isi laporan teknologi pengolahan pakan
Post on 24-Oct-2015
78 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian & peternakan merupakan dua sisi mata uang yang saling terkait.
Keduanya saling membutuhkan satu sama lain. Pertanian menghasilkan produk
yang digunakan sebagai bahan pakan untuk memformulasikan ransum bagi
ternak. Ternak juga menghasilkan limbah yang bisa digunakan sebagai pupuk
hayati bagi lahan pertanian. Seiring bertambahnya jumlah ternak untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani manusia,maka kebutuhan pakan yang notabene berasal
dari hasil pertanian juga ikut meningkat. Ada beberapa komoditas pertanian yang
penggunaannya saling berebut antara manusia & ternak.
Melihat kondisi demikian, volume produksi pertanian harus ditingkatkan
guna memenuhi kebutuhan manusia & ternak. Manusia yang menduduki rantai
makanan tertinggi sudah pasti menguasai kebanyakan komoditas pertanian
tersebut. Sehingga posisi ternak dalam penguasaan hasil tani semakin
terdegradasi. Disisi lain, kebutuhan manusia akan protein hewani juga tidak dapat
diganggu gugat. Bertitik tolak dari kondisi tersebut, muncul ide untuk
memanfaatkan bahan pakan alternative yang berasal dari limbah pertanian yang
masih layak digunakan sebagai bahan pakan bagi ternak.
Mengingat hasil tani yang juga menghasilkan limbah pertanian yang
cukup besar dan melalui penelitian para pakar ternyata masih layak untuk
dimanfaatkan sebagai bahan pakan yang akan diolah menjadi ransum ternak.
Sehingga dicapailah produksi ternak yang optimal dengan bahan pakan yang
relative lebih murah ketimbang produk pertanian utama. Dengan pemanfaatan
limbah pertanian tersebut,tercapainya keseimbangan pemanfaatan produksi di
sector pertanian untuk kebutuhan manusia dan ternak.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini supaya mahasiswa/praktikan mampu mengolah
bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian berupa tongkol jagung & baglog
yang kandungan nutrisinya diperkaya melalui proses fermentasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah pertanian umumnya banyak mengandung serat kasar yang terdiri
atas selulosa, hemiselulosa dan lignin yang merupakan karbohidrat rantai panjang
dengan ikatan beta.(Hungate,1966)
Fermentasi adalah suatu proses bioteknologi dengan memanfaatkan
bakteri untuk mengawetkan pakan dan tidak mengurangi kandungan zat nutrient
pakan bahkan dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan pakan itu sendiri.
(Sapienza dan Bolsen,1993). Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai proses
“protein enrichment” yang mengandung pengertian proses pengayaan protein
bahan dengan menggunakan mikroorganisme tertentu.(Stanton et al.,1969 dalam
Winarno,1980). Berdasarkan jenis substrat yang digunakan, proses fermentasi
dibedakan atas dua golongan yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi cair.
Fermentasi medium padat adalah proses fermentasi dengan menggunakan medium
yang tidak larut,tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba.
Fermentasi medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau
tersuspensi dalam fase cair (Chalal,1985)
Raimbault dan Alazard (1980) menyatakan bahwa keuntungan fermentasi
dengan menggunakan medium padat adalah kondisi media lebih mendekati
kondisi lingkungan alami bagi pertumbuhan kapang dibandingkan dengan
medium cair. Agar fermentasi dapat berjalan dengan sempurna perlu dilakukan
sterilisasi (pengukusan). Tujuan sterilisasi adalah mematikan mikroorganisme
pencemar atau yang tidak dikehendaki tumbuh dalam media fermentasi.
(Ansori,1989)
Manfaat lain dari fermentasi ialah dapat merubah aroma dan rasa bahan
pakan, mengurangi senyawa-senyawa beracun dari bahan dasar dan dapat
memperbaiki teksturnya sehingga lebih menarik (Buckle,et al.,1985). Semua
pakan hasil fermentasi mempunyai aroma dan cita rasa khas yang langsung atau
tidak langsung dihasilkan oleh organism fermentative
(Mooser,1980;Woolford,1984)
3
Proses fermentasi cukup mudah dan murah. Hijauan dicacah dengan mesin
chopper atau bisa dilakukan secara manual dengan pisau/golok, kemudian
semprot/diciprati dengan bahan fermentator mikrobakteri. Setelah itu, hijauan
dimasukkan ke dalam kantong plastik besar yang diikat rapat.Lama proses
fermentasi bergantung pada bahan fermentator. Beberapa bahan fermentator yang
dapat dipakai adalah: ragi tape/jerami, starbio untuk ternak, EM4, Suplemen
Organik Cair (SOC), Sunwy Bio, dan banyak lagi merek sejenis yang beredar di
pasaran.(Fedepdemak,2013)
Selain penerapan fermentasi bahan utama pakan hijauan, saat ini sudah
berkembang pembuatan pakan komplit untuk kambing dan domba.Teknologi ini
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan bahan pakan ternak yang biasanya
berkualitas rendah (kurang protein dan energi) serta kurang ramah lidah.Jerami
padi, tongkol jagung, tebon jagung (batang dan daun jagung sisa panen), jerami
kacang tanah, kulit buah, bungkil kelapa dan ampasnya merupakan beberapa
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai sumber pakan berkualitas bagi ternak
kambing dan domba.(Fedepdemak,2013)
Peternak kambing yang sudah menerapkan teknologi pakan fermentasi,
sebaiknya sekalian menggunakan pakan komplit fermentasi, atau menurut istilah
kerennya ‘burger pakan’.Pembuatan burger pakan cukup dengan 3 – 7 hari
pemeraman dalam wadah tertutup rapat. Pakan komplit fermentasi yang bagus
berbau harum bercampur asam, warna segar tidak jauh berubah dengan warna saat
diracik, tidak berjamur, dan pH 3,5 – 4,0.(Fedepdemak,2013)
Guntoro (2012) memaparkan keberhasilan fermentasi ditandai oleh ciri-
ciri sebagai berikut : permukaan irisan limbah berwarna kecoklatan atau
kehitaman dan apabila dicium,tidak berbau atau sedikit berbau manis seperti tape.
Sementara itu,kegagalan fermentasi ditunjukkan dengan tanda-tanda sebagai
berikut : limbah mengeluarkan bau busuk, permukaan irisan limbah berlendir,
serta muncul butir-butir berwarna oranye di permukaan limbah.
Beberapa factor penyebab kegagalan fermentasi antara lain : aktifasi
inokulan atau mikroba stater tidak dilakukan sesuai prosedur,misalnya media dan
air tidak steril dan formula larutan tidak tepat. Kemudian penyiraman larutan
4
inokulan tidak merata, alas media fermentasi terlalu dingin atau tidak bisa
mengisap air. Bahan yang tidak tertutup dengan baik saat fermentasi juga bisa
menjadi penyebab gagalnya fermentasi. Factor yang terakhir ialah temperature
udara lingkungan terlalu dingin, sehingga membutuhkan waktu fermentasi yang
lebih lama. (Guntoro,2012)
Menurut Guntoro(2012) proses fermentasi sebaiknya berlangsung selama
5-6 hari. Jika waktu fermentasi terlalu cepat, proses dekomposisi berjalan tidak
optimal. Namun, bila waktu fermentasi terlalu lama akan mengakibatkan
terjadinya proses “mineralisasi”. Hasilnya, bahan malah menjadi kompos.
Fermentasi yang baik berjalan baik akan menghasilkan produk yang baik pula.
5
BAB III
BAHAN & METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat & Waktu Praktikum
3.1.1 Tempat Praktikum : Lab.Produksi Ternak ,UNPAB Medan
3.1.2 Waktu Praktikum : Pukul 09.00 WIB – Selesai
30 November 2013
3.2 Bahan & Alat Praktikum
3.2.1 Bahan Praktikum : Baglog bekas, Tongkol Jagung, Probiotik
EM-4, Probiotik Starbio & Probiotik Bio
One Poultry serta Molases.
3.2.2 Alat Praktikum : Toples, Plastik, Alas plastik, Karet gelang,
Gelas beker, & Timbangan digital.
3.3 Metode Praktikum
Alasi meja praktikum dengan plastic yang lebar guna menjaga kebersihan
laboratorium.
Timbang toples yang akan digunakan guna menghitung volume bahan
yang akan disediakan dan probiotik yang akan dipakai.
Baglog dibongkar dan dicacah atau dihaluskan, untuk tongkol jagung
dicacah hingga hancur secara merata.
Percik permukaan bahan dengan air steril hingga lembab sebagai media
pertumbuhan mikroba yang baik.
Sediakan probiotik sebesar 6% dari berat total bahan pakan untuk satu
wadah dan tuangkan secara merata di permukaan bahan. Khusus Starbio
karena berwujud serbuk campurkan dengan air hingga menjadi cair
ditambah dengan molasses.
Aduk dan bolak-balik bahan pakan hingga merata secara keseluruhan.
Masukkan bahan pakan kedalam toples yang telah disediakan dan tutup
dengan serapat-rapatnya hingga tidak dimungkinkannya terdapat udara
(anaerob) dan buat label di tiap toples sesuai probiotik yang digunakan.
Fermentasi berlangsung selama 2 minggu.
6
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari fermentasi yang berlangsung selama 2 minggu
yang terbagi dalam dua table. Table 1 ialah table dengan bahan pakan dari baglog
bekas dan table 2 dengan bahan pakan dari tongkol jagung antara lain :
Table 1. Hasil fermentasi dengan bahan pakan baglog bekas :
Baglog pH Warna Tekstur Aroma Jamur EM-4 8 Coklat tua Normal Normal AdaBio 1 Poultry 8 Coklat Normal Normal Tidak adaStarbio 8 Coklat Normal Sedikit asam Tidak ada
Table 2. Hasil fermentasi dengan bahan pakan tongkol jagung :
Tongkol Jagung pH Warna Tekstur Aroma Jamur EM-4 7 Coklat tua Normal Busuk AdaBio 1 Poultry 7 Coklat tua Kasar Busuk Nyengat AdaStarbio 7 Coklat tua Kasar Busuk Asam Tidak ada
Pengamatan awal bisa dipastikan bahwa substrat yang digunakan dalam
praktikum ini ialah media padat. Berdasarkan hasil yang tercantum pada table 1
untuk bahan pakan baglog, terdapat perubahan warna bahan pakan menjadi sedikit
gelap untuk tiap perlakuan jika dibandingkan warna bahan pakan diawal
peracikan. Perubahan warna ini sesuai dengan ciri-ciri hasil fermentasi yang
diutarakan oleh Fedepdemak (2013) di laman situsnya. Begitu juga dengan hasil
yang diperoleh untuk kelompok bahan pakan tongkol jagung.
Untuk parameter tekstur, baik kelompok baglog maupun tongkol jagung,
sama-sama tidak ditemui perubahan tekstur pada saat hasil fermentasi dibuka.
Tekstur yang diperoleh sama seperti ketika proses peracikan. Dari parameter
tekstur, maka hasil fermentasi tidak berhasil. Seharusnya proses fermentasi
mampu mengubah tekstur bahan pakan menjadi lebih baik seperti pendapat dari
Buckle,et,al (1985). Dari parameter aroma, hasil dari kelompok baglog yang
menggunakan probiotik EM-4 dan Bio One Poultry sama-sama tidak
menghasilkan aroma yang khas hasil fermentasi seperti yang dinyatakan oleh
7
Mooser (1980) dan Woolford (1984). Sedangkan untuk bahan pakan baglog yang
menggunakan starbio sedikit meimbulkan aroma khas. Berbeda lagi dengan hasil
dari kelompok tongkol jagung yang menggunakan probiotik EM-4 dan Bio One
Poultry sama-sama menghasilkan aroma busuk. Dari parameter aroma saja bisa
diindikasikan bahwa hasil fermentasi gagal. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Guntoro (2012) yang menyatakan salah satu ciri fermentasi gagal ialah limbah
atau bahan pakan yang digunakan mengeluarkan bau busuk. Sedangkan untuk
yang menggunakan Starbio, juga menimbulkan bau busuk tetapi ada sedikit bau
asam yang dikeluarkan. Dari parameter aroma ini semakin memantapkan dugaan
bahwa fermentasi yang dilaksanakan telah gagal. Fermentasi yang berhasil
seharusnya menghasilkan aroma khas yang dihasilkan oleh mikroba fermentative
(Mooser,1980;Woolford,1984) senada dengan pendapat Guntoro (2012).
Sedangkan untuk parameter ada tidaknya jamur, ditemukan jamur pada
kelompok bahan pakan baglog yang menggunakan EM-4 dan pada kelompok
tongkol jagung yang menggunakan probiotik EM-4 dan Bio One Poultry juga
ditemukan jamur. Fermentasi yang berhasil seharusnya tidak ditemukan jamur
pada hasil fermentasinya.(Fedepdemak,2013). Pada parameter pH, baik kelompok
baglog maupun tongkol jagung menunjukkan pH yang jauh diatas pH umumnya
hasil fermentasi 3,5-4,0.(Fedepdemak,2013).
Secara garis besar dapat disimpulkan hasil fermentasi yang dilaksanakan
secara 2 minggu adalah gagal total. Bila mengacu pada factor-factor yang
menyebabkan kegagalan fermentasi seperti yang diutarakan oleh Guntoro (2012) ,
gagalnya fermentasi disebabkan oleh proses fermentasi yang telalu lama sehingga
bahan pakan berubah menjadi kompos dan wadah yang kurang rapat sehingga
memungkinkan udara masuk dan aktifitas mikroba terganggu serta timbulnya
jamur. Factor penyebab kegagalan fermentasi yang telah dilakukan selama 2
minggu ialah bahan pakan yang sudah tercemar mengingat bahan pakan telah
disimpan di laboratorium dan tidak diproses terlebih dahulu sebelum diracik untuk
fermentasi. Seharusnya bahan pakan yang akan digunakan diproses sebelum
diracik melalui pengukusan untuk membunuh mikroba pencemar.(Ansori,1989)
8
BAB V.
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini ialah fermentasi yang
dilaksanakan selama 2 minggu gagal total. Factor yang menyebabkan kegagalan
fermentasi ialah sebagai berikut :
Proses fermentasi yang memakan waktu terlalu lama yaitu 2 minggu
sehingga bahan pakan mengalami mineralisasi. Seharusnya proses
fermentasi yang terbaik berkisar 5-6 hari.
Wadah yang kurang tertutup rapat sehingga menimbulkan jamur.
Bahan pakan tidak diproses terlebih dahulu lewat pengukusan sehingga
besar kemungkinan telah terkontaminasi mikroba pencemar.
5.2 Saran
Saran yang bisa penulis berikan antara lain :
Wadah yang digunakan harus benar-benar rapat sehingga suasana anaerob
benar-benar tercipta.
Larutan probiotik harus merata.
Bahan pakan harus diproses dengan pengukusan terlebih dahulu untuk
membunuh mikroorganisme pencemar yang mengganggu proses
fermentasi.
top related