jurnal pendidikan matematika issn: 2086 - 4251 1 volume 1 nomor 1- juni 2014 jurnal pendidikan...
Post on 14-Feb-2018
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP BIMA
Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli.
Jurnal ini berisi laporan penelitian, gagasan konseptual, kajian
teori, dan kajian buku pendidikan khususnya Pendidikan
Matematika. ISSN: 2086-4250
Susunan Redaksi
Pelindung
Drs. Mustamin, M.Sc
Penanggung Jawab
Dr. Amran Amir
Redaksi Pelaksana
Moh. Zaky Aminy, ST. M.Pd
Andang, M.Pd
Redaksi Ahli
Edi Mulyadin, M.Pd
Dusalan, S.Pd. M.Pd
Sudarsono, M.Pd
Syaifullah, M.Pd
Yaser Arafat, SH.MH
Penyunting/Editor
B.Erdiansyah Putra, M.Eng
Alamat: Kampus STKIP Bima, Jl. Piere Tendean Kelurahan Mande Kota
Bima. Telp/Fax: 0374-42801
.. Naskah dikirim ke Alamat Email prodimat_stkipbima@yahoo.com
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
2 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Daftar Isi
Dewi Sartika, M.Pd
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman
Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournaments
47-6
Yaser Arafat, SH. MH
Implementasi Strategi Think-Talk-Write melalui
Belajar Dalam Kelompok Kecil untuk Meningkatkan
Aktivitas dan
Prestasi belajar siswa
63-48
Sari Novia
Model Penyebaran Virus Flu Burung
(Avian Influenza Virus)
75-64
Lahmudin, S.Pd.,M.Pd.
Pengaruh Penggunaan Media KIT Mekanika
terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X 1
(Unggulan) dan Kelas X 2 (Reguler)
Di SMA Negeri 5 Kota Bima
84-76
B. Erdiansyah Putra, M.Eng
Pengaruh Pembelajaran Matematika Melalui
Pendekatan Pemecahan Masalah Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Statistika
60-52
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
3 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PEMAHAMAN MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS
Oleh: Dewi Sartika, M.Pd
Abstrak : Pembelajaran model kooperatif TGT adalah salah satu
tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan
yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT
memungkinkan siswa mampu memahami pembelajaran
secara maksimal.
Kata Kunci : Membaca Pemahaman, model kooperatif TGT
Pendahuluan
Undang-undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa pendidikan
nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertangungjawab. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut salah satu cara yang ditempuh adalah
melakukan inovasi dalam pembelajaran, agar suasana
pembelajaran lebih bervariasi.
Selama ini, metode pembelajaran yang sering diterapkan
pada peserta didik adalah metode ceramah yang berasal dari satu
arah yaitu dari guru. Dampak yang timbul dari penerapan metode
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
4 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
ini secara terus menerus adalah kurangnya keterampilan dan
kreatifitas siswa terhadap fenomena alam sebagai akibat
pemahaman yang terbatas. Dengan demikian, penerapan metode
seperti ini tidak banyak memberikan kontribusi yang cukup dalam
merangsang daya serap belajar siswa khususnya mata pelajaran
Bahasa Indonesia serta akan berimplikasi pada kecenderungan
menurunnya prestasi belajar siswa. Untuk mengantisipasi dan
usaha menyiasati adanya pemahaman siswa yang terbatas,
kurangnya antisipasi dan kreativitas terhadap fenomena alam
sekitar serta usaha untuk menggalang daya serap belajar siswa,
maka diperlukan adanya inovasi dalam belajar yang dapat
membantu meningkatkan pemahaman dan penalaran siswa.
Sebagai bagian dari upaya menyikapi permasalahan dan
kenyataan pengajaran matematika, salah satu hal yang perlu
dilakukan adalah menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada
suatu model pembelajaran yang sesuai. Dalam pengembangan
perangkat pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah
pembelajaran yang inovatif dan kreatif yaitu antara lain
mengembangkan pembelajaran yang berorientasi model
pembelajaran kelompok. Pembelajaran yang dimaksud adalah
mode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnaments
(TGT).
Model pembelajaran Tipe Teams Games Tournamaents
(TGT) merupakan suatu bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk
memberi suasana rilek pada siswa, karena model pembelajaran ini
disajikan dalam bentuk game atau permainan. Tipe pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) ini dirasa tepat digunakan
dalam proses pembelajaran.
Konsep Membaca
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
5 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Pada hakikatnya membaca adalah suatu aktivitas membatin
yang suatu hal yang lahir, tentunya dalam pengertian luas. Maksud
dari lahir disini adalah benda dalam artian fisik, konkrit maupun
absrak yang dapat didera olah panca indera manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam pengertian melalui
pengheliatan, perabaan, penciuman, pengecapan maupun
pendengaran. Sedangkan tidak langsung dapat diartikan melalui
ciri-ciri suatu benda atau keadaan, ataupun dengan peralatan bantu
tertentu. Sebagai contoh adalah membaca tulisan. “Tulisan adalah
suatu bentuk fisik konkrit yang melalui indera pengheliatan atau
bisa juga melalui peradaban yang tuna netra.” (Klein, dkk. dalam
Rahim, 2009:1) pertama membaca merupakan suatu proses.
Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang
dimiliki oleh pembaca memiliki peranan yang utama dalam
membentuk makna, kedua membaca adalah strategis. Pembaca
yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca sesuai
dengan teks dan konteks dalam rangka mengontruksi makna.
Ketiga membaca merupakna interaktif. Keterlibatan pembaca
dengan teks tergantung pada konteks.
Hakikat Membaca Siswa
Pada hakikatnya aktivitas membaca terdiri dari dua bagian
yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk.
Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental.
Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi
dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca. Pelajaran
membaca di sekolah diselenggarakan dalam rangka pengembangan
kemampuan membaca yang mutlak harus dimiliki oleh setiap siswa
agar dpat mengembangkan diri secara berkelanjutan. Melalui
pembelajaran di sekolah, siswa diharapkan memperoleh dasar-
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
6 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
dasar kemampuan membaca di samping kemampuan menulis dan
menghitung, serta kemampuan esensial lainnya. Dengan dasar
kemampuan itu, siswa dapat menyerap pengetahuan yang sebagian
besar disampaikan melalui tulisan.
Tujuan Pembelajaran Membaca
Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang
dibacanya. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai
suatu proses yang bergulir, terus menerus dan berkelanjutan.
Membaca pemahaman sebagai sebuah proses, berarti memahami
bacaan sudah terjadi ketika kita belum membaca buku apapun.
Kemudian, paham itu menapaki tahapan yang berbeda yang terus
berubah saat baris demi baris, kalimat demi kalimat, paragraf demi
paragraf dari bacaan yang mulai kita baca. Selanjutnya,
pemahaman bacaan itu akan mencapai tahapan yang lain pula
ketika kita sampai pada bagian terakhir bacaan itu.
Begitu besarnya peranan membaca untuk menambah
pengetahuan seseorang. Begitu besar pula peran orang lain dalam
menyempurnakan pemahaman seseorang terhadap apa yang
dibacanya. Karena itu, di kelas membaca merupaka proses
memasukkan informasi dan pengetahuan ke dalam otak siswa
(Santosa, 2008:20).
Membaca Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti,
memahami. Menurut Daryanto (1998:48), pemahaman diartikan
sebagai proses atau perbuatan memahami atau memahamkan. Jadi
membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau proses yang
melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
7 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
mental dalam rangka memahami atau mengerti suatu
permasalahan.
Menurut Santosa (2008:48), proses membaca pemahaman
merupakan suatu kegiatan yang yang sangat komplek yang
melibatkan babeberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah: 1)
Aspek sensori, 2) Aspek perseptual, 3) Aspek skemata, 4) Aspek
berpikir, 5) Aspek apektif.
Kemampuan membaca siswa banyak ditentukan oleh
pengalamannya membaca dan kemampuannya menguasai
pengetahuan yang berkaitan dengan aspek-aspek kebahasaan,
misalnya kosa kata dan struktur. Aspek yang terpenting dalam
penilaian membaca adalah pemahaman. Karena alat ukur yang
paling tepat digunakan berbentuk tes.
Menurut Santosa (2008:52), ada dua jenis tes yang dapat
digunakan menguji kemampuan membaca siswa, yaitu tes
pemahaman kalimat dan tes pemahaman wacana.
1. Tes Pemahaman Kalimat. Jenis
tes ini biasanya diberikan di kelas rendah. Dalam penyusunan
tes pemahaman kalimat ada dua cara yang dat ditempuh guru
yaitu menyajikan gambar dan menyajikan kata atau frase untuk
pilihan jawabannya. Tes pemahaman kalimat biasa digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa memahami fungsi kosa
kata dan struktur dalam kalimat.
2. Tes Pemahaman Wacana. Tes pemahaman wacana
bersifat integratif. Artinya banyak aspek yang dapat diukur
dengan menggunakan tes ini, misalnya penguasaan kosa kata,
penguasaan struktur, daan pemahaman isi wacana. Tes ini dapat
diberikan dikelas tinggi maupun kelas rendah. Tes pemahaman
wacana terdiri dari tes pilihan ganda dan tes pilihan rumpang.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
8 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Menurut Santosa (2008:64-65), metode pembelajaran
membaca pemahaman dikelompokkan menjadi: 1) membaca
teknik, 2) membaca dalam hati, 3) membaca pemahaman, 4)
membaca indah, 5) membaca cepat, 6) membaca pustaka, 8)
membaca bahasa. Semuanya dapat dilaksanakan dengan
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaents (TGT).
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Ibrahim dalam Rahmah (2005:9-10), unsur-unsur
dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: Hasil
belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu,
pendembangan keterampilan sosial.
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam
atau berenang bersama.
2. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap
siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain
tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi
yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua
memiliki tujuan yang sama.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
9 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab
di antara para anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan
yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara
mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama
belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-
keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi
lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan selama kerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (a) siswa
bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya, (b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (c) bilamana mungkin,
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
berbeda-beda, (d) penghargaan lebih berorientasi kelompok
ketimbang individu.” (Ibrahim, dkk. dalamRahmah, 2005:10).
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah agar paserta didik
dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan
cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan
menyampikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, dalam
Rahmah. 2005:9-10). Tipe pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
10 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
yang dirangkum oleh Ibrahim dalam Rahmah (2005:12-13), yaitu:
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu,
dan pengembangan keteranpilan social.
Hasil Belajar Akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai
siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma
yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif
dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah
maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik.
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan
ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki
oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
11 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari
materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk
melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja
dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok
selama kegiatan.
Menurut Isjoni dalam Rahmah (2005:14-15), keterampilan
kooperatif dibagi menjadi: Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal;
Keterampilan Tingkat Menengah,dan Keterampilan Tingkat Mahir.
Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut pembelajaran model
kooperatif yang diuraiakan oleh Ibrahim dkk dalam Rahmah
(2005:16).
Tabel: Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku Guru
Fase 1:
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Fase 2:
Menyajikan
informasi
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan.
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase 4:
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
12 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
`
Metode Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran model kooperatif TGT adalah salah satu tipe
atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar
dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif
tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan
sehat dan keterlibatan keterlibatan belajar (Chotimah. 2009:296).
Selanjutnya Slavin dalam Chotimah (2009:270-271),
mengemukakan 5 komponen utama dalam TGT yaitu: Penyajian
Kelas (teacher presentation), Kelompok (Teams), Permainan
(Games), Pertandingan (Tournaments), Penghargaan kelompok
(Teams recognition).
1. Penyajian Kelas (teacher presentation).
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
atau dengan ceramah, diskusi, yang dipimpin guru. Pada saat
penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu
siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat
Fase 5:
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6:
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
13 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
game karean skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (Teams)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin,
dan ras atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game.
3. Permainan (Games)
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian
kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.
4. Pertandingan (Tournaments)
Yakni perlombaan yang diadakan pada akhir minggu atau
pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan
kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
5. Penghargaan kelompok (Teams recognition)
Yakni penghargaan dengan mengumumkan kelompok yang
menang.
Langkah-Langkah Pembelajaran Membaca Dengan
Metode Teams Games Tournaments (TGT)
Chotimah dkk (2009:272-274), merincikan langkah-langkah
yang dilakukan pengajar dalam melaksanakan pembelajaran
dengan metode Teams Games Tournaments (TGT) sebagai berikut:
1) menulis topik pembelajaran di papan tulis, 2) menyampaikan
tujuan pembelajaran, 3) membagi peserta didik dalam kelompok
masing – masing kelompok beranggotakan 4-5 orang secara
heterogen, 4) meminta masing-masing kelompok membaca materi
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
14 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
yang akan di pelajari, 5) menyiapkan meja turnamen dan
perlengkapan turnamen, 6) membagi perlengkapan untuk
turnamen, 7) menunutun kegiatan turnamen, 8) merekap skor nilai
kelompok masing-masing di papan tulis, 9) memberi penguatan
pada jawaban soal turnamen, 10) membimbing peserta didik
mengambil kesimpulan.
Kesimpulan
Belajar akan bermakna jika proses belajar memperhatikan atau
memperlihatkan keterkaitan yang baru dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki oleh seseorang atau materi yang dikuasainya.
Tipe teams games tournaments adalah metode mengajar dengan
mengedepankan konsep bermain sambil belajar. Kegiatan ini
bertujuan untuk memupuk semangat anak didik untuk selalu riang
dalam melakukan suatu kegiatan dalam hal ini adalah belajar, agar
proses pembelajaran tidak terkesan membosankan.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
15 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE
MELALUI BELAJAR DALAM KELOMPOK KECIL
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
Oleh: Yaser Arafat, SH. MH
Abstrak : Pembelajaran matematika hendaknya memperhatikan
karakteristik matematika, mengingat siswa sebagai
subjek didik perlu dikaji hal-hal yang mampu
mengembangkan potensinya masing-masing. Strategi
think-talk-write yang diterapkan melalui belajar dalam
kelompok kecil merupakan salah satu alternatif
strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menjadikan siswa dapat aktif dalam proses
pembelajaran dengan menunjukan berbagai
kemampuannya. Implikasi penting yang timbul dari
penggunaan strategi tersebut selain peningkatan
aktivitas belajar adalah meningkatnya prestasi belajar
siswa. Oleh karena itu, tulisan ini menjadi penting
untuk memberikan penjelasan terutama kepada guru
matematika agar dapat melaksanakan suatu strategi
pembelajaran yang tepat yaitu strategi think-talk-write.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Aktivitas Belajar, Strategi
think-talk-write
Pendahuluan
Masyarakat umum mengetahui bahwa pendidikan memiliki
peran sentral yang sangat penting. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang demikian pesat menuntut adanya upaya
perbaikan kualitas pendidikan secara kontinyu. Pemberlakuan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah
satu upaya pemerintah memperbaiki kualitas pendidikan di
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
16 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Indonesia. Dikatakan demikian, karena KTSP menuntut adanya
perubahan paradigma baik dalam hal cara guru mengajar, cara
siswa belajar, maupun cara mengevaluasi siswa.
Di dalam KTSP disebutkan sebagai berikut, “Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan potensinya...” (Muslich,
2007:11). Implikasinya, pembelajaran yang sebelumnya bersifat
teacher oriented hendaknya diubah menjadi pembelajaran bersifat
student oriented yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dengan demikian,
pemahaman konsep, kemampuan penalaran dan komunikasi, serta
kemampuan pemecahan masalah siswa dapat ditingkatkan, yang
nantinya akan berimbas pada peningkatan prestasi belajar
Matematika siswa.
Model pengajaran langsung (direct teaching) merupakan
salah satu model pengajaran yang cenderung diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM). Salah satu dampak dari direct
teaching, keterlibatan guru yang cenderung mendominasi KBM,
menjadikan aktivitas belajar siswa berkurang dan berakibat
menurunkan kemampuan berpikir siswa, karena pemahaman
konsep oleh siswa diperoleh melalui transfer informasi dari guru.
Jean Peaget (dalam Rohani, 2004:7) menegaskan, “seorang anak
akan berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tak
berpikir. Agar ia berpikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan
untuk berbuat sendiri”. Jadi, seyogyanya proses membangun
pemahaman tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan guru
memantapkan saja (Muslich, 2007:52).
Akibat lainnya yang biasa di amati adalah lemahnya interaksi
di dalam KBM baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru
Matematika. Siswa jarang berdiskusi dengan siswa lainnya dalam
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
17 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
menghadapi masalah Matematika, dan hampir tidak berani
mengajukan pertanyaan jika ada ketidakjelasan materi yang
disampaikan guru. Ketidakpahaman siswa akan konsep
Matematika, membuat siswa kurang mampu mengekspresikan
kemampuannya dalam komunikasi tertulis. Prakteknya siswa
cenderung menuliskan semua hal yang dituliskan guru di papan
tulis tanpa memahami makna yang terkandung dari simbol-simbol
yang dituliskan terlebih dahulu. Karena setiap simbol mengandung
ide, adalah penting bahwa ide harus dipahami sebelum ide itu
sendiri disimbolkan (Hudojo, 2003:73).
Strategi think-talk-write yang diterapkan melalui belajar
dalam kelompok kecil merupakan salah satu alternatif strategi
pembelajaran yang dapat digunakan. Strategi think-talk-write
dipilih, karena melalui tahap think memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya dalam
memecahkan masalah. Nasution (1989:124) berkata dalam semua
proses pemecahan masalah, yang paling penting dan paling sukar
ialah langkah pertama yakni mencari, mengidentifikasi,
merumuskan dan menjelaskan masalah. Oleh karena itu, tahap
think merupakan basic bagi siswa untuk memahami adanya
masalah. Membangun interaksi siswa yang merupakan
pengembangan kemampuan sosial seperti berkomunikasi dan
berpendapat dilakukan pada tahap talk. Interaksi dapat ditingkatkan
dengan belajar kelompok (Muslich, 2007:50).
Hakekat Pembelajaran Matematika
Matematika berasal dari bahasa Latin manthanein atau
mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan
dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang
semuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama Matematika
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
18 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi, yaitu
kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat
dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau
pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten (Depdiknas,
2004:17).
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses
perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman sebagai
akibat interaksi dengan lingkungannya (Purwanto, 1990:85).
Dengan demikian, seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan
belajar apabila orang tersebut telah memperoleh hasil, yaitu
perubahan tingkah laku (perilaku). Pembelajaran pada hakekatnya
adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan pengembangan
potensi dalam masing-masing individu. Pembelajaran Matematika
di sekolah tidak bisa terlepas dari sifat-sifat Matematika yang
abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa. Berkenaan
dengan hal tersebut, menurut Suherman (2003) dalam Depdiknas
(2007:7) maka perlu memperhatikan karakteristik pembelajaran
Matematika di sekolah yaitu sebagai berikut: (1) Pembelajaran
Matematika berjenjang (bertahap), (2) Pembelajaran Matematika
mengikuti metode spiral, (3) Pembelajaran Matematika
menekankan pola pikir deduktif, (4) Pembelajaran Matematika
menganut kebenaran konsistensi.
Pembelajaran Matematika hendaknya memperhatikan
karakteristik Matematika di atas. Mengingat siswa sebagai subjek
didik, perlu dikaji hal-hal yang mampu mengembangkan
potensinya masing-masing. Ebbut dan Staker memberikan asumsi
tentang karakteristik subjek didik dalam mempelajari Matematika
sebagai berikut: (1) murid akan mempelajari Matematika jika
mereka mempunyai motivasi, (2) murid mempelajari Matematika
dengan caranya sendiri, (3) murid mempelajari Matematika baik
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
19 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
secara mandiri maupun dengan kerjasama dengan temannya, (4)
murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam
mempelajari Matematika (Depdiknas, 2006:5). Perbedaan-
perbedaan individual setiap siswa merupakan hal yang harus
menjadi pertimbangan dalam pembelajaran Matematika. Oleh
karenanya, pemilihan strategi yang digunakan dalam pembelajaran
haruslah diperhatikan.
Istilah-istilah dalam Pembelajaran
Dalam mengajarkan suatu materi pokok tertentu dalam
Matematika, digunakan model, strategi, pendekatan, metode,
maupun teknik yang sesuai dengan kondisi dan situasi siswa yang
di ajar agar tujuan pembelajaran tercapai dengan hasil yang
optimal. Pembelajaran yang dimaksud merupakan perpaduan
pengertian kegiatan pengajaran oleh guru dan belajar oleh peserta
didik. Agar dapat dibedakan yang dimaksud dengan model,
strategi, pendekatan, metode dan teknik mengajar, berikut akan
dipaparkan pengertiannya.
1. Model
Model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu
materi dalam mencapai tujuan tertentu (Depdiknas, 2004:3).
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Joyce dan Weill (1986),
setiap model memiliki unsur-unsur berupa : Sintaks, Sistem
Sosial, Prinsip Reaksi, Sistem Pendukung, Dampak
Instruksional dan Pengiring (Suherman dan Winataputra,
1992:48). Dalam model mencakup strategi, pendekatan,
metode dan teknik. Contoh model dalam pembelajaran
Matematika: Direct Teaching, Problem Based Instruction dan
Model Kooperatif.
2. Strategi mengajar
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
20 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Dalam konteks pengajaran, strategi bisa diartikan sebagai
suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam
manifestasi aktivitas pengajaran (Rohani, 2004:32). Pada
dasarnya, strategi mengajar adalah tindakan nyata dari guru
atau praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara
tertentu, yang dinilai lebih efektif dan efisien (Sudjana,
1987:147). Strategi yang dimaksud adalah mencakup
bagaimana memilih dan menggunakan suatu pendekatan,
metode maupun teknik dalam melaksanakan pengajaran.
3. Pendekatan
Pendekatan belajar mengajar dapat merupakan suatu
konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu
materi untuk mencapai tujuan belajar-mengajar (Suherman dan
Winataputra, 1992:220). Contoh pendekatan dalam
pembelajaran Matematika : Pendekatan Spiral, Pendekatan
Deduktif dan Pendekatan Kontekstual.
4. Metode mengajar
Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Metode
mengajar sifatnya umum dan dapat dilakukan pada semua mata
pelajaran. Contoh metode dalam pembelajaran Matematika :
Metode Penemuan Terbimbing, Metode Diskusi dan Metode
Penugasan.
5. Teknik mengajar
Teknik merupakan cara mengajar yang memerlukan
keahlian khusus sesuai dengan karakter materi pelajaran,
peserta didik atau keterampilan guru. Sebuah metode mengajar
suatu topik atau subtopik jika dilakukan oleh seorang guru
yang menguasainya atau berbakat, dapat menjadi sebuah
teknik mengajar (Suherman dan Winataputra, 1992:220).
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
21 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Contoh : Bagaimana teknik bertanya yang benar dan teknik
menjelaskan yang efektif di dalam proses belajar mengajar.
Berikut skema penjenjangan istilah pengajaran di kelas
(Depdiknas, 2004:3).
Gambar 1: Skema Penjenjangan Pengajaran
Strategi Think-Talk-Write dalam Pembelajaran
Strategi mengajar menyangkut pemilihan cara yang dipilih
guru dalam menentukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan
pembelajaran, dan lain-lain dalam menyampaikan materi
Matematika kepada siswa di depan kelas (Hudoyo, 1990:11).
Think-talk-write adalah strategi yang memfasilitasi latihan
berbahasa secara lisan dan menuliskan bahasa tersebut dengan
lancar dan terstruktur. Strategi think-talk-write yang dipilih pada
penelitian ini dibangun dengan memberikan waktu kepada siswa
untuk melakukan kegiatan berpikir, merefleksikan hasil pemikiran
untuk menyusun ide-ide, dan menguji ide-ide itu sebelum
menuliskannya (Andriani, 2008:1).
Pelaksanaan Strategi Think-Talk-Write
Model
Strategi
Pendekatan
Teknik
Metode
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
22 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Mengutip pernyataan Suherman (2008:14), di dalam strategi
think-talk-write dijelaskan sebagai berikut : pembelajaran dimulai
dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak dan
mengkritisi), informasi yang diperoleh dari bahan bacaan tersebut
kemudian dikomunikasikan dalam diskusi kelompok, sebagai
pedoman untuk menyelesaiakan permasalahan yang diberikan
dalam kelompok. Melalui presentasi dan diskusi kelas, persepsi
disamakan dan hasil diskusi ditulis dalam laporan hasil diskusi
berupa lembar kerja kelompok.
Andriani (2008:1) mengungkapkan, tahapan belajar siswa
dengan menggunakan strategi think-talk-write adalah :
1. Tahap think, yaitu tahap berpikir dimana siswa membaca teks
berupa bahan bacaan maupun soal. Dalam tahap ini siswa
secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi
penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang
terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya
sesuai dengan bahasanya sendiri,
2. Tahap kedua adalah talk (berbicara atau diskusi) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang
penyelidikannya pada tahap think. Pada tahap ini siswa
merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing)
ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan
komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam
berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun
refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang
lain,
3. Tahap ketiga adalah write, siswa menuliskan ide-ide yang
diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan
ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
23 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi
yang diperolehnya.
Belajar dan bekerja dalam kelompok merupakan bentuk
kegiatan belajar aktif yang mampu menumbuhkembangkan
keterampilan sosial siswa (Ahmadi, 1997:125). Berlmutter dan De
Montmollin menyatakan, dalam kelompok, siswa belajar lebih
cepat, dan bahwa pengalaman kelompok sering beralih ke anggota-
anggota kelompok sehingga mereka bekerja lebih efektif sekembali
ke pekerjaan mereka masing-masing (Abdullah, 2007:75).
Dalam penelitian ini, paktek pemecahan masalah
diimplementasikan melalui belajar dalam kelompok-kelompok
kecil yang beranggotakan 4 hingga 5 orang untuk tiap
kelompoknya. Keseluruhan alur atau urutan kegiatan belajar
mengajar (sintaks) strategi pembelajaran think-talk-write terdiri
dari 6 fase, yakni (1) memotivasi siswa, (2) mengorganisasi siswa
ke dalam kelompok belajar dan memberikan tugas kelompok, (3)
membimbing kelompok bekerja dan belajar, (4) diskusi kelas dan
melaporkan hasil diskusi, (5) penguatan terhadap hasil diskusi, (6)
mengakhiri pembelajaran.
Adapun rincian aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sintaks Strategi Pembelajaran Think-talk-write
Pelaksanaan
di kelas Fase Aktivitas guru dan siswa
Pendahuluan Memotivasi
siswa a. Guru menyampaikan materi pokok, tujuan
pembelajaran dan apersepsi.
b. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan
materi yang akan dipelajari dengan
kehidupan siswa sehari-hari. Pengembangan Mengorganis a. Guru mengorganisai siswa ke dalam
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
24 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
asi siswa ke
dalam
kelompok
belajar dan
memberikan
tugas
kelompok
kelompok belajar. Siswa mengambil tempat
di kelompok yang sudah ditetapkan guru
b. Guru membagikan bahan bacaan, lembar
kerja kelompok, soal-soal latihan dan alat
peraga
c. Guru menyampaikan kepada siswa apa yang
akan mereka lakukan dalam kelompok
(menjawab pertanyaan pada lembar kerja
kelompok).
Membimbin
g kelompok
bekerja dan
belajar
a. Siswa melakukan aktivitas yang telah
ditentukan guru, meliputi :
T H I
N K
Siswa membaca, mempelajari bahan
bacaan dan membuat catatan dari hasil
bacaan yang berkaitan dengan solusi
pemecahan masalah secara individual
untuk dibawa ke forum diskusi
T A L K
Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dalam
kelompok membahas isi catatan melalui
komunikasi lisan dalam usaha menemukan
solusi pemecahan masalah W R I T E
Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan
yang memuat pemahaman dan komunikasi
Matematika dalam bentuk tulisan berupa
pengisian lembar kerja kelompok
b. Guru berkeliling memberikan bantuan
terbatas kepada kelompok berupa
penjelasan secukupnya, memberikan
pertanyaan yang merangsang siswa
berpikir, dll.
Diskusi
kelas dan
melaporkan
hasil diskusi
a. Siswa melaporkan hasil penyelesaian
masalah atau hasil aktivitas kelompok
b. Guru menentukan wakil dari kelompok
tertentu untuk mempresentasikan hasil kerja
melalui forum diskusi kelas
c. Guru memimpin diskusi
d. Guru menyamakan persepsi dan meminta
setiap siswa untuk membuat kesimpulan
dari hasil diskusi
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
25 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
e. Guru menutup forum diskusi dan bersama-
sama dengan siswa menyimpulkan hasil
diskusi
Penerapan Penguatan
terhadap
hasil diskusi
a. Guru meminta siswa secara individu
mengerjakan soal-soal latihan dan
menyampaikan langkah-langkah
penyelesaian yang benar
Penutup Mengakhiri
pembelajara
n
a. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil
kegiatan pembelajaran kali ini
b. Guru menutup pembelajaran dengan
menugaskan siswa mempelajari materi
berikutnya atau dengan memberi PR
Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai
oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka
waktu tertentu. Djamarah (1994:24) menyimpulkan, prestasi
belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan
kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang
menyangkut pengetahuan/kecakapan yang dinyatakan sesudah
hasil penilaian. Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana
menyatakan, Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan nyata
(actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, bukan
suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu suatu
kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki individu
untuk mencapai suatu prestasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis
simpulkan prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perkembangan kecakapan nyata (actual ability) yang diperoleh
siswa setelah belajar bukan kecakapan potensial (potensial ability),
sebab prestasi belajar ini dapat ditunjukkan oleh angka-angka yang
merupakan hasil pengukuran yang lazim disebut dengan skor. Skor
dikonversikan ke dalam nilai berdasarkan kriteria tertentu atau
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
26 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
norma. Dalam penelitian ini, hasil belajar dinyatakan dalam bentuk
nilai, hasil dari mengerjakan tes Matematika.
Peranan guru sebagai pendidik sangat menentukan prestasi
belajar siswa. Guru dituntut menciptakan suasana belajar yang
kondusif serta senatiasa mengadakan penilaian dalam proses
pembelajaran. Penilaian merupakan sistem yang
berkesinambungan untuk dapat menilai prestasi belajar siswa. Bagi
guru, penilaian berfungsi untuk memberikan umpan balik kepada
guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran ke
arah yang lebih baik. Bagi siswa sendiri, hasil penilaian dapat
digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa, serta membantu
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan
prestasinya.
Aktivitas Belajar
Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik itu
secara jasmani maupun rohani. Sardiman (2003:95) menegaskan,
“Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”. Aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator
dari keberhasilan belajar siswa. Aktivitas yang dimaksud adalah
kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya,
mengajukan pendapat, mendiskusikan materi ajar, dan
mengerjakan tugas-tugas. Dalam proses belajar mengajar, guru
perlu membangun aktivitas siswa meliputi berpikir dan
berkomunikasi baik lisan maupun tertulis. Melalui aktivitas
individu, penerimaan pelajaran dapat bertahan lama, karena
informasi yang didapat siswa dipikirkan kembali, diolah, kemudian
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda. Dengan partisipasi
aktif siswa, pengetahuan mereka akan berkembang dengan lebih
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
27 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
baik yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa (Slameto, 2003:36).
Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam
interaksi belajar mengajar. Penggunaan prinsip aktivitas dalam
proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu sebagaimana yang
dikemukakan Hamalik (2003:175-176) antara lain :
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung
mengalami sendiri,
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi
siswa secara integral,
3. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa,
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri,
5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis,
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan
orang tua siswa dengan guru,
7. Pengajaran dilaksanakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta
menghindari terjadinya verbalistis,
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas
dalam kehidupan di masyarakat.
Kesimpulan
Strategi think-talk-write yang diterapkan melalui belajar
dalam kelompok kecil merupakan salah satu alternatif strategi
pembelajaran yang dapat digunakan. Strategi think-talk-write
dipilih, karena melalui tahap think memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya dalam
memecahkan masalah. Dalam strategi think-talk-write,
pembelajaran dapat dilakukan dengan dimulai berpikir melalui
bahan bacaan (menyimak dan mengkritisi), kemudian informasi
yang diperoleh dari bahan bacaan tersebut dikomunikasikan dalam
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
28 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
diskusi kelompok. Hal tersebut diperlukan sebagai pedoman untuk
menyelesaiakan permasalahan yang diberikan dalam kelompok.
Melalui presentasi dan diskusi kelas, persepsi disamakan dan hasil
diskusi ditulis dalam laporan hasil diskusi berupa lembar kerja
kelompok. Apabila strategi think-talk-write dilaksanakan didalam
proses pembelajaran secara utuh dan komperehensif dengan
mengacu kepada tahapan pembelajarannya maka dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Aktivitas belajar
siswa setelah diterapkan strategi tersebut akan nampak dalam
bentuk keaktifan dan kemampuan siswa dalam hal membaca,
mendengar, mengamati, menyimak, mendiskusikan, menanyakan,
merangkum, menyimpulkan, dan menerapkan. Sedangkan hasil
belajar siswa dapat ditunjukan nilai belajar yang meningkat.
Daftar Pustaka
Abdullah, J. 2007. “Mengoptimalkan Pembelajaran Kooperatif
Model STAD Untuk Meningkatkan Motivasi dan
Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Pengolahan
Data di Kelas VI SDN 08 Cakranegara Tahun Pelajaran
2005/2006”. Jurnal Pendidikan Karya Tulis Ilmiah
Guru Kota Mataram Tahun 2007. Hlm. 71-86.
Ahmadi, A. dan Prasetya, J.T. 1997. Strategi Belajar Mengajar
Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK. Bandung:
Pustaka Setia.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
29 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Andriani, M. 2008. Dunia matematika : Strategi Pembelajaran
Think-Talk-Write. http://mellyirzal.blogspot.com/: 23-
12-2008.
Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika.
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Kajian kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta: Depdiknas
Djamarah, S.B. 1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Hamalik, O. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Hudojo, H. 2003. Common Textbook : Pengembangan Kurikulum
dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA-
Universitas Negeri Malang.
Muslich, M. 2007. KTSP Dasar Pemahaman Dan Pengembangan.
Malang: Bumi Aksara.
Nasution. 1989. Kurikulum Dan Pengajaran. Bandung: Bumi
Aksara.
Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman, A.M. 2003. Interaksi Dan Motivasi Belajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algresindo.
Suherman, E. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi
Kompetensi Siswa. Http://model-belajar-dan-
pembelajaran.html: 17-09-2008.
Suherman, E. dan Winataputra, U.S. 1992. Strategi Belajar
Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
30 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
MODEL PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG
(AVIAN INFLUENZA VIRUS)
Oleh: Sari Noviana
Abstrak: Flu burung (avian influenza), yang ditimbulkan oleh avian
influenza virus berjenis H5N1, merupakan penyakit yang
sangat mematikan. Hingga saat ini telah dilakukan berbagai
tindakan untuk membasmi virus tersebut, baik konstruktif
maupun preventif. Dalam karya tulis ini akan dimodelkan
secara matematis penyebaran virus flu burung sebagai
langkah awal pencegahan penyebaran virus flu burung yang
semakin meluas. Model tersebut menggunakan empat
variabel terikat, yaitu S, E, I, R. Setiap variabel tersebut
merepresentasikan kelompok individu dalam wilayah endemi
flu burung, yaitu S berarti kelompok susceptible (kelompok
individu rentan), E berarti kelompok exposed (kelompok
individu laten), I berarti kelompok infectious (kelompok
individu penginfeksi), dan R berarti kelompok recovery
(kelompok individu yang sembuh). Model yang berupa sistem
persamaan diferensial tersebut memiliki dua titik kritis yaitu
titik bebas penyakit flu burung dan titik endemi flu burung.
Model yang diperoleh kemudian dievaluasi untuk mengetahui
karakter kestabilannya. Evaluasi tersebut menggunakan
sebuah contoh kasus. Dengan nilai parameter 200 ,
8.0 , 01.0 , 32.0 , 2.0k , dan 1.0
menunjukkan bahwa sistem akan stabil pada titik kritis
endemi flu burung dan tak-stabil pada titik kritis bebas
penyakit flu burung. Hal ini berarti, untuk setiap nilai awal
(S0, E0, I0, R0) yang diberikan akan selalu menuju ke kondisi
endemi flu burung dengan nilai-nilai parameter yang
diberikan.
Kata kunci: Avian Influenza Virus, Model Matematika, Evaluasi Model,
Kestabilan Sistem.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
31 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Pendahuluan
Matematika memegang peranan yang sangat penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, mulai dari ilmu pengetahuan
alam hingga ilmu-ilmu sosial. Matematika digunakan untuk
membantu menyelesaikan permasalahan yang muncul dari kondisi-
kondisi yang aplikatif. Dalam penggunaannya, permasalahan-
permasalahan yang muncul dalam dunia nyata dianalisis secara
matematis kemudian diinterpretasikan sehingga menghasilkan
formula penyelesaian masalah.
Proses penyelesaian tersebut, dalam matematika, dikenal
dengan istilah pemodelan matematika. Pemodelan matematika
banyak digunakan untuk menjelaskan sistem peredaran darah
manusia, memprediksi gejala penyakit, mengantisipasi penyebaran
penyakit lebih luas (permasalahan pandemi dan epidemi), hingga
merumuskan cara terbaik untuk mengobati suatu penyakit. Salah
satu contoh kasus yang menggunakan pemodelan matematika
adalah masalah flu burung. Virus pembawa penyakit flu burung ini
disebut dengan Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang
biasa dikenal dengan virus flu burung.
Menurut Dwi Andreas Santosa, virus HPAI memiliki
kemampuan untuk melakukan mutasi dan penyebaran sangat cepat.
Penyebarannya dapat melalui udara, makanan unggas, air,
peralatan, dan pakaian yang telah tercemar oleh unggas yang sakit
dan kotorannya. Kemampuan penyebaran ini sangat
memungkinkan untuk memperluas wilayah infeksi virus atau
dengan kata lain dengan mudah dapat memperbanyak jumlah
individu yang terinfeksi dalam waktu yang sangat singkat.
Virus tersebut muncul pertama kali di Spanyol sekitar tahun
1917-1918 yang mengakibatkan wabah avian influenza, yang
kemudian disebut sebagai Flu Spanyol. Jumlah individu yang
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
32 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
terinfeksi mencapai 20 juta lebih hingga akhirnya meninggal dunia.
Dua peristiwa besar juga muncul pada abad yang sama, yaitu Flu
Asia yang terjadi pada tahun 1957-1958 dan Flu Hong Kong terjadi
pada tahun 1968-1969. Sehingga terdapat 3 peristiwa besar yang
mengakibatkan wabah influenza di abad ke-20 ini.
Penyebaran virus flu burung yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan pandemi dan endemi. Pandemi dan endemi itu
sendiri merupakan indikasi awal terjadinya wabah penyakit yang
sangat luas dan berkepanjangan. Pandemi flu burung yang
mematikan terjadi pada tahun 1983-1984 di Negara bagian
Pensylvania, Amerika Serikat yang menyebabkan 17 juta unggas
piaraan mati, dan kerugian sejumlah 65 juta dolar AS. Epidemi flu
burung tipe H7N7 mewabah di Negeri Belanda pada bulan Maret
tahun 2003 yang mengakibatkan sekitar 14 juta ekor unggas
piaraan dari 900 perusahaan peternakan diisolasi, sedangkan 18
juta ekor lebih ayam sakit dimusnahkan (World health
organization, 2006).
Penanganan kasus flu burung ini masih terus diupayakan
dengan cara-cara yang efektif. Mulai dari sosialisasi tentang
bahaya flu burung sampai pada penelitian untuk menemukan
vaksin yang tepat untuk mengatasi virus tersebut.
Upaya pengendalian penyebaran virus flu burung dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara preventif dan cara konstruktif.
Cara-cara konstruktif cenderung lebih sulit daripada cara-cara
preventif karena belum tentu dapat pulih secara total. Salah satu
tindakan preventif yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk
meminimalisir penyebaran virus flu burung adalah dengan
melakukan analisis secara matematis dengan membuat model
penyebarannya. Dari model yang diperoleh dapat dibuat prediksi-
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
33 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
prediksi kejadian mendatang sehingga dapat diambil langkah-
langkah antisipatif dari awal.
Pemodelan Matematika
Pemodelan matematika adalah suatu cara untuk
memformulasikan beberapa fenomena di kehidupan nyata secara
matematika (Husein, 2007). Sehingga dapat dikatakan bahwa
pemodelan matematika adalah suatu proses merumuskan
permasalahan ke dalam bahasa matematika hingga kemudian
diperoleh penyelesaian yang dapat diinterpretasikan dalam keadaan
sebenarnya. Langkah-langkah pemodelan matematika (Sardiman,
2004), sebagai berikut:
1. Merumuskan Masalah
Pada tahap ini dilakukan pengenalan masalah-masalah yang
sebenarnya dan diadakan penyederhanaan yang meliputi
pengabaian beberapa faktor yang kurang relevan dengan
masalahnya.
2. Membuat Model Matematika
Pada langkah ini semua peubah dan relasi-relasi yang ada
dalam rumusan masalah dinyatakan dengan simbol-simbol
matematika untuk mengenali pola-pola masalah matematika
dengan cara membuat persamaan matematika yang sesuai
dengan masalah tersebut.
3. Evaluasi Model
Model matematika yang telah dibuat perlu ditentukan
penyelesaiannya agar dilakukan analisis untuk evaluasi apakah
model yang telah dibuat tersebut telah menjawab pertanyaan
secara tepat atau belum serta berisi interpretasi model dalam
kehidupan nyata.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
34 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Metode Penulisan
Penelitian ini merupakan penelitian dengan konsep studi
literatur/ kajian pustaka dengan proses sebagai berikut (Budiarto,
2004) :
a) Mengamati dan menganalisis permasalah tentang adanya kasus
perkembangan dan penyebaran virus flu burung khususnya di
Indonesia
b) Mempelajari informasi dari kajian pustaka dan beberapa hasil
penelitian bahwa penyebaran virus dapat dimodelkan secara
matematis dan dapat dianalisis secara matematis
c) Merumuskan masalah tentang cara memodelkan penyebaran
virus flu burung kemudian menentukan kestabilan model yang
diperoleh
d) Mengumpukan data dan informasi dari berbagai sumber, yaitu
literatur pada media cetak dan elektronik serta data-data akurat
yang diperoleh dari jurnal dan laporan hasil penelitian
e) Mengolah dan menganalisis permasalahan berdasarkan data dan
informasi serta telaah pustaka yang diperoleh untuk
mendapatkan jawaban dari perumusan masalah
f) Mengambil keputusan sesuai dengan rumusan masalah.
4. Pembahasan
Suatu wilayah yang tertular virus flu burung disebut dengan
daerah endemi flu burung. Pada daerah endemi ini akan
diberlakukan suatu sistem yang dapat meminimalisir jumlah
individu tertular. Sistem tersebut dikenal dengan istilah isolasi.
Sistem isolasi ini dapat membatasi jumlah individu keluar dari
suatu wilayah endemi (emigrasi) dan membatasi jumlah individu
dari luar masuk ke dalam wilayah tersebut (imigrasi), sehingga
dapat meminimalisir penularan virus flu burung. Akibatnya,
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
35 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
populasi dalam wilayah endemi flu burung bersifat tertutup,
sehingga pertambahan dan pengurangan penduduk melalui
imigrasi/emigrasi dapat diabaikan.
Daerah endemi flu burung memiliki tiga kelompok besar
individu, yaitu kelompok yang rentan terinfeksi virus flu burung
disebut kelompok rentan (susceptible); kelompok individu yang
tidak rentan terinfeksi disebut kelompok tidak rentan (recovery);
dan kelompok individu tertular virus, disebut kelompok tertular.
Kelompok tertular ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok
individu terinfeksi, untuk selanjutnya disebut exposed dan
kelompok individu penginfeksi, untuk selanjutnya disebut
infectious.
Model Matematika
Masing-masing kelompok individu tersebut memiliki
keterkaitan yang menghubungkan antara kelompok individu yang
satu dengan kelompok individu yang lain. Hal ini dapat dilihat
pada bagan penyebaran virus flu burung berikut ini.
SI Ek I
S E I)( R
Gambar 3.1. Penyebaran virus flu burung pada wilayah endemi
flu burung.
Berdasarkan gambar bagan tersebut, maka penyebaran virus
flu burung dapat dimodelkan secara matematis dalam bentuk
a
S E I R
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
36 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
sistem persamaan diferensial non-linear autonomous orde satu
berikut ini:
RIESfRIdt
dR
RIESfIkEdt
dI
RIESfEkSIdt
dE
RIESfSSIdt
dS
,,,
,,,)(
,,,)(
,,,
'
4
'
3
'
2
'
1
Evaluasi Model
Untuk mengevaluasi model tersebut, maka dilakukan analisa
kestabilan sistem melalui karakter kestabilan titik kritis/titik
keseimbangannya. Model penyebaran virus flu burung di atas
memiliki dua titik keseimbangan, yaitu (S, E, I, R) =
)0,0,0,( disebut titik keseimbangan bebas penyakit dan (S,
E, I, R) =
))((
))((,
))((
))((,
)(
)()(,
)()(
k
kk
k
kk
kk
kkk
k
disebut titik keseimbangan endemik.
Dengan menggunakan nilai-nilai parameter (Ridwan, 2003)
sebagai berikut:
a) 200 menyatakan banyaknya individu yang lahir dalam
kurun waktu tertentu, yang kesemuanya akan menjadi individu
susceptible.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
37 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
b) 8.0 menyatakan tingkat kontak individu susceptible-
infectious yang menyatakan banyaknya individu susceptible
yang terinfeksi virus. Misalnya, terdapat 80 dari 100 orang
susceptible yang terinfeksi virus dalam kurun waktu tertentu.
c) 01.0 menyatakan tingkat kematian alami individu exposed,
infectious, dan recovery yang menyatakan banyaknya individu
yang mengalami kematian alami. Misalnya, terdapat 1 dari 100
orang exposed, infectious, dan recovery yang mati dalam kurun
waktu tertentu.
d) 32.0 menyatakan tingkat kematian individu infectious
akibat virus yang menyatakan banyaknya individu yang
mengalami kematian akibat virus. Misalnya, terdapat 32 dari
100 orang infectious yang mengalami kematian akibat virus
dalam kurun waktu tertentu.
e) 2.0k menyatakan tingkat keaktifan virus yang menyatakan
banyaknya individu exposed berubah status menjadi infectious.
Misalnya, terdapat 20 dari 100 orang exposed yang berubah
status menjadi infectious dalam kurun waktu tertentu.
f) 1.0 menyatakan tingkat kesembuhan yang menyatakan
banyaknya individu yang sembuh dari infeksi virus. Misalnya,
terdapat 10 orang dari 100 orang terinfeksi yang sembuh dalam
kurun waktu tertentu. Maka dengan memperhatikan karakter
nilai eigen sistem persamaan pada titik keseimbangan bebas
penyakit, sistem bersifat tak stabil sedangkan pada titik
keseimbangan endemik, sistem bersifat stabil.
Dari contoh kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem
persamaan diferensial akan stabil pada titik kritis endemi flu
burung dan tidak stabil pada titik kritis bebas penyakit flu burung.
Hal ini berarti, untuk setiap nilai awal (S0, E0, I0, R0) yang
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
38 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
diberikan akan selalu menuju pada kondisi keseimbangan yaitu
endemi flu burung.
Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa model
matematika penyebaran virus flu burung (avian influenza virus)
berbentuk sistem persamaan diferensial non-linear autonomous,
yaitu:
RIdt
dR
IkEdt
dI
EkSIdt
dE
SSIdt
dS
)(
)(
Keterangan:
a) S (susceptible) menyatakan populasi individu rentan virus flu
burung;
b) E (exposed) menyatakan populasi individu laten virus flu
burung (individu terinfeksi tetapi belum memiliki
kemampuan untuk menularkan);
c) I (infectious) menyatakan populasi individu penginfeksi
virus flu burung;
d) R (recovered) menyatakan populasi individu yang sembuh
setelah terinfeksi;
e) dt
dS menyatakan laju pertumbuhan individu susceptible;
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
39 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
f) dt
dE menyatakan laju pertumbuhan individu exposed;
g) dt
dI menyatakan laju pertumbuhan individu infectious;
h) dt
dR menyatakan laju pertumbuhan individu recovery;
i) α adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat
kelahiran dan kematian individu;
j) adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat
kematian alami;
k) adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat
terjadinya kontak dengan penyebar virus flu burung;
l) k adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat
perubahan virus menjadi aktif dari exposed (latent: infeksi
yang belum terlihat) ke infectious (dapat menularkan virus ke
individu lain);
m) adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat
kematian individu karena terinfeksi virus flu burung;
n) adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat
kesembuhan individu setelah terinfeksi virus flu burung.
Model matematika di atas kemudian dievaluasi dengan
menggunakan karakter kestabilan sistem yang ditinjau dari
kestabilan titik kritisnya. Titik kritis yang diperoleh dari sistem
persamaan diferensial tak-linear autonomous di atas adalah titik
kritis I disebut titik keseimbangan bebas penyakit )0,0,0,(
dan titik kritis II disebut titik keseimbangan endemik
))((
))((,
))((
))((,
)(
)()(,
)()(
k
kk
k
kk
kk
kkk
k
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
40 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Evaluasi sistem persamaan diferensial (3.5) menggunakan contoh
kasus dengan nilai parameter yang diberikan, yaitu: 200 ,
8.0 , 01.0 , 32.0 , 2.0k , dan 1.0 . Dari hasil
evaluasi menunjukkan bahwa sistem akan stabil pada titik kritis
endemi flu burung dan tak-stabil pada titik kritis bebas penyakit flu
burung. Hal ini berarti, untuk setiap nilai awal (S0, E0, I0, R0) yang
diberikan akan selalu menuju ke kondisi endemi flu burung dengan
nilai-nilai parameter yang diberikan.
Daftar Pustaka
Budiarto, MT. 2004 Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika,
Jakarta : Depdikbud
Ridwan. 2003. Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.
Sardiman. 2004. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Sukino, Dan Wilson.2007.Matematika Untuk SMP Kelas VIII.
Jakarta: Erlangga
Sumaji,dkk.1998. Pendidikan Yang Humanistis, Kanisius:
Yogyakarta
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
41 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Suryabrata, S. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Tampomas husein, 2007. Matematika Plus 2b. Jakarta:Yudhistira
Utomo, T. dan Ruijhter K. 1989.Peningkatan Dan Pengembangan
Pendidikan. Gramedia : Jakarta.
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KIT MEKANIKA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X 1
(UNGGULAN) DAN KELAS X 2 (REGULER)
DI SMA NEGERI 5 KOTA BIMA
Oleh: Lahmudin, S.Pd.,M.Pd.
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui adakah
perbedaan pengaruh penggunaan media KIT Mekanika
terhadap prestasi belajar siswa baik pada kelas unggulan
maupun kelas reguler. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode eksperimen. Populasi
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
42 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5
Kota Bima (8 kelas). Sampel penelitian adalah 2 kelas
yaitu siswa kelas X Unggulan dan kelas X Reguler.
Instrumen pengambilan data berupa tes prestasi belajar.
Instrumen pelaksanaan penelitian berupa Silabus, RPP,
Lembar Kerja Siswa (LKS), KIT mekanika. Teknik
analisa data yang dipergunakan adalah Analisis t tes
pada taraf signifikan α = 0,05. Hasil analisis
menunjukkan bahwa : (1) Ada pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi belajar siswa menggunakan KIT
mekanika pada kelas unggulan dan kelas reguler (nilai t
hitung pada kelas unggulan sebesar 19,60 dan nilai t
hitung pada kelas reguler sebesar 15,44 > t table 1,69).
(2) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar siswa yang menggunakan media KIT
mekanika antara kelas unggulan dengan kelas reguler
dengan selisih sebesar 3,72 artinya bahwa dengan
menggunakan media KIT mekanika dapat
meningkatkan prestasi belajar baik itu pada kelas
unggulan maupun kelas reguler.
Kata Kunci : Media KIT IPA, Media CD pembelajaran,
Prestasi Belajar
Pendahuluan
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi mata pelajaran fisika adalah (Depdiknas, 2001): (1)
menyukai fisika sebagai ilmu pengetahuan dasar yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif sederhana, (2) kemampuan menerapkan
berbagai konsep dan prinsip fisika dalam menjelaskan berbagai
peristiwa alam serta cara kerja produk teknologi dalam
menyelesaikan permasalahan, (3) kemampuan melakukan kerja
ilmiah dalam menguji kebenaran, (4) membentuk sikap ilmiah
yaitu sikap terbuka dan kritis terhadap pendapat orang lain serta
tidak mudah mempercayai pernyataan yang tidak didukung dengan
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
43 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
hasil observasi empiris dan (5) menghargai sejarah sains dan
penemuannya.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran memberikan
kontribusi yang positif pada retensi. Keunggulan multimedia dalam
imagery tools dan penyedia iklim afektif untuk pembelajaran,
membuat siswa mampu lebih lama menyimpan abstraksi konsep
dalam struktur kognitifnya (Mulyasa, 2003). Multimedia yang
berperan sebagai tutor mengurangi peran pengajar sebanyak
59,62%. Berkurangnya peran pengajar ini berkontribusi negatif
terhadap pemahaman siswa, sehingga jumlah siswa yang tuntas
belajar pada kelompok multimedia lebih sedikit (65,38%) dari pada
kelompok non multimedia (80,77%). Peran komputer multimedia
sebagai tutor hanya dipahami oleh 57,69% siswa, sedangkan
sisanya masih membutuhkan pengajar sebagai tutor (Herlanti et al,
2007).
De Porter mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu
materi sebanyak 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio
visual), sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30%, dari yang
didengarnya hanya 20%, dan dari yang dibaca hanya 10%.
Keunggulan lain multimedia adalah kemampuan layar komputer
untuk menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial,
nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan
simpul secara interaktif (Herlanti et al., 2007).
Sudrajat (2009), memberi batasan tentang media yang
mengatakan bahwa media adalah semua bentuk perantara yang
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide,
gagasan, atau pendapat sehingga semua guru harus memahami
banyak tentang media pendidikan. Hamalik (1994), mengatakan
bahwa setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang mendalam tentang media pendidikan yang meliputi :
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
44 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
1. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan
proses belajar mengajar .
2. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
3. Tentang proses-proses belajar
4. Hubunngan antara metode mengajar dan media pendidikan
5. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran
6. Memilih dan menggunakan media pendidikan.
7. Berbagai jenis alat pendidikan dalam dunia pendidikan.
8. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran .
9. Usaha inovasi dalam media pendidikan,dan lain-lain.
Begitu besarnya peranan dari sebuah media pada dunia
pendidikan terutama dalam melakukan pembelajaran. Maka
dalam pembelajaran seorang guru harus dapat memilih dan
menentukan jenis media yang tepat yang akan digunakannya untuk
setiap kompetensi dasar agar arus informasinya dapat mengalir
dengan baik kepada peserta didik. Bagi sekolah tidak tersedia
media belajar yang cukup menuntut kreativitas guru mencari dan
menentukan jenis media yang akan digunakannya (Indrawati,
1999). Dari pernyataan ini sudah jelas sekali bahwa penggunaan
media ini dihajatkan untuk mempercepat sampainya pesan
pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan kepada peserta
didik.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini
dilaksanakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh pemberian
perlakuan berupa pelaksanaan pembelajaran menggunakan media
KIT Mekanika untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Disain
penelitian yang digunakan berupa “desain pretest-posttest ” yang
disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut :
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
45 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Kelompok Pretest Perlakuan Post test
A1
B1
X1
X1
O1
O1
X2
X2
Sample diambil secara klaster terhadap siswa kelas X
SMA Negeri 5 Kota Bima sebanyak 2 (dua) kelas dari populasi 8
(delapan) kelas. Dimana 1 (satu) kelas unggulan dan 1 (satu) kelas
reguler, selanjutnya kedua kelas yang dipilih dijadikan sebagai
kelompok sampel A dan kelompok sampel B. kedua kelas
diberikan perlakuan yang sama yaitu menggunakan KIT mekanika
dalam pembelajarannya. Instrumen yang digunakan berupa: Tes
hasil belajar kognitif, adalah tes tertulis yang diberikan kepada
siswa dalam bentuk soal pilihan ganda untuk mengetahui
kemampuan kognitif siswa Pengumpulan data dilakukan dengan
memberikan tes awal dan tes akhir. tes awal dan tes akhir
menggunakan instrumen yang sama. Pengujian hipotesa dilakukan
dengan menggunakan t test (uji t). Analisis ini dibantu dengan
menggunakan program analisis statistik SPSS 16.0 for windows,
dilakukan dengan taraf signifikans 0,05.
Hasil Penelitian
Hasil Pretest dan Posttest Kelas Unggulan
Pengujian pertama untuk mengetahui adanya pengaruh
penggunaan media pembelajaran KIT IPA terhadap peningkatan
prestasi belajar fisika pada pokok bahasan Gerak di kelas X SMAN
5 Kota Bima. Pengujian ini dilakukan dengan uji t. Setelah
dilakukan analisis menggunakan SPSS 16.0 for Windows
didapatkan data seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Uji t Pengaruh Penggunaan Media KIT Mekanika
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Unggulan (X1)
Perlakuan
KIT
N Mean Std.
Deviasi
t hitung t tabel signifika
nsi
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
46 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Pretes 35 11.40 1.77 19.60 1,69 0,05
Postes 35 16.80 2.10
Pada pengujian dua sampel dengan signifikan sebesar 0,05
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara prestasi belajar siswa sebelum dengan sesudah
menggunakan media KIT IPA dalam pembelajaran. Nilai thitung
dapat dibandingkan dengan tabel. Untuk melihat harga tabel, maka
didasarkan pada derajat kebebasan yang besarnya N-1 yaitu 35-1 =
34 dengan derajat kesalahan 5% dan pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji t didapat ttabel sebesar 1,69. dan t hitung sebesar
19,60 Karena t hitung 19,60 > t table 1,69 maka hipotesis
diterima. Artinya ada perbedaan signifikan prestasi belajar siswa
sebelum dengan sesudah menggunakan media KIT Mekanika
dalam pembelajarannya.
Hasil Pretest dan Posttest Kelas Reguler
Untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan media
pembelajaran KIT Mekanika terhadap peningkatan prestasi belajar
fisika pada pokok bahasan Gerak di kelas X regular SMAN 5 Kota
Bima. Pengujian ini dilakukan dengan uji t. Setelah dilakukan
analisis menggunakan SPSS 16.0 for Windows didapatkan data
seperti pada tabel di bawah ini
Tabel 2. Uji t Pengaruh Penggunaan Media KIT Mekanika
Terhadap Prestasi Belajar Siswa reguler (X2)
Perlakuan
KIT
N Mean Std.
Deviasi
t
hitung
t
tabel
signifikan
Pretes 35 11.00
1.66 15,45 1,69 0,05 Postes 35 15.37 2.07
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
47 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
menggunakan media pembelajaran. Nilai thitung dapat dibandingkan
dengan ttabel. Untuk melihat harga ttabel, maka didasarkan pada
derajat kebebasan yang besarnya N-1 yaitu 35-1 = 34 dengan
derajat kesalahan 5% dan pengujian dilakukan dengan
menggunakan dua fihak didapat ttabel sebesar 1,69. Karena 15.45 >
2,04 maka hipotesis diterima. Artinya ada perbedaan signifikan
prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media
KIT mekanika dalam pembelajarannya.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan Media KIT Mekanika pada
Kelas Unggulan dan Kelas Reguler Terhadap Prestasi Belajar
Data tabel satu dengan tabel dua diatas menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelas unggulan dengan
kelas regular yang menggunakan media KIT mekanika dalam
pembelajarannya. t hitung kelas unggulan sebesar 19,17 dan t
hitung kelas regular sebesar 15,45. kedua data t hitung diatas
memiliki perbedaan atau selisih sebesar 3,72 artinya bahwa
prestasi yang dihasilkan kedua kelas tersebut sama-sama memiliki
peningkatan, hanya saja kelas reguler lebih rendah dibanding kelas
unggulan, dikarenakan kemampuan siswa yang berbeda dan
motivasi berprestasi yang tidak lebih tinggi dari kelas unggulan.
Pembahasan
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah
mempelajari materi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan
keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
dalam kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada
tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu efektifitas proses
pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
48 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
itu. Apalagi pola pendekatan dan tujuan laboratorium fisika
sekarang beralih dari pembuktian teori atau konsep yang diajarkan
menjadi life education bagi siswa yang merupakan penilaian
psikomotoriknya untuk menemukan teori atau konsep fisika yang
sudah ada. Hal ini menuntut para guru fisika membuat lembar kerja
siswa yang dapat merangsang siswa untuk bekerja dan mencoba
menemukan teori, konsep, dan rumus fisika sederhana.
Penggunaan media KIT mekanika pada pembelajarn gerak
dapat menumbuhkan pengetahuan secara konkrit artinya teori
dalam pembelajaran matematika yang mereka terima dikelas dapat
dibuktikan dengan melakukan percobaan dan eksperimen sehingga
kemampuan mengingat materi pelajaran dengan melakukan
percobaan dan eksperimen lebih baik dibandingkan hanya dengan
melihat saja (Sardiman, 2001). Dari hasil penelitian dapat dilihat
bahwa penggunaan media KIT IPA dapat meningkatkan prestasi
yang lebih baik dibanding penggunaan media CD Pembelajaran
dalam proses pembelajaran, namun secara umum bahwa
penggunaan media apapun dalam proses pembelajaran dapat
menumbuhkan minat dan motivasi serta meningkatkan prestasi
belajar dibandingkan tidak menggunakan media.
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas dapat diimpulkan sebagai berikut
: (1). Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar
fisika siswa kelas unggulan yang menggunakan media KIT
mekanika pada pembelajarannya, juga terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas reguler yang
menggunakan media KIT mekanika pada pembelajarannya,
prestasi belajar kelas unggulan lebih baik dibanding prestasi kelas
regular.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
49 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Daftar Pustaka
Depdiknas. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran
Fisika untuk SLTA.
Hamalik, O., 2001, Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara.
Jakarta.
Herlanti, Y., Setiawan, W, Rustaman, Y.N. 2007, Kontribusi
Wacana Multimedia Terhadap Pemahaman Dan Retensi
Siswa, (Studi Kasus pada Pembelajaran Hereditas di Kelas
3 MTs Cimahi) Jurnal Pendidikan IPA: METAMORFOSA
VOL 2 NO 1, April 2007, h.29-38
Indrawati., 1999, Model-Model Pembelajaran IPA, Pusat
Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam,
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bandung.
Mulyasa, E., 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep,
Karakteristik, Implementasi dan inovasi), Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sardiman, A.M., 2001. Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar.
(Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru), Penerbit Rajawali.
Yakarta.
Sudrajat, (2009), Media Pembelajaran, diakses dari
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/, tanggal 27 Mei
2009.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
50 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI STATISTIKA SISWA KELAS VII SMPN 3 KOTA BIMA
Oleh: B. Erdiansyah P. ST.M.Eng
Abstrak : Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimen
yang melibatkan dua kelompok yang diberi
perlakuan yang berbeda. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah VIIA dan VIIB sebagai
kelas Eksperimen dan kelas Kontrol yang ditentukan
melalui teknik cluster ramdom sampling. Kelas
eksperimen pembelajarannya mengunakan
pendekatan pembecahan masalah dan kelas kontrol
pembelajarannya mengunakan model konvensional.
Pengambilan data menggunakan instrument berupa
tes hasil belajar berbentuk essay. Nilai rata-rata tes
hasil belajar yang diajar dengan pendekatan
pemecahan masalah adalah sebesar 82,86 dan rata-
rata tes hasil belajar yang diajar dengan model
konvensional adalah sebesar 68,77
( ).
Kata Kunci : Pemecahan Masalah, Hasi belajar, Statistika
Pendahuluan
Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi
kelangsungan peradaban manusia dimuka bumi ini. Kesadaran
tentang hal inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia
menempatkan pendidikan sebagai suatu yang utama. Hal ini
dapat terlihat di dalam sumber hukum bangsa Indonesia, yaitu
UUD 1945 pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat
mengamanatkan bahwa salah satu tujuan Nasional Negara
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
51 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Keberhasilan proses belajar mengajar dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh
banyak factor. Tidak hanya guru dan murid yang berperan
dalam keberhsilan pendidikan akan tetapi ketepatan dalam
pemilihan metode tehnik, dan pendekatan pembelajaran
menjadi aspek yang penting dalm menunjang keberhasilan
pembelajaran. Ketepatan dalam pemilihan, metode merupakan
kesesuaian antara karakteristik materi dan karakteristik siswa
baik secara psikologis maupun jasmani dan untuk itu
diperlukakejelian dan keterampilan seorang guru dalam
mendiagnosa dan menentukan strategi serta metode yang akan
diterapkan. Karena kesalahan dalam pemilihan metode
pembelajaran akan mengakibatkan tidak maksimalnya
pemahaman siswa yang berimbas pada tidak maksimalnya
pencapaian tujuan.
Pembelajaran matematika disekolah yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah menurut Supardi, dkk. (2008:
9-10) pendekatan pemecahan masalah adalah adalah
penggunaan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran dengan
jalan melatih peserta didik menghadap berbagai masalah baik
itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan
yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Pendekatan Pemecahan Masalah
Pemecahan Masalah adalah suatu proses belajar
mengajar yang berupa penghilangan perbedaan aau
ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh
dengan yang diinginkan, (pranata, 2005:3). Sejalan dengan
pendapa tersebut prawiro (1986 : 36) mengatakan problem
solbing adalah metode belajar dengan jalan menghadapkan
siswa pada suatu masalah yang harus dipecahkan oleh siswa
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
52 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
sendiri dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada
pada diri siswa tersebut. Menurut Hudoyo (2007 : 26), dalam
pengajaran matematika, bahwa masalah (soal) matematika
dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1. Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika
ynag bersifat latihan agar terampil atau sebagai aplikasi
dari pengertian yang baru diajarkan.
2. Masalah yang tidak seperti halnya latihan melainkan
menghendaki siswa untuk menggunakan sintesa atau
analisa. Untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa
tersebut harus menguasai hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya, yaitu mengenai pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman, tetapi dalam hal ini ia
menggunakannya didalam situasi baru.
Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data hasil belajar matematika pada
materi Statistika siswa kelas VII SMPN 3 Kota Bima,
digunakan perangkat alat instrument yaitu tes hasil belajar
yang diambil dari buku pegangan guru oleh peneliti dengan
bimbingan dosen pembimbinng dan guru mata pelajaran
disekolah yang berbetuk latihan Essay (uraian).
Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan
siswa terhadap materi setelah belajar dalam jangka waktu
tertentu. Bentuk tes yang digunakan adalah tes essay. Namun,
sebelum tes hasil belajar itu dibuat, terlebih dahulu dibuatkan
kisi-kisi agar masing-masing bagian dalam materi dapat
terwakilkan secara proporsional dalam tes.
Hasil Tes Kelas Eksperimen
Hasil tes yang diberikan kepada kelompok
eksperimen yang menggunakan pendekatan pemecahan
masalah memiliki nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 98.
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
53 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Untuk lebih jelasnya, data hasil tes kelompok eksperimen
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1. hasil posttest kelas Ekperimen
Statistik Kelompok eksperimen
Banyak sampel 22
Nilai terendah 70
Nilai tertinggi 98
Nilai rata-rata 82,86
Simpangan baku 7,67
Variansi 53.54
Range 28
Berdasarkan data tabel 4.1, terlihat bahwa banyak
sampel pada kelas ekperimen yaitu sebanyak 22 siswa. Nilai
terendah hasil posttest kelas ekperimen yaitu 70 sedangkan
nilai tertinggi yaitu 98. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh nilai rata-rata ( ) 82,86, simpangan baku (standard
deviasi) sebesar 7,67, Variansi sebesar 62,44 dan Range 28.
Bersadarkan nilai KKM pada tempat penelitian yaitu
sebesar 75 untuk mata pelajaran matematika, sebanyak 20
siswa kelompok eksperimen mendapat nilai diatas KKM.
Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM
sebanyak 2 siswa.
Jika skor variabel hasil belajar matematika siswa yang
diberi perlakuan pengajaran dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah dikelompokkan kedalam 5 kategori, maka
diperoleh distribusi skor frekuensi dan persentase seperti yang
di tunjukan pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Distribusi dan presentase skor hasil belajar
matematika kelas eksperimen.
Skor Kategori Frekuensi persentase
0 -59 Sangat
rendah
0 0%
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
54 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
60 -70 Rendah 2 9%
71-81 Sedang 8 36%
82-93 Tinggi 10 45%
94-100 Sangat
tinggi
2 9%
Jumlah 22 99%
Gambar 1. Grafik nilai kelas eksperimen
Hasil Tes Kelompok Kontrol
Hasil tes yang diberikan kepada kelompok control yang
menggunakan model konvensional memiliki nilai terendah
adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 85 untuk lebih jelasnya
data hasil tes kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel
4.3, sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil posttest kelas Kontrol
Statistik Kelompok eksperimen
Banyak sampel 22
Nilai terendah 60
Nilai tertinggi 85
0
1
2
3
4
5
6
7
70 75 80 85 87 88 90 93 94 98 100
nilai kelas eksperimen
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
55 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Nilai rata-rata 68,77
Simpangan baku 7,51
Variansi 41,99
Range 25
Berdasarkan tabel 4.3, terlihat bahwa banyak sampel
pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 22 siswa. Nilai
terendah hasil posttest kelas kontrol yaitu 60 sedangkan nilai
tertinggi yaitu 85 berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
nilai rata-rata ( ) 68,77, simpangan baku sebesar 7,51, varians
(S₂) sebesar 41,99, dan Range 25.
Berdasarkan nilai KKM pada tempat penelitian yaitu
75 untuk mata pelajaran matematika, maka sebanyak 8 siswa
kelompok kontrol mendapat nilai diatas KKM. Sedangkan
siswa yang mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 13 siswa.
Persentase data hasil belajar siswa pada kelas kontrol
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. Persentase data hasil belajar kelas kontrol
Skor Kategori Frekuensi persentase
0 -59 Sangat
rendah
0 0%
60 -70 rendah 13 59%
71-81 sedang 7 31%
82-93 tinggi 1 4%
94-100 Sangat
tinggi
0 0%
jumlah 22 94%
Persentase skor hasil belajar matematika siswa yang
diberi perlakuan pengajaran pendekatan pemecahan masalah
dapat diamati dalam gambar histogram seperti yang
ditunjukkan pada gambar 4.2 dibawah ini :
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
56 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Gambar 5. Grafik nilai kelas control
Analisis Data (Uji Hipotesis)
Setelah dilakukan uji persyarat analisis ternyata
populasi berdistribusi normal dan homogeny. Selanjutnya
dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t. pengujian
hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes
hasil belajar siswa pada materi Statistika kelompok
Eksperimen yang menggunakan pendekatan pemecahan
masalah lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tes hasil
belajar siswa pada kelompok kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
Dengan kriteria pengujian yaitu
maka H0 diterima H1 ditolak, sedangkan jika ,
maka H0 ditolak H1 diterima. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan uji-t untuk sampel yang homogen, maka
diperoleh sebesar 16,97 dan derajat kebebasan (dk) =
- 2 = 22 + 22 - 2 = 42, diperoleh = 1,68.
(lampiran )
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
57 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji hipotesis
disajikan pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 6. Hasil pengujian hipotesis dengan uji-t
Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa lebih besar
dari (16,97 1,68), maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh dari pembelajaran matematika melalui
pendekatan pemecahan masalah terhadap hasil belajar siswa pada
materi Statistika siswa kelas VII SMPN 3 Kota Bima tahun
pelajaran 2014/2015.
Kesimpulan
berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka
dapat disimpulkan “ terdapat pengaruh dari pembelajaran
matematika melalui pendekatan pemecahan masalah terhadap
hasil belajar siswa pada materi statistika siswa Kelas VII SMPN
3 Kota Bima tahun ajarana 2014/2015
Daftar Pustaka
Abidin, Irham. 2006. Analisis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal
Teorema Pythagoras. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkualitas
Belajar. Jakarta Rineka Cipta.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta
______ 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
Edisi Revisi III. Jakarta: PT Rineka Cipta
______2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Djamarah, Syiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Depdiknas, 2006. Panduan pengembangan silabus mata pelajaran
matematika Jakarta : depertemen pendidikan nasional
Kesimpulan
16,97 1,68 Tolak H0
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251
58 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014
Dahar, 1989. Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hudoyo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum
Matematikadan Pelaksanaannya di Depan Kelas.
Surabaya: Usaha Nasional,
Irma. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Mirnawati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru
Mengembangkan Potensinya dalam Pengajaran
Matematika untuk Meningkatkan CBSA.Bandung: Tarsito
Sugyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif,dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. 6.
Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI)
top related