanah, pasir, dan batu dari sedotan dibuang kesungai. Selain
itu, banyak pohon-pohon yang tumbang kesungai sehingga kawasan tepian
sungai terancam banjir jika musim hujan. Dampak lainnya adalah
terganggunya arus transfortasi. Penambangan yang dilakukan oleh
masyarakat dengan menggunakan mesin sedot juga menimbulkan
pencemaran lingkungan. Air yang biasanya digunakan untuk kehidupan
sehari-hari menjadi keruh akibat aktifitas ini. Selain dari limbah sedot, air
juga tercemar oleh limbah merkuri yang digunakan para penambang untuk
memisahkan partikel emas dan partikel lainnya. Pencemaran akibat merkuri
ini mengancam kehidupan mahkluk hidup, seperti plankton dan ikan. Pada
gilirannya juga akan mengancam kesehatan manusia yang memanfaatkan air
dari sungai yang sudah tercemar (Safardi, 2009).
Keberadaan merkuri dilingkungan berdampak secara langsung kepada
manusia khusunya bagi pekerja yang proses pemisahan bijih emas dengan
melalui proses inhalasi, maupun berdampak tidak langsung yaitu baik pada
tumbuhan maupun hewan akibat dari pembuangan limbah baik cair maupun
limbah padat.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan : Diteliti
Tidak diteliti
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep
Penambangan emas merupakan suatu kegiatan yang dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, namun demikian penambangan emas
juga dapat merugikan apabila dalam pelaksanaannya tanpa diikuti dengan
proses pengolahan limbah hasil pengolahan bijih emas secara baik. Akibat
yang ditimbulkan akibat dari terbuangnya merkuri pada air tanah maupun
aliran sungai, akan masuk kedalam rantai makanan baik melalui tumbuhan
maupun hewan, yang pada gilirannya akan sampai pada tubuh manusia.
Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan
ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari bumi, salah satunya adalah
pertambangan emas. Pertambangan emas tanpa izin (PETI) adalah kegiatan
Pertambangan Dengan Merkuri
Dampak Merkuri
Lingkungan Penambang
Darah Rambut Urine
pertambangan yang tidak mempunyai izin atau ilegal. Kegiatan pertambangan
ini dilakukan secara tradisional, yang biasanya dilakukan oleh masyarakat
ditepi sungai dengan cara mendulang. Namun hal ini sudah dilakukan dengan
mesin jet dan para penambang liar juga menggunakan bahan kimia (Safardi,
2009).
Pencemaran logam berat seperti merkuri (Hg) ini sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia dan kelangsungan kehidupan lingkungan. Kerusakan
pada lingkungan akan berdampak pada kehidupn hewan maupun tanaman.
Sedangkan pada manusia akan menimbulkan keracunan yang bersifat akut
maupun kronis jika merkuri (Hg) tersebut terakumulasi dalam jumlah banyak
dan waktu yang lama.
Sekitar 85% peristiwa keracunan merkuri (Hg) bersumber dari
senyawa-senyawa alkil-merkuri yang masuk melalui pernafasan akibat proses
penguapan merkuri tersebut. Lebih dari 95% merkuri (Hg) yang masuk
kedalam tubuh sebgaian akan ditransfortasi kedalam sel darah merah dan
kemudian akan diedarkan keseluruh jaringan tubuh. Penyebaran merkuri (Hg)
kedalam jaringan biasanya berbeda-beda, tergantung pada jenis oragannya.
Sejumlah kecil merkuri (Hg) akan terakumulasi dalam plasma protein (Palar,
2008).
Merkuri digunakan untuk mengikat emas dan perak dengan cara
amalgamasi. Merkuri (Hg) adalah salah satu faktor penentu dalam proses
amalgamasi. Merkuri (Hg) yang digunakan harus berkadar tinggi atau bersih
dan dalam keadaan masih baru, sehingga merkuri (Hg) tersebut mempunyai
daya tangkap emas dan perak dengan baik. Jumlah merkuri tidak perlu
banyak, tetapi disesuaikan dengan kadar emasnya.
Dalam keseharian, pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat
luas. Merkuri (Hg) digunakan dalam bermacam–macam perindustrian, untuk
peralatan–perlatan elektris, digunakan untuk alat–alat ukur, dalam dunia
pertanian, dan keperluan–keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian
merkuri mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami
keracunan merkuri (Palar, 2008).
Sampai saat sekarang belum adapat ditemukan antidote atau obat
untuk keracunan kronis yang disebabkan oleh garam-garam merkuri, biasnya
diberikan suntikan BAL (British Anti-Lewisite) yaitu suatu senyawa yang
mengandung 2,3-merkapto proponal (H2SC-CSH-CH2OH).
Cara lain adalah dengan memberikan bahan pembentuk kompleks
khelat, yaitu Ca-EDTA (Kalsium Etilenediamin Tetra Asetat). Senyawa lain
yang dapat diberikan adalah NAP (N-Asetil-d, 1 Penicilamin). Senyawa ini
selain akan membentuk kompleks khelat dengan merkuri, juga akan
meningkatkan pengeluaran merkuri dari dalam tubuh melalui urine (Palar,
2008).
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey deskriptif yaitu
menganalisis kadar merkuri dengan memeriksa darah penambang emas dan
rancangan penelitian dengan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel
dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini yaitu semua penambang emas yang bekerja
dengan jumlah orang sebanyak 36 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini ditentukan secara purporsive sampling yaitu
berdasarkan kriteria sampel sebagai berikut :
a. Bekerja tetap sebagai penambang emas.
b. Aktif bekerja dalam melakukan pemisahan emas (melenggang).
c. Bekerja sebagai penambang lebih dari 1 tahun.
d. Bersedia sebagai responden.
4.3 Variabel dan Definisi Operasional
4.3.1 Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel mandiri yaitu kadar
merkuri dalam darah penambang emas.
4.3.2 Definisi Opeasional
a. Merkuri adalah kandungan Hg yang didapatkan dari darah penambang
emas yang dianalisis dengan metode Mercury Analyzer.
b. penambang emas adalah orang yang melakukan kegiatan penambangan
yang dijadikan sebagai sampel untuk mengetahui kadar merkuri didalam
darah.
4.4. Bahan Penelitian
Bahan dalam penelitian ini adalah darah penambang emas. Sedangkan
sampel dalam penelitian ini menggunakan darah vena dengan ditambahkan
antikoagulant EDTA sebanyak 10 sampel.
4.5 Instrumentasi Penelitian
4.5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : peralatan sampling,
tabung vakum K3EDTA, rak tabung, klinipet, yellow tip, DMA-80 Mercury
Analyzer.
4.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Darah Vena,
Alkohol 70%, dan HNO3 1%.
4.5.3 Kuisioner
Lembaran yang berisi pertanyaan berupa identitas pasien, penggunaan
merkuri, lama penggunaan merkuri dan penggunaan alat pelindung diri.
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.6.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota
Banjarbaru dengan melakukan pemeriksaan sampel di Laboratorium
FBBTKL-PPM Banjarbaru.
4.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada maret 2017.
4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
4.7.1 Prosedur Pengambilan
4.7.1.1 Pengambilan Sampel
a. Memasang ikatan pembendung pada lengan atas dan meminta pasien
mengepal tangan.
b. Membersihkan permukaan pada daerah vena pasien dengan kapas
alkohol 70% dan membiarkan sampai kering.
c. Menegangkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena
tidak dapat bergerak.
d. Menusuk kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan sampai
ujung jarum masuk kedalam lumen vena.
e. Melepaskan atau menegangkan pembendungan dan perlahan-lahan tarik
penghisap semprit sampai volume 3 ml.
f. Melepaskan pembendungan jika masih terpasang.
g. Meletakan kapas diatas jarum dan cabut semprit dan jarum itu.
h. Mengangkat jarum dan semprit dan alirkan melalui dinding tabung
reaksi (Gandasoebrata, 2007).
4.7.1.2 Prosedur Pemeriksaan Sampel
a. Disiapkan sampel darah
b. Dipipet sampel darah sebanyak 200-300 µl, masukan sampel darah
dalam tempat sampel.
c. Kemudian ditambahkan 100 µl HNO3 1% di add dalam tempat sampel.
d. Dekomposisi sampel dalam alat selama 200 detik.
e. Tunggu selama 60 detik.
f. Hasil akan keluar berupa print out berisi angka yang menunjukan hasil
kadar merkuri dalam sampel yang diperiksa.
4.7.2 Pengumpulan Data
4.7.2.1 Sumber Data
Jenis data pada penelitian ini diambil dari data primer. Data ini
yaitu hasil pemeriksaan kadar merkuri pada darah penambang emas dan
kuisioner.
4.7.2.2 Persiapan
a. Meminta izin untuk melakukan penelitian di Laboratorium FBBTKL-
PPM Banjarbaru
b. Meminta kesediaan kepada penambang emas untuk dijadikan pasien
dalam penelitian.
c. Menyiapkan semua alat dan bahan.
4.7.2.3 Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan izin dari
responden. Kemudian dilakukan pengambilan sampel darah vena oleh
peneliti dan darah dimasukan dalam tabung dengan diberi label kode pada
masing-masing tabung.
4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data
4.8.1 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan di analisis,
pengolahan data melalui tahapan sebagai berikut :
a. Editing
Data yang diperoleh melalui hasil uji laboratorium, kemudian
dilakukan pengecekan pengisian dan pengecekan kembali hasil uji
laboratorium setelah penelitian selesai, yang bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya kekeliruan dalam penulisan hasil dari
laboratorium.
b. Coding
Sampel yang sudah diambil dilakukan pemberian kode-kode agar
memudahkan dalam proses analisis data selanjutnya.
c. Entry Data
Data dimasukan dalam variable sheet dengan bantuan komputer.
d. Tabulasi Data
Untuk menilai jumlah keseluruhan hasil yang diperoleh dari
penelitian, caranya dengan menyusun data sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam penjumlahan dan hasil kemudian diolah dan
dimasukan dalam tabel.
4.8.2 Analisi Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa nominal dan
dianalisis dengan menghitung persentasi dan dibandingan dengan nilai
standar.
BAB 5
ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Data Penelitian
Tabel 5.1.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Merkuri
No
Responden
(Kode
Sampel)
Umur
(Th)
Lama Bekerja
sebagai
Penambang
(Th)
Lama
pemakaian
Merkuri
(Th)
Penggunaan
APD
(Ya/Tidak)
Kadar
Merkuri
(µg/kg)
1 499 35 >1 <1 Tidak 1,88
2 500 35 >1 - Tidak < 0,2
3 501 35 >1 <1 Tidak < 0,2
4 502 45 >1 - Tidak < 0,2
5 503 38 >1 <1 Tidak 1,53
6 504 27 >1 - Tidak < 0,2
7 505 30 >1 <1 Tidak 1,68
8 506 40 >1 >1 Tidak 11,89
9 507 41 >1 >1 Tidak 3,72
10 508 25 >1 <1 Tidak 1,79
Sumber : Data Primer, 2017.
Berdasarkan Tabel 5.1.1 dari 10 responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini, diketahui bahwa semua sampel yang diteliti positif mengandung
merkuri.
Gambar 5.1.1 Hasil Positif Merkuri Berdasarkan Pekerjaan
Berdasrakan gambar 5.1.1, diketahui bahwa responden yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini semuanya bekerja tetap sebagai penambang emas
dengan persentase hingga 100%.
Gambar 5.1.2 Hasil Positif Merkuri Berdasarkan Lama Pemakaian Merkuri
Berdasarkan gambar 5.1.2, diketahui bahwa responden yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini dengan kriteria pasien dengan pemakaian merkuri
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pekerjaan Tetap PekerjaanSampingan
Persentase (%) Hasil Positif Merkuri Berdasarkan Pekerjaan
Persentase (%)
50%
20%
30%
Persentase (%) Hasil Positif Merkuri Berdasarkan Lama
Pemakaian Merkuri
< 1 Tahun
> 1 tahun
Tidak Menggunakan Merkuri
lebih dari satu tahun memiliki persentase lebih besar yakni 50%, sedangkan yang
memakai merkuri kurang dari satu tahun hanya 20% dan responden yang tidak
menggunakan merkuri memiliki persentase 30%.
Gambar 5.1.3 Hasil posotif Merkuri Berdasarkan Penggunaan APD
Berdasarakan gambar 5.1.3, diketahui bahwa responden yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini semuanya tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) dalam kegiatan pertambangan emas dengan persentase hingga 100%.
5.2 Limitasi Penelitian
5.2.1 Kesulitan
a. Pada saat dilakukannya survey dan penjelasan, responden masih
kurang memahami terhadap maksud dan tujuan dilaksanakannya
pengambilan darah, sehingga hanya sedikit yang bersedia jadi
responden.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tidak Ya
Persentase (%) Hasil posotif Merkuri Berdasarkan
Penggunaan APD
Persentase (%)
b. pada saat dilakukan pengambilan sampel, tidak semua penambang
emas berani dengan jarum suntik, sehingga sampel yang diperoleh
sedikit.
c. Sampel yang sudah diambil dari responden tidak bisa langsung
diperiksa, sampel dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium
BBTKL-PPM.
5.2.2 Kelemahan
a. Frekuensi kontak langsung dengan merkuri (Hg) hanya dinilai
berdasarkan lama pemakaian merkuri sehingga data yang diperoleh
sedikit.
b. Pemakaian merkuri (Hg) yang tidak terlalu lama, sehingga frekuensi
akumulasi merkuri (Hg) dalam darah sedikit.
BAB 6
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian mengenai gambaran keracunan Merkuri (Hg) pada
pekerja penambang emas tradisional di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota
Banjarbaru 2017, semua sampel dari darah penambang tersebut mengandung
merkuri (Hg) dengan persentase 100% yang dapat dilihat pada tabel 5.1.1. Dari
data pada tabel tersebut, diketahui bahwa dari responden yang dijadikan sampel
dalam penelitian hanya berkisar 10% yang terakumulasi merkuri (Hg) melebihi
nilai normal yang ditetapkan oleh World Health Organitation (WHO) yaitu 5-10
µg/kg. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pekerja penambang emas hanya
terakumulasi merkuri dalam darahnya masih dalam batas toleransi tubuh dan
paparan merkuri tersebut tidak menimbulkan gejala yang ringan maupun yang
serius.
Apabila ditelusur lebih mendalam diketahui bahwa responden yang
memiliki kadar merkuri (Hg) tertinggi memiliki lama kerja yang paling lama
dibandingkan dengan pekerja yang lain dan lebih sering kontak langsung dengan
merkuri, sehingga kemungkinan terjadinya keracunan merkuri lebih beresiko.
Sedangkan, untuk yang memiliki akumulasi kadar merkuri yang rendah mereka
tidak kontak langsung dengan merkuri sehingga terjadinya paparan merkuri dalam
darah masih dalam batas normal yang ditoleransi oleh tubuh.
Pada gambar 5.1.1 menunjukan persentase positif merkuri berdasarkan
jenis pekerjaan, persentase responden yang bekerja tetap sebagai penambang
mencapai 100%. Pekerjaan tetap sebagai penambang emas tidak menentukan
besar atau kecilnya kandungan merkuri, karena bisa saja mereka yang tetap
bekerja sebagai penambang emas tidak menggunakan merkuri dalam kegiatannya.
Oleh karena itu faktor pekerjaan tidak berpengaruh terhadap kadar merkuri.
Pada gambar 5.1.2 menunjukan bahwa dari 100% sampel darah
penambang emas yang dijadikan sebagai responden yang semuanya positif
mengandung merkuri. Kriteria responden dengan pemakaian merkuri yang kurang
dari 1 tahun menunjukan persentase yang lebih besar yakni 50%, sedangkan yang
lebih dari 1 tahun hanya berkisar antara 20%. Namun, ada pula responden yang
tidak menggunakan merkuri dengan persentase 30% menunjukan bahwa darah
para penambang tersebut juga telah terkontaminasi merkuri. Adanya merkuri (Hg)
tersebut dikarenakan para penambang menggunakan air limbah pembuangan
merkuri sebagai air untuk proses pemisahan emas dan mereka berendam didalam
air tersebut sehingga merkuri yang ada dalam air tersebut terikat dan masuk
melalui kuku para penambang baik dari kuku kaki maupun kuku tangan serta
adanya proses penguapan yang memungkinkan uap tersebut terhirup oleh para
penambang dan kemudian terakumulasi dalam darah.
Lama kerja responden sebagai penambang juga berkaitan dengan lamanya
pemakaian merkuri oleh penambang dalam kegiatan pemisahan emas. Pengaruh
pemakaian merkuri juga bergantung pada lamanya para penambang kotak
langsung dengan merkuri. Semakin lama mereka menggunakan merkuri dalam
kegiatan penambangan maka akan semakin tinggi pula kadar merkuri. Namun
sebaliknya jika mereka tidak terlalu lama kontak dengan merkuri maka kadar
merkuri yang terakumulasi dalam darah juga akan sedikit. Hal tersebut juga
dinyatakan dari penelitian yang dilakukan oleh Trilianty Lestarisa pada tahun
2010, yang menyebutkan bahwa lama kerja seseorang dalam kegiatan
pertambangan yang menggunakan merkuri berpengaruh terhadap akumulasi kadar
merkuri didalam darah sehingga memiliki resiko lebih tinggi terhadap keracunan
merkuri. Pengaruh lama kerja terhadap kadar merkuri didalam darah juga sejalan
dengan pernyataan Suma’mur (2012) yang menyatakan bahwa semakin lama
seseorang bekerja, maka akan semakin banyak paparan yang ditimbulkkan dari
area pekerjaannya. Teori tersebut dapat menguatkan hasil dari penelitian ini yang
dapat dilihat pada gambar 5.1.2 yang menunjukan hasil lebih besar pada
responden dengan kriteria sampel yang menggunakan merkuri lebih dari satu
tahun dibandingkan dengan yang menggunakan merkuri kurang dari satu tahun.
Bahkan sampel dengan pemakaian merkuri yang lebih lama memiliki hasil
merkuri yang melelebihi ambang batas yang sudah ditentukan yakni 11,89 µg/mg.
Besarnya resiko keracunan merkuri akibat lamanya pemakaian merkuri
dapat pula dipengaruhi oleh penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Pada gambar
5.1.3 menunjukan hasil persentase positif merkuri (Hg) hingga 100% dengan
kriteria pasien tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Dari hasil
observasi dan hasil kuisioner diketahui bahwa para pekerja tambang yang
dijadikan responden dalam penelitian ini, mereka semua tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) seperti masker dan handscone sehingga kemungkinan
terjadinya paparan merkuri yang terakumulasi dalam darah penambang berasal
dari uap merkuri yang terhirup.
Pada saat dilakukan observasi dan wawancara, responden yang memiliki
kadar merkuri yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang lain dan
kadarnya melebihi dari nilai normal yang telah ditentukan. Namun responden
tersebut tidak menimbulkan gejala keracunan atau gangguan kesehatan tubuh
yang disebabkan oleh merkuri (Hg). Hal ini dapat terjadi karena diduga adanya
faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kadar merkuri salah satunya yaitu
faktor genetik yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dimana terdapatnya
perbedaan genetik dalam metabolisme dan biotransformasi dari masing-masing
individu, sehingga terdapat perbedaan juga terhadap kerentanan tubuh terhadap
proses penyerapan dan mempertahankan unsur toksik tersebut yang ditimbulkan
oleh logam merkuri (Hg).
Resiko keracunan merkuri pada penambang emas tidak begitu berarti
karena pada saat dilakukannya penelitian, para penambang emas sudah
mengurangi penggunaan kadar merkuri dan hanya beberapa orang saja dari
responden yang memang kontak langsung dengan merkuri. Hal ini dikarenakan
emas yang dihasilkan dari kegiatan penambangan sudah berkurang sehingga
merkuri yang digunakan pun berkurang juga, bahkan ada beberapa yang sudah
tidak lagi menggunakan merkuri dalam pemisahan emas dan mereka hanya
memanfaatkan air bekas pembuangan limbah merkuri untuk pemisahan emas
tersebut.
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarakan dari hasil penelitian pada darah penambang emas di Desa
Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru pada Maret 2017 dapat
disimpulkan bahwa :
a. Semua sampel darah penambang emas tradisional yang dijadikan sebagai
responden dalam penelitian ini positif mengandung merkuri didalam
darahnya dengan kadar tertinggi yaitu 11,89 µg/kg dan kadar terendah yaitu
<0,2 µg/kg.
b. Dari 100% sampel yang positif merkuri hanya 10% yang memilki kadar
merkuri lebih dari nilai normal yang ditentukan oleh World Health
Organization (WHO).
7.2 Saran
Berdasarakan dari hasil penelitian pada darah penambang emas di Desa
Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru pada Maret 2017 ada beberapa
saran yaitu :
a. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian
merkuri (Hg) dengan sampel klinik yang lain seperti pada urine atau rambut
serta melakukan penelitian dengan melihat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kadar merkuri dalam tubuh seseorang.
b. Bagi penambang
Para penambang emas sebaiknya lebih berhati-hati dalam bekerja dan
lebih memperhatikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan
mengurangi penggunaan merkuri dengan cara kontak langsung serta
memperhatikan pembuangan limbah merkuri agar tidak merusak lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwisastra, A. 1987. Keracunan Sumber, Bahaya, Serta Penanggulangannya.
Cetakan ke 10. Bandung. Angkasa
Annisa, Nita. 2012. Kandungan merkuri (Hg) dalam Penambang Emas Di
Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan Pada
Bulan Mret 2012. Tidak Diterbitkan (KTI). Banjarbaru. Akademi Analis
Kesehatan Borneo Lestari.
Anonim. 2012. Reducing Mercury in Artisanal and Small-Scale Gold Mining
(ASGM). Http:// www.UNEP.org /. Diakses pada tanggal 18 Maret 2017.
Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta. Dian Rakyat.
Irianto, Koes. 2013. Pencegahan Dan Penanggulangan Keracunan Bahan Kimia
Berbahaya. Cetakan ke 1. Bandung. Yrama Widya
Junita, Nita, R. 2013. Resiko Keracunan Merkuri (Hg) Pada Pekerja Penambnag
Emas Tanpa Izin (PETI) Di Desa Cisarua Kecamatan Nanggung
Kabupaten Bogor Tahun 2013. Tidak Diterbitkan (Skripsi). Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayallah. Jakarta.
Lestarisa, Trilianty. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan
Merkuri (Hg) Pada Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) di kecamatan
kurun kabupaten gunung mas kalimantan tengah. Tesis
Lubis, Sari, H. 2002. Toksisitas Merkuri dan Penanganannya. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatra Utara
Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan ke 4.
Jakarta. Rineka Cipta
Safardi, Andri. 2009. Uji Kuantitatif Pada Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Mendawai Sebrang Pangkalan Bun Juni 2009. Tidak Diterbitkan
(KTI). Politeknik Kesehatan Banjarmasin. Banjarbaru
Suma’mur. 2012. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT.Toko Gunung
Agung
Veiga, M.M., Nunes, D.,Klein, B., Shandro, J.A., Valesquez, P.C., and Sousa,
R.N. 2009. Mill Leaching: a Viable Substitute For Mercury Amalgamation
in the Artisanal Gold Mining Sector. Journal of Cleaner Prodiction,17.
1373-1381
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. Malang. UMM Press
Warsono. 2002. Pengaruh Bahan Timbal Amalgam Terhadap Kadar Merkuri
Pada Darah, Urine, Tinja dan Rambut Kepala. Jurnal Kedokteran Gigi
UI. Hlm. 223-30
LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN KESEDIAAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Telah mendapatkan keterangan dari peneliti bahwa saya akan diminta
untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Analisis Kadar Merkuri
(Hg) Dalam Darah Pada Penambang Emas Tradisional Di Desa Pumpung
Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru 2017”. Adapun dalam penelitian ini
responden diminta untuk menjawab seluruh pertanyaan yang terdapat di dalam
kuisioner yang telah disediakan. Setelah itu responden bersedia diambil darah
vena yang akan digunakan sebagai sampel untuk mengukur kadar merkuri (Hg).
Saya menyadari manfaat penelitian ini dan saya menyatakan bersedia ikut serta
dalam penelitian ini sebagai responden tanpa ada paksaan dari pihak manapun .
Banjarbaru, 2017
Responden
No Spl / Tgl : …../………………2017
Lembar Kuisioner
ANALISIS MERKURI (Hg) DALAM DARAH PADA PENAMBANG EMAS
TRADISIONAL DI DESA PUMPUNG KECAMATAN CEMPAKA KOTA
BANJARBARU 2017
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Jenis Pekerjaan :
1. Apakah anda pekerja tetap sebagai penambang emas ?
Ya
Tidak
2. Apakah anda pernah menambang dengan menggunakan merkuri ?
Ya
Tidak
3. Berapa lama anda pernah menggunakan merkuri dalam kegiatan
menambang emas ?
<1 tahun
>1 tahun
4. Selama kegiatan menambang, apakah anda menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) ?
Ya
Tidak
Gambar Lokasi dan Kegiatan Pertambangan Emas Tradisional
Gambar 1.1 Proses Pelenggangan
Gambar 1.2 Tempat pemijaran untuk pemisahan emas dengan Merkuri
Gambar 1.3 Tempat Pertambangan Emas Tradisional
Gambar 1.4 Alat Pengukuran Merkury Analyzer DMA-80
Gambar 1.5 Peralatan Untuk Pengoprasian Merkury Analyzer DMA-80
Gambar 1.6 Proses Pemeriksaan Sampel Dengan Merkury Analyzer DMA-80
top related