implementasi peraturan daerah kota …repository.umrah.ac.id/2223/1/journal.pdf · sampah merupakan...
Post on 01-Apr-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG
NO 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Budi Taslim1, Edison
2, Fitri Kurnianingsih
3
buditaslimk2r@gmail.com
Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Dari sekian banyak sampah indonesia yang disumbangkan ke laut,
Provinsi Kepulauan Riau adalah salah satu daerah yang termasuk
menyumbangkan sampahnya kelaut dikarenakan sebagian besar daerah Kepri
adalah lautan dari luas wilayah sebesar 251.810,71 Km2 (95,79% laut) inilah yang
menyebabkan bahwa membuang sampah kelaut adalah alternatif termudah dan
tercepat bagi masyarakat Kepri. Tanjungpinang merupakan ibukota provinsi
Kepulauan Riau. Tanjungpinang juga memiliki aturan sendiri untuk mengelola
sampahnya melalui Peraturan Daerah yang dibuat tentang pengelolaan
persampahan. Kota Tanjungpinang telah 10 kali berturut-turut memperoleh piala
Adipura. Piala Adipura merupakan penghargaan terhadap Kota terbersih dan asri.
Dengan kriteria tertentu, sebuah tim yang dibentuk Kementerian Lingkungan
Hidup melakukan penilaian terhadap kebersihan Kota dan keasriannya. Program
Adipura telah dilaksanakan setiap tahun sejak 1986, kemudian terhenti pada tahun
1998. Dalam lima tahun pertama, program Adipura difokuskan untuk mendorong
kota-kota di Indonesia menjadi "Kota Bersih dan Teduh".Tujuan dari penelitian
ini yaitu mengetahui Implementasi Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor
3 tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan dalam hal Pengelolaan Sampah
di kota Tanjungpinang. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan teknik
deskriptif Kualitatif dengan mengacu pada Randall B. Ripley dan Grace A.
Franklin (Didik Fatkhur Rohman, dkk.Jurnal Administrasi Publik (JAP): Vol. 1,
No. 5. Adapun yang dijadikan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 6
orang. Selelah data terkumpul maka data ini dianalilsis dengan teknik analisis data
deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 3 tahun 2015
Tentang Pengelolaan Persampahan sudah dijalankan oleh instansi-instansi terkait
yang bertanggungjawab mengimplementasikan Perda tersebut hanya saja dalam
pengelolaan sampah masih belum bisa maksimal dikarenakan sarana dan prasana
dan SDM yang masih kurang. Sarana dan prasarana berupa alat angkut dan alat
pengolahan sampah sangat dibutuhkan untuk mempermudah dan mempercepat
pengelolaan sampah yang dihasilkan dari masyarakat kota Tanjungpinang.
Kata Kunci : Peraturan Daerah, Pengelolaan, Sampah
2
PENDAHULUAN
Sampah merupakan limbah yang selalu dihasilkan oleh aktivitas manusia
sehari-hari.Didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat
terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan
dibuang kelingkungan.
Permasalahan sampah di Indonesia hingga kini masih belum bisa
terselesaikan meskipun UU yang mengatur tentang pengelolaan sampah sudah ada
akan tetapi tetap saja selalu lemah dari segi implementasi dan penegakan
hukumnya. Hasil riset Jenna R Jambeck dan kawan-kawan (publikasi di
www.sciencemag.org 12 Februari 2015) yang diunduh dari laman www.iswa.org
pada 20 Januari 2016 menyebutkan Indonesia berada di posisi kedua penyumbang
sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri
Lanka.Menurut Riset Greeneration, organisasi nonpemerintah yang 10 tahun
mengikuti isu sampah, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700
kantong plastik per tahun. Di alam, kantong plastik yang tak terurai menjadi
ancaman kehidupan dan ekosistem.
(http://properti.kompas.com/read/2016/01/27/121624921/Indonesia.Darurat.
Sampah).
Dari sekian banyak sampah indonesia yang disumbangkan ke laut, Provinsi
Kepulauan Riau adalah salah satu daerah yang termasuk menyumbangkan
sampahnya kelaut dikarenakan sebagian besar daerah Kepri adalah lautan dari
3
luas wilayah sebesar 251.810,71 Km2 (95,79% laut) inilah yang menyebabkan
bahwa membuang sampah kelaut adalah alternatif termudah dan tercepat bagi
masyarakat Kepri.
Tanjungpinang merupakan ibukota provinsi Kepulauan Riau.
Tanjungpinang juga memiliki aturan sendiri untuk mengelola sampahnya melalui
Peraturan Daerah yang dibuat tentang pengelolaan persampahan. Kota
Tanjungpinang telah 10 kali berturut-turut memperoleh piala Adipura. Piala
Adipura merupakan penghargaan terhadap Kota terbersih dan asri. Dengan
kriteria tertentu, sebuah tim yang dibentuk Kementerian Lingkungan Hidup
melakukan penilaian terhadap kebersihan Kota dan keasriannya. Program Adipura
telah dilaksanakan setiap tahun sejak 1986, kemudian terhenti pada tahun 1998.
Dalam lima tahun pertama, program Adipura difokuskan untuk mendorong kota-
kota di Indonesia menjadi "Kota Bersih dan Teduh".
Dikisahkan Suryatati, Adipura pertama yang diraih oleh Kota
Tanjungpinang 1990, saat itu, masih merupakan Kota Administratif dengan wali
kotanya HM Sani. Selanjutnya, 1997 Tanjungpinang kembali meraih Piala
Adipura, dan saat itu Suryatati menjabat sebagai walikota.
Tahun 1998 hingga 2003, Piala Adipura sempat ditiadakan, karena saat itu
gejolak reformasi sedang panas-panasnya. Baru setelahnya pada tahun 2004
Adipura kembali diperebutkan, namun namanya berubah menjadi Bangun Praja,
di tahun 2005 nama Bangun Praja berubah kembali menjadi Adipura, dan Kota
Tanjungpinang kembali meraih predikat Kota Terbersih hingga saat ini
(batamtoday.com;2012).
4
Jika dilihat sekilas dijalan besar Kota Tanjungpinang maka akan tampak
terlihat jalan yang bersih dari sampah yang sudah di bersihkan oleh pekerja dari
dinas kebersihan namun jika dilihat kota Tanjungpinang dirasa masih jauh dari
kata bersih contoh nya di km. 11 banyak sampah yang dibuang disalah satu pohon
yang letaknya kira-kira berjarak 50 meter dari pasar swalayan Kijang Kencana
padahal disana tidak ada penyediaan tempat untuk membuang.
Ada tidaknya adipura, kebersihan di Kota Tanjungpinang harus tetap
dipertahankan, ditahun 2015 kemarin tepatnya pada tanggal 15 mei Peraturan
Daerah Kota Tanjungpinang No. 3 Tahun 2015 baru saja diketuk palu tentang
pengelolaan persampahan mencabut dari Perda Kota Tanjungpinang No. 14
Tahun 2009. Meskipun sudah disahkan pada tahun 2015 hingga kini pemerintah
kota Tanjungpinang masih lemah dari segi implementasinya terlihat dari
kepedulian masyarakatnya terhadap lingkungan yang masih minim buktinya yang
tidak lama ini terlihat setelah acara pawai Taman Kanak yang diadakan di
Lapangan Pamedan Ahmad Yani Kota Tanjungpinang pada tanggal 30 April 2017
kemarin begitu acara selesai banyak sekali sampah-sampah plastik yang
berserakan di lapangan hingga kejalan raya tidak adanya penegasan dari pemko
tanjungpinang membuat masyarakat tidak begitu mempedulikan kebersihan
disekitarnya, Walikota terpilih saat ini Bapak Lis Darmansyah pernah
mengatakan,
Peraturan Daerah (Perda) Persampahan secara efektif akan diterapkan oleh
Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungpinang pada 1 Januari 2017 mendatang.
5
“Tentu sebelum penerapan Perda tersebut masih harus melalui beberapa
tahapan, seperti penyusunan Perwako dan sosialisasi,” ujar Wali Kota
Tanjungpinang ditemui di Badan Perpustakaan Arsip dan Museum (BPAM) Kota
Tanjungpinang, Rabu (20/7).
Dikatakan Lis, Perwako turunan Perda Persampahan saat ini tengah disusun
oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Tanjungpinang. Dan
diharapkan rampung pada awal September 2016.
Selain itu, pihaknya juga tengah menyusun format tim pengawasan Perda,
yang direncanakan melibatkan Tim Kebersihan Ketertiban Keamanan (K3). “Tim
ini yang akan melakukan fungsi pengawasan. Fungsi K3 akan direvisi dan
diperluas, termasuk mengawasi pembangunan dan persampahan,” ujarnya.
Sementara untuk penindakkan tipiring akan dilakukan oleh Satpol PP.
Untuk sistem pelaporan, dikatakan Lis dapat dilakukan oleh setiap warga.
“Kalau ada yang melihat bisa dilaporkan kemudian diselidiki dan akan diperiksa,”
ujarnya. Lis merencanakan meletakkan CCTV di sejumlah ruas jalan untuk
mempermudah pengawasan.
Jika Perda Persampahan telah diterapkan, maka pelanggar akan dikenai
denda sebanyak Rp 500 ribu. Denda akan diberlakukan, kepada warga yang
melanggar sebanyak tiga kali.
Apabila pelanggar tersebut tidak juga membayarkan denda, maka bisa
dikenai sanksi di pasal 57 dalam Perda serupa, yaitu dikenai sanksi pidana
maksimal kurungan selama tiga bulan, dan denda sebesar Rp 50 juta
(batampos.co.id;2016)
6
Kini Perda sudah ada dan disahkan begitu juga perencaan untuk mejalankan
perda sudah direncanakan sejak tahun 2016 kemarin penerapan perda itu sendiri
secara efektif akan dijalankan pada tanggal 1 januari 2017, tetapi hingga saat ini
belum ada sosialisasi mengenai perda No. 3 Tahun 2015 tentang pengelolaan
persampahan yang dijanjikan oleh Pemko Tanjungpinang, jika seperti itu siapakah
yang disalahkan jika perda itu sendiri tidak dijalankan dan masyarakat tidak
peduli akan limgkungan disekitarnya.
Berdasarkan pentingnya lingkungan yang bersih dan asri untuk hidup yang
lebih berkualitas dari segi kesehatan dan kenyamanan dalam beraktifitas sehari-
hari di luar rumah maupun tempat kerja, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terkait masalah tersebut dengan mengambil judul, yaitu:
“IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NO 3
TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN, Studi kasus
pengelolaan persampahan di Kota Tanjungpinang oleh Dinas Perumahan Rakyat,
Kawasan Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang..
BAHAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2009:47), “Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu”. Dalam penelitian deskriptif, penelitian hanya diarahkan untuk
7
memberikan gejala, fakta, atau kejadian secara akurat tanpa perlu merumuskan
hipotesis dalam penelitiannya.
Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap
situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk
oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan
yang diperoleh dari situasi yang alamiah (Satori dan Komariah, 2012:25).
HASIL
A. Tingkat kepatuhan
Merupakan suatu sikap ketaatan secara konsisten dari implemenor yaitu
pemerintah daerah dalam menjalankan Implementasi Peraturan Daerah Kota
Tanjungpinang Nomor 3 Tahun 2015 Tentang pengeloaan Persampahan. Hal ini
dapat dilihat dari kinerja setiap instansi/lembaga/dinas yang diberikan tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) untuk menjalankan perda tersebut.
Selama di lapangan kinerja satuan tugas yang di tugaskan dalam
menjalankan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 3 Tahun 2015
Tentang pengeloaan Persampahan sudah berjalan sesuai dengan tupoksi yang
diberikan, wawancara dilakukan dengan Kasi Kebersihan dari Dinas Perumahan
Rakyat, Kawasan Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang,
berikut petikan wawancara yang dilakukan :
“Untuk pengelolaahan sampah yang sudah kami lakukan itu mulai dari
pengangkutan sampah yang dihasilkan dari warga itu diangkut dan
dibuang ke TPA untuk di proses, salah satunya d sana ada pembuatan
kompos dan dari hasil sampah tadi ada yang ditimbun untuk
menghasilkan gas metan, untuk sementara hasil gas metan tersebut hanya
di gunakan oleh Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman,
8
Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang”(Wawancara, Rabu 24
Januari 2018)
Wawancara dilakukan lagi pada Kasi Pengadaan dan Pengendalian
Pengangkutan Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman,
Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang, berikut petikan
wawancara yang dilakukan :
“Kalau kami di bagian pengangkutan sudah diatur, sekarang ini
pengangkutan dilakukan 3 sip yaitu dari pagi, siang dan sore,
pengangkutan tadi dikondisikan lagi dengan jalan raya karna misalkan
kalau daerah pasar baru pagi kan ramai takutnya mengganggu lalu lintas
jadi tidak bisa dilakukan pengangkutan”(Wawancara, Rabu 24 Januari
2018)
B. Pengelolaan
Menurut Oey Liang Lee (Rinda, 2013:5), pengelolaan dapat diartikan
sebagaiSebuah koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu Kerangka pokok-pokok
pengelolaan dapat diartikan : (a) kegiatan/kegiatan atau aktivitas/aktivitas; (b)
proses, yakni kegiatan dalam rentetan urutan-urutan; dan (c) institute/ orang-orang
yang melakukan kegiatan atau proses kegiatan”.
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan
Kota Tanjungpinang sudah mendapatkan tugasnya sendiri dalam melakukan
pengelolaan sampah khusus daerah kota Tanjungpinang. Semua pengelolaan
sampah dilakukan melalui dari berbagai tahap hingga akhir sampah dapat lagi bisa
dimanfaatkan mulai dari pengangkutan, pemilahan, hingga dikelola, dari
9
dilakukannya hal-hal tersebut maka akan didapatkanya hasil sampah yang
ditimbulkan oleh masyarakat itu sendiri, berikut table banyaknya sampah di
Tanjungpinang yang terangkut oleh Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan
Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang,
Tabel IV.1
DATA SAMPAH TERANGKUT KE TPA GANET
KOTA TANJUNGPINANG
NO
Tahun Jumlah Terangkut
Keterangan Produksi RATA-RATA M RATA-RATA BERAT TON
Hari Bulan Tahun Hari Bulan Tahun
1 2011 329,47 10.021,42 120.257,00 82,37 2.505,35 30.064,25
2 2012 374,25 11.383,50 136.602,00 93,56 2.845,88 34.150,50
3 2013 312,64 9.509,42 114.113,00 78,16 2.377,35 28.528,25
4 2014 329,96 10.036,17 120.434,00 82,49 2.509,04 30.108,50
5 2015 311,61 9.477,99 133.735,88 77,90 2.369,50 28.433,97
JUMLAH 1.657,92 50.428,49 605.141,88 414,48 12.607,12 151.285,47
Sumber data, Dinas Perkim kota Tanjungpinang
C. Kelancaran Rutinitas
Keberhasilan implementasi ditandai dengan lancarnya rutinitas fungsi dan
tidak adanya masalah-masalah yang dihadapi. Demi tecapainya rutinitas fungsi
yang diharapkan yaitu diimplementasikannya kebijakan/peraturan yang sudah
ditetapkan oleh implementor maupun target implementor (kota tanjungpinang dan
masyarakat). Sejauh ini jika dilihat dari fakta dilapangan dinas kebersihan hanya
10
memandang satu objek saja dalam menjalani peraturan yang ada yaitu wilayah
kota tanjungpinang, tanpa mengetahui bahwa yang perlu didorong untuk menjaga
kebersihan kota tanjungpinang itu masyarakat kota tanjungpinang itu sendiri.
Sosialisasi mengenai perda pengelolaan persampahan sangat penting
dilakukan secara rutin agar masyarakat sadar dan mengetahui bahwa membuang
sampah bukan pada tempatnya adalah sebuah pelanggaran yang dapat
dipidanakan.Sejauh ini sosialisasi mengenai perda tersebut dirasa masih belum
berjalan secara maksimal, hanya papan-papan himbauan saja yang itu jumlahnya
sangat terbatas.Sangat diperlukan sosialisasi secara langsung atau turun
kemasyarakat memberikan informasi tentang perda tadi dan pentingnya manjaga
kelestarian lingkungan sekitar tempat kita tinggaluntuk hidup yang berkualitas dan
sehat. Wawancara dilakukan kepada Kasi Kebersihan Dinas Perumahan Rakyat,
Kawasan Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang, berikut
petikan wawancaranya:
“Untuk saat ini kita belum ada melakukan sosialisasi tentang perda
tadi tetapi sudah ada wacana tersebut untuk mensosialisasikan perda tadi,
kami sudah membuat bukunya tentang perda tadi dan akan
disosialisasikan sertadibagi-bagikan, InshaAllah wacana tersebut akan
terealisasikan tahun ini. Jadi sosialisasinya belum ya tetapi segera
dilakukan.” (Wawancara, Rabu 24 Januari 2018)
Hingga kini rutinitas yang dilakukan oleh implementor perda tersebut sudah
berjalan dari tahun ke tahun dengan cara yang sama, adapun perubahan yang
terjadi itu hanya penambahan alat dan kebutuhan-kebutuhan sebagai bahan
penunjang untuk mempermudah tugas-tugas dari setiap instansi yang diberi
tugas,Wawancara dilakukanpada Kasi Pengadaan dan Pengendalian Pengangkutan
11
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan
Kota Tanjungpinang, berikut petikan wawancara yang dilakukan :
“Kalau untuk kelancaran dalam menjalankan tugas itu sudah kami lakukan
dengan membuat SOP kerja kami, itu berupa jadwal pengangkutan dan sapu
jalan dan untuk pengankutan itu sendiri sudah rutin ya dilakukan, penuh dan
tidak penuh sampahnya kalau sudah jadwalnya tetap akan kami
angkut””(Wawancara, Rabu 24 Januari 2018)
Tabel IV.8
Daftar Rute Armroll
No NAMA SOPIR NO PLAT LOKASI KERJA TRIP PER
HARI
KET
.
JL. SULTAN MAHMUD/KOMPOS
(1)
JL. KIJANG LAMA (1)
JL. KAMBOJA (1)
1 SYAFRIDI BP 9105 T JL. RH. FISABILILLAH (1) 5-6 TRIP
SENGGARANG (1)
JL. WOMOSARI (1)
JL. KAPITEN (2)
JL. RH. FISABILILLAH (1)
2 HENDAK BP 9103T KAMPUS UMRAH (1) 4-5 TRIP
JL. RUMAH SAKIT RSUD (1)
JL. RAWA SAWI (2)
JL. SULAIMAN ABDULLAH (2)
3 ARISTA BP 9104 T JL. MELATI (1) 5-6 TRIP
WALIKOTA SENGGARANG (1)
SMP 6 SEI JANG (3)
4 ARYA RIZAL BP 9102 T JL. POS (1) 4-5 TRIP
KEJAKSAAN (1)
JL. HAJI UNGAR (1)
RIMBA JAYA (1)
5 HERU BP 9136 T ALAM GAS (1) 5 TRIP
PERUM AIR RAJA (1)
12
SEI LADI (1)
SIMPANG BOROBUDUR (2)
JL. YOS SUDARSO (1)
6 AGUS
KURNIA
BP 9128
A
PEMBAKARAN MAYAT (1) 4-5 TRIP
TCC (1)
PERBATASAN KM16 UBAN (1)
JL. DIPONOGORO (PIZZA HUT
(1)
7 ZAINUR BP 8062 T KANTOR GUBERNUR (1) 5-6 TRIP
BINTAN CENTER (4)
SMA N 5 (2)
8 SYAMSIR BP 8046 T JL. SULTAN MAHMUD (1) 4-5 TRIP
KAMPUNG BULANG (1)
JL. KARTIKA (1)
D. Terwujudnya Dampak yang Dikehendaki
Keberhasilan suatu implementasi mengacu dan mengarah pada
implementasi/pelaksanaan dan dampaknya (manfaat) yang dikehendaki dari
semua program terarah. (dalam Akib, Haedar. Jurnal Administrasi Publik, Volume
1 No. 1 Thn. 2010).
Tentunya dampak yang diharapkan dari suatu kebijakan itu ialah hal yang
positif dan sesaui targat yang direncanakan semenjak direncanakannya kebijakan
tadi hingga dikelurkan untuk dijalankan kebijakan tadi.
Wawancara dilakukan staff Kebersihan dari Dinas Perumahan Rakyat,
Kawasan Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang, berikut
petikan wawancara yang dilakukan :
13
“Untuk hasil yang dapat dilihat dari kinerja Dinas Perumahan Rakyat,
Kawasan Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang
dalam menjalankan perda tadi seperti yang sudah saya sampaikan tadi masih
kurang maksimal, kenapa saya katakan itu karena masih ada keluhan-keluhan
juga dari warga bahwa TPS ditempatnya tinggal masih kurang ada juga yang
jauh jangkauan dari rumah, keluhan lain ada yang mengatakan bahwa ada
warga yang membuang sampah di tepian jalan dikampungnya sehingga
menjadi tumpukkansampah yang dimana itu bukan tempat pembuangan
sampah yang disediakan oleh kami”(Wawancara, Rabu 24 Januari 2018)
Berdasarkan hasil wawancara dari informan maka dapat dianalisa bahwa tugas
yang diberikan pada setiap instansi untuk mengimplentasikan Perda Kota
Tanjungpinang Nomor 3 Tahun 2015 sudah terlaksanakan mengikuti tugas pokok
dan fungsi yang diberikan oleh pemerintah Kota Tanjungpinang, hanya saja dari
masing-masing instansi mengakui bahwa dalam menjalankan tugas tersebut masih
belum maksimal sehingga hasil yang diharapkanpun masih belum tercapai.
Dibutuhkan sosialisai secara terus menerus mengenai perda tersebut agar
masyarakat kota tanjungpinang mengetahui dan memahami bahwa sudah ada yang
mengatur mengenai sampah/limbah yang mereka buang setiap harinya dan ada
hukuman berupa denda hingga pidana bagi yang melanggar peraturan tersebut.
KESIMPULAN
Hasil yang di dapat bagi peneliti ialah adanya temuan bahwa walaupun perda
sudah ada dan dijalankan bahwan hingga di revisi namun tetap sata masalah
sampah di tanjungpinang tidak bisa diselesaikan dengan segera banyak factor
yang menjadi kendala bagi petugas petugas yang menjalani perda tersebut hanya
saja menurut pengakuan dari mereka dibutuhkan waktu dan proses yang cukup
14
panjang untuk memberi pemahaman kepada masyarakat kota tanjungpinang
bahwa sangat penting lingkungan yang bersih bagi kesehatan dan untuk hidup
yang lebih berkualitas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa implementasi Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 3
Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan sudah dijalankan oleh instansi-
instansi terkait yang bertanggungjawab mengimplementasikan Perda tersebut
hanya saja dalam pengelolaan sampah masih belum bisa maksimal dikarenakan
sarana dan prasana dan SDM yang masih kurang. Sarana dan prasarana berupa
alat angkut dan alat pengolahan sampah sangat dibutuhkan untuk mempermudah
dan mempercepat pengelolaan sampah yang dihasilkan dari masyarakat kota
Tanjungpinang. Implementasi berjalan dengan baik dilihat dari beberapa
indikator:
1) Tingkat kepatuhan pada ketentuan yang berlaku,implementasi dalam arti
sempit yaitu sebagai kepatuhan para implementor dalam melaksanakan
kebijakan yang tertuang dalam dokumen kebijakan (dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, atau program. Dinas kebersihan Kota
Tanjungpinang sebagai implementor harus mempunyai regulasi-regulasi baru
sebagai strategi untuk mengatasi sampah di Kota Tanjungpinang tidak hanya
mengikuti dan menjalankan saja aturan yang sudah ada, juga Satuan Polisi
Pamong Praja atau Satpol PP yang bertugas menindaki mereka yang
melanggar peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah kota
tanjungpinang melalui tindak pidana ringan (tipiring) harus lebih tegas dalam
15
peneguran terhadap masyarakata dan oknum yang melanggar peraturan yang
sudah ada.
2) Adanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya masalah, keberhasilan
implementasi ditandai dengan lancarnya rutinitas fungsi dan tidak adanya
masalah-masalah yang dihadapi. Komunikasi antar lembaga/instansi yang
sama-sama diberi tugas dalam pengelolaan sampah harus berjalan dengan baik
dan sejalan demi tercapainya kota Tanjungpinang yang bersih dan bebas dari
sampah.
3) Terwujudnya Pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang dikehendaki.
Keberhasilan suatu implementasi mengacu dan mengarah pada
implementasi/pelaksanaan dan dampaknya (manfaat) yang dikehendaki dari
semua program terarah. Dari hasil penelitian dilapangan yang dilakukan oleh
peneliti, dampaknya terhadap kota Tanjungpinang sudah ada terlihat dari
pengangkutan sampah yang sudah terjadwal untuk wilayah kota
tanjungpinang, adanya pengelolaandan pemanfaatan sampah untuk dijadikan
kompos dan gas metan, namun untuk masyarakatnya sendiri untuk peduli
terhadap lingkungan dirasa masih kurang terlihat dari sampah-sampah liar
dibuang dipinggiran jalan kota raya Kota Tanjungpinang.
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya sosialisasi secara rutin untuk membuat masyarakat sadar
bahwa pentingnya menjaga lingkungan sekitar dan dampaknya jika
lingkungan sekitar tidak dijaga kebersihannya, seperti:
16
a. Papan-papan himbauan mengenai peraturan serta sangsi/hukuman
dipasang secara merata di daerah pusat keramaian di Kota
Tanjungpinang.
b. Sosialisasi dilakukan dari tingkat tertinggi hingga terendah, mulai dari
tingkat kecamatan, kelurahan, RW, RT, Karang Taruna hingga ke
masyarakat.
c. Sosialisasi mengenai aturan dan sangsinya dilakukan dengan
pemanfaatan teknologi, contohnya melalui media cetak (koran), media
elektronik (televisi lokal, radio, dll)
2. Selanjutnya disosialisasikannya mengenai aturan yang berlaku tentang
pengelolaan persampahan dan penegasan dalam hukuman/sangsi berupa
denda hingga pidana bagi yang melanggarnya.
3. Meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah dalam menegaskan hukum
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan
Persampahan, seperti :
a. Membuat jadwal khusus secara rutin dalam menjaga kebersihan Kota
Tanjungpinang
b. Patroli tidak hanya berjaga di pos saja akan tetapi ikut berbaur dengan
masyarakat khususnya di tempat keramaian contohnya di taman-taman
kota, sehingga ketika melihat adanya pelanggaran bisa langsung diberi
penegasan berupa teguran.
c. Meningkatkan kedisiplinan anggota satpol PP kota tanjungpinang
dalam menjalankan perda
17
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: Pustaka Setia.
Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus).
Jakarta: Buku Seru.
Atmodjo, Marsum Widjojo dan Siti Fauziah. 2007. Manajemen Stewarding.
Yogyakarta: ANDI.
Arikunto, Suharsimi. 1998. PROSEDUR PENELITIAN Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Daft, Richard L.. 2010. Era Baru Manajemen. Diterjemahkan Tita Maria
Kanita. Jakarta: Salemba Empat.
Darmawan, Deni dan Kunkun Nur Fauzi. 2015. Sistem Informasi
Manajemen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta:
Andi.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: ALFABETA.
Sonhaji, Aang. 2011. Tanah, Air & Udara. Tasikamalaya: Firaz Publishing.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: ALFABETA.
B. Jurnal dan Internet
Batampos.co.id. 2016 Perda Persampahan Diterapkan per 1 Januari di
Tanjungpinang.
(http://batampos.co.id/2016/07/21/perda-persampahan-diterapkan-per-1-
januari-tanjungpinang/, diakses pada Kamis, 21 Juli 2016 - 10:33 WIB).
18
Batamtoday.com. 2012 Arak-arakan Adipura Disambut Antusias di
Tanjungpinang.
(http://www.batamtoday.com/berita15783-Arak-arakan-Adipura-
Disambut-Antusias-di-Tanjungpinang.html, diakses pada Rabu, 06-06-
2012 | 18:46 WIB).
Arianto, Hangga, 2013Analisis Implementasi dan Evaluasi Perda Kota
Tanjungpinang Nomor 14 tahun
2009,http://www.academia.edu/9372367/Kebijakan_pemerintahan_daerah_kota_tanjungpinang.
Akib, Haedar.Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010.
https://media.neliti.com/media/publications/97794-ID-implementasi-
kebijakan-apa-mengapa-dan-b.pdf
C. Dokumen
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 3 Tahun 2015 tantang
Pengelolaan Persampahan.
top related