jtptunimus gdl s1 2006 teguhbudia 62 isi
Post on 24-Jun-2015
615 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya pembangunan manusia yang berkualitas, sejak manusia
masih berada di dalam kandungan sudah dipantau pertumbuhan dan
perkembangannya sehingga suatu kelainan bisa segera diketahui dan dicarikan
upaya untuk mengatasinya. Oleh karena itu, dapat diciptakan anak yang
berkualitas tinggi dan mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal.
Teori perkembangan menurut Sigmund Freud, Erick Erikson, Jean
Piaget, dan Robert Sears mengatakan bahwa proses perkembangan terjadi
selangkah demi selangkah secara urut dan teratur (AH Markum, 1996).
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan
rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu
mendapatkan perhatian. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah
masa balita, karena pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa
balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian
juga dibentuk pada masa ini. Bahkan dikatakan bahwa “The Child is the father
of man”. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila
tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia kelak di kemudian hari. Oleh karena itu, fungsi keluarga
sangat penting sehingga dalam perkembangan seorang anak memerlukan
perhatian terutama ibu karena ibu merupakan orang terdekat dengan anak
(Soetjiningsih, 1995).
Keluarga adalah langkah awal dari perkembangan anak, dengan
demikian peranan orang tua, ayah dan ibu sebagai penanggung jawab keluarga
sangat penting. Ibu pada umumnya merupakan orang yang “paling peduli”
terhadap kualitas kehidupan, ibu juga merupakan orang terdekat dengan anak
dengan demikian maka sangatlah penting peranan ibu dalam melatih anak dalam
perkembangan motorik kasar anak yaitu melalui stimulasi kinetik yang dapat
menimbulkan keberanian anak dalam perkembangan anak selanjutnya.
Kurangnya stimulasi kinetik pada anak dapat menimbulkan hambatan
perkembangan motorik selanjutnya, karena perkembangan motorik seorang anak
berjalan secara teratur dan stimulasi kinetik merupakan sarana untuk melatih
seorang anak untuk dapat melalui tahap perkembangan anak sesuai umur anak
(Soetjiningsih, 1995).
Interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan ibu sangat
bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua
dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya sedini mungkin
dan memberikan stimulus pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam
aspek fisik, mental dan sosial (Hurlock, 1999).
Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program BKB (Bina
Keluarga Berencana) untuk anak prasekolah (3-5 tahun) yang bertujuan
menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin dengan menggunakan APE
(Alat Permainan Edukatif). Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih
cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat
stimulasi. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Oleh
karena itu, keluarga perlu mengetahui pentingnya stimulasi serta cara
memberikan stimulasi yang efektif pada anak, karena sekarang ini banyak
keluarga yang secara berlebihan memberikan alat permainan kepada anak yang
tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995).
Perkembangan motorik kasar pada anak prasekolah adalah penting,
karena pada saat ini masih banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui adanya
keterlambatan kemampuan anak yang dapat mengakibatkan gangguan
perkembangan pada anak, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat
berlangsung seoptimal mungkin. Pada masa anak usia prasekolah merupakan
masa menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang akan menjadi
dasar terbentuknya manusia seutuhnya (Soetjiningsih, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian Eni Hidayati (2005) yang dilakukan di
kelurahan Sarirejo Guntur Demak mengenai hubungan tingkat pengetahuan Ibu
tentang perkembangan anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5
tahun, hasil pengetahuan ibu baik (50.1%) dan tidak baik (49.9%), hasilnya
menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan
perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun tidak ada hubungan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2
Februari 2006 di Puskesmas Gemuh didapatkan 50% dari 60 orang ibu-ibu yang
datang ke posyandu menyatakan bahwa anaknya pada usia prasekolah
mengalami keterlambatan dalam perkembangan, misalnya; berjinjit, berdiri
dengan satu kaki, menangkap bola. Padahal puskesmas dan kader-kader dalam
pelaksanaan posyandu telah bekerja sama mengadakan penyuluhan tentang
pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Dalam penyuluhan tersebut telah
menunjukan gambar-gambar atau poster-poster yang berkaitan dengan tumbuh
kembang anak melalui KMS.
Hasil survei pendahuluan di Desa Pucangrejo wilayah kerja puskesmas
Gemuh Kendal sebelum penelitian ini dilakukan bahwa ibu yang berpendidikan
rendah masih relatif besar, hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan
anak didaerah ini. Sementara itu, penelitian akan hal ini belum pernah dilakukan
di desa Pucangrejo.
B. Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut: Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar pada anak
usia prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang
stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia
prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi kinetik di
Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal.
b. Menggambarkan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia
prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh
Kendal.
c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi
kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia
prasekolah di Desa Pucangrejo Gemuh Kendal.
D. Manfaat Penelitian
Untuk memberikan masukan data tentang pengetahuan ibu tentang
stimulasi kinetik dan tingkat perkembangan motorik kasar anak prasekolah serta
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik
dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.
E. Bidang Ilmu
Bidang ilmu yang diteliti oleh peneliti adalah Keperawatan Anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan
1. Pengertian
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).
Perkembangan psikomotor, atau biasa disingkat menjadi perkembangan
motor adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinasikan antara susunan syaraf pusat, syaraf dan otot
(Satoto, 1990). Perkembangan psikomotor adalah perkembangan mengontrol
gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan
syaraf pusat, syaraf dan otot. Dimulai dengan gerakan kasar yang melibatkan
bagian besar dari tubuh dari fungsi duduk, berjalan, berlari, meloncat dan lain-
lain. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi gerakan halus seperti meraih,
memegang, melempar dan sebagainya. Pencapaian kemampuan tersebut
mengarah pada pembentukan ketrampilan (Sakti, 2000).
Perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan
untuk berperilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada. Proses dalam menuju
kesesuaian ini paling tidak mencakup 3 komponen yaitu berperilaku dengan cara
yang disetujui secara sosial, bermain dalam peranan dan perkembangan sikap
sosial. Secara umum anak yang dikatakan perkembangan sosialnya baik adalah
anak yang dapat melakukan kerjasama, persaingan sehat, kemampuan berbagi,
simpati, empati dan bersahabat (Sakti, 2000). Perkembangan bahasa adalah
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan (Soetjiningsih, 1995).
2. Aspek-aspek perkembangan
Perkembangan pada masa usia toddler, petumbuhan fisiknya relatif lambat
dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya lebih cepat.
Anak belajar berdiri, berlari, menaiki tangga, menggenggam dan memotong
kertas, kemudian anak akan lebih perhatian terhadap lingkungannya
dibandingkan masa sebelumnya. Menurut Soetjiningsih perkembangan anak
dibagi menjadi 4 kelompok yang disebut sektor perkembangan yang meliputi :
a. Perkembangan motorik kasar
Perkembangan motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar
tubuh yang dilakuakan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga
memerlukan cukup tenaga (Nursalam, 2005), kemampuan kontrol ini
berasal dari berkembangannya reflek-reflek dan aktivitas otot yang telah
muncul sejak bayi dilahirkan. Jika kemampuan ini tidak berkembang,
maka seorang anak akan tetap tinggal tidak berdaya (Gamayanti, 1997).
1) Usia 1 tahun
Anak usia 1 tahun perkembangan motorik kasarnya seperti :
dapat berdiri sendiri, merangkak naik tangga, berjalan belum mantap
dengan kaki lebar, lengan agak tertekuk dan diletakkan di atas kepala
atau setinggi bahu untuk keseimbangan.
2) Usia 18 bulan
Anak usia 18 bulan perkembangan motorik kasarnya antara
lain berjalan dengan baik dengan kaki sedikit merenggang. Mulai
berjalan dan berhenti dengan aman, berjalan menaiki tangga dengan
bimbingan, merangkak mundur menuruni tangga..
3) Usia 2 tahun
Anak usia 2 tahun perkembangan motorik kasarnya meliputi
berjalan dengan aman, berjalan ke arah bola besar jika ingin
menendangnya, menunggangi mainan besar yang berada dan
mendorong ke depan dengan kaki di lantai.
4) Usia 3 tahun
Anak usia 3 tahun motorik kasarnya adalah naik sepeda roda
tiga dan dapat membelok, dapat berjalan berjingkat.
b. Perkembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak untuk
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat,
serta tidak memerlukan tenaga (Depkes, 1994).
1) Usia 1 tahun
Perkembangan motorik halusnya antara lain anak mampu
mengambil gula kecil antara ibu jari dan jari lain dengan gerakan
menjepit, menunjuk dengan sabar pada obyek yang ingin dilihatnya,
membenturkan kubus.
2) Usia 18 bulan
Perkembangan motorik halusnya meliputi mencorat - coret
dengan spontan bila diberi krayon dan kertas dengan tangan yang
disenan, menyusun menara dari 3 kubus sesudah diajari
3) Usia 2 tahun
Perkembangan motorik halusnya meliputi meniru garis tegak,
lebih jelas tangan yang disukai, mengenali orang dewasa yang
dikenal pada foto sesudah ditunjukkan sekali.
4) Usia 3 tahun
Motorik halusnya meliputi memotong dengan gunting,
membandingkan 2-3 warna dasar (biasanya menyebut merah dan
kuning dengan benar tetapi masih bingung antara biru dan hijau).
c. Perkembangan bahasa
Bahasa merupakan suatu aspek perkembangan yang erat kaitanya
dengan berpikir, karena bahasa merupakan suatu hal yang dipakai untuk
mempresentasikan ide - ide atau apa yang dipikirkanya. Bahasa
merupakan suatu rangkaian kata yang disusun menggunakan tata bahasa
yang komplek, yang merupakan suatu hal sifatnya dipelajari sekaligus
dipengaruhi oleh faktor kematangan. Anak belajar berbahasa secara
otomatis dan kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
latihan, karena pada dasarnya belajar bahasa adalah melalui peniruan
maupun pengalaman sehingga anak bisa menyebut benda arau nama
orang disekitarnya (Hurlock, 1985).
1) Usia 1 tahun
Perkembangan yang dapat dicapai pada anak usia ini adalah
menunjuk orang yang dikenal, binatang, mainan dan lain-lain bila
disuruh, berbicara 2 - 6 kata dengan jelas dan mengerti beberapa kata
lain.
2) Usia 18 bulan
Perkembangan yang dicapai pada usia ini adala anak menggunakan 6
- 20 kata yang dimengerti dan mengerti lebih banyak kata, menunjuk
rambut, sepatu, hidungnya sendiri atau milik bonekanya.
3) Usia 2 tahun
Perkembangan yang dapat dicapai pada usia ini adalah anak
menyusun 2 kata atau lebih untuk membentuk kalimat tunggal,
menggunakan 50 atau lebih kata yang jelas dan mengerti lebih
banyak lagi.
4) Usia 3 tahun
Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak
menyebutkan nama lengkap dan jenis kelaminnya, menanyakan
banyak pertanyaan yang dimulai dengan ”apa”, ”dimana” dan
”siapa”.
d. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak sebenarnya sudah dimulai sejak awal,
yaitu pada saat seorang bayi telah dapat bereaksi terhadap lingkungan
sosialnya, walaupun masih sangat sederhana, yaitu dengan adanya reaksi
terhadap suara dan mulai memperhatikan wajah orang. Dengan
bertambahnya usia dan kesempatan untuk bersosialisasi bagi anak, maka
tingkah laku lekat juga mengalami perubahan. Kebutuhan anak untuk
berhubungan dengan orang lain akan bertambah. Adanya kontak sosial
dengan lingkungannya akan menghasilkan beberapa tingkah laku sosial
antara lain negatifisme, tingkah laku agresif, bertengkar, menggoda,
mengganggu, persaingan, kerja sama, berkuasa, sikap mementingkan diri
sendiri, sikap simpatik. Bentuk-bentuk tingkah laku ini nantinya akan
besar sekali pengaruhnya dalam kemasakan sosial (Hurlock, 1985).
1) Usia 1 tahun
Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak
dapat minum dari cangkir dengan sedikit bantuan, mengunyah,
menaruh kotak kayu keluar masuk mangkuk atau kotak, menemukan
mainan yang disembunyikan dengan cepat.
2) Usia 18 bulan
Perkembangan dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak
mengangkat dan memegang cangkir diantara 2 tangan dan minum
tanpa menumpahkan, menunjukkan keinginan berak / BAB dengan
gelisah atau bersuara.
3) Usia 2 tahun
Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak
dapat mengangkat dan minum dari cangkir dan mengembalikan ke
meja, makan dengan sendok tanpa menumpahkan, tidak ngompol di
siang hari. Bermain dekat anak lain tetapi tidak bermain bersama
mereka.
4) Usia 3 tahun
Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak
dapat makan menggunakan sendok garpu, dapat menarik atau
menaikkan celana, tidak ngompol malam hari, bergabung dalam
permainan dengan anak lain di dalam atau di luar ruangan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Menurut Soetjiningsih (1995) faktor- faktor yang mempengaruhi
perkembangan adalah:
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak, yang termasuk faktor genetik antara lain
berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku
bangsa atau bangsa.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik
akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan ”bio-
fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari
konsepsi sampai akhir hayatnya
1) Faktor pranatal
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin
mulai dari konsepsi sampai lahir antara lain gizi ibu pada waktu
hamil, mekanis, toksin / zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres dan
imunitas.
2) faktor natal
Faktor lingkungan natal adalah faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan anak selama kelahiran, antara lain: meningitis,
distosia, asfiksia.
3) Faktor postnatal
a) Lingkungan biologis, antara lain: ras, jenis kelamin, umur, gizi,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit
kronis, fungsi metabolisme, hormon (somatotropin, tiroid,
glukokortikoid, hormon seks, insulin like growth factors (IGFs)).
b) Faktor fisik antara lain: cuaca, musim, sanitasi dan keadaan
rumah serta radiasi.
c) Faktor psikososial antara lain: stimulasi, motivasi belajar,
ganjaran atau hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres,
sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat antara lain:
pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah
saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga.,
kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama dan
urbanisasi.
e) Karakteristik ibu
Karakteristik merupakan akhlak yang membedakan seseorang
daripada yang lain (Purwadarminta, 1982).
Karakteristik ibu terdiri dari:
(1) Umur
Umur / usia adalah lama seseorang sejak dilahirkan
sampai sekarang. Umur / usia seorang ibu dapat
mempengaruhi perkembangan seorang anak, karena
pemahaman seorang ibu dipengaruhi pengalamannya dalam
memberikan perawatan dan stimulus terhadap perkembangan
anaknya (Satoto, 1990).
(2) Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses yang dilakukan secara
sadar dan terencana untuk mengembangkan secara aktif
potensi dirinya dengan menggunakan metode-metode tertentu
sehingga mendapatkan pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan
(Poerbawatja, 1984). Sedang dalam Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Disebutkan dalam UU No 20 tahun 2003 jenjang
pendidikan dibagi atas:
(a) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah, yang berbentuk
Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs)
atau bentuk lain yang sederajat.
(b) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan
dasar yang meliputi: Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau
bentuk lain yang sederajat.
(c) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
Berdasarkan UU tersebut dapat disimpulkan tingkat
pendidikan meliputi: pendidikan rendah, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan
merupakan salah satu faktor penting yang dapat
menggambarkan status sosial dan dapat menjadi modal dasar
untuk pengambilan keputusan dan bertindak. Semakin tinggi
pendidikan semakin mudah seseorang menerima informasi
serta lebih tanggap terhadap masalah yang dihadapi, sehingga
dapat menentukan alternatif terbaik terhadap suatu hal
(Suhardjo, 2003). Dengan pendidikan yang baik, maka orang
tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama
tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya
(Soetjiningsih, 1995).
Pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindakan
dalam menghadapi berbagai masalah. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh kenyataan bahwa bayi dari ibu yang
mempunyai pendidikan tinggi mendapat kesempatan hidup,
tumbuh, berkembang dengan baik (Kardjati, 1989).
(3) Pekerjaan
Peran ibu terhadap keluarga dapat dilihat dari waktu yang
diberikan ibu untuk keluarga. Aspek lain yang berhubungan
dengan alokasi waktu adalah jenis pekerjaan ibu, tempat ibu
bekerja serta banyaknya waktu yang dipergunakan ibu untuk
bekerja (Pudjiadi, 2001).
Dampak ibu bekerja terhadap anak sangatlah luas, yaitu
dapat menyangkut kesehatan, keamanan, kebahagiaan,
pendidikan anak dan sebagainya. Dalam masa pertumbuhan
dan perkembangan seharusnya anak mendapatkan rangsangan
atau stimulasi yang tepat sesuai dengan tahap
perkembangannya. Jika ibu sebagai pengasuh utama banyak
meninggalkannya untuk bekerja, maka kemungkinan akan
terjadi kemunduran perkembangan kognitif dan perilaku anak
yang berakibat pada gangguan jangka panjang (Sakti, 2000).
(4) Pengetahuan
(a) Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
(b) Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003).
(1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya (Notoatmodjo,2003).
(2) Memahami (Comprehension)
Memahami merupakan suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat mengintrepetasikan materi
tesebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyabutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari
(Notoatmodjo, 2003).
(3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2003).
(4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain (Notoatmodjo,2003).
(5) Sintetis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada (Notoatmodjo,2003).
(6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada criteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada
(Notoatmodjo,2003).
B. Kerangka teori
Menurut Soetjiningsih (1995), untuk mencapai tumbuh kembang tergantung
pada potensi biologisnya, dan dalam proses perkembangan ini juga dipengaruhi
oleh pendidikan ibu. Menurut Satoto (1990) dan Sakti (2000) status ibu
yang bekerja dan umur ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Berdasarkan landasan teori diatas maka dapat disusun kerangka teori sebagai
berikut:
Faktor lingkungan Genetik
Periode prenatal Periode post natal : a) Lingkungan biologis b) Faktor fisik c) Faktor psikososial d) Keluarga/adat istiadat Perkembangan (motorik kasar,
motorik halus, bahasa, sosial). e) Karakteristik
keluarga/ibu : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan Perkembangan
anak baik 4. Pengetahuan
Anak sehat dan berkualitas
C. Kerangka Konsep
Karakteristik ibu
Keterangan : : diteliti --------------- : tidak diteliti
D. Hipotesis Penelitian
Ho: Tidak ada hubungan antara karakteristik ibu dengan perkembangan anak
usia toddler (1-3 tahun).
Ha: Ada hubungan antara karakteristik ibu dengan perkembangan anak usia
toddler (1-3 tahun).
Perkembangan anak yang meliputi : Motorik kasar, Motorik halus, Bahasa, Sosial
Pengetahuan
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Normal
Tidak normal
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian atau
penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok
subjek (Notoatmodjo, 2005). Di dalam penelitian ini diharapkan mampu
memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan komprehensif mengenai
segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia
prasekolah. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional yaitu mengukur variabel penelitian yaitu tingkat pengetahuan ibu
tentang stimulasi kinetic dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia
prasekolah (3-5 tahun) dalam waktu yang sama atau sesaat.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak
prasekolah yang tinggal di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas
Gemuh Kendal, yaitu berjumlah 194 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia
prasekolah (3-5 tahun) di Desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh
Kendal dan anak tidak mengalami gangguan kesehatan dan atau tidak
mengalami cacat fisik atau mental. Besar sampel diperoleh dengan rumus :
n = )N(d 1 2+
N
Keterangan :
N : Populasi
n : Sampel
d2 : Tingkat ketepatan
Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh jumlah sampel sebesar
130 orang. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple
random sampling.
C. Definisi Operasional
Pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik adalah tingkat pemahaman ibu
mengenai stimulasi kinetik pada anak prasekolah yang meliputi pengertian,
tujuan, manfaat, cara stimulasi. Pengetahuan ibu diukur dengan menggunakan
kuesioner dalam bentuk multiple choice (pilihan ganda). Skala pengukuran pada
variabel bebas ini adalah interval yaitu : dengan kemungkinan jawaban skor 1
untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah sehingga rentang nilainya
adalah 0-25. hasilnya kemudian dikategorikan tinggi bila skornya 18-25, sedang
bila skornya 10-17 dan rendah bila skornya 0-9.
Tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah (3-5
tahun) adalah kemampuan motorik kasar yang mampu dicapai anak usia
prasekolah, yang diukur dengan lembar observasi KPSP (Kuesioner Pra
Skrening Perkembangan). Skala pengukuran variabel terikat ini adalah interval
yaitu nilai 1 bila anak bisa melakukan dan nilai 0 bila anak tidak bisa melakukan
sehingga rentang nilainya adalah 1-6. Hasilnya kemudian dikategorikan baik bila
skornya 5-6, cukup bila skornya 3-4 dan kurang bila skornya 1-2.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membagikan kuesioner untuk
mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dan lembar
observasi KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) yang digunakan
untuk mengukur tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.
2. Instrumen Penelitian
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian diantaranya
bagian pertama untuk melengkapi data sosio demografi responden, bagian
kedua untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik,
bagian ketiga lembar observasi KPSP untuk mengukur tingkat
perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.
Kuesioner yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti dan sesuai
dengan referensi yang ada, oleh karena itu perlu diuji validitas dan
reliabilitas dari kuesioner tersebut.
3. Uji validitas dan uji reliabilitas
a. Uji validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,
2003). Untuk menguji validitas dilakukan penghitungan dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai
berikut :
r = ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑−−
−
)))()((()()(
2222 yynxxNyxxyN
N : Jumlah sampel
X : Nomer pertanyaan
Y : Skore total
XY : Skore pertanyaan nomer dikalikan skore total
Instrumen dikatakan valid apabila hasil penghitungan menunjukan
nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf kesalahan α =
0.05. Harga kritis product moment (r tabel) dengan jumlah 15 sampel
dan taraf signifikan 0.05 adalah 0.514. Harga rxy atau r hitung 25 item
pertanyaan adalah antara 0.5200-0.8811 yang lebih besar dari r tabel
(0.514), berarti 25 item tersebut valid.
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan internal konsistensi
dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekalian saja (Arikunto,
2002). Pengujian realibitas dengan tehnik Alfa Cronbach dengan rumus
sebagai berikut :
r2 = ⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧
+∑
2
2
StSi
- 1 1) (K
K
K : Mean kuadran antara obyek
ΣSi : Mean kuadran kesalahan
St : Variasi total
Instrument penelitian telah dilakukan uji coba pada 15 sampel
dengan Alfa Cronbach, nilai alpha pada uji reliabilitas adalah 0.9624 dan
lebih besar dari 0.60, berarti instrumen tersebut reliabel dan dapat
digunakan dalam penelitian. Sedangkan 5 soal yang tidak valid sudah
dikeluarkan dari kuesioner.
E. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain :
Editing yaitu melakukan pengecekan jawaban kuesioner, apakah
jawaban yang diberikan sudah lengkap. Editing dilakukan ditempat
pengumpulan data, sehingga jika ada kekurangan data dapat segera
dilengkapi.
Coding yaitu merubah data berbentuk huruf menjadi angka untuk
mempermudah dalam analisa data. Setelah data terkumpul masing-masing
jawaban diberi kode untuk memudahkan dalam analisa data. Untuk variabel
pengetahuan jika jawaban responden benar maka diberi kode 1 dan jika
jawaban responden salah maka diberi kode 0, sehingga nilai berada pada
rentang 0-30. Sedangkan pada variabel perkembangan jika responden dapat
melakukan diberi kode 1 dan jika tidak bisa melakukan diberi kode 0.
Tabulating yaitu menyusun data-data dalam bentuk tabel. Kegiatan
mengelompokkan data-data hasil penelitian yang selanjutnya dimasukkan ke
dalam tabel.
Entry data yaitu proses memasukkan data ke dalam komputer untuk
dilakukan pengolahan data sesuai kriteria.
2. Analisa data
Analisa Univariat diukur dengan menggunakan mean dan standar
deviasi karena data berskala numerik (interval), sedangkan untuk analisa
bivariat yaitu menggunakan uji Spearmen Correlation karena pada saat
dilakukan uji kenormalan didapatkan bahwa data berdistribusi tidak normal.
Berdasarkan uji tersebut, maka Ho diterima dan Ha ditolak, bila didapatkan
nilai p > 0,05 sebaliknya Ho ditolak dan Ha diterima bila diperoleh nilai p ≤
0,05, dimana :
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik
dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.
Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimilasi
kinetik dengan tingkat pekembangan motorik kasar anak usia
prasekolah.
F. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti akan memperhatikan masalah etika
penelitian yang meliputi: Informed Consent, yaitu lembar persetujuan penelitian
yang diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria yang sebelumnya
telah diberi penjelasan secukupnya tentang tujuan penelitian dan bila bersedia
dimohon untuk menandatangani surat persetujuan responden; Anonymity
(kerahasiaan identitas), kerahasiaan identitas responden penelitian dijaga oleh
peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dengan cara
memberikan kode atau tanda pada lembar kuesioner yang kode itu hanya
diketahui oleh peneliti; dan Confidentiality (kerahasiaan informasi), dimana
kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara cross sectional
terhadap 130 orang ibu dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang tinggal di
desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal, yang dilakukan pada
tanggal 12 April sampai dengan 8 Mei 2006. Adapun hasil-hasilnya adalah
sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden (Ibu)
Responden dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai
anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang tinggal di desa Pucangrejo wilayah
kerja Puskesmas Gemuh Kendal yang telah memenuhi kriteria sampel.
Adapun jumlah populasi sebanyak 194 orang, sehingga didapatkan sampel
sebanyak 130 orang.
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi Karakteristik Responden (Umur,Pendidikan, Pekerjaan). di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006.
Karakteristik responden n % Umur
Dewasa muda Dewasa Dewasa tua
33 73 24
25,4 56,2 18,5
Total 130 100 Pendidikan
Tidak sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat PT
5
25 53 32 15
3,8
19,2 40,8 24,6 11,5
Total 130 100 Pekerjaan
PNS Swasta
19 24
14,6 18,5
Buruh Tani
54 33
41,5 25,4
Total 130 100 Berdasarkan tabel di atas, dari 130 jumlah responden dengan anak
usia prasekolah (3-5 tahun), yang berumur dewasa muda sebesar 25,4%,
dewasa 56,2%, dewasa tua 18,5%. Sedangkan responden yang tidak tamat
sekolah sebesar 3,8%, tamat SD sebesar 19,2%, tamat SLTP sebesar 40,8%,
tamat SLTA sebesar 24,6%, tamat PT sebesar 11,5%. Kemudian sebagian
besar responden bekerja sebagai buruh yaitu sebesar (41,5%).
2. Karakteristik anak
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi Karakteristik Responden (Umur ibu).di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006.
Variabel n % 3 tahun 4 tahun 5 tahun
48 60 22
36,9 46,2 16,9
Total 130 100 Berdasarkan tabel di atas, dari 130 anak yang menjadi sampel
didapatkan jumlah anak yang berusia 3 tahun sebanyak 48 anak (36,9%), 4
tahun sebanyak 60 anak (46,2%), dan 5 tahun sebanyak 22 (16,9%).
3. Pengetahuan responden.
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006.
Variabel n % Rendah Sedang Tinggi
42 48 40
32,3 36,9 30,8
Total 130 100
Berdasarkan tabel diatas, dari 130 jumlah responden dengan anak
usia prasekolah (3-5 tahun), yang tingkat pengetahuannya rendah sebanyak
42 orang (32,3%), berpengetahuan sedang sebanyak 49 orang (36,9%),dan
yang berpengetahuan rendah sebanyak 39 orang (30,8%).
4. Perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun).
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006.
Variabel n % Kurang Cukup Baik
39 41 50
30,0 31,5 38,5
Total 130 100 Berdasarkan tabel diatas, dari 130 jumlah responden dengan anak
usia prasekolah (3-5 tahun), anak yang perkembangannya kurang sebanyak
39 orang (30,0%), perkembangan cukup sebanyak 41 orang (31,5%), sedang
anak yang tingkat baik sebanyak 50 orang (38,5%).
5. Hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan
Tabel 4.5. Analisa hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006.
Perkembangan Total
p value
Kurang Cukup Baik
Pengetahuan
n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi
21 12 6
50,0 25,0 15,4
16 20 5
38,1 41,7 12,5
5 16 29
11,9 33,3 72,5
42 48 40
100 100 100
0,001
Total 39 30,0 41 31,5 50 38,5 130
Berdasarkan tabel di atas, dari 130 jumlah responden dengan anak
usia prasekolah (3-5 tahun) dari hasil analisa statistik dengan uji Spearman
didapatkan p value sebesar 0,001. Hasil tersebut menunjukan bahwa P value
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu dengan perkembangan anak.
B. Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian, kondisi anak yang tinggal di desa
Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal, ternyata sebagian besar
perkembangannya normal atau baik. Dimana hasil pengukuran perkembangan ini
dengan menggunakan pedoman Denver II yang sudah sesuai dengan standar
internasional melalui lembar observasi Kuesioner Pra Skrening Perkembangan
(KPSP). Menurut Suganda (2002) Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, yang bersifat
kualitatif sehinggga pengukurannya lebih sulit daripada pengukuran
pertumbuhan yang biasa dilakukan.
Proses tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor,
dimana faktor-faktor tersebut akan saling berhubungan dengan proses
perkembang baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah ibu, kondisi ibu pada saat
mengasuh anaknya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh
kembang seorang anak. Dimana latarbelakang pendidikan ibu, pengetahuan,
umur dan keadaaan ibu yang bekerja berakumulasi dalam membentuk
perkembangan seorang anak (Anwar, 2005).
Hasil penelitian di desa Puncangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh
Kendal, menujukan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi sebagian besar
(71,8%) perkembangan anakya baik, sedangkan ibu yang berpengetahuan rendah
separuh (50,0%) perkembangan anaknya kurang. Sebelum dilakukan uji
hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan dilakukan uji kenormalan,
ini dilakukan untuk menentukan uji yang nantinya akan dilakukan. Dari hasil uji
kenormalan didapatkan P value : 0,001, ini menunjukan bahwa data berdistribusi
tidak normal. Dari hasil tersebut maka uji yang dilakukan adalah spearman, hasil
yang didapat setelah dilakukan analisa adalah nilai p value sebesar 0.001. Hal ini
menunjukan terdapat hubungan yang bermakna karena nilai p value < 0,05 .
pada data awal sebelum dilakuakan penelitian peneliti melakukan studi
pendahuluan, dimana 50% dari 60 orang ibu yang datang ke posyandu
menyatakan bahwa anaknya mengalami keterlambantan dalam perkembangan
sedangkan hasil yang didapatkan separuh lebih perkembangan anaknya baik, ini
dimungkinkan karena ibu belum begitu mengetahui tingkat perkembangan yang
harus dicapai oleh anaknya, dan didapatkan juga data saat studi pendahuluan
bahwa ibu yang berpendidikan rendah masih relatif besar.
Saat memberikan asuhan dan stimulus terhadap anak, ibu dipengaruhi
oleh sikap dan kondisinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1999),
bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang perkembangan anak
dapat dilihat dari sikap ibu yang berpengalaman, luwes, aktif atau mempunyai
rasa keingin tahuannya yang tinggi, tidak melindungi anak secara berlebihan,
tidak permisivitas (tidak membiasakan anak untuk berbuat sesuka hati), tidak
memanjakan, dapat menerima keadaan anak secara keseluruhan, dan dapat
berbuat sadar. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu
tentang perkembangan anak, maka ibu akan mampu mendidik anaknya sesuai
dengan usia dari tugas perkembangan anak. Keadaan ibu yang mempunyai
pengetahuan baik tentang perkembangan anak dapat dilihat dari sikapnya yang
demokratis, dapat menerima keadaan anak atau dapat mengetahui sifat anak pada
usia 3-5 tahun dalam pemberian pola asuh, sikap ini dalam bentuk seperti: sabar,
penuh kasih sayang, dan konsisten dengan teguran halus terhadap larangan yang
diberikan. Menurut Hariweni (2003) bahwa seorang ibu mempunyai peran yang
sangat besar dalam memberikan kebutuhan dasar pada anak untuk tumbuh
kembangnya. Dimana orang tua (ibu) berperan sebagai panutan bagi anak dalam
melakukan beberapa ketrampilan, dan anak akan beradaptasi dengan lingkungan
serta melakukan interaksi dengan cepat bila anak mengalami kegagalan sesuai
dengan tahap dan tugas perkembangannya.
Perkembangan motorik kasar anak adalah hal yang penting, dan peran
ibu sebagai seorang pengasuh sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anaknya. Dimana pengetahuan seorang ibu akan perkembangan sangat
berpengaruh terhadap pola dan cara ibu dalam memberikan asuhan dan stimulasi
terhadap anak, sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Menurut Hurlock (1999), kesempatan untuk menggerakkan
semua anggota tubuh, rangsangan dan dorongan kepada anak mempercepat
tercapainya kemampuan motorik. Perkembangan motorik yang kurang atau
gagal meskipun ibunya mempunyai tingkat pengetahuan baik kemungkinan
disebabkan karena kurangnya kesempatan untuk berlatih menggunakan anggota
tubuhnya, serta adanya perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan
kesiapan berkembangnya kemampuan motorik anak.
Menurut pendapat Pramusinta (2002) agar orang tua mampu melakukan
fungsinya dengan baik maka orang tua perlu memahami tingkat perkembangan
anak dan mempunyai motivasi yang kuat untuk memajukan tumbuh kembang
anak. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, dan faktor
tersebut merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, dimana saling
terkait antara satu dengan yang lainnya. Peran orangtua sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak, terutama ibu. Keadaan ibu dalam memberikan
asuhan dan stimulasi terkadang mengalami hambatan, keterbatasan ibu dalam
memberikan asuhan ini karena kondisinya dalam pemahaman mengenai
perkembangan anak kurang, yang menyebabkan ibu tidak bisa memberikan
kebutuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalani oleh
anaknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan
ibu tentang perkembangan psikomotor maka ibu akan mendidik anaknya sesuai
dengan usia dari tugas perkembangan psikomotor anak, sehingga anak dapat
memenuhi perkembangannya sesuai dengan tahap usia perkembangan yang
harus dicapainya.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti
berdasarkan konsep teori, meskipun telah dilakukan uji coba untuk menguji
validitas dan realibilitas namun kuesioner yang digunakan tersebut tidak
luput dari kekurangan.
2. Jumlah sampel yang sedikit sehingga penelitian tidak dapat
digeneralisasikan.
3. Faktor-faktor lain yang belum dapat diteliti, baik faktor internal maupun
eksternalnya yang mempengaruhi perkembangan anak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik di desa Pucangrejo
wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal adalah tinggi (71,8%)
2. Tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di desa
Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal adalah baik (38,5%)
3. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang
stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia
prasekolah (3-5 tahun).
B. Saran
Perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
(pengetahuan ibu) tentang pola asuh anak, cara stimulasi dan pemantauan
perkembangan anak sesuai usia, dalam hal ini perlu keterlibatan aktif dari tenaga
kesehatan terutama perawat puskesmas untuk memberikan penyuluhan.
top related