karya tulis anak sholihah
Post on 10-Feb-2016
263 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LEMBAR PENGESAHAN
AGAR MENJADI ANAK SHOLIHAH
Karya tulis ini dibuat sebagai syarat kelulusan
SMA-IT AL-MAR’ATUSHOLIHAH
BOARDING SCHOOL
Alhamdulillah telah diteliti dan disahkan oleh:
Pembimbing Kepala Kesantriwatian
Dr. Dewi Puji Lestari Chusnul Wulandari, S.Pd.I
Mudir Ma’had
Al-Ustadz dr. H. Yusuf Irianto
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas limpahan nikmat, rahat, dan
hidayahNya. Sehingga terlahir karya tulis sederhana ini. Shalawat serta salam atas
junjungan Nabi besar kita Muhammad teladan utama bagi kita semua.
Banyak jutaan rupiah yang keluardari kan tong-kantong para orang tua hanya
demi pendidikan anak-anaknya untuk mendapat anak shalihah yang kelak menjadi
salah satu amal jariah yang tetap mengalir sampai keliang kubur para orang tua yang
tertidur dengan tenang.
Sebagian ulama berkata: Bahwasannya anak manusia merupakan hasil usaha
orang tua dan anak termasuk peninggalannya, oleh karena itu amal kebajikan anak
amat bermanfaat bagi kedua orang tua tanpa sikurangi sedikitpun. Adapun jika
seorang anak berbuat kejelekan maka orang tua menanggung dosanya selama
keduanya tidak melakasanakan hak anaknya berupa pendidikan yang baik, amar
ma’ruf dan nahi munkar.
Maka jelas dan pentinglah pendidikan seorang anak agar kedepan generasi
kira dihiasi dengan anak-anak sholihah yang melahirkan anak keturunan yang sholih.
Dengan karya tulis sederhana ini penulis berharap dapat memberikan sumbangsih
besar terhadap pembentukan pendidikan anak shalih kedepannya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas limpahan nikmat, rahat, dan
hidayahNya. Sehingga terlahir karya tulis sederhana ini. Shalawat serta salam atas
junjungan Nabi besar kita Muhammad teladan utama bagi kita semua.
Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan
terlahirnya karya tulis ini terlebih khusus kepada:
1. Mudir Ma’had tercinta Al-Ustadz dr.Yusuf Irianto yang telah memberikan
inspirasi serta bahan-bahan materi dalam karya tulis ini.
2. Guru pembimbing penulis Ustadzah dr.Dewi Puji Lestari yang banyak
memberi arahan dan dukungannya.
3. Begitulah ibuku tercinta Yayah Zakiyah yang banyak membantu baik biaya,
arahan, dan motivasi sampaiterlahirnya karya tulis ini.
4. Kepada teman-teman seperjuangan di kelas “Anshoru Syari’ah”, semoga kita
menjadi “para pembela syari’at” terimakasih atas dukungan serta
semangatnya.
5. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian karya tulis ini.
Semoga Allah membalas kebaikan kalian.
Bila ada kebenaran dalam karya tulis ini, sesungguhnya itu semata-mata datang dari
Allah SWT. Adapun bila banyak kesalahan, itu semata-mata karena kedhaifan saya
dan semoga Allah berkenan member rahmat dan maghfirahNya.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Selamat membaca.
Bekasi, 26 April 2014
Syifa Iasa Fauziah
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
makhluk Allah yang paling mulia yaitu Muhammad dan para keluarga serta para
sahabat beliau.
Anak adalah amanah ditangan bapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata
bersih yang mahal harganya. Oleh karena itu, sangatlah perlu menjaga dan
memeliharanya tetap bersih kualitasnya. Begitu pula dengan anak, setiap anak
memerlukan didikan dan tuntunan yang benar dari kedua orang tuanya.
Akan tetapi terlihat jelas hari demi hari, kerongkongan orang-orang islam
terasa sesak karena kompleksnya problematika pendidikan anak, penglihatan mereka
jadi tidak stabil dan hati mereka sesak. Mengapa kehidupan ini telah menjelma
menjadi kehidupan yang jauh dari ilai keimanan. Sehingga sikap durhaka kepada
syari’at islam dan kedua orangtua menjadi karakteristik zaman modern ini. Fenomena
kedurhakaan dalam motif apapun lebih tergambar jelas, dari masalah seorang anak
membunuh ibunya ketika sedang shalat, memukuli bapaknya serta mengancamnya
sampai seorang anak merasa gelisah, bosan serta berani terhadap kedua orangtuanya
karena kemiskinan dan kefakirannya.
Maka melihat betapa pentingnya pendidikan tentang pembentukan anak
shalihah untuk kita sekalian, agar kita sebagai anak dan para orangtua dapat
mengambil hikmah terhadap tulisan disini dan merealisasikan apa yang tertulis agar
kita sekalian mengetahui bagaimana nikmatnya menjadi anak sholihah yang selalu
didambakan orangtua dan yang senantiasa mencintai Allah dan RasulNya.
I.2 Rumusan Masalah Apa yang dimaksud anak yang shalihah?
Bagaimana karakteristik anak shalihah?
Bagaimana menjadi anak shalihah yang sebenarnya?
Apa hikmah anak shalihah?
BAB III
HAKIKAT ANAK SHALIHAH
III.1 Pengertian Anak Shalihah
III.1.1 Anak Shalihah Secara Bahasa
Anak sholihah adalah sebaik-baik kekayaan manusia dalam
hidupnyadan setelah mati, oleh karena itu Nabi bersabda:
“ Jika seorang hamba meninggal maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari 3
perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang senantiasa
mendo’akannya.” –HR. Muslim-
Kata “shalih” diatas merupakan kata fa’il (subyek) dari kata yang artinya
memperbaiki, maka arti shalih secara umum adalah orang yang memperbaiki =orang
yang bermanfaat = orang yang berguna.
Jadi dengan menilik arti kata shalih secara bahasa maka bisa didapat arti
secara istilah:
Anak yang berakhlak baik terhadap Allah SWT da RasulNyaserta kedua
orangtuanya.
Anak yang bermanfaat untuk diinnya, orangtua dan masyarakatnya,
bermanfaat dalam iqomatuddiin dan bermanfaat baik ketika kedua
orangtuanya masih hidup atau sudah tiada.
III.1.2 Anak Shalihah Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah
Al-Qur’an merupakan sebuah mukjizat yang terbesar bagi kehidupan ini,
banyak hakikat kehidupan yang tertulis disana, begitu pula masalah anak.
Sepertidifirmankan Allah SWT : Q.S Ali Imron: 14
Dari ayat tersebut jelas tertulis bahwa ank merupakan anugrah Allah SWT,
yang diberikan kepada manusia. Hal tersebut juga menjadikan pengertian anak
merupakan anugrah sekaligus ujian dalam kehidupan dunia. Begitu juga dengan
sabda Nabi :
Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. –HR.
Muslim-
Wanita disini merujuk kepada anak shalihah karena cikal bakal seorang wanita
shalihah dipupuk sedari kecil, sedari menjadi seorang anak.
Dari hadits diatas juga terlihat jelas bahwa betapa mahalnya serta indahnya seorang
wanita shalihah, sampai-sampai disamakan derajatnya oleh dunia. Betapa dunia itu
sangat indah dan tinggi eksistensinya, begitu juga wanita shalihah, betapa sangat
menyenangkan bergaul dengannya serta tinggi eksistensinya dihadapan Allah SWT.
III.2 Karakteristik Anak Shalihah
Anak shalihah merupakan anak dambaan seluruh orangtua. Anak shalihah
adalah sosok yang dicari oleh semua orang karena keindahan akhlaq yang terhias
pada dirinya. Maka wajib dari setiap kita memperhatikan dengan sangat apa saja
karakteristik yang terdapat pada anak shalihah tersebut:
Allah Azza wa Jalla telah menceritakan dalam firmanNya:
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, “wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benarkedzaliman yang besar.”
QS. Luqman: 13
Luqman Al-Hakim seorang bijaksana pada zaman Nabi Suliman AS, yang
terkenal akan bapak pendidikan islam, mewasiatkan kepada anaknya Taran (seperti
yang tertulis diringkasan tafsir ibnu katsir jilid 3) dengan wasiat pertama yaitu
janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah
adalah benar-benar kedzaliman terbesar. Disini terlihat bahwa ilmu yang pertama kali
diajarkan kepada anak adalah ilmu tentang peng-Esaan Allah yaitu biasa disebut ilmu
Tauid.
Anak yang bertauhid memiliki 4 aspek yang terkait dengan keimanan: 1.
Qoulul Qolbi (pemikiran) mereka dalam keadaan bebas daripembatal keimanan dan
keharaman serta kemakruhan. Begitu juga dengan aspek 2. Qoulul Lisan (perkataan
lisan). 3. Amalul Qolbi (perasaan) diaplikasikan dengan 4. Amalul Jawarih
(perbuatan anggota badan). Jika ada perbedaan antara keempatnya maka jatuhlah
ketauhidan itu berganti dengan kemunafikkan. Yang munafik itu jelas akan
dimasukkan kedalam neraka sedalam-dalamnya.
Maka karakteristik anak shalihah yang pertama adalah anak yang bertauhid
kepada Allah SWT. Anak shalihah adalah anak yang tidak melakukan asal-asal atau
pokok kekafiran karena akan membatalkan pondasi-pondasi keimanan, dua rukun
ihsan serta al-wala dan al-bara. Yang jika tidak ada satu diantara kelimabelasnya
maka termasuk kafirlah ia.
Karakteristik anak shalihah yang kedua adalah berbuat baik kepada orangtua.
Seperti yang difirmankan Allah SWT:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah yang bertambah
lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan kepada
kedua orang tuamu. Hanya Akulah tempat kembali.” QS. Luqman
Penceritaan ini dimaksudkan agar anak senantiasa teringat akan kebaikan ibu
yang telah diberikan kepadanya. Karakter yang kedua adalah karakter yang sudah
mafhum dikenal orang. Anak shalihah sudah pasti dibenak orang terlintas anak yang
baik kepada semua orang dan tentu pula kepada kedua orang tuanya. Dalam ayat
diatas juga tergambar jelas bahwa ibulah yang harus diutamakan dalam masalah
berbakti kepada orang tua, seperti yang disabdakan Rasulullah dalam haditsnya:
Telah dikabarkan kepada kami Abu ‘Ashim dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya dari
kakeknya dia berkata, “wahai Rasulullah siapa yang lebih utama atau dibaktikan?”
Dia menjawab:” ibumu”, kemudian dia bertanya lagi, “siapa yang lebih dibaktikan?”
Beliau menjawab, “ibumu” kemudian dia bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama
“siapa yang lebih dibaktikan?” beliau menjawab:” ibumu”.
Dari hadits diatas terlihat bahwa derajat ibu tiga kali lebih tinggi daripada
ayah. Sebagai anak telah tersirat maksud hadits ini bahwa jika kedua orang tua
membutuhkan pertolongan disaat yang bersamaan maka penuhilah seruan ibu terlebih
dahulu.
Karakteristik anak shalihah yang kedua ini adalah karakteristik yang sudah
pasti disebutkan oleh banyak orang ketika ditanya karakteristik anak shalihah seperti
apa. Kenapa harus kepada kedua orang tua khususnyaa ibu dan ayah karena
Rasulullah bersabda:
“Ridho Allah tergantung dari ridho orang tua dan murka Allah itu tergantung dari
murka orang tua.”
Akan tetapi berbakti atau taat disini adalah taat dalam masalah yang selaras
dengan perintah Allah dan RasulNya. Jika orang tua memerintah untuk
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu
tentangnya. Maka Allah telah menjawab persoalan ini pada ayat selanjutnya,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentangnya, maka janganlah engkau menaatikeduanya
di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada Ku, kemudian
hanya kepada Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan.”
Dari ayat tersebut jelas dapat mengambil hikmah bahwa berbakti kepada
kedua orang tua banyak aplikasinya, dan salah satu aplikasi tersebut yaitu taat
terhadap semua perintah orang tua. Perintah yang sesuai dengan perintah Allah SWT.
Karena sedari awal sudah dijelaskan bahwa Al Qur’an adalah induk dari semua
pemecahan masalah. Masalah dalam ayat tersebut adalah bagaimana jika perintah
orang tua itu bertentangan dengan ajaran Allah dan RasulNya, maka diayat
selanjutnya diterangkan bagaimana menghadapinya yaitu tetap ikuti jalan orang-
orang yang berada pada jalan yang lurus. Bersyukurlah kepada Allah dan
bersyukurlah kepada kedua orang tuamu.
Karakteristik anak shalihah yang ketiga adalah selalu mengerjakan amal yang
shalih, melaksanakan shalat dan mengingat kematian. Berdasarkan firman Allah
SWT:
Dari penjelasan ayat diatas diambil poin bahwa sesuatu perbuatan seberat biji
sawi ataupun berada dalam batu niscaya Allah akan memberi balasan. Dan kita
sendiri sudah mafhum betul bahwa perbuatan yang baik dibalas dengan yang baik
pula begitu juga sebaliknyaa. Balasan yang baik juga bermacam-macam dan yang
paling tertinggi adalah surga.
Diayat selanjutnya dengan jelas diterangkan beberapa perkara penting dalam
beramal yaitu melaksanakan shalat, saling menyuruh kepada kebaikan dan melarang
atau mencegah dari kemungkaran serta bersabar terhadap apa yang ditimpakan
kepada kita. Tergambar jelas bahwa perkara penting yang pertama yaitu laksanakan
shalat. Shalat adalah tiang agama. Shalat adalah amalan peertama yang dihisab, jika
shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, begitu pula sebaliknya:
Amalan yang pertama kali dihisab atas hambaNya pada hari kiamat yaitu shalat.
Apabila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, apabila amalnya buruk maka
buruk pula seluruh amalnya.
Perkara penting kedua adalah saling menasihati baik dalam kebaikan dan
keburukan. Dalam kebaikan saling menyemangati dan menguatkan sebaliknya dalam
keburukan saling menasehati dan mengingatkan. Perbuatan ini biasa dikenal orang
dengan “amar ma’ruf nahi munkar” berbuat yang baik dan mencegah yang munkar.
Perkara penting yang ketiga adalah bersabar dengan apa yang menimpamu.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.”
Maka melihat arti yang sangat jelas pada ayat diatas dapat diketahui bahwa sabar dan
shalat itu sebagai perisai bagi kaum muslimin.
Karakteristik anak shalihah ketiga seperti yang disebutkan dalam 2 ayat
dibawah ini:
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan
janganlah berjalan dibumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan
dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Dari 2 ayat diatas banyak poin yang menunjukkan anjuran dan larangan
berperilaku:
Jangan memalingkan wajah dari orang lain karena sombong, merasa dirinya
lebih tinggi, terhormat, kaya dan sejenisnya.
Jangan berjalan dibumi Allah ini dengan angkuh, menegakkan atau
membusungkan dada menegakkan kepala.
Sederhanakanlah dalam berjalan yaitu berjalan dengan ketawadhu’an atau
kerendahan diri
Lunakkanlah suaramu yaitu rendahkanlah nada suara, sopan santun logatnya
serta ramah terdengarnya.
Hal diatas tidak diperbolehkn dalam berperilaku karena Allah SWT tidak menyukai
orang-orang yang berperilaku demikian. Hidup didunia ini tujuan kita adalah mencari
karunia dan ridho, cinta dan suka serta anugrahNya. Setelah penguraian panjang
diatas tentang karakteristik anak shalihah tersebut, maka penulis berharap sudah
tergambar jelas bagaimana anak shalihah tersebut tinggal menilik pada diri kita
sendiri apakah sesuai dengan diri kita.
III.3 Syarat Menjadi Anak Shalihah
syarat dipembahasan ini yaitu pembentukkan anak shalihah dibangun juga
dengan syarat-syarat khusus agar anak shalihah yang diimpikan benar-benar
terwujud. Syarat menjadi anak shalihah yang akan dibahas ini terbagi menjadi 3
bagian:
1. Dari segi orang tua
Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Pepatah yang hangat serta
akrab dalam telinga ini mempunyai hubungan pula dengan pembahasan ini.
Arti dari pepatah diatas yaitu karakter anak tidak akan jauh dari orang tuanya.
Tepri ini bukan dicirikan dengan DNA kita yang saling terkait atau seperti
halnya hokum mendle I, tetapi masalah disini yaitu bibit orang tua yang baik.
Bibit yang baik akan menghasilkan buah yang baik.hal yang demikian itu
dikarenakan orang tua adalah madrasah pertama dan utama bagi anak. Syaikh
Abdul Hamid Al-Ghazali mengatakan: “ketahuilah bahwa anak kecil
merupakan amanat bagi orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan
permata alami yang masih bersih dari pahatan atau bentukan, dia siap diberi
pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepada kita.”
“anak-anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah yang
menjadikannya yahudi, nashrani atau majusi.”
Maka dari hadits diatas jelaslah sudah bahwa orang tua sangatlah berpengaruh
bagi kualitas anak kedepannya. Apalagi ibu, maka sudahlah kewajiban bagi
para calon ayah yang memilih calon ibu yang baik bagi anaknya. Berikut ini
adalah hak anak atas ayahnya, yaitu:
Memilihkan calon ibu yang baik. Baik dari segi nasab, hara dan yang
paling penting kefahaman pada agama.
Memilihkan nama yang baik. Tidak mengandung makna kemakruhan,
syirik, tidak berarti. Karena nama adalah do’a maka berikanlah do’a
yang baik, do’a yang membangun bagi kita yang akan memanggilnya
nanti.
Mengajarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Dari segi lingkungan yang kondusif
Maksud lingkungan pada pembahasan ini yaitu lingkungan dimana
anak itu tinggal, belajar dan bermain. Menciptakan lingkungan yang kondusif,
lingkungan yang islami. Maka para orang tua harus memperhatikan dengan
sangat terhadap tempat tinggalnya, tetangganya serta sekolah dimana anak itu
belajar. Tempat tinggal yang baik yaitu tempat tinggal yang didalamnya
penuh kedisplinan dalam beribadah, keikhlasan dalam menyayangi dan
kebaikan yang selalu diajari.
Dalam bagian lingkungan ini sudah pasti pikiran kita tersambung
langsung dengan tetangga. Sudah mafhum dikalangan kita bahwa tetanggan
adalah saudara terdekat dalam lingkungan. Maka memilih tetangga sebelum
menempati suatu lingkungan adalah kewajiban yang harus diperhatikan lebih,
apa agamanya, bagaimana pemahamannya, bagaimana toleransinya terhadap
orang yang berbeda agama.
Lingkungan kondusif sangatlah berperan serta terhadap pembentukan
anak shalihah. Syaikh Abu Hamid Al-Ghazali menyatakan :”Ketahuilah
bahwa anak kecil merupakan amanat bagi orang tuanya. Hatinya yang masih
suci merupakan permata alami yang masih bersih dari pahatan atau bentukan,
dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan
kepada kita.”
Dari keterangan syaikh diatas tergambar jelas sifat utama seorang anak
adalah peniru tanpa menyaring. Mereka meniru tanpa bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang salah. Dimana anak itu tinggal dan dengan siapa
anak itu bergaul maka itulah jawaban jujurnya. Anak yang terbiasa tinggal
denganpenghafal Al-Qur’an serta para pembela islam maka akan menjadi
merekalah anak itu nantinya, begitu juga jika anak itu terbiasa tinggal di
kawasanyang kurang perhatian pada agama, maka tercetaklah anak itu yang
kurang perhatian pada islam.
Demikianlah syarat kedua menjadi anak shalihah. Syarat yang banyak
disepelekan para pendidik tapi besar pengaruhnya bagi pembentukkan anak
shalihah. Karena masa-masa emas anak diisi dengan bermain bersama teman-
teman atau orang-orang sekitarnya.
3. Syarat ketiga yaitu pendidikan tauhid
Syarat ini adalah syarat terpenting, karena tauhid adalah pendidikan
penunjang kehidupan. Tanpa pendidikan tauhid, setiap anak akan terbentuk
menjadi anak kurang ajar baik terhadap orang tua maupun orang lain yang
berurusan dengannya. Pendidikan tauhid disini adalah pendidikan aqidah. Disini
penulis akan memberikan sekilas tentang tauhid. Tauhid berasal dari kata
wahhada-yuwahhidu-tauhiidan yang artinya meng-Esakan, menjadikan satu,
menjadikan hanya Allah lah Rabb dan Ilaah dialam ini. Pendidikan tauhid disini
adalah pendidikan dimana visi dan misinya adalah menjadikan anak didiknya
seorang yang bertauhid.
Pendidikan tauhid perlu diajarkan sejak dini. Karena masa pembentukkan
karakter dan pemahaman dibentuk sejak dini. Berusaha mendidik anak agar hanya
Allah saja yang menduduki kedudukan Rabb dan Ilaah berdampak baik pada
masa kedepannya, pada pengajaran-pengajaran selanjutnya dan jati diri si anak
tersebut
Pendidikan ini adalah kunci utama menentukan apakah anak tersebut
menjadi anak yang berbakti, shalihah, beradab atau sebaliknya.
Penjelasan tentang syarat diatas menggambarkan jelas bahwa anak
shalihah dibentuk dengan kebiasaan dan pendidikan yang berhias kenikmatan
islam. Karena semua ajaran islam adalah buku petunjuk menjalani hidup sukses
dan bahagia.
BAB IV
CARA MENJADI ANAK SHALIHAH
Setelah dijabarkan panjang lebar tentang anak shalihah bagaimana karakter
dan syarat membentuknya, dapat terlihat secara globalnya bagaimana cara menjadi
anak shalihah dan cara membentuknya.
Anak shalihah adalah salah satu hasil dari kebahagiaan dunia dan akhirat yang
diimpikan seluruh orang tua. Para orang tua berani mengeluarkan berjuta-juta hasil
keringatnya demi menyekolahkan dan mendidik anak-anak mereka agar menjadi anak
shalihah.
Inti dari anak shalihah dalam karya tulis ini adalah anak yang mempunyai
tauhid yang lurus, sehinggamembuahkan akhlak yang berhias kebaikan dan kasih
sayang.
Setiap anak nanti akan menjadi orang tua dan setiap orang tua pasti pernah
merasakan menjadi anak. Maka pembahasan penting ini mencakup semua elemen
masyarakat.
Anak shalihah dilihat dari berbagai sisi memilikisisi kepribadian yang sesuai
dengan ajaran islam itu sendiri. Dari sisi imannya anak shalihah memiliki iman yang
tebaik dan pengaplikasian dalam kehidupan bermasyarakat yang baik pula.
1. Niat
Niat yang ikhlas adalah tonggak pertama dalam menjalankan seluruh kegiatan
atau amalan. Karena suatu amalan dianggap terbaik jika niatnya ikhlas seperti
dalam hadits Nabi :
Niat dalam beramal menjadikan amalan lebih mudah untuk dikerjakan. Niat
yang kuat serta ikhlas untuk menjadi anak shalihah menjadikan kita kuat dan
senang dalam melaksanakan seluruh tahapan anak shalihah dan
kesehariannya.
2. Selalu melakukan Tazkiyatun Nafs
Tazkiyatun nafs disini adalah membersihkan diri dari segala najis
kemusyrikan dan mengembangkan diri menjadi diri yang mempunyai Qolbun
Salim (qolbu yang selamat dari pembatal iman serta perbuatan haram dan
makruh). Tazkiyatun Nafs banyak caranya, salah satunya selalu membekali
diri dengan pengetahuan seputar tingkatan iman dan seluk beluknya, dan
mengamalkan seluruh pengetahuan tersebut dalam segala aspek kehidupan.
Karena ilmu tanpa amal itu bohong atau seperti pohon kelapa tanpa buah.
Rasulullah bersabda:
“Tuntutlah ilmu daribuaian hingga ke liang lahat”
Perintah dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa menuntut ilmu itu
sepanjang masa. Ilmu tentang iman dan seluk beluknya adalah ilmu terpenting
yang wajib dipelajari semasa hidup. Karena dosa syirik disebabkan ketidak
tahuannya terhadap ilmu tentang syirik tersebut tidak diampuni oleh Alah
SWT. Setelah mempelajari ilmu tersebut maka pengamalanlah dan
mengajarkan kepada yang lain adalah hal terbaik dalam ibadah atau tingkatan
kebaikan seseorang, seperti dalam sabda Rasulullah :
“Sebaik-baik manusia (diantara kamu) adalah yang belajar Al-Qur’an dan
mengamalkannya”.
Setiap manusia itu pasti melakukan dosa maka perlulah kita
melakukan Tazkiyatun Nafs dalam setiap waktu. Selalu ingat untuk tujuan apa
kita diciptakan, juga bentuk Tazkiyatun Nafs karena pribadi yang tahu bahwa
untuk ibadahlah kita diciptakan akan selalu berusaha membersihkan dan
mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.
3. Berdo’a
Berdo’a adalah rumus utama alam usaha yaitu D.U.I.T. Do’a, Usaha, Ikhlas,
Tawakal. Tetapi berdo’a dalam beramal serta memetik hasilnya tidak bisa
tanpa usaha. Berdo’a memohon agar dijadikan orang yang sholih dan dibeeri
anugrah anak shalih adalah tonggak utama agar mendapatkan anak shalih dan
dijadikan anak shalih.
Berdo’a adalah salah satu yang termasuk unsure-unsure penting ibadah.
Kesuksesan dalam sesuatu didapat dari 99% do’a dan 1% usaha. Amalan tidak
akan lancar kalau Allah SWT tidak berkehendak melancarkan amalan
tersebut.
Contoh do’a agar mendapatkan rezeki anak shalih dan dijadikan anak shalih.
4. Berusaha membiasakan kebiasaan orang-orang shalih dan
mengajarkannya.
First you a habits and
Last habits makes you
Pertama kali kita membuat kebiasaan yang akan membentuk kita. Dari
pepatah diatas dapat dipelajari bahwa kebiasaan itu perlu dibuat dahulu,
setelah terbentuk maka kebiasaan akan melekat dalam diri kita.
Termasuk kebiasaan orang-orang shalih adalah tahajjud atau biasa
disebut qiyamullail, bangun untuk shalat dan berdzikir. Manfaat tahajjud
sangat banyak dari segi kondisi jiwa sampai kesehatan rohani. Bangun malam
membuat kondisi jiwa kita tenang dan menambah semangat dalam beramal
untuk pagi harinya. Maka bisa terlihat orang yang menjalani pagi harinya
dengan lesu dan malas dalam beramal menghadapi hari ini. Ada kemungkinan
mereka tidak tahajjud pada malam harinya. Bangun malam juga adalah
kebiasaan para ulama yang berhasil mencetak ribuan persembahan karyanya
untuk umat islam. Mereka banyak memanfaatkan waktu tahajjud untuk
menggarap persembahan karyanya untuk umat islam. Dari kebiasaan mereka
maka waktu tahajjud adalah waktu emas untuk belajar.
Orang yang terbiasa tahajjud maka akan menurunkan kebiasaan itu
kepada orang-orang terdekatnya, contohnya anak, ibu dan ayah yang terbiasa
tahajjud akan dilihat oleh anak mereka bahwa itu adalah kebiasaan yang enak
dan baik untuk dicontoh. Terlihat jelas agar kita mendapat anak shalih maka
persiapkan diri kita dari sekarang menjadi anak shalih agar kelak anak kita
mencontoh semua amal kebaikan dan kebiasaan anak shalihah kelak.
Banyak contoh kebiaaan orang shalih dari cara mereka berinfak,
berjihad sampai tersenyum. Kebiasaan yang patut dan harus kita contoh
adalah kebiasaan Rasulullah , karena Allah SWT berfirman:
Uswatun Hasanah disini adalah teladan yang baik. Salah satu cara
mempelajari teladan Rasulullah adalah mempelajari tarikh sedini mungkin.
Dari metode diceritakan hingga mereka bisa membaca sendiri-sendiri. Ajak
mereka membaca tarikh, karena disana terkandung praktek langsung terhadap
fiqh islam.
Sesungguhnya cara menjadi anak shalihah banyak jalannya. Yang
terpenting disini bagaimana agar diri kita terbebas dari pembatal keimanan
dan keharaman serta meningkat selalu keimanannya. Jika semua itu sudah
dituju maka terhiaslah pada diri kita cerminan anak shalihah.
BAB V
HIKMAH MENJADI ANAK SHALIHAH
Semua perbuatan memiliki keutamaan dan manfaat begitu juga menjadi anak
shalihah. Banyak keutamaan pula menjadi anak shalihah baik didunia maupun
diakhirat diantara hikmah menjadi anak shalihah adalah:
Tabungan amal bagi orang tua
Rasulullah bersabda:
“Apabila manusia meninggal maka terputuslah semua amalnya kecuali 3
amal: Shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak shalih yang
mendo’akannya”. –HR. Muslim-
Disini adalah contoh nyata investasi yang berbuah manis bagi para orang tua
yang telah mendidik,ketika para orang tua sudah terbujur kaku tak berdaya di
alam kubur tiba-tiba datang pengampunan yang ternyata datang dari anaknya
yang shalihah sungguh beruntung orang tua tersebut. –adabul mufrad no.38-
Cikal bakal mendapat keturunan shalih
Keutamaan ini merupakan keutamaan yang sangat logis, dimana peribahasa
yang masyhur dikenal “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya” maka dimana
kita menjadi anak shalihah, maka kelak akan dianugrahilah kita dengan anak
shalihah pula.
Rasulullah bersabda:
“Berbaktilah kepada bapak-bapak kalian, niscaya anak-anak kalian akan
berbakti pula kalian dan tahanlah diri kalian (dari hal-hal yang hina). Niscaya
istri-istri kalian juga akan menahan diri (dari hal-hal yang hina)”. –HR
Thabrani-
Salah satu penyebab terbukanya pintu surga
Pintu surga disini adalah pintu surga yang telah Allah berikan kepada anak-
anak yang shalihah, karena berbakti kepada orang tua itu seperti menurut
hadits “Surga itu dibawah telapak kaki ibu” sebagaimana pula sabda
Rasulullah :
-HR Hakim-
Dari hadits diatas jelas, bahwa ridha Allah dan ridha orang tua mempunyai
kesinambungan yang kuat. Maka benarlah bahwa mendapat ridha orang tua
berarti mendapat surga, bukankah para penghuni surga adalah orang-orang
yang diridhai Allah SWT.
Sebenarnya banyak sekali kisah-kisah yang menunjukkan keutamaan menjadi
anak shalihah. Banyak sekali contoh dimana menjadi anak shalihah itu bukan
hanya pasti dibalas kebaikan oleh Allah disurga kelak. Tetapi didunia
langsung juga banyak contohnya.
Uwais Al-Qarni, pemuda yang terkenal akan berbaktinya kepada orang tua
dan usahanya untuk menjadi anak shalih dibalas langsung oleh Allah Ta’ala
dengan segala do’a yang dipintanya pasti Allah akan kabulkan permintaan
itu. Memiliki seliruh hikmah menjadi anak shalihah hendaknya kita terpacu
untuk berlomba-lomba menjadi anak shalihah, banyak kemudahan,
keberkahan serta ketenengan hati untuk berusaha menjadi dirinya. Maka
berbahagialah bagi para pejuang keshalihahan diri.
BAB VI
PENUTUP
Diantara do’a orang-orang mukmin. “Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada
kami, istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penenang hati (kami) dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang bertaqwa”. (QS. Al-Furqan:74)
Sedemikian pentingnya do’a yang selalu dipanjatkan orang-orang mukmin
untuk mendapatkan keturunan penenang hati, shalih dan shalihah. Di dambakannya
anak shallihah perlu menjadi motivasi sendiri bagi kita selaku anak untuk menjadikan
do’a kita sebagai amal jariah penenang kubur bagi orang tua kita, apalagi balas jasa
kita terhadap mereka selain mengangkatnya bersama untuk masuk kejannahNya?
Semoga keselamatan selalu dilimpahkan kepada kedua orang tua yang
menjadi sebab kehadiran kita dibumi ini, mempersembahkan segala keindahan, serta
mengulurkan segala kebaikan. Semoga keselamatan kepada orang yang mewajibkan
berbakti dan berbuat baik kepada keduanya, sehingga Allah SWTmensejajarkannya
dengan haknya.
Kesimpulannya, diriwayatkan oleh Abu Hurairoh RA, Nabi Muhammad
bersabda: Seorang mayyit diangkat derajatnya setelah kematiannya, lalu bertanya,
“apa ini?” kemudian dikatakan, “anakmu telah memintakan ampun untukmu.”
Bagi setiap bapak yang hendak mengangkat derajatnya disurga maka
hendaknya ia memperbaiki anak-anaknya agar kelak mendo’akan dan memintakan
ampunan baginya. Jika anak anda anak yang shalih niscaya ia akan mengenang
kebaikan anda dan berbakti lalu memintakan ampunan untukmu. Namun, bila anda
mengabaikan pendidikannya, maka sebaliknya anda tidak mendapati itu semua.
Apakah anda menghendaki hal tersebut?
Bagi setiap anak, sesungguhnya akan tiba saat kita akan menjadi orang tua
yang perilaku para anak itu persis seperti kita saat menjadi anak dulu. Maka sudah
sepantasnya kita persiapkan diri menjadi anak shalihah agar kelak kita mendapati
anak keturunan kita juga shalihah.
Salah satu upaya mendidik anak shalihah pula yaitu menyekolahkannya di
ma’had “Al-Mar’atush Shalihah” karena disini dibiasakan beramal menjadi anak
shalihah kedepannya.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad . Serta
semoga tercurah pada para keluarga, sahabat dan kita pengikutnya hingga akhir
zaman. Amiinnn……
DAFTAR PUSTAKA
2005,Al-Qur’anul Karim, Bandung, Syamil Cipta Media.
Ilham Muhammad Ibrahim, Ummu Ibrahim, 2009, Bagaimana Menjadi Istri
dan Ibu Shalihah, Jakarta, Daarul Falah.
Qudamah, Ibnu, 2009, Minhajul Qashidin, Jakarta, Pustaka Azzam.
Abdul Azhim, Said, 2004, Mengapa Anak Menjadi Durhaka, Jakarta, Pustaka
Azzam.
An-Nu’aim, Dr. Muhammad bin Ibrahim, 2007, Memesan Kursi Tertinggi
diSurga, Solo, WIP.
Mishbah Usman, Syaikh Akram, 2005, 25Cara Mendidik Anak Tangguh,
Jakarta, Pustaka Al-Kautsar.
top related