2. status konservasi dan karakteristik beberapa … · shorea belangeran), bati-bati (adina...

33
2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA KOMPONEN EKOLOGI HUTAN KERANGAS A. Pendahuluan Kerangas merupakan suatu istilah yang awalnya diberikan suku Dayak Iban terhadap lahan yang berada di dataran rendah sampai zona submontana yang dikarenakan kondisi tanahnya bila ditanami padi maka padinya tidak akan bisa tumbuh (Bruenig 1974; Whitmore 1986). Kondisi ini menyebabkan masyarakat tradisional dulunya menghindari pembukaan kerangas. Lahan kerangas yang terbentuk akibat faktor edafis di atasnya ditumbuhi formasi hutan yang unik. Hutan kerangas tumbuh berkelompok secara mosaik umumnya terdapat pada hutan hujan tropis Dipterocarpaceae campuran dengan kondisi tanah yang relatif kurang subur. Hutan kerangas juga diketahui mempunyai lapisan humus yang kasar dan terdapat horizon kelabu tua berpasir tetapi diatas horizon A2 tercuci, dan sistem perakaran sebagian besar terdapat dilapisan ini dan pada daerah ini bahan organik yang setengah terdokomposisi dipenuhi oleh akar-akar halus seperti serabut. Sering ditemukan akar-akar halus menembus langsung ke serasah yang sedang terdekomposisi, dengan demikian hara dapat diserap langsung dari bahan organik mati tanpa melalui penyimpanan dalam tanah mineral. Mikoriza dan mikroorganisme lainnya banyak berperan dalam proses penyerapan hara ini (Kartawinata 1990). Posisi hutan kerangas dapat berbatasan dengan hutan Dipterocarpaceae, hutan rawa gambut, hutan tanah kapur, ataupun hutan pegunungan (Bruenig 1974). Hutan kerangas sangat berbeda dibandingkankan dengan hutan Dipterocarpaceae campuran baik dalam komposisi floristik, struktur dan fisiognomi (kenampakannya) serta batas di antara keduanya sangat jelas, walaupun mengalami kondisi iklim yang serupa (Whitmore 1986). Berdasarkan hasil observasi lapangan dan tinjauan literatur, hutan kerangas terdegradasi menjadi lahan terbuka yang didominasi tingkat semai pancang, serta terbentuknya tegakan yang didominasi satu atau sejumlah kecil jenis pohon tertentu (Kissinger 2004; Onrizal et al. 2005). Penebangan hutan, konversi lahan, dan kebakaran berulang menjadi penyebab terdegradasinya hutan kerangas. Bertitik tolak dari situasi masalah tersebut, perlu diupayakan suatu tindakan perlindungan dan penyelamatan terhadap keberadaan hutan kerangas.

Upload: trinhnhi

Post on 17-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

20

2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA KOMPONEN EKOLOGI HUTAN KERANGAS

A. Pendahuluan

Kerangas merupakan suatu istilah yang awalnya diberikan suku Dayak

Iban terhadap lahan yang berada di dataran rendah sampai zona submontana

yang dikarenakan kondisi tanahnya bila ditanami padi maka padinya tidak akan

bisa tumbuh (Bruenig 1974; Whitmore 1986). Kondisi ini menyebabkan

masyarakat tradisional dulunya menghindari pembukaan kerangas. Lahan

kerangas yang terbentuk akibat faktor edafis di atasnya ditumbuhi formasi hutan

yang unik.

Hutan kerangas tumbuh berkelompok secara mosaik umumnya terdapat

pada hutan hujan tropis Dipterocarpaceae campuran dengan kondisi tanah yang

relatif kurang subur. Hutan kerangas juga diketahui mempunyai lapisan humus

yang kasar dan terdapat horizon kelabu tua berpasir tetapi diatas horizon A2

tercuci, dan sistem perakaran sebagian besar terdapat dilapisan ini dan pada

daerah ini bahan organik yang setengah terdokomposisi dipenuhi oleh akar-akar

halus seperti serabut. Sering ditemukan akar-akar halus menembus langsung ke

serasah yang sedang terdekomposisi, dengan demikian hara dapat diserap

langsung dari bahan organik mati tanpa melalui penyimpanan dalam tanah

mineral. Mikoriza dan mikroorganisme lainnya banyak berperan dalam proses

penyerapan hara ini (Kartawinata 1990).

Posisi hutan kerangas dapat berbatasan dengan hutan Dipterocarpaceae,

hutan rawa gambut, hutan tanah kapur, ataupun hutan pegunungan (Bruenig

1974). Hutan kerangas sangat berbeda dibandingkankan dengan hutan

Dipterocarpaceae campuran baik dalam komposisi floristik, struktur dan

fisiognomi (kenampakannya) serta batas di antara keduanya sangat jelas,

walaupun mengalami kondisi iklim yang serupa (Whitmore 1986).

Berdasarkan hasil observasi lapangan dan tinjauan literatur, hutan

kerangas terdegradasi menjadi lahan terbuka yang didominasi tingkat semai

pancang, serta terbentuknya tegakan yang didominasi satu atau sejumlah kecil

jenis pohon tertentu (Kissinger 2004; Onrizal et al. 2005). Penebangan hutan,

konversi lahan, dan kebakaran berulang menjadi penyebab terdegradasinya

hutan kerangas.

Bertitik tolak dari situasi masalah tersebut, perlu diupayakan suatu

tindakan perlindungan dan penyelamatan terhadap keberadaan hutan kerangas.

Page 2: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

21

Pendeskripsian hutan kerangas melalui identifikasi perkembangan dan

pengkarakterisasian kembali beberapa komponen ekologi diperlukan sebagai

bahan pertimbangan penting bagi pengelolaan terhadap hutan kerangas yang

telah terdegradasi atau hutan kerangas yang masih tersisa.

Penelitian ini betujuan mengkaji perkembangan status dan menguraikan

karakteristik ekologi hutan kerangas. Beberapa karakteristik ekologi yang dikaji

dalam penelitian ini adalah komposisi dan jenis tumbuhan, sifat fisik-kimia-biologi

tanah, dan fauna yang terdapat di hutan kerangas.

B. Metode Penelitian

1) Objek dan Lokasi Penelitian

Objek penelitian adalah hutan kerangas. Lokasi penelitian dilakukan pada

satu lokasi penelitian utama di hutan Kerangas Desa Guntung Ujung Kecamatan

Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Berdasarkan Kepmenhut nomor

672/Kpts-II/1991 dan Kepmenhut nomor 434/Kpts-II/1996 sebagian areal hutan

kerangas yang terdapat di Desa Guntung Ujung termasuk dalam hutan lindung.

Penelitian ini juga menggunakan 3 lokasi referensi: i) Tanjung-Muara Kelanis

Kalimantan Selatan-Kalimantan Tengah ii) ,Arboretum Nyaru Menteng Kota

Palangkaraya, dan iii) Pasirputih-Lenggana Kabupaten Kotawaringin Timur

Kalimantan Tengah.

2) Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data identifikasi perkembangan status hutan kerangas

dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur (Rahayu et al. 2008).

Responden kunci yang digunakan adalah aparat desa, tokoh dan tetua

masyarakat. Jumlah total responden adalah 35 orang.

Pengumpulan data ekologi hutan kerangas dilakukan dengan dua cara,

yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder (berdasarkan

referensi literatur). Pengumpulan data primer meliputi:

a. Pengukuran komponen tumbuhan berupa identifikasi jumlah jenis, jumlah

individu semua tingkatan tumbuhan, serta diameter pohon/tiang. Kategori

tingkatan tumbuhan (semai, pancang, tiang dan pohon) mengacu pada

Soerianegara dan Indrawan (1998). Identifikasi jenis dilakukan berdasarkan

kenampakan morfologi tumbuhan dengan mengacu hasil identifikasi dari

Herbarium Bogoriense (Kissinger 2002). Petak pengukuran untuk

pengumpulan data tumbuhan menggunakan metode petak tunggal berukuran

Page 3: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

22

1 ha. Penempatan petak ukur dilakukan secara purposive dengan

memperhatikan sebaran dari patches kerangas yang terbentuk. Unit-unit plot

pengukuran di buat dalam petak tunggal tersebut untuk mengukur tiap

tingkatan tumbuhan. Plot pengukuran tingkat tumbuhan pohon berukuran 20m

x 20m, 10m x 10m untuk pengukuran tingkat tiang, 5m x 5m untuk

pengukuran tingkat tumbuhan pancang dan petak berukuran, 2m x 2m untuk

pengukuran tingkat semai (Soerianegara dan Indrawan 1998).

b. Pengumpulan data tanah secara komposit menggunakan analisis tanah

terganggu untuk mendapatkan beberapa sifat fisik dan kimia tanah. Sampel

tanah diambil pada permukaan tanah di bawah serasah sampai kedalaman 15

cm (Claros et al. 2012). Penggalian tanah dilakukan untuk mengukur

ketebalan gambut permukaan tanah. Sifat biologi tanah, sifat fisik lainnya,

suhu, kelembaban dikumpulkan berdasarkan referensi literatur.

c. Pengumpulan data fauna hutan kerangas dideskripsikan berdasarkan hasil

pengamatan langsung dengan metode jalur/transek (Ansell et al. 2011).

Identifikasi fauna dilakukan berdasarkan kenampakan morfologi fauna dan

mengacu pada buku panduan lapangan tentang: Mamalia dan Primata

Kalimantan (Mackinon et al ) dan Pengenalan Jenis Burung di Kalimantan

(Mackinon et al. 1992). Data yang dikumpulkan berupa jumlah jenis fauna di

lokasi penelitian. Kelengkapan data fauna diipenuhi melalui tinjauan literatur

dan informasi dari masyarakat.

3. Analisis Data

Analisis data perkembangan status hutan kerangas dilakukan secara

deskriptif. Pendeskripsian perkembangan status hutan kerangas di lokasi

penelitian dilakukan secara naratif dengan mempresentasikan hasil data dan

informasi yang dikumpulkan.

Analisis data ekologi tumbuhan menggunakan matriks tabulasi untuk

mendeskripsikan komposisi jenis dan Indeks Nilai Penting sebagai deskripsi

struktur tegakan (Soerianegara dan Indrawan 1998). Keanekaragaman jenis

pohon dan permudaan dihitung berdasarkan indeks keragaman (H‘) (Ludwig and

Reynold 1989). Data fauna dianalisis secara deskriptif dan dipresentasikan

dalam bentuk matriks tabulasi komposisi jenis fauna. Analisis data tanah

dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Tanah Badan Meteorologi dan

Geofisika Bogor. Data selanjutnya diolah dan ditampilkan dalam bentuk matriks

tabulasi. Pendeskripsian karakteristik ekologi hutan kerangas secara

Page 4: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

23

keseluruhan dilakukan dengan mempresentasikan secara kualitatif dan kuantitatif

hasil pengolahan data primer dan sekunder.

C. Hasil dan Pembahasan

1) Status Konservasi Hutan Kerangas di Lokasi Penelitian

1.1. Lokasi Utama Penelitian: Desa Guntung Ujung

1.1.1. Deskripsi Singkat Hutan Kerangas Desa Guntung Ujung

Hutan lindung kerangas yang terdapat di desa Guntung Ujung Kecamatan

Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan merupakan hutan lindung yang

termasuk dalam wilayah pengelolaan Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar

Kalimantan Selatan. Lokasi permukiman terdekat dari hutan lindung tersebut

adalah desa Guntung Ujung Kecamatan Gambut. Penetapan Hutan lindung

berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 672/Kpts-II/1991 dan

Kepmenhut nomor 434/Kpts-II/1996 dengan total luas 2.250 ha yang terbagi

menjadi dua blok hutan lindung, yaitu blok 1 seluas 960 ha termasuk wilayah

Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar (Desa Guntung Ujung) dan blok 2 seluas

1290 ha termasuk wilayah Kecamatan Liang Anggang Banjarbaru.

Berdasarkan hasil interpretasi data biofisik lapangan, pembentukan hutan

kerangas yang terdapat di lokasi penelitian merupakan perkembangan dari teras

pantai dan teras sungai Barito. Bruenig (1974) mengemukakan bahwa hutan

kerangas terbentuk dari perkembangan hutan pantai berpasir yang pada phase

tektonik terangkat lemah ke daratan dan berkembang menjadi hutan kerangas.

Hutan kerangas yang menjadi lokasi penelitian berupa hutan kerangas terbuka

(hanya tertutup oleh semai/pancang) dan hutan kerangas tertutup berupa

tegakan murni dari tingkat pohon jenis merapat (Combretocarpus rotundatus).

Hutan kerangas di Liang Anggang terdiri dari dua formasi tanah yaitu hutan

kerangas yang berada di atas permukaan tanah jenis humus podsol yang kaya

akan fraksi pasir (pasir kuarsa) tetapi sedikit liat dan lempung, dan hutan

kerangas yang berkembang di tanah humus podsol yang relatif lebih besar

kandungan liat lempung (liat berlumpur) dengan drainase tergenang.

1.1.2. Perkembangan sejarah hutan kerangas Desa Guntung Ujung

a. Era sebelum tahun 1950-an

Hutan kerangas yang menjadi lokasi utama penelitian merupakan bagian

wilayah Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Berdasarkan

hasil inventarisasi lapangan dari sisa tunggak, sisa-sisa pohon rebah, pohon

tertimbun, dan anakan tingkat pancang/semai, serta informasi yang dikumpulkan

Page 5: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

24

dari masyarakat, hutan kerangas di lokasi ini dulunya terdiri dari pohon-pohon

berdiameter besar dari jenis belangiran (Shorea belangeran), bati-bati (Adina

minutiflora), nipa/irat (Cratoxylon arborescens), bintangur (Callophylum sp.),

alaban (Vitex pubescens) dan merapat (Combretocarpus rotundatus). Jenis-jenis

lain yang banyak terdapat dan berdiameter lebih kecil adalah palawan

(Tristaniopsis obovata) dan galam (Melaleuca cajuputi).

Desa terdekat dan berbatasan dengan hutan kerangas adalah desa

Guntung Ujung. Luas Desa Guntung Ujung 18,42 km2 dengan total jumlah

penduduk sebesar 1.442 jiwa atau 435 KK. Mata pencaharian utama penduduk

desa Guntung Ujung adalah petani sawah yang mencapai ± 95% dari jumlah

penduduk.

Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

yang terpisah sejak tahun 1983. Terdapat 3 Rukun Tetangga (RT) di desa

Guntung Ujung, yaitu RT 01, RT 02 dan RT 03. Wilayah RT 01 dan RT 02

merupakan bagian dari Guntung Ujung yang lebih dahulu terbentuk, yaitu sekitar

tahun 1850-an. Pembentukan RT 01 dan RT 02 awalnya dari membuka tipe

hutan rawa yang sebagian besar dibuka untuk pembuatan persawahan dan

sebagian kecil untuk permukiman. RT 01 dan RT 02 didominasi oleh penduduk

dari suku Banjar (± 95 %). Tata letak RT 01 dan RT 02 berada di sepanjang

jalan utama desa yang menghubungkan sebagian wilayah kecamatan Gambut

dan Kecamatan Beruntung Baru Kabupaten Banjar dengan Kecamatan Kurau

Kabupaten Tanah Bumbu.

RT 03 (diberi nama Handil Jawa) merupakan bagian dari wilayah desa

yang berbatasan langsung dengan hutan kerangas. Pemberian istilah handil

Jawa pada awalnya merupakan bentuk penjelasan terhadap wilayah di tengah

hutan yang dihuni oleh orang Jawa. Handil Jawa terbentuk sekitar tahun 1946

yang awalnya terdiri dari 17 KK suku Jawa. Mereka membuka wilayah ekoton

hutan kerangas dan hutan rawa untuk membuat permukiman dan membuka

hutan rawa untuk persawahan. Pembukaan permukiman baru tersebut

berdampak pada terbukanya akses menuju hutan kerangas. Pada masa itu hutan

kerangas menjadi sumber kayu dan pangan tambahan untuk pemenuhan

kebutuhan sendiri. Letak RT 03 tidak searah dengan RT 01 dan RT 02, karena

posisinya memotong jalan utama desa dan menjorok sekitar ± 1 km ke arah

kawasan hutan kerangas.

Page 6: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

25

b. Era tahun 1950-1970

Perkembangan sejarah hutan kerangas desa Guntung Ujung selanjutnya

adalah pada tahun 1957, ketika itu gerombolan Kahar Muzakar yang dipimpin

oleh Ibnu Hadjar menggunakan hutan kerangas sebagai markas gerombolan.

Beberapa penduduk dari Handil Jawa Tengah pada saat itu terpaksa

meninggalkan perkampungan karena adanya intimidasi dari gerombolan yang

memasuki kampung untuk memaksa penduduk menyerahkan harta benda yang

dimiliki, sebagian lain memilih tetap bertahan di Handil Jawa. Setelah lebih satu

tahun (awal tahun 1959) barulah gerombolan tersebut dapat ditumpas oleh pihak

pemerintah.

Lokasi tempat penyerbuan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)

terhadap gerombolan Kahar Muzakar di wilayah hutan kerangas tersebut berupa

kolam yang dikenal dengan sebutan ―telaga darah‖. Beberapa keterangan dari

penduduk menyatakan bahwa lokasi tersebut masih dianggap penduduk

setempat sebagai kawasan ―anker‖ dan dianggap berkesan mistik dan sakral

bagi masyarakat. Areal telaga darah berdekatan dengan izin Kuasa

Penambangan (KP) untuk bahan galian pasir-batu dan berada di luar kawasan

hutan lindung. Lokasinya didominasi tingkat pertumbuhan pancang dan semai

dari jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di hutan kerangas.

Penambangan intan secara tradisional di kawasan hutan kerangas Liang

Anggang sudah berlangsung cukup lama (sekitar tahun 1959). Selanjutnya

penambangan intan tersebut berkembang dengan tambahan hasil galian berupa

pasir dan koral sejak digunakannya ―mesin sedot‖ dalam pertambangan intan.

Proses pemungutan besar-besaran terhadap pohon-pohon hutan kerangas

terjadi pada tahun 1966. Pihak pemerintah pada saat itu membebankan pada

tahanan eks Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk mempekerjakan para tahanan

tersebut menebang pohon dan mengolahnya menjadi kayu gergajian baik berupa

papan maupun balok. Pada saat itu menurut keterangan penduduk, terdapat 83

orang tahanan yang dikerahkan untuk menebang kayu dan menghasilkan kayu

olahan untuk diberikan kepada pemerintah dan sebagian kecil kayu olahan

disumbangkan pemerintah kepada penduduk setempat. Kejadian tersebut

berlangsung sampai tahun 1968. Sejak saat itu hutan kerangas Desa Guntung

Ujung dan sekitarnya menjadi salah satu kawasan penghasil kayu.

Page 7: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

26

c. Era tahun 1970-1990

Hutan kerangas pada tahun 1970-an masih merupakan penghasil kayu dan

tambang emas dan intan bagi masyarakat hingga tahun 1990-an. Pada era ini

(sekitar tahun 1980-an) pembagian tanah yang dipelopori oleh Kepala Desa saat

itu sudah mulai dilakukan di hutan kerangas. Secara legal formal pembagian

tanah ini diperkuat sejak diterbitkan Surat Keterangan Tanah (SKT). Pengajuan

SKT oleh pihak desa dimulai pada tahun 1989. Pihak desa kemudian

mengajukan usul kepada pihak Kecamatan agar mendapatkan Surat Keterangan

Tanah.

Respon masyarakat pada waktu itu tidak terlalu besar karena pada

awalnya penduduk kurang tertarik terhadap lahan kerangas, karena menurut

perspektif masyarakat pada waktu itu kerangas merupakan lahan tidak produktif

untuk produksi pertanian. Penduduk desa umumnya pada waktu itu maksimal

mendapatkan 1-2 ha tanah per KK yang letaknya tidak jauh dari permukiman dan

persawahan. Pertimbangan keikutsertaan masyarakat pada saat itu untuk

memiliki sebidang tanah hanya untuk simpanan tanah permukiman untuk anak

cucu dan untuk rencana pengembangan ternak. Tidak terlalu besarnya

penguasaan lahan pada saat itu karena terbatasnya kemampuan membuka dan

membersihkan lahan. Upaya pembersihan dan atau pemanfaatan lahan

memerlukan waktu 3 tahun (sebagai lahan yang diolah) agar terbit SKT.

d. Era tahun 1990-sekarang

Berkembangnya pertambangan intan tradisional yang berlangsung hingga

tahun 1990-an menarik perhatian perusahaan multinasional PT. Aneka Tambang

dengan subkontraktor ―John Holland‖ untuk melakukan izin eksplorasi

pertambangan intan (dengan hasil ikutan emas) di hutan kerangas yang tidak

termasuk dalam kawasan hutan lindung (Kepmenhut nomor 672/Kpts-II/91). Izin

eksplorasi dan operasional pertambangan dimulai pada tahun 1991 dan berakhir

tahun 1993. Walaupun hanya berlangsung tiga tahun kegiatan pertambangan ini

telah meninggalkan lubang besar bekas galian tambang yang sampai saat ini

dibiarkan terbuka dan tidak dikelola.

Penetapan sebagian kawasan hutan kerangas sebagai kawasan hutan

lindung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan (Kepmenhut) nomor

672/Kpts-II/91 dan Kepmenhut nomor 434/Kpts-II/1996 tentang penetapan

kelompok hutan Liang Anggang yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II

Banjar seluas 2.250 hektar sebagai kawasan hutan dengan fungsi hutan lindung.

Page 8: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

27

Hutan lindung terbagi menjadi dua blok, blok I seluas 960 hektar berada di

Kecamatan Gambut (Desa Guntung Ujung) dan blok II masuk wilayah

Kecamatan Liang Anggang Banjarbaru seluas 1.290 ha. Penetapan sebagian

kecil hutan kerangas sebagai hutan lindung bila ditinjau lebih lanjut merupakan

pertentangan antara tinjauan manajemen dan tinjauan ekologi. Tinjauan ekologi

mengidentifikasikan bahwa hutan yang ada merupakan tipe hutan kerangas yang

status kawasannya perlu dikonservasi atau dilindungi, tetapi secara manajemen

(manajemen tata ruang) hanya sebagian kecil yang ditetapkan sebagai hutan

lindung dan sebagian besar berupa Area Penggunaan Lain (APL). Di luar kedua

pertentangan tersebut, tinjauan manajemen itu sendiri tidak dipatuhi karena

banyak kawasan di dalam hutan lindung yang dirusak dan digunakan untuk

penggunaan lain dan tidak dipertahankan fungsi lindung hutannya.

Relatif bersamaannya antara keluarnya Kepmenhut nomor 672/Kpts-II/91

dengan Surat Keterangan Tanah, merupakan cikal bakal terjadinya konflik

kepemilikan lahan masyarakat dan hutan lindung. Perspektif baru muncul tentang

lahan kerangas, seiring dengan dibukanya akses jalan baru (Jalan Padat Karya

Desa yang selanjutnya dipelihara PT. Aneka Tambang) yang melintasi areal

hutan kerangas maka lahan kerangas nilai ekonominya meningkat. Selanjutnya

pada tahun berikutnya perkembangan pembangunan daerah dan pertumbuhan

penduduk yang berasal dari Kab. Banjar, Kota Banjarbaru, Kota Banjarmasin dan

Kab.Tanah Laut menciptakan perspektif baru untuk pengembangan permukiman

dan pusat perekonomian di lahan-lahan kerangas. Akibatnya tanah-tanah yang

berada di hutan kerangas banyak dijual sebagai tanah kavling untuk kepentingan

permukiman dan kepentingan lainnya. Pengkavlingan tanah sudah berlangsung

sejak tahun 1995-an sampai sekarang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, pengkavlingan tanah di

hutan kerangas yang terjadi pada tahun 1995-an dimotori oleh beberapa aparat

desa saat itu yang memobilisasi masyarakat setempat untuk mencaplok hutan

lindung (masing-masing KK hanya mendapatkan luasan lahan relatif kecil).

Selanjutnya terjadi diskonektivitas informasi dalam masyarakat lokal (pandangan

kurang bermanfaatnya lahan, biaya sertifikasi lahan yang mahal) sehingga lahan

dijual kembali karena dirasa tidak bermanfaat. Beberapa individu berhasil

memanfaatkan situasi tersebut, mereka akhirnya mendapatkan porsi lahan lebih

luas lalu menjual lahan sebagai tanah kavlingan kepada non-penduduk

setempat, baik yang berasal dari Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten

Page 9: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

28

Banjar, Kabupaten Tanah Laut, sampai wilayah Kabupaten Tapin dan

Kabupaten Hulu Sungai Selatan bahkan Kalimantan Tengah. Kegiatan ini juga

yang sekarang menjadi cikal bakal tumpang tindih kepemilikan tanah baik di luar

kawasan hutan lindung dan dalam kawasan hutan lindung.

Pengkavlingan tanah ini juga yang menjadi pemicu kebakaran berulang di

hutan kerangas. Pembakaran relatif dilakukan dengan sengaja untuk

pembersihan lahan di tanah-tanah kavling. Kebakaran berulang menjadi faktor

terbesar yang menyebabkan kerusakan lahan/tanah dan sumberdaya hayati

hutan kerangas. Kebakaran berulang yang relatif berlangsung setiap tahun

mengakibatkan meningkatnya penyakit inspeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

di kalangan masyarakat dan meningkatnya intensitas dan frekuensi serangan

hama hutan seperti babi hutan dan kera ke lahan permukiman dan pertanian

penduduk di sekitar hutan kerangas sebagai akibat dari rusaknya habitat.

Pemanfaatan hutan kerangas sebagai penghasil kayu sudah mulai

menurun sejak tahun 1990-an. Pemanenan kayu yang ada sekarang terbatas

pada jenis merapat (Combretocarpus rotundatus) untuk kayu pertukangan dan

jenis galam (Melaleuca cajuputi) untuk kayu bakar. Beberapa kelompok

masyarakat memungut kayu ―Galih‖ (istilah untuk sisa kayu yang tertimbun

tanah) untuk keperluan sendiri. Masyarakat juga menggunakan hutan kerangas

sebagai sumber hasil hutan non kayu untuk bahan pengobatan dan jamu. Jenis

rambuhatap (Baeckea frutescens), buah dan daun galam (Melaleuca cajuputi)

merupakan komoditas yang dipanen masyarakat untuk dijual sebagai bahan

jamu atau pengobatan tradisional.

Pola pertambangan intan dan pasir di hutan kerangas (di luar hutan

lindung) sejak tahun 2003 mulai berubah menjadi izin Kuasa Pertambangan

bahan galian pasir-liat-batu, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pasir-

liat-batu untuk pembuatan konstruksi jalan raya. Penggunaan alat berat untuk

kegiatan penambangan meninggalkan lubang-lubang galian baru di hutan

kerangas. Berdasarkan konfirmasi dari Dinas Pertambangan Kabupaten Banjar

rencana pasca penambangan, lubang-lubang galian tersebut rencananya

berdasarkan dokumen UKL-UPL (Upaya Kelola Lingkungan-Upaya Pemantauan

Lingkungan) akan dibuat kolam budidaya air tawar. Hingga saat ini realisasi

pembuatan kolam budidaya air tawar tersebut belum dilaksanakan. Berdasarkan

peraturan, penambangan pasir-liat-batu sebenarnya dihentikan sementara

karena belum keluarnya aturan dari Kementerian Energi, Sumberdaya Mineral

Page 10: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

29

dan Batubara mengenai izin Kuasa Pertambangan. Tetapi secara illegal

pertambangan masih berlangsung. Pertambangan tradisional masyarakat intan,

emas dan pasir juga masih berlangsung dalam jumlah yang semakin mengecil.

Pertambangan pasir, intan dan emas juga berada di luar kawasan hutan lindung.

Manajemen tata ruang merupakan kolaborasi antara beberapa tinjauan atau

kepentingan, baik tinjauan ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan politis yang

diimplementasikan terhadap hutan kerangas. Pengelolaan intensif terhadap

hutan lindung kerangas desa Guntung Ujung sampai saat ini masih belum dapat

dilaksanakan. Dinas Kehutanan sebagai pihak yang berwenang menentukan

pengelolaan dan Balai Pemetaan Kawasan Hutan (BPKH) Banjarbaru yang

berwewenang dalam penetapan dan penatabatasan kawasan sampai saat ini

masih belum bersinergi dengan baik, Sementara itu degradasi terus berlangsung.

1.2. Lokasi Referensi Penelitian

1.2.1. Tanjung Kalsel-Muara Kelanis Kalteng (referensi 1)

Hutan kerangas yang terdapat di Tanjung-Muara Kelanis merupakan hutan

kerangas yang terdapat di perbatasan Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan

dan Muara Kelanis Kabupaten Barito Selatan (Kalimantan Tengah). Tipe hutan

kerangas terdiri dari kerangas kering dan kerangas basah. Koordinat penelitian

terletak pada 02o 15,183‘ LS; 115o 03,087‘ BT dan 02o 12,579‘ LS; 115o 14,349‘

BT. ketinggian ±38 m dpl, topografi datar (kelerengan 0% - 2%).

Pembentukan hutan kerangas Tanjung-Muara Kelanis dipengaruhi oleh

teras yang terbentuk dari sungai dan anak sungai Barito (sungai Kelanis.

Penutupan vegetasi yang menjadi lokasi penelitian adalah hutan kerangas

terbuka (terbuka tanpa penutupan vegetasi, dominasi tumbuhan tingkat pancang

dan semai) dan hutan kerangas sekunder (tertutup kanopi hutan dari tegakan

pohon, tiang, pancang dan semai). Hutan kerangas di lokasi ini terdiri dari dua

tipe yaitu hutan kerangas pada tanah humus podsol yang tidak tergenang, dan

humus podsol yang relatif kaya akan fraksi lempung-liat dan berupa kawasan

lumpur bergambut. Jenis eksotik yang mampu terintroduksi dalam hutan

kerangas terutama kerangas tidak tergenang adalah Acacia mangium.

Berbagai uraian tentang kondisi terkini hutan kerangas baik dari lokasi

penelitian utama dan referensi menunjukkan sebagian besar wilayah hutan

kerangas adalah tidak terkelola dan terdegradasi. Fenomena ini menunjukkan

kecenderungan status kawasan hutan kerangas semakin terancam dan

keanekaragaman hayati di dalamnya semakin menurun.

Page 11: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

30

1.2.2. Arboretum Nyaru Menteng Kota Palangkaraya (referensi 2)

Hutan kerangas yang terdapat di Palangkaraya Kalimantan Tengah

merupakan wilayah dari Arboretum Nyaru Menteng yang dibangun tahun 1988

dan merupakan areal bekas HPH yang telah dieksploitasi sejak tahun 1974.

Khusus untuk hutan kerangas, areal hutannya tidak dieksploitasi. Arboretum

Nyaru Menteng dengan luas 65,2 Ha. Terletak di sebelah Timur jalan raya Tjilik

Riwut Km 28 dari Palangkaraya menuju Kabupaten Katingan. Secara

administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan

Bukit Batu Kotamadya Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Berdasarkan letak

garis lintang dan garis bujur, kawasan ini berada diantara 113° 46‘ - 113°48‘ BT

dan 2°0‘- 2° 02‘ LS. Ketinggian wilayah ini adalah ± 25 m dpl, topografi kawasan

Arboretum Nyaru Menteng secara keseluruhan datar dengan kelerengan 0 - 2%.

Pembentukan hutan kerangas Nyaru Menteng dipengaruhi oleh teras yang

terbentuk dari sungai Kahayan. Hutan ini merupakan hutan kerangas old growth

dan sebagian berbentuk hutan kerangas sekunder. Hutan kerangas ini tumbuh di

atas tanah humus podsol yang relatif kering dan tidak tergenang.

Hutan kerangas ini pada awalnya termasuk dalam kawasan HPH yang

masuk wilayah pengelolaan Kantor Cabang Dinas Kehutanan (KCDK) Kahayan.

Sejak Tahun 1994 pengelolaan arboretum ini dilaksanakan oleh Balai Konservasi

Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, setelah mendapat pelimpahan

kewenangan untuk mengelola arboretum dari Kantor Wilayah Kehutanan

Propinsi Kalimantan Tengah melalui suratnya No. 3274/Kwl-5/I/1994 tanggal 9

Pebruari 1994. Pengelolaan di lapangan dilaksanakan oleh Seksi Konservasi

Wilayah I Palangkaraya. Sebagian wilayah dari Arboretum Nyaru Menteng

digunakan sebagai Pusat Reintroduksi Orang utan (Pongo pigmeus).

1.2.3. Pasir putih-Lenggana Kabupaten Kotawaringin Timur Kalteng (referensi 3)

Hutan kerangas di Kabupaten Kotawaringin Timur yang menjadi lokasi

penelitian secara administratif terletak di antara Kelurahan Pasir Putih dan

Kelurahan Telawang. Titik pengamatan berada pada koordinat 02o 27,989‘ LS;

112o43,079‘ BT dan 02o 30,350‘ LS; 112o52,489‘ BT, ketinggian ± 16 m dpl,

topografi secara keseluruhan datar dengan kelerengan 0% - 6%. Pembentukan

hutan kerangas pada lokasi ini dipengaruhi oleh teras yang terbentuk dari sungai

dan anak sungai Mentaya (sungai Lenggana), sungai dan anak sungai Seruyan

(sungai Penyang). Penutupan vegetasi yang menjadi lokasi penelitian sebagian

besar merupakan hutan kerangas terbuka (dominasi tumbuhan tingkat pancang

Page 12: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

31

dan semai). Tipe hutan kerangas di lokasi ini merupakan hutan kerangas yang

tumbuh pada medium dan deep humus podsol yang masih kaya akan pasir

kuarsa dibandingkankan fraksi liat dan lempung.

Beberapa jenis tumbuhan tingkat pancang dan semai yang mendominasi

adalah Melaleuca cajuputi, Shorea belangeran, Cratoxylon arborescens,

Combretocarpus rotundatus, Ficus delteodea. Vitex pubescen dan Tristaniopsis

obovata. Sebagian kecil lokasi lainnya berupa spot-spot hutan kerangas yang

yang terdiri dari tumbuhan tingkat tiang jenis Shorea belangeran, Cratoxylon

arborescens dan Combretocarpus rotundatus. Jenis eksotik yang mampu

terintroduksi dalam hutan kerangas adalah Acacia mangium.

2) Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan Hutan Kerangas

Komposisi jenis tegakan hutan kerangas yang berada di lokasi penelitian

utama merupakan gambaran hutan kerangas yang terganggu berat. Terdapat 1

jenis tumbuhan tingkat pohon yang terdapat di hutan kerangas Desa Guntung

Ujung. Tabel 2.1 - 2.4 memuat komposisi jenis, indeks nilai penting (INP) dan

indeks keragaman dari tiap tingkatan tumbuhan di hutan kerangas Desa Guntung

Ujung (lokasi 1/lokasi utama penelitian).

Tabel 2.1 Komposisi jenis, keragaman jenis, INP tingkat semai di lokasi utama

No Jenis tingkat semai KR (%) FR (%) INP (%) H’

1 Akasia (Acacia mangium) 1,47 5,88 7,35 0,06

2 Alaban (Vitex pubescens) 2,94 5,88 8,82 0,10

3 Bati-bati (Adina minutiflora) 4,41 5,88 10,29 0,14

4 Belangiran (Shorea belangeran) 2,94 5,88 8,82 0,10

5 Bintangur (Callophylum sp.) 32,35 17,65 50,00 0,37

6 Irat (Cratoxylon arborescens) 16,18 23,53 39,71 0,29

7 Galam (Melaleuca cajuputi) 4,41 5,88 10,29 0,14

8 Merapat (Combretocarpus rotundatus) 5,88 5,88 11,76 0,17

9 Palawan (Tristaniopsis obovata) 13,24 11,76 25,00 0,27

10 Rambuhatap (Baeckea frutescens) 16,18 11,76 27,94 0,29

JUMLAH 100,00 100,00 200,00 1,93

Terdapat 10 jenis tumbuhan tingkat semai pada lokasi hutan kerangas

Desa Guntung Ujung. Bintangur dan irat merupakan jenis tumbuhan yang

mendominasi tingkat semai. Akasia sebagai jenis eksotik terintroduksi ke dalam

habitat kerangas dan memiliki nilai INP terendah. Keragaman jenis secara

keseluruhan termasuk rendah. Jumlah jenis yang relatif rendah dan dominasi

yang relatif besar dari bintangur dan irat dibandingkankan jenis lainnya

mengakibatkan keragaman jenis dari tingkat tumbuhan semai menjadi rendah.

Page 13: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

32

Tabel 2.2 Komposisi jenis, keragaman jenis dan INP pancang di lokasi utama

No Jenis tingkat pancang KR (%) FR (%) INP (%) H’

1 Akasia (A.mangium) 2,86 8,70 11,55 0,12

2 Belangiran (S.belangeran) 5,71 8,70 14,41 0,16

3 Bintangur (Callophylum sp.) 48,57 17,39 65,96 0,35

4 Irat (C.arborescens) 16,19 17,39 33,58 0,29

5 Galam (M.cajuputi) 3,81 4,35 8,16 0,14

6 Merapat (C.rotundatus) 4,76 8,70 13,46 0,14

7 Palawan (T.obovata) 11,43 17,39 28,82 0,25

8 Pulantan (Alstonia pneumatophora) 0,95 4,35 5,30 0,04

9 Rambuhatap (B.frutescens) 5,71 13,04 18,76 0,16

JUMLAH 100,00 100,00 200,00 1,67

Jumlah jenis yang ditemukan pada tingkat pancang sebanyak 9 jenis

tumbuhan. Jenis bintangur, irat dan palawan mendominasi tingkatan pancang.

Nilai indeks keragaman jenis tingkatan pancang relatif rendah (H‘=1,67).

Rendahnya jumlah jenis yang ditemukan dan dominasi yang relatif tinggi dari ke

tiga jenis ini menjadikan keragaman jenis tumbuhan tingkat pancang menjadi

rendah.

Tabel 2.3 Komposisi jenis, keragaman jenis dan INP tingkat tiang di lokasi utama

No Jenis tingkat pancang DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H’

1 Akasia (A.mangium) 9,20 11,11 14,20 34,51 0,26

2 Merapat (C.rotundatus) 90,80 88,89 85,80 265,49 0,12

JUMLAH 100,00 100,00 100,00 300,00 0,38

Terdapat 2 jenis tumbuhan tingkat tiang yang terdapat di lokasi utama.

Fenomena ini menggambarkan tipe hutan kerangas terbuka. Jenis merapat

mendominasi tingkat tiang. Akasia merupakan jenis eksotik yang berhasil

terintroduksi dan mampu tumbuh dan berkembang sampai tingkat tiang pada

hutan kerangas di lokasi utama. Jumlah jenis yang sedikit dan jenis merapat

yang mampu tumbuh dominan sampai tingkat tiang mengakibatkan nilai

keragaman tingkat tiang menjadi sangat rendah.

Tabel 2.4 Komposisi jenis, keragaman jenis, INP tingkat pohon di lokasi utama

No Jenis tingkat pancang DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H’

1 Merapat (C.rotundatus) 100,00 100,00 100,00 300,00 0

JUMLAH 100,00 100,00 100,00 300,00 0

Merapat merupakan satu-satunya jenis tumbuhan yang mampu tumbuh

dan bertahan sampai tingkat pohon. Tegakan merapat yang tersisa berupa

Page 14: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

33

patches berukuran kecil atau berupa tegakan terfragmentasi. Tegakan yang

terbentuk adalah tegakan murni dengan keragaman yang sangat rendah.

Hutan kerangas di Desa Guntung Ujung mengalami kebakaran berulang,

penutupan lahannya seperti savana terbuka yang didominasi oleh tumbuhan

semak dengan pohon-pohon dengan diameter kecil dan tinggi dan frekuensi

kehadiran pohon yang rendah. Tumbuhan bawah yang masih bertahan di lokasi

penelitian utama dan berkembang dominan adalah kantong semar (N.gracilis),

jangang (Glechenia linearis), kelakai (Stenochlena palustris), sulingnaga

(Dianella nemerosa), dan rasau (Pandanus atrocarpus). Populasi tumbuhan

bawah juga menurun akibat kebakaran dan pengupasan permukaan tanah.

Komposisi jenis total keseluruhan tingkatan tumbuhan tidak mengalami

perubahan yang cukup signifikan di lokasi penelitian utama bila dibandingkankan

hasil penelitian Kissinger (2002). Jumlah jenis total gabungan semua tingkatan

vegetasi adalah 10 jenis. Perubahan yang terjadi mengarah pada struktur

tegakan dari tiap tingkatan vegetasi. Perubahan tingkat semai dan pancang

relatif terjadi pada struktur vegetasi penyusunnya. Terjadi pergeseran jenis-jenis

yang mendominasi tingkat pertumbuhan pancang dan semai. Struktur tegakan

tingkat tiang dan pohon juga mengalami penurunan jumlah jenis yang mampu

tumbuh, berkembang dan bertahan pada tingkatan tiang dan pohon. Tercatat dari

hasil penelitian yang dilakukan (Kissinger 2002), hutan kerangas di Desa

Guntung Ujung memiliki 3 jenis tumbuhan asli (native species) yang mencapai

tingkatan pohon ( diameter ≥ 10 cm) dengan tinggi maksimal ≤ 15 m yaitu jenis

merapat (Combretocarpus rotundatus), belangiran (Shorea belangeran) dan

galam (Melaleuca cajuputi). Tumbuhan tingkat tiang yang ditemukan sama

dengan tumbuhan tingkat tiang ditambah satu jenis eksotik yaitu akasia (Acacia

mangium). Gambaran diagram profil dari hutan kerangas adalah seperti tertera

pada gambar 2.1. Hasil penelitian sekarang menunjukkan hanya satu jenis

tumbuhan yang menyusun tumbuhan tingkat pohon (jenis merapat) dan 2 jenis

tumbuhan tingkat tiang (merapat dan akasia).

Page 15: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

34

Keterangan: 1-10,13-17,19-23: Merapat (Combretocarpus rotundatus). 11,18: Galam (Melaleuca cajuputi) 12. Belangeran (Shorea belangeran)

Gambar 2.1 Diagram profil tegakan hutan kerangas terganggu berat di hutan

lindung Desa Guntung Ujung (Sumber: Kissinger 2002). Gambar 2.1 mendeskripsikan hutan kerangas Desa Guntung Ujung pada

spot-spot kerangas yang masih bervegetasi. Kemampuan jenis pohon merapat

mendominasi berkaitan erat dengan ketahanan jenis ini terhadap kebakaran,

kemampuan regenerasi yang baik (vegetatif dan generatif), kemampuan hidup

yang tinggi pada tanah berpasir dengan ketebalan gambut atau bahan organik

(tipis-dalam), dan kemampuan hidup di tanah miskin hara.

Kebakaran berulang menyebabkan tumbuhan tingkat pohon yang tersisa

dan mampu bertahan di hutan kerangas di Desa Guntung Ujung hanya dari jenis

‖less fire toleran species‖ yaitu jenis merapat. Jenis ini dapat beradaptasi

dibandingkankan dengan beberapa jenis lainnya yang dulu juga dominan tumbuh

di hutan kerangas seperti irat (C.arborescens), palawan (T.obovata), bintangur

(Callophylum sp.) dan belangiran (S.belangeran). Gambar 2.2 mendeskripsikan

kemampuan atau adaftabilitas dari jenis merapat di hutan kerangas Desa

Guntung Ujung yang terbakar berulang.

Page 16: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

35

Gambar 2.2 Kenampakan dari jenis merapat (Combretocarpus rotundatus) di hutan kerangas yang terbakar berulang (Sumber: Kissinger 2002).

Komposisi jenis tingkat pancang dan semai juga mengalami perubahan.

Kissinger (2002) menyebutkan bahwa jenis yang mendominasi tingkat semai

dan pancang terdiri dari beberapa jenis seperti irat (C.arborescens), belangiran

(S.belangeran), bintangur (Callophylum sp.), palawan (T.obovata), merapat

(C.rotundatus) dan bati-bati (Adina minutiflora). Kondisi sekarang hanya

menyisakan 3 jenis yang dominan pada tingkat pancang dan semai, yaitu irat,

bintangur dan palawan. Perubahan yang cukup signifikan adalah terintroduksinya

jenis eksotik yang mampu tumbuh dan berkembang baik di hutan kerangas yaitu

akasia (A.mangium).

Kondisi vegetasi hutan kerangas di Desa Guntung Ujung serupa dengan

yang dilaporkan oleh Onrizal (2004) pada tegakan hutan kerangas di Taman

Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat yang mengalami kebakaran

berulang. Tegakan tingkat pohon yang terbentuk juga relatif homogen karena

pada tingkatan pohon hanya ditemukan satu jenis pohon (Bellucia axinanthera)

dari total 14 jenis tumbuhan yang ditemukan.

Komposisi jenis dan struktur tegakan yang serupa juga terdapat pada

hutan kerangas terbuka dari lokasi referensi, yaitu hutan kerangas di Pasir putih-

Lenggana Kabupaten Kotawaringin Timur (referensi 3) dan Tanjung-Muara

Kelanis (referensi 1). Tegakan secara keseluruhan didominasi tingkat

pertumbuhan pancang dan semai, sedangkan tingkat pohon dan tiang terdapat

dalam spot-spot kecil di antara luasan habitat kerangas yang terbuka. Spot-spot

kecil tersebut umumnya berisikan jenis belangiran (S.belangeran), merapat

(C.rotundatus) dan Irat (C.arborescens). Akasia (A.mangium) merupakan jenis

yang juga terintroduksi dari tingkat semai sampai pohon pada ke dua lokasi

Page 17: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

36

referensi yang merupakan hutan kerangas terbuka. Terdapat 10 jenis tumbuhan

tingkat pancang dan semai di hutan kerangas terbuka dari lokasi referensi 3, dan

11 jenis dari hutan kerangas terbuka lokasi referensi 1.

Hutan kerangas mempunyai laju pertumbuhan dan perkembangan vegetasi

yang relatif lambat dibandingkan hutan Dipterocarpaceae campuran. Bila

hutan/lahan ini mengalami gangguan maka akan sukar untuk pulih kembali

(Bruenig 1995). Riswan (1985) mengungkapkan bahwa setelah hutan kerangas

mengalami kebakaran, laju ketahanan (survival rate) dari semai menuju pancang

sangat kecil (3,2 %) sebagai akibat tingginya kematian semai dan lambatnya laju

pertumbuhan. Hal yang sama juga terjadi terhadap laju ketahanan tingkat

sapihan menuju tingkat tiang atau pohon. Hutan kerangas sangat mudah

terdegradasi oleh aktifitas penebangan tak terkontrol dan kebakaran. Bila sekali

mengalami degradasi maka akan berkembang menjadi savana terbuka (Bruenig

1995). Laju pertumbuhan vegetasi di lahan kerangas lambat begitu juga

kecepatan pemulihan bila lahan ini mengalami gangguan. Penanaman kembali

menggunakan tumbuhan asli terbukti tidak efektif (Mitchell 1963).

Hutan kerangas sekunder pada penelitian ini diwakili oleh komunitas

tumbuhan kerangas yang terdapat di Tanjung-Muara Kelanis (lokasi referensi 1).

Tabel 2.5 - 2.8 memuat komposisi jenis, indeks nilai penting (INP) dan indeks

keragaman dari tiap tingkatan tumbuhan hutan kerangas tidak terendam di

Tanjung-Muara Kelanis.

Tabel 2.5 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat semai di lokasi referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan kering)

No Jenis tingkat semai KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Akasia (A.mangium) 7,55 11,90 19,45 0,19

2 Alaban (V.pubescens) 1,89 4,76 6,65 0,07

3 Bati-bati (A.minutiflora) 1,89 2,38 4,27 0,12

4 Belangiran (S.belangeran) 2,83 4,76 7,59 0,10

5 Bintangur (Callophylum sp.) 6,60 9,52 16,13 0,18

6 Irat (C.arborescens) 33,96 26,19 60,15 0,37

7 Gumisi (Syzigium tetrapterum) 5,66 11,90 17,57 0,16

8 Jejambuan (Syzigium sp.) 3,77 4,76 8,54 0,04

9 Kujajing (Pterospernum javanicum) 0,94 2,38 3,32 0,04

10 Lua (Bacaurea sp) 0,94 2,38 3,32 0,04

11 Mahang (Macaranga sp.) 0,94 2,38 3,32 0,32

12 Manggis (Garcinia sp.) 20,75 4,76 25,52 0,25

13 Palawan (T.obovata) 12,26 11,90 24,17 0,12

JUMLAH 100,00 100,00 200,00 2,02

Page 18: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

37

Terdapat 13 jenis tumbuhan tingkat semai yang ditemukan di hutan

sekunder tipe kerangas dari lokasi referensi 1. Jenis irat merupakan tumbuhan

yang mendominasi tingkat pertumbuhan semai. Indeks keragaman yang

didapatkan dari tipe hutan kerangas sekunder adalah kategori sedang (H‘ ≥ 2).

Tabel 2.6 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat pancang di lokasi referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan kering)

No Jenis Pancang KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Akasia (A.mangium) 11,58 16,22 27,79 0,29

2 Belangiran (S.belangeran) 34,48 10,81 45,29 0,24

3 Bintangur (Callophylum sp.) 11,82 8,11 19,93 0,20

4 Irat (C.arborescens) 12,81 18,92 31,73 0,32

5 Jejambuan (Syzigium sp.) 4,93 8,11 13,03 0,20

6 Madang (Litsea sp.) 0,99 2,70 3,69 0,10

7 Mahang (Macaranga sp.) 4,93 8,11 13,03 0,20

8 Mali-mali (Lee indica) 1,97 2,70 4,67 0,10

9 Mengkudu (Morinda sp.) 0,99 2,70 3,69 0,10

10 Merapat (C.rotundatus) 7,64 13,51 21,15 0,27

11 Palawan (T.obovata) 6,90 5,41 12,30 0,16

12 Simpur (Dillenia indica) 0,99 2,70 3,69 0,10

JUMLAH 100,00 100,00 200,00 2,28

Terdapat 12 jenis tumbuhan tingkat pancang pada lokasi referensi 1 yang

merupakan tipe hutan kerangas sekunder. Jenis belangiran mendominasi pada

tingkat pancang. Relatif tingginya jumlah jenis tingkat pancang pada hutan

kerangas sekunder dibandingkankan hutan kerangas terbuka, berdampak pada

tingginya keragaman jenis pancang. Keragaman jenis tingkat pancang termasuk

kategori sedang. N.gracilis dan N.mirabilis sebagai tumbuhan bawah ditemukan

di lokasi penelitian ini. N.gracilis relatif banyak ditemukan di celah (gap) di mana

cahaya matahari dapat menembus lantai hutan.

Tabel 2.7 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat tiang di lokasi referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan kering)

No Jenis Tiang DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Bati-bati (A.minutiflora) 3,62 3,62 3,85 11,09 0,15

2 Belangiran (S.belangeran) 28,81 28,81 23,08 80,70 0,36

3 Beringin (Ficus sp.) 8,30 8,30 7,69 24,30 0,15

4 Bintangur (Callophylum sp.) 3,14 3,14 7,69 13,98 0,15

5 Irat (C.arborescens) 9,22 9,22 11,54 29,97 0,28

6 Jejambuan Syzigium sp.) 17,90 17,90 7,69 43,50 0,28

7 Manggis hutan (Garcinia sp.) 7,84 7,84 11,54 27,22 0,23

8 Nyatoh (Palaquium borneense) 4,25 4,25 7,69 16,19 0,15

9 Palawan (T.obovata) 5,29 5,29 7,69 18,27 0,15

10 Rukam (Flacourtia rukam) 3,16 3,16 3,85 10,16 0,09

11 Simpur (D.indica) 8,46 8,46 7,69 24,62 0,15

JUMLAH 100 100 100 300 2,12

Page 19: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

38

Terdapat 11 jenis tumbuhan tingkat tiang pada lokasi hutan kerangas

sekunder. Belangiran dan merapat merupakan jenis yang mendominasi tingkat

pertumbuhan tiang. Berdasarkan nilai indeks keragaman, jenis tingkat tiang dari

hutan kerangas sekunder di lokasi referensi 1 termasuk dalam kategori

keanekaragaman sedang.

Tabel 2.8 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat pohon di lokasi referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan kering)

No Jenis Pohon DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Belangiran (S.belangeran) 62,86 56,25 50,00 169,11 0,32

2 Irat (C.arborescens) 19,47 25,00 25,00 69,47 0,35

3 Nyatoh (P.borneense) 8,16 12,50 12,50 33,16 0,26

4 Palawan (T.obovata) 9,51 6,25 12,50 28,26 0,17

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00 1,10

Terdapat 4 jenis tumbuhan tingkat pohon di hutan kerangas sekunder

lahan kering. Jenis belangiran mendominasi tingkatan tumbuhan pohon. Relatif

kecilnya jumlah jenis pohon mengakibatkan rendahnya keragaman jenis tingkat

tumbuhan pohon di hutan kerangas sekunder lokasi referensi 1.

Tipe hutan kerangas dengan bahan organik tinggi dan terendam terdapat di

lokasi referensi 1. Komposisi jenis, indeks nilai penting (INP) dan indeks

keragaman dari tiap tingkatan tumbuhan dari tipe hutan kerangas terendam

ditampilkan dalam Tabel 2.9 sampai dengan 2.12.

Tabel 2.9 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat semai di lokasi referensi 1 (hutan kerangas lahan terendam)

No Jenis semai KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Bati-bati (A.minutiflora) 33,33 20,00 53,33 0,37

2 Belangiran (S.belangeran) 11,11 20,00 31,11 0,24

3 Bintangur (Callophylum sp.) 33,33 20,00 53,33 0,37

4 Gumisi (Syzigium tetrapterum) 11,11 20,00 31,11 0,24

5 Merapat (C.rotundatus) 11,11 20,00 31,11 0,24

Jumlah 100,00 100,00 200,00 1,46

Terdapat 5 jenis tumbuhan tingkat semai dan tidak terdapat jenis yang

mendominasi tingkat semai tersebut. Jumlah jenis semai yang ditemukan pada

hutan terendam relatif lebih rendah dibandingkan hutan kerangas lahan kering.

Keanekaragaman jenis tumbuhan pada lokasi hutan kerangas terendam

tergolong rendah. Jumlah jenis tumbuhan tingkat semai yang rendah berdampak

pada rendahnya indeks keanekaragaman yang terbentuk. Lantai hutan yang

terendam air dan dominasi penutupan lantai hutan oleh jenis kelakai

(Stenochlaena palustris) diduga menjadi penghambat proses regenerasi

permudaan pohon.

Page 20: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

39

Tabel 2.10 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat pancang di lokasi referensi 1 (hutan kerangas lahan terendam)

No Jenis pancang KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Belangiran (S.belangeran) 25,00 18,18 43,18 0,46

2 Bintangur (Callophylum sp.) 8,33 9,09 17,42 0,21

3 Jejambuan (Syzigium sp.) 8,33 18,18 26,52 0,26

4 Madang (Litsea sp.) 4,17 9,09 13,26 0,13

5 Mahang (Macaranga sp.) 12,50 9,09 21,59 0,26

6 Merapat (C.rotundatus) 33,33 27,27 60,61 0,67

7 Nyatoh (P.borneense) 8,33 9,09 17,42 0,26

Jumlah 100,00 100,00 200,00 2,25

Jumlah jenis tumbuhan tingkat pancang yang ditemukan di hutan kerangas

sekunder terendam sebanyak 7 jenis. Jenis merapat (C.rotundatus) mendominasi

tingkat pertumbuhan pancang. Jumlah jenis tumbuhan tingkat pancang yang

ditemukan relatif lebih sedikit dibandingkankan dengan hutan kerangas sekunder

lahan kering. Keragaman jenis tumbuhan tingkat pancang tergolong sedang.

N.gracilis dan N.ampularia ditemukan pada lokasi penelitian ini.

Tabel 2.11 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat tiang di lokasi referensi 1 (hutan kerangas lahan terendam)

No Jenis tiang DR (%)

KR (%)

FR (%)

INP (%) H'

1 Bati-bati (A.minutiflora) 0,63 1,12 3,70 5,46 0,05

2 Belangiran (S.belangeran) 20,83 19,10 29,63 69,56 0,32

3 Gumisi (S. tetrapterum) 2,41 3,37 3,70 9,49 0,11

4 Irat (C.arborescens) 0,89 1,12 3,70 5,71 0,05

5 Jejambuan (Syzigium sp.) 2,05 2,25 7,41 11,71 0,09

6 Ketapi hutan (Sondarium sp.) 0,78 1,12 3,70 5,60 0,05

7 Manggis hutan (Garcinia sp.) 1,87 2,25 7,41 11,52 0,09

8 Merapat (C.rotundatus) 60,80 65,17 33,33 159,30 0,28

9 Mindarahan (Myristica sp.) 9,74 4,49 7,41 21,65 0,14

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00 1,17

Jumlah jenis tumbuhan tingkat tiang yang ditemukan pada lokasi ini adalah

9 jenis. Keberadaan jenis merapat (C.rotundatus) sangat mendominasi tingkat

tiang dalam komunitas tumbuhan kerangas lahan terendam. Jumlah jenis tiang

yang terdapat pada hutan kerangas lahan terendam relatif lebih sedikit

dibandingkankan hutan kerangas lahan kering. Tingginya dominasi jenis merapat

berdampak pada rendahnya nilai indeks keragaman yang terbentuk.

Page 21: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

40

Tabel 2.12 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat pohon di lokasi referensi 1 (hutan kerangas lahan terendam)

No Jenis Pohon DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Belangiran (S.belangeran) 22,63 25,00 25,00 72,63 0,35

2 Merapat (C.rotundatus) 60,89 62,50 58,33 181,72 0,29

3 Mindarahan (Myristica sp.) 12,46 6,25 8,33 27,05 0,17

4 Uar (Syzigium sp.) 4,02 6,25 8,33 18,60 0,17

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00 0,99

Terdapat 4 jenis tumbuhan tingkat pohon di lokasi penelitian. Jenis

merapat dan belangiran mendominasi tingkat pertumbuhan tingkat pohon.

Keragaman jenis relatif rendah sebagai akibat dari jumlah jenis yang rendah dan

dominasi yang sangat tinggi dari jenis merapat (C.rotundatus).

Total jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan pada hutan kerangas lokasi

referensi 1 untuk hutan kerangas sekunder lahan kering adalah 19 jenis dan 15

jenis untuk hutan kerangas sekunder terendam. Belangiran merupakan jenis

tumbuhan yang terdapat di setiap tipe hutan kerangas (terendam/tidak terendam)

dan senantiasa hadir pada tiap tingkatan pertumbuhan dari tingkat semai sampai

pohon. Keberadaan suatu jenis yang sangat dominan menjadi salah satu

penyebab terjadinya regenerasi yang kurang baik.

Kepadatan tegakan di lokasi referensi 1 untuk hutan kerangas tidak

terendam dengan diameter ≥ 5 cm adalah 1012 individu pohon/ha, diameter ≥ 10

cm adalah 634 individu pohon/ha dan untuk diameter ≥ 20 cm sebanyak 178

individu pohon/ha. Kepadatan tegakan dari lokasi referensi 1 untuk hutan

kerangas terendam dengan diameter ≥ 5 cm adalah 1090 individu pohon/ha,

diameter ≥ 890 cm adalah 634 individu pohon/ha dan untuk diameter ≥ 20 cm

sebanyak 160 individu pohon/ha.

Hutan kerangas sekunder yang terdapat di Palangkaraya Kalimantan

Tengah dan relatif kurang terganggu, kepadatan tegakan pohon dengan diameter

≥ 10 cm mencapai 677-747 individu pohon/ha (Miyamoto et al. 2007). Riswan

(1985) mengemukakan juga bahwa kepadatan tegakan pada hutan kerangas

sekunder mencapai 454-750 individu pohon/ha dengan ukuran diameter batang

10-20 cm. Hadisaputro dan Said (1988) melaporkan bahwa di Cagar Alam

Mandor Kalimantan Barat, hutan sekunder kerangas yang relatif terganggu

memiliki jumlah jenis tingkat pohon sebanyak 12 jenis dan tiang sebanyak 28

jenis. Kissinger (2002) mendapatkan 16 jenis tumbuhan tingkat pohon dan 24

jenis tingkat tiang di hutan kerangas kerangas Trinsing-Butong Muara Teweh

Page 22: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

41

Keterangan: 1. Rasak (Vatica ressak) 2.Irat (Cratoxylon arborescen) 3.Masupang (Shorea velunosa) 4. Rasak (Vatica ressak) 5. Masupang (Shorea velunosa) 6. Siwao (Nephelium mutabile) 7.Palawan putih (Tristaniopsis ef stelata) 8. Rasak (Vatica ressak) 9. Kapurnaga (Callophyllum pulcherimum) 10. Masupang (Shorea velunosa) 11. Alau (Dacrydium beccari) 12. Brunsulan (Memecylon costatum) 13. Uar (Syzigium ridleyi) 14. Rasak (Vatica ressak) 15. Kuranji (Dialium laurimum) 16. Kuranji (Dialium laurimum) 17. Jambu burung (Syzigium inophylla) 18. Palawan merah (Tristaniopsis obovata) 19. Rasak (Vatica ressak) 20. Kapur naga (Callophyllum pulcherimum) 21. Rasak (Vatica ressak) 22. Nyatoh (Palaquium xanthocyhymum) 23. Merapat (Combretocarpus rotundatus) 24. Merapat (Combretocarpus rotundatus) 25. Palawan merah (Tristaniopsis obovata) 26. Alau (Dacrydium beccari) 27. Irat (Cratoxylon arborescens) 28. Irat (Cratoxylon arborescens) 29. Irat (Cratoxylon arborescens) 30. Terantang (Camnosperma macrophylla) 31. Jambu burung (Syzigium inophylla) 32. Irat (Cratoxylon arborescens) 33. Rasak (Vatica ressak) 34.Pamapaning (Quercus paculiformis) 35. Alau (Dacrydium beccari) 36. Nyatoh (Palaquium xanthocyhymum) 37. Masupang (Shorea velunosa) 38. Kapurnaga (Callophyllum pulcherimum) 39. Palawan merah (Tristaniopsis obovata) 40.Melalin (Madhuca betiodes) 41. Jejambuan (Syzigium sp.) 42. Palawan putih (Tristaniopsis ef stelata) 43. Uar (Syzigium ridleyi) 44. Jambu burung (Syzigium inophylla)

Kalimantan Tengah yang tidak mengalami kebakaran . Diagram profil struktur

tegakan di hutan kerangas sekunder yang relatif terganggu yang terdapat di

hutan Kerangas Trinsing-Butong Kalimantan Tengah tersaji pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Diagram profil tegakan hutan kerangas terganggu di Trinsing-Butong Muara Teweh (Sumber: Kissinger, 2002)

Hutan kerangas sekunder yang relatif terganggu dan tidak mengalami

kebakaran, masih mengandung jenis-jenis yang terdapat di hutan

Dipterocarpacea campuran. Tinggi pohon dapat mencapai 25 m dan diameter

pohon dapat mencapai > 70 cm.

Hutan kerangas sekunder di lokasi referensi 1 merupakan hutan kerangas

yang memiliki jumlah jenis pohon lebih rendah dibandingkankan dengan hutan

kerangas sekunder dari tinjauan literatur yang dikemukan oleh Hadisaputro &

Said (1988) dan Kissinger (2002). Intensitas gangguan yang terjadi diduga

Page 23: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

42

menjadi penyebab rendahnya jumlah jenis pohon yang terdapat pada hutan

kerangas sekunder lokasi referensi 1. Tegakan pohon yang tersisa hanya

mencapai diameter 36 cm, dengan rata-rata sebaran diameter berkisar dari 23-

24 cm (kerangas terendam) dan 27-28 cm (hutan kerangas lahan kering).

Hutan kerangas Arboretum Nyaru Menteng yang menjadi lokasi referensi 2,

merupakan tipe hutan kerangas yang relatif tidak terganggu/old growth. Tabel

2.13-2.16 memuat komposisi jenis, indeks nilai penting (INP) dan indeks

keragaman dari tiap tingkatan vegetasi hutan kerangas di Arboretum Nyaru

Menteng Palangkaraya.

Tabel 2.13 Komposisi, keragaman dan INP tingkat semai lokasi referensi 2

No Jenis Semai FR (%) KR (%) INP (%) H'

1 Agathis (Agathis borneensis) 12,50 8,70 21,20 0,24

2 Belangiran (S.belangeran) 6,25 4,35 10,60 0,16

3 Bintangur (Callophylum sp.) 6,25 23,91 30,16 0,10

4 Irat (C.arborescens) 12,50 4,35 16,85 0,16

5 Jejambuan (Syzygium sp.) 25,00 30,43 55,43 0,37

6 Madang (Litsea sp.) 6,25 6,52 12,77 0,21

7 Manggis hutan (Garcinia sp.) 12,50 10,87 23,37 0,27

8 Merapat (C.rotundatus) 12,50 8,70 21,20 0,24

9 Simpur (D.indica) 6,25 2,17 8,42 0,10

100,00 100,00 200,00 1,86

Terdapat 9 jenis tumbuhan tingkat semai pada lokasi hutan kerangas

referensi 2. Jejambuan dan bintangur merupakan jenis semai yang relatif

dominan terdapat pada lokasi referensi 2. Relatif rendahnya jumlah jenis yang

ditemukan pada tingkat semai, mengakibatkan rendahnya keragaman jenis.

Tabel 2.14 Komposisi,keragaman jenis dan INP pancang lokasi referensi 2

No Jenis Pancang KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Belangiran (S.belangeran) 11,76 10,53 22,29 0,24

2 Bintangur (Callophylum sp.) 14,71 10,53 25,23 0,24

3 Bungur (Lagerstromia sp.) 2,94 5,26 8,20 0,15

4 Irat (C.arborescens) 2,94 5,26 8,20 0,15

5 Jejambuan (Syzygium sp.) 17,65 15,79 33,44 0,29

6 Manggis (Garcinia sp.) 23,53 15,79 39,32 0,29

7 Mahang (Macaranga sp.) 5,88 10,53 16,41 0,24

8 Merapat (C.rotundatus) 2,94 5,26 8,20 0,15

9 Palawan (Tristaniopsis obovata) 2,94 5,26 8,20 0,15

10 Simpur (D.indica) 14,71 15,79 30,50 0,29

100,00 100,00 200,00 2,21

Terdapat 10 jenis tumbuhan tingkat pancang di lokasi referensi 2. Tidak

ada jenis yang dominan sekali pada tingkat pancang. Nilai INP tertinggi

Page 24: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

43

ditunjukkan oleh jenis manggis, jejambuan dan simpur. Relatif meratanya jumlah

individu dari masing-masing jenis di tingkat pancang menyebabkan relatif

baiknya keragaman jenis. Berdasarkan nilai indeks keragaman jenis, tingkat

pancang pada hutan kerangas lokasi referensi 2 tergolong tinggi. N.gracilis,

N.mirabilis dan N.rafflesiana merupakan jenis kantong semar yang dapat

ditemukan di lokasi penelitian ini.

Tabel 2.15 Komposisi, keragaman jenis dan INP tiang lokasi referensi 2

No Jenis tiang DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Agathis (Agathis borneensis) 1,44 1,52 3,57 6,53 0,06

2 Alau (Dacridium beccarii) 0,88 1,52 3,57 5,96 0,06

3 Belangiran (S.belangeran) 6,40 6,06 10,71 23,17 0,17

4 Bintangur (Callophylum sp.) 5,11 7,58 10,71 23,40 0,20

5 Irat (C.arborescens) 60,14 46,97 17,86 124,97 0,35

6 Jejambuan (Syzygium sp.) 12,83 19,70 21,43 53,95 0,32

7 Manggis hutan (Garcinia sp.) 3,39 3,03 7,14 13,57 0,11

8 Merapat (C.rotundatus) 0,79 1,52 3,57 5,87 0,06

9 Nyatoh (P.borneense) 3,19 4,55 7,14 14,88 0,14

10 Punak (Tetramerista glabra) 0,67 1,52 3,57 5,76 0,06

11 Simpur (D.indica) 5,17 6,06 10,71 21,95 0,17

100,00 100,00 100,00 300,00 1,71

Hutan kerangas lokasi referensi 2 memiliki 11 jenis tumbuhan tingkat tiang.

Jenis irat keberadaannya sangat dominan (INP=124,97%) dibandingkankan

dengan 10 jenis lainnya. Begitu dominannya jenis irat mengakibatkan indeks

keragaman jenis tiang menjadi rendah (H‘=1,71).

Tabel 2.16 Komposisi, keragaman jenis dan INP pohon lokasi referensi 2

No Jenis pohon DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Belangiran (S.belangeran) 12,46 14,29 23,08 49,82 0,28

2 Bintangur (Callophylum sp.) 2,28 2,86 7,69 12,83 0,10

3 Irat (C.arborescens) 74,77 71,43 38,46 184,66 0,24

4 Jejambuan (Syzygium sp.) 5,02 5,71 15,38 26,12 0,16

5 Manggis hutan (Garcinia sp.) 2,21 2,86 7,69 12,76 0,10

6 Nyatoh (P.borneense) 3,26 2,86 7,69 13,81 0,10

100,00 100,00 100,00 300,00 0,99

Hutan kerangas lokasi referensi 2 memiliki 6 jenis tumbuhan tingkat pohon.

Jenis irat (C.arborescens) keberadaannya sangat dominan dengan nilai

INP=184,66%. Berdasarkan nilai indeks keragaman (H‘=0,99), keragaman jenis

pohon hutan kerangas lokasi referensi 2 tergolong rendah. Rendahnya

keragaman jenis yang ada merupakan akibat dari sangat dominannya kehadiran

jenis irat.

Page 25: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

44

Komposisi jenis tumbuhan hutan kerangas lokasi referensi 2 terdiri dari 23

jenis. Sebagian besar jenis yang terdapat di hutan kerangas lokasi referensi 2

terdapat pada setiap tingkatan pertumbuhan dari semai, pancang, tiang dan

semai. Jenis tumbuhan yang senantiasa terdapat pada setiap pertumbuhan

adalah belangiran, bintangur, irat, dan jejambuan. Fenomena ini

mengindikasikan regenerasi jenis yang berlangsung antar tiap tingkatan vegetasi.

Kepadatan tegakan di lokasi referensi 2 untuk hutan kerangas untuk

ukuran pohon dengan diameter ≥ 5 cm adalah 2034 individu pohon/ha, diameter

≥ 10 cm adalah 1650 individu pohon/ha dan untuk diameter ≥ 20 cm sebanyak

550 individu pohon/ha. Diameter tertinggi yang ditemukan dari jenis belangiran

adalah 32-33 cm.

Katagiri et al. 1991 menyebutkan bahwa pada hutan kerangas ―padang‖

jumlah jenis vegetasi yang ditemukan adalah 15 jenis, dengan jenis yang

mendominasi adalah Cratoxylon glaucum, Ploiarium alternifolium dan

Callophyllum langigerum. Struktur tegakan didominasi oleh pohon-pohon

berukuran kecil. Jumlah pohon dengan ukuran diameter kurang dari 5 cm

mencapai 95,6 % dari total jumlah pohon yang ada. Kerapatan tegakan sangat

tinggi (6160 individu/ha), karena memasukan pohon-pohon dengan ukuran di

bawah 5 cm (≥ 2 cm) atau secara spesifik terdiri dari 5889 individu untuk ukuran

diameter < 5 cm, 234 individu untuk ukuran diameter 5 cm - <10 cm dan 37

individu untuk ukuran diameter ≥ 10 cm. Sedangkan tinggi pohon relatif rendah,

berkisar antara 2 m untuk pohon terendah dan 10 m untuk pohon tertinggi

dengan rata-rata tinggi pohon 3,5 m.

Hutan kerangas primer atau hutan yang relatif belum terganggu yang

letaknya berbatasan dengan Dipterocarpacea campuran dapat memiliki jumlah

pohon sebanyak 708 individu/ha (diameter pohon berukuran ≥ 10 cm) dan masih

memiliki pohon yang mencapai diameter > 100 cm. Jenis-jenis dari family

Fagaceae, Myrtaceae, Sapotaceae, Guttiferae, Casuarinaceae dan Konifers

(seperti Agathis borneensis. Dacrydium sp., Podocarpus sp.) merupakan jenis

yang penting. Beberapa jenis Dipterocarpacea terdapat pada hutan kerangas

yang relatif tidak terganggu, seperti Shorea venulosa, Shorea albida, Shorea

rugosa, Shorea belangeran, Shorea ovate, Hopea sp., Vatica sp., dan

Dipterocarpus borneensis (Bruenig, 1974; Kissinger, 2002).

Bruenig (1974) melaporkan bahwa dari seluruh hutan kerangas yang

terdapat di Serawak ditemukan 844 jenis pohon, 220 jenis di antaranya terdapat

Page 26: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

45

juga di hutan Dipterocarpacea campuran. Salah satu contoh tipe hutan kerangas

dengan tipe tanah podsolik putih kelabu (grey white podzolic) dapat memiliki 69 –

75 jenis pohon. Kartawinata (1980) mengemukakan bahwa terdapat > 200 jenis

pohon, semak, herba dan parasit yang terekam dalam suatu tipe hutan kerangas.

Gambaran diagram profil struktur tegakan dari tipe hutan kerangas relatif

bervariasi antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Salah satu contohnya

adalah seperti dideskripsikan Proctor et al. 1983 (Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Diagram profil tegakan hutan kerangas relatif tidak terganggu di Gunung Mulu National Park (Sumber: Proctor et al. 1983)

Keterangan: Simbol: Bb: Baccaurea brahium didcteata, Bp: Bhesa paniculata, Cb: Chepalomappa beccariana, Cd: Canthium didyum, Cf: Castanopsis foxworthyi, Cha: Calophyllum havilandii, Ct: Calophyllum teysmannii, Dxa: Dyospyros sp., El: Eugenia leucoxylon, En: Eugenia nemestrina, Gpe: Garcinia cf petiolaris, Hc: Horsfieldia crassifolia, Hp: Hopea pseudokunstleri, Lr: Lopophetalum rigidum, Lx: Lithocarpus sp., Ms: Mesua calophylloides, Pc: Palaquium cochleariifolium, Pg: Polyalthia glauca, Sa: Shorea albida, Sc: Sindora coriacea, Sm: Stemonurus malaccensis, Ta: Ternstroemia aneura, Tc: Tristaniopsis clementis

Proctor et al. (1983) mendapati di hutan kerangas Taman Nasional Gunung

Mulu, jumlah individu pohon/ha berdiameter > 10 cm adalah sebesar 708

pohon/ha dan jumlah jenis mencapai 113 jenis pohon. Terdapat 84 jenis pohon di

Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat. Jumlah individu pohon

berdiameter ≥ 10 cm adalah 1030 individu pohon/ha (Onrizal 2004). Katagiri et

al. 1991 menemukan 15 jenis pohon dalam plot penelitiannya di Taman Nasional

Bako Serawak Malaysia.

Hutan kerangas lokasi referensi 2 memiliki sebaran ukuran diameter relatif

kecil. Hutan kerangas pada lokasi referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan

Page 27: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

46

kering berbatasan dengan hutan Dipterocarpacea campuran) memiliki rata-rata

sebaran ukuran diameter sedikit lebih besar (Ө=27-28 cm) dibandingkankan

ukuran diameter pohon di hutan kerangas lokasi referensi 2 (Ө=21-22 cm).

Perbandingan jumlah jenis tumbuhan tingkat semai dan pancang antara

hutan kerangas lokasi utama (hutan kerangas terbuka yang terfragmentasi)

dengan hutan kerangas referensi 2 (old growth dengan gangguan rendah dan

berbatasan dengan hutan rawa gambut), hutan kerangas referensi 1 (hutan

kerangas terbuka dan berbatasan dengan hutan rawa gambut) dan hutan

kerangas referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan kering yang berbatasan

dengan hutan Dipterocarpaceae campuran) adalah relatif sama (9-14 jenis).

Jumlah jenis tumbuhan tingkat tiang yang tertinggi terdapat pada hutan kerangas

referensi 2 (11 jenis) dan referensi 1 (9-11 jenis). Jumlah jenis tumbuhan tingkat

tiang terendah adalah hutan kerangas referensi 3 (4 jenis) dan lokasi utama (2

jenis). Jumlah jenis tumbuhan tingkat pohon yang paling tertinggi adalah pada

hutan kerangas referensi 2 (6 jenis) dan terendah adalah lokasi utama.

Kepadatan pohon hutan kerangas referensi 2 (old growth) untuk ukuran diameter

≥ 5 cm adalah lebih tinggi dibandingkankan hutan kerangas sekunder referensi 1

(1012-1090 individu pohon/ha). Hutan kerangas lokasi referensi 2 memiliki

kepadatan tegakan yang lebih tinggi dibandingkan hutan kerangas ―padang‖

untuk diameter pohon ukuran ≥ 5 cm (Katagiri et al. 1991).

Perbandingan jumlah jenis vegetasi total (gabungan semua tingkat

pertumbuhan) yang ditemukan di antara lokasi penelitian adalah sebanyak 10-12

jenis untuk hutan kerangas terbuka adalah, 15-19 jenis untuk hutan kerangas

sekunder dan hutan kerangas old growth sebanyak 23 jenis. Khusus untuk

kantong semar, N.gracilis merupakan jenis yang senantiasa ditemukan di setiap

tipe hutan kerangas bila dibandingkankan dengan jenis Nepenthes lainnya.

Bila nilai-nilai dari karakteristik ekologi hutan kerangas dihubungkan

dengan pemanfaatan bioaktivitas, maka terdapat peluang pemanfaatan dari

berbagai jenis tumbuhan di hutan kerangas. Potensi jenis, biomassa dan

keberlanjutan regenerasi tercermin dari komposisi jenis dan nilai-nilai seperti

dominansi relatif (DR), kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan indeks

nilai penting. Karakteristik dari komposisi dan struktur vegetasi menjadi salah

satu acuan pemilihan jenis yang dapat dimanfaatkan dengan syarat bila jenis

tersebut secara etnobotani maupun pendekatan pengetahuan modern memiliki

bioaktivitas tertentu.

Page 28: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

47

3) Karakteristik Tanah Hutan Kerangas

Tanah di hutan kerangas dicirikan dengan tanah podsol yang miskin hara

dengan material tanah umumnya kaya akan pasir kuarsa, pH rendah dan kerap

memiliki lapisan gambut di atas permukaan tanah. Kenampakan tanah penyusun

di hutan kerangas tersaji pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Kenampakan tanah di lahan kerangas (Sumber: Kissinger 2002).

Berdasarkan kandungan pasirnya, hutan kerangas dapat dibedakan

menjadi dua macam tipe kerangas, yaitu hutan kerangas moderat dan hutan

kerangas ekstrim, hutan kerangas moderat merupakan hutan kerangas yang

tanahnya bercampur dengan pasir secara seimbang atau lebih banyak

kandungan liat/lempung dibandingkankan dengan kandungan pasir. Derajat

kesarangan tanah kerangas moderat kurang sehingga kelembaban tanah relatif

tinggi, kandungan bahan organik tanah lebih tinggi dibandingkankan kerangas

ekstrim. Lumut pada lantai hutan tebal dan hampir seluruh lantai hutan ditutupi

lumut, hutan kerangas moderat kaya akan epifit tetapi miskin jenis pohon. Hutan

kerangas ekstrim mempunyai kandungan pasir atau kwarsa lebih tinggi di

bandingkan liatnya, malahan hampir atau seluruhnya ketebalan pasir mulai dari

permukaan sampai beberapa belas meter. Dibawahnya terdapat lapisan kedap

air dapat berupa batu-batuan cadas. Karakteristik sifat fisik tanah hutan kerangas

diindikasikan berdasar tekstur tanah dan ditampilkan dalam Tabel 2.17.

Tabel 2.17 Perbandingan fraksi pasir, debu dan liat tanah hutan kerangas

No PLOT PENELITIAN PASIR (%)

DEBU (%)

LIAT (%)

1 Lokasi utama (terbuka) 85 10,5 4,5

2 Referensi 1 (terbuka) 89,5 5,5 5

3 Referensi 1 (hutan sekunder) 82 16 2

4 Referensi 2 (old growth) 80 3 17

5 Referensi 3 (terbuka) 89 8 3

6 Trinsing-Butong Kalteng (hutan sekunder)* 52,5 42 5,5

7 TN Bako, Serawak (Kerangas ―Padang‖)** 91 5 4

8 Hutan kerangas sekunder Bangka Tengah*** 85 5,1 9,4

Keterangan: * Kissinger. 2002; **Katagiri et al. 1991; ***Yarli. 2011.

Perakaran (sebagian serabut halus) terdapat pada horison A1, A2

Bahan organik

Page 29: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

48

Fraksi pasir mendominasi tekstur tanah hutan kerangas. Dominansi fraksi

pasir akan meningkat pada tanah-tanah hutan kerangas yang terbuka. Besarnya

persentase total debu dan liat apabila dihubungkan dengan penutupan vegetasi

akan berbanding lurus. Semakin besar kedua fraksi tersebut maka akan semakin

tinggi jumlah individu dan jumlah jenis vegetasi yang tumbuh dalam komunitas

hutan kerangas. Bruenig (1974) menemukan pada beberapa lokasi dengan

kandungan debu atau liatnya besar memiliki jumlah jenis pohon yang lebih tinggi.

Fraksi pasir yang tinggi menyebabkan terjadinya stress air, pencucian (leaching)

dan lemahnya kemampuan tanah menahan hilangnya unsur-unsur hara tertentu

dari tanah permukaan.

Ketersediaan hara menjadi faktor penting dalam mendukung pertumbuhan

dan perkembangan tumbuhan. Karakteristik sifat kimia tanah merupakan

pendekatan untuk mengetahui kandungan unsur hara tanah. Beberapa

karakteristik kimia tanah (kedalaman 0-40 cm) dari tanah hutan kerangas tertera

pada Tabel 2.18.

Tabel 2.18 Karakteristik sifat kimia tanah hutan kerangas

No PLOT PENELITIAN pH C (%) N (%)

C/N P (ppm)

Ca Mg K Na KTK

(me/100g)

1 Lokasi Utama (kerangas terbuka)

3,8 0,88 0,05 19,6 3,70 0,6 0,12 0,02 0,03 1,73

2 Referensi 1 (kerangas terbuka)

3,5 1,02 0,09 11,3 3,20 0,57 0,18 0,06 0,04 3,63

3 Referensi 1 (kerangas sekunder)

2,9 3,01 0,23 13,1 4,10 0,40 0,07 0,06 0,04 4,92

4 Referensi 2 (old growth) 2,5 11,2 0,81 13,8 7,00 0,36 0,37 0,10 0,05 11,32

5 Referensi 3 (kerangas terbuka)

2,4 3,46 0,25 13,8 4,40 0,80 0,3 0,06 0,02 11,38

6 Trinsing-Butong (kerangas sekunder)*

3,3 3,35 0,09 37,2 7,90 0,68 0,20 0,07 0,03 5,34

7 Taman Nasional Bako (kerangas Padang)**

3,7 2,8 0,1 28,0 2,80 0,40 1,70 0,10 - 5,80

8 Bangka (hutan kerangas sekunder)***

5,0 2,8 0,26 10,8 4,70 1,10 0,42 0,10 0,3 6,86

Keterangan: * Kissinger. 2002; **Katagiri et al. 1991; ***Yarli. 2011.

Data yang tertera dalam Tabel 2.18 menunjukkan bahwa tanah kerangas

adalah tanah yang tidak subur, memiliki sifat asam (pH berkisar 2-4). Kandungan

C organik tanah berkisar dari sangat rendah (lokasi utama=0,88%) sampai tinggi

(hutan kerangas old growth=11,2). Hutan kerangas old growth yang relatif

sedikit gangguan memiliki kandungan C dan N yang relatif lebih tinggi

dibandingkankan dengan hutan kerangas sekunder dan hutan kerangas terbuka.

Kandungan bahan organik tinggi dalam membantu memperlambat

hilangnya unsur N yang sifatnya mobil pada tanah kerangas yang tinggi fraksi

Page 30: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

49

pasirnya. Secara keseluruhan kandungan unsur N sangat rendah terkandung

dalam tanah hutan kerangas. C/N ratio relatif bervariasi antara beberapa contoh

tanah dari lahan kerangas. Unsur P dalam tanah kerangas juga cukup bervariasi.

Hutan kerangas old growth dan hutan sekunder relatif memiliki kandungan unsur

P yang lebih baik dibandingkan hutan kerangas terbuka. Unsur mikro lain seperti

Ca, Mg, K dan Na relatif sangat rendah. KTK secara keseluruhan termasuk

rendah, dengan nilai KTK terendah terdapat pada lokasi penelitian utama.

Bruenig (1974) mengungkapkan bahwa tanah dari berbagai tipe hutan

kerangas memiliki variasi C/N yang beragam. Kandungan unsur P dan Mg tanah

hutan kerangas relatif rendah. Ketebalan serasah atau lapisan gambut di tanah

hutan kerangas dari golongan humus podsol berdampak pada tingginya

kandungan C organic yang berdampak pada meningkatnya nilai KTK. Lamprecht

(1989) mengungkapkan bahwa kunci dari faktor tapak hutan kerangas bukan

pada kekurangan air tapi lebih pada rendahnya unsur hara tanah. Rendahnya pH

berdampak pada terbatasnya pertumbuhan tumbuhan di hutan kerangas

(Proctor, 1997).

Peran mikoriza pada hutan kerangas sangat membantu tumbuhan dalam

menyerap unsur hara. Tercatat dari 22 jenis tumbuhan yang ditemukan 20 jenis

memiliki simbiosis dengan mikoriza dalam penyerapan haranya. Terdapat 17

tumbuhan yang memiliki arbuscular mycorrhiza (AM) dan 2 jenis tumbuhan yang

memiliki ectomychorrhiza (EM), serta 1 jenis (Tristania beccarii dari family

Myrtaceae) yang memiliki AM dan EM. Pada beberapa kasus kehadiran AM dan

EM secara bersamaan terjadi pada jenis lain dari family Myrtaceae seperti Ixora

sp. dan Syzygium sp. (Moyersoen, 2001).

Keterbatasan kondisi tanah di hutan kerangas yang tidak terganggu

maupun terganggu inilah yang mengakibatkan rendahnya jumlah jenis tumbuhan

yang mampu beradaptasi di hutan kerangas. Proses adaptasi merupakan proses

fisiologis tumbuhan sebagai respon terhadap lingkungan (dalam hal ini

menghadapi keterbatasan tapak hutan kerangas) berpotensi menghasilkan

metabolit sekunder sebagai sumber dari bioaktivitas (Croteau et al. 2000).

Penebangan dan pembukaan lahan mempercepat hilangnya lapisan

serasah dan gambut di permukaan tanah kerangas yang berdampak pada

menurunnya bahan organik tanah, mempercepat proses pencucian hara dan

memperburuk sifat-sifat tanah lainnya. Buruknya sifat tanah dari hutan kerangas

yang terbuka tidak saja berpengaruh pada semakin rendahnya kandungan hara

Page 31: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

50

tanah, tetapi juga berakibat pada stress air. Belum ada laporan sampai saat ini

yang mengemukakan keberhasilan rehabilitasi lahan kerangas yang telah rusak

dan terbuka. Fenomena ini memberikan arahan untuk tindakan perventif

konservasi hutan kerangas harus dilakukan. Sehingga keberlangsungan fungsi

ekosistem dari bentuk lahan terbatas ini tetap dapat dipertahankan dan

dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.

4) Fauna di Hutan Kerangas

Fauna di hutan kerangas relatif rendah variasi jenisnya. Keterbatasan

fauna yang ditemukan karena keterbatasan habitat yang mampu mendukung

kehidupan satwa-satwa secara umum. Akan tetapi keberadaan fauna cukup

bervariasi antara berbagai tipe kerangas.

Terdapat 10 jenis burung (aves), 4 jenis mamalia, 1 jenis primata dan 4

jenis reftil di lokasi penelitian utama. 10 jenis burung yang umum ditemukan di

hutan kerangas yang menjadi lokasi penelitian utama (kerangas terbuka) tertera

pada Tabel 2.19.

Tabel 2.19. Jenis burung yang ditemukan di hutan kerangas

No Jenis Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Bantalmayat (Lanius sach)

Beburak (Gallinula choloropus)

Bubut (Centropus sinensis)

Cabak (Caprimulgus affinis)

Curiak (Gerygone sulphurca)

Darakuku(Streptopelia chinensis)

Keruang (Pycnonotus goiavier)

Papikau (Coturnix chinensis)

Pipit (Neiglyptes triptis)

Punai tanah (Treron vernans)

Habitat terbuka dan semua tingkat pertumbuhan

Teresterial di tingkat pancang, semai & semak

Habitat tingkat pancang, semai & semak

Tempat terbuka, tingkat pancang, semai & semak

Habitat tingkat pancang, semai & semak

Habitat terbuka dan semua tingkat pertumbuhan

Habitat terbuka dan semua tingkat pertumbuhan

Tempat terbuka, tingkat pancang, semai & semak

Tempat terbuka, tingkat pancang, semai & semak

Habitat terbuka dan semua tingkat pertumbuhan

Smith (1999) mengidentifikasikan 23 jenis burung yang terdapat di hutan

kerangas primer dengan ketinggian 1100 m dpl yang lokasinya berbatasan

dengan hutan sekunder dan primer Dipterocarpaceae campuran pada zona

submontana. Penelitian lain menemukan 45 jenis burung yang hidup di hutan

kerangas old growth Pondok Ambung Taman Nasional Tanjung Puting

Kalimantan Tengah. Hutan kerangas ini berbatasan dengan hutan rawa gambut,

hutan rivarian dan hutan Dipterocarpaceae campuran (Burung-nusantara 2012).

Beberapa jenis reptil seperti biawak (Varanus sp.), kadal (Takydromus

sexlineatus.), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), ular karung (Acrochordus

Page 32: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

51

javanicus) ditemukan di lokasi penelitian utama. Mamalia besar relatif jarang

terdapat di hutan kerangas. Mamalia Sus barbatus dan primata Macaca

fascicularis merupakan fauna yang senantiasa terdapat di hutan kerangas.

Beberapa contoh mamalia dan primata yang umum terdapat di hutan kerangas

kurang terganggu yang terdapat di daerah perbukitan adalah Muntiacus sp.,

Echinosorex gymnurus, Sus barbatus, Macaca nemestrina dan Macaca

fascicularis ( Azlan and Lading 2006).

Lintah (lichees) belum pernah dijumpai di atas permukaan tanah hutan

kerangas. Orang utan (Pongo pygmaeus) dapat ditemukan di hutan kerangas

yang relatif tidak terganggu (temuan peneliti selama melakukan observasi di

hutan kerangas Muara Teweh dan Palangkaraya Kalimantan Tengah). Beberapa

mamalia dan primata lain juga ditemukan di hutan kerangas Arboretum Nyaru

Menteng seperti Musang, Owa (Hylobates muelleri) dan Kelasi (Presbytis

rubicunda). Arboretum Nyaru Menteng Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah

merupakan tipe hutan kerangas yang digunakan untuk program reintroduksi

orang utan (Pongo pygmaeus).

Berdasarkan informasi yang telah disebutkan, terjadi penurunan jumlah

jenis fauna yang ditemukan di hutan kerangas yang mengalami gangguan atau

kerusakan. Jenis burung di hutan kerangas terbuka terutama didominasi oleh

burung pemakan serangga. Jenis mamalia dan primata juga terbatas terdapat

pada hutan kerangas terbuka yaitu babi hutan (Sus barbatus) dan kera (Macaca

fascicularis).

D. Simpulan

Hutan kerangas yang menjadi lokasi penelitian sebagian besar merupakan

hutan kerangas yang mengalami gangguan dan perubahan menjadi kerangas

terbuka dan hutan sekunder yang sampai saat ini masih mengalami gangguan.

Status hutan kerangas secara umum adalah kritis, terdegradasi dan

keanekaragamanhayatinya menurun.

Komposisi jenis dan struktur tegakan bervariasi di antara berbagai tipe

hutan kerangas, baik yang terganggu maupun yang belum terganggu. Pohon

dan permudaan dari jenis Cratoxylon arborescen, Shorea belangeran,

Callophylum sp., Combretocarpus rotundatus dan tumbuhan bawah jenis

N.gracilis selalu ditemukan di tiap tipe hutan kerangas. Hutan kerangas old

Page 33: 2. STATUS KONSERVASI DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA … · Shorea belangeran), bati-bati (Adina minutiflora), nipa/irat ... Desa Guntung Ujung merupakan pemekaran dari Desa Guntung Papuyu

52

growth memiliki kepadatan pohon lebih besar dibandingkankan hutan kerangas

sekunder dan hutan kerangas terbuka.

Gangguan berat terhadap hutan kerangas baik berupa penebangan,

kebakaran berulang berdampak pada terbentuknya tegakan murni atau asosiasi

tegakan yang hanya didominasi satu atau dua jenis tumbuhan tingkat pohon dan

tiang. Tanah di hutan kerangas secara umum dicirikan dengan tanah miskin

hara, fraksi pasir yang lebih tinggi dibandingkankan fraksi liat dan debu.

Penebangan dan pembukaan lahan mempercepat hilangnya lapisan organik,

menurunnya kesuburan tanah dan memperburuk sifat tanah lainnya. Jumlah

fauna baik dari jenis mamalia, primata dan aves yang ditemukan di hutan

kerangas relatif terbatas dibandingkankan hutan Dipterocarpaceae campuran.

Keterbukaan lahan kerangas mengakibatkan penurunan jumlah jenis satwa.

orang utan (Pongo pigmeus), owa (Hylobates muelleri) dan kelasi (Presbytis

rubicunda) merupakan jenis satwa dilindungi yang dapat ditemukan di hutan

kerangas.

Bervariasinya kemampuan adaptabilitas berbagai tumbuhan terhadap

gangguan maupun kondisi habitat kerangas yang terbatas merupakan proses

seleksi alam yang mengakibatkan hanya jenis-jenis tertentu yang memiliki

adaptabilitas tinggi saja yang mampu tumbuh dominan dan berkembang di hutan

kerangas. Adaptasi sebagai bentuk respon tumbuhan terhadap keterbatasan

lingkungan yang memicu proses fisiologis menghasilkan metabolit sekunder yang

cenderung memiliki potensi bioaktivitas tertentu.

Penting untuk dilakukan tindakan konservasi untuk mempertahankan

komposisi jenis dan struktur tegakan hutan kerangas. Penutupan beragam jenis

tumbuhan menjadi bagian terpenting dari komponen komunitas hutan kerangas

dalam memberikan perlindungan terhadap komponen tanah, air dan sebagai

habitat bagi satwa tertentu.