kajian & sikap km-itb (kenaikan bbm per-november 2014)
Post on 17-Jan-2016
220 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KAJIAN ISU RENCANA KENAIKAN HARGA
BBM BERSUBSIDI NOVEMBER 2014
KEMENTRIAN ESDM KABINET KM-ITB 2014/2015
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
1 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
Akhir-akhir ini cukup ramai diberitakan bahwa Presiden RI, Joko Widodo, berencana menaikkan harga
BBM bersubsidi sebesar Rp3.000,-/liter. Wacana ini cukup menghentak hampir di semua kalangan
masyarakat. Bila kita cermati setidaknya ada tiga alasan yang melandasi Presiden Joko Widodo sangat
yakin untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Pertama, Subsidi BBM yang selama ini dikeluarkan oleh
pemerintah sudah tidak tepat sasaran karena lebih banyak dinikmati oleh kalangan menengah ke atas.
Kedua, Subsidi BBM dinilai memberatkan APBN sehingga dengan kenaikan harga BBM dapat
menyelamatkan APBN agar tidak jebol. Ketiga, nilai subsidi BBM dinilai tidak produktif dan hanya
bakar-bakar uang saja. Subsidi sebesar itu seharusnya digunakan untuk sektor-sektor produktif
lainnya seperti infrastruktur, industri, pendidikan, kesehatan, dll. Kemudian yang menjadi pertanyaan
besar sekarang adilkah kenaikan Harga BBM bagi rakyat? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut
alangkah baiknya kita meninjau terlebih dahulu berbagai aspek secara komprehensif menyangkut
subsidi BBM tersebut.
CADANGAN MINYAK BUMI INDONESIA Indonesia sekarang bukanlah Negara yang kaya akan minyak bumi. Berdasarkan data Ditjen Migas
Kementerian ESDM RI tahun 2010, cadangan minyak bumi Indonesia hanya sebesar 3,7 Milyar barel
dari total sumberdaya sebesar 7,4 milyar barel. Tentunya cadangan sebesar itu sangatlah sedikit
dibandingkan dengan cadangan negara-negara kaya minyak seperti Venezuela (290 milyar barel),
Arab Saudi (260 milyar barel), Iran (155 milyar barel), Irak (140 milyar barel), dan Kuwait (110 milyar
barel).
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
2 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
KONDISI HULU MINYAK BUMI INDONESIA Lifting Minyak Bumi Indonesia dari tahun ke tahun semakin menurun, yaitu: 954.000 bph (tahun
2010), 898.000 bph (tahun 2011), 860.000 bph (tahun 2012), dan 825.000 bph (tahun 2013). Belum
lagi banyak dari minyak bumi yang diproduksi tersebut berasal dari blok-blok migas milik perusahaan
asing. Sistem production sharing contract diterapkan oleh Indonesia dengan mewajibkan Negara
membayar cost recovery untuk setiap minyak yang diproduksi. Setelah perhitungan cost recovery,
presentase bagian tersisa untuk pemerintah adalah 85% dan 15% untuk perusahaan. Dengan
banyaknya perusahaan asing yang beroperasi tentunya membuat minyak bumi yang diproduksi tidak
dapat dimiliki secara maksimal oleh pemerintah untuk kebutuhan BBM.
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
3 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
KONSUMSI MINYAK BUMI INDONESIA Dari tahun ke tahun konsumsi minyak bumi terus meningkat. Hal itu menjadi hal yang wajar karena
Indonesia tengah menapaki dari tahap negara berkembang menjadi negara maju dimana secara
langsung pertumbuhan ekonomi akan diikuti dengan lonjakan kebutuhan energi yang signifikan.
Konsumsi BBM hari ini masih didominasi oleh sektor transportasi. Volume Kendaraan dari tahun ke
tahun semakin menanjak sehingga BBM yang digunakan semakin banyak. Berikut table volume
kendaraan dan grafik Konsumsi BBM.
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
4 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
Besarnya kebutuhan BBM ini membuat pemerintah harus menyediakan minyak mentah lebih banyak
yaitu: 1.340.000 (tahun 2010), 1.420.000 (tahun 2011), 1.470.000 (tahun 2012), dan 1.530.000 bph
(tahun 2013).
Dengan kebutuhan 1,5 juta bph membuat Indonesia harus berpikir bagaimana menutup defisit
tersebut. Impor minyak mentah menjadi solusi untuk mencukupi kebutuhan BBM nasional.
Permasalah pun ditambah dengan kapasitas kiang minyak minyak Indonesia hanya sebesar 1 juta bph.
Kilang minyak Indonesia hanya dapat mengolah kilang minyak sebesar 1 juta bph sedangkan tuntutan
BBM adalah sebesar 1,5 juta bph.
Artinya, Indonesia tidak bisa hanya mendatangkan minyak mentah untuk kebutuhan BBM karena
minyak mentah yang diimpor tidak akan mampu diolah oleh kilang minyak kita sendiri. Dengan
hitungan matematis maka dapat kita simpulkan bahwa Indonesia harus mengimpor minyak bumi dan
BBM dalam waktu yang bersamaan.
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
5 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
NERACA PERDAGANGAN MIGAS INDONESIA Defisit kebutuhan minyak bumi Indonesia harus ditutupi dengan mengimpor minyak mentah dan
BBM. Impor minyak mentah dan BBM tersebut cukup menguras cadangan devisa Negara. Besar
defisit perdagangan migas tiap tahunnya adalah 0.2 milyar USD (tahun 2010), 0.7 milyar USD (tahun
2011), 5.2 milyar USD (tahun 2012), 9.7 milyar USD (tahun 2013), dan diperkirakan 11.8 milyar USD
(tahun 2014). Defisit neraca migas ini semakin besar diakibatkan oleh produksi migas nasional
cenderung menurun sedangkan impor khusunya berupa minyak bumi semakin besar.
FUNGSI SUBSIDI BBM Harga minyak mentah di pasaran dunia kini menyentuh $80/barrel. Dengan harga sebesar itu
diperkirakan biaya pokok BBM per liter sejatinya berkisar antara Rp8.500,- hingga Rp10.000,-. Daya
beli masyarakat yang tergolong rendah membuat pemerintah harus mengeluarkan subsidi untuk
menurunkan harga BBM yang termasuk dalam barang strategis. Oleh karena itu harga BBM bersubsidi
yang dijual Pertamina sebesar Rp6.500,- per liter premium dan Rp5.500,- per liter solar.
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
6 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
Defisit harga jual dan biaya pokok BBM tersebut harus ditutupi dengan subsidi BBM yang dialokasikan
dalam APBN Indonesia. Laju konsumsi BBM bersubsidi yang meningkat turut serta mengerek naik
subsidi BBM yang dikeluarkan Pemerintah. Subsidi BBM dari tahun ke tahun adalah sebesar: Rp 130
Triliun (tahun 2011), Rp 211 Triliun (tahun 2012), Rp 202 Triliun (tahun 2013), dan Rp 246 Triliun
(tahun 2014). Subsidi BBM yang dikeluarkan ini dinilai menjadi penyebab defisit APBN tiap tahunnya.
ANCAMAN KRISIS MINYAK DUNIA Kebutuhan Energi di masa depan kemungkinan akan terus melonjak. Pertumbuhan populasi
penduduk dunia secara langsung akan membutuhkan pasokan energi yang lebih banyak pula. Di sisi
lain perlombaan Negara-negara berkembang maupun Negara-negara maju untuk memacu
pertumbuhan ekonominya turut serta mengkatrol kebutuhan energi di masa depan.
Permasalah utama adalah tidak hanya Indonesia tetapi banyak juga Negara lain yang memiliki
ketergantungan kepada minyak bumi. Berdasarkan studi oleh Assiciation for the study of peak oil,
konsumsi minyak bumi seluruh Negara dunia diproyeksikan akan mencapai 120 juta bph pada tahun
2020. Sementara produksi minyak bumi dunia jika dimaksimalkan pun tak akan mencukupi kebutuhan
tersebut. Hal itu berarti di masa depan akan terjadi persaingan sengit antara Negara-negara
pengimpor minyak untuk memperoleh minyak bumi. Indonesia akan bersaingan dengan Negara-
negara maju lain seperti Amerika Serikat, China, India dalam memperebutkan minyak sisa yang
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
7 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
beredar di pasar internasional. Dengan kondisi pasokan terbatas maka bisa dipastikan harga minyak
mentah di pasaran akan melonjak berkali-kali lipat. Pada saat itu hanya Negara yang memiliki
cadangan devisa besar yang dapat membelinya.
PENYALAHGUNAAN BBM BERSUBSIDI Subsidi pada hakikatnya diberikan agar rakyat yang memiliki daya beli rendah bisa tetap membeli
barang tersebut. BBM merupakan salah satu barang strategis yang sangat berpengaruh pada
perekonomian. Pada awalnya subsidi BBM dikeluarkan karena mayoritas masyarakat dulunya kurang
mampu untuk membeli BBM. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan membuat
daya beli masyarakat meningkat. Kini BBM bukan lagi barang yang mewah bagi kaum masyarakat
sebagian besar.
Konsumsi BBM paling besar terletak pada sektor transportasi. Roda transportasi pribadi sebenarnya
sangat banyak dimiliki oleh kaum menengah ke atas. Kepemilikan mobil dan motor cukup meningkat
signifikan. Di sisi lain kaum menengah ke bawah tidaklah banyak yang mengkonsumsi BBM bersubsidi.
Berdasarkan data BPS tahun 2010, 70% BBM bersubsidi dinikmati oleh kaum menengah ke atas. Hal
inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan subsidi BBM yang dikeluarkan apakah sudah tepat
sasaran.
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
8 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
Belum lagi adanya disparitas harga antara Harga BBM bersubsidi dengan BBM non-subsidi juga
menimbulkan penyalahgunaan BBM bersubsidi. Banyak sekali terjadi penyelundupan BBM bersubsidi
ke industry-industri yang sebenarnya tidak boleh mengkonsumsinya. Selain itu kurang pengawasan
kawasan perbatasan wilayah Indonesia dan Negara lain turut serta memberi andil penyelundupan
BBM bersubsidi ke luar negeri.
APAKAH BENAR ADA MAFIA MIGAS & BBM ? Isu adanya mafia migas dan BBM yang ikut bermain dalam pengadaan minyak mentah dan BBM
impor sebenarnya sudah menjadi rahasia umum. Pembelian minyak mentah maupun BBM melalui
trader adalah penyebab utama menjamurnya mafia migas dan BBM di Indonesia. Pembelian melalui
trader ini membuat kerugian bagi anggaran Negara. Harga yang dibeli dari trader atau distributor
pasti lebih tinggi disbanding dari produsen langsung. Permainan mafia migas dan BBM ini sangat sulit
terendus karena pemerintah sendiri tidak pernah mau melaporkan transparansi anggaran pengadaan
minyak mentah dan BBM ke publik. Proses audit trader pun juga susah dilakukan karena markas
perusahaan trader/distributor disebut-sebut berada di Singapura.
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
9 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
SUDUT PANDANG MONETER DAN FISKAL Hari ini, BI rate masih di angka 7.5%, rate yang paling tinggi di empat tahun terakhir sejak tahun 2009
(after second great depression). Di penghujung tahun 2014, pemerintahan Jokowi- Jk merilis akan
menaikkan harga BBM karena adanya potensi kebocoran ruang fiskal. Kebocoran ruang fiskal (APBN)
ini akan berpotensi meningkatkan angka inflasi, dan secara otomatis BI akan mengeluarkan paket
kebijakan yang salah satunya adalah menaikkan BI rate untuk bisa menekan angka inflasi tersebut.
Atau jika kita berkaca kepada kebijakan Jokowi yang ingin menurunkan interest rate, atau minimal
membiarkan interest rate tersebut tetap, maka angka inflasi akan sangat tinggi dan menurunkan daya
beli masyarakat secara signifikan. Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan bahwa setiap
kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp. 1000,00, maka inflasi akan bertambah sebesar 1,2 persen.
Jika menyasar harga keekonomian, kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp. 2.100,00 akan
menyebabkan inflasi minimal sebesar 2.4 %. Namun mempertimbangkan bahwa akan ada kenaikan
harga LPG dan TDL di akhir tahun, maka diperkirakan inflasi akan bertambah sampai 3.5%, sehingga
inflasi bisa menembus angka 9% di akhir tahun.
Tingginya angka inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat, dan berikut merupakan hasil simulasi
kenaikan harga beberapa bahan pokok yang kami prediksikan secara agregat sesuai dengan tingkat
kenaikan harga secara historis setiap kenaikan BBM (salah satu sumber adalah kompas).
Grafik diatas dapat menggambarkan prediksi kenaikan harga bahan pokok secara agregat terhadap
kenaikan harga bbm bersubsidi. Dengan menggunakan asumsi kebutuhan kalori perhari, berikut
merupakan hasil perhitungan kenaikan biaya hidup dari setiap tingkat kenaikan harga bbm; Kami
mengklasifikasikan untuk kondisi saat ini, kenaikan maksimum adalah harga keekonomian (Rp.
8.600,00), sehingga kenaikan harga maksimal sebesar Rp. 2100,00 dan sisanya dipisah per-lima ratus
rupiah.
IDR 0,00 IDR 50.000,00 IDR 100.000,00IDR 150.000,00IDR 200.000,00IDR 250.000,00IDR 300.000,00
Normal
IDR 2,100.00
IDR 500.00
IDR 1,000.00
IDR 1,500.00
Kenaikan harga Bahan Pokok ketika Harga BBM naik
BBM Beras Telur
Cabe Minyak Goreng Curah Minyak Goreng Kemasan
Bawang merah Daging Ayam
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
10 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
Pemerintah memang memiliki resiko dengan semakin melemahnya rupiah, iklim investasi, dan
kemungkinan meningkatnya inflasi dari bocornya ruang fiskal di APBN. Menaikkan harga BBM
bersubsidi memang merupakan salah satu kebijakan fiskal untuk menutup kebocoran APBN, namun
hal tersebut bukan satu-satunya cara! Banyak cara yang bisa digunakan untuk menambal post
anggaran ini demi menyelamatkan puluhan juta masyarakat miskin dan hampir miskin di Indonesia.
Mulai dari me-redefine cost recovery, meningkatkan pajak perusahaan produsen kendaraan
berbahan bakar minyak, menaikkan pajak penghasilan untuk golongan tertentu, menaikkan pajak
untuk mobil pribadi, memberantas korupsi dan mafia migas, revitalisasi asset, dan lain-lain.
Kemudian, seiring pertumbuhan penduduk, pertumbuhan permintaan atas kendaraanpun akan terus
meningkat. Selama belum ada supply energi yang menggantikan fungsi dari BBM, maka demand akan
terus mutlak terhadap BBM, konsumsi akan terus tinggi dan akan terus meningkat sedangkan
cadangan dunia menipis, maka suatu hari dunia akan krisis energi dan ketahanan energi kita akan
menjadi sangat penting. Hal ini lah yang lebih penting dipikirkan oleh pemerintah dalam
menganggarkan ruangan fiskal untuk ketahanan dan kedaulatan energi nasional.
DI SETIAP BUTIR NASI, TELUR, SESENDOK SAMBAL, DAN SEPOTONG DAGING,
AKAN SELALU ADA BBM BERSUBSIDI Ya, memang para tukang becak, pedagang kaki lima, hansip, dan 27 juta orang miskin di Indonesia
belum tentu menggunakan BBM bersubsidi dalam kesehariannya. Betul memang subsidi bbm tidak
tepat sasaran, hampir 70% dari subsidi BBM digunakan oleh 40% orang yang berada di Indonesia.
Namun apakah lantas menaikkan harga BBM bersubsidi atau mencabut subsidi sama sekali kemudian
memberikan bantuan langsung, mensubsidi ulang dengan menggunakan kartu- kartu merupakan
langkah yang tepat menuju tepat sasaran?
Hubungan antar variabel (komoditas-bbm bersubsidi-logistik)
Di tahun 2013, saat BBM naik sebesar 2000 rupiah (44,4%), saat itu beras naik 60%, telur naik 25%,
cabai naik 225%, dan minyak goreng naik 22%. Hal itu tidak dibarengi dengan kenaikan TDL dan
36,92%
12,23%
21,80%
29,48%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
IDR 2.100,00 IDR 500,00 IDR 1.000,00 IDR 1.500,00
Pembengkakan biaya pembelian bahan pokok
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
11 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
rencana kenaikan harga LPG seperti di tahun 2014 ini. Hal ini wajar mengingat biaya logistik di
Indonesia disebutkan bisa mencapai 50%, bahkan 70% dari harga barang, sedangkan di Negara maju,
kisarannya hanya 25% sd 30%.
Di Indonesia, sistem logistik masih jauh dari efisien. Untuk beras yang dipasarkan secara tradisional
saja, bisa sampai ada tujuh tengkulak/ tujuh kali perpindahan kepemilikan. Hal ini lah yang
menyebabkan ongkos logistik menjadi sangat mahal. Beberapa sumber menyebutkan, harga beras
yang diterima petani maksimal hanya 15% dari harga jual beras. Pemerintah seharusnya memikirkan
juga bagaimana mengefisienkan sistem rantai pasok bahan pokok ini agar efisien, sehingga bisa lebih
memakmurkan petani. Beberapa ide mengenai efisiensi rantai pasok untuk memotong jalur distribusi
seperti kembali merevitalisasi fungsi PT. POS sebagai pusat distribusi barang (bahan pokok),
seharusnya bisa dipertimbangkn dan diimplementasikan.
Poin utama dari pembahasan ini adalah bagaimana agar pemerintah membuat sistem logistik untuk
mengendalikan harga bahan pokok sehingga suatu hari hubungan antar variabelnya bisa hampir
mutually exclusive, dan kenaikan harga bbm bersubsidi pada akhirnya tidak terlalu berpengaruh
kepada harga bahan pokok.
Pemerintah seharusnya tidak malas dan mengusahakan hal seperti ini untuk tercapai terlebih dahulu
baru kemudian menaikkan harga bbm bersubsidi. Harga BBM bisa berapapun, asal rakyat bisa makan,
mengakses kebutuhan pokok, dan hidup layak, tidak masalah. Jangan sampai pemerintah gegabah
dalam mengambil keputusan walau dengan alasan menambal APBN, membangun infrastruktur,
membangun bandara, pelabuhan, namun harus mengirim 10 sampai 20 juta orang Indonesia
bergabung dengan 28 juta orang lainnya menjadi masyarakat miskin di Indonesia.
Ya, kita memang harus memastikan pembangunan Negara ini berjalan. Namun Negara ini bukan
hanya anggaran, asset dan bangunan, tapi juga rakyat yang hidup di dalamnya.
SUBSIDI BBM: BUKAN BBM YANG DISUBSIDI, TAPI DAYA BELI MASYARAKAT Betul, memang 70% pengguna subsidi BBM adalah 40% orang terkaya di Indonesia sehingga wajar
memang banyak yang menyatakan bahwa subsidi BBM hari ini tidak tepat sasaran. Banyak dikonsumsi
oleh masyarakat secara luas.
BBM adalah komoditas strategis yang tidak bisa kita mutually-ekslusifkan dari komponen dan
subsistem yang lain. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, kenaikan harga BBM akan sangat
mempengaruhi harga bahan pokok. Dari pemaparan di bagian logistik, kita bisa melihat bahwa harga
BBM sangat strategis dalam mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap bahan pokok. Jadi
pertanyaannya, sebenarnya untuk siapakah BBM bersubsidi?
“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Secara singkat, makna keadilan sosial adalah ketika kesejahteraan umum tercapai oleh seluruh warga
Indonesia. Namun jika sistem logistik dari kebutuhan primer (bahan pokok) saja belum efisien, dan
bisa mengakibatkan kenaikan harga dan berdampak kepada penurunan daya beli yang signifikan
ketika harga BBM bersubsidi naik, maka hal ini lah yang seharusnya pemerintah lindungi. Yang
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
12 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
sebenarnya pemerintah lindungi adalah DAYA BELI MASYARAKAT agar KEADILAN SOSIAL a.k.a
KESEJAHTERAAN UMUM TERCAPAI OLEH SELURUH MASYARAKAT INDONESIA.
Memang seharusnya kaum menengah keatas tidak lagi menggunakan BBM bersubsidi. Namun
caranya bukan dengan serta merta menyerahkan harga BBM kepada mekanisme pasar atau
menaikkan harga BBM bersubdisi tanpa persiapan atas pengendalian harga kebutuhan primer.
Dengan kondisi hari ini, maka keputusan pemerintah bertentangan dengan tercapainya sila ke-lima.
Yang harus dilakukan adalah menekan anggaran BBM bersubsidi dengan melakukan efisiensi dalam
setiap proses bisnisnya. Solusi-solusi seperti re-segmenting, re-targetting, dan strategi-strategi
pembatasan teknis thp pembelian BBM bersubsidi lah yang seharusnya dilakukan secara jitu untuk
bisa menekan angka konsumsi. Jika hal ini bisa dilakukan, dalam sektor transportasi saja, maka
efisiensi anggaranya bisa mencapai 49% penghematan anggaran BBM bersubsidi (70% pengguna
kelas atas x 70% bbm dihabiskan di sektor transportasi).
Disinilah gunanya pemerintah bisa membuat PERPU atau PERMEN, seharusnya hak-hak tersebut
digunakan bukan hanya untuk mengambil solusi jalan pintas. Negara harus bisa mengatur perilaku
masyarakatnya agar keadilan sosial bisa tercapai dengan sepaket haknya dalam membuat regulasi. Ini
masalah political will dan kerja keras sedikit lagi. Kabinet Kerja, ayo bekerja keras!
TINJAUAN KONSTITUSI: UU MIGAS NOMOR 22 TAHUN 2001 Pengelolaan sumberdaya minyak dan gas bumi Indonesia kini berkiblat pada UU Migas nomor 21
tahun 2001. Undang-undang tersebut dinilai menjadi biang kerok kekacauan dunia migas dari sektor
hulu hingga hilir. Sejak undang-undang ini disahkan Indonesia mengalami penurunan produksi minyak
bumi yang sangat signifikan, terhentinya penemuan cadangan migas baru, dan masuknya perusahaan
asing yang secara ramai-ramai menguras sumberdaya migas nasional. Ada beberapa poin utama dari
undang-undang tersebut sangat merugikan negara.
UU Migas nomor 22 tahun 2001 menempatkan PT Pertamina yang merupakan satu-satunya BUMN
Migas hanya menjadi operator migas yang harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta
nasional maupun asing. Hal ini membuat peran regulator berada di tangan pemerintah melalui BP
Migas. Perubahan peran ini menjadi boomerang karena Pertamina tidak memiliki previllage dalam
pengolaan cadangan migas nasional. Minyak bumi yang diproduksi sebagian besar menjadi milik
perusahaan asing karena Pertamina hanya memiliki sedikit blok migas di Indonesia. Hal ini tentu
sangat merugikan karena seandainya Pertamina diberi kewenangan akan cadangan migas maka
pemerintah tidak akan repot untuk mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar.
UU Migas nomor 22 tahun 2001 juga menciptakan sistem birokrasi yang sangat rumit. Untuk
melakukan pengeboran, Investor harus mengurus perizinan melalui banyak pintu mulai dari Ditjen
Migas, BP Migas, Bea Cukai, sampai Pemerintah Daerah yang rata-rata memakan waktu 5 tahun. Pada
tahap eksplorasi pun investor sudah harus dikenai pajak. Hal ini dipandang oleh investor sebagai
sesuatu yang tidak menarik. Padahal sebelum UU Migas ini diberlakukan Investor hanya perlu
mengurus perizinan lewat Pertamina yang memakan waktu tidak sampai 1 tahun. Akibatnya, investasi
eksplorasi cadangan anjlok yang menyebabkan tidak adanya penemuan cadangan migas baru.
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
13 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
UU Migas nomor 22 tahun 2001 memberikan peluang korupsi. BP Migas yang sekarang bernama SKK
Migas tidak memiliki kewenangan untuk melakukan jual beli minyak karena statusnya sebagai Badan
Hukum Milik Negara. Hal ini mengakibatkan SKK Migas harus menunjuk pihak ketiga untuk menjual
minyak bumi dari bagi hasil dengan kontraktor. Penunjukan pihak ketiga inilah yang selama ini
menjadi lahan suap menyuap yang sangat merugikan Negara. Hasil penjualan minyak tidak maksimal
karena harga yang dibeli pihak ketiga tentunya akan lebih rendah jika dibandingkan dengan menjual
secara langsung di pasaran.
Rencana kenaikan Harga BBM bersubsidi sekitar Rp 3.000- per liter tampaknya perlu ditinjau ulang.
Pada awal diberlakukannya UU Migas menyebutkan bahwa penentuan harga BBM akan disesuaikan
kepada harga pasar bebas. Namun pasal tercebut dicabut pada tahun 2004 yang artinya pemerintah
harus mengontrol harga BBM yang merupakan barang strategis. Dengan kenaikan tersebut maka
harga BBM bersubsidi akan naik menjadi Rp 9.500 per liter premium dan Rp 8.500 per liter solar.
Harga tersebut secara kasar menyamai harga pasar dari biaya pokok produksi BBM yang berada di
kisaran Rp 8.500- 10.000 per liter.
Potensi Pemasukan Anggaran
Pencabutan subsidi BBM adalah cara pemerintah yang paling mudah/instan untuk mendapatkan
tambahan anggaran belanja. Jika kita tinjau kembali sektor penerimaan negara sebenarnya
pemerintah masih dapat memaksimalkan sektor pajak untuk menambah pemasukan negara.
Tabel diatas merupakan penerimaan pajak yang diterima oleh Negara (dalam milyar rupiah) dalam
kurun waktu tahun 2009-2013 pada Data BPS yang bersumber di Kementerian Keuangan. Pada
September 2014 Fuad Rahmany, Dirjen Pajak kemenkeu, menyatakan bahwa target pajak tak pernah
tercapai selama kurun 12 tahun ini. Oleh karena itu, pemerintah perlu secara tegas dalam penarikan
pajak Negara agar pemasukan bertambah dan dapat dipergunakan untuk sektor lain.
Selain itu pemerintah seharusnya meningkatkan efisiensi anggaran belanja Negara. Anggaran yang
tidak terlalu penting seharusnya dipangkas dan dialihkan ke sektor prioritas. Salah satunya adalah
memangkas anggaran kunjungan kerja ke luar negeri yang dinilai terlalu besar. Begitu pula dengan
anggaran untuk reses DPR yang tidak efektif. Anggaran rapat juga terlalu besar yakni Rp 18,1 Triliun.
Pemborosan anggaran harus dihentikan agar kebocoran anggaran dapat diminimalisir.
619 922 723 307 873 874 980 518 1 148 365
601 252 694 392 819 752 930 862 1 099 944
317 615 357 045 431 122 465 070 538 760
193 067 230 605 277 800 337 584 423 708
24 270 28 581 29 893 28 969 27 344
6 465 8 026 - 1 0 0
56 719 66 166 77 010 95 028 104 730
3 116 3 969 3 928 4 211 5 402
18 670 28 915 54 122 49 656 48 421
18 105 20 017 25 266 28 418 30 812
565 8 898 28 856 21 238 17 609
Pajak Bumi dan Bangunan
2012 1)
2009 1)
Pajak Perdagangan Internasional
Pajak Ekspor
Bea Masuk
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Cukai
2011 1)
2010 1)
2013 2)
Penerimaan Perpajakan
Sumber Penerimaan
Pajak Lainnya
Pajak Penghasilan
Pajak Dalam Negeri
Pajak Pertambahan Nilai
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
14 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
Di sisi lain, penerimaan anggaran dari sektor bukan pajak seperti royalty harus dimaksimalkan. Selama
ini pemerintah masih kehilangan banyak pendapatan dari perusahaan-perusahaan yang tidak
membayar royalty khususnya dari sector pertambangan dikarenakan banyaknya penambangan dan
ekspor illegal. Peningkatan pemasukan Negara juga dapat dilakukan dengan mencegah ekspor raw
material berupa bahan galian tambang dan kelapa sawit. Industri harus siap mengubah raw material
tersebut menjadi barang bernilai tambah. Sejalan dengan ide tersebut sebenarnya untuk sector
pertambangan sudah memulai usaha untuk hilirisasi tambang namun implementasinya belu optimal.
Bagi industri lain seharusnya sudah harus mengedepankan ekspor barang bernilai tambah karena hal
itu akan menambah anggaran Negara.
KESIAPAN PEMERINTAH UNTUK MENSUBSIDI DAYA BELI MASYARAKAT JIKA
HARGA BBM DINAIKKAN SAAT INI
OVERVIEW KONDISI MASYARAKAT INDONESIA HARI INI
Kondisi Indonesia hari ini, garis miskin tertinggi memang ada di Papua dan sebagaian daerah timur di
Indonesia. Definisi garis miskin adalah masyarakat dengan pendapatan Rp. 289.041,00 perbulan
untuk penduduk kota, dan Rp. 253.273,00 perbulan Namun jika kita melihat dari persebaran
banyaknya orang miskin di Indonesia, maka kita bisa melihat bahwa 60% masyarakat miskin Indonesia,
ada di Pulau Jawa, dengan Jawa Timur dan Jawa Barat yang menyimpan jumlah tertinggi (masing-
masing 4.7 dan 4.3 juta penduduk). Namun jika kita melihat dengan standar miskin dunia untuk
Indonesia dengan US$ 2 perhari, maka ada 108 juta orang yang hidup dibawah garis kemiskinan
(sumber: World Bank Review). Norman Loayza, dalam direktur dari World Development Bank dalam
Kompas melansir bahwa 75% persen masyarakat Indonesia hanya mampu membiayai diri kurang dari
samadengan US$ 4 perhari.
SOLUSI YANG DIAJUKAN PEMERINTAH DALAM WAKTU DEKAT Salah satu langkah pemerintahan Jokowi-JK dalam menangani dampak dari subsidi BBM adalah
dengan menerbitkan program keluarga produktif (PKP) yang telah diluncurkan seminggu lalu, 11
November 2014. PKP terdiri atas tiga kartu, Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS),
N
EW
S
< 500500 - 1,0001,000 - 1,5001,500 - 2,000
Number of Poor People (000)
Gambar Jumlah Penduduk Miskin menurut Propinsi di Indonesia, 2004
---------- : A2 Figure Number of Poor People by Province in Indonesia, 2004
Jumlah Penduduk Miskin (000)---------- ----------- ---------- --
> 2,000
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
15 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Meski baru, sejatinya ketiga kartu itu meneruskan program
sebelumnya yang sudah dijalankan dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Berikut penjabaran singkat mengenai masing-masing kartu sakti terbitan Jokowi:
KIP (Kartu Indonesia Pintar)
Program bantuan untuk siswa itu mengadopsi sistem bantuan siswa miskin (BSM). Ketika
masih bernama BSM, jumlah sasarannya adalah 18 juta siswa SD, SMP, SMK, dan SMA.
Setelah berganti menjadi KIP, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
menaikkan jumlah sasaran menjadi 24 juta anak.
KIS (Kartu Indonesia Sehat)
KIS beda dengan BPJS, namun KIS menyempurnakan kekurangan BPJS. Penyempurnaan ini
mencakup dua hal. Pertama, penambahan jumlah cakupan PBI. Meski belum ada berapa
jumlah pasti penambahan peserta, Akmal memastikan, jumlah 86,4 juta PBI akan ditambah.
Penambahan itu datang dari sekitar 1,7 juta gelandangan, anak terlantar, difable dan warga
miskin lainnya yang selama ini tidak tercover pemerintah. Kedua, program untuk meng-cover
biaya perawatan bayi yang baru lahir dari pasangan penerima KIS. Jika sebelumnya mereka
tidak langsung dicover, maka dengan KIS yang dimiliki oleh orang tuanya maka sang anak
akan otomatis terdaftar. Dari sebanyak 86,4 juta warga penerima bantuan iuran (PBI), baru
sebanyak 432 ribu yang akan menerima KIS pada awal peluncuran kemarin.
KKS (Kartu Keluarga Sejahtera)
KKS merupakan pengganti Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial
(Kemensos). Tidak jauh beda dengan PKH, KKS juga akan membagikan uang tunai sebesar Rp
200 ribu pada rumah tangga sasaran (RTS). Hanya saja, pencairannya tidak lagi dilayani oleh
PT Pos bersama Bank BRI. KKS akan dilayani oleh Bank Mandiri. Di 11 November 2014, KKS
akan dibagikan pada 430.000 rumah tangga sasaran.
Lokasi Penyebaran PKP
Pada tahap awal peluncuran, KIP, KIS, dan KKS baru disebar ke 18 kabupaten/kota. Titik-titik yang
dipilih masuk kategori daerah perkotaan yang mudah dijangkau dan kondisi infrastuktur pendukung
sudah siap. Ke-18 titik penyebaran KIP tahap awal ini adalah Jakarta Pusat, Selatan, Utara, Timur, dan
Barat. Kemudian di Kabupaten Jembrana, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Cirebon, Kota Bekasi,
Kabupaten Kuningan, dan Kota Semarang. Kemudian di Kabupaten Tegal, Kabupaten Banyuwangi,
Kota Surabaya, Balikpapan, Kota Kupang, Kabupaten Mamuju Utara, dan Kota Pematang Siantar.
RELEVANSI INITIAL CONDITION DENGAN SOLUSI YANG DITAWARKAN Tiga kartu diatas merupakan lanjutan program dari pemerintahan SBY. Bisa dibilang tidak ada solusi
yang relevan dan langsung menyelesaikan permasalahan masyarakat pasca kenaikan harga BBM. Dulu,
SBY selalu mengandalkan BLT dalam setiap kenaikan harga BBM bersubsidi. BLT bukan KKS, namun
mungkin KKS merupakan program yang bisa mensubstitusi. Sayangnya, dari 28 juta penduduk yang
tercatat miskin di Indonesia, hanya ada 430.000 kepala keluarga di Indonesia yang mendapatkan KKS
dengan besaran Rp. 200.000,00 per- kepala keluarga. Jika rata-rata keluarga di Indonesia adalah
memiliki 2 sd 3 anak, maka setiap kepala disubsidi sebesar Rp. 40.000,00 sd 50.000,00 per-bulan. Jika
dikonversi ke konsumsi harian, setiap kepala mendapatkan Rp. 1.300 sd 1.700 per-hari. Apakah Rp.
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
16 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
200.000,00 perkeluarga per-bulan angkanya sudah tepat dan mampu menggantikan daya beli yang
hilang? Dan jika mengevaluasi jumlah KKS yang disebarkan, tentu kita tahu bahwa 430.000 kepala
keluarga atau hampir setara dengan 1,9 juta orang miskin di Indonesia, bahkan tidak sampai 10% dari
jumlah orang miskin dengan garis miskin yang paling bawah.
Lalu dimana, letak Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Jika memang Pemerintah bermaksud memindahkan subsidi daya beli dalam bentuk lain, maka
seriuslah, hitung besarannya, berapa banyak yg harus menerima, dan pikirkan cara pemberiannya
agar masyarakat tidak konsumtif. Masyarakat ini, untuk bisa bebas dari kemiskinan harus bekerja dan
memiliki penghasilan.
Disini kita bisa mendapatkan kesimpulan, bahwa pemerintah belum serius dalam menyiapkan
masyarakat untuk dapat menerima kenaikan harga BBM dan harga bahan pokok.
TERAKHIR; KOREKSI KRITIS ANGGARAN SUBSIDI BBM DALAM APBN Salah satu argumen yang sering diajukan sebagai alasan penaikan harga BBM adalah tidak sehatnya
ruang fiskal karena anggaran subsidi yang sangat besar. Dalam struktur APBN dari tahun ketahun
memang jumlah alokasi dana untuk Subsidi BBM kian besar, dari segi jumlah maupun segi presentase.
Lihat tabel berikut.
DIOLAH DARI BERBAGAI SUMBER
Namun sayangnya selama ini tidak ada transparasi dari mana angka-angka itu berasal. Secara
sederhana angka anggaran subsidi dapat dihitung dengan formula dibawah ini. mari coba kita hitung
mandiri berapa seharusnya alokasi anggaran Subsidi BBM dalam APBN.
Subsidi BBM = Volume X (Harga Patokan-(Harga Eceran-Pajak)
a. Harga patokan
Harga patokan adalah harga MOPS (Mean of Platts Singapore) ditambah alpha (biaya distribusi dan
margin keuntungan). MOPS sendiri adalah penilaian produk untuk trading minyak di kawasan Asia
yang dibuat oleh Platts -anak perusahaan McGraw Hill-. Mengacu pada keputusan Menteri ESDM
Republik Indonesia No. 2187 K/ 12/MEM/2014, biaya alpha (distribusi dan margin) untuk masing-
masing produk adalah sebagai berikut :
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Subsidi BBM (Rp T) 45 82 130 211 202 246 291
APBN (Rp T) 1001 1126 1321 1548 1726 1877 2020
Postur 4.50% 7.28% 9.84% 13.63% 11.70% 13.11% 14.41%
Anggaran Belanja Subsidi BBM (dalam Triliun Rupiah)
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
17 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
No. Produk Biaya Distribusi dan Margin
1 Bensin Premium dan
Biopremium
(3,32% x MOPS)+484/liter
2 Minyak tanah (2,17% x MOPS)+521/liter
3 Minyak Solar dan
Biosolar
(2,49% x MOPS)+263/liter
Dengan mengacu pada MOPS 2014 sebesar USD 99,6 per Barell dan Nilai Tukar rupiah 1 Dollar
seharga Rp.12000. maka akan kita dapatkan harga MOPS yakni Rp. 7516 per liter. Dengan mengacu
pada nilai MOPS ini, maka harga patokan untuk masing masing produk BBM Bersubsidi adalah sebagai
berikut.
No. Produk Harga Patokan (rupiah/liter)
1 Bensin 8250,54
2 Solar 8201,09
3 Minyak Tanah 7967,15
a. Harga Eceran-Pajak
Pada tahun 2014 ini harga eceran untuk masing-masing produk BBM bersubsidi adalah
sebagai berikut.
No. Produk Harga Eceran
(rupiah/liter)
1 Bensin 6500
2 Solar 5500
3 Minyak Tanah 2500
Dengan nilai pajak yang dimaksud adalah Pajak Pertambahan Nilai 10% + Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor 5%. Sehingga (Harga Eceran-Pajak) masing-masing produk adalah
sebagai berikut.
No. Produk Harga Eceran-Pajak
1 Bensin 5525
2 Solar 4675
3 Minyak Tanah 2125
b. Biaya subsidi per liter
Dari hitung-hitungan diatas kita dapat menghitung berapa biaya subsidi perliternya untuk
masing-masing produk.
No. Produk Biaya Subsidi (rupiah/liter)
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
18 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
1 Bensin 2725,54
2 Solar 3526,10
3 Minyak Tanah 5842,15
c. Alokasi Subsidi BBM
Dalam APBN-P 2014, anggaran Subsidi BBM adalah sebesar 246,49 Trilliun dengan alokasi
BBM bersubsidi di reduksi menjadi 46 Juta Kiloliter dengan rincian 29,43 Juta Kliter Premium,
15,67 Juta Kliter Solar dan 0,9 Juta Kliter Minyak tanah. Dengan mengkalikan biaya subsidi
perliter dengan alokasi tiap BBM bersubsidi ini, maka akan didapat angga anggaran Subsidi
BBM sebagai berikut.
No. Produk Anggaran Subsidi
1 Bensin Rp80.212.786.573.585
2 Solar Rp55.253.981.086.793
3 Minyak Tanah Rp5.257.938.566.038
TOTAL Rp140.724.706.226.415 140 T
Kalkulasi kami belum memasukkan anggaran untuk subsidi LPG 3kg, dimana pada tahun 2013 dan
2015 anggaran untuk subsidi LPG 3kg ini masing-masing sebesar 40 T dan 55,1 T, dengan
menggunakan asumsi anggaran subsidi LPG 3Kg sebesar 50 T daam APBN-P 2014, maka masih
terdapat selisih 56 T alokasi anggaran Subsidi BBM yang tercantum dalam APBN-P dengan kalkulasi
kami. Tidak semua masyarakat mengetahui angka kalkulasi ini.
KESIMPULAN Berdasarkan konstitusi harga BBM sebagai barang strategis tidak seharusnya mengikuti harga minyak
dunia, karena BBM adalah konsumsi masyarakat luas, maka sudah seharusnya pemerintah mengatur
harga ada dapat terjangkau masyarakat luas. Selain itu kenaikan harga BBM seharusnya diikuti
dengan rencana kebijakan yang dapat menanggulangi dampak kenaikan harga yang secara tidak
langsung akan menurunkan daya beli masyarakat. Hingga hari ini kami tidak melihat paket kebijakan
dari pemerintah yang benar-benar dapat menanggulangi dampak tersebut. Kartu Keluarga Sejahtera
(KKS) yang dibungkus dalam Program Keluarga Produktif (PKP) pun jauh dari kondisi dapat
menanggulangi dampak.
Selain itu, kami melihat hal fundamental lainnya adalah mahalnya ongkos logistik barang pokok,
pemerintah seharusnya mengefisienkan rantai distribusi ini agar rantai logistik dapa lebih efektif dan
efisien.
Melihat secara lebih luas, permasalahan utama subsidi BBM adalah ketergantungan terhadap BBM,
maka sudah seharusnya pemerintah melakukan percepatan pengembangan Energi Baru dan
Terbarukan, terutama Biofuel, karena Indonesia dijuluki “ArabSaudinya Biofuel”.
ADIL SEJAK DALAM PIKIRAN, HIPSTER SEJAK DALAM PERGERAKAN
19 | K a j i a n S u b s i d i B B M K M - I T B 2 0 1 4 / 2 0 1 5
SIKAP Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas, maka KM-ITB menyatakan :
Menolak Kenaikan Harga BBM sampai pemerintah melaksanakan hal-hal berikut :
Adanya peningkatan kinerja Bulog secara signifikan untuk mengefisienkan rantai pasok dan
pengendalian harga bahan pokok yang terintegrasi dari pusat sampai daerah dengan
indikator ongkos logistik dari harga pokok adalah hanya 30-35% dari harga barang pokok.
Adanya kesiapan dari 28 juta masyarakat Indonesia di lapisan ekonomi terbawah dalam
menghadapi kenaikan harga BBM bersubsdi sehingga mereka masih memiliki daya beli yang
cukup untuk mengakses kebutuhan pokok dan akses untuk melanjutkan hidup
Adanya trasparansi alokasi dana kenaikan BBM untuk pemberdayaan masyarakat.
REKOMENDASI JANGKA PENDEK
Adanya kenaikan pajak yang signifikan untuk perusahaan produsen kendaraan dengan bahan
bakar BBM sekaligus pengendalian dan pemotongan jumlah pembelian mobil baru di
Indonesia
Adanya reduksi cost-recovery dari ongkos yang tidak perlu
Adanya renegosiasi kontrak dan mengembalikan kontrak-kontrak migas yang sudah habis ke
PERTAMINA
Adanya pemberantasan mafia migas yang bercokol kepada proses trading pihak ke-3
(PETRAL) dan lembaga hukum yang tidak sah secara konstitusi (SKK Migas)
Terakhir, pemerintah harus melakukan persiapan kebijakan untuk memperbesar pemasukan
APBN negara seperti melaksanakan Hilirisasi Tambang dengan secara paralel membangun
industri pengolahan sebagai upaya mendorong tumbuhnya Industri turunan dalam negri, dan
kebijakan-kebijakan menuju kedaulatan dan ketahanan energi Nasional seperti revisi UU
Migas dan implementasi Roadmap Energi 2030.
REKOMENDASI JANGKA PANJANG
Mendorong pemerintah secara paralel melakukan percepatan pengembangan Energi Baru
dan terbarukan serta mempersiapkan pasar dan infrastruktur pendukungnya, terutama
Biofuel.
Memperbaiki sistem transportasi Indonesia sehingga dapat menekan penggunaan kendaraan
pribadi.
top related