ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41893/2/heri... ·...
Post on 17-Mar-2019
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Heri Handoko
PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP PERILAKU KEBERAGAMAAN
MASYARAKAT PEMULUNG, STUDI PADA MASYARAKAT
PEMULUNG JALAN MAWAR, CIPUTAT, TANGERANG SELATAN
Komunitas atau Masyarakat Pemulung di jalan Mawar Ciputat ada sejak
sepuluh tahun yang lalu. Sampai saat ini sudah ada sekitar 70 kepala keluarga yang
bermukim di tempat tersebut. Adapun penelitian ini berfokus pada berapa besar
pengaruh kemiskinan terhadap perilaku keberagamaan masyarakat pemulung di
jalan Mawar Ciputat. Dalam faktanya ada pengaruh antara berprofesi sebagai
pemulung dan pelaksanaan ritual-ritual ibadah sehari-hari.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
secara umum bagaimana pola kehidupan masyarakat pemulung baik dari segi
pendidikan, sosial, ekonomi kebudayaan dan sebagainya, serta berusaha
mengungkap dengan jelas seberapa besar pengaruhnya antara kemiskinan dan
tingkat keagamaan serta seberapa besar rajinnya masyarakat pemulung di jalan
Mawar Ciputat dalam beribadah. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan metode kualitatif agar didapatkan hasil yang maksimal dan sesuai yang
diinginkan. Adapun sampel data didapat dari berbagai cara baik dari wawancara,
catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, naskah, dan dokumen resmi lainnya yang
sesuai dengan masalah yang diteliti.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa kemiskinan
berpengaruh pada perilaku keberagamaan mereka. Hal ini disebabkan rendahnya
tingkat pemahaman mereka terhadap agama namun demikian, walaupun dengan
tingkat pemahaman agama yang seadanya mereka berusaha dengan semaksimal
mungkin untuk menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai seorang pemeluk
agama.
Kata Kunci: Pengaruh, Pemulung, Kemiskinan, Agama.
v
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Alhamdulillah segala puja dan puji kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,
Tuhan semesta alam yang wajib di sembah oleh ciptaan-Nya, menaati segala
perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Semoga kita semua
selalu mendapat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, Amin. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi agung Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam
kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta ummatnya dan semoga kita semua
mendapat syafaatnya di yaumul qiyamah, Amin
Selanjutnya dalam kesempatan yang baik ini, dengan mengucap syukur
alhamdulillah dengan segala nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala
sehingga pada saat ini penulis bisa menyelesaikan persyaratan untuk memperoleh
gelar sarjana S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis juga berterima kasih
kepada berbagai pihak yang membantu serta membimbing baik secara langsung
maupun tidak langsung selama mengenyam pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, antara lain:
1. Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis, MA. Selaku dosen pembimbing yang tak
henti-hentinya selalu mengarahkan dalam penulisan dan menanyakan kapan
selesai skripsi.
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Prof. Dr. Masri Mansur, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ihsan Tanggok, MA. selaku Wakil
Dekan Bidang Akademik, Dr. Bustamin, MA. selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, dan Dr. M. Suryadinata, MA. selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
4. Ayahanda H. Ja’far dan Ibunda Umini yang telah merawat, mendidik
memberikan kasih sayang, serta mendoakan dengan tulus ikhlas sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula kepada mbak penulis; Anik
Kurniati, Mamluatul Hikmah, Puji Astuti, S.Pd.I., adik penulis; Rohibul
Fawaid dan Nailul Amin.
5. Dr. Media Zainul Bahri, MA., selaku Ketua Jurusan Studi Agama-agama,
Dra. Halimah Mahmudi, MA., Selaku Sekretaris Jurusan Studi Agama-
agama dan Dr. Ahmad Ridho. DESA., selaku Pembimbing Akademik.
6. Dr. Ismatu Ropi, Ph.D., Dr. Dadi Darmadi, Ph.D, Dra. Siti Nadroh, M.Ag.
dan segenap dosen Fakultas Ushuluddin Fakultas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
7. Pimpinan dan Staf Tata Usaha, Perpustakaan, dan Karyawan Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Segenap Warga Pemulung Jalan Mawar Ciputat, terima kasih sudah
bersedia menjadi Narasumber sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Keluarga Perbandingan Agama (KPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya Saudara Riswandi Yusuf, S.Ag., Jamiludin, S.Ag., Keluarga
Studi Agama 2012, Kelompok KKN AKRAB 2015, Abi Umar Hamdani,
MA., Umi Bety Nurbaeti. S.Kom., Abd. Basyir, S.Hum., Abdullah Nuri,
S.Pd beserta jajaran selaku Pimpinan dan pengurus Yayasan Wakaf AL-
Hakim, Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indragiri Hilir Jakarta
(HIPPMIH), Keluarga besar IRMAFA, LTTQ, LPQ, dan Pengurus
BUPERDA Masjid Fathullah, terima kasih atas dorongan semangatnya.
Drs. Anas Darwis, MA., Drs. Mahmud Jalal, MA., Dr. Zubair Ahmad, MA.,
Dr. Isnawati Rais, MA., Nurul Kamila, MM. Dra. Musyfirah Nurlaily, MA.
terima kasih sudah mengarahkan dan mengingatkan agar skripsi segera
diselesaikan. Best Friends Adelina Fauziah, S.Ag., Dita Shopia Sari, S.Ag.,
Mardianto., Nurul Uyun Zuliyanti, S.Pd., Irma Ayu Sawitri, S.Pd, Nabila
Fajar Novania, SE., Teman Sejawat Adi Agustiansyah, S.Sos., Ihyaudin,
S.Sos., Jajang Supriatna, Teman Ngopi Solihin, Ganis Syita Z., Azizah
vii
Wijayani, Ummu Imaroh, Nindya Puris, Rio Eka Mahar, S.Agr., Siti
Sobariah, Esa Fikroh Kh., Dessy Anggraeni F., S.Sos, Mar’atun K., QA.
Nurul Ulfah. Terakhir untuk belahan jiwa Tati Heryanti, SH. Terima kasih
sudah menemani baik dalam keadaan suka maupun duka.
10. Dan seluruh pihak yang telah membantu selama penulisan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas amal kebaikan yang telah
diberikan.
Ciputat, 16 Agustus 2018
Heri Handoko
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ x
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 9
E. Metode Penelitian ............................................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 13
BAB II ............................................................................................................................. 15
KAJIAN TEORI ............................................................................................................ 15
A. Pengertian dan Ciri-ciri Kemiskinan ................................................................ 15
B. Faktor Penyebab Kemiskinan ........................................................................... 21
C. Pengertian Pengaruh dan Perilaku Keberagamaan ........................................ 23
D. Dimensi Keberagamaan ..................................................................................... 26
E. Fungsi Agama Bagi Manusia dan Masyarakat ................................................ 28
F. Pengertian dan Ciri-ciri Pemulung ................................................................... 31
BAB III ........................................................................................................................... 35
DESKRIPSI WILAYAH DAN SUBYEK PENELITIAN ........................................... 35
A. Letak Geografis Penelitian ................................................................................ 35
B. Pembentukan Kawasan Pemulung ................................................................... 40
C. Kondisi Ekonomi Masyarakat Pemulung ......................................................... 41
D. Hubungan Pemulung dengan Masyarakat Sekitar .......................................... 41
BAB IV ............................................................................................................................ 43
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 43
A. Pandangan Hidup Pemulung............................................................................. 43
ix
B. Pandangan Masyarakat Pemulung terhadap Agama ...................................... 45
1. Latar Belakang Kehidupan Beragama ......................................................... 45
2. Pengamalan Bidang-bidang Agama .............................................................. 47
C. Corak dan Tradisi Pendidikan pada Anak ...................................................... 49
D. Respon Lingkungan Terhadap Pemulung ........................................................ 51
BAB V ............................................................................................................................. 58
PENUTUP ...................................................................................................................... 58
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 58
B. Saran ................................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 60
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Data Kependudukan Kelurahan Pisangan ................................................. 35
Tabel 3. 2 Data Penduduk Pisangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................... 37
Tabel 3. 3 Data Mata Pencaharian Penduduk Pisangan ............................................ 38
Tabel 3 .4 Data Pemeluk Agama Penduduk Pisangan ................................................ 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan menjadi masalah serius di dalam kehidupan manusia, di
satu sisi seseorang menginginkan kehidupan yang berkecukupan dan hal
tersebut dibuktikan dengan kemampuannya yang akhirnya menjadikan
seseorang tersebut berhasil mendapatkan keinginannya baik dengan cara
yang baik maupun dengan cara yang buruk. Namun di sisi lain ada pula
seseorang tak mampu mendapatkan keinginan tersebut dikarenakan
keterbatasan fisik maupun skill. Hal ini sudah mutlak di dalam kehidupan
manusia, ada hitam ada putih, ada orang baik ada orang jahat, begitu pula
dengan kehidupan manusia, ada yang kaya dan ada juga yang miskin.
Kemiskinan adalah kondisi dimana kehidupan yang serba
kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia, seperti sandang,
pangan, papan, dan kebutuhan sosial termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan serta ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat, dalam hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat kehidupan
yang rendah: yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah
atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang
rendah ini secara langsung positif pengaruhnya terhadap tingkat keadaan
kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong
sebagai orang miskin.1
Dalam kehidupan masyarakat, kemiskinan menjadi suatu problem
sosial, karena persoalan ini mempengaruhi setiap kehidupan manusia dan
tidak menutup kemungkinan menjadi bahaya besar terhadap perilaku
1 Parsudi Suparlan (penyunting), Kemiskinan di Perkotaan:Bacaan untuk Antropologi
Perkotaan (Jakarta: PT. Yayasan Obor Nusantara, 1995), h.12
2
keagamaan seseorang. 2 Arus modernisasi dan globalisasi yang sedang
terjadi di kota-kota besar menggiurkan masyarakat untuk mengadu nasib ke
kota demi segudang impian dan harapan untuk bisa memperbaiki taraf
hidup.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kemajemukan.
Kemajemukan ini bermacam-macam, mulai dari suku, agama, budaya,
bahasa daerah, dan sebagainya. Kemajemukan yang ada ini juga diikuti
dengan masalah-masalah sosial yang cukup banyak di Indonesia. Kasus
korupsi, hak asasi manusia, kemiskinan, keadilan sosial, lingkungan hidup,
dan sebagainya. Di antara masalah-masalah sosial tersebut, penulis melihat
bahwa masalah kemiskinan merupakan masalah yang paling besar dan perlu
penanganan serius untuk diselesaikan oleh pemerintah.
Orang miskin merupakan orang yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sehingga mereka sering tertindas. Orang-orang miskin
pun cenderung tidak mendapatkan hak-hak mereka, baik untuk hidup,
mendapatkan keadilan, dan sebagainya. Kemiskinan ini pun selanjutnya
terkait dengan manusia dan hak asasi manusia. Manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah yang sempurna seharusnya mendapatkan hak yang sama,
seperti hak untuk makan, hak untuk mendapatkan tempat tinggal, hak untuk
mendapat pendidikan dari negara. Namun demikian, di Indonesia
pemenuhan akan hak-hak tersebut belum dirasakan secara maksimal oleh
masyarakat. Masih banyak warga negara Indonesia yang masih berkutat
dengan kemiskinannya dan sulit terlepas dari masalah kemiskinan
Seperti yang diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang
padat akan penduduk. Namun kepadatan penduduk tersebut tidak diimbangi
dengan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, yang akhirnya semakin
tinggi tingkat kesenjangan sosial, khususnya di perkotaan. Salah satu yang
menyebabkan padatnya penduduk kota adalah urbanisasi yaitu perpindahan
2Yusuf Qardhawi, Konsepsi Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan, Ter. Umar Fanany,
B.A. (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1996), H.13.
3
penduduk dari desa ke kota.3 Yang menjadi persoalan selanjutnya adalah
karena penduduk dari desa tersebut tidak mempunyai skill atau kemampuan
yang bisa bersaing dengan penduduk kota, akhirnya mereka hanya bisa
mendapatkan pekerjaan seadanya, dan pekerjaan mereka yang sering kita
temui adalah sebagai pemulung.
Pemulung adalah orang yang mengambil atau mengumpulkan
barang bekas seperti barang plastik, kaleng, besi dan kardus.4 Pemulung
sering diidentikan dengan orang miskin atau masuk ketegori kemiskinan
yaitu suatu keadaan di mana seseorang, keluarga atau anggota masyarakat
tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara
wajar sebagaimana anggota masyarakat lain pada umumnya.5
Pemulung bisa dikatakan sebagai salah satu dari kelompok
masyarakat marginal. Masyarakat marginal merupakan masyarakat yang
terpinggirkan atau masyarakat miskin kota, yang beroperasi sebagai
gelandangan, pengemis, pemulung, buruh kerja kasar atau yang
semacamnya. Ketidakberdayaan kaum marginal yang telah terasingkan oleh
kebudayaan dan kehidupan kota yang modern membuat mereka menerima
nasib seperti yang dialaminya sekarang, sehingga cita-cita hanyalah sebuah
impian yang tampaknya sulit terwujud. Kaum marginal dalam hal ini
dikhususkan pada masyarakat pemulung yaitu mereka yang bercirikan
miskin dari segi pangan, ekonomi, pendidikan, dan tingkat kesehatan yang
rendah, dan juga mereka tidak memiliki tempat yang tinggal yang tetap.
Kaum marginal juga meiliki salah satu sifat naluriah seperti manusia
pada umumnya yaitu percaya akan sesuatu yang bersifat supranatural,
karenanya manusia meyakini bahwa melalui agama membantu seorang
individu untuk mengenal “yang sakral” dan atau Tuhan, dan berkomunikasi
dengan-Nya.6 Secara sosiologis, agama menjadi penting dalam kehidupan
3 Hartomo dkk, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h.20. 4http://kbbi.web.id/lapak diakses pada hari rabu 20 Januari 2017 5 Abdulsyani, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012),
h. 190. 6 Hendro Puspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1983), h. 40.
4
manusia ketika pengetahuan dan keahlian belum berhasil memberikan
sarana adaptasi atau mekanisme penyesuaian yang dibutuhka. 7 Hal ini
disebabkan manusia selalu dibayang-bayangi oleh keberadaan agama.
Bagaimanapun majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, agama tidak bisa
lepas dari kehidupan manusia.
Agama merupakan fenomena sosial. Artinya, agama merupakan
bagian dari kehidupan sosial manusia. Agama tidak bisa lepas dari aspek
sosial kemasyarakatan. sebagai contoh, Islam sebagai agama samawi yang
diturunkan untuk seluruh umat manusia, memandang bahwa amal saleh
kepada sesama manusia adalah kunci surga. 8 Agama dalam kehidupan
individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma
tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan
dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama
yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memilik arti yang khusus dalam
kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.9
Agama secara inheren memiliki nilai-nilai emansipasi, karena itu
dalam sejarah agama telah menempatkan dirinya sebagai penggerak
perubahan. Dalam konteks Indonesia, ketertinggalan yang berarti
kemiskinan merupakan tantangan yang harus diatasi dengan partisipasi dan
keberpihakan agama, karena dari komposisi masyarakat Indonesia dikenal
sebagai masyarakat yang religius. Namun potensinya belum tergali secara
signifikan guna membebaskan masyarakat dari berbagai masalah.
Sebagai bangsa yang religius, kita perlu berpikir serius tentang
tanggung jawab moral-sosial terkait apa yang dihadapi bangsa ini. Agama
dengan iman dan kepercayaannya diharapkan ada pada garda terdepan
perubahan sosial dan perbaikan derajat hidup dan kehidupan umatnya.
Mungkin tidak berlebihan menempatkan nilai-nilai iman yang emansipatif
7 Thomas E. O’dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengenalan awal (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 1995), h.25. 8 Gazi, dkk, Psikologi Agama: Memahami pengaruh Agama terhadap Prilaku Manusia
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 79. 9 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2005), h. 254.
5
menjadi obor penerang ritual sosial yang membangkitkan bangsa. Pada
batasnya, tugas mulia hadirnya agama adalah untuk membangkitkan umat
dari ketertinggalan. Ketertinggalan yang berarti kemiskinan dalam Islam
dianggap sebagai persoalan serius sekaligus berbahaya, karena kemiskinan
terkadang menjadikan tingkat keimanan menjadi terganggu dan justru
dikhawatirkan hilang atau dengan kata lain menjadi kafir.
Sesungguhnya agama bukan jalan keluar dari problematika
kemiskinan, akan tetapi agama hanya mampu memberikan solusi yakni
hanya sebatas spirit untuk mengejar kekayaan, dalam hal ini agama
termanifiestasi sebagai etos kerja. Karena hanya dalam bekerja serta
memiliki kekayaan ekonomi kita bisa memberikan solusi bagi kemiskinan.
Etos dalam konteks ini sesunggguhnya sebagai watak, sikap semangat
dalam menjalani kehidupan, maka dari itu dibutuhkan sikap yang selalu
semangat, dalam hal ini semangat dalam bekerja sebagai sebuah langkah
memecahkan problematika kehidupan, salah satunya masalah kemiskinan
yang ada di tengah-tengah masyarakat, bagaimana kita akan mampu
memecahkan masalah kemiskinan yang ada di tengah-tengah masyarakat
tanpa adanya etos dalam bekerja, dalam konteks ini etos dijadikan sebagai
sebuah sikap yang semangat serta mentalitas seseorang dalam bekerja
sebagai solusi dari problematika kemiskinan. Agama sebagai etos dalam
kerja disini hanya sebatas memberikan spirit dalam hidup, karena
pertanyaan yang paling mendasar adalah apakah tujuan orang itu beragama,
apakah agama hanya sebagai pelarian semata, ataukah agama sebagai spirit
of life dan ataukah menjadi way of life dalam menjalani kehidupan, hal ini
tergantung dari pandangan individu masing-masing.
Agama hanya sebagai etos dalam kerja yang dimaksud disini bukan
sebagai solusi dalam memecahkan problem kemiskinan. Akan tetapi yang
menjadi pertanyaan besarnya apakah agama mampu memberikan etos
dalam bekerja. Etos dalam bekerja dalam beberapa buku mengatakan agama
di ibaratkan seperti aturan yang mengatur setiap lini kehidupan manusia dan
seharusnya selalu memperhatikan setiap regulasi yang telah di atur oleh
6
setiap agama masing-masing, karena dari regulasi itu akan menjadikan
manusia sebagai manusia yang bisa diandalkan dalam memecahkan
problematika kehidupan, karena tanpa adanya regulasi maka hidup manusia
menjadi tak terarah.
Maka dari itu hendaknya manusia harus memperhatikan regulasi
tersebut. Karena dari regulasi itu semua akan tercipta etos dalam kerja, etos
dalam konteks ini adalah spirit dalam bekerja, karena agama bukanlah
sekedar mengatakan saya beragama, akan tetapi dalam hal beragama
memiliki konsekuensi yang harus kita jalani dalam hidup kita. Etos disini
diartikan sebagai sebuah spirit dalam bekerja agar mampu memberikan
jawaban atas kemiskinan. Meskipun agama sebagai etos dalam bekerja,
akan tetapi agama menurut penulis hanya sebatas bayang-bayang solusi
dalam memecahkan masalah kemiskinan, akan tetapi disini agama hanya
sebagai langkah pelarian dalam memecahkan masalah kemiskinan yang ada
ditengah-tengah masyarakat, dan paling tidak sebagai seorang penganut
agama harus kembali kepada etos kerja agar mampu memecahkan hal yang
sangat riskan sekali yakni masalah kemiskinan.
Dalam hal ini etos kerja menurut Musya Asy’arie berbicara tentang
sifat, watak dan kualitas hidup batin manusia moral dan gaya serta estetik
serta suasana batin seseorang.10 hal ini sangat fundamental sekali dalam diri
manusia sebagai refleksi dalam kehidupan nyata, etos kerja disini adalah
sebuah pancaran dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadap suatu
apapun entah itu dalam kerja dan beragama. karena salah satu fungsi agama
adalah agar hidup kita tidak kacau, maka manusia tidak akan kacau dalam
kehidupannya apabila beragama, karena agama mengatur semua aspek
kehidupan manusia.
Etos beragama menurut penulis disini menganggap sebagai spirit
untuk berkerja, karena agama memiliki ritual-ritual khusus untuk
memberikan rasa semangat untuk umatnya dalam bekerja. Mengutip
10 Musya Asy’arie. Islam Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (Yogyakarta:
LESFI, 1997), hlm. 33.
7
pendapat Uswatun Hasanah tentang etos kerja. Etos kerja menurutnya
adalah rajutan nilai-nilai yang membentuk kepribadian seseorang dalam
mengaktualisasi diri dalam bekerja. Rajutan nilai-nilai tersebut dapat
mencakup nilai sosial, agama, budaya, serta lingkungan dimana seseorang
selama ini banyak melakukan interaksi hidup.11
Dari uraian di atas, maka penulis mencoba menganalisa dan
mencari jawaban apakah ada pengaruh antara kemiskinan terhadap perilaku
keberagamaan masyarakat pemulung, jika ada maka mereka harus
mendapat bimbingan supaya tetap menjalankan ibadah-ibadah yang
diwajibkan oleh Allah seperta shalat lima waktu, puasa, zakat, dan lain
sebagainya serta meninggalkan larangan-larangan-Nya, jika tidak ada
pengaruhnya maka penulis merasa bersyukur bahwa dengan keadaan
mereka sebagai golongan kurang mampu akan tetapi tetap menjalankan
ibadah kepada Allah SWT.
Sebagian masyarakat yang berdiam di Jalan Mawar Ciputat adalah
menggantungkan hidupnya dari kegiatan memulung berbagai barang bekas.
Hal itu disebabkan karena keadaan hidup mereka yang tergolong miskin
harus menjadikan dirinya sebagai pemungut barang bekas. Sesungguhnya
hidup sebagai pemulung menjadi kurang layak karena orang tersebut akan
lebih cenderung bersikap pasrah, padahal kondisi mereka secara fisik
memenuhi syarat sebagai orang yang memiliki potensi yang lengkap. Atas
dasar itu, terdapat perbedaan antara prinsip akidah yaitu Allah telah
menganugerahkan potensi kemauan (masyhiah) dan kemampuan
(istitha’ah) kepada diri manusia namun pada kenyataannya manusia tidak
memanfaatkannya secara optimal. Oleh karena itu, disini terjadi kontradiksi
antara keyakinan keberagamaan dengan kenyataan kehidupan sehari-hari.
Untuk itu penulis mengambil sampel masyarakat pemulung yang
berlokasi di jalan Mawar, kelurahan Pisangan Ciputat Timur, Tangerang
Selatan, Banten. masyarakat pemulung tersebut berjumlah ± 70 keluarga
11 Uswatun Hasanah, Etos Kerja Sarana Menuju Puncak Prestasi (Yogyakarta: Harapan
Utama, 2004), hlm. 9.
8
dan aktifitas memulung mereka di bagi dalam tiga waktu, yaitu pagi, siang
dan malam, serta pendapatan dari hasil mulung setiap harinya berkisar
antara 25-50 ribu rupiah. Sekalipun masyarakat pemulung bukanlah berasal
dari penduduk asli setempat akan tetapi mereka berada pada pemukiman
dari komunitas muslim yang relatif terdiri dari komunitas menengah dan
juga memiliki keterkaitan dengan tradisi keberagamaan, namun karakter
tersebut kelihatannya tidak membawa pengaruh terhadap komunitas
pemulung. Dengan demikian, komunitas pemulung berada di luar lingkaran
tradisi budaya dari masyarakat setempat.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Untuk menjaga efektifitas agar pembahasan tetap fokus pada
persoalan, maka penulis membatasi pembahasan pada pengaruh kemiskinan
terhadap perilaku keberagamaan masyarakat pemulung Jalan Mawar,
Ciputat, Tangerang Selatan.
Berdasarkan pembatasan seperti di atas, maka pertanyaan
permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini yaitu Apakah
kemiskinan berpengaruh terhadap perilaku keberagamaan mereka?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara
jelas tentang perilaku keberagamaan masyarakat pemulung Jalan
Mawar Ciputat dan juga untuk mengetahui apakah kemiskinan
berpengaruh terhadap perilaku keberagamaan.
2. Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari penelitian ini pertama, sebagai bahan
informasi bagi berbagai pihak mengenai pengaruh kemiskinan terhadap
keberagamaan masyarakat pemulung khususnya. Kedua, yaitu sebagai
pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri mengenai masalah-
masalah sosial keagamaan di masyarakat. Ketiga, yaitu hasil dari
penelitian yang penulis susun diharapkan dapat menjadi referensi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan/ menjadi referensi bagi penelitiannya
yang lebih lanjut mengenai pengaruh kemiskinan terhadap
keberagamaan masyarakat pemulung atau juga yang sejenisnya dan
juga diharapkan penelitian ini dapat melengkapi hasil penelitian,
khususnya Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Utama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Setiap penelitian harus bersifat orisinil dan belum pernah diteliti.
Melihat hal-hal tersebut, maka penulis melakukan kajian kepustakaan untuk
menguji bahwa penelitian ini benar-benar baru dan autentik. Dari hasil
penelusuran penulis, ditemukan beberapa hasil penelitian yang terkait
dengan tema ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, Siti Jaojah mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008, dalam skripsinya yang
berjudul “Pengaruh kemiskinan terhadap perilaku keberagamaan kaum
10
buruh tani’ (Studi kasus kampung Keusik Desa Sukamanah Kecamatan
Rajeg-Tangerang) dalam skripsinya Siti Jaojah menjelaskan bagaimana
kemiskinan berpengaruh terhadap perilaku keberagamaan kaum buruh tani
di kampung Keusik Sumanah, Rajeg-Tangerang.12
Kedua, Lilis Suaedah mahasiswi Jurusan Sosiologi Agama Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009, dalam skripsinya yang
berjudul “Kemiskinan dan perilaku keagamaan (Studi kasus di Desa
Cinangka, Ciampea, Bogor)”. Dalam skripsinya, Lilis Suaedah menjelaskan
bagaimana perilaku keagamaan pada masyarakat miskin yang ada di Desa
Cinangka.13
Yang membedakan skripsi ini dengan skripsi sebelumnya adalah
pada objek penelitian, serta perilaku sosial responden dan pendekatan
penelitian. Objek penelitian bertempat di kampung pemulung Ciputat
dengan jumlah sebanyak 14 responden yang diambil secara acak, atau
dengan menggunakan teknik sampling aksidental. Perilaku sosial yang
dimaksud adalah keseharian objek penelitian yang tidak hanya berkumpul
dan berinteraksi dengan sesama pemulung, melainkan melibatkan interaksi
pemulung dengan masyarakat biasa di lingkungan.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan
metode penelitian kualitatif, metode kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari prilaku seseorang yang dapat diamati.14Atau suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
12 Siti Jaojah, “Pengaruh Kemiskinan Terhadap Perilaku Keberagamaan Kaum Buruh Tani
Studi Kasus Kampung Keusik Desa Sukamanah Kecamatan Rajeg-Tangerang)”, (Ciputat: Skripsi
Fakultas Ushuluddin, 2008) 13 Lilis Suaedah, “Kemiskinan dan perilaku keagamaan (Studi kasus di desa Cinangka,
Ciampea, Bogor)”, (Ciputat: Skripsi Fakultas Ushuluddin, 2009) 14 Lexy J. Meolog, Metodologi Penelitian Kualiatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1990), h. 3.
11
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara
sosial, hubungan erat antara peneliti dan objek yang diteliti.15
Adapun jenis format penelitian menggunakan format studi kasus,
studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang
penelaahannya kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam,
mendetail, dan komprehensif.16
2. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini adalah
masyarakat pemulung di Jalan Mawar Ciputat, Tangsel dengan jumlah
informan adalah 10 orang dalam kategori usia dewasa 20-40 tahun.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah:
a. Observation (pengamatan), observasi adalah mengumpulkan data
atau keterangan dalam suatu penelitian melalui pengamatan
secara langsung di tempat atau objek yang diteliti 17 . Dalam
observasi ini peneliti mengunakan teknik observasi partisipasi
yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat
dalam keseharian responden18. Dengan menggunakan observasi
atau pengamatan langsung ke lapangan diharapkan peneliti
mendapatkan data/ informasi yang detail dan lengkap mengenai
pola keberagamaan masyarakat pemulung di Ciputat.
b. Deepth Interview (Wawancara mendalam), yaitu salah satu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara
15 Juliansyah Noor, Metodologi Penilitian: Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah
(Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Grup, 2011), h. 33-34 16 Sanapiah Faisal, Format- Format Penelitian Sosial (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2010), h. 22. 17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 124 18Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, H. 140.
12
langsung dengan yang diwawancarai.19 Dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara dengan informan/ objek langsung yang
berjumlah 10 orang yang berusia 20-40 tahun dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun dengan
sistematis dan dipersiapkan secara rinci sebelumnya. Deepth
interview mengharuskan adanya wawancara yang berlangsung
secara mendalam dengan memgkaitkan wawancara dengan
berbagai faktor lain guna memperkuat pemahaman peneliti
terhadap obyek yang diteliti.
c. Library Research (Kepustakaan), yakni dengan membaca
literatur dan buku-buku yang berkaitan dengan penulisan skripsi
ini.
4. Pendekatan Penelitian
Dalam buku Wajah Studi Agama-agama yang ditulis oleh Dr.
Media Zainul Bahri diterangkan bahwa ada berbagai macam teknik
pendekatan penelitian dalam mengkaji Agama yaitu: pendekatan
Historis, Teologis, Fenomenologis, Komparatif, Perenial, Dialogis,
Sosiologis, Antropologis, dan pendekatan Psikologis. Akan tetapi dalam
penelitian ini penulis hanya menggunakan dua metode, yaitu metode
pendekatan sosiologis dan Psikologis. Pendekatan Sosiologis bermaksud
mencari relevansi dan pengaruh agama terhadap fenomena sosial. 20
Pendekatan sosiologis dalam studi agama berfokus kepada masyarakat
yang memahami dan mempraktikkan agama; bagaimana pengaruh
masyarakat terhadap agama dan pengaruh agama terhadap masyarakat.21
Sedangkan pendekatan Psikologis bermaksud mencari hubungan atau
19Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, H. 138. 20 Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama: Dari Era Teosofi Indonesia (1901-1940)
Hingga Masa Reformasi ( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015), h. 43. 21 Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama: Dari Era Teosofi Indonesia (1901-1940)
Hingga Masa Reformasi, h. 44
13
pengaruh agama terhadap kejiwaan pemeluk agama atau sebaliknya
pengaruh kejiwaan pemeluk terhadap keyakinan keagamannya.22
5. Teknik Penulisan
Dalam penyusunan teknik penulisan dan berpedoman pada
prinsip-prinsip yang diatur dan dibukukan dalam pedoman penulisan
skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012/2013.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang
diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis dalam menyusun skripsi ini
membaginya dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:
Bab Pertama (I) membahas mengenai pendahuluan yang berisi latar
belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab Kedua (II) membahas pengertian kemiskinan dan ciri-ciri
kemiskinan, faktor penyebab kemiskinan, pengertian pengaruh dan perilaku
keberagamaan, dimensi keberagamaan, fungsi agama bagi manusia dan
masyarakat, pengertian dan ciri-ciri pemulung.
Bab ketiga (III) membahas mengenai deskripsi umum daerah
penelitian yang berisi gambaran mengenai letak geografis daerah penelitian,
pembentukan kawasan pemulung, kondisi ekonomi masyarakat pemulung,
dan hubungan pemulung dengan masyarakat sekitar.
Bab keempat (IV) pembahasan temuan dilapangan, yaitu: pandangan
hidup pemulung, pandangan pemulung terhadap agama, corak dan tradisi
pendidikan pada anak, respon lingkungan terhadap pemulung dan pengaruh
kemiskinan terhadap keberagamaan dan perilaku keberagamaan masyarakat
pemulung.
Bab kelima (V) membahas mengenai penutup yang berisi
kesimpulan dan saran-saran.
22 Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama: Dari Era Teosofi Indonesia (1901-1940)
Hingga Masa Reformasi, h. 56
14
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian dan Ciri-ciri Kemiskinan
Dalam merumuskan pengertian-pengertian tentang kemiskinan
nampaknya bukan suatu hal yang mudah, karena selain kompleksnya masalah
yang berkaitan dengan kemiskinan di samping itu juga masing-masing para
pembuat pengertian tentang kemiskinan sangat dipengaruhi oleh latar belakang
kerangka berfikir daan fokus perhatian yang berbeda dalam melihat masalah
kemiskinan itu sendiri.
Kemiskinan merupakan gejala sosial di masyarakat baik itu di
perkotaan maupun di pedesaan yang mana kehidupan manusia selalu
menghadapi kebutuhan yang tidak mungkin untuk dihindari, manusia ada yang
mampu memenuhi segala kebutuhannya ada juga yang serba kekurangan. Hal
ini disebabkan oleh pribadi masyarakat masing-masing, ada yang kekurangan
dikarenakan kondisi fisik atau ketidakmampuan untuk mencari kebutuhan ada
yang serba kecukupan dikarenakan melakukan pekerjaan dengan sungguh-
sungguh atau secara maksimal, walaupun tidak menutup kemungkinan adanya
keberuntungan.
Kemiskinan diartikan sebagai kondisi serba kekurangan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan akan sandang, pangan,
papan, kebutuhan akan hidup yang sehat, dan kebutuhan akan pendidikan dasar
bagi anak-anak. Penduduk miskin tidak berdaya dalam memenuhi
kebutuhannya, tidak saja karena mereka tidak memiliki aset sebagai sumber
pendapatan, tetapi juga karena struktur sosial ekonomi, budaya dan politik
tidak membuka peluang orang miskin keluar dari lingkaran kemiskinan yang
tidak berujung pangkal.1Salah satu penyebab kemiskinan orang-orang tersebut
1 Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT (Yogyakarta: Aditya Media, 1996), h. 27
dalam skripsi Lili Suaedah, Kemiskinan dan Perilaku Keagamaan (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009) h. 10
16
bisa jadi dikarenakan kurang produktif atau kurang terampil dalam segi
keahlian sehingga pendapatan atau penghasilan yang didapat sangat rendah.
Kemiskinan dapat didefinisikan secara variatif. Pertama; sebagai
kondisi yang diderita manusia karena kekurangan atau tidak memilik
pendidikan yang layak untuk meningkatkan taraf hidup, kesehatan yang buruk,
dan kekurangan transportasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua;
dari segi kurang atau tidak memiliki aset, seperti rumah, tanah, peralatan, uang
dan lain sebagainya. Ketiga; kemiskinan didefinisikan sebagai kekurangan atau
ketiadaan non-materi yang meliputi berbagai macam kebebasan hak untuk
memperoleh pekerjaan yang layak, hak atas rumah tangga dan kehidupan yang
layak.2
Dalam Islam kemiskinan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
mulai dari sudut tasawuf, fikih dan aqidah. Bidang fikih, kemiskinan
ditempatkan pada objek pemberian, penekanannya juga dilihat dari sisi materi.
Menurut ilmu fikih, kemiskinan terbagi dalam dua wujud yaitu fakir dan
miskin. Fakir berarti kondisi seseorang sama sekali tidak memiliki daya untuk
bertindak memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, namun hasil yang diperoleh
terlalu kecil bahkan kurang untuk bisa memenuhi kehidupan tersebut. Menurut
ulama mahzab Syafi’i, kemiskinan dihitung berdasarkan harta milik atau usaha
seseorang, apakah dapat memenuhi kebutuhannya atau tidak. 3 Dalam
prespektif tasawuf, kemiskinan adalah lambang kesucian. Dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah, seorang sufi harus menempuh Maqamat atau
station. Sebagian dari Maqamat itu adalah Zuhud, Faqr dan Tawakal.4 Dalam
bidang aqidah padangan kemiskinan nampak dari pembahasan takdir dan
perilaku manusia antara golongan Jabariyyah dan Qadariyyah berbeda
pandangan, kemiskinan bukanlah keadaan hidup yang semata-mata karena
takdir sebagaimana aliran Jabariyyah. Atau sebaliknya bahwa kemiskinan
2 Tjetjep Rohendi Rohidi, Ekspresi Seni Orang Miskin: Adaptasi Simbolik Terhadap
Kemiskinan (Bandung: Nuansa Cendekia, 2000), h. 24-25 3 Lilies Nurul Husna dan Achmad wazir Wicaksono, Ormas Agama Bicara Anggaran
(Jakarta: Lakpesdam NU, 2011), h. 27 4 HM. Sa’ad Ibrahim, Kemiskinan Dalam Prespektif al-Quran (Malang: UIN Malang Press,
2007), h. 7
17
adalah semata-mata karena faktor manusianya, sebagaimana pendapat
kalangan Qadariyyah.
Kemiskinan berasal dari Arab Sakana, yang berarti “diam” atau
“mandek”. Kata lain yang semakna dengannya adalah fakir dari kata “Faqr”
artinya “tulang punggung”. Maksudnya adalah beban yang sangat besar hingga
mematahkan tulang punggung.5 Ketika menjelaskan tentang kemiskinan, al-
Qur’an memakai beberapa kata. Namun, kata yang sering digunakan adalah
kata faqir dan miskin. Kata faqir (bentuk mufrad), fuqara (bentuk jama’) dan
faqr (bentuk masdar) dipergunakan al-Quran dalam berbagai arti, yang tersebar
dalam 13 ayat, pada sepuluh surat. Surat-surat tersebut ialah dua surat
Makkiyah, yaitu surat al-Qashash dan Fatir, serta delapan surat Madaniyyah,
yaitu al-Baqarah, Ali-Imran, an-Nisa’, at-Taubah, al-Hajj, an-Nur,
Muhammad, dan al-Hasyr. Al-Quran menggunakan kata fuqoro sebagai lawan
kata ghaniy, sebagaimana terdapat dalam surat al-Fathir ayat 15 sebagai
berikut:
الفقراء إلى الله والله هو الغني الحميد يا أيها الناس أنتم
Artinya : Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah
Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
Al-Quran juga mengemukakan bahwa fuqara adalah kelompok yang
berhak menerima atau memperoleh bagian zakat bersama kelompok-kelompok
lain, sebagaimana ayat 60 surat at-Taubah berikut:6
قاب و دقات للفقراء والمساكين والعاملين عليها والمؤلفة قلوبهم وفي الر غارمين ال إنما الص
بيل فريضة من الله والله عليم حكيم وفي سبيل الله وابن الس
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
5 Said Aqil Sirodj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, mengedepankan islam sebagai inspirasi
bukan aspirasi (Bandung: Mizan,2006), h. 375 6 Saad Ibrahim, Kemiskinan Dalam Perspektifal-Quran, h. 28
18
Selanjutnya dalam ayat 16 surat al-Balad menggambarkan orang miskin
sebagai orang yang sangat papah, menunjukkan bahwa orang miskin itu ialah
orang yang tidak berharta. Dalam ayat 76 surat al-Kahfi justru memberi
gambaran bahwa orang-orang miskin dalam ayat tersebut justru pemilik
perahu. Hanya saja dalam ayat ini perahu tersebut bukan milik seorang. Tetapi
juga kepunyaan orang-orang miskin. Dengan adanya perbedaan gambaran
tetapi lebih ditentukan oleh lemah atau tidaknya potensi mereka untuk berusaha
mencukupi kebutuhan hidup.7 Islam menempatkan kemiskinan sebagai suatu
realitas kehidupan yang memiliki kompleksitas tersendiri, tidak dapat
dipahami bahwa dengan melihat satu atau sebagian unsur saja. Jadi tidak dapat
dipungkiri bahwa dengan satu sisi, kemiskinan itu memang takdir yang harus
diterima oleh manusia, namun pada sisi lain manusia diberi kekuasaan oleh
Allah untuk mengubah keadaan tersebut sehingga tidak lagi menjadi miskin.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat al-Ra’d ayat 11 sebagai
berikut:
ن م حتى يغي ر له معق بات م ر الله إن الله ل يغي ر ما بقو ن أم فظونه م ه يح ن خل ف م وإا بي ن يدي ه وم ف وا ما بن
ن وال ن دونه م م م وءا فل مرد له وما ل م أراد الله بقو
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum. Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.
Dari keketerangan diatas kemiskinan dalam Islam diartikan keadaan
kekurangan dari seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak
jarang menjerumuskan pada kemunkaran. Oleh sebab itu dalam Islam ada
perintah bagi yang mampu untuk menolong dan berbagi dalam rangka
mengangkat kesejahteraan bersama dan menghindarkan dari keterpurukan
Dibawah ini beberapa pengertian kemiskinan menurut para ahli:
7 Saad Ibrahim, Kemiskinan Dalam Perspektif al-Quran, h. 42
19
Menurut Soejono Soekanto, kemiskinan diartikan suatu keadaan
dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai taraf
kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental,
maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.8
Menurut Prof. Dr. Emil Salim yang dimaksud dengan kemiskinan
adalah merupakan suatu keadaan yang dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan hidup yang pokok,
sehingga mengalami keresahan, keresahan atau kemelaratan dalam setiap
langkah hidupnya.9
Sedangkan Parsudi Suparlan mengartikan kemiskinan adalah sebagai
suatu standar hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi
pada sejumlah atau segolongan orang di bandingkan dengan standar kehidupan
yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.10
Masyarakat yang termasuk kategori miskin, memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Pada umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti
tanah yang cukup, modal ataupun keterampilan. Faktor produksi yang
dimiliki umumnya sedikit sehingga kemampuan untuk memperoleh
pendapatan menjadi sangat terbatas.
2. Pada umumnya mereka tidak mempunyai kemungkinan untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang
diperolehnya tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan maupun
modal usaha. Sementara mereka tidak memiliki syarat untuk
terpenuhinya kredit perbankan seperti jaminan kredit dan lain-lain.
3. Tingkat pendidikan mereka umumnya rendah, tidak sampai tamat
Sekolah Dasar (SD). Ini dikarenakan waktu mereka habis tersita untuk
8 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
h.320 9 Hartono dan Amicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 329 dalam
Skripsi Hari Harsono, Kemiskinan di Perkotaan (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hodayatullah Jakarta, 2009) h. 29 10 Parsudi Suparlan (penyunting), Kemiskinan di Perkotaan:Bacaan untuk Antropologi
Perkotaan (Jakarta: PT. Yayasan Obor Nusantara, 1995), h.11
20
mencari nafkah sehingga tak ada lagi waktu untuk belajar. Demikian
pun dengan anak-anak mereka, tak dapat menyelesaikan sekolahnya
oleh karena harus membantu orang tuanya mencari tambahan
penghasilan.
4. Kebanyakan dari mereka tinggal di desa sebagai pekerja bebas dan
berusaha apa saja dengan upah yang rendah sehingga membuat mereka
selalu hidup di bawah kemiskinan; dan
5. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan
tidak mempunyai keterampilan maupun pendidikan.11
Selain ciri-ciri yang disebutkan diatas, dalam ilmu–ilmu sosial
pemahaman tentang kemiskinan dilakukan dengan menggunakan tolak ukur.
Dengan adanya tolak ukur ini, mereka yang tergolong sebagai orang miskin
atau yang berada dalam taraf kehidupan yang miskin dapat dikelompokkan
sebagai suatu golongan yang dibedakan dari mereka yang tidak miskin. Tolak
ukur yang umum dipakai adalah yang berdasarkan tingkat pendapatan per
waktu kerja (untuk Amerika digunakan ukuran setahun sebagai waktu kerja,
sedangkan di Indonesia digunakan ukuran waktu kerja sebulan).
Dengan adanya tolak ukur ini, maka jumlah siapa-siapa yang tergolong
sebagai orang miskin dapat diketahui, untuk dijadikan sebagai kelompok
sasaran yang diperangi kemiskinannya.
Tolak ukur yang lain ialah yang dinamakan tolak ukur kebutuhan relatif
per keluarga, yang batasan-batasannya dibuat berdasarkan kebutuhan minimal
yang harus dipenuhi sebuah keluarga agar dapat melangsungkan kehidupannya
secara sederhana tetapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak.12
Kemiskinan merupakan dampak yang paling nyata akibat globalisasi di
bidang ekonomi. Dari perspektif ekonomi, globalisasi memaparkan angka-angka
yang memilukan. Laporan Pembangunan Manusia (HDR) PBB tahun 1999
menyebutkan 840 juta orang kekurangan gizi, termasuk di dalamnya satu dari
11 Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad, Petani Desa dan Kemiskinan (Yogyakarta: BPFE,
1987), h. 36-37 12 Parsudi Suparlan (penyunting), Kemiskinan di Perkotaan:Bacaan untuk Antropologi
Perkotaan, h. 12
21
empat anak di dunia. Sementara, di pihak lain terjadi pemusatan ekonomi di tangan
segelintir orang. Bagaimana mungkin tiga orang terkaya di dunia berpendapatan
lebih besar dari pendapatan 48 negara miskin. Kekayaan bersih 200 orang terkaya
di dunia meningkat dari 440 milyar dolar AS pada 1994 menjadi 1 trilyun dolar AS
pada 1998. Padahal, jika empat persen saja dari harta mereka disumbangkan akan
dapat mengurangi kemiskinan yang sangat parah di seluruh dunia.13
B. Faktor Penyebab Kemiskinan
Masalah kemiskinan mempunyai keterkaitan pada seluruh
aspek kehidupan masyarakat. Latar belakang yang akan kita jumpai
meliputi dua penyebab yaitu menyatakan bahwa kemiskinan adalah
kondisi yang disebabkan karena beberapa kekurangan dan kecacatan
individual baik dalam bentuk kelemahan biologis, psikologis, maupun
kultural yang menghalangi seseorang memperoleh kemajuan dalam
kehidupannya. Yang kedua menunjuk faktor struktural sebagai
penyebabnya. Seseorang menjadi miskin karena berada di lingkungan
masyarakat yang mempunyai karakteristik antara lain distribusi
penguasaan resources yang timpang, gagal dalam mewujudkan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, institusi sosial yang
melahirkan berbagai bentuk diskriminasi, perkembangan industri dan
teknologi yang kurang membuka kesempatan kerja.14
David cox membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi, yaitu:
1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi
menghasilkan pemenang dan yang kalah. Pemenang umumnya
adalah Negara-negara maju. Sedangkan Negara-negara
berkembang seperti Indonesia seringkali semakin terpinggirkan oleh
persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.
2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan
13 Abdullah Zaki al-Kaaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2002),
h. 98. 14 Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan (Jakarta, PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995) h. 125-
126
22
subsisten (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan),
kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan
dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan kemiskinan
yang disebabkan oleh hakekat dan percepatan pertumbuhan
perkotaan).
3. Kemiskinan sosial, kemiskinan yang dialami oleh perempuan,
anak-anak, dan kelompok minoritas.
4. Kemiskinan konsekuensional, kemiskinan yang terjadi akibat
kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin,
seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya
jumlah penduduk.15
Menurut Mudrajad Kuncoro, ada beberapa faktor yang menyebabkan
kemiskinan, yaitu:
1. Pendidikan yang terlampau rendah
Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang
mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.
2. Malas bekerja
Sikap malas merupakan suatu masalah yang cukup memprihatinkan, karena
masalah ini menyangkut mentalitas dan kepribadian seseorang.
3. Keterbatasan sumber daya alam
Kemiskinan akan melanda suatu masyarakat apabila sumber alamnya tidak lagi
memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka.
4. Terbatasnya lapangan pekerjaan
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi
masyarakat.
5. Keterbatasan modal
Keterbatasan modal adalah kenyataan yang ada di negara yang sedang
berkembang, kenyataan tersebut membawa kemiskinan pada sebagian besar
masyarakat di negara tersebut.
15 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h. 132-133
23
6. Beban keluarga
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin banyak pula tuntutan beban
hidup yang harus dipenuhi.16
C. Pengertian Pengaruh dan Perilaku Keberagamaan
1. Pengertian Pengaruh
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian kata pengaruh.
Menurut KBBI pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.17
WJS. Poerwardaminta berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang
ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang
berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain.18
2. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah suatu tindakan rutin yang dilakukan oleh seseorang
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi atau kehendak untuk
mencapai suatu tujuan yang diinginkan dan hal itu mempunyai arti bagi
dirinya. Kata perilaku dipakai oleh Weber untuk perbuatan-perbuatan yang
bagi si pelaku mempunyai arti subyektif. Atau dengan kata lain, pelaku
hendak mencapai suatu tujuan yang didorong oleh adanya motivasi. Entah
kelakuan itu bersifat lahiriah atau batiniah berupa perenungan, perencanaan,
pengambilan keputusan, dan sebagainya, entah kelakuan itu terdiri dari
intervensi positif kedalam suatu situasi, atau sikap pasif yang sengaja tidak
mau terlibat, pemakaian kata kelakuan itu hanya untuk perbuatan manusia
yang mempunyai arti bagi dia. Kesadaran akan arti dari apa yang diperbuat
itulah ciri hakiki manusia. Walaupun banyak tindakan manusia bercorak rutin
saja dan konfromitas, namun suatu kesadaran minimal akan arti dari hal yang
dibuat minimal harus ada supaya mereka dapat disebut kelakuan.
Dengan demikian perilaku merupakan ekspresi dan manifestasi dari
16 Hartomo dan Arnicun Aziz, Ilmu Dasar Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.329-331
17 https://kbbi.web.id/pengaruh, diakses pada hari Kamis 05 Juli 2018 18 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 1986) h.
731
24
gejala-gejala hidup yang bersumber dari kemampuan-kemampuan psikis
yang berpusat adanya kebutuhan, sehingga segala perilaku manusia diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai mahluk individu, mahluk
sosial dan mahluk berketuhanan. Jadi perilaku mengandung sebuah
tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) bukan
saja badan atau ucapan, melainkan tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan.19
Perilakuan akan menjadi sosial hanya kalau dan sejauh mana arti
maksud subjektif dari tingkah laku membuat individu memikirkannya. Oleh
orientasi itulah perilakuan memperoleh suatu kemantapan sosial dan
menunjukan suatu keseragaman yang kurang lebih tetap. Perilaku individual
mengarahkan kelakuannya kepada penetapan-penetapan atau harapan-
harapan tertentu yang berupa kebiasaan umum atau dituntut dengan tegas atau
bahkan dibekukan kedalam undang-undang. Orang yang dimotivasi untuk
melakukan balas dendam atas suatu penghinaan yang dialaminya pada masa
lampau, mengorientasikan tindakannya kepada orang lain. Perilaku demikian
itu dinamakan kelakuan sosial. Begitu juga orang yang langsung menanggapi
suatu penghinaan sekarang, atau yang menyiapkan tindakan pembalasan
untuk masa datang. Masalah kapan hal itu akan dilakukan tidak menjadi soal.
Juga apakah orang lain itu hanya satu atau banyak, apakah dikenal atau tidak
dikenal. Karena pemakaian uang misalnya adalah kelakuan sosial juga, sebab
penerimaannya atau pengeluarannya selalu berarah kepada harapan bahwa
sebagian besar orang sekalipun mereka tidak dikenal, akan menganggap dan
memperlakukan uang sebagai alat pertukaran.
Sebaliknya, kelakuan orang yang diarahkan pada benda-benda sambil
mengharap suatu efek, misalnya memutar sakelar penghubung listrik, tidak
bercorak sosial. Juga kelakuan religius yang dilakukan sendiri, tidak bercorak
sosial. Jadi menurut Weber, perilakuan sosial berakar dalam kesadaran
individual dan bertolak dari situ. Tingkah laku individu merupakan kesatuan
19 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perilaku, diakses pada hari Rabu 25 Juli 2018
25
analisis sosiologis, bukanlah keluarga, negara, partai, dan lain-lain.20
3. Pengertian Keberagamaan
Barangkali tidak ada kata satu kata yang begitu menyita perhatian
banyak kalangan, baik masyarakat pada umumnya maupun para ilmuan,
kecuali kata “agama”. Kata ini begitu menggugah rasa ingin tahu banyak
kalangan, sebab agama adalah sebuah fenomena yang sangat kaya sekaligus
sangat kompleks. Ia memiliki kandungandimensi: ritual, doktrinal, etikal,
sosial, dan eksparansial sekaligus. Sehingga wacana tentang agama dan
kehidupan beragama selalu muncul baik dalam forum ilmiah maupun
percakapan populer.21
Secara etimologis istilah agama berasal dari bahasa sansekerta yang
terdiri dari dua suku kata yaitu a artinya tidak dan gama artinya kacau. Dari
pengertian seperti ini, agama dapat diartikan sebagai suatu institusi penting
yang mengatur kehidupan manusia agar tidak terjadi kekacauan. Istilah agama
juga dapat disamakan dengan kata religi yang berasal dari bahasa latin religio
yang berasal dari akar kata religre yang berarti mengikat.22
Emile Durkheim mendefinisikan agama adalah sistem terpadu yang
terdiri atas kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan hal yang suci.
Kepercayaan dan praktek tersebut mempersatukan semua orang yang beriman
kedalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat. Sebagai tambahan
Durkheim mengatakan bahwa semua kepercayaan agama mengenal pembagian
semua benda yang ada di bumi ini, baik yang berwujud nyata maupun yang
20 K.J. Veeger, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu- Masyarakat
dalam Cakrawala, Sejarah Sosiologi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), Cet Ke-4, h.
172 21 Sufyanto, Agama Tuhan dan Problem Kemanusiaan, pengantar dalam Pradana Boy ZTF
(ed). Agama Empiris: Agama dalam Pergumulan Realitas Sosial (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2002), h. V, dalam M. Ridwan Lubis, Agama dalam Perbincangan Sosiologi (Bandung: Cita Pustaka
Media Perintis, 2010), h. 1 22 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 13 dalam
Skripsi Siti Nurhayati, Keberagamaan Kaum Lesbian (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 21
26
berwujud idela kedalam kedua kelompok yang saling bertentangan yaitu hal
yang bersifat profan dan hal yang bersifat suci (sacred).23
Menurut Harun Nasution, unsur yang paling penting dalam agama
adalah: percaya adanya kekuatan gaib. Manusia merasa dirinya lemah dan
berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu,
manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib
tersebut, mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib itu.24
Sedangkan menurut Glock dan Stark, agama adalah sistem simbol,
sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan yang
semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang
paling maknawi.25
Sedangkan pengertian agama dengan keberagamaan itu sangat berkaitan
erat antara keduanya. Dimana antara keduanya saling berhubungan antara satu
sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh Jalaludin, agama merupakan
hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap adikodrati (supranatural).26
Sedangkan dalam kajian keagamaan, Jalaluddin Rahmat menyebutkan ada dua
kajian agama, yaitu ajaran dan keberagamaan. Ajaran adalah teks lisan atau
tulisan yang sakral dan menjadi sumber rujukan bagi suatu pemeluk agama.
Sedangkan keberagamaan (religiosity) adalah perilaku yang bersumber
langsung atau tidak langsung kepada ajaran agama.27
D. Dimensi Keberagamaan
C.Y. Glock dan R Stark dalam bukunya American Piety: The Nature
of Religion Commitmen, menyebut ada lima dimensi agama dalam diri
23 Dyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: Gramedia, 1984), h. 19
dalam Skripsi Siti Nurhayati, Keberagamaan Kaum Lesbian (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 22 24 Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspek, jilid 1 (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, 1995), h. 11 25 Robert H. Thoules, Pengantar Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), h. 10 26 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 1 27 Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (Edisi Terjemah), Metodologi Penelitian Agama
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), h. 92-93 dalam Skripsi Siti Nurhayati, Keberagamaan Kaum
Lesbian (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 24
27
manusia, yakni dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan dan
praktek keagamaan (ritualistic), dimensi penghayatan (eksperensial),
dimensi pengamalan (konsekuensial) dan dimensi pengetahuan agama
(intelektual).28
a. Dimensi ideologis (ideological involvement). Berkenaan dengan
seperangkat kepercayaan keagamaan yang memberikan penjelasan
tentang Tuhan, alam manusia dan hubungan diantara mereka.
Kepercayaan dapat berupa makna dari tujuan atau pengetahuan
tentang perilaku yang baik yang dikehendaki Tuhan. Dimensi ini
berisi pengakuan akan kebenaran doktrin-doktrin dari agama.
Seorang individu yang religius akan berpegang teguh pada ajaran
teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin agamanya,
misalnya keyakinan akan adanya malaikat, surga-neraka, dan
sebagainya.
b. Dimensi intelektual (intellectual involvement) dapat mengacu pada
pengetahuan tentang ajaran-ajaran agama, pada dimensi ini dapat
diketahui tentang seberapa jauh tingkat pengetahuan agama dan
tingkat ketertarikan mempelajari agama dari penganut agama, dalam
dimensi ini bahwa orang-orang beragama paling tidak mekiliki
sejumlah pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus
kitab suci dan tradisi-tradisi.
c. Dimensi eksperensial (experiencial involvement) adalah bagian
keagamaan yang bersifat efektif, yakni keterlibatan emosional dan
sentimental pada pelaksanaan ajaran (religion feeling). Dimensi ini
berkaitan dengan pengalaman perasaan-perasaan, persepsi-persepsi
dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh
kelompok keagamaan saat melaksanakan ritual keagamaan. Seperti,
tentram saat berdoa, tersentuh mendengar ayat suci Al-Qur’an
dibacakan.
28Djamaluddin Ancok, Fuat Nashori Suroro, Psikologi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1995), h. 77
28
d. Dimensi ritualistik (ritual involvement) merujuk pada ritus-ritus
keagamaan yang dianjurkan dan dilaksanakan oleh penganut agama
dan sangat berkaitan dengan ketaatan penganut suatu agama.
Dimensi ini meliputi pedoman pokok pelaksanaan ritus dan
pelaksanaanya, frekuensi prosedur dan makna ritus penganut agama
dalam kehidupan sehari-hari seperti penerapan rukun Islam, dzikir,
sholat lima waktu dan lain-lain. Dimensi konsekuensi atau dimensi
sosial (consequential involvement) meliputi segala implikasi sosial
dari pelaksanaan ajaran agama, dimensi ini memberikan gambaran
apakah efek ajaran agama terhadap etos kerja, hubungan
interpersonal, kepedulian kepada penderitaan orang lain dan
sebagainya.
E. Fungsi Agama Bagi Manusia dan Masyarakat
Agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat,
karena agama itu sendiri diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:
1. Berfungi edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang
mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran
agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur
suruhan dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan
bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan
yang baik menurut ajaran agama masing-masing.29
2. Berfungsi penyelamat
Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya
selamat. Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah
keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan
oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua
29 Ramayulis dan Jalaludin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h. 126-
127.
29
alam yaitu: dunia dan akhirat. 30 Dalam mencapai keselamatan itu agama
mengajarkan para penganutnya melalui pengenalan terhadap masalah
sakral, berupa keimanan kepada Tuhan.
Pelaksanaan pengenalan kepada unsur (zat supernatural) itu
bertujuan agar dapat berkomunikasi baik secara langsung maupun
dengan perantara langkah menuju ke arah itu secara praktisnya
dilaksanakan dengan berbagai cara sesuai dengan ajaran agama itu
sendiri, diantaranya: Mempersatukan diri dengan Tuhan (pantheisme),
pembebasan dan pensucian diri (penebusan dosa) dan kelahiran kembali
(reinkarnasi). Untuk itu dipergunakan berbabgai lambang keagamaan.
Kehadiran Tuhan dapat dihayati secara batin maupun benda-benda
lambang. Kehadiran dalam bentuk penghayatan batin yaitu melalui
meditasi sedangkan kehadiran dalam menggunakan benda-benda
lambang melalui:
1) Theophania spontanea: Kepercayaan bahwa Tuhan dapat dihadirkan
dalam benda-benda tertentu: tempat angker, gunung, arca dan lainya.
2) Theophania invocativa: Kepercayaan bahwa Tuhan hadir dalam
lambang karena dimohon, baik melalui invocativa magis (mantera,
dukun) maupun invocativa religius (permohonan, doa, kebaktian dan
sebagainya).31
3. Berfungsi sebagai pendamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai
kedamaian batin melalui tuntutan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah
akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang pelanggar
telah menebus dosanya melalui: tobat, pensucian ataupun penebusan
dosa.32
4. Berfungi sebagai kontrol sosial
30 Ramayulis dan Jalaludin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 127 31 Ramayulis dan Jalaludin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 127-128 32 Ramayulis dan Jalaludin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 128
30
Para penganut agama sesuai ajaran agama yang dipeluknya terikat batin
kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara
kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma,
sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial
secara individu maupun kelompok karena; pertama, agama secara
instansi, merupakan norma bagi pengikutnya, kedua, agama secara
dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu.
Kenabian).33
5. Berfungsi sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas
Penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki
kesamaan dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini
akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan,
bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.
Pada beberapa agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan
rasa kebangsaan.34
6. Berfungsi sebagai Transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Kehidupan baru yang dianutnya. Kehidupan baru yang
diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala
mampu mengubah kesetiaanya kepada adat atau norma kehidupan yang
dianitnya sebelumnya.35
7. Berfungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja
produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk
kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja
33 Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama (Jakarta: Ghalia Indonesia dan UMM Press, 1993),
h. 55. 34 Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, 55. 35 Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, 55.
31
secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk
melakukan inovasi penemuan baru.36
8. Berfungsi Sublimatif
Ajaran agama yang mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja
yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniwai.
Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma
agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena dan untuk Allah
merupakan ibadah.37
F. Pengertian dan Ciri-ciri Pemulung
Pemulung adalah orang yang memulung dan mencari nafkah dengan
jalan memungut serta memanfaatkan barang–barang bekas (seperti puntung
rokok, plastik, kardus bekas dan sebagainya) kemudian menjualnya kepada
pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang komoditi.38
Pemulung sering diidentikan dengan orang miskin atau masuk ketegori
kemiskinan yaitu suatu keadaan di mana seseorang, keluarga atau anggota
masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya secara wajar sebagaimana anggota masyarakat lain pada umumnya.39
Menurut Mudiyono dkk, pemulung adalah orang yang mengumpulkan
dan memproses sampah di jalan-jalan, sungai-sungai, bak-bak sampah dan
lokasi pembuangan akhir sebagai komoditas pasar.40
Menurut Komarudin, Pemulung memiliki ciri–ciri yang dibedakan
menjadi 4 macam antara lain: (1) Menurut cara kerja pemulung dan jenis
kegiatan, diantaranya: pemulung yang bekerja sambilan karena telah
mempunyai pekerjaan tetap, pemulung yang bekerja dari satu tempat ke tempat
36 Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, 55. 37 Ramayulis dan Jalaludin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 129. 38 Ali Lukman, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), h. 51
39 Abdulsyani, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012),
h. 190 40 Mudiyono dkk., Dimensi-Dimensi Masyarakat dan Pemberdayaan
Masyarakat, h. 135, Dalam Skripsi Willy Agisti Irma Dinta Siwi, Karakteristik Demografi Sosial
Ekonomi Pemulung Berdasarkan Daerah Asal, 2009, h. 15
32
lain, dan pemulung yang bekerja di TPA sampah dan TPS sampah. (2) Menurut
jenis peralatan yang digunakan, diantaranya: pemulung menggunakan
keranjang dan sumpit bambu, pemulung yang menggunakan keranjang dan
kain, dan pemulung yang menggunakan gerobak dorong atau becak. (3)
Menurut organisasi usahanya, diantaranya: Pemulung yang bekerja mandiri
dan pemulung yang bekerja berkelompok. (4) Menurut tempat tinggalnya,
diantaranya: disekitar TPA sampah, disekitar TPS sampah, disepanjang
bantaran kali dan jalur hijau, dan rumah–rumah sewa disekitar lokasi TPS
sampah.41
Dilihat dari cara kerja dan hasil pungutannya, pemulung dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Pemulung Mayeng.
Pemulung Mayeng adalah pemulung yang kelasnya berada paling
bawah. Ciri pemulung Mayeng antara lain: (a) Pemulung Mayeng bekerja
secara individu. (b) Memungut, mencari sampah dijalanan, di bak–bak
sampah keluarga. (c) Bekerja dengan jalan kaki dengan alat kerja sederhana
seperti karung dan gancau seandainya menggunakan alat transportasi yang
digunakan adalah sepeda berkeranjang dan becak, pemulung Mayeng
bekerja tidak dibatasi oleh waktu jadi bekerja sesuka hati mereka. Jenis
sampah yang dipungut adalah jenis sampah plastik, karet, minuman kaleng
dengan besi, dan lain–lain.42
Pemulung Mayeng bekerja tanpa batas wilayah dan waktu, mereka
memungut sampah di halaman kantor, dijalanan dan ditempat– tempat
umum seperti pasar, pertokoan, tempat hiburan dan lapangan. Karena tanpa
dibatasi waktu maka pemulung mayeng bekerja sesukanya yaitu ada yang
mayeng siang hari, malam hari, dini hari (waktu subuh) dan sore hari.
41 Komarudin, Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan (Jakarta: Dirjen Cipta
Karya, 1990), h. 196, Dalam Skripsi Willy Agisti Irma Dinta Siwi, Karakteristik Demografi Sosial
Ekonomi Pemulung Berdasarkan Daerah Asal (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Malang, 2009), h. 18 42 Mudiyono, dkk., Dimensi-Dimensi Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat, h. 135,
Dalam Skripsi Willy Agisti Irma Dinta Siwi, Karakteristik Demografi Sosial Ekonomi Pemulung
Berdasarkan Daerah Asal, 2009, h. 19
33
Pemulung mayeng disebut juga pemulung yang mencari yaitu
mereka yang mencari barang-barang bekas dari tempat sampah untuk
kemudian dijual kepada lapak, mereka tidak memiliki anak buah tapi
sebaliknya mereka sebagai anak buah dari lapak. Penghasilan mereka
berkisar antara Rp.5000 - Rp.20.000 per hari.43
Dalam penelitian ini, pemulung yang beroperasi di wilayah Ciputat
digolongkan sebagai pemulung Mayeng. Mereka sebagian besar bekerja
jalan kaki dengan menggunakan alat kerja gerobak dan mencari barang-
barang bekas dari tempat sampah untuk kemudian dijual kepada lapak dan
mereka tidak memiliki anak buah. Mereka bekerja tidak dibatasi oleh waktu
karena mereka bekerja secara individu dan tidak ada yang mengatur. Mereka
berpenghasilan 15.000-40.000 rupiah per hari.
2. Pemulung Pengepul
Pemulung Pengepul adalah pemulung yang kelasnya ada ditengah
artinya pemulung pengepul melakukan proses pasar (membeli barang atau
sampah dari pemulung mayeng dan menjual pada pemulung agen).
Pemulung mayeng pasokan atau setorannya sangat terbatas dan jumlahnya
sedikit, maka pemulung pengepul suatu saat keliling (mayeng) tetapi dengan
bermodalkan uang artinya suatu ketika dia membeli barang–barang bekas
milik masyarakat yang tidak dipakai sekaligus mencari dijalanan.44
Pemulung pengepul disebut juga lapak yaitu orang yang membeli
barang-barang bekas dari anak buahnya, mengepak berdasarkan jenis
barang untuk kemudian dijual kepada pemulung agen. Lapak mempunyai
43 Sukmawati, Resiprositas Dalam Komunitas Pemulung di Kelurahan Utan Kayu Selatan
Kecamatan Matraman Jakarta Timur (Semarang: FIS UNNES, 2007), h. 54, Dalam Skripsi Willy
Agisti Irma Dinta Siwi, Karakteristik Demografi Sosial Ekonomi Pemulung Berdasarkan Daerah
Asal, 2009, h. 19 44 Mudiyono dkk., Dimensi-Dimensi Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat, h. 136,
Dalam Skripsi Willy Agisti Irma Dinta Siwi, Karakteristik Demografi Sosial Ekonomi Pemulung
Berdasarkan Daerah Asal, 2009, h. 20
34
anak buah 10 sampai 20 orang dan berpenghasilan 1 juta sampai 3 juta per
bulan.45
3. Pemulung Agen.
Pemulung Agen adalah pemulung yang kelasnya paling tinggi, ciri lain
agen antara lain: (a) Memiliki tenaga kerja minimal 5 (lima) orang dan maksimal
tidak terbatas, memiliki lahan tidak terbatas, memiliki lahan yang luas baik
menyewa maupun milik pribadi. (b) Memiliki armada angkot atau mobil colt,
truk, becak, dan lain–lain. (c) Memiliki asrama untuk penampungan pamulung
mayeng. Begitu juga dengan pemulung agen, mereka juga membeli barang
rongsokan dari pemulung yang bekerja dengan cara keliling atau mayeng.46
Sukmawati menjelaskan, pemulung agen disebut juga pemulung suplier
yaitu orang yang membeli barang-barang bekas dari lapak dan atau pemulung
langsung untuk kemudian dijual kepada pabrik-pabrik. Jumlah lapak yang
menyetor pada agen antara 5 sampai 10 lapak. Penghasilan rata-rata agen lebih
dari 3 juta per bulan.47
45 Sukmawati, Resiprositas Dalam Komunitas Pemulung di Kelurahan Utan Kayu Selatan
Kecamatan Matraman Jakarta Timur, h. 54, Dalam Skripsi Willy Agisti Irma Dinta Siwi,
Karakteristik Demografi Sosial Ekonomi Pemulung Berdasarkan Daerah Asal, h. 20 46 Mudiyono dkk., Dimensi-Dimensi Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat, h. 138,
Dalam Skripsi Willy Agisti Irma Dinta Siwi, Karakteristik Demografi Sosial Ekonomi Pemulung
Berdasarkan Daerah Asal, 2009, h. 20-21 47 Sukmawati, Resiprositas Dalam Komunitas Pemulung di Kelurahan Utan Kayu Selatan
Kecamatan Matraman Jakarta Timur, h. 54, Dalam Skripsi Willy Agisti Irma Dinta Siwi,
Karakteristik Demografi Sosial Ekonomi Pemulung Berdasarkan Daerah Asal, h. 21
35
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH DAN SUBYEK PENELITIAN
A. Letak Geografis Penelitian
Jalan Mawar yang terletak di Kelurahan Pisangan adalah merupakan
salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Ciputat Timur yang
bernaung di bawah kesatuan kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
Wilayah Pisangan terletak pada jarak 5 km dari pusat pemerintahan Kota
Tangerang Selatan.
Secara geografis kelurahan Pisangan mempunyai luas wilayah 405
hektar yang terdiri dari 350 hektar pemukiman, 6,5 hektar kuburan, 3,5
hektar taman, 18 hektar perkantoran dan 22,5 hektar prasarana umum
lainnya. Berdasarkan kelembagaan kemasyarakatan desa/ kelurahan,
wilayah kelurahan Pisangan terbagi dalam 18 rukun warga (RW) dan 114
rukun tetangga (RT).
Sementara batas wilayah kelurahan Pisangan untuk sebelah Utara
berbatasan dengan Desa/Kelurahan Cirendeu, sebelah selatan berbatasan
dengan Desa/Kelurahan Cipayung, sebelah timur berbatasan dengan
Desa/Kelurahan Pondok Cabe/Karang Tengah, dan untuk sebelah barat
berbatasan dengan Desa/Kelurahan Cempaka Putih.
Berdasarkan data demografis, daerah yang mempunyai luas 405
hektar ini dihuni oleh 35.354 jiwa dan 9.254 kepala keluarga, yang terdiri
dari 17.720 jiwa laki-laki dan 17.634 jiwa perempuan. Secara keseluruhan
data kependudukan kelurahan Pisangan dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 3. 1
Data Kependudukan Kelurahan Pisangan
Usia Laki-Laki Peremp. Usia Laki-Laki Peremp.
36
0-12 bulan 69 orang 64orang 40-41 th 552 orang 548 orang
1 tahun 75 orang 74 orang 42-43 576 orang 574 orang
2-3 110 orang 96 orang 44-45 577 orang 573 orang
4-5 108 orang 94 orang 46-47 581 orang 575 orang
6-7 133 orang 129 orang 25-26 591 orang 589 orang
8-9 165 orang 165 orang 48-49 576 orang 574 orang
10-11 175 orang 175 orang 50-51 554 orang 551 orang
12-13 240 orang 235 orang 52-53 571 orang 569 orang
14-15 278 orang 276 orang 54-55 547 orang 545 orang
16-17 377 orang 375 orang 56-57 518 orang 512 orang
18-19 506 orang 490 orang 58-59 511 orang 509 orang
20-21 605 orang 599 orang 60-61 358 orang 352 orang
22-23 552 orang 550 orang 62-63 383 orang 381 orang
24-25 563 orang 559 orang 64-65 360 orang 355 orang
26-27 568 orang 564 orang 66-67 382 orang 380 orang
28-29 670 orang 562 orang 68=69 339 orang 335 orang
30-31 607 orang 603 orang 70-71 341 orang 337 orang
32-33 611 orang 609 orang 71-72 263 orang 261 orang
34-35 604 orang 596 orang 72-73 292 orang 288 orang
36-37 657 orang 643 orang 74-75 237 orang 239 orang
38-39 709 orang 706 orang 75 lebih. 229 orang 223 orang
Jumlah 17.720 17.634
Sumber:Profil Desa dan Kelurahan Pisangan 2015
Sementara itu tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pisangan
dikategorikan kurang baik, karena rata-rata pendidikan masyarakat
Kelurahan Pisangan adalah tamatan SMP dengan persentase 42,07 persen
atau 3400 orang. Hal ini sedikit mengejutkan bahwa suatu wilayah di dekat
perkotaan bahkan daerah yang terletak dikawasan perguruan tinggi ternyata
masih membutuhkan wawasan betapa pentingnya akan pendidikan. Untuk
itu perlu perhatian serius dari pemerintah untuk mengentaskan masalah
rendahnya pendidikan daerah Kelurahan Pisangan tersebut. Secara lebih
37
rinci jumlah penduduk berdasarkan tingkat pedndidikan dapat dilihat dari
tabel di bawah ini:
Tabel 3. 2
Data Penduduk Pisangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkatan Pendidikan Laki-Laki Perempuan
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 100 orang 96 orang
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group 108 orang 94 orang
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah - -
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 640 orang 621 orang
Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah - -
Usia 18-56 thn pernah SD tetapi tidak
tamat
34 orang 41 orang
Tamat SD/sederajat 90 orang 65 orang
Jumlah usia 12 – 56 tahun tidak tamat
SLTP
175 orang 180 orang
Jumlah usia 18 – 56 tahun tidak tamat
SLTA
96 orang 85 orang
Tamat SMP/sederajat 1875 orang 1525 orang
Tamat SMA/sederajat 1043 orang 905 orang
Tamat D-1/sederajat 30 orang 16 orang
Tamat D-2/sederajat 45 orang 12 orang
Tamat D-3/sederajat 15 orang 10 orang
Tamat S-1/sederajat 110 orang 95 orang
Tamat S-2/sederajat 18 orang 7 orang
Tamat S-3/sederajat 3 orang 2 orang
Tamat SLB A 1 orang 1 orang
Tamat SLB B - -
Tamat SLB C 2 orang 2 orang
Jumlah 4338 orang 3743 orang
Jumlah Total 8081 orang
Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Pisangan 2015
Dengan melihat tabel diatas, diketahui bahwa banyak masyarakat
Kelurahan Pisangan tidak menamatkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Hal
38
ini disebabkan oleh keadaaan ekonomi. Dengan alasan tersebut menyebabkan
banyak dari masyarakat tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dan mereka
memilih untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Pesatnya pertumbuhan dan pembangunan di ibukota Jakarta
melambungkan tingkat migrasi, yang membawa pengaruh cukup signifikan
bagi wilayah Pisangan. Sebagai bagian dari daerah penyangga ibu kota,
kelurahan Pisangan merupakan bagian wilayah dalam hitungan strategis
dalam aspek ekonomi. Pembangunan yang kian meningkat di wilayah ini
cukup mempunyai daya tarik bagi kaum urban untuk menetapkan daerah ini
sebagai pilihan dalam melakukan mobilitas ekonomi.
Dalam aspek mata pencaharian, catatan profil kelurahan
menunjukkan data yang variatif dalam hal mata pencaharian penduduk
Kelurahan Pisangan. Karena wilayah Kelurahan Pisangan berdekatan
dengan kota Jakarta, maka kebanyakan penduduk kelurahan Pisangan
memusatkan mata pencahariannya sebagai karyawan perusahaan swasta.
untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 3
Data Mata Pencaharian Penduduk Pisangan
Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan
Petani - -
Buruh Tani - -
Buruh Migran Perempuan - -
Buruh Migran Laki-Laki 2 Orang 2 Orang
Pegawai Negeri Sipil 105 Orang 75 Orang
Pengrajin Industri Rumah Tangga 2 Orang -
Pedagang Keliling 5 Orang 8 Orang
Peternak - -
Nelayan - -
Montir 12 Orang -
Dokter Swasta 1 Orang -
Bidan Swasta - 1 Orang
39
Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Pisangan 2015
Berkenaan dengan aspek religi, mayoritas penduduk kelurahan
Pisangan beragama Islam. Jumlah pemeluk agama Islam di Kelurahan
Pisangan mencapai 30.212 orang. dengan posisi berikutnya Kristen,
Katholik, Hindu dan Budha. Walaupun terdapat berbagai perbedaan agama
hal ini tidak menyebabkan suatu masalah atau konflik antar pemeluk agama
di daerah Keluahan Pisangan. Mereka mampu mengaktualisasikan
pemahaman mereka terhadap agama dengan baik sehingga tercipta suasana
yang aman, tenteram dan damai. Hal ini terlihat dengan sifat gotong royong
dan bahu membahu jika ada masalah/musibah, acara resepsi pernikahan,
dan kegiatan-kegiatan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya penganut agama
di daerah kelurahan Pisangan dapat dilihat ditabel berikut:
Perawat Swasta 5 Orang 5 Orang
Pembantu Rumah Tangga - 55 Orang
Tni 3 Orang -
Polri 6 Orang 1 Orang
Pensiunan Pns/Tni/Polri 59 Orang 25 Orang
Pengusaha Kecil Dan Menengah 15 Orang 5 Orang
Pengacara 3 Orang -
Notaris 2 Orang -
Dukun Kampung Terlatih - -
Jasa Pengobatan Alternatif - -
Dosen Swasta 7 Orang 5 Orang
Pengusaha Besar 5 Orang 3 Orang
Arsitektur 3 Orang 1 Orang
Seniman/Artis 2 Orang 1 Orang
Karyawan Perusahaan Swasta 450 Orang 157 Orang
Karyawan Perusahaan
Pemerintah
155 Orang 55 Orang
Pedagang 175 Orang 95 Orang
Jasa Angkutan Roda 2 310 Orang 12 Orang
Jumlah 1833 Orang
40
Tabel 3 .4
Data Pemeluk Agama Penduduk Pisangan
Agama Laki-Laki Perempuan
Islam 15115 orang 15097 orang
Kristen 1445 orang 1456 orang
Katholik 550 orang 575 orang
Hindu 125 orang 109 orang
Budha 120 orang 111 orang
Khonghucu - -
Kepercayaan kepada Tuhan - -
Aliran kepercayaan lainnya - -
Jumlah 34.703 Orang
Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Pisangan 2015
B. Pembentukan Kawasan Pemulung
Menurut informasi yang didapat dari narasumber, kawasan
pemulung gang Mawar sudah ada ± sejak 10 tahun yang lalu dan belum
diketahui siapa orang yang pertama mendiami/ bertempat tinggal di
kawasan pemulung gang mawar. Yang pasti sejumlah pemulung
mendirikan bangunan di kawasan tersebut walaupun tidak ada izin resmi ke
pemerintah setempat. Mereka mengajak sanak keluarga yang lain untuk
bergabung sebagai pemulung di gang mawar, dan sampai Saat ini sudah ada
kurang lebih 70 kepala keluarga yang menempati kawasan tersebut. 1
Sebagian besar Para pemulung tersebut berbondong-bondong
datang dari daerah: Cilacap, Banyumas, Purwakarta dan daerah sekitarnya.
Sampai saat ini mereka sebagian besar belum mempunyai Kartu Tanda
Penduduk Tangerang Selatan, yang artinya mereka masih memiliki
kependudukan sipil dari asal daerah mereka. Dan untuk tempat tinggal
mereka memanfaatkan barang-barang bekas yang didapat dari hasil
1 Wawancara pribadi dengan ketua rt 03, 23 Maret 2018
41
memulung untuk dijadikan bahan bangunan, seperti: kaca, triplek, asbes,
banner dan yang lainnya.
Untuk susunan organisasi, mereka tidak mempunyai organisasi
resmi/ formal, dalam artian organisasi yang bersifat akademik. Namun
secara informal para pemulung menjalin hubungan kerja sama yang serupa
dengan kegiatan kelompok organisasi. Organisasi para pemulung ini untuk
memudahkan dan memperlancar sirkulasi hasil pengumpulan barang-
barang bekas dari pemulung ke bos/bandar selanjutnya ke pabrik untuk di
daur ulang.
C. Kondisi Ekonomi Masyarakat Pemulung
Seperti yang sudah di jelaskan sedikit diatas pemulung yang ada di
Jalan Mawar sebagian besar berasal dari etnis Jawa seperti Cilacap,
Banyumas, Purwakarta dan sekitarnya. dalam perkembangannya, pemulung
melakukan interaksi dengan penduduk asli di sekitar kawasan pemulung.
Mereka berinteraksi dalam kegiatan usaha maupun dalam kekerabatan.
Dilihat dari segi ekonomi mereka digolongkan sebagai warga
kurang mampu, hal ini bisa dilihat dari tempat tinggal, sandang dan pangan
mereka. Dengan penghasilan yang tidak seberapa, mereka harus pandai
mengatur keuangan agar kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi. Sebagian
dari mereka ada yang tidak mau menyekolahkan anak-anak mereka dengan
alasan tidak ada dana untuk membayar SPP, disamping itu mereka juga
tidak termotivasi untuk bersekolah.
D. Hubungan Pemulung dengan Masyarakat Sekitar
Setelah melakukan wawancara kepada Ketua RT setempat, dapat
dikatakan bahwa hubungan antara warga kampung pemulung dengan
masyarakat sekitar cukup baik. Hal ini ditunjukan dengan tidak pernah
adanya laporan atau catatan mengenai pergesekan antara warga kampung
pemulung dengan masyarakat sekitar, baik yang ditimbulkan oleh warga
kampung pemulung maupun oleh masyarakat sekitar. Dapat dikatakan
42
bahwa warga kampung pemulung bersikap kooperatif dalam menjaga
keamanan dan ketentraman lingkungan.
Meski begitu warga kampung pemulung tidak turut serta dalam
kegiatan warga yang menjadi program kerja rukun warga dan rukun
tetangga seperti Pemilihan Kepala Daerah, peringatan Hari Kemerdekaan,
atau Hari Besar Islam. Meskipun demikian, banyak dari organisasi
masyarakat atau kemanusiaan yang sering mengadakan kegiatan
penyuluhan atau bakti sosial kepada warga kampung pemulung. Adapun
pengadaan dan perizinan kegiatan tersebut difasilitasi oleh Ketua RT
setempat.
Salah satu penyebab tidak berpartisipasinya warga kampung
pemulung dalam kegiatan masyarakat adalah karena secara administratif
warga kampung pemulung tidak tercatat sebagai penduduk resmi di daerah
tersebut. Sebagian besar warga kampung pemulung tidak memiliki KTP
(Kartu Tanda Penduduk) Tangerang Selatan, melainkan hanya memiliki
KTP dari daerah asal masing-masing. Hal ini tentu menjadi penghalang
karena secara legalitas keberadaan mereka tidak dapat diakui oleh
pemerintah daerah. 2
2 Wawancara pribadi dengan ketua rt 03, 23 Maret 2018
43
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pandangan Hidup Pemulung
Selaku mahluk berpikir, manusia tentu memiliki caranya masing-masing dalam
memandang kehidupan, begitupun dengan masyarakat pemulung. Bagi masyarakat
pemulung, jawaban mayoritas atas prioritas utama dalam hidup mereka adalah untuk
membahagiakan keluarga. Salah satu pemulung; RS mengungkapkan bahwa hal
yang menjadi tujuan hidupnya adalah untuk membesarkan dan memberi pendidikan
kepada anak-anaknya. Mayoritas pemulung juga memiliki jawaban yang hampir
serupa dengan RS.
Selain memprioritaskan keluarga sebagai hal yang paling utama dalam hidup,
ternyata terdapat pula beberapa jawaban yang agak berbeda. Salah satunya muncul
dari MS. Beliau mengungkapkan bahwa tujuan hidup yang paling utama baginya
adalah untuk dapat hidup tentram dengan sesama1, hal ini tentu berkaitan dengan
hubungannya antar sesama manusia (hablumminan-nass). Pernyataan bernada
serupa juga disampaikan oleh SI, beliau menyatakan bahwa hal yang paling utama
dalam hidup adalah untuk berbuat baik terhadap sesama2.
Selain itu, hubungan dengan Tuhan (hablumminallah) agaknya juga menjadi hal
yang diperhatikan oleh masyarakat pemulung, meski tidak disadari secara langsung.
Hal tersebut dapat kita temukan pada kalimat yang dilontarkan oleh NM, beliau
menyatakan “Tujuan hidup saya adalah agar bisa hidup bahagia dengan keluarga
dan menjadi orang yang rajin beribadah.”3
Walaupun hidup dengan kondisi ekonomi yang kurang memadai, namun
masyarakat pemulung juga memiliki pandangannya sendiri mengenai kebahagiaan
dalam hidup. Semua narasumber yang diwawancarai oleh penulis mengungkapkan
bahwa mereka telah merasa cukup bahagia dan merasa cukup dengan apa yang telah
mereka miliki saat ini, utamanya -seperti yang telah dicantumkan pada awal
1 Wawancara Pribadi dengan Narasumber MS, 23 Maret 2018. 2 Wawancara Pribadi dengan Narasumber SI, 23 Maret 2018. 3 Wawancara Pribadi dengan Narasumber NM, 23 Maret 2018.
44
pembahasan- adalah karena masih bisa memiliki keluarga dan dapat ditemui setiap
hari. Sebuah pernyataan dari TN memberikan sebuah gambaran yang cukup jelas
mengenai hal tersebut, beliau berujar, “Asal sudah bisa beli beras, badan sehat, dan
bisa berkumpul dengan anak-anak, saya sudah bahagia.”4
Namun, beberapa dari narasumber mengungkapkan bahwa apabila pendapatan
harian mereka kurang dari target atau dapat dikatakan tidak memuaskan, maka hal
tersebut akan memengaruhi kebahagiaan mereka meski tidak berlangsung lama.
Banyak dari masyarakat pemulung yang juga berpendapat bahwa apabila mereka
mampu menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi, maka hal tersebut akan
memengaruhi kebahagiaan mereka dan keluarga. Salah satu narasumber yang
mengungkapkan hal tersebut adalah TH, beliau menyatakan, “Jika saya
mendapatkan hasil yang lebih, biasanya saya mengajak anak dan keluarga saya
untuk jalan-jalan, hal tersebut yang membuat saya bahagia.”5
Meskipun menyadari bahwa tinggi-rendahnya penghasilan merupakan salah satu
hal yang dapat memengaruhi kualitas dan kepuasan mereka dalam menjalani
kehidupan, namun mayoritas dari masyarakat pemulung mengatakan bahwa mereka
tidak memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan lain. Beberapa dari mereka tetap
bertahan sebagai pemulung mengungkapkan bahwa mereka sulit keluar dari
pekerjaannya saat ini karena bingung harus memulai darimana.
Beberapa pemulung mengaku bahwa mereka pernah memiliki keinginan untuk
mencari pekerjaan lain, namun kebanyakan dari mereka telah lama mengubur
keinginan tersebut karena tidak sanggup dan tidak tahu caranya berkompetisi dalam
mencari pekerjaan. Pada saat ditanya mengenai alasan mengapa ditanya mengapa
memilih pekerjaan sebagai pemulung, seorang narasumber menjawab dengan nada
pesimistik, “... Sudah takdirnya begini jadi mau gimana lagi.” Hal ini sesuai dengan
Pernyataan Sartono Kartodirdjo yang dikutip oleh Sutoemo bahwa ada dua syndrom
(penyakit) dalam pembangunan yaitu syndrome kemiskinan dan syndrome inertia.
Syndrome kemiskinan dimana mereka tidak mempunyai tanah, pekerjaan yang sulit
didapat dan tidak mempunyai keterampilan. Sedangkan syndrome inertia berakar
4 Wawancara Pribadi dengan Narasumber TN, 23 Maret 2018. 5 Wawancara Pribadi dengan Narasumber TH, 23 Maret 2018.
45
pada Pasivisme, Fatalis (Menyerah pada nasib). Melihat dari peryantaan salah satu
pemulung diatas maka hal in termasuk kedalam syndrome inertia. Jika sudah masuk
pada syndrome inertia, maka akan sulit untuk mengentaskan kemiskinan jika dari
mereka sendiri tidak mempunyai sikap optomis akan meningkatnya taraf kehidupan
mereka. Hal ini membutuhkan perhatian serius serta penanganan yang komprehensif
agar mereka merubah sikap dari pesimis ke optimis.6
Pada sisi lain, terdapat pula beberapa narasumber dari masyarakat pemulung
yang berusia diatas 35 tahun yang mengungkapkan bahwa salah satu kesulitan
mereka dalam mendapatkan pekerjaan di bidang lain adalah karena usia yang sudah
tidak lagi muda. “Daripada tidak ada kerjaan maka saya memilih jadi pemulung
saja” 7 , terang TN yang telah berusia kepada penulis ketika ditanya alasannya
bertahan sebagai pemulung.
Pemaparan diatas menunjukan bahwa masyarakat pemulung sebenarnya
memiliki kesadararan bahwasanya dengan memperbaiki keadaan ekonomi akan
memberikan pengaruh terhadap tercapainya kehidupan yang lebih baik dan bahadia..
Namun sangat disayangkan, rasa nyaman dan ‘cukup’ atas apa yang telah dimiliki
saat ini membuat mayoritas masyarakat pemulung tetap bertahan dengan
pekerjaannya dan tidak berani untuk berkompetisi di luar dunia yang mereka geluti
saat ini.
B. Pandangan Masyarakat Pemulung terhadap Agama
1. Latar Belakang Kehidupan Beragama
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis terhadap
masyarakat pemulung, pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai
pandangan masyarakat tentang makna dan kedudukan agama bagi kehidupan
sehari-hari masyarakat pemulung. Dikarenakan oleh rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat pemulung khususnya pada pengetahuan agama, pada
umumnya jawaban dan pandangan mereka terhadap agama masih sangatlah
6 Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan (Jakarta, PT. Dunia Pustaka, 1995) h. 120 7 Wawancara Pribadi dengan Narasumber TH,
46
sederhana, salah satunya seperti yang diungkapkan oleh SI. Beliau menanggap
bahwa makna manusia beragama untuk menjadikannya sebagai pegangan hidup
yang dapat membawa ketentraman di dunia serta keselamatan di akhirat. 8
Adapun jawaban dari kebanyakan narasumber masih bernada sama seperti yang
diungkapkan oleh SI, yaitu menganggap agama sebagai jaminan untuk
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Di antara semua narasumber yang telah diwawancarai oleh penulis, terdapat
pula narasumber yang memaknai agama sebagai aturan atau undang-undang
bagi penganutnya, hal ini dipaparkan oleh TN dengan kalimat berikut “Agama
bagi saya adalah suatu ajaran yang wajib ditaati dalam kondisi apapun dan
bagaimanapun.” Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkn bahwa
setiap individu memaknai agama secara berbeda-beda, namun pada intinya
mereka sama-sama meyakini bahwa agama merupakan pedoman hidup bagi
manusia yang dapat membawa seseorangan yntuk memperoleh kebahagiaan
yang hakiki di dunia maupun akhirat.
Mayoritas narasumber juga sangat meyakini Islam sebagai agama yang
benar dan meyakini bahwa perintah agama haruslah ditaati. Pandangan
masyarakat pemulung terhadap ketaatannya terhadap aturan beragama juga
beragam. Pada wawancaranya, narasumber TN mengungkapkan, “Saya
berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan perintah agama dan
menjauhi segala larangannya.” 9 Kebanyakan dari mereka merasa sudah
menjalankan aturan agama dengan cukup baik meski belum sepenuhnya
sempurna. Pernyataan tersebut juga didukung oleh pernyataan Narasumber RS
yang juga bernada serupa, beliau berujar “Insya Allah walaupun bolong-bolong
tapi saya usahakan semampu saya.”10
Meskipun begitu, tidak semua beranggapan dan memiliki tingkat ketaatan
yang sama. Ada pula pernyataaan yang menggambarkan naik-turunnya
semangat tiap individu dalam menjalankan perintah agama. Salah satu pendapat
8 Wawancara Pribadi dengan Narasumber SI, 23 Maret 2018. 9 Wawancara Pribadi dengan Narasumber TN. 10 Wawancara Pribadi dengan Narasumber RS, 23 Maret 2018.
47
dilontarkan oleh TN, “Saya mejalankan perintah agama semampu saya, kadang-
kadang rajin kadang-kadang tidak.” 11 Namun demikian, ternyata ada pula
narasumber yang mengakui bahwasanya ia merasa masih kurang atau sedikit
sekali dalam menjalankan perintah agama seperti yang diungkapkan oleh
narasumber PR.12 Namun ketika ditanya mengenai keyakinannya atas agama
Islam, narasumber PR tetap mengakui dan meyakini bahwa Islam adalah agama
yang benar.
Pengetahuan agama masyarakat pemulung kebanyakan bersumber dari apa
yang dipelajarai saat masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara penulis, belum ada yang dari masyarakat
pengemis yang berasal dari madrasah, pondok pesantren, atau sekolah berbasis
islam lainnya. Selain itu, ada juga narasumber yang merasa mendapatkan ilmu
agamanya dari buku, seperti yang disampaikan oleh narasumber SI “...baca dari
buku”, ini meunjukan adanya keinginan mempelajari ilmu agama meski tidak
melalui jalur yang formal.
Beberapa narasumber juga mengungkapkan bahwa mereka memperoleh
pengetahuan agama dari pengajian yang disaksikan secara langsung maupun
melalui televisi. Narasumber TH mengungkapkan, “Saya mendapatkan ilmu
agama hanya dari pengajian-pengajian, jadi belum begitu banyak tahu tentang
ilmu agama.”
Dari apa yang dituliskan di atas, dapat dikatakan bahwa meskipun
kebanyakan masyarakat pemulung memiliki keterbatasan pengetahuan agama,
mereka telah mengetahui dasar-dasar dari pengetahuan agama melalui
pendidikan formal maupun non formal. Hal inilah yang memengaruhi
pemikiran masyarakat pemulung dalam menjalani pengamalan kehidupan
beragama.
2. Pengamalan Bidang-bidang Agama
Berangkat dari pemahaman keagamaan masyarakat pemulung yang sudah
dijelaskan pada bagian sebelum ini, menjadikan masyarakat pemulung tetap
11 Wawancara Pribadi dengan Narasumber JM, 23 Maret 2018. 12 Wawancara Pribadi dengan Narasumber PR, 23 Maret 2018.
48
mengamalkan ajaran agama Islam semampu mereka. Walaupun mereka hidup
dalam kendala yang sulit, mereka masih melakukan ibadah yang dilakukan
dengan hati nurani dan bukan oleh paksaan dari lingkungan dan masyarakat.
Narasumber TN mengungkapkan,
“Untuk shalat alhamdulillah lancar, ya walaupun ada yang bolong. Untuk
puasa bulan ramadhan alhamdulillah terlaksana. Kalau zakat, saya yang
menerima zakat. Untuk sedekah alhamdulillah walaupun ngasihnya sedikit
tetap saya lakukan, biasanya anak saya suka minta buat amal di sekolah...”13
Yang juga menjadi sorotan dari pernyataan narasumber di atas adalah
kenyataan bahwa tidak terpenuhinya kelima waktu sholat adalah karena
narasumber merasa sedang sibuk saat sedang bekerja mencari barang bekas.
Hal ini juga senada dengan pernyataan narasumber PR ketika ditanya mengenai
pengamalan shalatnya sehari-hari, “Kalau lagi sempat, tapi diusahakan sebisa
mungkin.”14 Dari kedua pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa tuntutan
mereka atas uang sedikit banyak memengaruhi keputusan mereka untuk
melaksanakan shalat atau tidak. Secara tidak langsung kebutuhan ekonomi
taelah memengaruhi kualitas dan kuantitas ibadah sebagian besar masyarakat
pemulung.
Respon warga kampung pemulung cukup baik untuk menyambut kegiatan
keagamaan, salah satu hal yang berubah adalah dalam hal pelaksanaan kegiatan
solat, seperti yang diungkapkan oleh Abi Umar Hamdani selaku Ketua Yayasan
Al-Hakim “Yang tadinya dalam satu tahun hanya tiga sampai empat kali,
setelah ada pengajian, dalam sebulan bisa sampai 20 kali sholat dalam satu
bulan.”15 Hal ini membuktikan bahwa pendekatan dalam keagamaan meski
dalam hal dan bentuk yang sederhana dapat memberikan pengaruh kepada
warga kampung pemulung dalam menjalani kehidupan beragama.
Sekalipun ibadah yang mereka laksanakan hanya ibadah yang wajib saja
seperti shalat dan puasa ramadhan ˗walaupun biasanya tidak penuh˗ tapi hal
tersebut menunjukan bahwa mereka memiliki rasa keagamaan. Seperti yang
diungkapkan oleh Narasumber TH,
13 Wawancara Pribadi dengan Narasumber TN 14 Wawancara Pribadi dengan Narasumber PR 15 Wawancara Pribadi dengan Narasumber Abi Umar Hamdani
49
“Saya melaksanakan shalat kebanyakan hanya Maghrib dan Isya. Kalau
Subuh, Dhuhur dan Ashar saya sering meninggalkan karena waktu shalat
tersebut saya lagi nyari barang. Puasa alhamdulillah saya jalankan
meskipun tidak full satu bulan. Untuk sedekah saya memberikan ke orang
lain ketika bertemu dnegan orang yang benar-benar membutuhkan....”16
Meskipun mengakui kekurangan ekonomi sebagai sebuah permasalahan
yang berat, keadaan yang mereka hadapai saat ini tidak lantas membuat mereka
sedih dan menjauhi agamanya. Mereka mengungkapkan bahwa Islam
memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan mereka. Setelah
melaksanakan ibadah ˗sholat misalnya-, hati mereka terasa lebih tenang dan
sejuk.
Rasa sosial mereka terhadap sesama manusia juga tidak beda dengan orang
biasa pada umumnya, mereka tetap senang membantu orang lain dan
menganggap itu sebagai bagian dari ibadah, contohnya seperti jawaban
narasumber SI ketika ditanya mengenai pengamalan sedekahnya, “Kalau ada
sedikit rejeki lebih saya kasih ke tetangga”17. Ini menunjukan bahwa mereka
juga ingin menjalankan perintah agama meski berada dalam kekurangan.
Dalam mengaji Al-Qur’an, pada setiap malam Jum’at, diadakan kegiatan
mengaji surat Yaasiin yang diikuti dengan ceramah agama. Kegiatan ini
merupakan inisiatif dari salah satu penggiat yayasan sosial dan keagamaan,
Yayasan Waqaf Al-Hakim. Adapun alasan dari beliau adalah agar masyarakat
memilki kegiatan agama dan melaksanakan sholat, minimal sholat maghrib dan
isya. Perkembangan yang didapat dari kegiatan di atas adalah timbulnya
semangat lebih dalam bersekolah kembali, semangat untuk menjalani hidup
juga lebih bertambah disebabkan oleh adanya peningkatan mereka dalam hal
beribadah.18
C. Corak dan Tradisi Pendidikan pada Anak
Walaupun masyarakat pemulung berada pada kondisi ekonomi yang kurang
memadai dan berlatar belakang pendidikan rendah, kebanyakan dari mereka
16 Wawancara Pribadi dengan Narasumber TH. 17 Wawancara Pribadi dengan Narasumber SI. 18 Wawancara Pribadi dengan Narasumber Umar Hamdani
50
memiliki harapan yang tinggi terhadap masa depan pendidikan anak-anak
mereka. Sebuah pernyataan dari narasumber RS menegaskan hal tersebut,
“Pasti lah ya saya berharap anak-anak sekolah sampai ke jenjang yang paling
tinggi dan sukses ke depannya, tidak seperti bapak dan ibunya yang hanya lulus
SD.”19 Begitu pula dengan harapan narasumber TH yang menyatakan, “Itu
memang sudah menjadi keinginan saya untuk menyekolahkan anak sampai
lulus SMA lalu ke perguruan tinggi, saya tidak ingin anak saya seperti saya.”
Namun muncul pula jawaban yang agak berbeda dari narasumber lain.
Pernyataan tersebut keluar dari narasumber SI yang mengungkapkan, “Ingin
sebenarnya menyekolahkan anak, tapi anak yang gak mau sekolah. Ya
harapannya bisa sekolah sampai selesai dan membahagiakan orang tua.”
Menurut SI, anaknya tidak mau disekolahkan karena takut diminta mengerjakan
tugas-tugas sekolah yang sulit. Ini dikarenakan tidak adanya budaya belajar dan
membaa yang ditanamkan oleh orang tua sehingga anak tidak terbiasa
menyelesaikan suatu permasalahan.
Meskipun begitu, berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada ketua RT,
setiap sore terdapat kegiatan mengaji atau Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
dan Taman Baca yang diselenggarakan oleh yayasan wakaf Al-Hakim di
kawasan perkampungan pemulung. Hal ini merupakan pendidikan agama yang
bagus bagi anak-anak di kampung pemulung. Meskipun terdapat anak-anak
yang tidak bersekolah formal, namun mereka bisa tetap belajar, minimal untuk
menimba ilmu agama dan baca tulis Al-Qur’an.
Walaupun beberapa kesulitan seperti kurangnya minat beberapa kepala
keluarga terhadap pendidikan –utamanya pendidikan Al-Qur’an-, serta
kurangnya inovasi selama pengajaran, namun hal tersebut tidaklah
menyulutkan semangat para relawan yayasan untuk memberikan kontribusi
terbaiknya untuk menanamkan nilai keagamaan kepada warga kampung
pemulung, yayasan mendapatkan bantuan tenaga dan ilmu baru dalam
19 Wawancara Pribadi dengan Narasumber RS.
51
pengajaran dari mahasiswa yang tergabung sebagai relawan pada yayasan Al-
Hakim.
Namun apabila melihat kembali harapan yang dimiliki oleh orang tua
masyarakat pemulung, tentu pendidikan baca dan tulis Al-Qur’an saja tidak
cukup untuk membawa kesuksesan dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Tetap diperlukan adanya pendidikan formal bagi seluruh anak di kampung
pemulung demi tercapainya cita-cita masyarakat pemulung.
D. Respon Lingkungan Terhadap Pemulung
Menurut wawancara penulis dengan WN selaku bos atau pengepul hasil
carian dari para pemulung, kampung pemulung mulai ada sejak tujuh tahun
yang lalu atau sekitar tahun 2010. Adapun asal daerah mereka kebanyakan
adalah dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat seperti Indramayu,
Banjarnegara, Karawang, dan Serang.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Ketua RT 03, di Jalan Mawar, saat ini
para pemulung menempati tanah seluas 1000 meter persegi dan ditinggali oleh
sebanyak 70 kepala keluarga. 20 Status pernikahan mereka sendiri ada yang
tercatat di pemerintahan dan ada juga yang hanya menikah secara agama (syiri).
Alasan warga kampung pemulung tidak mendaftarkan pernikahannya secara
sipil adalah karena mereka belum memiliki KTP Tangerang Selatan.
Karena tidak memiliki bangunan permanen, semua kepala keluarga di
kampung pemulung tidak memiliki alamat jelasnya sendiri. Kebutuhan
penulisan alamat (seperti untuk kebutuhan pendaftaran sekolah dan lain
sebagainya) hanya dituliskan nama jalan, nomor RT dan RW saja tanpa disertai
dengan nomor rumah. Selain itu, karena tak mempunyai dokumen
kependudukan, mereka tak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan
pendidikan secara gratis dari pemerintah, baik pusat maupun daerah setempat.
Hubungan antara masyarat terhadap pemulung awalnya tidak cukup baik.
Pada awalnya warga sekitar merasa bahwa adanya kawasan pemulung ini
20 Wawancara Pribadi dengan Ketua RT 03, 20 Maret 2018.
52
membuat lingkungan mereka menjadi kumuh. Setelah terjadi insiden
kebakaran, warga sempat melayangkan protes kepada ketua RT setempat agar
lingkungan pemulung tersebut dibersihkan saja. Hal ini terlihat dari hasil
pernyataan narasumber WN, “Waktu kejadian kebakaran. Karena merasa bikin
kumuh, jadi pengennya lapak pemulung dibersihkan.”21 Akan tetapi karena
warga pemulung tidak pernah mengganggu ketertiban dan keamanan, maka
permintaan tersebut tidak bisa dipenuhi.
Hal lain yang menambah daftar alasan bagi pemulung untuk tetap tinggal di
daerah itu adalah karena pihak yang memegang hak kepemilikan atas tanah
yang ditinggali kampung pemulung tersebut juga masih ingin memperpanjang
masa kontrak sewa tanahnya. Perjanjian sewa tersebut dibuat antara pemilik
tanah dengan pengepul. Pengepul mengaku bahwa lapak pemulung tersebut
pernah berdiri di daerah Kampung Sawah Ciputat, namun tidak diteruskan
disebabkan oleh pemilik tanah tidak memperpanjang masa kontraknya.
Meskipun begitu, warga kampung pemulung memiliki kesadaran sebagai
kelompok masyarakat yang menumpang, mereka tidak pernah mengganggu
ketertiban. Menurut pengakuan dari Ketua RT 03, tidak pernah ada kasus baik
itu kriminal maupun penyelewengan moral yang dilakukan oleh warga
kampung pemulung. Ini juga adalah salah satu faktor mengapa warga setempat
tidak lagi mempermasalahkan keberadaan warga kampung pemulung di
lingkungannya.
Meskipun hubungan antara masyarakat kampung pemulung dan masyarakat
asli di jalan Mawar saat ini tidak bermasalah, namun warga kampung pemulung
tidak diikutsertakan di dalam kegiatan sosial masyarakat. Hal ini disebabkan
oleh tidak adanya status kependudukan yang jelas dari masyarakat pemulung,
mereka tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan bersama
dengan penduduk di Jalan Mawar. Kegiatan tersebut antara lain seprti kerja
bakti, kegiatan Karang Taruna dan kegiatan dalam memperingati Hari
Kemerdekaan.
21 Wawancara Pribadi dengan Narasumber, 31 Maret 2018.
53
Kesenjangan lain juga muncul dari segi kegiatan keagamaan. Seperti yang
disebutkan pada bagian sebelum ini, warga kampung pemulung memiliki
kegiatan keagamaan berupa pengajian Yaasiin yang dilanjutkan dengan
ceramah serta taman pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak. Akan tetapi kedua
kegiatan tersebut terpisah dari kegiatan keagamaan dari masyarakat di Jalan
Mawar. Penduduk resmi di Jalan Mawar memiliki kegiatan rutin keagamaannya
sendiri dengan tidak mengikutsertakan warga kampung pemulung. Tentu hal ini
menunjukan walaupun tidak ada masalah antara dua kelompok masyarakat ini,
namun baik masyarakat pemulung maupun masyarakat asli di Jalan Mawar
tidak berinisisasi unntuk melaksanakan kegiatan bersama-sama.
E. Pengaruh Kemiskinan Terhadap Perilaku Keberagamaan
Masyarakat Pemulung
Sebagian kalangan menilai, bahwa agama hanya menjadi kekuatan moral
dan menjadi alat legitimasi bagi kaum mustad’afin yang tidak mampu bangkit dari
ketertindasannya. Persoalan kemiskinan, ketimpangan sosial-budaya,
marginalisasi, dan eksploitasi dianggap hal yang given. Hal ini bersandar pada
rasionalisasi bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah
menjadi taqdir Tuhan yang ditentukan sejak zaman azali atau disebut juga dengan
sikap fatalis.
Meminjam istilah Moh. Abduh bahwa penggunaan sikap fatalis membuat
umat Islam menjadi stagnan dan tidak progresif, di mana akal dan kedaulatan
manusia diletakkan dibawah teks dan kehendak Tuhan. Padahal, jika umat Islam
mau mempelajari perjuangan Rasulullah, nampak adanya upaya pembebasan budak
dari belenggu pemiliknya, kelas penguasa dan pemilik modal.22
22 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 17.
54
Ajaran tauhid dalam konsepsi Nabi Muhammad terkait erat dengan
perubahan sosial dari tatanan yang eksploitatif menuju tatanan yang berkeadilan.
Namun, nampaknya kegagapan serta kekakuan dalam mengkontekstualisakan teks
membuat agama kehilangan substansinya dari semangat perubahan sosial.
Selama ini, elit keagamaan hanya sibuk dengan persolalan ritual-
transendental semata, demi mencapai surganya Tuhan. Nampaknya, tidak ada lagi
kesempatan masuk surga bagi kaum masakin, bodoh dan orang terbelakang, sebab
kemiskinan yang menderanya membuatnya lalai menjalalankan perintah-Nya.
Padahal, Robert N Bellah mengatakan bahwa agama adalah cara untuk memahami
dunia, akan tetapi realitas yang terjadi justru elit agama lebih asyik berkencan
dengan Tuhan. Sehingga marginalisi, eksploitasi kemanusiaan oleh kelas dominasi
tidak lagi dimaknai sebagai pengingkaran dari pesan-pesan agama.23
Mestinya, marginalisai dan penindasan bagi kaum mustad’afin dijadikan
prioritas bagi elit keagamaan untuk melakukan perubahan dengan semangat iman
dalam bentuk amal. Hal ini sesuai dengan anjuran Tuhan untuk selalu berlomba-
lomba dalam kebajikan. Keshalehan personal terhadap Tuhan tidak akan mampu
membendung arus penindasan dan marginalisasi oleh kelas dominasi terhadap
kaum mustad’afin. Sejatinya, keshalehan ini diwujudkan dalam interaksi dan sistem
sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Jika agama tidak menjadi sumber perubahan, maka agama hanya menjadi
sesuatu yang formal tanpa memiliki makna yang signifikan dalam kehidupan
23Zakiyuddin Baidawi, Islam Melawan Kapitalisme, (Yogyakarta: Resist Book, 2007), h.
27.
55
manusia, bahkan lebih tragis, secara lambat laun agama akan ditingalkan oleh
penganutnya.
Teori yang penulis jelaskan di atas akan dipakai dalam penelitian bagaimana
agama dan ekonomi dalam hal ini kemiskinan akan saling memberi pengaruh pada
kasus kehidupan pemulung gang Mawar.
Berdasarkan hasil dari penelitian penulis yang telah dijabarkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa walaupun masyarakat pemulung Gang Mawar secara
keseluruhan kehidupan ekonomi mereka berada di bawah garis kemiskinan, akan
tetapi mereka tetap mempunyai pandangan positif terhadap agama. Pengamalan
terhadap bidang-bidang agama dan keagamaan secara garis besar tidak pernah
mereka tinggalkan. Mereka shalat lima waktu, berzakat, berpuasa, dll.
Secara garis besar, penerapan rukun iman dan rukun Islam tetap mereka
jalankan. Akan tetapi pekerjaan mereka sebagai pemulung yang mengharuskan
mereka bekerja seharian terkadang membuat membuat mereka lalai
melaksanakannya. Akan tetapi, kalau dilihat dari latarbelakang kehidupan ekonomi
miskinnya, samasekali tidak mempengaruhi pola pikir hidup keagamaannya.
Dengan kata lain, walaupun mereka hidup dalam kemiskinan, tidak serta merta
membuat mereka malas beribadah. Justru dengan mendekatkan diri kepada agama
semakin membuat mereka semangat dalam menjalani hidup, karena mereka
mempunyai harapan akan kehidupan yang lebih baik nanti.
Dalam hal puasa. Dalam kasus masyarakat pemulung ini, secara idealisme
mereka memang tidak membantah akan penting dan wajibnya puasa, akan tetapi
karena tuntutan pekerjaannya sebagai pemulung yang mengharuskan mereka
bergerak terus di bawah terik panas matahari, dengan alasan itu terkadang mereka
tidak mengerjakannya. Mereka juga sadar dan mengetahui bahwa salah satu fungsi
puasa adalah kepedulian terhadap orang yang kurang mampu, bahwa dengan puasa
kita bisa merasakan bagaimana kehidupannya pahitnya, seperti yang dirasakannya
saat ini.
56
Apa yang penulis paparkan di atas, telah menjadi bukti bahwa bukan karena
mereka miskin sehingga mereka menyepelekan agama, akan tetapi karena durasi
pekerjaan yang mengharuskan mereka selalu diluar, sehingga mereka kadang
melewatkan waktu beribadah, khususnya salat.
Mungkin penjelasan di atas sekilas mendukung tesis Marx tentang agama
sebagai candu yang menjadikan masyarakat manut terhadap kehidupan
kemiskinannya.24 Akan tetapi, seperti yang sudah diketahui, Marx terlalu menuduh
agama sebagai sesuatu yang tidak pernah ada, tidak real sehingga baginya tidak ada
kepercayaan hari akhir yang hakiki. Ini yang membedakan masyarakat teis yang
begitu patuh dan taat pada agama, bahwa sekalipun benar bahwa agama sebagai
candu, semua itu bukanlah hal yang sia-sia karna akan ada balasan yang akan
didapatkan.
Dalam beberapa pemulung yang penulis wawancarai, mereka mengatakan
bahwa prioritas utama dalam hidup mereka adalah membahagiakan keluarga.
Pandangan hidup mereka adalah mencari kebahagiaan dan kebahagiaan itu tetap
mereka rasakan walaupun hidup dalam kemiskinan. Banyak hal yang bisa membuat
mereka bahagia. Keharmonisan dalam keluarga, hidup bersosial, bisa makan dalam
sehari, dll.
Kalau dilihat hanya sebatas pada pekerjaan yang kadang tidak mencukupi
kebutuhan hidupnya yang menjadikan mereka miskin, mungkin mereka tidak akan
pernah mendapakan dan merasakan kebahagiaan. Maka tentu ada hal lain yang
membuat mereka bisa hidup bahagia. Kalaulah hanya berkumpul dengan keluarga,
sudah bisa makan, dll sudah bisa membuat mereka bahagia, maka kebahagiaan itu
tidak akan bersifat hakiki. Maka peran agama di sini menjadi sangat penting, karena
hanya dengan agama mereka akan mendapat kebahagiaan abadi di dunia dan
akhirat.
Dan mereka menyadari akan hal itu bahwa hanya agama yang bisa membuat
bahagia yang benar-benar bahagia.maka mereka mempersiapkan kepada keluarga
mereka pengetahuan dan kesadaran beragama. Pertama, di kampung pemulung itu
24 John Raines (Editor), Marx Tentang Agama (Jakarta: Teraju, 2003), h. 45
57
dibuka pengajian tpa di mana anak-anak mereka bisa belajar membaca dan
mendalami alquran sehingga nanti ketika mereka dewasa memiliki pandangan
hidup yang lurus. Selain pengetahuan agama, mereka juga belajar pengetahuan
umum yang diharapkan nantinya bisa mengubah nasibnya yang sekarang.
Kedua, mereka juga menyadari pentingnya pendidikan formal bagi anak-
anak mereka. Mereka memang memasukkan anak-anaknya ke sekolah umum biasa
karena minimnya biaya untuk menyekolahkan mereka. Akan tetapi bagi mereka
haal itu sudah cukup karena di sekolah mereka juga belajar agama. Mereka tetap
berharap semoga itu menjadi hal baik yang bisa menjadi semakin memperbaiki
kualitas kehidupannya.
Selain pandangan agama yang positif, mereka juga menyadari pentingnya
hidup sosial atau dengan kata lain hablum minannas. Hidup akur dengan tetangga
akan membawa berkah tersendiri, apalagi ditengah hidup yang penuh kekurangan
maka kehidupan sosial sangat dibutuhkan. Bagi masyarakat pemulung, hablum
minannas sangat berkaitan erat dengan hablum minallah. Semakin baik hubungan
kita kepada manusia maka tuhan akan menjadikan itu sebagai jalan yang membuat
kehidupan kita menjadi semakin mudah dan jalan bagi tuhan menurunkan rezekinya
kepada kita.
Dalam hal jumlah pendapatan sebagai pemulung, tetap ada relativitas
pandangan bahwa jumlah pendapatan bisa berpengaruh pada kabahagian yang bisa
didapatkan. Semakin tinggi jumlah pendapatan, maka kebutuhan akan semakin
mudah terpenuhi, dan kebahagiaan akan bisa diraih. Akan tetapi, sekali lagi ini
bersifat relatif. Karena kebahagiaan tidak selalu berbanding lurus dengan kekayaan.
Yang miskin juga bisa bahagia, yang kaya juga bisa bahagia, kebahagiaan
sebenarnya akan selalu kita dapatkan selagi manusia selalu dekat degaan tuhannya.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya tentang
perilaku keberagamaan warga kampung pemulung di Jalan Mawar Ciputat, maka
dapat disimpulkan bahwa kemiskinan memberikan pengaruh terhadap perilaku
keberagamaan mereka.
Kemiskinan memang bukanlah hal yang menghalangi mereka untuk merasakan
kebahagiaan, karena banyak dari narasumber yang mengaku tetap bahagia meski
hidup seadanya asal bisa berkumpul bersama keluarga. Agama bagi mereka
memberikan ketenangan jiwa dan juga motivasi lebih untuk menjalani hidup
dengan lebih semangat, akan tetapi dikarenakan adanya kebutuhan mereka dalam
mencari barang bekas yang cukup menyita waktu, dan juga kurangnya pemahaman
mereka tentang betapa pentingnya beribadah keapadaAllah, mereka sering
meninggalkan sholat, sehingga jarang dari warga pemulung yang sholat penuh lima
waktu. Pelaksanaan sholat yang jarang ini menunjukan bahwa keadaan ekonomi
yang memberikan pengaruh terhadap keberagamaan individu di kampung
pemulung, utamanya dalam ibadah yang sifatnya habluminallah.
Namun begitu, sebagai mahluk sosial mereka tetap suka membantu tetangga
mereka yang kesusahan. Akan tetapi mereka juga mengggap jika saja mereka tidak
dilanda kemiskinan, tentu mereka dapat membantu lebih banyak kepada orang
sekitar mereka. Mereka juga mengaggap kekhusukan mereka dalam beribadah
terganggu karena mereka masih sibuk untuk memikirkan kesulitan ekonomi. Dalam
melaksanakan hubungan bertetangga yang baik seperti yang diajarkan Rasulullah-
pun tidak dapat dijalani mereka dengan baik, karena mereka belum bisa
bersosialisasi dan diterima dengan baik oleh warga asli non-pemulung yang terlebih
dahulu mendiami Jalan Mawar Ciputat.
59
B. Saran
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya warisan nilai yang
akan menjadi penuntun maunisa dalam memperbaiki nasib dan peradaban umat
manusia, terlebih lagi dalam hal agama. Bagi mereka yang masih sangat minim
dalam mendapatkan ajaran agama, akses terhadap pendidikan agama harus
dihantarkan ke dalam dengan pendekatan yang berbeda. Pendidikan Islam
terhadap warga kampung pemulung harus dilaksanakan secara komprehensif,
terprogram, berkesinambungan, dan memerlukan pendekatan-pendekatan yang
persuasif mengingat kondisi mereka yang rentan terhadap tindakan-tindakan
yang kurang normatif. Pemuka masyarakat dan relawan harus meningkatkan
dan melakukan sosialisasi yang lebih mendalam terhadap warga kampung
pemulung, hadirnya komunitas atau yayasan relawan juga dapat memberikan
pengaruh yang baik terhadap keberagamaan warga kampung pemulung demi
memperbaiki kualitas keberagamaan pada kelompok masyarakat yang miskin
seperti pada warga kampung pemulung di Jalan Mawar, Ciputat.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin, dkk. Metode Penelitian Agama Pendekatan Multidisipliner.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.
Abdulsyani. Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012.
Al-Kaaf, Abdullah Zaki. Ekonomi dalam Perspektif Islam. Bandung: Pustaka Setia,
2002.
Ancok, Djamaluddin dan Suroro, Fuat Nashori. Psikologi Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1995.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Arsyad, Lincolin dan Prayitno Hadi. Petani Desa dan Kemiskinan. Yogyakarta:
BPFE, 1987.
Asy’arie, Musa. Islam Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta:
LESFI, 1997.
Aziz, Arnicun dan Hartono. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama: Dari Era Teosofi (1901-1940)
Hingga Masa Reformasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Baidawi, Zakiyuddin. Islam Melawan Kapitalisme. Yogyakarta: Resist Book, 2007.
Faisal, Sanapiah. Format- Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010.
Gazi, Faojah. Psikologi Agama: Memahami pengaruh Agama terhadap Prilaku
Manusia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010.
Harsono, Hari. Kemiskinan di Perkotaan, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hodayatullah Jakarta, 2009
Hartomo. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Hasanah, Uswatun. Etos Kerja Sarana Menuju Puncak Prestasi. Yogyakarta:
Harapan Utama, 2004.
Ishomuddin. Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia dan UMM
Press, 1993.
Jalaludin. Psikologi Agama. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005.
61
Jalaludin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia,
1993.
Jaojah, Siti. Pengaruh Kemiskinan Terhadap Perilaku Keberagamaan Kaum Buruh
Tani Studi Kasus Kampung Keusik Desa Sukamanah Kecamatan Rajeg-
Tangerang. Ciputat: Skripsi Fakultas Ushuluddin, 2008.
Johnson, Paul Dyle. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia, 1984.
Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.
Karim, M Rusli dan Abdullah, Taufik. Edisi Terjemah, Metodologi Penelitian
Agama. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991.
Komarudin. Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Dirjen
Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1999.
Lubis, M Ridwan. Agama Dalam Perbincangan Sosiologi. Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2010.
Lukman, Ali. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1991.
Meolog, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualiatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1990.
Mudiyono, dkk. Dimensi-Dimensi Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta, APMD Press, 2005.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, 1995.
Theologi Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penilitian: Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Grup, 2011.
Nurhayati, Siti. Keberagamaan Kaum Lesbian, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015.
O’dea, Thomas, F. Sosiologi Agama: Suatu Pengenalan awal. terj. Yasogama.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2003.
Puspito, Hendro. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Qardhawi, Yusuf. Konsepsi Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan. Terj. Umar
Fanany, B.A., Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1996.
Raines, John. Marx Tentang Agama. Jakarta: teraju, 2003.
62
Rohidi, Tjetjep Rohendi. Ekpresi Seni Orang Miskin: Adaptasi Simbolik Terhadap
Kemiskinan. Bandung, Nuansa Cendekia, 2000.
Siwi, Willy Agisti Irma Dinta Siwi. ”Karakteristik Demografi Sosial Ekonomi
Pemulung Berdasarkan Daerah Asal.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang, 2009.
Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2006.
Soetomo. Masalah Sosial dan Ilmu Pembangunan. Jakarta: PT. Dunia Pustaka
Jaya, 1995.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Rafika
Aditama, 2005.
Suparlan, Parsudi. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: PT. Yayasan Obor Nusantara,
1984.
Suaedah, Lilis. Kemiskinan dan perilaku keagamaan, Studi kasus di desa Cinangka,
Ciampea, Bogor. Ciputat: Skripsi Fakultas Ushuluddin, 2009.
Syani, Yusuf. Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012.
Thoules, Robert H. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo, 2003.
Veeger, K.J. Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu-
Masyarakat dalam Cakrawala, Sejarah Sosiologi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1993.
http://kbbi.web.id/
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
PEDOMAN WAWANCARA
Data singkat Informan
a. Nama :
b. Tempat Tanggal Lahir :
c. Usia :
d. Agama :
e. Status (menikah/Belum menikah) :
f. Asal Daerah :
g. Pendidikan Terakhir :
h. Jumlah Anak :
1. Makna dan tujuan hidup yang paling utama menurut anda
2. Sejak kapan dan mengapa anda memilih pekerjaan sebagai pemulung?
Apakah semua keluarga anda bekerja sebagai pemulung?
3. Apakah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain?
4. Apakah anda merasa bahwa berprofesi sebagai pemulung sudah cukup?
5. Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan anda yang sekarang? Kalau
ya, apa yang membuat anda bahagia? Kalau tidak, mengapa anda tidak
bahagia?
6. Apakah keadaan ekonomi anda yang sekarang ini mempengaruhi
kebahagiaan anda?
7. Apakah anda yakin kalau pekerjaan yang berpenghasilan tingga pasti
membuat anda bahagia?
8. Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar? Apakah anda pernah
mengalami masalah dengan masyarakat? Jika iya, seperti apa?
9. Apa makna agama menurut anda (kita beragama untuk apa) ?
10. Apa agama anda?
11. Apakah anda yakin dengan agama yang anda anut?
12. Apakah anda termasuk orang yang taat terhadap perintah dan larangan
agama?
13. Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama (menurut anda kita beragama
itu untuk apa ?
14. Bagaimana pengamalan anda terhadap bidang-bidang keagamaan yang anda
anut:
a. Sholat
b. Puasa
c. Sedekah
d. Zakat dan infaq
e. Pengamalan al-Qur’an
15. Seperti apa pandangan agama anda terhadap kehidupan anda?
16. Bagaimana perasaan anda bila sehabis beribadah kepada Tuhan
(sholat/puasa/dll)?
17. Permasalahan apa saja yang sering anda hadapi?
18. Apakah ada anak atau keluarga anda yang sekolah? Kalo ya, sudah sekolah
di mana?
19. Apakah anda benar-benar mendorong anak anda untuk terus sekolah? Kalau
ya, apa yang anda harapkan? Kalau tidak? Mengapa?
Profil Informan
a. Nama : AN
b. Tempat Tanggal Lahir : Banjarnegara, 2 Februari 1994
c. Usia : 24
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Jawa Tengah
g. Pendidikan Terakhir : MI
h. Jumlah Anak : 1
1. Tanya: Apa makna dan tujuan hidup yang paling utama menurut anda?
Jawab: Berbuat baik dengan sesama
2. Tanya: Sejak kapan dan mengapa anda memilih pekerjaan sebagai
pemulung? Apakah semua keluarga anda bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Sudah dua Tahun
3. Tanya: Apakah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain?
Jawab: ingin sih, tapi masih punya anak kecil
4. Tanya: Apakah anda merasa bahwa berprofesi sebagai pemulung sudah
cukup?
Jawab: ngga cukup
5. Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan anda yang
sekarang? Kalau ya, apa yang membuat anda bahagia? Kalau tidak,
mengapa anda tidak bahagia?
Jawab: Alhamdulillah
6. Tanya: Apakah keadaan ekonomi anda yang sekarang ini mempengaruhi
kebahagiaan anda?
Jawab: Ngga
7. Tanya: Apakah anda yakin kalau pekerjaan yang berpenghasilan tingga
pasti membuat anda bahagia?
Jawab: terfikirkan sih
8. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar? Apakah
anda pernah mengalami masalah dengan masyarakat? Jika iya, seperti
apa?
Jawab: Alhamdulillah baik-baik saja, tidak pernah
9. Tanya: Apa makna agama menurut anda (kita beragama untuk apa) ?
Jawab: Untuk Kebaikan
10. Tanya: Apa agama anda?
Jawab: Islam
11. Tanya: Apakah anda yakin dengan agama yang anda anut?
Jawab: Yakin
12. Tanya: Apakah anda termasuk orang yang taat terhadap perintah dan
larangan agama?
Jawab: kadang-kadang dilanggar
13. Tanya: Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama?
Jawab: Tanya: Bagaimana pengamalan anda terhadap bidang-bidang
keagamaan yang
anda anut:
Sholat
Kalau lagi sempat, suka bolong-bolong
Puasa
Alhamdulillah walaupun tidak full satu bulan
Sedekah
Kalau ada ya kadang ngasih
Zakat dan infaq
zakat alhamdulillah saya tunaikan
14. Tanya: Bagaimana perasaan anda bila setelah beribadah kepada Tuhan
(sholat/puasa/dll)?
Jawab: Yang pasti merasa tenang ya..
15. Tanya: Permasalahan apa saja yang sering anda hadapi?
Jawab: ekonomi yang pasti hehe..
16. Tanya: Apakah ada anak atau keluarga anda yang sekolah? Kalo ya, sudah
sekolah di mana?
Jawab: belum ada yang sekolah
17. Tanya: Apakah anda benar-benar mendorong anak anda untuk terus
sekolah? Kalau ya, apa yang anda harapkan? Kalau tidak? Mengapa?
Jawab: inginnya sih menyekolahkan anak. Ya harapannya bisa sekolah
sampai selesai dan nanti bisa membahagiakan orang tua.
Profil Informan
a. Nama : JM
b. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 1970
c. Usia : 35
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Tangerang
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Jumlah Anak : 4
1. Tanya: apa tujuan hidup menurut bapak?
Jawab: Ya ingin hidup bahagia
2. Tanya: Sejak kapan bapak bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Sejak tahun 2005
3. Tanya Mengapa bapak memilih pekerjaan sebagai pemulung?
Jawab: Ya karena pekerjaan yang lain sulit di dapat dan usia sudah tua
4. Tanya: Apakah semua keluarga bapak juga bekerja sebagai pemulung?
Jawab: ngga, hanya saya, tapi kadang-kadang anak suka bantuin
5. Tanya: Apakah bapak tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan lain?
Jawab: Sebenarnya juga ingin, tapi mau bagaimana lagi kondisinya tidak
memungkinkan
6. Tanya: Apakah sudah cukup pemasukan dari pekerjaan sebagai pemulung?
Jawab: Sebenarnya sih tidak cukup, tapi ya harus pintar mengelola keuangan
7. Tanya: Dengan berfrofesi sebagai pemulung apakah bapak merasa bahagia?
Jawab: Ya alhamdulillah bahagia, karena bisa berkumpul dengan keluarga
8. Tanya: Apakah keadaan ekonomi saat ini mempengaruhi kebahagiaan bapak?
Jawab: Ya, sangat berpengaruh, karena serba kekurangan
9. Tanya: Jika penghasilan bapak lebih tinggi, apakah bisa membuat bapak lebih
bahagia?
Jawab: Iya pasti bisa
10. Tanya: Bagaimana hubungan bapak dengan masyarakat sekitar? Apakah
pernah terjadi masalah?
Jawab: Alhamdulillah tidak pernah
11. Tanya: Apa makna agama menurut bapak?
Jawab:
12. Tanya: Apakah bapak yakin dengan agama yang bapak anut?
Jawab: Sangat yakin
13. Tanya: Apakah bapak termasuk orang yang taat terhadap perintah agama?
Jawab: Saya menjalankan perintah agama semampu saya, kadang-kadang rajin
kadang- kadang tidak
14. Tanya: Sejauh mana bapak mengetahui tentang agama?
Jawab: Dari guru-guru ngaji sih
15. Tanya: Bagaimana pengamalan bapak terhadap bidang-bidang agama seperti,
shalat, puasa,
zakat dan sedekah?
Jawab: Saya melaksanakan shalat ketika lagi dirumah atau selesai bekerja,
pada saat bekerja terus masuk waktu shalat saya selesaikan pekerjaan lalu
pulang kerumah untuk melaksanakannya. Puasa alhamdulillah walaupuntidak
selesai satu bulan, habis bagaimana lagi saat sedang bekerja tidak kuat
menahan lapar dan haus. Kalau zakat kita malah yang nerima. Kalau sedekah
kadang-kadang
16. Tanya: Bagaimana Perasaan bapak setelah selesai beribadah (shalat) ?
Jawab: saya merasa tenang ketika setelah selesai beribadah
17. Tanya: Permasalah hidup seperti apa yang sering bapak hadapi?
Jawab: Yang pasti masalah ekonomi dimana sya harus pandai mengatur
keuangan agar cukup untuk kebutuhan setiap hari.
18. Tanya: Keluarga apakah masih ada yang sekolah? Kalau ada sekolah dimana?
Jawab: Alhamdulillah anak ada yang masih sekolah di SD Cirendeu
19. Tanya: Apakah bapak benar-benar mendorong anak untuk bersekolah? Kalu
iya apa yang bapak harapkan?
Jawab: Iya pasti, saya mengharapkan nanti fahmi bisa mendapatkan kehidupan
yang lebih baik dari bapaknya
Profil Informan
a. Nama : JN
b. Tempat Tanggal Lahir : Cepu, 11 Juni 1976
c. Usia : 40
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Cepu
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Jumlah Anak : 3
1. Tanya: Apa makna dan tujuan hidup yang paling utama menurut anda?
Jawab: Berbuat baik dengan sesama manusia
2. Tanya: Sejak kapan dan mengapa anda memilih pekerjaan sebagai
pemulung? Apakah semua keluarga anda bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Sejak tahun 2001. Sudah takdir begini jadi mau gimana lagi
3. Tanya: Apakah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain?
Jawab: Sebenarnya ingin, tapi bingung mau kerja apa
4. Tanya: Apakah anda merasa bahwa berprofesi sebagai pemulung sudah
cukup?
Jawab: Sebenarnya ngga cukup tapi dicukup-cukupin
5. Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan anda yang
sekarang? Kalau ya, apa yang membuat anda bahagia? Kalau tidak,
mengapa anda tidak bahagia?
Jawab: Alhamdulillah bahagia sekali, soalnya kalau ngeluh ngga bahagia
siapa yang mau peduli
6. Tanya: Apakah keadaan ekonomi anda yang sekarang ini mempengaruhi
kebahagiaan anda?
Jawab: Biasa saja
7. Tanya: Apakah anda yakin kalau pekerjaan yang berpenghasilan tingga
pasti membuat anda bahagia?
Jawab: Bisa jadi
8. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar? Apakah
anda pernah mengalami masalah dengan masyarakat? Jika iya, seperti
apa?
Jawab: Alhamdulillah tidak pernah
9. Tanya: Apa makna agama menurut anda (kita beragama untuk apa) ?
Jawab: Untuk pegangan hidup agar hidup tentram di dunia dan selamat di
akhirat
10. Tanya: Apa agama anda?
Jawab: Islam
11. Tanya: Apakah anda yakin dengan agama yang anda anut?
Jawab: Sangat yakin
12. Tanya: Apakah anda termasuk orang yang taat terhadap perintah dan
larangan agama?
Jawab: InsyaAllah
13. Tanya: Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama?
Jawab: Baca dari buku
14. Tanya: Bagaimana pengamalan anda terhadap bidang-bidang keagamaan
yang anda anut:
Sholat
InsyaAllah
Puasa
Alhamdulillah walaupun tidak full satu bulan
Sedekah
Kalau ada sedikit rejeki lebih saya kasih ke tetangga
Zakat dan infaq
Zakat alhamdulillah rutin saya keluarkan tiap tahun
15. Tanya: Bagaimana perasaan anda bila sehabis beribadah kepada Tuhan
(sholat/puasa/dll)?
Jawab: Merasa adem
16. Tanya: Permasalahan apa saja yang sering anda hadapi?
Jawab: Yang pasti masalah ekonomi ya..
17. Tanya: Apakah ada anak atau keluarga anda yang sekolah? Kalo ya, sudah
sekolah di mana?
Jawab: Yang masih kecil sekolah di Paud
18. Tanya: Apakah anda benar-benar mendorong anak anda untuk terus
sekolah? Kalau ya, apa yang anda harapkan? Kalau tidak? Mengapa?
Jawab: Ingin sebenarnya menyekolahkan anak, tapi anak yang gamau
sekolah. Ya harapannya bisa sekolah sampai selesai dan nanti bisa
membahagiakan orang tua.
Profil Informan
a. Nama : MS
b. Tempat Tanggal Lahir : Banjarnegara, 25 Januari 1959
c. Usia : 58
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Banjarnegara
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Jumlah Anak : 3
1. Tanya: Apa makna dan tujuan hidup yang paling utama menurut anda?
Jawab: Untuk hidup tentram dengan sesama
2. Tanya: Sejak kapan dan mengapa anda memilih pekerjaan sebagai
pemulung? Apakah semua keluarga anda bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Sejak tahun 2011. Hanya saya
3. Tanya: Apakah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain?
Jawab: Tidak
4. Tanya: Apakah anda merasa bahwa berprofesi sebagai pemulung sudah
cukup?
Jawab: Cukup ngga cukup dicukup-cukupin
5. Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan anda yang
sekarang? Kalau ya, apa yang membuat anda bahagia? Kalau tidak,
mengapa anda tidak bahagia?
Jawab: Iya. Bahagia bisa berkumpul keluarga tiap saat
6. Tanya: Apakah keadaan ekonomi anda yang sekarang ini mempengaruhi
kebahagiaan anda?
Jawab: Tidak.
7. Tanya: Apakah anda yakin kalau pekerjaan yang berpenghasilan tingga
pasti membuat anda bahagia?
Jawab: Belum tentu
8. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar? Apakah
anda pernah mengalami masalah dengan masyarakat? Jika iya, seperti
apa?
Jawab: Alhamdulillah tidak pernah
9. Tanya: Apa makna agama menurut anda (kita beragama untuk apa) ?
Jawab: Untuk persiapan kehidupan di akhirat
10. Tanya: Apa agama anda?
Jawab: Islam
11. Tanya: Apakah anda yakin dengan agama yang anda anut?
Jawab: yakin
12. Tanya: Apakah anda termasuk orang yang taat terhadap perintah dan
larangan agama?
Jawab: InsyaAllah saya usahakan sebaik mungkin
13. Tanya: Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama?
Jawab: Melalui pengajian-pengajian
14. Tanya: Bagaimana pengamalan anda terhadap bidang-bidang keagamaan
yang anda anut:
Sholat
Saya usahakan semaksimal mungkin
Puasa
Alhamdulillah walaupun tidak full satu bulan
Sedekah
Alhamdulillah rutin saya ngasih k anak yatim
Zakat dan infaq
Alhamdulillah iya
15. Tanya: Bagaimana perasaan anda bila sehabis beribadah kepada Tuhan
(sholat/puasa/dll)?
Jawab: Merasa tenang ya..
16. Tanya: Permasalahan apa saja yang sering anda hadapi?
Jawab: Alhamdulillah untuk sekarang tidak ada
17. Tanya: Apakah ada anak atau keluarga anda yang sekolah? Kalo ya, sudah
sekolah di mana?
Jawab: Anak sudah tidak ada yang sekolah (sudah berkeluarga)
18. Tanya: Apakah anda benar-benar mendorong anak anda untuk terus
sekolah? Kalau ya, apa yang anda harapkan? Kalau tidak? Mengapa?
Data singkat Informan
a. Nama : NM
b. Tempat Tanggal Lahir : Banjarnegara
c. Usia : 22 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Banjarnegara
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Jumlah Anak : 1
1. Tanya: Makna dan tujuan hidup yang paling utama menurut anda?
Jawab: Tujuan hidup saya adalah bisa hidup bahagia dengan keluarga dan
menjadi orang yang rajin beribadah
2. Tanya: Sejak kapan dan mengapa anda memilih pekerjaan sebagai pemulung?
Apakah semua keluarga anda bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Dari pertama kali kerja sejak tahun 2014, hanya bapaknya saja
3. Tanya: Apakah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain?
Jawab: Ngga mas
4. Tanya: Apakah anda merasa bahwa berprofesi sebagai pemulung sudah cukup?
Jawab: Di cukup-cukupin
5. Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan anda yang sekarang?
Kalau ya, apa yang membuat anda bahagia? Kalau tidak, mengapa anda tidak
bahagia?
Jawab: Iya sudah cukup bahagia karena bisa berkumpul keluarga tiap hari
6. Tanya: Apakah keadaan ekonomi anda yang sekarang ini mempengaruhi
kebahagiaan anda?
Jawab: Ngga mempengaruhi, biasa saja
7. Tanya: Apakah anda yakin kalau pekerjaan yang berpenghasilan tingga pasti
membuat anda bahagia?
Jawab: Iya pasti
8. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar? Apakah anda
pernah mengalami masalah dengan masyarakat? Jika iya, seperti apa?
Jawab: Alhamdulillah tidak pernah
9. Tanya: Apa makna agama menurut anda (kita beragama untuk apa) ?
Jawab: Untuk menjadikan hidup lebih bahagia
10. Tanya: Apa agama anda?
Jawab: Islam
11. Tanya: Apakah anda yakin dengan agama yang anda anut?
Jawab: Sangat yakin
12. Tanya: Apakah anda termasuk orang yang taat terhadap perintah dan larangan
agama?
Jawab: Alhamsulillah selama ini saya menjalankan perintah-perintah agama
semampu saya
13. Tanya: Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama?
Jawab: Ya paling dari pengajian ibu-ibu
14. Tanya: Bagaimana pengamalan anda terhadap bidang-bidang keagamaan yang
anda anut seperti Salat, Puasa, Zakat, Sedekah dan pengamalan Al-Qur’an?
Jawab: Alhadulillah saya menjalankan semampu saya
15. Tanya: Bagaimana perasaan anda bila sehabis beribadah kepada Tuhan
(sholat)?
Jawab: Alhamdulillah merasa lebih tenang
16. Tanya: Permasalahan apa saja yang sering anda hadapi?
Jawab: Ekonomi pastinya kadang-kadang keluarga
17. Tanya: Apakah ada anak atau keluarga anda yang sekolah? Kalo ya, sudah
sekolah di mana?
Jawab: Anak belum ada yang sekolah
18. Tanya: Apakah anda benar-benar mendorong anak anda untuk terus sekolah?
Kalau ya, apa yang anda harapkan? Kalau tidak? Mengapa?
Jawab: Jika nanti sudah waktunya sekolah pasti berharapnya sampai ke jenjang
lebih tinggi
Profil Informan
a. Nama : PR
b. Tempat Tanggal Lahir : Banjarnegara, 25 Januari 1993
c. Usia : 25
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Banjarnegara
g. Pendidikan Terakhir : SMP
h. Jumlah Anak : 1
1. Tanya: Apa makna dan tujuan hidup yang paling utama menurut anda?
Jawab: Berbuat baik sesama manusia
2. Tanya: Sejak kapan dan mengapa anda memilih pekerjaan sebagai
pemulung? Apakah semua keluarga anda bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Sejak tahun 2013. Hanya bapak saja, saya membantu untuk
memilih barang
3. Tanya: Apakah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain?
Jawab: Sebenarnya ingin, tapi bingung mau kerja apa
4. Tanya: Apakah anda merasa bahwa berprofesi sebagai pemulung sudah
cukup?
Jawab: Ya alhamdulillah dicukup-cukupin
5. Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan anda yang
sekarang? Kalau ya, apa yang membuat anda bahagia? Kalau tidak,
mengapa anda tidak bahagia?
Jawab: Alhamdulillah iya. Bahagia bisa berkumpul keluarga tiap saat
6. Tanya: Apakah keadaan ekonomi anda yang sekarang ini mempengaruhi
kebahagiaan anda?
Jawab: Tidak.
7. Tanya: Apakah anda yakin kalau pekerjaan yang berpenghasilan tingga
pasti membuat anda bahagia?
Jawab: Bisa jadi
8. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar? Apakah
anda pernah mengalami masalah dengan masyarakat? Jika iya, seperti
apa?
Jawab: Alhamdulillah tidak pernah
9. Tanya: Apa makna agama menurut anda (kita beragama untuk apa) ?
Jawab: Untuk kebahagiaan di akhirat
10. Tanya: Apa agama anda?
Jawab: Islam
11. Tanya: Apakah anda yakin dengan agama yang anda anut?
Jawab: yakin
12. Tanya: Apakah anda termasuk orang yang taat terhadap perintah dan
larangan agama?
Jawab: Sedikit-sedikit
13. Tanya: Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama?
Jawab: Saat masih sekolah dan ikut pengajian-pengajian
14. Tanya: Bagaimana pengamalan anda terhadap bidang-bidang keagamaan
yang anda anut
Sholat
Kalau lagi sempat, tapi diusahakan sebisa mungkin
Puasa
Alhamdulillah walaupun tidak full satu bulan
Sedekah
Kadang-kadang kalau ada sedikit rejeki lebih saya kasih ke tetangga
Zakat dan infaq
Alhamdulillah
15. Tanya: Bagaimana perasaan anda bila sehabis beribadah kepada Tuhan
(sholat/puasa/dll)?
Jawab: Yang pasti merasa tenang ya..
16. Tanya: Permasalahan apa saja yang sering anda hadapi?
Jawab: Yang pasti masalah ekonomi ya..
17. Tanya: Apakah ada anak atau keluarga anda yang sekolah? Kalo ya, sudah
sekolah di mana?
Jawab: Iya. Di SD Pisangan 3
18. Tanya: Apakah anda benar-benar mendorong anak anda untuk terus
sekolah? Kalau ya, apa yang anda harapkan? Kalau tidak? Mengapa?
Jawab: Mudah-mudahan diberi rizki lancar agar bisa terus bisa
menyekolahkan anak. Ya harapannya bisa sekolah sampai selesai dan
nanti bisa membahagiakan orang tua.
Profil Informan
a. Nama : RS
b. Tempat Tanggal Lahir : Cianjur, 14 April 1985
c. Usia : 32
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikh
f. Asal Daerah : Banjarnegara
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Jumlah Anak : 3
1. Tanya: Makna dan tujuan hidup yang paling utama menurut anda
Jawab: Tujuan hidup paling utama bagi saya adalah membesarkan anak
2. Tanya: Sejak kapan dan mengapa anda memilih pekerjaan sebagai
pemulung? Apakah semua keluarga anda bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Dari 2010, suami saja yang bekerja
3. Tanya: Apakah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain?
Jawab: Sebenernya ingin, tapi belum mendapatkan yang lebih baik
4. Tanya: Apakah anda merasa bahwa berprofesi sebagai pemulung sudah
cukup?
Jawab: Ya di cukup-cukupin
5. Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan anda yang
sekarang? Kalau ya, apa yang membuat anda bahagia? Kalau tidak,
mengapa anda tidak bahagia?
Jawab: Alhamdulillah bahagia, alaupun penghasilan suami tidak seberapa
6. Tanya: Apakah keadaan ekonomi anda yang sekarang ini mempengaruhi
kebahagiaan anda?
Jawab: Tidak sama sekali, bagi saya rukun dengan keluarga sudah cukup
7. Tanya: Apakah anda yakin kalau pekerjaan yang berpenghasilan tingga
pasti membuat anda bahagia?
Jawab: Belum tentu
8. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar? Apakah
anda pernah mengalami masalah dengan masyarakat? Jika iya, seperti
apa?
Jawab: Alhamdulillah biasa saja, tidak pernah terjadi masalah
9. Tanya: Apa makna agama menurut anda (kita beragama untuk apa) ?
Jawab: Untuk keselamatan hidup di dunia dan akhirat
10. Tanya: Apa agama anda?
Jawab: Alhamdulillah Islam
11. Tanya: Apakah anda yakin dengan agama yang anda anut?
Jawab: Sangat –sangat yakin
12. Tanya: Apakah anda termasuk orang yang taat terhadap perintah dan
larangan agama?
Jawab: InsyaAllah walaupun boolong-bolong tapi saya usahakan semampu
saya
13. Tanya: Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama?
Jawab: Saya mengetahui tentang ajaran agama dari pengajian ibu-ibu
14. Tanya: Bagaimana pengamalan anda terhadap bidang-bidang keagamaan
yang anda anut: Sholat, Puasa, Sedekah, Zakat, dan pengamalan Al-
Qur’an?
Jawab: Shalat Alhamdulillah saya lakukan semampu saya, Sedekah Kalau
saya ada rejeki lebih, Zakat Saya yang nerima malahan, Pengamalan al-
Qur’an semampu saya Insya Allah
15. Tanya: Bagaimana perasaan anda bila sehabis beribadah kepada Tuhan
(sholat)?
Jawab: Alhamdulillah merasa tenang
16. Tanya: Permasalahan apa saja yang sering anda hadapi?
Jawab: Permasalahan ekonomi yang pasti, karena anak-anak masih
sekolah
17. Tanya: Apakah ada anak atau keluarga anda yang sekolah? Kalo ya, sudah
sekolah di mana?
Jawab: Alhamdulillah anak pertama sudah SMP di Islamiyah Ciputat,
yang kedua Sd d legoso, yang ketiga belum sekolah
18. Tanya: Apakah anda benar-benar mendorong anak anda untuk terus
sekolah? Kalau ya, apa yang anda harapkan? Kalau tidak? Mengapa?
Jawab: Pasti lah ya, saya berharap anak-anak sekolah sampai ke jenjang
yang paling tinggi dan sukses kedepannya tidak seperti seperti bapak dan
ibunya yang hanya lulus SD.
Profil Informan
a. Nama : TH
b. Tempat Tanggal Lahir : Depok 19 Juni 1990
c. Usia : 27
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Depok
g. Pendidikan Terakhir : SMA
h. Jumlah Anak : 2
Tanya: Menurut bapak apa tujuan hidup paling utama?
Jawab: Tujuab hidup paling utama menurut saya adalah bisa membesarkan anak
Tanya:sejak akapan bapak bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Sejak Tahun 2012
Tanya: Apakah semua keluarga berpropesi sebagai pemulung?
Jawab: Tidak, hanya saya saja
Tanya: Apakah ada keinginan untuk mencari pekerjaan lain?
Jawab: Kalu sekarang sudah tidak, kalau dulu iya.
Tanya: Apakah bapak sudah merasa cukup berpropesi sebagai Pemulung?
Jawab: Alhamdulillah cukup untuk kehidupan sehari-hari
Tanya: Apakah bapak merasa bahagia dengan kehidupan yang sekarang?
Jawab: Alhamdulillah saya merasa bahagia karena bisa berkumpul dengan
Keluarga.
Tanya: Apakah keadaan ekonomi saat ini mempengaruhi kebahagiaan bapak?
Jawab: Kadang-kadang iya saat pendapatan kurang memuaskan
Tanya: Kira-kira jika bapak mendapatkan penghasilan tinggi apakah akan
membuat bapak
bahagia?
Jawab: Jika saya mendapatkan hasil yang lebih/ banyak, biasanya saya mengajak
anak dan
keluarga untuk jalan-jalan, hal tersebut yang membuat saya bahagia.
Tanya: Bagaimana hubungan bapak dengan masyarakat/ penduduk setempat?
Apakah pernah
mengalami masalah?
Jawab: Alhamdulillah tidak pernah.
Tanya: Apa Makna agama menurut bapak?
Jawab: Menurut saya kita beragama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat
Tanya: Apakah bapak yakin dengan agama dengan agama yang bapak anut?
Jawab: Yakin 100% walaupun belum sempuna dalam melaksanakan ibadah
Tanya: Sejauh mana bapak mengetahui tentang agama?
Jawab: Saya mendapatkan ilmu agama hanya dari pengajian-pengajian, jadi belum
begitu
banyak ilmu tentang agama.
Tanya: Pengamalan terhadap bidang- bidang keagamaan seperti Salat, Puasa,
Zakat, Infak
Sedekah dan pengamalan Al-Qur’an
Jawab: saya melaksanakan shalat kebanyakan waktu shalat maghrib dan isya,
kalau subuh,
duhur dan asar saya sering meninggalkan karena waktu shalat tersebut
saya lagi nyari
barang, Puasa alhamdulillah saya jalankan meskipun tidak full satu bulan,
untuk sedekah saya memberikan ke orang lain ketika bertemu orang yang
benar-benar membutuhkan.
Tanya: Agama yang bapak anut apakah berpengaruh dalam kehidupan bapak?
Jawab: Iya bepengaruh
Tanya: Permasalahan hidup apa yang sering bapak hadapi?
Jawab: Biasanya masalah ekonomi, karena pendapatan kang tidak setabil
Tanya: apakah anak anda ada yang bersekolah?
Jawab: Anak saya yang paling kecil belum bersekolah
Tanya: Apakah bapak mendorong anak untuk bersekolah dan kalau iya apa yang
bapak
Harapkan nantinya?
Jawab: Itu memang sudah keinginan saya untuk menyekolahkan anak sampai
lulus SMA lalu
ke perguruan tinggi, saya tidak ingin anak saya seperti saya yang hanya
lulusan SMA.
Profil Informan
a. Nama : TN
b. Tempat Tanggal Lahir : Serang, 15 Juni 1971
c. Usia : 40 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Serang
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Jumlah Anak : 4
Tanya: Apa tujuan hidup paling utama menurut ibu?
Jawab: Tujuan hidup bagi saya adalah bisa mengurus anak dan keluarga dengan
baik
Tanya: Sejak kapan ibu bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Sejak dari punya satu anak, kira-kira tahun 2000
Tanya: Mengapa ibu memilih pekerjaan sebagai pemulung?
Jawab: Daripada tidak ada kerjaan maka saya memililih menjadi pemulung
Tanya: Apakah semua keluarga berprofesi sebagai pemulung?
Jawab: tidak, ada yang bekerja sebagai tukang angkut sampah ada juga yang
bekerja sebagai
buruh
Tanya: Apakah ibu ada keinginan untuk mencari pekerjaan lain?
Jawab: Tidak ada, karena saya sudah tua mau cari pekerjaan lain susah
Tanya: Apakah ibu merasa bahagia dengan kehidupan yang sekarang?
Jawab: Alhamdulillah bahagia, karena saya bisa berkumpul keluarga tiap hari
Tanya: Kira-kira apa yang membuat hidup ibu bahagia dengan kehidupan yang
sekarang?
Jawab: Asal sudah bisa beli beras, badan sehat dan bisa berkumpul dengan anak-
anak saya
sudah bahagia
Tanya: Dengan keadaan ekonomi yang sekarang apakah mempengaruhi
kebahagiaan ibu?
Jawab: Tidak, biasa aja
Tanya: Apakah ibu yankin dengan berpenghasilan tinggi bisa membuat ibu
bahagia?
Jawab: Kalau cocok bahagia kalau tidak cocok ya tidak
Tanya: Bagaimana hubungan ibu dengan masyarakat sekitar? Apakah pernah
terjadi masalah?
Jawab: Alhamdulillah selama saya tinggal disini sekitar delapan tahun belum
pernah ada
masalah dengan warga sekitar
Tanya: Apa agama ibu?
Jawab: Alhamdulillah Islam
Tanya: Apa Makna agama menurut ibu?
Jawab: Agama bagi saya adalah suatu ajaran yang wajib ditaati dalam kondisi
apapun dan
bagaimanapaun
Tanya: Apakah ibu yakin dengang agama yang ibu anut?
Jawab: Iya, yakin 100%
Tanya: Apakah ibu termasuk orang yang taat menjalankan perintah agama dan
menjauhi
larangan-Nya?
Jawab: Saya berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan perintah agama
dan menjauhi
segala laranganny
Tanya: Sejauh mana pengetahuan ibu tentang agama?
Jawab: Saya mengetahui agama dari pengajian ibu-ibu dan ceramah agama di
televisi
Tanya: Bagaimana pengamalan agama ibu seperti, shalat, puasa, zakat, sedekah,
dan
pengamalan Al-Qu’an?
Jawab: Untuk Shalat alhamdulillah lancar, ya walaupun ada yang bolong, untuk
puasa bulan
ramadhan alhamdulillah terlaksana, untuk zakat saya yang nerima zakat,
untuk sedekah
alhamdulillah walupun ngasihnya sedikit tetap saya lakukan, biasanya
anak suka minta buat amal d sekolah dan untuk pengamalan Al-Qur’an
saya jalankan semampu saya.
Tanya: Bagaimana perasaan ibu setelah selesai melaksanakan ibadah (shalat)?
Jawab: Alhamdulillah merasa tenang
Tanya: Permasalahn hidup seperti apa yang sering ibu hadapi?
Jawab: Biasanya masalah ekonomi, kadang kepikiran besok mau makan apa gitu
Tanya: Apakah anak bersekolah semua?
Jawab: Alhamdulillah sekolah semua
Tanya: apakah ibu mengharapkan anak untuk bersekolah?
Jawab: Iya, saya berdoa semoga diberi panjang umur untuk tetap bisa
menyekolahkan anak
Tanya: Apa yang diharapkan jika anak lulus dari sekolah?
Jawab: Ya semoga diberi panjang umur untuk tetap melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi
dan sukses kedepannya
Profil Informan
a. Nama : YT
b. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 11 Desember 1995
c. Usia : 23
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Tangerang
g. Pendidikan Terakhir : SMP
h. Jumlah Anak : 2
Tanya: Apa makna dan tujuan hidup yang paling utama menurut anda?
Jawab: Untuk kebaikan
Tanya: Sejak kapan dan mengapa anda memilih pekerjaan sebagai pemulung?
Apakah semua keluarga anda bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Lupa kapan Mulainya tahun kapan pokonya masih kecil, tahun 2000an
Tanya: Apakah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain?
Jawab: ingin tapi belum terlaksana
Tanya: Apakah anda merasa bahwa berprofesi sebagai pemulung sudah cukup?
Jawab: Ya dicukup-cukupin
Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan anda yang sekarang?
Kalau ya, apa yang membuat anda bahagia? Kalau tidak, mengapa anda tidak
bahagia?
Jawab: Alhamdulillah iya. Apa ya.. mungkin salah satunya Bahagia bisa
berkumpul keluarga
Tanya: Apakah keadaan ekonomi anda yang sekarang ini mempengaruhi
kebahagiaan anda?
Jawab: Tidak.
Tanya: Apakah anda yakin kalau pekerjaan yang berpenghasilan tingga pasti
membuat anda bahagia?
Jawab: Ngga
Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar? Apakah anda
pernah mengalami masalah dengan masyarakat? Jika iya, seperti apa?
Jawab: Alhamdulillah belum pernah
Tanya: Apa makna agama menurut anda (kita beragama untuk apa) ?
Jawab: Untuk kebaikan sih
Tanya: Apa agama anda?
Jawab: Islam
Tanya: Apakah anda yakin dengan agama yang anda anut?
Jawab: Yakin
Tanya: Apakah anda termasuk orang yang taat terhadap perintah dan larangan
agama?
Jawab: Saya usahakan
Tanya: Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama?
Jawab: ya tidak banyak tau sih.. dapat pengetahuan tentang Islam dari yayasan di
Pisangan
Tanya: Bagaimana pengamalan anda terhadap bidang-bidang keagamaan yang
anda anut:
Sholat
Kalau lagi sempat, tapi diusahakan sebisa mungkin
Puasa
Alhamdulillah walaupun tidak full satu bulan
Sedekah
Kadang-kadang
Zakat dan infaq
Alhamdulillah kadang-kadang sedekah, zakat alhamdulillah sya tunaikan
Tanya: Bagaimana perasaan anda bila setelah beribadah kepada Tuhan
(sholat/puasa/dll)?
Jawab: Yang pasti merasa tenang ya..
Tanya: Permasalahan apa saja yang sering anda hadapi?
Jawab: ngurus anak sih.. suka rewel
Tanya: Apakah ada anak atau keluarga anda yang sekolah? Kalo ya, sudah
sekolah di mana?
Jawab: ada tapi masih TK, yang pasti setinggi-tingginya
Tanya: Apakah anda benar-benar mendorong anak anda untuk terus sekolah?
Kalau ya, apa yang anda harapkan? Kalau tidak? Mengapa?
Jawab: Mudah-mudahan diberi rizki lancar agar bisa terus bisa menyekolahkan
anak. Ya harapannya bisa sekolah sampai selesai dan nanti bisa membahagiakan
orang tua.
Profil Informan
a. Nama : DD
b. Tempat Tanggal Lahir : Karawang, 12 Desember 1981
c. Usia : 35
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Karawang
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Jumlah Anak : 5
Tanya: Apa makna dan tujuan hidup yang paling utama menurut anda?
Jawab: Untuk saling tolong menolong antar sesama
Tanya: Sejak kapan dan mengapa anda memilih pekerjaan sebagai pemulung?
Apakah semua keluarga anda bekerja sebagai pemulung?
Jawab: sudah lama mas, ada kali 5 tahun..
Tanya: Apakah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain?
Jawab: Sebenarnya ingin, tapi bingung mau kerja apa
Tanya: Apakah anda merasa bahwa berprofesi sebagai pemulung sudah cukup?
Jawab: Ya dicukup-cukupin
Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan anda yang sekarang?
Kalau iya, apa yang membuat anda bahagia? Kalau tidak, mengapa anda tidak
bahagia?
Jawab: Alhamdulillah.. apapun kondisinya disyukurin mas..
Tanya: Apakah keadaan ekonomi anda yang sekarang ini mempengaruhi
kebahagiaan anda?
Jawab: Tidak.
Tanya: Apakah anda yakin kalau pekerjaan yang berpenghasilan tingga pasti
membuat anda bahagia?
Jawab: Ngga juga
Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar? Apakah anda
pernah mengalami masalah dengan masyarakat? Jika iya, seperti apa?
Jawab: Alhamdulillah tidak pernah
Tanya: Apa makna agama menurut anda (kita beragama untuk apa) ?
Jawab: Untuk bekal diakhirat mas
Tanya: Apa agama anda?
Jawab: Islam
Tanya: Apakah anda yakin dengan agama yang anda anut?
Jawab: Yakin seyakin-yakinnya
Tanya: Apakah anda termasuk orang yang taat terhadap perintah dan larangan
agama?
Jawab: kadang-kadang mas
Tanya: Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama?
Jawab: baru sedikit mas.. dengar dari ceramah di tv
Tanya: Bagaimana pengamalan anda terhadap bidang-bidang keagamaan yang
anda anut:
Sholat:
Kalau lagi sempat, tapi diusahakan sebisa mungkin
Puasa:
Alhamdulillah walaupun tidak full satu bulan
Sedekah:
Pernah
Zakat dan infaq:
Alhamdulillah
Tanya: Bagaimana perasaan anda bila setelah beribadah kepada Tuhan
(sholat/puasa/dll)?
Jawab: Hati tenang mas..
Tanya: Permasalahan apa saja yang sering anda hadapi?
Jawab: Ekonomi pastinya mas.. hehe
Tanya: Apakah ada anak atau keluarga anda yang sekolah? Kalo ya, sudah
sekolah di mana?
Jawab: nggaada mas
Tanya: Apakah anda benar-benar mendorong anak anda untuk terus sekolah?
Kalau ya, apa yang anda harapkan? Kalau tidak? Mengapa?
Jawab:
Profil Informan
a. Nama : HT
b. Tempat Tanggal Lahir : Karawang 16 Juli 1968
c. Usia : 50 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Rengasdengklok
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Jumlah Anak : 2
Tanya: Apa tujuan hidup paling utama menurut anda?
Jawab: Tujuan hidup bagi saya adalah berbuat baik antar sesama dan mengurus
keluarga dengan baik, itu aja sih..
Tanya: Sejak kapan anda bekerja sebagai pemulung?
Jawab: sudah lama.. lupa pastinya tahun berapa
Tanya: Mengapa anda memilih pekerjaan sebagai pemulung?
Jawab: bingung mau kerja apa, karena tidak punya keahlian, jadi mulung aja..
Tanya: Apakah semua keluarga berprofesi sebagai pemulung?
Jawab: Iya mas..
Tanya: Apakah bapak ada keinginan untuk mencari pekerjaan lain?
Jawab: Tidak ada, karena saya sudah tua mau cari pekerjaan lain susah
Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan yang sekarang?
Jawab: Alhamdulillah dinikmati saja mas..
Tanya: Kira-kira apa yang membuat hidup bapak bahagia dengan kehidupan yang
sekarang?
Jawab: Badan sehat dan bisa berkumpul dengan anak-anak saya sudah bahagia
Tanya: Dengan keadaan ekonomi yang sekarang apakah mempengaruhi
kebahagiaan anda?
Jawab: Tidak, biasa aja
Tanya: Apakah anda yankin dengan berpenghasilan tinggi bisa membuat ibu
bahagia?
Jawab: Biasa saja
Tanya: Bagaimana hubungan dengan masyarakat sekitar? Apakah pernah terjadi
masalah?
Jawab: Alhamdulillah selama saya tinggal disini belum pernah terjadi masalah
Tanya: Apa agama anda?
Jawab: Alhamdulillah Islam
Tanya: Apa Makna agama menurut anda?
Jawab: Agama bagi saya adalah bekal untuk di hari akhir
Tanya: Apakah yakin dengan agama yang anda anut?
Jawab: Yakin mas..
Tanya: Apakah anda termasuk orang yang taat menjalankan perintah agama dan
menjauhi
larangan-Nya?
Jawab: Saya berusaha semaksimal mungkin mas..
Tanya: Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama?
Jawab: saya belum banyak mengetahui tentang agama mas.. karena cuman lulusan
SD
Tanya: Bagaimana pengamalan agama anda seperti, shalat, puasa, zakat, sedekah,
dan
pengamalan Al-Qu’an?
Jawab: Untuk Shalat alhamdulillah lancar, ya walaupun ada yang bolong, untuk
puasa bulan
ramadhan alhamdulillah terlaksana walaupun bolong-bolong, untuk zakat
saya yang
nerima zakat, untuk sedekah alhamdulillah walupun ngasihnya sedikit al-
Qur’an saya
jalankan semampu saya.
Tanya: Bagaimana perasaan anda setelah selesai melaksanakan ibadah (shalat)?
Jawab: Alhamdulillah merasa tenang
Tanya: Permasalahn hidup seperti apa yang sering anda hadapi?
Jawab: ekonomi pastinya mas..
Tanya: Apakah anak bersekolah semua?
Jawab: Sudah tidak ada yang sekolah mas..
Tanya: Apakah anda mengharapkan anak untuk bersekolah?
Jawab:
Tanya: Apa yang diharapkan jika anak lulus dari sekolah?
Jawab:
Profil Informan
a. Nama : YT
b. Tempat Tanggal Lahir : Blitar 30 Desember 1979
c. Usia : 38
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikah
f. Asal Daerah : Blitar
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Jumlah Anak : 2
Tanya: Menurut bapak apa tujuan hidup paling utama?
Jawab: Tujuan hidup paling utama menurut saya adalah bisa membesarkan anak
Tanya: Sejak akapan bapak bekerja sebagai pemulung?
Jawab: Kira-kira 5/6 tahun yang lalu
Tanya: Apakah semua keluarga berpropesi sebagai pemulung?
Jawab: Iya mas
Tanya: Apakah ada keinginan untuk mencari pekerjaan lain?
Jawab: ingin tapi bingung mau kerja apa lagi
Tanya: Apakah anda sudah merasa cukup berpropesi sebagai Pemulung?
Jawab: inginnya sih lebih dari pemulung mas
Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan yang sekarang?
Jawab: Alhamdulillah saya merasa bahagia karena bisa berkumpul dengan
Keluarga.
Tanya: Apakah keadaan ekonomi saat ini mempengaruhi kebahagiaan anda?
Jawab: kadang-kadang kefikiran sih mas..
Tanya: Kira-kira jika anda mendapatkan penghasilan tinggi apakah akan membuat
anda
bahagia?
Jawab: Bisa jadi mas
Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat/ penduduk setempat?
Apakah pernah
mengalami masalah?
Jawab: Alhamdulillah tidak pernah.
Tanya: Apa Makna agama menurut bapak?
Jawab: Menurut saya kita beragama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat
Tanya: Apakah bapak yakin dengan agama dengan agama yang bapak anut?
Jawab: Yakin
Tanya: Sejauh mana anda mengetahui tentang agama?
Jawab: saya belum banyak tahu tentang agama mas..
Tanya: Bagaimana Pengamalan terhadap bidang- bidang keagamaan seperti
Shalat, Puasa,
Zakat, Sedekah dan pengamalan Al-Qur’an?
Jawab: Shalat kadang-kadang mas, puasa bolong-bolong, zakat kita yang nerima,
sedekah
alhamdulillah pernah, pengamalan al-Qur’an belum sempurna mas..
Tanya: Agama yang anda anut apakah berpengaruh dalam kehidupan bapak?
Jawab: Iya mas..
Tanya: Permasalahan hidup apa yang sering bapak hadapi?
Jawab: ekonomi ya..
Tanya: apakah anak anda ada yang bersekolah?
Jawab: tidak ada mas..
Tanya: Apakah bapak mendorong anak untuk bersekolah dan kalau iya apa yang
bapak
Harapkan nantinya?
Jawab:
Profil Informan
a. Nama : KJ
b. Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 25 Oktober 1979
c. Usia : 39
d. Agama : Islam
e. Status (menikah/Belum menikah) : Menikh
f. Asal Daerah : Indramayu Cirebon
g. Pendidikan Terakhir : SMP
h. Jumlah Anak : 4
1. Tanya: Makna dan tujuan hidup yang paling utama menurut anda
Jawab: Tujuan hidup paling utama bagi saya adalah berbuat baik
2. Tanya: Sejak kapan dan mengapa anda memilih pekerjaan sebagai
pemulung? Apakah semua keluarga anda bekerja sebagai pemulung?
Jawab: kira-kira 5/6 tahun yang lalu
3. Tanya: Apakah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain?
Jawab: siapa yang ngga ingin sih mas.. tapi bingung mau kerja apa
4. Tanya: Apakah anda merasa bahwa berprofesi sebagai pemulung sudah
cukup?
Jawab: Ya di cukup-cukupin
5. Tanya: Apakah anda merasa bahagia dengan kehidupan anda yang
sekarang? Kalau ya, apa yang membuat anda bahagia? Kalau tidak,
mengapa anda tidak bahagia?
Jawab: Alhamdulillah bahagia, bisa bareng keluarga, semua sehat itu
sudah bahagia mas..
6. Tanya: Apakah keadaan ekonomi anda yang sekarang ini mempengaruhi
kebahagiaan anda?
Jawab: biasa aja mas.. mau banyak mau sedikit kalo ngga di syukuri ya
sama saja
7. Tanya: Apakah anda yakin kalau pekerjaan yang berpenghasilan tingga
pasti membuat anda bahagia?
Jawab: Belum tentu
8. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar? Apakah
anda pernah mengalami masalah dengan masyarakat? Jika iya, seperti
apa?
Jawab: Alhamdulillah belum pernah mas..
9. Tanya: Apa makna agama menurut anda (kita beragama untuk apa) ?
Jawab: Untuk keselamatan hidup di dunia dan akhirat
10. Tanya: Apa agama anda?
Jawab: Alhamdulillah Islam
11. Tanya: Apakah anda yakin dengan agama yang anda anut?
Jawab: Yakin mas
12. Tanya: Apakah anda termasuk orang yang taat terhadap perintah dan
larangan agama?
Jawab: InsyaAllah walaupun boolong-bolong tapi saya usahakan semampu
saya
13. Tanya: Sejauh mana pengetahuan anda tentang agama?
Jawab: Saya mengetahui tentang ajaran agama dari tv mas..
14. Tanya: Bagaimana pengamalan anda terhadap bidang-bidang keagamaan
yang anda anut: Sholat, Puasa, Sedekah, Zakat, dan pengamalan Al-
Qur’an?
Jawab: Shalat Alhamdulillah saya lakukan semampu saya, Sedekah Kalau
saya ada rejeki lebih, Zakat Saya yang nerima malahan, Pengamalan al-
Qur’an semampu saya Insya Allah
15. Tanya: Bagaimana perasaan anda bila sehabis beribadah kepada Tuhan
(sholat)?
Jawab: Alhamdulillah merasa tenang
16. Tanya: Permasalahan apa saja yang sering anda hadapi?
Jawab: Permasalahan ekonomi yang pasti mas..
17. Tanya: Apakah ada anak atau keluarga anda yang sekolah? Kalo ya, sudah
sekolah di mana?
Jawab: Nggaada mas..
18. Tanya: Apakah anda benar-benar mendorong anak anda untuk terus
sekolah? Kalau ya, apa yang anda harapkan? Kalau tidak? Mengapa?
Jawab:
Data singkat Informan
Nama : UH
Jabatan : Ketua Yayasan Al-Hakim
Tanggal wawancara : 2 Mei 2018
Tempat wawancara : Ciputat
1. Tanya: Alasan mengapa mengadakan kegiatan keagamaan di kampung
pemulung?
Jawab: Dengan keadaan tersebut (pemulung) saya berkeinginan untuk
memberikan pendidikan terlebih bidang keagamaan
2. Tanya: bagaimana respon warga pemulung ketika diajak melaksanakan
kegiatan keagamaan?
Jawab: yang pasti mereka senang, walaupun dalam beragama mereka jarang
dalam melaksanakan ibadah, contohnya shalat, dan alhamdulillah ada
perubahan sedikit-demi sedikit atau perlahan-lahan. Tapi yang ikut blm ada
separoh masyarakat, ini tantangan buat saya untuk mengajak mereka.
3. Tanya: lewat mana dan siapa langkah awal memulai yayasan al-hakim di
kampung pemulung?
Jawab: pertama dimulai dengan TPA, jadi saya muali pada anak-anak
mereka, yang seharusnya mereka waktunya banyak bermain makanya saya
inisiatif diadakan pengajian.
4. Tanya: bagaimana Respon masyarakat asli terhadap kegiatan yang diberikan
kepada warga kampung pemulung?
Jawab: senang ya pastinya, karena mereka ada ta,mbahan ilmu khususnya
keagamaan
5. Tanya: Kenapa kegitan sosial lain seperti peringatan kemerdekaan tidak
disatukan dengan warga asli?
Jawab: kita belum mengadakan, kita fokus ke pendidikan keagmaan dulu.
6. Tanya: apa kesulitan selama melaksanakan kegiatan sosial dan keagamaan di
kampung pemulung?
Jawab: kesuliatannya saya kurang inovasi selama pengajaran, jadi saya
merasa bosan seandainya begini-begini saja, untungnya ada bantuan tenaga
dan ilmu baru dari teman-teman mahasiswa.
7. Tanya: apa perkembangan dan keberhasilan yang sudah dicapai selama
melakukan kegiatan di kampung pemulung?
Jawab: alhamdulillah anak-anak sudah ada yang sekolah, terus daya semangat
hidup lebih baik, dan ada peningkatan dalam hal beribadah mereka
8. Tanya: pernahkan melakukan mediasi antara warga kampung pemulung
dengan warga asli? Dalam hal apa dan bagaimana hasil serta respon kedua
belah pihak?
Jawab: belum ada. Mereka difasilitasi dalam hal mediasi warga asli dengan
masyarakat pemulung oleh organisasi lain.
Data singkat Informan
Nama : WW
Jabatan : Ketua RT 03
Tanggal wawancara : 23 Februari 2018
Tempat wawancara : Ciputat
Tanya: awal pembentukan lapak pemulung
Jawab: pada datang langsung perorangan
Tanya: jumlah kk?
Jawab: 70 kk
Tanya: asal?
Jawab: kebanyakan jawa tengah
Tanya: untuk pernikahan apakah mereka menikah secara resmi?
Jawab: ada yang resmi ada yang tidak
Tanya: hubungan dengan masyarakat asli sini?
Jawab: baik-baik saja
Tanya: apakah pernah ada konflik dengan masyarakat asli sini?
Jawab: alhamdulillah tidak pernah
Tanya: untuk ktp apakah mereka memiliki ktp daerah sini (tangsel)?
Jawab: ktp kampung, ktp sini hanya beberapa
Tanya: luas lapak pemulung?
Jawab: 1000 meter persegi
Data singkat Informan
Nama : WN
Jabatan : Ketua/ Pemilik Lapak
Tanggal wawancara : 23 Februari 2018
Tempat wawancara : Ciputat
Tanya: Awal mula pembentukan lapak pemulung?
Jawab: dulu awalnya berada dikampung sawah, karena lapaknya tidak bisa
diperpanjang makanya pindah kesini
Tanya: tahun berapa pak?
Jawab: 7 tahun yang lalu
Tanya: jumlah pemulung?
Jawab: 30 kk
Tanya: asal?
Jawab: indramayu, banjarnegara, karawang, serang
Tanya: status pernikahan?
Jawab: setahu saya resmi
Tanya: rata-rata penghasilan mereka?
Jawab: persepuluh hari ditimbang, jadi ada yang 500.000, 200.000, ada yang
700.000 macam-macamlah tergantung rajin tidaknya mereka
Tanya: apakah dengan penghasilah tersebut mereka bisa dikatakan berpehasilan
cukup?
Jawab: ada yang cukup malah ada yang kurang, karena mereka banyak hutang
juga, jadi setiap nimbang dipotong hutang.
Tanya: hubungan dengan masyarakat asli sini?
Jawab: alhamdulillah baik-baik saja
Tanya: apakah pernah terjadi konflik dengan warga asli sini
Jawab: pernah, waktu kejadian kebakaran. Karena merasa bikin kumuh, jadi
pengennya lapak
pemulung dibersihkan
Tanya: untuk ktp apakah sudah mendapatkan ktp asli tangsel?
Jawab: kebanyakan ktp asli dari daerah
top related