jtptunimus gdl s1 2006 destisastr 61 isi

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memberikan ASI eksklusif kepada bayi sampai berumur enam bulan saat ini masih rendah, yaitu kurang dari dua persen dari jumlah total ibu melahirkan. Itu terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tata laksana rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah (Utami, 2005). ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Menurut penelitian, anak-anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient) lebih rendah tujuh sampai delapan poin dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI secara eksklusif(Utami,2005). Mengkonsumsi ASI bagi bayi merupakan hak anak yang hakiki. Anak-anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif juga lebih cepat terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi dan diabetes setelah dewasa. Kemungkinan anak menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas juga lebih besar (Dewi, 2005). Selain pada anak, pemberian ASI juga sangat bermanfaat bagi ibu. ASI, selain dapat diberikan dengan cara mudah dan murah juga dapat menurunkan resiko terjadinya pendarahan dan anemia pada ibu, serta menunda kehamilan berikutnya (Utami, 2005). ASI tidak perlu diragukan lagi merupakan makanan bagi bayi yang paling baik. Akan tetapi ada kalanya oleh suatu sebab, ibu harus menambah atau mengganti ASI dengan makanan lain. Banyaknya produksi ASI tergantung dari aktifita kelenjar susunya. Kadang-

Upload: jhuny-sepanjang-hayaeot

Post on 27-Jun-2015

1.139 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memberikan ASI eksklusif kepada bayi sampai berumur enam bulan saat ini

masih rendah, yaitu kurang dari dua persen dari jumlah total ibu melahirkan. Itu

terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tata laksana

rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah

(Utami, 2005).

ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan

anak. Menurut penelitian, anak-anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ

(Intellectual Quotient) lebih rendah tujuh sampai delapan poin dibandingkan dengan

anak-anak yang diberi ASI secara eksklusif(Utami,2005).

Mengkonsumsi ASI bagi bayi merupakan hak anak yang hakiki. Anak-anak

yang tidak diberi ASI secara eksklusif juga lebih cepat terjangkit penyakit kronis

seperti kanker, jantung, hipertensi dan diabetes setelah dewasa. Kemungkinan anak

menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas juga lebih besar (Dewi, 2005).

Selain pada anak, pemberian ASI juga sangat bermanfaat bagi ibu. ASI, selain

dapat diberikan dengan cara mudah dan murah juga dapat menurunkan resiko

terjadinya pendarahan dan anemia pada ibu, serta menunda kehamilan berikutnya

(Utami, 2005). ASI tidak

perlu diragukan lagi merupakan makanan bagi bayi yang paling baik. Akan tetapi ada

kalanya oleh suatu sebab, ibu harus menambah atau mengganti ASI dengan makanan

lain. Banyaknya produksi ASI tergantung dari aktifita kelenjar susunya. Kadang-

Page 2: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

kadang seorang ibu yang sudah mempersiapkan diri untuk menyusui dengan makanan

ekstra selama hamil, latihan jasmani dan beberapa minggu sebelum bayi dilahirkan

mengurut-urut payudara, akan tetapi tidak dapat memproduksi ASI cukup atau tidak

mengeluarkan ASI sama sekali (Irfan Hasuki, 2003).

Peneliti Ruowei seorang epidemiologist mengatakan sebagian besar bayi

mendapatkan ASI hanya dalam bulan awal-awal saja, ketika bayi berumur dua atau

tiga bulan tetapi kemudian menghentikannya ketika waktunya ibu kembali bekerja.

Dengan memberikan ASI/PASI sedini mungkin segera setelah bayi lahir,

merupakan stimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 1995).

Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan

antropometri (berat badan, tinggi badan atau ukuran lainnya) dari waktu ke waktu,

tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan

keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirement) zat gizi ini

disebut Status Gizi (Jahari, 2002).

Status gizi disebut seimbang atau gizi baik bila jumlah asupan nutrisi sesuai

dengan yang dibutuhkan sedangkan status gizi tidak seimbang dapat dipersentasikan

dalam bentuk gizi kurang, yaitu bila asupan gizi kurang dari yang dibutuhkan dan

dalam bentuk gizi lebih yaitu bila asupan zat gizi melebihi zat kebutuhan. Dalam

status gizi baik pertumbuhan sehat (bebas dari penyakit), sebaliknya bila dalam

keadaan status gizi tidak seimbang pertumbuhan seorang anak akan terganggu.

(Jahari, 2002)

Page 3: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, masalah yang dapat

dirumuskan dari penelitian ini yaitu “Apakah ada perbedaan status gizi pada bayi

yang diberi ASI eksklusif dan non eksklusif di Puskesmas Pandanaran Semarang”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif terhadap status gizi di Puskesmas

Pandanaran Semarang.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengukur status gizi bayi yang diberi ASI Eksklusif di Puskesmas Pandanaran

Semarang

2. Mengukur status gizi bayi yang diberi ASI non eksklusif di Puskesmas

Pandanaran Semarang.

3. Menganalisa perbedaan status gizi pada bayi yang diberi ASI eksklusif dan ASI

non eksklusif di Puskesmas Pandanaran Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti.

Dapat mengetahui apakah ada perbedaan pemberian ASI eksklusif dan non

eksklusif terhadap status gizi.

2. Bagi Masyarakat

Page 4: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Dapat dijadikan sebagai ajuan untuk memberikan ASI eksklusif dan non

eksklusif.

3. Bagi Instansi Terkait.

Dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi puskesmas yang dapat digunakan

dalam pemberian pelayanan kesehatan bagi klien.

4. Bagi Penelitian Lebih Lanjut.

Dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut tentang pemberian makanan pada

bayi.

E. Bidang Ilmu

Sesuai dengan lingkup keilmuan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian

Keperawatan Anak, khususnya dalam tumbuh kembang Anak.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Status Gizi.

1. Pengertian Status Gizi.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Keadaan gizi seseorang dapat dikatakan baik bila

Page 5: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

terdapat keseimbangan antara perkembangan fisik dan perkembangan mental

intelektual.

Status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan

kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi zat gizi dalam makanan, program

pemberian makanan dalam keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan,

daya beli keluarga, lingkungan fisik dan soal (Supariasa, dkk, 2002).

2. Penilaian Status Gizi.

a. Penilaian status gizi secara langsung

1). Penilaian secara antropomerti.

Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur antara lain : Berat Badan, tinggi badan, lingkar

lengan dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah lama di kenal

sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan

maupun masyarakat. Antropometri sangat umum digunakan untuk

mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan

energi dan protein (Supariasa, dkk, 2002).

Kelemahan dan kelebihan masing-masing indeks seperti diuraikan

berikut ini :

a). Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive terhadap

perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena serangan

penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya

Page 6: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

jumlah makanan yang dikonsumsi dan lebih menggambarkan

status gizi seseorang saat ini (current utritional status) (Supariasa,

dkk, 2002).

i). Kelebihan

Kelebihan dalam penilaian ini adalah : Lebih mudah dan

lebih dimengerti oleh masyarakat, baik untuk mengukur status

gizi akut maupun kronis, baerat badan dapat berfluktuasi,

sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil dan dapat

mendeteksi kegemukan.

ii). Kelemahan

Kelebihan dalam penilaian ini adalah: Dapat

mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat

asites odema, data umur sulit ditaksir secara tepat karena

pencatatan umur yang belum baik, memerlukan data umur

yang akurat terutama untuk anak-anak dibawah 5 tahun,sering

terjadi kesalahan dalam pengukuran karena pengaryh pakaian

atau gerakan pada saat penimbangan.

b). Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan skeletal.

Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Tinggi badan kurang sensitive terhadap

masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Indeks ini

Page 7: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

menggambarkan status gizi masa lalu dan lebih erat kaitannya

dengan status sosial ekonomi (Supariasa, dkk, 2002).

i). Kelebihan.

Kelebihan dalam penilaian ini adalah : Baik untuk menilai

status gizi masa lampau, ukuran panjang dapat dibuat sendiri,

murah dan mudah didapat.

ii). Kelemahan.

Kelemahan dalam penilaian ini adalah : Tinggi badan tidak

cepat naik, bahkan tidak mungkin turun, pegukuran relative

sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak sehingga

diperlukan dua orang untuk melakukan pengukuran.

c). Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).

Barat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.

Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan mengarah

dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu

(Supariasa, dkk, 2002).

i). Kelebihan.

Kelebihan dalam penilaian ini adalah : Tidak memerlukan

data umum, dapat membedakan proporsi badan (gemuk,

normal, kurus).

ii). Kelemahan

Kelemahan dalam penilaian ini adalah : Tidak dapat

memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup

tinggi badan atau kelebihan tinggi badan karena faktor umur

tidak dipertimbangkan, kesulitan dalam melakukan pengukuran

panjang atau tinggi badan pada kelompok balita, membutuhkan

dua macam alat ukur, pengukuran lebih lama, membutuhkan

dua orang untuk melakukannya, sering terjadi kesalahan dalam

Page 8: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh

kelompok non profesional.

2). Penilaian secara klinis.

Penilaian secara klinis yaitu penilaian yang mengamati dan

mengevaluasi tanda-tanda klinis atau perubahan fisik yang ditimbulkan

akibat gangguan kesehatan dan penyakit kurang gizi. perubahan tersebut

dapat dilihat pada kulit atau jaringan epitel, yaitu jaringan yang

membungkus permukaan kulit tubuh seperti rambut, mata, mulut, lidah,

gigi dan lainnya serta kelenjar tiroid (Supariasa, dkk, 2002).

Pemeriksaan klinis terbagi dua yaitu :

a). Medical history (riwayat medis), yaitu catatan mengenai

perkembangan penyakit.

b). Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala gangguan

gizi baik sign (gejala yang dapat diamati) dan symptom (gejala yang

tidak dapat diamati tetapi dirasakan oleh penderita gangguan gizi.

3). Penilaian Secara Biokimia

Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan

hasil yang lebih tepat dan objektif dari pada penilaian konsumsi pangan

dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia dapat mendeteksi biokimia

dapat mendeteksi defisiensi zat gizi lebih dini (Supariasa, dkk, 2002).

Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah tehnik

pengukuran kandungan sebagai zat gizi dan subtansi kimia lain dalam

darah dan urin (Supariasa, dkk, 2002).

Kelemahan pemeriksan biokimia :

Page 9: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

a). Pemeriksaan hanya bisa dilakukan setelah timbulnya gangguan

metabolisme

b). Membutuhkan biaya yang cukup mahal

c). Memerlukan tenaga yang ahli.

d). Kurang praktis dilakukan dilapangan.

e). Membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak

dibandingkan dengan pemeriksaan lain.

f). Belum ada keseragaman dalam memilih referensi (nilai normal).

4). Penilaian Secara Biofisik.

Penentuan status gizi secara biofisik adalah melihat kemampuan

fungsi jaringan dan perubahan struktur. Tes kemampuan fungsi jaringan

meliputi kemampuan kerja dan energi serta adaptasi sikap. Tes

perubahan struktur dapat dilihat secara klinis seperti pengerasan kuku,

pertumbuhan rambut tidak normal dan penurunan elastisitas kartilago,

sedangkan yang tidak dapat dilihat secara kinis biasanya dilakukan

dengan pemeriksaan radiologi (Supariasa, dkk, 2002).

Penilaian status gizi secara biofisik sangat mahal, memerlukan

tenaga yang profesional dan dapat diterapkan dalam keadaan tertentu

saja. Penilaian biofisik dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu uji

radiologi, tes fungsi fisik dan sitologi (Supariasa, dkk, 2002).

b. Penilaian Secara Tidak Langsung.

1). Statistik Vital

Page 10: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu

dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. (Supariasa, dkk, 2002).

2). Faktor Ekologi.

Menurut Bengoa (dikutip oleh Jelliffe, 1966), malnutrisi merupakan

masalah ekologi sebagai hasil yang saling mempengaruhi (Multiple

Overlapping) dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan lingkungan

budaya (Supariasa, dkk, 2002).

Jumlah makanan yang tersedia tergantung pada keadaan lingkungan

iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi, dan tingkat ekonomi dari

penduduk. Disamping itu budaya juga berpengaruh seperti kebiasaan

makan, prioritas makanan dalam keluarga, distribusi dan pantangan

makanan bagi golongan rawan (Supariasa, dkkd, 2002).

3). Survei Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan penilaian jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi

dan membandingkan dengan baku kecukupan, agar diketahui kecukupan

gizi yang dapat dipenuhi (Supariasa, dkk, 2002).

Metode yang digunakan untuk menggali informasi konsumsi pangan

seseorang atau sekelompok orang secara kuantitatif (Supariasa, dkk, 2002)

adalah :

Page 11: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

a). Metode Recall 24 jam.

Prinsip dari metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang

lalu. Agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan

dan perkiraan jumlah bahan makanan yang dikonsumsinya selama

24 jam yang lalu, maka wawancara sebaiknya dilakukan oleh

petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner

terstruktur.

Dengan recall 24 jam data yang diperoleh akan lebih bersifat

kualitif. Oleh karena itu untuk mendapatkan data kuantitatif, maka

jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan

menggunakan alat Ukuran Rumah Tangga (URT) (sendok, gelas,

piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang dipergunakan sehari-

hari. Dari (URT) jumlah pangan dikonversikan kesatuan berat

(gram) dengan menggunakn daftar URT yang umum berlaku atau

dibuat sendiri pada waktu survei.

Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka

data yang diperoleh kurang representative untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu. Oleh karena itu recall 24 jam sebaiknya

dilakukan berulang-ulang dan harinya berturut-turut.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall

24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran konsumsi

zat gizi harian individu.

Page 12: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Metode recall mempunyai kelemahan dalam hal ketepatan,

karena keterangan-keterangan yang diperoleh sangat tergantung pada

daya ingat responden.

b). Perkiraan makanan (Estimated Food Recalds).

Metode ini disebut juga food record atau diary recald, yang

digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini

responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum

setiap kali sebelum makan dalam URT atau menimbang dalam

ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2- 4 hari berturut-turut),

termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.

c). Penimbangan Makanan (Food Weighing).

Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas

menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi

responden selama 1 hari.

Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari

tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia.

Yang harus diperhatikan dalam metode ini adalah, bila terdapat

sisa makanan setelah makan, maka perlu juga ditimbang sisa tersebut

untuk mengetahui jumlah sesungguhnya yang dikonsumsi.

Kelebihan dari metode ini adalah data yang diperoleh lebih

akurat/teliti, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan waktu

dan cukup mahal, disamping itu bila penimbangan dilakukan dalam

Page 13: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan

mereka.

d). Metode Pencatatan (Food Account).

Metode ini dilakukan dengan cara keluarga mencatat setiap

hari semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain ataupun

dari produksi sendiri. Jumlah makanan dicatat dalam URT, termasuk

harga eceran makanan tersebut. Cara ini tidak memperhitungkan

makanan cadangan yang ada dirumah tangga dan juga tidak

memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi diluar

rumah dan rusak, terbuang/tersisa atau diberikan pada binatang

peliharaan.

e). Metode Inventaris (Inventory Method).

Metode inventaris disebut juga log book method. Prinsipnya

dengan cara menghitung/mengukur semua persediaan makanan

dirumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir

survey. Semua makanan yang diterima, dibeli dari produk sendiri

dicatat dan dihitung/ditimbang setiap hari selama periode

pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu). Semua makanan

yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan

kepada orang lain atau binatang peliharaan juga dihitung. Pencatatan

dapat dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah mampu

atau sudah dilatih dan tidak buta huruf.

f). Pencatatan Makanan Rumah Tangga (Household Food Recard).

Page 14: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Pengukuran dengan metode ini dilakukan sedikitnya dalam

periode satu minggu oleh responden. Dilaksanakan dengan

menimbang atau mengukur dengan URT dengan makanan yang ada

dirumah dan termasuk cara pengolahan.

3. Klasifikasi Status Gizi.

Klasifikasi status gizi menurut standar WHO-NCHS berdasarkan Widya

Karya Nasional Pangan dan Gizi adalah sebagai berikut ;

a. Gizi lebih > 2,0 SD (standar deviasi)

b. Gizi baik – 2.0 SD s/d +2 SD (standar deviasi)

c. Gizi kurang < - 2,0 SD s/d 3 SD (standar deviasi)

d. Gizi buruk < - 3,0 SD. (standar deviasi)

Sumber : Widya Karya National Pangan dan Gizi, 2000.

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi.

a. Faktor Langsung

1). Kecukupan Komsumsi Makanan.

Status gizi masyarakat ditentukan oleh kecukupan makanan dan

kemampuan tubuh yang mengandung zat gizi untuk kesehatan. Jika

kecukupan konsumsi makanan kurang akan mempermudah timbulnya

penyakit yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan mengakibatkan

status gizi menurun.

2). Keadaan Kesehatan.

Page 15: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Kurang gizi adalah faktor prakondisi yang memudahkan anak

mendapat kesehatan yang kurang baik atau akan mempermudah

timbulnhya penyakit infeksi. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh

mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap

penyakit infeksi.

b. Faktor Tidak Langsung.

1). Ketahanan Makanan Keluarga

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak

dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan

pada bayi dibutuhkan juga untuk pertumbuhan dimana dipengaruhi oleh

ketahanan makanan keluarga.

2). Asuhan Ibu Bagi Anak.

Dalam tumbuh kembang anak, tidak sedikit peranan ibu dalam

ekologi anak.

3). Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan.

Perawatan kesehatan yang teratur tidak saja pada anak sakit, tetapi

pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan

dapat mengetahui status gizi anak tersebut.

4). Pendidikan.

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang paling

penting dalam tumbuh kembang anak.

Page 16: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

5). Keberadaan dan Kontrol Keluarga.

Keberadaan keluarga yang harmonis akan mempengaruhi tumbuh

kembang anak.

6). Politik.

Kehidupan politik dalam masyarakat akan mempengaruhi tumbuh

kembang anak.

7). Faktor Ekonomi.

Penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kedua

yang berperan langsung terhadap status gizi (Soetjiningsih, 1995).

B. Konsep ASI Eksklusif dan Non Eksklusif

1. Air Susu Ibu (ASI).

a. Pengertian ASI

Air susu ibu merupakan makanan ideal pada bayi terutama pada bulan-

bulan pertama karena mengandung zat gizi untuk pertumbuhan (Muchtadi,

1994).

Menurut Riadi dan Arjatmo, 1992. ASI merupakan makanan yang alami,

yang ideal untuk bayi yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan

untuk membangun dan menyediakan energi bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi.

b. Keuntungan menyusui bayi

Page 17: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Menyusui bayi mempunyai banyak keuntungan antara lain murah

harganya, tersedia pada suhu yang ideal, tidak perlu dipanaskan terlebih

dahulu, mudah dicerna dan diserap, segar, bersih dan bebas dari pencernaan

makanan, anti infeksi dan anti alergi, memperkuat ikatan batin antara ibu dan

bayi (Handayani, 1994).

c. Pemberian ASI ditinjau dari beberapa aspek.

1). Aspek Biologis

Makanan termasuk jenis mamalia dan secara alamiah seorang ibu yang

baru melahirkan akan menghasilkan ASI. ASI dapat keluar atau melalui

isapan bayi dan tergantung pada keadan emosi ibu. Kolostrum merupakan

salah satu kandungan ASI yang sangat penting yang keluar hari pertama

hingga hari ketiga.

2). Aspek Psikologis

Menyusui merupakan proses interaksi antar ibu dan bayi yang sangat

mempengaruhi, hubungan ini paling mudah tercipta selama 12 jam dan

mulai terjalin beberapa menit setelah bayi dilahirkan, oleh karena itu

sangat dianjurkan agar bayi disusui sedini mungkin setelah bayi

dilahirkan.

3). Aspek Sosial Budaya

Dipedesaan terlihat bayi disusui ibunya setiap hari, bahkan gadis-

gadis, sebelum menikah dan melahirkan akan dapat mengamati dan

mempelajari cara-cara menyusui. Dukungan masyarakat sangat membantu

mensukseskan pemberian ASI sesudah melahirkan.

Page 18: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

4). Aspek Ekonomis

Di Negara berkembang masalah sanitasi dan kebersihan belum begitu

baik, misalnya terjadi kematian yang tinggi ada hubungannya dengan

penggunaan susu botol, meninggalkan ASI beralih pada susu botol, hal ini

sangat merugikan dari segi ekonomi (Aritonang, 1996).

2. Asi Eksklusif.

a. Pengertian ASI Eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

tambahan cairan lain seperti : susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan

tanpa makanan tambahan padat seperti : pisang, pepaya, bubur, susu, biskuit,

bubur asi dan tim (Roesli, 2000).

ASI eksklusif merupakan cara menyusui bayi segera setelah lahir dan

hanya diberikan ASI saja sampai bayi umur 6 bulan tanpa diberikan makanan

lain.

b. Manfaat ASI Eksklusif.

ASI eksklusif yang telah direkomendasikan oleh WHO pada tahun 2002

agar ASI diberikan selama 6 bulan pertama menurut penelitian, memberikan

manfaat bagi bayi, ibu, keluarga dan Negara.

1). Manfaat bagi bayi.

Page 19: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

a) Komposisi sesuai dengan kebutuhan.

Air susu setiap spesies mahluk hidup yang menyusui itu berbeda

sesuai dengan laku pertumbuhan dan kebiasaan menyusui anaknya.

Jadi ASI dirancang sedemikian rupa untuk bayi manusia.

b). Kalori ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai enam bulan.

Dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI cukup sebagai

makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi normal sampai usia enam

bulan.

c). ASI mengandung zat pelindung.

Anti body (zat kekebalan tubuh) yang terkandung dalam ASI akan

memberikan perlindungan alami bagi bayi baru lahir. Anti bodi dalam

ASI ini belum bisa ditiru pada formula.

d). Perkembangan psikomotor lebih cepat.

Berdasarkan penelitian, bayi yang mendapat ASI bisa berjalan dua

bulan lebih cepat bila dibandingkan dengan bayi diberi susu formula.

e). Menunjang perkembangan kognitif.

Daya ingat dan kemampuan bahasa bayi yang mendapat ASI lebih

tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.

f). Menunjang perkembangan penglihatan.

Hal ini antara lain ASI mengandung asam lema omega 3.

g). Memperkuat ikatan ibu dan anak.

Rasa aman dalam diri bayi akan tumbuh saat ia berada dalam

dekapan ibunya. Ia menikmati sentuhan kulit yang lembut dan

Page 20: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

mendengar bunyi jantung sang ibu seperti yang telah dikenalnya

selama dalam kandungan.

h). Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.

Melalui proses menyusui, anak akan belajar dan memberi kasih

sayang pada orang-orang sekitarnya.

i). Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.

Terjalinnya komunikasi langsung antara ibu dan bayinya selama

proses menyusui akan menigkatkan kelekatan diantara mereka. Rasa

hangat dan percaya bahwa ada seseorang yang selalu ada apa bila

dibutuhkan lambat laun akan berkembang menjadi percaya pada diri

sendiri.

2). Manfaat Bagi Ibu.

a). Mencegah perdarahan.

Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat

kembalinya rahim ke bentuk semula, ini merupakan hormon

progesterone yang merangsang kontraksi otot-otot disaluran ASI

sehingga ASI terperah keluar juga akan merangsang kontraksi rahim.

b). Mencegah anemia defisiensi zat besi.

Bila perdarahan pasca persalinan tidak terjadi atau berhenti lebih

cepat, maka resiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada

ibu akan berkurang.

c). Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil.

Page 21: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Dengan menyusui cadangan lemak dalam tubuh ibu yang memang

disiapkan sebagai sumber energi selama kehamilan untuk digunakan

sebagai energi pembentukkan ASI akan menyusut. Penurunan berat

badan ibupun akan terjadi lebih cepat.

d). Menunda kesuburan.

Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara mencegah

kehamilan. Namun ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu : bayi

belum diberi makanan lain, bayi belum berusia enam bulan dan ibu

belum haid.

e). Menimbulkan perasaan dibutuhkan.

Rasa bangga dan bahagia karena dapat memberikan sesuai dengan

kemampuan dirinya demi kebaikkan bayinya akan memperkuat

hubungan batin ibu dan bayinya.

f). Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium.

Penelitian membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara

eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium

25% lebih kecil bila dibandingkan ibu yang tidak menyusui secara

eksklusif.

3). Manfaat bagi keluarga.

a). Mudah pemberian.

ASI selalu tersedia dalam suhu yang sesuai dan dapat diberikan

kapan saja bayi merasa lapar.

b). Mengurangi biaya rumah tangga.

Page 22: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

ASI tidak perlu dibeli seperti halnya susu formula. Uang untuk

membeli susu dapat dialihkan untuk membiayai kebutuhan rumah

tangga lainnya.

4). Manfaat Bagi Negara.

a). Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.

Angka kematian dan kesakitan bayi yang mendapat ASI akan

berkurang. Selain itu dengan tertundanya masa subur ibu,

penggunaan obat-obatan atau alat KB dapat dihemat untuk beberapa

bulan.

b). Penghematan devisa untuk pembelian susu formula dan perlengkapan

menyusui.

Pemerintah dapat menghemat biaya pengeluaran untuk membeli

suu botol, botol, dot dan bahan bakar minyak atau gas yang diperlukan

dalam persiapan air panas untuk membuat susu formula.

c). Mengurangi polusi.

Pemberian ASI tidak akan menyebabkan terjadinya tumpukan

kaleng/kardus dan pencemaran udara.

d). Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Anak yang jarang sakit dan tumbuh kembang dengan optimal akan

tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berperan

sebagai SDM yang berkualitas (Dewi Handayani, 2005).

3. Pemberian ASI Eksklusif.

Page 23: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Pemberian ASI sebaiknya dimulai secepat mungkin bila keadaan ibu dan

bayi memungkinkan.

Pemberian ASI meliputi frekwensi dan lamanya pemberian.

1). Frekwensi menyusui

a). Frekwensi menyusui dengan pembatasan ( Taken Breast Feeding).

Pembatasan dilakukan mengenai frekwensi, jarak menyusui.

Jadwal waktu yang ketat dan lama menyusui kira-kira 10-15 menit.

Cara ini dapat mendidik bayi untuk membiasakan disiplin dan

memberi kemudahan bagi petugas kesehatan di rumah sakit atau

dirumah bersalin dalam mengelola pasangan bayi dan ibu menyusui,

namun sekarang cara ini dianggap mengurangi kemampuan menyusui

pada ibu oleh karena itu tidak dianjurkan lagi.

b). Frekwensi menyusui dengan gaya bebas ( On demand).

Cara ini bayi disusui setiap kali menangis karena lapar atau haus.

Menyusui gaya ini dianjurkan dan biasa disebut menyusui menurut

kehendak bayi (Samsudin, 1985).

2). Lama Pemberian ASI.

Pemberian ASI tergantung kondisi dalam dua hari pertama, produksi

ASI yang belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama cukup

beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-hari

berikutnya bayi dapat disusui selama 15-20 menit tiap kali menyusui.

3. ASI Non Eksklusif.

Page 24: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

a. Pengertian ASI non Eksklusif.

Pemberian ASI non eksklusif merupakan pemberian ASI yang ditambah

dengan pemberian makanan tambahan atau yang biasa dikenal dengan nama

MP-ASI, pemberian ASI non eksklusif diberikan karena kurangnya

pengetahuan, pemahaman tentang ASI eksklusif dan pengaruh promosi susu

formula (Roeski, 2000).

ASI non eksklusif atau PASI adalah makanan bayi yang secara tunggal

dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan

sampai dengan umur 6 bulan (Utami Rusli, 2005).

b. Susu Formula

Pada umumnya formula bayi di buat dari susu sapi yang diubah

komposisinya hingga mendekati susunan yang terdapat pada ASI. Para ahli

gizi dan dokter anak memberi petunjuk bagaimana merubah susunan susu sapi

hingga dapat diberikan pada bayi tanpa ada efek sampingnya.

1). European Sociality for Peadiatric Gastroenterology and Nutrition

(ESPGAN) Community On Nutrition dalam publikasinya membagi

formula bayi (infant formula) dalam dua jenis, yaitu :

a). Starting Formula (formula awal).

Starting formula dalam bentuk bubuk setelah ditambah dengan

sejumlah air sesuai dengan petunjuk produsennya dan jika pemberian

sehari-harinya cukup, harus dapat memenuhi kebutuhan energi dan

zat-zat gizi esensial bagi bayi sampai umur 4 – 6 bulan, dan bersama-

sama dengan makanan tambahannya seperti buah, bubur susu dan nasi

Page 25: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

tim, sampai umur 1 tahun. Formula awal dibagi lagi dalam 2 golongan,

yaitu :

i). Formula adaptasi (adaptasi berarti disesuaikan dengan kebutuhan

bagi bayi baru lahir).

Formula ini bagi bayi baru lahir sampai umur 6 bulan. Susunan

formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI dan sangat baik

bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan.

Pada umur dibawah 3-4 bulan fungsi saluran pencernaan dan

ginjal belum sempurna hingga pengganti ASInya harus

mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna dan tidak

mengandung mineral yang berlebihan maupun kurang.

ii). Complete Starting Formula (formula awal lengkap)

Formula yang mengandung susunan zat gizinya lengkap dan

pemberiannya dapat dimulai setelah bayi lahir. Berbeda dengan

formula adaptasi, formula awal lengkap ini terdapat kadar protein

yang lebih tinggi dan rasio antara fraksi-fraksi proteinnya tidak

disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam susu ibu. Lagi pula

kadar sebagian besar mineralnya tinggi dibandingkan dengan

formula adaptasi.

b). Follow up Formula ( formula lanjutan, mengganti formula bayi yang

sedang dipakai dengan formula yang dimaksud)

Formula ini diperuntukkan bagi bayi berumur 6 bulan keatas.

Telah diuraikan bahwa formula adaptasi dibuat sedemikian, hingga

Page 26: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

tidak memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal yang pada waktu

lahir belum sempurna. Maka untuk itu dalam formula adaptasi zat-zat

gizinya cukup untuk pertumbuhan yang normal dan mencegah

timbulnya penyakit-penyakit gizi yang disebabkan oleh kekurangan

maupun kelebihan masukan zat-zat tersebut. Oleh sebab pada umur 4-

5 bulan fungsi organ-organ sudah memadai maka kelebihan zat gizi

dapat dikeluarkan lagi oleh ginjal. Lagi pula dengan pertumbuhan

yang cepat dan aktivitas fisik yang bertambah, maka formula bayi

adaptasi tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan bayi diatas umur

6 bulan, terkecuali jika bayi demikian sudah mendapat makanan

tambahan seperti makanan padat yang memenuhi syarat Badan

Kesehatan Dunia (WHO).

Rekomendasi/syarat bagi pembuatan formula lanjutan ialah jika

diencerkan menurut pembuatnya dan diberikan dalam jumlah yang

cukup, walaupun bayi tersebut menolak makanan padat, masih dapat

menunjang pertumbuhannya.

Perbedaan diantara formula adaptasi dan formula lanjutan terletak

pada perbedaan kadar beberapa zat gizinya. Formula lanjutan

mengandung protein yang lebih tinggi sedangkan rasio proteinnya

tidak mengikuti rasio yang terdapat pada ASI, kadar beberapa mineral

tinggi. Pertumbuhan yang cepat memerlukan protein ekstra sebagai zat

pembangun dan juga berbagai mineral lebih banyak, maka dibuat

Page 27: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

formula lanjutan yang dapat diberikan pada anak dari umur diatas 6

bulan sampai 3 tahun.

c. Macam-macam Susu.

Disamping susu bayi yang dapat diberikan pada bayi sehat, produsen bayi

juga membuat formula-formula khusus untuk diberikan pada bayi dengan

kelainan metabolisme tertentu, agar supaya bayi itu dapat tetap tumbuh

normal, baik fisik maupun kejiwaannya. Susu semacam ini dikenal sebagai

formula diit. Formula ini sebaiknya diberikan kepada bayi atas petunjuk

dokter (Muchtadi, 1994).

1). Formula premature.

Untuk pertumbuhan bayi prematur yang cepat, diperlukan zat-zat gizi

yang lebih banyak, sehingga formula yang dibuat khusus bagi bayi

prematur berlainan komposisinya dibandingkan dengan formula biasa.

Formula ini khusus prematur yang pada saat ini beredar di Indonesia

adalah : Neonatal dan Enfalak.

2). Formula Rendah Laktosa

Didalam air susu terdapat gula disakarida yang disebut laktosa.

Laktosa hanya dapat diserap oleh usus setelah dihidrolisis menjadi

menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase (laktase). Dalam keadaan

tertentu aktivitas laktase menurun atau tidak ada sama sekali, sehingga

pencernaan laktosa terganggu. Laktosa yang tidak dicerna tersebut akan

masuk keusus besar dan didalam usus besar ini akan difermentasikan oleh

mikroflora usus sehingga dihasilkan asam laktat dan beberapa macam gas.

Page 28: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Adanya produksi gas ini akan menyebabkan terjadinya kembung perut,

mules-mules dan diare.

Jarang sekali ditemukan bayi yang tidak mempunyai ezim laktase,

yang sering dijumpai adalah keadaan rendahnya aktivitas laktase. Untuk

mengatasi keadaan ini maka dibuat susu formula dengan kandungan

laktosa yang rendah atau tidak mengandung laktosa sama sekali. Adapun

merk-merk susu formula ini yang beredar di Indonesia adalah LLM (Low

Lactose Milk) dan Almiron dengan kandungan laktosa sekitar 1 %, serta

Bebelac FL yang tidak mengandung laktosa sama sekali (Muchtadi, 1994).

3). Formula dengan asam Lemak MCT (Medium Chain Triglicerida)

Kemampuan tubuh untuk menyerap asam lemak tergantung dengan

panjang/pendeknya rantai karbon yang membentuk asam lemak tersebut.

Asam lemak berantai pendek lebih mudah diserap oleh usus, jika bayi

menderita kesulitan dalam penyerapan lemak yang dapat ditandai dengan

gejala diare dan banyaknya lemak yang terdapat dalam feses maka lemak

yang diberikan harus banyak mengandung MCT. Susu formula ini adalah

Portagen.

4). Formula Protein Hidrolisat.

Pada tubuh yang terkena penyakit sehingga tidak dapat mencerna

protein yang masuk melalui makanan tidak dapat dicerna oleh usus dan

dikeluarkan lagi melalui feses. Keadaan ini harus diberikan susu formula

yang mengandung protein yang sudah mengalami hidrolisis terlebih

Page 29: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

dahulu. Formula ini yang dapat ditemukan di Indonesia adalah

Nutramigen.

5). Formula Kacang Kedelai

kadang-kadang bayi tidak mendapatkan ASI melainkan PASI.

Pemberian PASI pada bayi biasanya akan terkena diare, batuk-batuk.

Dalam hal ini ada kemungkinan bayi tidak dapat menerima protein susu

sapi, sehingga menimbulkan alergi, susu formula dari susu sapi tersebut

dapat diganti dengan formula ini , oleh karena protein kedelai

mengandung asam-asam amino dengan pola susunan yang berlainan

dengan protein susu sapi maka formula susu kedelai dapat menggantikan

formula susu sapi. Contoh formula kedelai adalah: Nutri-soya dan

Prosobee.

6). Formula Semi Elementer.

Adakalanya terdapat gangguan yang serius pada usus bayi sebagai

akibat infeksi usus, setelah disingkirkan usus melalui pembedahan atau

oleh karena kelainan bawaan pada saluran pencernaan, sehingga

menyebabkan berkurangnya toleransi terhadap susu formula biasa. Bayi

yang demikian menunjukkan intoleransi terhadap laktosa, tidak dapat

menyerap dengan baik lemak yang terdapat dalam susu formula biasa.

Pemberian formula biasa akan mengakibatkan diare terus menerus

sehingga kebutuhan zat-zat gizi untuk pertumbuhan bayi tidak dapat

terpenuhi. Untuk memperbaiki keadaan itu maka bahan makanan yang

diberikan harus dapat mengurangi tekanan terhadap saluran pencernaan.

Page 30: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Zat-zat gizi yang diberikan pada penderita ini harus mudah dicerna dan

diserap oleh saluran pencernaan yang sedang sakit. Terdapat dua macam

produk yang dipasarkan di Indonesia yaitu: Pregestimil dan Pepti Junior

(Muchtadi, 1994).

d. Perhitungan pemberian susu

Perhitungan susu didasarkan pada kebutuhan makanan bayi. Anak yang

tumbuh secara kontinu memerlukan jumlah nutrisi yang meningkat.

Untuk mempertahankan perkembangan yang normal makanan harus

disuplai untuk memenuhi hal yang berikut :

1) Kebutuhan basal

2). Pertumbuhan

3). Kehilangan dalam eliminasi

4). Aktivitas otot

Tabel 2.1 memperlihatkan masukan energi harian, didasarkan potensial,

dari bayi dengan berat badan tertentu. Dengan menggunakan table ini, dalam

hubungannya dengan berapa banyak energi yang diberikan sejumlah tertentu

susu, maka ada kemungkinan untuk menghitung makanan total harian untuk

bayi tertentu. Jumlah ini kemudian dibagi dengan jumlah makanan yang harus

diterima bayi untuk mencapai jumlah setiap pemberian makanan.

Tabel 2.1 Masukan energi harian yang dianjurkan (1 kal=0.004 MJ)

Umur (bulan) Kal/kg berat badan MJ/kg berat badan

Lahir – 3 bulan

3 – 6 bulan

120

115

0.48

0.46

Page 31: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

6 – 9 bulan

9 – 12 bulan

110

105

0.44

0.42

Sumber : Sacharin (1993)

Kebutuhan makanan bayi tidak saja didasarkan pada kebutuhan kalori

tetapi juga pada umur bayi dan masukan yang adekuat. Faktor penting lain

yang perlu dipertimbangkan adalah kebutuhan cairan. Hal ini ditaksirkan

sebesar 165 ml per kg/hari untuk seorang bayi normal yang sehat. Untuk bayi

yang baru lahir, kebutuhan cairan agak kurang sedikit, tetapi kebutuhan cairan

harus dipuaskan dan ini merupakan prioritas dilakukan dengan kebutuhan

nutrisi pada beberapa hari pertama.

e. Penyiapan Pemberian Susu Formula

Baik alternatif pertama maupun kedua, memiliki satu syarat mutlak susu

harus bersih dan steril agar bebas dari kuman penyakit. Jika tidak, bayi malah

terserang sakit perut dan diare. Karena itu, pastikan kebersihan dan sterilitas

susu bayi, botol susu, sampai dot susu.

1). Langkah-langkah menyiapkan susu bersih dan steril

a) Sediakan peralatan penyimpan susu yang layak, seperti:

i). Botol susu

Idealnya menyediakan 8 botol ukuran penuh (250 ml/8 oz) jika

bayi mendapat susu botol secara penuh (tidak disusui sama sekali).

ii). Dot

Gunakan dot dalam jumlah cukup untuk cadangan, dan simpanlah

Page 32: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

dalam keadaan siap pakai dalam wadah steril, agar sewaktu-waktu

dapat dipakai jika diperlukan. kenali jenis-jenis dot agar

memudahkan pemilihannya dan tepat dalam penggunaannya.

b). Cuci sampai bersih

Taruh semua botol susu, dot, tutup botol, ring botol, sendok yang telah

dibilas terlebih dahulu, ke dalam air panas yang telah diberi sabun cair.

Cuci dengan seksama dengan cara :

i). Taruh semua botol susu, dot, tutup botol, ring botol, sendok yang

telah dibilas terlebih dahulu, ke dalam air panas yang telah diberi

sabun cair. Cucilah dengan seksama.

ii). Sikat bagian dalam botol menggunakan sikat botol untuk

membuang sisa-sisa susu yang tertinggal. Sikat dengan teliti

seputar leher botol pada bagian dalam dan luarnya juga.

iii). Gosokkan garam dapur pada bagian dalam dot dan gerakkan

dengan memeras dan memijit bagian ujung dot. Cara ini dapat

menghilangkan sisa-sisa susu yang tertinggal.

Page 33: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

iv). Bilaslah semua botol susu, dot, dan peralatan lainnya dengan

seksama di bawah air yang mengalir. Gunakan peniti untuk

membersihkan lubang dot yang tersumbat.

c). Sterilkan agar terbebas dari kuman penyakit

Isilah sebuah ember bersih dengan air dingin dan tambahkan

tablet atau cairan untuk mensterilkan. Setelah tablet larut di dalam air,

masukkan seluruh peralatan ke dalam ember, celupkan botol-botol

hingga terisi penuh oleh air agar tidak naik dan mengapung ke atas.

Aduk-aduklah seluruh peralatan hingga sama sekali tidak terlihat lagi

adanya gelembung-gelembung udara. Diamkan selama waktu

minimum yang diperlukan, kemudian ambillah peralatan-peralatan

yang dibutuhkan dan bilaslah dengan air panas. Lalu keringkan di atas

kertas tisu dapur. Selain menggunakan tablet pensteril, bisa pula

mensterilkan dengan cara:

i). Merebus.

Cucilah seluruh peralatan hingga bersih, lalu rebus selama 25

menit. Semua peralatan harus benar-benar terendam seluruhnya.

Page 34: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

ii). Menggunakan alat steril listrik uap panas.

Cara cepat untuk mensterilkan dan terjamin higienis, namun hanya

dapat memuat beberapa botol dan dot susu saja. Namun masih

harus mencuci semua botol dan dot hingga bersih terlebih dahulu

f. Cara penyiapan susu formula

Beberapa cara yang perlu diketahui dalam menyiapkan susu formula untuk

bayi terutama untuk pertama kalinya mempunyai bayi :

1). Awali dengan mencuci tangan sebelum membuat susu untuk bayi

2). Kemudian masukkan air hangat ke dalam botol susu. Jangan gunakan air

mendidih atau air dingin.

3). Masukkan susu ke dalam botol yang telah berisi air hangat sesuai takaran

yang dianjurkan pada petunjuk pemakaian.

4). Pasang cincin dan tutup botol, dan putar erat-erat hingga tertutup rapat.

Buka tutup botol lalu pasang dot susu. Jangan sentuh ujung dot dengan

jari. Lalu pasang cincin botol dan putar hingga rapat. Periksa suhu susu

dengan meneteskannya di punggung tangan. Susu harus hangat, bukan

panas.

5). Buatlah susu untuk satu kali pemakaian saja. Bila masih tersisa, boleh

disimpan di suhu kamar/lemari es, sebaiknya tidak lebih dari 1 jam.

Page 35: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Tabel 2.2. Pemberian susu menurut usia

Usia Jumlah Sendok Jumlah Air Hangat Frekuensi 0 - 7 hari 2 60 ml 8 kali 7 - 14 hari 3 90 ml 7 kali

1/2 - 1 bulan 4 120 ml 6 kali 1 - 2 bulan 5 150 ml 6 kali 2 - 3 bulan 6 180 ml 5 kali

3 bulan 7 210 ml 5 kali

Sumber : Buklet Prenagen “tips menyiapkan susu sehat dan bersih untuk si

kecil

Ukuran sendok takar: 4,4 g ; 1 liter = 135 g susu bubuk + 900 ml air

Gunakan hanya sendok takar yang disertakan dalam kemasan. Jika

susu bubuk yang dicampurkan lebih banyak atau lebih sedikit yang

dianjurkan, bisa terjadi dehidrasi atau menyebabkan bayi kurang gizi.

Jangan mengubah komposisi air dan susu bubuk yang diberikan tanpa

konsultasi dahulu pada dokter. Siapkan hanya satu botol susu setiap

kalinya. Ikuti instruksi penyajian setepat mungkin.

Page 36: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

g. Mempersiapkan Susu Botol

Hal-hal yang harus diperhatikan saat memberikan susu botol pada bayi :

1). Keluarkan botol susu dari dalam lemari pendingin dan balikkan posisi dot

ke arah atas. Cairkan susu dengan merendamnya di dalam air panas.

Jangan gunakan oven microwave untuk keperluan ini, karena susu dapat

menjadi terlalu panas walaupun botol susu masih tetap terasa dingin di

luar.

2). Periksa aliran susu yang keluar: harus 2-3 tetes per detik. Lubang dot yang

terlalu kecil akan menyulitkan bayi menghisap, sementara jika terlalu

besar dapat menyebabkan bayi tersedak. Apabila dot sudah tidak baik,

gantilah dengan dot steril lainnya dan periksalah aliran susunya terlebih

dahulu.

3). Periksalah temperatur/suhu air susu dengan meneteskan beberapa tetes

susu pada pergelangan tangan susu harus terasa hangat suam-suam kuku.

4). Putarlah ring botol sedemikian rupa agar udara dapat masuk ke dalam

botol, agar memudahkan bayi menghisap susu dengan lancar.

h. Perbedaan ASI dan Susu Formula

Berikut perbedaaan keunggulan ASI dibandingkan susu formula.

Page 37: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

1). Sumber Gizi Sempurna

ASI : Mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Antara lain faktor

pembentuk sel-sel otak, terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI juga

mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih

banyak dari pada casein (protein utama dari susu yang berbentuk

gumpalan) dengan perbandingan 65:3, komposisi ini menyebabkan protein

ASI lebih mudah diserap oleh tubuh bayi.

Susu Formula : Tidak seluruh zat gizi yang tergandung di dalamnya

dapat diserap oleh tubuh bayi. Misalnya : protein susu sapi tidak mudah

diserap karena mengandung lebih banyak casein. Perbandingan whey :

casein susu sapi adalah 20:80.

2). Mudah Dicerna.

ASI : Pembentukan enzim pencernaan bayi baru sempurna pada usia

kurang lebih lima bulan.ASI mudah dicerna bayi karena mengandung

enzim-enzim yang dapat membantu proses pencernaan, antara lain lipase

(untukmenguraikan lemak), amylase (untuk menguraikan karbohidrat) dan

protease (untuk menguraikan lemak). Sisa metabolisme yang akan

disekresikan (dikeluarkan) melalui ginjal pun hanya sedikit, sehingga

kerja ginjal bayi menjadi lebih ringan, metabolisme ini penting karena

Page 38: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

merupakan proses pembakaran zat-zat didalam tubuh menjadi energi, sel-

sel baru dan lain-lain.

Susu Formula : Sulit dicerna karena tidak mengandung enzim

pemcernaan serangkaian proses di pabrik mengakibatkan enzin-enzim

pencernaan tidak berfungsi. Akibatnya lebih banyak sisa pencernaan yang

dihasilkan dari proses metabolisme, yang membuat ginjal harus bekerja

keras.

3). Komposisi sesuai Dengan Kebutuhan

ASI : Komposisi zat gizi ASI sejak hari pertama menyusui biasanya

berubah dari hari ke hari. Perubahan komposisi ASI ini terjadi dalam

rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhan gizi bayi. Misalnya

kolostrum (cairan bening berwarna kekuningan yang biasanya keluar pada

awal kelahiran sampai kira-kira seminggu sesudahnya) terbukti

mempunyai kadar protein yang sangat tinggi, serta kadar lemak dan

laktosa (gula susu) yang lebih rendah dibandingkan ASI mature (ASI yang

keluar hari ke-10 setelah melahirkan). Kandungan kolostrum yang seperti

ini akan membantu sistem pencernaan bayi baru lahir yang memang belum

berfungsi optimal.

Selain itu, komposisi ASI pada saat menyusui (fore milk) berbeda

dengan komposisi pada akhir menyusui (hind milk). Kandungan protein

fore milk (berwarna bening dan encer) tinggi, tetapi kandungan lemaknya

Page 39: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

rendah bila dibandingkan hind milk (berwarna putih dan kental). Walau

tampak sehat, pertambahan berat badan bayi yang hanya mendapat fore

milk kurang baik. Hingga dianjurkan untuk tidak terlalu cepat

memindahkan bayi untuk menyusui pada payudara yang lain, bila ASI

pada payudara yang sedang diisap belum habis. ASI ibu yang melahirkan

bayi prematur juga sesuai dengan kebutuhan bayi, dengan protein lebih

tinggi dan lebih mudah diserap.

Susu Formula : Komposisi zat gizinya selalu sama untuk setiap kali

minum (sesuai aturan minum).

4). Mengandung Zat Pelindung

ASI : Mengandung banyak zat pelindung, antara lain immunoglobulin dan

sel-sel darah putih hidup, yang perlu untuk membantu kekebalan tubuh

bayi. Selain itu, ASI mengandung zat yang tidak terdapat dalam susu sapi

dan tidak dapat dibuat duplikasi atau tiruannya dalam susu formula, yaitu

faktor bifidus zat ini penting untuk merangsang pertumbuhan bakteri

lactobacillus bifidus yang membantu melindungi usus bayi dari

peradangan atau penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi beberapa jenis

bakteri merugikan seperti keluarga coli.

Susu Formula : Hanya sedikit mengandung immunoglobulin dan

sebagian besar merupakan jenis yang tidak dibutuhkan tubuh bayi, selain

itu mengandung el-sel darah putih dan sel-sel lain dalam keadaan hidup.

Page 40: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

5). Cita Rasa Bervariasi

ASI : Cita rasa ASI bervariasi sesuai dengan jenis senyawa atau zat yang

terkandung didalam makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu

Susu Formula : Bercita rasa sama dari waktu ke waktu.

Sumber : Dewi Handayani RSUPN Cipto Mangunkusumo, 2005.

C. Kerangka Teori

Setelah memperhatikan seluruh teori, maka disusun kerangka teori sebagai berikut

:

Gambar 2.1 :Kerangka konsep

STATUS GIZI

Page 41: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

(Soetjiningsih, 1993).

E. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka dapat dirumuskan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

Variabel Variabel Independent Dependent ( variabel bebas) ( variabel terikat)

Kelompok Bayi yang diberikasi ASI

Ketahanan makanan keluarga

Asuhan bagi Ibu danAnak

Pemanfaatan YanKes dan

Sanitasi lingkungan

Pendidikan Keluarga

Kecukupan Makanan (ASI Eksklusif) Keadaan Kesehatan

Struktur Ekonomi

Politik dan Ideologi

Potensi Sumber Daya Manusia

Politik dan Idiologi

Keberadaan dan Kontrol Sumber Daya Keluarga: Manusia, Ekonomi dan Organisasi

Page 42: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Ekskklusif

Kelompok bayi yang diberi ASI Non Eksklusif

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan status gizi pada bayi yang

diberikan ASI eksklusif dan non eksklusif.

G. Variabel Penelitian

1. Variabel independent (bebas) : Pemberian ASI eksklusif and non eksklusif

2. Variabel dependent (terikat) : Status gizi.

H. Definisi Operasional

1. ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi usia 0 - 6 bulan tanpa

penambahan makanan atau minuman lainnya.

Alat ukur : lembar wawancara terpimpin

Dengan skala Nominal.

2. ASI non eksklusif

ASI eksklusif adalah Pemberian ASI yang ditambah dengan pemberian

makanan tambahan yang biasa disebut dengan MP-ASI.

Alat ukur : Lembar wawancara terpimpin.

Dengan skala Nominal.

3. Status gizi

Status gizi

Page 43: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan konsumsi makanan dan

dipengaruhi kesehatan tubuh yang diukur dengan metode antropometri

berdasarkan indeks B/U.

Alat ukur Dengan perhitungan Z skor.

Dengan skala interval.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan.

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif dengan metode

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini oleh peneliti adalah cross sectional

(pendekatan silang) yaitu dengan menggabungkan variabel sebab dan akibat yang

terjadi pada objek penelitian diukur dalam waktu yang bersamaan (Notoatmojo,

2002).

B. Populasi dan Sampel.

Page 44: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

1. Populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah bayi berusia 3 – 12 bulan yang

berkunjung diPuskesmas Pandanaran Semarang.

2. Sampel

Dalam sampel yang digunakan memiliki kriteria inklusi antara lain :

a. Bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan cukup bulan

b. Bayi mendapatkan ASI eksklusif atau non eksklusif sebagai makanannya.

c. Selama dilakukan pengambilan data bayi dalam keadaan sehat.

Setelah dilakukan penelitian selama 2 minggu didapatkan jumlah sampel 30

bayi yang memenuhi kriteria dengan ketetapan 9 bayi dengan ASI eksklusif dan

21 bayi dengan non eksklusif.

C. Metode Pengumpulan Data.

Pengambilan data dimulai setelah memperoleh perijinan dari Puskesmas

Pandanaran Semarang. Sampel atau subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria

dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Kelompok bayi dengan ASI eksklusif

2. Kelompok bayi denang ASI non eksklusif

Sampel yang telah memenuhi syarat dilakukan wawancara terpimpin pada ibu

dengan lembar wawancara yang berisi data responden, data identitas sampel yaitu

nama, jenis kelamin, umur, dan kemudian dilakukan penimbangan berat badan.

D. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data.

Page 45: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

1. Metode pengolahan data.

a. Data ASI eksklusif dan non eksklusif

1). Editing (proses penyuntingan).

Yaitu meneliti setiap pertanyaan yang telah diisi oleh responden untuk

mengetahui kelengkapan pengisian, yang dilakukan ditempat

pengumpulan data, sehingga jika ada kekurangan data dapat segera

dilengkapi.

2). Koding (proses penyandian).

Yaitu mengolah informasi dengan menggunakan kunci jawaban yang

telah disusun dalam bentuk angka untuk mempermudah proses pengolahan

selanjutnya. Pada kuesioner, jawaban yang benar diberi kode 1 dan

jawaban yang salah diberi kode 0.

3). Tabulating (tabulasi).

Yaitu kegiatan memasukan data hasil penelitian kedalam tabel-tabel

sesuai kriteria.

4). Entry Data.

Memasukan data ke dalam komputer dengan menggunakan aplikasi

program SPSS 12.0.

b. Data Status Gizi

Data status gizi dapat diperoleh dengan menghitung status gizi

menggunakan program nutrisof atau.rumus Z-Skor indeks BB/U Dalam hal ini

peneliti menggunakan program nutrisof dan rumus Z-Skor indeks BB/U

adalah sebagai berikut :

Page 46: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Z – Skore : X – M

SB

Keterangan :

X : Berat Badan aktual hasil pengukuran

M : Nilai Baku median Berat Badan

SB : Nilai Simpangan Baku

Berat badan dengan timbangan bayi merk Tanita dan umur dengan bulan lahir.

2. Analisa data.

Pada penelitian perbedaan status gizi pada pemberian ASI eksklusif dan ASI

non eksklusif ini data status gizi dihitung menggunakan nutrisof dan sebelum

dilakukan uji beda data diuji terlebih dahulu dengan uji kenormalan kolmogorof

Smirnov Test, dari hasil uji didapatkan bahwa data berdistribusi normal dan

kemudian data dilakukan uji beda dengan T-Test untuk mengetahui perbedaan

status gizi pada kelompok ASI Eksklusif dan kelompok ASI Non Eksklusif yang

menggunakan program komputer SPSS versi 12.0.

E. Etika Penelitian

1. Informed concent (Lembar persetujuan), diberikan kepada responden yang diteliti

yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang

sebelumnya telah diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.

Terdapat pada lampiran : II.

Page 47: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

2. Anonamity (kerahasiaan identitas), kerahasiaan identiras responden penelitian

dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan semata-mata untuk kepentingan

penelitian.

3. Right to with draw (hak untuk mengundurkan diri), responden berhak

mengundurkan diri selama proses penelitian. Hal ini tidak berpengaruh terhadap

pelayanan yang diberikan selama pengobatan di Puskesmas Pandanaran

Semarang.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pandanaran selama dua minggu

dimulai pada tanggal 4 Juli hingga 11 Juli dengan jumlah sampel yang memenuhi syarat

sebanyak 30 orang. Data diuji kenormalan dengan Kolmogorov Smirnov Test dan

didapatkan data normal dan kemudian dilakukan uji T-Test untuk uji beda dengan

program komputer SPSS 12.0

A. HASIL PENELITIAN

1. Status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif

Pada kelompok ASI eksklusif nilai status gizi terendah dengan nilai Z

Skore -0.30 dan nilai status gizi tertinggi dengan nilai Z Skore 1.11 dengan nilai

rata-rata Z Skore -0.4644.

Gambar 4.1. Status gizi bayi kelompok ASI eksklusif.

Page 48: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

BAIK KURANGKst

0

20

40

60

80

100

Percen

t

88.89%

11.11%

Berdasarkan gambar 1 persentasi status gizi pada kelompok ASI Eksklusif

presentase tertinggi status gizi baik dengan persentasi 88,9 % dan persentasi

terendah pada nilai status gizi kurang dengan persentasi 11,1 %.

2. Status gizi bayi yang diberi ASI non eksklusif.

Pada kelompok ASI non eksklusif nilai status gizi terendah dengan nilai Z

Skore -0.10 dan nilai status gizi tertinggi dengan nilai Z Skore 2.62 dengan nilai

rata-rata Z Skore -0.1324.

Gambar 4.2 : Status gizi bayi kelompok ASI non eksklusif.

Page 49: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

LBIH BAIKKst

0

20

40

60

80

100

Perce

nt

4.76%

95.24%

Berdasarkan gambar persentasi status gizi pada kelompok ASI non

eksklusif nilai tertinggi pada status gizi baik dengan persentasi 95,2% dan

persentasi terendah pada nilai status gizi lebih dengan persentasi 4,8%.

3. Perbedaan status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif dan bayi yang diberi ASI

non eksklusif.

Pada kelompok ASI Eksklusif nilai status gizi terendah dengan nilai Z

Skore -0.30 dan nilai status gizi tertinggi dengan nilai Z Skore 1.11 dengan nilai

rata-rata Z Skore -0.464, sedangkan pada kelompok ASI Non Eksklusif nilai

status gizi terendah dengan nilai Z Skore-0.10 dan nilai status gizi tertinggi

dengan nilai Z Skore 2.62 dan nilai rata-rata -0.132. dapat dilihat pada gambar

4.3.

Gambar 4.3 : Perbedaan status gizi berdasarkan nilai rata-rata pada kelompok bayi ASI eksklusif dan kelompok ASI non eksklusif.

Page 50: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

eksklusif non ksklusif

eks/non eksklusif

-0.50

-0.40

-0.30

-0.20

-0.10

0.00

Mean

statu

sgizi

-0.464

-0.132

Dari hasil uji kenormalan dengan Kolmogorov Smirnov Test didapatkan

data berdistribusi normal maka data dilakukan uji beda dengan Independent T-

Test dan didapatkan angkasignifikan (p value) sebesar 0,435 karena nilai

tersebut lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dengan kemaknaan tidak ada

perbedaan yang pada kelompok ASI eksklusif dan ASI non eksklusif.

B. PEMBAHASAN

1. Status Gizi Bayi

Menurut Depkes RI, 2000 status gizi dipengaruhi oleh asupan makanan

dan penyakit infeksi, apabila asupan makanan yang diberikan cukup maka

pertumbuhan bayi dan status gizi akan baik karena didalam ASI terdapat zat-zat

antibodi yang dapat mencegah timbulnya penyakit infeksi.

a. Status gizi bayi ASI eksklusif

Dari hasil penelitian didapatkan pada kelompok ASI eksklusif

terdapat status gizi baik dengan persentasi 88,9 % dan persentasi terendah

Page 51: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

pada nilai status gizi kurang dengan persentasi 11,1 %.buruk. Faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI atau produksi ASI adalah kemauan Ibu dan

segi emosional Ibu (Satoto, 1990). Menurut penelitian lebih dari 80 %

kegagalan seorang ibu menyusui dalam memberikan ASI Eksklusif adalah

faktor psikologis ibu menyusui (Utami, 2005).

Menurut Muchtadi (1994), dari hasil penelitiannya dilaporkan bahwa

menyusui dengan ASI tidak selalu adanya hubungan yang mesra terutama

cara menyusui tersebut tidak dilakukan dengan sepenuh hati atau setengah

terpaksa, hal tersebut dapat mempengaruhi volume ASI sehingga asupan

ASI pada bayi sedikit dan akan mempengaruhi perkembangan sibayi.

Menurut Utami ( 2005) jumlah ibu yang memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya sampai berumur enam bulan saat ini masih rendah, yaitu

kurang dari 2 % dari jumlah total ibu yang melahirkan dikarenakan

pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tata laksana rumah

sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan diluar

rumah.

b. Status gizi bayi ASI non eksklusif.

Dari hasil penelitian status gizi pada kelompok ASI non eksklusif

nilai tertinggi pada status gizi baik dengan persentasi 95,2% dan persentasi

terendah pada nilai status gizi lebih dengan persentasi 4,8%.

Menurut Soekirman (1999) status gizi dipengaruhi oleh penyebab

langsung makanan anak dan penyakit infeksi dan faktor tidak langsung

yaitu ketahanan pangan keluarga, pola asuh anak serta pelayanan

Page 52: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

kesehatan dan kesehatan lingkungan, apabila pola pegasuhan ibu seperti

pengetahuan pemberian makanan yang tidak tepat atau melebihi ukuran

akan mengakibatkan gizi lebih.

2. Perbedaan status gizi bayi yang diberi ASI Eksklusif dan ASI Non

Eksklusif.

Status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh asupan makanan juga dipengaruhi

oleh infeksi. Dalam keadaan gizi baik tubuh mempunyai kemampuan yang

cukup untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi sedagkan keadaan

gizi yang lebih akan mudah terkena penyakit infeksi (Aritonang, 1996).

Pada kelompok ASI eksklusif terdapat status gizi buruk dimungkinkan

karena masalah kemauan atau ketidak tahuan ibu akan kebutuhan pemberian

ASI, sehingga bayi kurang mengkonsumsi ASI.

Pada kelompok ASI non eksklusif yang mempunyai status gizi lebih

kemungkinan dalam pemberiannya melebihi aturan pemberian, karena pada

anak yang diberi susu formula tidak ada hubungan psikologis sehingga bayi

tidak dapat mengontrol dirinya dan pemberian susu formula dilakukan oleh ibu

atau pembantunya dan mereka cenderung untuk memaksakan jumlah konsumsi

susu yang lebih banyak dari yang seharusnya terlebih pada susu formula yang

banyak mengandung lemak sehingga bayi yang diberi susu formula akan lebih

gemuk karena kelebihan lemak (Nadesul, 1999).

Page 53: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

Hasil analisa uji beda didapatkan angka signifikan (p value) sebesar 0.435

karena nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima yaitu tidak ada

perbedaan pada kedua kelompok tersebut karena status gizi tidak hanya

dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi tapi juga

dipengaruhi langsung oleh faktor kesehatan, dimana kondisi individu sangat

menentukan tingkat kerentanan terhadap berbagai penyakit akibat kurang gizi.

Page 54: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Kelompok bayi yang diberi ASI Eksklusif berstatus gizi baik 88,9 % dan

berstatus gizi buruk 11,1% menunjukakan bahwa status gizi tidak hanya

dipengaruhi oleh makanan.

2. Kelompok bayi yang diberi ASI Non eksklusif berstatus gizi baik 95,2 % dan

berstatus gizi lebih 4,8 % menunjukkan bahwa bayi cenderung untuk

dipaksakan mengkonsumsi makanan lebih dari jumlah yang seharusnya.

3. Tidak ada perbedaan status gizi bayi dengan pemberian ASI eksklusif dan ASI

non eksklusif.

B. SARAN

1. Bagi ibu yang memberikan ASI secara eksklusif untuk berkonsultasi bila ada

masalah dalam pemberian ASI dan menghindari pemberian ASI non eksklusif.

2. Bagi ibu yang bekerja untuk tetap memberikan ASI sacara eksklusif dengan

memompa ASI secara teratur untuk memperlancar produksi ASI dan

menyimpannya dalam botol dan disimpan dalam kulkas atau termos yang diberi

es.

Page 55: Jtptunimus Gdl s1 2006 Destisastr 61 ISI

3. Bagi tenaga kesehatan khususnya yang bergerak dalam kesehatan ibu dan anak

untuk meningkatkan informasi tentang pentingnya ASI eksklusif dan

mempersiapkan mental dan ilmu bagi ibu hamil mengenai ASI dan menyusui.

4. Bagi instalasi terkait untuk menerapkan peraturan Menteri Kesehatan

(permenkes) No.450/2004, bahwa bayi harus diberi ASI saja hingga usia enam

bulan, bukan empat bulan.

5. Bagi penelitian lebih lanjut untuk menspesifikan lebih lanjut hal-hal yang dapat

mempengaruhi status gizi dalam pemberian makanan bayi.