karya tulis anak sholihah

48
LEMBAR PENGESAHAN AGAR MENJADI ANAK SHOLIHAH Karya tulis ini dibuat sebagai syarat kelulusan SMA-IT AL-MAR’ATUSHOLIHAH BOARDING SCHOOL Alhamdulillah telah diteliti dan disahkan oleh: Pembimbing Kepala Kesantriwatian Dr. Dewi Puji Lestari Chusnul Wulandari, S.Pd.I

Upload: endahlarasati

Post on 10-Feb-2016

262 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

,,,,,,,,,

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN

AGAR MENJADI ANAK SHOLIHAH

Karya tulis ini dibuat sebagai syarat kelulusan

SMA-IT AL-MAR’ATUSHOLIHAH

BOARDING SCHOOL

Alhamdulillah telah diteliti dan disahkan oleh:

Pembimbing Kepala Kesantriwatian

Dr. Dewi Puji Lestari Chusnul Wulandari, S.Pd.I

Mudir Ma’had

Al-Ustadz dr. H. Yusuf Irianto

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas limpahan nikmat, rahat, dan

hidayahNya. Sehingga terlahir karya tulis sederhana ini. Shalawat serta salam atas

junjungan Nabi besar kita Muhammad teladan utama bagi kita semua.

Banyak jutaan rupiah yang keluardari kan tong-kantong para orang tua hanya

demi pendidikan anak-anaknya untuk mendapat anak shalihah yang kelak menjadi

salah satu amal jariah yang tetap mengalir sampai keliang kubur para orang tua yang

tertidur dengan tenang.

Sebagian ulama berkata: Bahwasannya anak manusia merupakan hasil usaha

orang tua dan anak termasuk peninggalannya, oleh karena itu amal kebajikan anak

amat bermanfaat bagi kedua orang tua tanpa sikurangi sedikitpun. Adapun jika

seorang anak berbuat kejelekan maka orang tua menanggung dosanya selama

keduanya tidak melakasanakan hak anaknya berupa pendidikan yang baik, amar

ma’ruf dan nahi munkar.

Maka jelas dan pentinglah pendidikan seorang anak agar kedepan generasi

kira dihiasi dengan anak-anak sholihah yang melahirkan anak keturunan yang sholih.

Dengan karya tulis sederhana ini penulis berharap dapat memberikan sumbangsih

besar terhadap pembentukan pendidikan anak shalih kedepannya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas limpahan nikmat, rahat, dan

hidayahNya. Sehingga terlahir karya tulis sederhana ini. Shalawat serta salam atas

junjungan Nabi besar kita Muhammad teladan utama bagi kita semua.

Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan

terlahirnya karya tulis ini terlebih khusus kepada:

1. Mudir Ma’had tercinta Al-Ustadz dr.Yusuf Irianto yang telah memberikan

inspirasi serta bahan-bahan materi dalam karya tulis ini.

2. Guru pembimbing penulis Ustadzah dr.Dewi Puji Lestari yang banyak

memberi arahan dan dukungannya.

3. Begitulah ibuku tercinta Yayah Zakiyah yang banyak membantu baik biaya,

arahan, dan motivasi sampaiterlahirnya karya tulis ini.

4. Kepada teman-teman seperjuangan di kelas “Anshoru Syari’ah”, semoga kita

menjadi “para pembela syari’at” terimakasih atas dukungan serta

semangatnya.

5. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian karya tulis ini.

Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

Bila ada kebenaran dalam karya tulis ini, sesungguhnya itu semata-mata datang dari

Allah SWT. Adapun bila banyak kesalahan, itu semata-mata karena kedhaifan saya

dan semoga Allah berkenan member rahmat dan maghfirahNya.

Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Selamat membaca.

Bekasi, 26 April 2014

Syifa Iasa Fauziah

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada

makhluk Allah yang paling mulia yaitu Muhammad dan para keluarga serta para

sahabat beliau.

Anak adalah amanah ditangan bapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata

bersih yang mahal harganya. Oleh karena itu, sangatlah perlu menjaga dan

memeliharanya tetap bersih kualitasnya. Begitu pula dengan anak, setiap anak

memerlukan didikan dan tuntunan yang benar dari kedua orang tuanya.

Akan tetapi terlihat jelas hari demi hari, kerongkongan orang-orang islam

terasa sesak karena kompleksnya problematika pendidikan anak, penglihatan mereka

jadi tidak stabil dan hati mereka sesak. Mengapa kehidupan ini telah menjelma

menjadi kehidupan yang jauh dari ilai keimanan. Sehingga sikap durhaka kepada

syari’at islam dan kedua orangtua menjadi karakteristik zaman modern ini. Fenomena

kedurhakaan dalam motif apapun lebih tergambar jelas, dari masalah seorang anak

membunuh ibunya ketika sedang shalat, memukuli bapaknya serta mengancamnya

sampai seorang anak merasa gelisah, bosan serta berani terhadap kedua orangtuanya

karena kemiskinan dan kefakirannya.

Maka melihat betapa pentingnya pendidikan tentang pembentukan anak

shalihah untuk kita sekalian, agar kita sebagai anak dan para orangtua dapat

mengambil hikmah terhadap tulisan disini dan merealisasikan apa yang tertulis agar

kita sekalian mengetahui bagaimana nikmatnya menjadi anak sholihah yang selalu

didambakan orangtua dan yang senantiasa mencintai Allah dan RasulNya.

I.2 Rumusan Masalah Apa yang dimaksud anak yang shalihah?

Bagaimana karakteristik anak shalihah?

Bagaimana menjadi anak shalihah yang sebenarnya?

Apa hikmah anak shalihah?

BAB II

LANDASAN TEORI

BAB III

HAKIKAT ANAK SHALIHAH

III.1 Pengertian Anak Shalihah

III.1.1 Anak Shalihah Secara Bahasa

Anak sholihah adalah sebaik-baik kekayaan manusia dalam

hidupnyadan setelah mati, oleh karena itu Nabi bersabda:

“ Jika seorang hamba meninggal maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari 3

perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang senantiasa

mendo’akannya.” –HR. Muslim-

Kata “shalih” diatas merupakan kata fa’il (subyek) dari kata yang artinya

memperbaiki, maka arti shalih secara umum adalah orang yang memperbaiki =orang

yang bermanfaat = orang yang berguna.

Jadi dengan menilik arti kata shalih secara bahasa maka bisa didapat arti

secara istilah:

Anak yang berakhlak baik terhadap Allah SWT da RasulNyaserta kedua

orangtuanya.

Anak yang bermanfaat untuk diinnya, orangtua dan masyarakatnya,

bermanfaat dalam iqomatuddiin dan bermanfaat baik ketika kedua

orangtuanya masih hidup atau sudah tiada.

III.1.2 Anak Shalihah Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah

Al-Qur’an merupakan sebuah mukjizat yang terbesar bagi kehidupan ini,

banyak hakikat kehidupan yang tertulis disana, begitu pula masalah anak.

Sepertidifirmankan Allah SWT : Q.S Ali Imron: 14

Dari ayat tersebut jelas tertulis bahwa ank merupakan anugrah Allah SWT,

yang diberikan kepada manusia. Hal tersebut juga menjadikan pengertian anak

merupakan anugrah sekaligus ujian dalam kehidupan dunia. Begitu juga dengan

sabda Nabi :

Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. –HR.

Muslim-

Wanita disini merujuk kepada anak shalihah karena cikal bakal seorang wanita

shalihah dipupuk sedari kecil, sedari menjadi seorang anak.

Dari hadits diatas juga terlihat jelas bahwa betapa mahalnya serta indahnya seorang

wanita shalihah, sampai-sampai disamakan derajatnya oleh dunia. Betapa dunia itu

sangat indah dan tinggi eksistensinya, begitu juga wanita shalihah, betapa sangat

menyenangkan bergaul dengannya serta tinggi eksistensinya dihadapan Allah SWT.

III.2 Karakteristik Anak Shalihah

Anak shalihah merupakan anak dambaan seluruh orangtua. Anak shalihah

adalah sosok yang dicari oleh semua orang karena keindahan akhlaq yang terhias

pada dirinya. Maka wajib dari setiap kita memperhatikan dengan sangat apa saja

karakteristik yang terdapat pada anak shalihah tersebut:

Allah Azza wa Jalla telah menceritakan dalam firmanNya:

Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya ketika dia memberi pelajaran

kepadanya, “wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,

sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benarkedzaliman yang besar.”

QS. Luqman: 13

Luqman Al-Hakim seorang bijaksana pada zaman Nabi Suliman AS, yang

terkenal akan bapak pendidikan islam, mewasiatkan kepada anaknya Taran (seperti

yang tertulis diringkasan tafsir ibnu katsir jilid 3) dengan wasiat pertama yaitu

janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah

adalah benar-benar kedzaliman terbesar. Disini terlihat bahwa ilmu yang pertama kali

diajarkan kepada anak adalah ilmu tentang peng-Esaan Allah yaitu biasa disebut ilmu

Tauid.

Anak yang bertauhid memiliki 4 aspek yang terkait dengan keimanan: 1.

Qoulul Qolbi (pemikiran) mereka dalam keadaan bebas daripembatal keimanan dan

keharaman serta kemakruhan. Begitu juga dengan aspek 2. Qoulul Lisan (perkataan

lisan). 3. Amalul Qolbi (perasaan) diaplikasikan dengan 4. Amalul Jawarih

(perbuatan anggota badan). Jika ada perbedaan antara keempatnya maka jatuhlah

ketauhidan itu berganti dengan kemunafikkan. Yang munafik itu jelas akan

dimasukkan kedalam neraka sedalam-dalamnya.

Maka karakteristik anak shalihah yang pertama adalah anak yang bertauhid

kepada Allah SWT. Anak shalihah adalah anak yang tidak melakukan asal-asal atau

pokok kekafiran karena akan membatalkan pondasi-pondasi keimanan, dua rukun

ihsan serta al-wala dan al-bara. Yang jika tidak ada satu diantara kelimabelasnya

maka termasuk kafirlah ia.

Karakteristik anak shalihah yang kedua adalah berbuat baik kepada orangtua.

Seperti yang difirmankan Allah SWT:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang

tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah yang bertambah

lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan kepada

kedua orang tuamu. Hanya Akulah tempat kembali.” QS. Luqman

Penceritaan ini dimaksudkan agar anak senantiasa teringat akan kebaikan ibu

yang telah diberikan kepadanya. Karakter yang kedua adalah karakter yang sudah

mafhum dikenal orang. Anak shalihah sudah pasti dibenak orang terlintas anak yang

baik kepada semua orang dan tentu pula kepada kedua orang tuanya. Dalam ayat

diatas juga tergambar jelas bahwa ibulah yang harus diutamakan dalam masalah

berbakti kepada orang tua, seperti yang disabdakan Rasulullah dalam haditsnya:

Telah dikabarkan kepada kami Abu ‘Ashim dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya dari

kakeknya dia berkata, “wahai Rasulullah siapa yang lebih utama atau dibaktikan?”

Dia menjawab:” ibumu”, kemudian dia bertanya lagi, “siapa yang lebih dibaktikan?”

Beliau menjawab, “ibumu” kemudian dia bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama

“siapa yang lebih dibaktikan?” beliau menjawab:” ibumu”.

Dari hadits diatas terlihat bahwa derajat ibu tiga kali lebih tinggi daripada

ayah. Sebagai anak telah tersirat maksud hadits ini bahwa jika kedua orang tua

membutuhkan pertolongan disaat yang bersamaan maka penuhilah seruan ibu terlebih

dahulu.

Karakteristik anak shalihah yang kedua ini adalah karakteristik yang sudah

pasti disebutkan oleh banyak orang ketika ditanya karakteristik anak shalihah seperti

apa. Kenapa harus kepada kedua orang tua khususnyaa ibu dan ayah karena

Rasulullah bersabda:

“Ridho Allah tergantung dari ridho orang tua dan murka Allah itu tergantung dari

murka orang tua.”

Akan tetapi berbakti atau taat disini adalah taat dalam masalah yang selaras

dengan perintah Allah dan RasulNya. Jika orang tua memerintah untuk

mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu

tentangnya. Maka Allah telah menjawab persoalan ini pada ayat selanjutnya,

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang

engkau tidak mempunyai ilmu tentangnya, maka janganlah engkau menaatikeduanya

di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada Ku, kemudian

hanya kepada Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa

yang telah kamu kerjakan.”

Dari ayat tersebut jelas dapat mengambil hikmah bahwa berbakti kepada

kedua orang tua banyak aplikasinya, dan salah satu aplikasi tersebut yaitu taat

terhadap semua perintah orang tua. Perintah yang sesuai dengan perintah Allah SWT.

Karena sedari awal sudah dijelaskan bahwa Al Qur’an adalah induk dari semua

pemecahan masalah. Masalah dalam ayat tersebut adalah bagaimana jika perintah

orang tua itu bertentangan dengan ajaran Allah dan RasulNya, maka diayat

selanjutnya diterangkan bagaimana menghadapinya yaitu tetap ikuti jalan orang-

orang yang berada pada jalan yang lurus. Bersyukurlah kepada Allah dan

bersyukurlah kepada kedua orang tuamu.

Karakteristik anak shalihah yang ketiga adalah selalu mengerjakan amal yang

shalih, melaksanakan shalat dan mengingat kematian. Berdasarkan firman Allah

SWT:

Dari penjelasan ayat diatas diambil poin bahwa sesuatu perbuatan seberat biji

sawi ataupun berada dalam batu niscaya Allah akan memberi balasan. Dan kita

sendiri sudah mafhum betul bahwa perbuatan yang baik dibalas dengan yang baik

pula begitu juga sebaliknyaa. Balasan yang baik juga bermacam-macam dan yang

paling tertinggi adalah surga.

Diayat selanjutnya dengan jelas diterangkan beberapa perkara penting dalam

beramal yaitu melaksanakan shalat, saling menyuruh kepada kebaikan dan melarang

atau mencegah dari kemungkaran serta bersabar terhadap apa yang ditimpakan

kepada kita. Tergambar jelas bahwa perkara penting yang pertama yaitu laksanakan

shalat. Shalat adalah tiang agama. Shalat adalah amalan peertama yang dihisab, jika

shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, begitu pula sebaliknya:

Amalan yang pertama kali dihisab atas hambaNya pada hari kiamat yaitu shalat.

Apabila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, apabila amalnya buruk maka

buruk pula seluruh amalnya.

Perkara penting kedua adalah saling menasihati baik dalam kebaikan dan

keburukan. Dalam kebaikan saling menyemangati dan menguatkan sebaliknya dalam

keburukan saling menasehati dan mengingatkan. Perbuatan ini biasa dikenal orang

dengan “amar ma’ruf nahi munkar” berbuat yang baik dan mencegah yang munkar.

Perkara penting yang ketiga adalah bersabar dengan apa yang menimpamu.

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta

orang-orang yang sabar.”

Maka melihat arti yang sangat jelas pada ayat diatas dapat diketahui bahwa sabar dan

shalat itu sebagai perisai bagi kaum muslimin.

Karakteristik anak shalihah ketiga seperti yang disebutkan dalam 2 ayat

dibawah ini:

Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan

janganlah berjalan dibumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang-

orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan

dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Dari 2 ayat diatas banyak poin yang menunjukkan anjuran dan larangan

berperilaku:

Jangan memalingkan wajah dari orang lain karena sombong, merasa dirinya

lebih tinggi, terhormat, kaya dan sejenisnya.

Jangan berjalan dibumi Allah ini dengan angkuh, menegakkan atau

membusungkan dada menegakkan kepala.

Sederhanakanlah dalam berjalan yaitu berjalan dengan ketawadhu’an atau

kerendahan diri

Lunakkanlah suaramu yaitu rendahkanlah nada suara, sopan santun logatnya

serta ramah terdengarnya.

Hal diatas tidak diperbolehkn dalam berperilaku karena Allah SWT tidak menyukai

orang-orang yang berperilaku demikian. Hidup didunia ini tujuan kita adalah mencari

karunia dan ridho, cinta dan suka serta anugrahNya. Setelah penguraian panjang

diatas tentang karakteristik anak shalihah tersebut, maka penulis berharap sudah

tergambar jelas bagaimana anak shalihah tersebut tinggal menilik pada diri kita

sendiri apakah sesuai dengan diri kita.

III.3 Syarat Menjadi Anak Shalihah

syarat dipembahasan ini yaitu pembentukkan anak shalihah dibangun juga

dengan syarat-syarat khusus agar anak shalihah yang diimpikan benar-benar

terwujud. Syarat menjadi anak shalihah yang akan dibahas ini terbagi menjadi 3

bagian:

1. Dari segi orang tua

Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Pepatah yang hangat serta

akrab dalam telinga ini mempunyai hubungan pula dengan pembahasan ini.

Arti dari pepatah diatas yaitu karakter anak tidak akan jauh dari orang tuanya.

Tepri ini bukan dicirikan dengan DNA kita yang saling terkait atau seperti

halnya hokum mendle I, tetapi masalah disini yaitu bibit orang tua yang baik.

Bibit yang baik akan menghasilkan buah yang baik.hal yang demikian itu

dikarenakan orang tua adalah madrasah pertama dan utama bagi anak. Syaikh

Abdul Hamid Al-Ghazali mengatakan: “ketahuilah bahwa anak kecil

merupakan amanat bagi orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan

permata alami yang masih bersih dari pahatan atau bentukan, dia siap diberi

pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepada kita.”

“anak-anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah yang

menjadikannya yahudi, nashrani atau majusi.”

Maka dari hadits diatas jelaslah sudah bahwa orang tua sangatlah berpengaruh

bagi kualitas anak kedepannya. Apalagi ibu, maka sudahlah kewajiban bagi

para calon ayah yang memilih calon ibu yang baik bagi anaknya. Berikut ini

adalah hak anak atas ayahnya, yaitu:

Memilihkan calon ibu yang baik. Baik dari segi nasab, hara dan yang

paling penting kefahaman pada agama.

Memilihkan nama yang baik. Tidak mengandung makna kemakruhan,

syirik, tidak berarti. Karena nama adalah do’a maka berikanlah do’a

yang baik, do’a yang membangun bagi kita yang akan memanggilnya

nanti.

Mengajarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

2. Dari segi lingkungan yang kondusif

Maksud lingkungan pada pembahasan ini yaitu lingkungan dimana

anak itu tinggal, belajar dan bermain. Menciptakan lingkungan yang kondusif,

lingkungan yang islami. Maka para orang tua harus memperhatikan dengan

sangat terhadap tempat tinggalnya, tetangganya serta sekolah dimana anak itu

belajar. Tempat tinggal yang baik yaitu tempat tinggal yang didalamnya

penuh kedisplinan dalam beribadah, keikhlasan dalam menyayangi dan

kebaikan yang selalu diajari.

Dalam bagian lingkungan ini sudah pasti pikiran kita tersambung

langsung dengan tetangga. Sudah mafhum dikalangan kita bahwa tetanggan

adalah saudara terdekat dalam lingkungan. Maka memilih tetangga sebelum

menempati suatu lingkungan adalah kewajiban yang harus diperhatikan lebih,

apa agamanya, bagaimana pemahamannya, bagaimana toleransinya terhadap

orang yang berbeda agama.

Lingkungan kondusif sangatlah berperan serta terhadap pembentukan

anak shalihah. Syaikh Abu Hamid Al-Ghazali menyatakan :”Ketahuilah

bahwa anak kecil merupakan amanat bagi orang tuanya. Hatinya yang masih

suci merupakan permata alami yang masih bersih dari pahatan atau bentukan,

dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan

kepada kita.”

Dari keterangan syaikh diatas tergambar jelas sifat utama seorang anak

adalah peniru tanpa menyaring. Mereka meniru tanpa bisa membedakan mana

yang baik dan mana yang salah. Dimana anak itu tinggal dan dengan siapa

anak itu bergaul maka itulah jawaban jujurnya. Anak yang terbiasa tinggal

denganpenghafal Al-Qur’an serta para pembela islam maka akan menjadi

merekalah anak itu nantinya, begitu juga jika anak itu terbiasa tinggal di

kawasanyang kurang perhatian pada agama, maka tercetaklah anak itu yang

kurang perhatian pada islam.

Demikianlah syarat kedua menjadi anak shalihah. Syarat yang banyak

disepelekan para pendidik tapi besar pengaruhnya bagi pembentukkan anak

shalihah. Karena masa-masa emas anak diisi dengan bermain bersama teman-

teman atau orang-orang sekitarnya.

3. Syarat ketiga yaitu pendidikan tauhid

Syarat ini adalah syarat terpenting, karena tauhid adalah pendidikan

penunjang kehidupan. Tanpa pendidikan tauhid, setiap anak akan terbentuk

menjadi anak kurang ajar baik terhadap orang tua maupun orang lain yang

berurusan dengannya. Pendidikan tauhid disini adalah pendidikan aqidah. Disini

penulis akan memberikan sekilas tentang tauhid. Tauhid berasal dari kata

wahhada-yuwahhidu-tauhiidan yang artinya meng-Esakan, menjadikan satu,

menjadikan hanya Allah lah Rabb dan Ilaah dialam ini. Pendidikan tauhid disini

adalah pendidikan dimana visi dan misinya adalah menjadikan anak didiknya

seorang yang bertauhid.

Pendidikan tauhid perlu diajarkan sejak dini. Karena masa pembentukkan

karakter dan pemahaman dibentuk sejak dini. Berusaha mendidik anak agar hanya

Allah saja yang menduduki kedudukan Rabb dan Ilaah berdampak baik pada

masa kedepannya, pada pengajaran-pengajaran selanjutnya dan jati diri si anak

tersebut

Pendidikan ini adalah kunci utama menentukan apakah anak tersebut

menjadi anak yang berbakti, shalihah, beradab atau sebaliknya.

Penjelasan tentang syarat diatas menggambarkan jelas bahwa anak

shalihah dibentuk dengan kebiasaan dan pendidikan yang berhias kenikmatan

islam. Karena semua ajaran islam adalah buku petunjuk menjalani hidup sukses

dan bahagia.

BAB IV

CARA MENJADI ANAK SHALIHAH

Setelah dijabarkan panjang lebar tentang anak shalihah bagaimana karakter

dan syarat membentuknya, dapat terlihat secara globalnya bagaimana cara menjadi

anak shalihah dan cara membentuknya.

Anak shalihah adalah salah satu hasil dari kebahagiaan dunia dan akhirat yang

diimpikan seluruh orang tua. Para orang tua berani mengeluarkan berjuta-juta hasil

keringatnya demi menyekolahkan dan mendidik anak-anak mereka agar menjadi anak

shalihah.

Inti dari anak shalihah dalam karya tulis ini adalah anak yang mempunyai

tauhid yang lurus, sehinggamembuahkan akhlak yang berhias kebaikan dan kasih

sayang.

Setiap anak nanti akan menjadi orang tua dan setiap orang tua pasti pernah

merasakan menjadi anak. Maka pembahasan penting ini mencakup semua elemen

masyarakat.

Anak shalihah dilihat dari berbagai sisi memilikisisi kepribadian yang sesuai

dengan ajaran islam itu sendiri. Dari sisi imannya anak shalihah memiliki iman yang

tebaik dan pengaplikasian dalam kehidupan bermasyarakat yang baik pula.

1. Niat

Niat yang ikhlas adalah tonggak pertama dalam menjalankan seluruh kegiatan

atau amalan. Karena suatu amalan dianggap terbaik jika niatnya ikhlas seperti

dalam hadits Nabi :

Niat dalam beramal menjadikan amalan lebih mudah untuk dikerjakan. Niat

yang kuat serta ikhlas untuk menjadi anak shalihah menjadikan kita kuat dan

senang dalam melaksanakan seluruh tahapan anak shalihah dan

kesehariannya.

2. Selalu melakukan Tazkiyatun Nafs

Tazkiyatun nafs disini adalah membersihkan diri dari segala najis

kemusyrikan dan mengembangkan diri menjadi diri yang mempunyai Qolbun

Salim (qolbu yang selamat dari pembatal iman serta perbuatan haram dan

makruh). Tazkiyatun Nafs banyak caranya, salah satunya selalu membekali

diri dengan pengetahuan seputar tingkatan iman dan seluk beluknya, dan

mengamalkan seluruh pengetahuan tersebut dalam segala aspek kehidupan.

Karena ilmu tanpa amal itu bohong atau seperti pohon kelapa tanpa buah.

Rasulullah bersabda:

“Tuntutlah ilmu daribuaian hingga ke liang lahat”

Perintah dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa menuntut ilmu itu

sepanjang masa. Ilmu tentang iman dan seluk beluknya adalah ilmu terpenting

yang wajib dipelajari semasa hidup. Karena dosa syirik disebabkan ketidak

tahuannya terhadap ilmu tentang syirik tersebut tidak diampuni oleh Alah

SWT. Setelah mempelajari ilmu tersebut maka pengamalanlah dan

mengajarkan kepada yang lain adalah hal terbaik dalam ibadah atau tingkatan

kebaikan seseorang, seperti dalam sabda Rasulullah :

“Sebaik-baik manusia (diantara kamu) adalah yang belajar Al-Qur’an dan

mengamalkannya”.

Setiap manusia itu pasti melakukan dosa maka perlulah kita

melakukan Tazkiyatun Nafs dalam setiap waktu. Selalu ingat untuk tujuan apa

kita diciptakan, juga bentuk Tazkiyatun Nafs karena pribadi yang tahu bahwa

untuk ibadahlah kita diciptakan akan selalu berusaha membersihkan dan

mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.

3. Berdo’a

Berdo’a adalah rumus utama alam usaha yaitu D.U.I.T. Do’a, Usaha, Ikhlas,

Tawakal. Tetapi berdo’a dalam beramal serta memetik hasilnya tidak bisa

tanpa usaha. Berdo’a memohon agar dijadikan orang yang sholih dan dibeeri

anugrah anak shalih adalah tonggak utama agar mendapatkan anak shalih dan

dijadikan anak shalih.

Berdo’a adalah salah satu yang termasuk unsure-unsure penting ibadah.

Kesuksesan dalam sesuatu didapat dari 99% do’a dan 1% usaha. Amalan tidak

akan lancar kalau Allah SWT tidak berkehendak melancarkan amalan

tersebut.

Contoh do’a agar mendapatkan rezeki anak shalih dan dijadikan anak shalih.

4. Berusaha membiasakan kebiasaan orang-orang shalih dan

mengajarkannya.

First you a habits and

Last habits makes you

Pertama kali kita membuat kebiasaan yang akan membentuk kita. Dari

pepatah diatas dapat dipelajari bahwa kebiasaan itu perlu dibuat dahulu,

setelah terbentuk maka kebiasaan akan melekat dalam diri kita.

Termasuk kebiasaan orang-orang shalih adalah tahajjud atau biasa

disebut qiyamullail, bangun untuk shalat dan berdzikir. Manfaat tahajjud

sangat banyak dari segi kondisi jiwa sampai kesehatan rohani. Bangun malam

membuat kondisi jiwa kita tenang dan menambah semangat dalam beramal

untuk pagi harinya. Maka bisa terlihat orang yang menjalani pagi harinya

dengan lesu dan malas dalam beramal menghadapi hari ini. Ada kemungkinan

mereka tidak tahajjud pada malam harinya. Bangun malam juga adalah

kebiasaan para ulama yang berhasil mencetak ribuan persembahan karyanya

untuk umat islam. Mereka banyak memanfaatkan waktu tahajjud untuk

menggarap persembahan karyanya untuk umat islam. Dari kebiasaan mereka

maka waktu tahajjud adalah waktu emas untuk belajar.

Orang yang terbiasa tahajjud maka akan menurunkan kebiasaan itu

kepada orang-orang terdekatnya, contohnya anak, ibu dan ayah yang terbiasa

tahajjud akan dilihat oleh anak mereka bahwa itu adalah kebiasaan yang enak

dan baik untuk dicontoh. Terlihat jelas agar kita mendapat anak shalih maka

persiapkan diri kita dari sekarang menjadi anak shalih agar kelak anak kita

mencontoh semua amal kebaikan dan kebiasaan anak shalihah kelak.

Banyak contoh kebiaaan orang shalih dari cara mereka berinfak,

berjihad sampai tersenyum. Kebiasaan yang patut dan harus kita contoh

adalah kebiasaan Rasulullah , karena Allah SWT berfirman:

Uswatun Hasanah disini adalah teladan yang baik. Salah satu cara

mempelajari teladan Rasulullah adalah mempelajari tarikh sedini mungkin.

Dari metode diceritakan hingga mereka bisa membaca sendiri-sendiri. Ajak

mereka membaca tarikh, karena disana terkandung praktek langsung terhadap

fiqh islam.

Sesungguhnya cara menjadi anak shalihah banyak jalannya. Yang

terpenting disini bagaimana agar diri kita terbebas dari pembatal keimanan

dan keharaman serta meningkat selalu keimanannya. Jika semua itu sudah

dituju maka terhiaslah pada diri kita cerminan anak shalihah.

BAB V

HIKMAH MENJADI ANAK SHALIHAH

Semua perbuatan memiliki keutamaan dan manfaat begitu juga menjadi anak

shalihah. Banyak keutamaan pula menjadi anak shalihah baik didunia maupun

diakhirat diantara hikmah menjadi anak shalihah adalah:

Tabungan amal bagi orang tua

Rasulullah bersabda:

“Apabila manusia meninggal maka terputuslah semua amalnya kecuali 3

amal: Shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak shalih yang

mendo’akannya”. –HR. Muslim-

Disini adalah contoh nyata investasi yang berbuah manis bagi para orang tua

yang telah mendidik,ketika para orang tua sudah terbujur kaku tak berdaya di

alam kubur tiba-tiba datang pengampunan yang ternyata datang dari anaknya

yang shalihah sungguh beruntung orang tua tersebut. –adabul mufrad no.38-

Cikal bakal mendapat keturunan shalih

Keutamaan ini merupakan keutamaan yang sangat logis, dimana peribahasa

yang masyhur dikenal “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya” maka dimana

kita menjadi anak shalihah, maka kelak akan dianugrahilah kita dengan anak

shalihah pula.

Rasulullah bersabda:

“Berbaktilah kepada bapak-bapak kalian, niscaya anak-anak kalian akan

berbakti pula kalian dan tahanlah diri kalian (dari hal-hal yang hina). Niscaya

istri-istri kalian juga akan menahan diri (dari hal-hal yang hina)”. –HR

Thabrani-

Salah satu penyebab terbukanya pintu surga

Pintu surga disini adalah pintu surga yang telah Allah berikan kepada anak-

anak yang shalihah, karena berbakti kepada orang tua itu seperti menurut

hadits “Surga itu dibawah telapak kaki ibu” sebagaimana pula sabda

Rasulullah :

-HR Hakim-

Dari hadits diatas jelas, bahwa ridha Allah dan ridha orang tua mempunyai

kesinambungan yang kuat. Maka benarlah bahwa mendapat ridha orang tua

berarti mendapat surga, bukankah para penghuni surga adalah orang-orang

yang diridhai Allah SWT.

Sebenarnya banyak sekali kisah-kisah yang menunjukkan keutamaan menjadi

anak shalihah. Banyak sekali contoh dimana menjadi anak shalihah itu bukan

hanya pasti dibalas kebaikan oleh Allah disurga kelak. Tetapi didunia

langsung juga banyak contohnya.

Uwais Al-Qarni, pemuda yang terkenal akan berbaktinya kepada orang tua

dan usahanya untuk menjadi anak shalih dibalas langsung oleh Allah Ta’ala

dengan segala do’a yang dipintanya pasti Allah akan kabulkan permintaan

itu. Memiliki seliruh hikmah menjadi anak shalihah hendaknya kita terpacu

untuk berlomba-lomba menjadi anak shalihah, banyak kemudahan,

keberkahan serta ketenengan hati untuk berusaha menjadi dirinya. Maka

berbahagialah bagi para pejuang keshalihahan diri.

BAB VI

PENUTUP

Diantara do’a orang-orang mukmin. “Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada

kami, istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penenang hati (kami) dan

jadikanlah kami imam bagi orang-orang bertaqwa”. (QS. Al-Furqan:74)

Sedemikian pentingnya do’a yang selalu dipanjatkan orang-orang mukmin

untuk mendapatkan keturunan penenang hati, shalih dan shalihah. Di dambakannya

anak shallihah perlu menjadi motivasi sendiri bagi kita selaku anak untuk menjadikan

do’a kita sebagai amal jariah penenang kubur bagi orang tua kita, apalagi balas jasa

kita terhadap mereka selain mengangkatnya bersama untuk masuk kejannahNya?

Semoga keselamatan selalu dilimpahkan kepada kedua orang tua yang

menjadi sebab kehadiran kita dibumi ini, mempersembahkan segala keindahan, serta

mengulurkan segala kebaikan. Semoga keselamatan kepada orang yang mewajibkan

berbakti dan berbuat baik kepada keduanya, sehingga Allah SWTmensejajarkannya

dengan haknya.

Kesimpulannya, diriwayatkan oleh Abu Hurairoh RA, Nabi Muhammad

bersabda: Seorang mayyit diangkat derajatnya setelah kematiannya, lalu bertanya,

“apa ini?” kemudian dikatakan, “anakmu telah memintakan ampun untukmu.”

Bagi setiap bapak yang hendak mengangkat derajatnya disurga maka

hendaknya ia memperbaiki anak-anaknya agar kelak mendo’akan dan memintakan

ampunan baginya. Jika anak anda anak yang shalih niscaya ia akan mengenang

kebaikan anda dan berbakti lalu memintakan ampunan untukmu. Namun, bila anda

mengabaikan pendidikannya, maka sebaliknya anda tidak mendapati itu semua.

Apakah anda menghendaki hal tersebut?

Bagi setiap anak, sesungguhnya akan tiba saat kita akan menjadi orang tua

yang perilaku para anak itu persis seperti kita saat menjadi anak dulu. Maka sudah

sepantasnya kita persiapkan diri menjadi anak shalihah agar kelak kita mendapati

anak keturunan kita juga shalihah.

Salah satu upaya mendidik anak shalihah pula yaitu menyekolahkannya di

ma’had “Al-Mar’atush Shalihah” karena disini dibiasakan beramal menjadi anak

shalihah kedepannya.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad . Serta

semoga tercurah pada para keluarga, sahabat dan kita pengikutnya hingga akhir

zaman. Amiinnn……

DAFTAR PUSTAKA

2005,Al-Qur’anul Karim, Bandung, Syamil Cipta Media.

Ilham Muhammad Ibrahim, Ummu Ibrahim, 2009, Bagaimana Menjadi Istri

dan Ibu Shalihah, Jakarta, Daarul Falah.

Qudamah, Ibnu, 2009, Minhajul Qashidin, Jakarta, Pustaka Azzam.

Abdul Azhim, Said, 2004, Mengapa Anak Menjadi Durhaka, Jakarta, Pustaka

Azzam.

An-Nu’aim, Dr. Muhammad bin Ibrahim, 2007, Memesan Kursi Tertinggi

diSurga, Solo, WIP.

Mishbah Usman, Syaikh Akram, 2005, 25Cara Mendidik Anak Tangguh,

Jakarta, Pustaka Al-Kautsar.