identifikasi balita yang mendapatkan manajemen terpadu balita sakit (mtbs) dipuskesmas...
Post on 15-Apr-2017
339 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI BALITA YANG MENDAPATKANMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
DIPUSKESMAS KATOBUKABUPATEN MUNAPERIODE JULI TAHUN 2016
KaryaTulisIlmiah
DiajukansebagaisalahsatusyaratdalammenyelesaikanpendidikandiAkademiKebidananParamataRahaKabupatenMuna
Oleh:
RustinPSW.1B.2013.0082
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITEAKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA2016
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Identifikasi Balita yang Mendapatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)di Puskesmas Katobu Periode Juli Tahun 2016
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya TulisIlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II
Sitti Arafah Thamrin, SST La Ome, S.Pd., M.Pd
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes (……………………………….)
2. Sitti Arafah Thamrin, SST (……………………………….)
3. La Ome, S.Pd., M.Pd (……………………………….)
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Sitti Arafah Thamrin, SST La Ome, S.Pd., M.Pd
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iv
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI :
Nama : Rustin
NIM : PSW.B.2013.IB.0082
Tempat / Tanggal Lahir : Wakadia, 23 September 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Muna / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Desa Lakapodo, Kec. Watopute, Kab. Muna
II. PENDIDIKAN
A. SD : SD Negeri 3 Kusambi 2001 – 2007
B. SMP : SMP Negeri 1 Tinanggea 2007– 2010
C. SMA : SMA Negeri 1 Kontunaga 2010– 2013
D. Sejak tahun 2013 mengikuti Pendidikan Diploma III Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna dan Insya Allah akan menyelesaikannya
tahun 2016
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Tidak ada kata yang paling indah selain mengucap puji dan syukur kepada Sang
Maha Pencipta Alloh SWT, karena hanya karena rahmat dan ridhoNya sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ”Identifikasi Balita yang mendapatkan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Katobu Kabupaten
MunaPeriodeJuli tahun 2016dapat selesai tepat pada waktunya.
Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
penulis haturkan kepadaIbu Sitti Arafah Thamrin, SST selaku Pembimbing I dan
Bapak La Ome, S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing II atas kesediaannya baik berupa
waktu, bimbingan, motivasi, petunjuk, pengarahan dan dorongan baik moril
maupun materil yang begitu sangat berharga.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan penuh
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan
Sowite Kabupaten Muna yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna.
2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M. Kes selaku Direktur Akademi
Kebidanan Paramata Raha, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha
vi
Kabupaten Muna sekaligus selaku penguji Karya Tulis Ilmiah atas keikhlasan
dan bimbingannya yang sangat berharga dan tiada henti.
3. Seluruh jajaran Dosen dan para Staf Akademi Kebidanan Paramata Raha yang
telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Kepala Badan KesBang Pol dan Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Muna
yang telah membantu memberikan izin serta kesempatan kepada peneliti
untuk melakukan penelitian ini
5. Kepala Puskesmas Katobu yang telah banyak membantu penulis dalam
pemberian informasi untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Petugas Puskesmas Katobu khususnya petugas Ruang KIA/KB yang bersedia
bekerja sama dengan penulis selama melaksanakan penelitian.
7. Orang tuaku Ayahanda La Alof dan Ibunda Wa Salena yang paling kucintai,
yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun material serta
do’a restu dan kasih sayangnya yang tidak pernah putus selama mengikuti
pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha hingga penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah tetap menjaga orang-orang yang paling
kucintai dalam balutan rohmat dan hidayah-Nya.Seluruh saudaraku
Sukarmilan, Satriawan, Nurastika dan La Ode Muhammad Faisal yang
kusayangi yang telah memberikan doa dan motivasi selama mengikuti
pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha hingga penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
vii
8. Teman-teman seangkatan yang namanya tak dapat saya sebutkan satu per satu,
sahabat-sahabatku Nur, Nuni, Ros, Sisi, Fatimah dan Arna terima kasih atas
semangat yang kalian berikanatas persahabatan yang tulus selama ini, serta Ali
Janas yang telah membantu saya baik dalam hala materi maupun motivasi dan
semangat selama saya mengikuti pendidikian di Akbid Paramata Raha.
Semoga Allah SWT, memberikan imbalan yang setimpal atas segala
kebaikan dalam mewujudkan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa
Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun
penulisannya, karena ”Tak Ada Gading yang Tak Retak”. Olehnya itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Wassalamu `alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Raha, Juli 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Lembar Persetujuan.......................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Riwayat Hidup ................................................................................................. iv
Kata pengantar ................................................................................................ v
Daftar Isi .......................................................................................................... viii
Daftar Tabel ..................................................................................................... x
Daftar Gambar.................................................................................................. xi
Daftar Lampiran ............................................................................................... xii
Intisari .......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ………………………………………………… 7
B. Landasan Teori…………………………………………………. 29
C. Kerangka Konsep ……………………………………………. 31
D. Pertanyaan Penelitian…………………………………………… 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitan.................................................. 33
B. Subjek Penelitian ........................................................................ 33
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 33
D. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................... 33
E. Definisi Operasional ................................................................... 34
F. Instrumen Penelitian .................................................................. 35
G. Pengolahan dan Cara Analisis Data ........................................... 35
H. Jalannya Penelitian ..................................................................... 37
ix
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 38
B. Pembahasan ............................................................................... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 46
B. Saran .......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran – Lampiran
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tindakan Tanpa Rujukan Segera .........................................................27
Tabel 2. Tindakan Sebelum Rujukan ................................................................ 28
Tabel 3. Tindakan Segera Pra Rujukan - Lanjutan ............................................28
Tabel 4. Distribusi Umur Balita yang Mendapatkan MTBS di PuskesmasKatobu Kabupaten MunaPeriode Juli Tahun 2016............................. 40
Tabel 5. Distribusi Berat Badan Balita yang Mendapatkan MTBS diPuskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli Tahun 2016......... 41
Tabel 6. Distribusi Terapi pada Balita yang Mendapatkan MTBS diPuskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli Tahun 2016...... ... 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Penentuan Tindakan MTBS.................................................. 27
Gambar 2. Kerangka Konsep ............................................................................ 31
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2. Master Tabel
Lampiran 3. Grafik Identifikasi Balita yang Mendapatkan Manajemen Terpadu
Baita sakit (MTBS) di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode
Juli tahun 2016
Lampiran 4. Surat Keterangan telah Meneliti
xiii
INTISARI
Rustin (PSW.B.2013.IB.0082) “Identifikasi Balita yang mendapatkanManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Katobu KabupatenMunaPeriodeJuli tahun 2016”. Di bawah bimbingan Sitti Arafah Thamrindan La Ome
Latar belakang: Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Katobu padaperiode Juli tahun 2016 balita sakit yang di MTBS sebanyak 121 balita(100%).Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptifdengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitutotalsampling.Hasil Penelitian: Jumlah balita dari 121yang di MTBS berdasarkan umur yaitupada umur 0 - 11 bulan sebnyak 24 orang (19,8%), umur 12 - 23 bulan sebanyak35 orang (28,9%), umur 24 - 35 bulan sebanyak 25 orang (20,7%), umur 36–45bulan sebanyak 23 orang(19%),umur 46-55 bulan sebanyak 11 orang(9,1%)danumur 56 - 60bulan sebanyak 3 orang(2,5%). Berdasarkan berat badanyaitu yang ditimbangsebanyak 107 orang (88,4%) dan yang tidakditimbangsebanyak 14 orang(11,6%). Sedangkan berdasarkan terapisemua balitadiberikan terapi yaitu berupa pengobatan sesuai dengan keluhan dan penyakitnyasebanyak 121 orang(100%).Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian tentang balitayang di MTBSberdasarkan umur yang tertinggi yaitu pada umur 12 - 23 bulan sebesar 28,9%sedangkan yang terendah pada umur 56 - 60bulan sebesar 2,5%. Berdasarkanberat badan yaitu yang ditimbang sebesar 88,4% dan yang tidak ditimbang sebesar11,6%. Sedangkan berdasarkan terapisemua balita diberikan terapiyaitu berupapengobatan sesuai dengan keluhan dan penyakitnya yaitu sebesar 100%.
Kata Kunci: MTBS, Umur, Berat Badan, Terapi.Daftar Pustaka : 11 (2006 – 2015)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Terpadu Asuhan Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Of
Childhood Illness (MCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan
(balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatau program kesehatan
tetapi suatu pendekatan/cara menata laksana balita sakit. Konsep pendekatan
MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh WHO merupakan suatu bentuk
startegi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka
kematian, kesakitan dan kecatatan bayi dan anak balita di Negara-negara
berkembang (Awi Mulyadi Wijaya, MKM, 2009).
Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun
1996. Pada tahun 1997 Depkes RI bekerja sama dengan WHO dan Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul MTBS WHO. Modul tersebut
digunakan dalam pelatihan pada bulan November tahun 1997 dengan pelatih dari
SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia berkembang secara bertahap
dan update modul MTBS dilakukan secara berkala sesuai perekembangan
program kesehatan di Depkes dan Ilmu kesehatan anak melalui IDAI. Depkes RI
mengupayakan strategi pelayanan MTBS secara komprehensif. Dalam upaya
tersebut mengarah pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan
manajemen pelayanan dan evaluasi cakupan MTBS termasuk supervisi yang
dilakukan oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan (Hanafiah, 2008).
2
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(Puskesmasdan jaringannya termasuk pustu, polindes, poskesdes, dan lain-lain).
Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering
menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena
meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif
(berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit
dan masalah yang terjadi pada balita.
Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang menerapkan
MTBS sejak tahun 1997. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia berkembang
secara bertahap dan up-date buku bagan MTBS dilakukan secara berkala sesuai
perkembangan program kesehatan di Departemen Kesehatan dan ilmu kesehatan
anak melalui IDAI. Up-date buku bagan MTBS direvisi terakhir kali oleh
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2008 (Dirjen Bina Kesehatan Anak, 2012).
Penerapan MTBS di Indoenesia telah mencakup 33 propinsi di Indonesia,
namun belum seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab
belum adanya tenaga kesehatan di puskesmasnya yang sudah terlatih MTBS,
sudah ada tenaga kesehatan terlatih tetapi sarana dan prasarana belum siap, belum
adanya komitmen dari pimpinan Puskesmas. Menurut data rutin yang dihimpun
dari Dinas Kesehatan Propinsi melalui pertemuan nasional program kesehatan
anak tahun 2010 jumlah Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir
tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmasdikatakan sudah menerapkan MTBS bila
3
memenuhi kriteria sudah melaksanakan (melakukan pendekatan memakai MTBS)
pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut.
Berdasarkan data Penetapan Kinerja (TAPJA) tahun 2013 Propinsi Sulawesi
Tenggara, mengeluarkan riset untuk indikator kinerja kesehatan yakni tentang
persentase Puskesmas yang mengembangkan pelayanan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) yakni mencapai 61,67%. Hal ini menunjukan bahwa
persentase penerapan MTBS untuk Sultra sangat signifikan dibandingkan dengan
propinsi lain. Ini disebabkan karena kinerja dari dinas kesehatan Propinsi Sultra
yang bekerja sama dengan Pemprov Sultra yang selalu bersinergi dalam
mensosialisasikan MTBS itu sendiri di Puskesmas-puskesmas yang ada(Propinsi
Sultra, 2013).
Berdasarkan data tahun 2013 untuk Kabupaten Muna balita sakit yang baru
sebanyak 6816 yang di MTBS 2149 (31,52%) dan yang lama sebanyak 4534
balita yang di MTBS 1215 (26,79%). Tahun 2014 balita yang di MTBS yang baru
sebanyak 2876 dan yang lama sebanyak 2148 balita, tahun 2015 balita yang sakit
baru sebanyak 5278, yang di MTBS 1765 (33,44%)dan balita sakit yang lama
sebanyak 4072 balita yang di MTBS 1463 (35,92%) sementara padaperiode
Januari-Juli tahun 2016 balita Sakit yang baru sebanyak 3291 dan yang di MTBS
1321 (40,13%)dan yang lama balita sakit sebanyak 2020 balita, yang di MTBS
831 (41,13%) (Dinkes Kab. Muna, 2016)
Berdasarkan data tahun 2013 untuk Puskesmas Katobu jumlah balita sakit
yang baru sebanyak 837, yang di MTBS 837 (100%)dan Balita Sakit yang lama
sebanyak 133 balita yang di MTBS 133 (100%). Tahun 2014 jumlah balita sakit
4
yang baru sebanyak 1360, yang di MTBS 1134 (83,38%) dan jumlah balita sakit
yang lama sebanyak 363 balita yang di MTBS 184 (50,68%), tahun 2015 jumlah
balita sakit yang baru sebanyak 639 yang di MTBS 636(99,5%) dan balita sakit
yang lama sebanyak 763 balita yang di MTBS 763 (100%) sementara pada bulan
Juli tahun 2016 balitasakit yang 121 orang dan semuanya di MTBS(100%)
(Puskesmas Katobu, 2016).
Berdasarkan data yang ada maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang identifikasi balita yang mendapatkan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Katobu Kabupaten MunaPeriodeJuli tahun
2016
B. Rumusan masalah
Berdasarkanlatar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Identifikasi Balita yang mendapatkan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Katobu Kabupaten
MunaPeriode Juli tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi balita yang mendapatkan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas KatobuKabupaten Muna PeriodeJuli tahun
2016
5
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengindentifikasi balita yang mendapatkan MTBS berdasarkan
umur di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna periode Juli tahun 2016
b. Untuk mengindentifikasi balita yang mendapatkan MTBS berdasarkan
berat badan di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna periode Juli tahun
2016
c. Untuk mengindentifikasi balita yang mendapatkan MTBS berdasarkan
terapi di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna periode Juli tahun 2016
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang
menyokong perkembangan ilmu pengetahuan khusus serta sebagai referensi
bagi peneliti selanjutnya dan sumbangan pengembangan dan penyempurnaan
ilmu pengetahuan yang sudah ada yang terkait identifikasi balita yang
mendapatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas
KatobuKecamatan Katobu Kabupaten Muna periodeJuli tahun 2016
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Profesi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber
informasi penentu kebijakan baik di Puskesmas Katobu, departemen
kesehatan, dinaskesehatan, dalam menyusun perencanaan pelaksanaan
program dalam menerapakan MTBS di Puskesmas KatobuKecamatan
KatobuKabupaten Muna periodeJuli tahun 2016
6
b. Bagi Institusi.
Sebagai nilai tambah kepustakaan institusi dalam wawasan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan dan kebidanan dalam aspek Manajemen
TerpaduBalita Sakit.
c. Bagi Peneliti.
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, bagi penerapan ilmu selama
masa kuliah dan penulis memperoleh pengalaman tentang bagaimana
mengidentifikasi balita yang mendapatkan Manajemen Terpadu Balita
Sakit
d. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan pada pembaca
dan sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Definisi MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu
Integrated management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu
manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita
sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi
penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit
tersebut dan konseling yang diberikan. Materi MTBS terdiri dari langkah
penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling,
perawatan di rumah dan kapan kembali untuk tindak lanjut. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/caramenatalaksana balita sakit (Depkes RI, 2008).
Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu manajemen untuk balita
sakit yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu, baik
mengenai beberapa klasifikasi penyakit, satus gizi, status imunisasi maupun
penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan. MTBS
merupakan manajemen anak sakit untuk 2 kelompok usia yaitu kelompok
usia 7 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun.
Protokol MTBS dikemas dalam satu buku bagan. Bagan tersebut
dimaksudkan untuk mempermudah petugas kesehatan mengikuti setiap
langkah untuk memeriksa balita sakit. Petugas kesehatan akanmudah
8
mengikuti langkah-langkah yang ada dalam bagan tersebut. Setiap langkah
dengan maksud tertentu tertulis dalam bagan tersebut dengan bentuk tanda
khusus dalam kotak, baris dengan warna dasar tertentu dan tulisan dengan
huruf cetak biasa dan cetak tebal.
Masa bayi atau infancy yaitu umur 0-11 bulan atau satu hari sebelum
ulang tahun yang pertama. Masa post neonnatal yaitu umur 29 hari sampai 11
bulan. Masa anak dibawah lima tahun atau anak balita yaitu umur 12 bulan
sampai 59 bulan atau satu hari sebelum ulang tahun ke lima. Sedangkan masa
anak pra sekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan (Marmi dkk,
2012).
2. Materi MTBS
Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit,
identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan
kembali.Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu keputusan penilaian untuk
penggolongan derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan
diagnosis penyakit yang spesifik. Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai
suatu tindakan sesuai dengan klasifikasi tersebut. Tiap klasifikasi mempunyai
warna dasar, yaitu merah (penanganan segera atau perlu dirujuk), kuning
(pengobatan spesifik di pelayanan kesehatan), dan hijau (perawatan di rumah)
sesuai dengan urutan keparahan penyakit (Surjono, et al, 2009).
WHO telah mengeluarkan suatu pegangan bagan MTBS generik.
MTBS generic ini dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh sebagian
besarnegara berkembang dengan kematian bayi lebih dari 40 menganjurkan
9
kepada setiap negara yang akan menerapkan MTBS untuk melakukan
adaptasi sesuai dengan kondisi negara setempat. Untuk itu, WHO telah
mengeluarkan pedoman guna palaksanaan proses adaptasi tersebut.Adaptasi
MTBS tersebut diharapkan meliputi beberapa tujuanyaitu:
a. Kasus yang dimasukkan pada bagan MTBS sebaiknya merupakan
penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi, tetapi bukan berarti semua
kondisi pediatrik yang menjadi penyebab dibawanya anak tersebut ke
klinik. Hal ini tidak mungkin untuk dicakup semuanya, mengingat
semakin banyaknya materi MTBS maka waktu kursus juga akan semakin
panjang dan beban petugas kesehatan juga akan banyak. Beban yang
banyak akan menyebabkan pemahaman kurang dan semakin sulitnya
nanti dalam penerapan.
b. Adaptasi MTBS untuk penanganan kasus di rawat jalan dibuat supaya
aman dan efektif dan pembelajarannya efektif. Adaptasi MTBS harus
mempertimbangkan supaya jumlah anak yang dirujuk ke rumah sakit
berkurang, mengingat tidak semua daerah mudah melakukan rujukan
terutama pada rujukan yang dilakukan di daerah- daerah yang terpencil
dan fasilitas rawat inap yang terbatas.
c. Adaptasi sebaiknya menyediakan pedoman dengan menggunakan sedikit
mungkin tanda dan gejala klinis untuk membuat klasifikasi dan
penanganan yang tepat; sebaiknya dihindari menggunakan kombinasi
dari beberapa kondisi yang dapat membingungkan petugas kesehatan.
Tiga prinsip adaptasi tersebut harus selalu dipertimbangkan pada setiap
10
proses adaptasi yang akan dilakukan oleh setiap negara.
3. Tujuan MTBS
Tujuan MTBS adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan keterampilan petugas
b. Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang
timbul
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
d. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
e. Memperbaiki sistem kesehatan
f. Meningkatkan akses pelayanan balita sakit di tingkat masyarakat pada
daerah yang sulit akses terhadap pelayanan kesehatan (PMK-RI Nomor
70 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan MTBS)
4. Ruang lingkup MTBS
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula
memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak
program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)
5. Penerapan MTBS
11
Disamping keterampilan yang harus dijaga benar oleh petugas dan pola
perawatan di rumah yang benar oleh ibu balita bagi bayi dan balitanya,
program MTBS ini juga perlu persiapan untuk penerapannya di Puskesmas.
Adapun penerapan kegiatan MTBS di Puskesmas meliputi:
a. Diseminasi informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas
puskesmas.
b. Persiapan penilaian dan penyiapan logistik, obat-obat dan alat yang
diperlukan dalam pemberian pelayanan.
c. Persiapan / pengadaan formulir
d. Persiapan dan penilaian serta pengamatan terhadap alur pelayanan sejak
penderita datang, mendapatkan pelayanan hingga konseling serta
melaksanakan pengaturan dan penyesuaian dalam pemberian pelayanan.
e. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan dan penerapan
pencatatan dan pelaporan untuk pelayanan di Puskesmas, Puskesmas
Pembantu dan Pondok Bersalin Desa/ PKD
f. Penerapan MTBS di puskesmas dilaksanakan secara bertahap
disesuaikan dengan keadaan rawat jalan di tiap puskesmas
Pada beberapa Puskesmas diadakan pemisahan khusus untuk poli
MTBS atau poli anak. Khusus penerapan pada bayi muda, penatalaksanaan
bayi muda lebih di titik beratkan pada saat petugas kesehatan (pada umumnya
bidan di desa) melakukan kunjungan neonatal yaitu 2 kali selama periode
neonatal. Kunjungan pertama dilaksanakan pada 7 hari pertama dan
kunjungan kedua pada hari 8 - 28 hari. Penerapan MTBS pada semua unit
12
pelayanan terdepan yang kontak dengan anak usia 0 - 5 tahun dengan
menggunakan MTBS dalam mengelola kesehatan anak, dapat secara preventif
mendeteksi adanya kesakitan yang diderita, yang mungkin diperlukan rujukan
untuk menyelamatkan jiwa. Juga upaya promotif untuk meningkatkan
kesehatan melalui pemberian konseling gizi pada ibunya. Hal ini secara
ekonomi akan menghemat biaya dibandingkan bila anak jatuh pada kondisi
sakit yang berat.
Penerapan MTBS yang baik dapat membantu melaksanakan paling
tidak 18 SPM (Standar Pelayanan Minimal) Kabupaten Tahun 2010 yaitu:
a. KN2 90 % melalui penerapan MTBM
b. BBLR yang dilayani 100 % melalui penerapan MTBM
c. UCI 100 %
d. N/D 85 % dengan konseling gizi
e. BGM <15 % dengan mengatasi masalah pemberian makan
f. Bayi mendapat vitamin A
g. Balita mendapat vitamin A
h. PMT bagi BGM
i. Gizi buruk dilayani
j. Neonatal Risti ditangani
k. Pneumonia yang ditangani
l. Penderita DBD ditangani 100 %
m. CFR DBD < 1 %
n. Penderita diare ditangani 100 % 15. CFR diare < 1/10.000
13
o. ASI Eksklusif 80 %
p. Keluarga sadar gizi 80 %
q. Malaria ditangani 100 %
Hal ini karena MTBS / IMCI ini bukan merupakan program yang
terpisah namun merupakan program terintegrasi yang secara efektif
berkolaborasi dengan program lain seperti safe-motherhood, program P2
Diare, ISPA, pneumonia, malaria, program gizi, ASI eksklusif, program
imunisasi, promosi kesehatan, Perencanaan obat, Survailans dan manajemen
serta sistim informasi kesehatan.
6. Identifikasi Tindakan MTBS
Identifikasi tindakan adalah Pengambilan suatu keputusan oleh perawat
dalam menangani diare.Identifikasi tindakan dalam MTBS terdapat tiga
rencana terapi antara lain :
a. Terapi A yaitu, terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi,
anak yang tanpa tanda gejala dehidrasi membutuhkan ekstra cairan
dangaram untuk menggantikan cairan air dan elektrolit yang hilang
selama diare. Cairan yang biasa diberikan dalam pengobatan ini adalah:
Cairan rehidrasi oralgula-garam, sayuran dan sup ayam yang
mengandung garam. Cairan tersebutdiberikan kepada anak sebanyak dia
mau sampai diare berhenti. Anak <2 tahun: 50-100 ml, anak 2-10 tahun
100-200 ml, >10 tahun diberikan cairan sebanyak diamau minum.
b. Terapi B yaitu, terapi rehidrasi oral untuk anak dengan dehidrasi sedang
14
adalah dengan pemberian CRO. Jika CRO dikehendaki lebih maka dapat
diberikan lebih dari yang sudah ditentukan kecuali untuk ASI, makanan
tidak diberikan selama 4 jam pemberian rehidrasi awal, tetapi anak yang
melanjutkan pengobatan B lebih lama dari 4 jam harus diberikan
makanan setiap 3-4 jam seperti pada pengobatan A. Setelah 4 jam
kemudian ditetapkan pengobatan yang akan diberikan selanjutnya sesuai
dengan tingkat dehidrasi. Anak yang masih mengalami dehidrasi setelah
4 jam, harus diberikan RL secara intrvena (75ml/kg selama 4 jam).
c. Terapi C yaitu, pengobatan untuk pasien dengan dehidrasi berat dengan
pemberian cairan rehidrasi intravena secara cepat. Diberikan RL
100ml/kg atau larutan garam yang pertama diberikan 30ml/kg dalam 30
menit kemudian diberikan 70ml/kg diberikan dalam 2,5 jam. Pasien
dimonitor setiap 1-2 jam, jika dehidrasinya tidak berkurang maka
pemberian cairan intravena kecepatan tetesan dipercepat. Jika terapi
intravena tidak tersedia pasien diberikan CRO 20ml/kg/jam selama 6 jam
(total 120mg/kg). Jika pasien mengalami bengkak atau muntah, maka
CRO diberikan secara perlahan (Buku Panduan MTBS).
7. Konseling dalam MTBS
Konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang
konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya
membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri,
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi
krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf&Juntika,2013).
15
Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena
keduanya merupakan sebuah keterkaitan. Muhamad Surya (1988:25)
mengungkapkan bahwa konseling merupakan bagian inti dari kegiatan
bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu
secara pribadi. Pemberian konseling menjadi unggulan dan sekaligus
pembeda dari alur pelayanan sebelum MTBS. Materi meliputi kepatuhan
minum obat, cara minum obat, menasehati cara pemberian makanan sesuai
umur, memberi nasehat kapan melakukan kunjungan ulang atau kapan harus
kembali segera.
Konseling MTBS merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh
konselor kepada klien sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu
memecahkan masalah yang dihadapi.Konseling bagi ibu bertujuan agar ibu
mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara dini, penilaian berupa :
a. Menilai Cara Pemberian Makan Anak.
Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan,tanyakan kepada ibu
cara pemberian makanan anak sehari-hari dan selama sakit.Bandingkan
jawaban ibu dengan anjuran pemberian makan yang sesuai umur
anak.Hal yang ditanyakan :
1) Apakah ibu meneteki anak?
2) Berapa kali?
3) Apa ibu juga meneteki pada malam hari?
4) Apakah anak mendapat makanan/minuman lain?
5) Makanan/minuman apa?
16
6) Berapa kali sehari?
7) Alat apa yang digunakan untuk memberi makanan?
8) Jika BB menurut umur sangat rendah,maka ditanya barapa banya
makan/minum yang diberikan?
9) Apakah anak dapat porsi tersendiri?
10) Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
11) Selama anak sakit,apakah pemberian makan anak di ubah?bila
ya,bagaimana caranya?
b. Anjuran Makanan Selama Anak Sakit Maupun Anak Sehat.
1) 0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak,min 8x sehari.
2) 6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI
ex:pisang,pepaya,air jeruk dan air tomat,makanan pendamping
diberikan 2x/hari,pertambahan umur diberikan bubur tim ditambah
kuning telur,tempe,tahu,ayam,ikan,daging,wortel,bayam,kacang
hijau,santan/minyak.frek 7-8 sendok/hari
3) 9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara
bertahap dimulai dari bubur nasi-nasi tim dan makanan keluarga.
Berikan 3x/hari frek 9-11 sendok,dan beri makanan selingan 2x/hari
ex: bubur kacang hijau,pisang,biskuit dll diantara waktu makan.
4) 12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak,beri nasi lunak yang
ditambah
telur,ayam,ikan,tempe,tahu,daging,wortel,bayam,kacang,santan
minyak.Beri 3x/hari dan makanan selingan 2x/hari.
17
5) > 2 tahun : makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi,lauk
pauk,sayur dan buah,makanan selingan 2x/hari.
6) Jika anak diare,beri ASI lebih sering dan lebih lama. Jangan diberi
susu kental.
Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama anak
sakitUntuk setiap anak sakit:
1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama
2) Tingkatkan pemberian cairan ex:beri kuah sayur dan air putih
Untuk anak diare :
1) Diberi cairan tambahan terapi A dan B sesuai pengobatan
2) Untuk anak mungkin DBD:Cairan tambahan sangat penting ex:
oralit
8. Protap Pelayanan MTBS
a. Anamnesa : Wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai
keluhan utama,lamanya sakit,pengobatan yang telah diberikan dan
riwayat penyakit lainnya.
b. Pemeriksaan :
1) Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang,gangguan nafas,suhu tubuh, adanya
infeksi,ikterus,gangguan pencernaan,BB,status imun.Tujuan dari
pengukuran berat badan adalah mengidentifikasi dan mengantisipasi
masalah yang berhubungan dengan berat lebih rendah, memasukkan
ke grafik Berat Badan ke KDIS untuk memantau pertumbuhan,
18
menghitung dosis obat dan jumlah cairan bila diperlukan serta
menilai apakah pemberian nutrisi dan cairan sudah adekuat(Sudarti,
dkk, 2010).
2) Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum respirasi,derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga,
status gizi, imun, penialaian pemberian makanan
3) Menentukan klasifikasi tindakan,penyuluhan dan konsultasi dokter.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan MTBS
a. Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
b. Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
c. Petugas melaksanakan anamnesa
d. Petugas melakukan pemeriksaan
e. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan
dan memberikan penyuluhan
f. Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu
dirujuk ke ruang pengobatan untuk konsultasi ke dokter
9. Proses Manajemen Kasus
Tujuan pelayanan kesehatan anak adalah untuk memfasilitasi kesehatan
yang optimal dan kesejahteraan bagi anak dan keluarganya. Hal ini
berhubungan dengan aktifitas yang saling berkaitan antara masalah survailans
dan manajemen, masalah pencegahan/preventif, promosi kesehatan dan
koordinasi pelayanan pada anak dengan kebutuhan khusus. Perhatian
tradisional yang berfokus pada diagnosis dan manajemen saat ini telah
19
berkembang dengan skreening penyakit dan mendeteksi tanda tanda dini yang
asimtomatik di populasi.
Para petugas kesehatan telah mengakui manfaat dari program upaya
preventif/ pencegahan. Contohnya adalah program imunisasi masal yang
dilanjutkan dengan program imunisasi pada kegiatan rutin, juga program
deteksi dini dan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan dasar.
Penekanan yang terbaru adalah berkaitan dengan konsep promosi kesehatan
yang mengutamakan kesehatan yang optimal dan kesejahteraan anak daripada
hanya penanganan saat ada masalah. Ilmu kedokteran modern yang semakin
pesat telah meningkatkan pada populasi munculnya penyakit-penyakit
kronis,disabilitas, dan anak anak dengan kebutuhan khusus.
Para petugas di pelayanan primer berada pada posisi yang unik yang
dihadapkan pada kompleksnya perawatan anak dan perlunya fasilitasi
komunikasi secara individual yang melibatkan kasus mereka.Melayani anak
bagi para petugas adalah merupakan anugerah sekaligus tantangan yang unik
karena dihadapkan keterkaitan antara pengaruh lingkungan dan faktor
intrinsik pada diri anak untuk ditelaah faktanya dari aspek kesehatan dan
tumbuh-kembangannya.
Salah satu metode yang dikembangkan untuk perawatan anak yaitu
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) atau diIndonesia dikenal
dengan MTBS, adalah program intervensi dalam penanganan anak terutama
balita yang menggunakan suatu algoritme, sehingga dapat mengklasifikasikan
penyakit yang dialami oleh balita, melakukan rujukan secara cepat apabila
20
diperlukan, melakukan penilaian status gizi dan memberikan imunisasi
kepada balita yang membutuhkan. Selain itu ibu balita juga diberi konseling
tatacara memberi obat di rumah, pemberian nasihat mengenai makanan yang
seharusnya diberikan dan memberitahu kapan harus kembali (kunjungan
ulang) atau segera kembali untuk mendapatkan pelayanan tindak lanjut.
Strategi intervensi MTBS ini didalamnya termasuk konseling bagi ibu
untuk memberitahu : kapan ibu harus kembali untuk kunjungan ulang sesuai
dengan klasifikasi. Balita di bawa kembali untuk kunjungan ulang merupakan
bentuk perawatan balita yang baik di rumah oleh keluarga dan menunjukkan
keberhasilan konseling yang dilakukan kepada ibu tentang bagaimana
seharusnya perawatan balita dilakukan. Hal ini karena anak sakit perlu datang
lagi ke petugas kesehatan untuk pelayanan tindak lanjut pada waktu
kunjungan ulang.
Petugas kesehatan dapat menilai apakah anak membaik setelahdiberi
obat atau diperlukan diberi tindakan lainnya. Sebagai contoh, beberapa anak
mungkin tidak bereaksi atas pemberian antibiotika tertentu atau obat malaria,
sehingga diperlukan obat pilihan kedua. Anak dengan diare persisten
membutuhkan tindak lanjut untuk memastikan bahwa diare telah berhenti
sama sekali. Anak dengan demam atau infeksi mata perlu dilihat jika
keadaannya tidak membaik.
Anak dengan masalah pemberian ASI dan makanan memerlukan tindak
lanjut untuk memastikan bahwa mereka telah mendapat cukup ASI/ makanan
sehingga berat badannya bertambah. Kedatangan anak untuk kunjungan ulang
21
menunjukkan bahwa konseling yang diberikan dipahami ibu dan ini akan
menentukan keberhasilan perawatan anak balita dirumah oleh keluarga dalam
pelaksanaan perawatan anak yang baik di rumah Untuk menjaga kualitas
pelayanan dan meningkatkan ketrampilan, petugas kesehatan dilatih
standarisasi MTBS dengan mempelajari materi dasar dan materi inti yang
memberikan pengetahuan dan ketrampilan klinis dalam Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) yang terdiri dari : penilaian dan klasifikasi anak sakit
umur 2 bulan sampai 5 tahun, menentukan tindakan, pengobatan, konseling
bagi Ibu, tindaklanjut serta tatalaksana bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan
(Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM). Selanjutnya untuk menjaga tetap
terpeliharanya ketrampilan petugas akan manajemen pengelolaan paripurna
pada balita, pelaksanaan di lapangan di terapkan pada formulir
MTBS/MTBM yang berupa ceklist pengamatan untuk membimbing petugas
dalam melakukan pelayanan kepada bayi dan balita.Pelatihan standarisasi
MTBS tersebut diatas dilaksanakan selama 6 hari efektif dengan sesi malam
(minimal 60 jam pelajaran), sebagaimana ketentuan dalam Keputusan Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat Nomor : KU.03.02/ BI.3/486/2007 tentang
petunjuk teknis penggunaan dana APBN Yang dilaksanakan di Propinsi,
Kabupaten / Kota Tahun 2007 Program Upaya Kesehatan Masyarakat dan
Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
Kompetensi yang diharapkan dari pelatihan MTBS adalah petugas
kesehatan bisa melaksanakan proses manajemen kasus penanganan balita
sakit dan bayi muda di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas,
22
puskesmas pembantu, pondok bersalin, klinik, balai pengobatan maupun
melalui kunjungan rumah. Dengan berpedoman pada buku bagan, petugas
menangani balita sakit dan bayi muda diantaranya dengan melakukan :
a. Menilai tanda tanda dan gejala penyakit, status imunisasi, status gizi dan
pemberian vitamin A
b. Membuat klasifikasi
c. Menentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi anak dan memutuskan
apakah seorang anak perlu dirujuk
d. Memberi pengobatan pra rujukan yang penting, seperti dosis pertama
antibiotik, vitamin A, suntikan kinin dan perawatan anak untuk
mencegah turunnya gula darah serta merujuk anak.
e. Melakukan tindakan di fasilitas kesehatan (kuratif dan preventif) seperti
pemberian oralit, vitamin A dan imunisasi.
f. Mengajari ibu cara memberi obat di rumah (seperti antibiotik oral atau
obat anti malaria) dan asuhan dasar bayi muda
g. Memberi konseling kepada ibu mengenai pemberian makan pada anak
termasuk pemberian ASI dan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan.
h. Melakukan penilaian ulang dan memberi perawatan yang tepat pada
saatanak datang kembali untuk pelayanan tindak lanjut
Dalam melakukan proses manajemen kasus ini,terdapat dua kelompok
umur yaitu apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun menggunakan bagan
penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun Sampai 5
tahun berarti anak belum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Kelompok
23
ini termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak
yang sudah berumur 5 tahun. Seorang anak yang berumur 3 bulan akan
masuk dalam kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun, dan bukan dalam
kelompok 1 hari sampai 2 bulan (Proses manajemen kasus dengan formulir
MTBS).
Apabila anak belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong bayi
muda. Bagan yang digunakan adalah ” Penilaian, klasifikasi dan pengobatan
bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan ” Khusus mengenai bayi muda, bagan
berlaku untuk bayi muda sakit maupun sehat (Proses manajemen kasus
menggunakan formulir MTBM). Dengan menggunakan buku bagan penilaian
dan klasifikasi anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, petugas mempraktikkan
keterampilan sebagai berikut :
a. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi
b. Memeriksa tanda bahaya umum
c. Menanyakan kepada ibu mengenai empat keluhan utama seperti batuk
atau sukar bernafas, diare, demam dan masalah telinga
d. Apabila ada keluhan utama tersebut diatas maka dilanjutkan dengan :
1) Melakukan penilaian lebih lanjut gejala lain yang berhubungan
dengan gejala utama
2) Membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang
ditemukan.
3) Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi anak dan anemia.
4) Memeriksa status imunisasi dan pemberian vitamin A pada anak dan
24
menentukan apakah anak membutuhkan imunisasi atau vitamin A
pada saat kunjungan tersebut.
5) Menilai masalah atau keluhan lain yang dihadapi anak
6) Ketrampilan selanjutnya adalah menentukan tindakan dan memberi
pengobatan yang dibutuhkan.
Pengobatan pada anak sakit dapat dimulai di klinik dan diteruskan
dengan pengobatan lanjutan di rumah. Pada beberapa keadaan, anak yang
sakit berat perlu di rujuk ke rumahsakit untuk perawatan lebih lanjut. Dalam
hal ini perlu dilakukan tindakan pra rujukan sebelum anak dirujuk. Pada
bagian ini petugas mempunyai keterampilan untuk :
a. Menentukan perlunya dilakukan rujukan segera
b. Menentukan tindakan dan pengobatan pra rujukan
c. Merujuk anak, menjelaskan perlunya rujukan, menulis surat rujukan
d. Menentukan tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak
memerlukan rujukan segera
e. Memilih obat yang sesuai dan menentukan dosis dan jadwal pemberian
f. Memberi cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan pemberian
makan.
g. Memberi imunisasi setiap anak sakit sesuai kebutuhan.
h. Memberi suplemen vitamin A
i. Menentukan waktu untuk kunjungan ulang.
Petugas kesehatan dilatih menyediakan waktu untuk menasehati ibu
dengan cermat dan menyeluruh. Pada bagian ini adalah penting bagi petugas
25
untuk memahami bahwa praktik konseling bagi ibu adalah diharapkan ibu
mampu menerapkan perawatan dirumah dengan baik. Pola perawatan di
rumah yang benar merupakan indikator keberhasilan petugas dalam
memberikan pemahaman konseling mengenai masalah kesehatan anak ibu.
Sebagai alat komunikasi penggunaan Kartu Nasehat Ibu (KNI) / Buku
KIA, akan membantu petugas untuk mempraktikkan konseling pada
ibu.Petugas akan mempraktikkan tugas konseling ini antara lain :
a. Menggunakan keterampilan komunikasi yang baik seperti :
1) Mengajari ibu cara memberikan obat oral dirumah
2) Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
3) Mengajari ibu cara pemberian cairan di rumah
4) Melakukan penilaian pemberian ASI dan makanan anak
5) Menentukan masalah pemberian ASI dan makanan anak
6) Konseling bagi ibu tentang masalah pemberian ASI dan makanan
b. Menasehati ibu tentang :
1) Kapan kembali untuk kunjungan ulang
2) Kapan kembali segera untuk perawatan lebih lanjut
3) Kapan kembali untuk imunisasi dan pemberian vitamin A
4) Kesehatannya sendiri
Menentukan prioritas nasehat pada tiap akhir kunjungan, petugas akan
menjelaskan kapan harus kunjungan ulang. Kadang seorang anak
membutuhkan tindak lanjut untuk lebih dari satu masalah. Pada kasus seperti
ini, ibu diberitahu kapan waktu terpendek dan pasti ibu harus kembali dan
26
dijelaskan juga kemungkinan anak harus kembali lebih awal jika masalah
seperti demam menetap. Keterangan waktu yang pasti dan terpendek adalah
nasehat yang diberitahukan kepada ibu balita setelah menyelesaikan
klasifikasi.
10. Mengajari Ibu Cara Pemberian Obat di Rumah
Ikuti petunjuk di bawah ini setiap obat oral yang harus diberikan dirumah.
Ikuti juuga petunjuk yang tercantum dalam tiap tabel dosis obat.
a. Tentukan obat dan sosis yang sesuai dengan berat badan atau umur anak
b. Jelaskan alasan pemberian obat
c. Peragakan cara membuat satu dosis
d. Perhatikan cara ibu menyiapkan sendiri satu dosis
e. Mintalah ibu memberi dosis pertama pada anak bila obat harus diberikan
di klinik
f. Terangkan dengan jelas cara memberikan obat, bungkus obat secara
terpisah
g. Jelaskan bahwa semua obat harus diberikan sesuai dengan anjuran
walaupun anak telah menunjukkan perbaikan
h. Cek pemahaman ibu (Pudiastuti, 2011)
11. Penentuan Tindakan
27
a. Bagan Penentuan Tindakan.
Gambar 1. Bagan Penentuan Tindakan MTBS
b. Tindakan- tindakan pada Setiap Jenis Penyakit.
Tindakan tanpa rujukan segera dalam MTBS dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Tindakan tanpa Rujukan SegeraNo Jenis Penyakit Tindakan1 Batuk Beritahu cara melegakan tenggorokan2 Pneumonia Antibiotic yang tepat3 Diare dengan Dehidrasi
ringan/sedanga. Beri cairan oralit/rencana terapi Bb. ASI dan makanan/minuman yang lain
tetap diberikan4 Tanpa dehidrasi a. Rencana terapi A
b. Beri cairan tambahanc. Lanjutan pemberian makanan
5 Disentri Beri antibiotik untuk Sigella (60% kasus)6 Demam (bukan malaria) a. Beri antipiretik (Paracetamol)
b. Kembali jika panas tidak turun dalam 2hari, pengobatan lain sesuai penyebab
7 Demam (mungkinDBD)
a. Beri oralitb. Beri antipiretik (Paracetamol)
8 Demam (dicurigaibukan DBD)
a. Beri antipiretik (Paracetamol)b. Segera kembali jika 2 hari masih demam
9 Campak dengankomplikasi
Berikan Vitamin A
Sumber : Pudiastuti, 2011
Penentuan tindakan segera sebelum dilakukan rujukan dalam
1. Menentukan perlunyatindakan segera
2. Menentukan tindakan
untuk anak yang tidakmemerlukan rujukansegera
3. Menentukan
tindakan prarujukan
4. Melakukan
tindakan prarujukan
5. merujuk
anak
28
MTBS dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Tindakan Sebelum RujukanNo Jenis Penyakit Tindakan Sebelum Rujukan1 Pneumonia
berat/penyakit beratlainnya
Beri dosis pertama antibiotik
2 Penyakit berat dengandemam
a. Beri dosis pertama antibioticb. Pemeriksaan laboratoriumc. Tangani dehidrasi
3 Campak dengankomplikasi berat
a. Beri dosis pertama antibioticb. Vitamin Ac. Salep mata untuk mata keruh atau nanah
dari mata4 Diare persisten berat a. Perubahan diet
b. Tangani dehidrasic. Pemeriksaan laboratorium
Sumber : Pudiastuti, 2011
Tindakan segera pra rujukan - lanjutan dalam MTBS dapat dilihat
pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Tindakan Segera Pra Rujukan - LanjuutanNo Jenis Penyakit Tindakan Sebelum Rujukan1 Gizi buruk dan anemia Beri satu dosis vitamin A tanpa
menghiraukan status pemberian vitamin Asebelumnya
2 Demam berdarahdengue (DBD)
a. Tanda-tanda syokb. Kendalikan gadar glukosac. Antipiretik jika suhu >38,5oC
3 Mastoiditis Beri dosis pertama antibiotic4 Dehidrasi berat a. Rencana terapi C
b. Kendalikan gadar glukosac. Antibiotic untuk kolera
Sumber : Pudiastuti, 2011
B. Landasan Teori
29
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu
Integrated management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen
melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang
di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi,
status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang
diberikan. Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit,
identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan
kembali untuk tindak lanjut. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan
tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit (Depkes RI, 2008).
Masa bayi atau infancy yaitu umur 0-11 bulan atau satu hari sebelum ulang
tahun yang pertama. Masa post neonnatal yaitu umur 29 hari sampai 11 bulan.
Masa anak dibawah lima tahun atau anak balita yaitu umur 12 bulan sampai 59
bulan atau satu hari sebelum ulang tahun ke lima. Sedangkan masa anak pra
sekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan.
MTBS merupakan manajemen anak sakit untuk 2 kelompok usia yaitu
kelompok usia 7 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5
tahunagar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Pada beberapa
Puskesmas diadakan pemisahan khusus untuk poli MTBS atau poli anak. Khusus
penerapan pada bayi muda, penatalaksanaan bayi muda lebih di titik beratkan
pada saat petugas kesehatan (pada umumnya bidan di desa) melakukan kunjungan
neonatal yaitu 2 kali selama periode neonatal. Kunjungan pertama dilaksanakan
pada 7 hari pertama dan kunjungan kedua pada hari 8 - 28 hari. Penerapan MTBS
pada semua unit pelayanan terdepan yang kontak dengan anak usia 0 - 5 tahun
30
dengan menggunakan MTBS dalam mengelola kesehatan anak, dapat secara
preventif mendeteksi adanya kesakitan yang diderita, yang mungkin diperlukan
rujukan untuk menyelamatkan jiwa. Juga upaya promotif untuk meningkatkan
kesehatan melalui pemberian konseling gizi pada ibunya. Hal ini secara ekonomi
akan menghemat biaya dibandingkan bila anak jatuh pada kondisi sakit yang berat
(Hanafiah, 2008).
Identifikasi tindakan dalam MTBS terdapat tiga rencana terapi antara lain :
Terapi A yaitu, terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi, anak
yang tanpa tanda gejala dehidrasi membutuhkan ekstra cairan dangaram untuk
menggantikan cairan air dan elektrolit yang hilang selama diare. Cairan yang
biasa diberikan dalam pengobatan ini adalah: Cairan rehidrasi oral gula-garam,
sayuran dan sup ayam yang mengandung garam. Cairan tersebut diberikan kepada
anak sebanyak dia mau sampai diare berhenti. Anak <2 tahun: 50-100 ml, anak 2-
10 tahun 100-200 ml, >10 tahun diberikan cairan sebanyak diamau minum.Terapi
B yaitu, terapi rehidrasi oral untuk anak dengan dehidrasi sedang adalah dengan
pemberian CRO. Jika CRO dikehendaki lebih maka dapat diberikan lebih dari
yang sudah ditentukan kecuali untuk ASI, makanan tidak diberikan selama 4 jam
pemberian rehidrasi awal, tetapi anak yang melanjutkan pengobatan B lebih lama
dari 4 jam harus diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti pada pengobatan A.
Setelah 4 jam kemudian ditetapkan pengobatan yang akan diberikan selanjutnya
sesuai dengan tingkat dehidrasi. Anak yang masih mengalami dehidrasi setelah 4
jam, harus diberikan RL secara intrvena (75ml/kg selama 4 jam). Terapi C yaitu,
pengobatan untuk pasien dengan dehidrasi berat dengan pemberian cairan
31
rehidrasi intravena secara cepat. Diberikan RL 100ml/kg atau larutan garam yang
pertama diberikan 30ml/kg dalam 30 menit kemudian diberikan 70ml/kgBB
diberikan dalam 2,5 jam. Pasien dimonitor setiap 1-2 jam, jika dehidrasinya tidak
berkurang maka pemberian cairan intravena kecepatan tetesan dipercepat. Jika
terapi intravena tidak tersedia pasien diberikan CRO 20ml/kg/jam selama 6 jam
(total 120mg/kg). Jika pasien mengalami bengkak atau muntah, maka CRO
diberikan secara perlahan (Yusuf dan Jantika, 2013).
Tujuan dari pengukuran berat badan adalah mengidentifikasi dan
mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan berat lebih rendah,
memasukkan ke grafik Berat Badan ke KDIS untuk memantau pertumbuhan,
menghitung dosis obat dan jumlah cairan bila diperlukan serta menilai apakah
pemberian nutrisi dan cairan sudah adekuat (Sudarti, dkk, 2010).
C. Kerangka Konsep
Gambar.1 Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
D. Pertanyaan penelitian
Umur
Berat Badan
Terapi
Balita yang di MTBS
32
1. Bagaimana gambaran balita yang memperoleh MTBS berdasarkan umur di
Puskesmas Katobu Kabupaten MunaperiodeJuli tahun 2016?
2. Bagaimana gambaran balita yang memperoleh MTBS berdasarkan berat
badandi Puskesmas Katobu Kabupaten MunaperiodeJuli tahun 2016?
3. Bagaimana gambaran balita yang memperoleh MTBS berdasarkan terapidi
Puskesmas Katobu Kabupaten MunaperiodeJuli tahun 2016?
BAB III
33
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran
tentang suatu keadaan secara objektif (Nursalam, 2016)
B. Subjek Penelitan
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semuasemua balita yang di MTBS
sebanyak 121periode Juli tahun 2016
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yangditelitidandianggapmewakili seluruh populasi(Nursalam,
2016).Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tekniktotal
sampling. Sampel penelitian menggunakan data sekunder.Data sekunder yaitu
data balita yang di MTBS di wilayah kerja Puskesmas Katobu periode Juli
tahun 2016 yang tertulis di register Balita sebanyak 121 orang.
C. Tempatdan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna pada tanggal
20 sampai tanggal 24Julitahun 2016.
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah balita yang di MTBS. Sedangkan
varabel independent adalah umur, berat badan dan terapi.
E. Defini Operasional dan Kriteria Objektif
34
1. Dependent
Balita yang di MTBS
2. Independent
a. Umur.
Umur balita yang memperoleh MTBS yang tercatat di buku register
balita kriteria obyektif :
Umur 0 – 11 bulan
Umur 12 – 23 bulan
Umur 24 – 35 bulan
Umur 36– 45 bulan
Umur 46– 55 bulan
Umur 56– 60 bulan
b. Berat Badan.
Berat badan balita yang memperoleh MTBS yang tercatat di buku
register balita kriteria obyektif :
Ya : Jika balita yang memperoleh MTBS ditimbang
Ya : Jika balita yang memperoleh MTBS tidak ditimbang
c. Terapi
Ya : Jika diberikan pengobatan
Tidak : Jika tidak diberikan pengobatan
F. Instrumen Penelitian
35
Untuk pengambilan data dalam penelitian ini, instrumen yang akan digunakan
adalah lembar cheklistyang berisi variabel – variabel yang diteliti
G. Pengolahan dan Cara Analisis Data
1. Pengolahan Data
Proses pengolahan data (data processing) ini terdiri dari 3 (tiga) jenis
kegiatan, yakni :
a. Memeriksa data (Editing Data).
Memeriksa data hasil pengumpulan data, yang berupa daftar pertanyaan,
kartu, buku dan lain-lain. Kegiatan ini meiputi hal-hal berikut:
1) Perhitungan dan penjumlahan
Adalah menghitung lembaran-lembaran kuisioner atau daftar
pertanyaan yang telah diisi dan kembali. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah jumlahnya telah sesuai dengan jumlah
yang disebarkan atau ditentukan.
2) Koreksi
Yang termasuk kegiatan koreksi ini adalah untuk melihat hal-hal
sebagai berikut :
a) Memeriksa kelengkapan data
b) Memeriksa kesinambungan data
c) Memeriksa keseragaman data
b. Memberi Kode (Coding Data).
36
Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau data
hasil penelitian dianggap sangat perlu untuk disederhanakan agar supaya
pada saat pengolahan data dapat dilakukan dengan mudah. Salah satu
cara untuk menyederhanakan data hasil penelitian tersebut adalah
dengan memberikan simbol-simbol tertentu untuk masing-masing data
yang sudah diklasifikasikan.
c. Tabulasi Data (tabulating).
Tabulasi datayakni menyusun dan mengorganisir data sedemikian rupa,
sehingga akan dapat dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan,
disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan cara manual dan elektronis/
komputerisasi (Putri Ariani, A, 2014)
2. Cara Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik. Dalam penelitian ini dilakukan
analisis univariat secara deskriptif sederhana berupa presentasi.
Rumus yang digunakan adalah :
= 100%Keterangan:f = FrekuensiP = Persentasin = Jumlah sampel (Putri Ariani, 2014)
H. Jalannya Penelitian
37
1. Tahap Persiapan
Mengurus Surat Pengantar dari institusi Akbid Paramata Raha Kabupaten
Muna, kemudian surat tersebut disampaikan kepada Kepala Kesbang Pol
Kabupaten Muna sebelum melakukan pengumpulan data di Puskesmas
Katobu Kabupaten Muna.
2. Tahap Pelaksanaan
Melapor pada Kepala Puskesmas untuk melakukan penelitian dengan cara
mencatat data tentang balita yang di MTBS pada bulan Juli tahun 2016 pada
lembar cheklist yang telah disiapkan.
3. Tahap Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah secara manual, dianalisis dan
disajikan secara deskriptif sederhana dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.
4. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini laporan disusun sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan.
BAB IV
38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis.
Secara astronomis Puskesmas Katobu terletak dibagian Selatan
Muna. Secara geografis katobu terletak dibagian selatan garis
khatulitistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan di antara 4,490 – 4500
lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara masyarakat
di Kecamatan Katobu
1) Letak teritorial
a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Laiworu
b) Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Buton
c) Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Duruka
d) Sebelah barat berbatasan dengan Warangga
2) Wilayah kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi kelurahan Raha I, Kelurahan
Laende, Kelurahan Raha II, Kelurahan Mangga Kuning, Kelurahan
Butung – Butung, Kelurahan Watonea, Kelurahan Wamponiki, dan
Kelurahan Raha III dengan Luas daratan 12,88 km2
b. Demografis.
39
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Katobu tahun 2015 sebesar
7.771 jiwa terdiri dari 14,299 jiwa laki – laki, dan 15.735 jiwa
perempuan. Adapun sarana pelayanan dan tenaga kesehatan sebagi
berikut :
1) Sarana pelayanan
Sarana pendukung pelayanan kesehatan di Puskesmas Katobu terdiri
dari Puskesmas Pembantu 1 buah, posyandu 29 pos, kendaraan roda
empat 1 unit, dan kendaraan roda dua ada 6 unit.
2) Tenaga kesehatan
Pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas Katobu memiliki
beberapa tenaga kesehatan berbagai profesi seperti tenaga medis,
paramedis perawat, paramedis non perawat, tata usaha dan sopir.
Tenaga medis terdiri dari 3 orang dokter Umum dan 2 orang dokter
Gigi. Tenaga paramedis perawat 9 orang bidan, perawat 20 orang
dan gizi 4 orang. Tenaga paramedis non perawat terdiri dari kesling
3 orang, analisis 3 orang, SPK 3 orang, farmasi 2 orang, dan FKM 4
orang. Tenaga tata usaha terdiri dari tenaga ahli computer 4 orang
dan sopir 1 orang.
c. Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas.
1) Terwujudnya kesadaran masyarakat Kecamatan Katobu akan hidup
sehat tahun 2015
2) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang merata dan
berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat
40
3) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
4) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
5) Memberikan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin dan kurang
mampu secara komprehensif
6) Pelayanan persalinan yang memenuhi standar Poned kesehatan
2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan semua variabel yang di
teliti dengan cara mendiskripsikan tiap variabel penelitian yang selengkapnya
disajikan dalam bentuk tabel. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden
Berdasarkan Pengetahuan ibu hamil tentang anemia di wilayah kerja
Puskesmas Katobu bulan Juli Tahun 2016
a. Umur Balita yang di MTBS.
Berdasarkan penelitian, distribusi frekuensi umur balita yang di MTBS
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Distribusi Umur Balita yang Mendapatkan MTBSdi Puskesmas Katobu Kabupaten Muna
PeriodeJuliTahun 2016Umur (Bulan) Frekuensi Persentase (%)
0-11 24 19,812-23 35 28,924-35 25 20,736-45 23 1946-55 11 9,156-60 3 2,5
Jumlah 121 100Sumber : Data Sekunder, 2016
Tabel 4menunjukkan bahwa dari 121 responden balita yang di
MTBS berdasarkan umur yaitu pada umur 0 - 11 bulan sebanyak 24
orang (19,8%), umur 12 - 23 bulan sebanyak 35 orang (28,9%), umur 24
41
- 35 bulan sebanyak25orang (20,7%), umur 36 - 45 sebanyak23orang
(19%),umur 46-55 bulan sebanyak11orang (9,1%) danumur 46 - 55
sebanyak 3 orang (2,5%).
b. Berat BadanBalita yang di MTBS.
Berdasarkan penelitian, distribusi frekuensi berat badan balita yang di
MTBS dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Distribusi Berat BadanBalita yang Mendapatkan MTBSdi Puskesmas Katobu Kabupaten Muna
PeriodeJuli Tahun 2016Berat Badan Frekuensi Persentase (%)Ditimbang 107 88,4
Tidak Ditimbang 14 11,6Jumlah 121 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
Tabel 5menunjukkan bahwa dari 121 responden balita yang di
MTBS berdasarkan berat badanyaitu yang ditimbang sebanyak 107 orang
(88,4%) dan yang tidak ditimbang sebanyak 14 orang (11,6%).
c. Terapi padaBalita yang di MTBS.
Berdasarkan penelitian, distribusi frekuensi terapi pada balita yang di
MTBS dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Terapi pada Balita yang Mendapatkan MTBSdi Puskesmas Katobu Kabupaten Muna
PeriodeJuli Tahun 2016Terapi Frekuensi Persentase (%)
Ya 121 100
42
Tidak 0 0Jumlah 121 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
Tabel 6menunjukkan bahwa dari 121 responden balita yang di
MTBS,seluruhnya diberikan tearpi berupa pengobatan yaitu sebesar
100%.
B. Pembahasan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu
Integrated management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen
melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang
di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi,
status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang
diberikan. Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit,
identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan
kembali untuk tindak lanjut. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan
tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit (Depkes RI, 2008).
1. Umur Balita yang di MTBS
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 4 menunjukkan
bahwa dari 121 responden balita yang di MTBS berdasarkan umur yaitu pada
umur 0 - 11 bulan sebanyak 24 orang (19,8%), umur 12 - 23 bulan sebanyak
35 orang (28,9%), umur 24 - 35 bulan sebanyak25orang (20,7%), umur 36 -
45 sebanyak23orang (19,1%),umur 46-55 bulan sebanyak11orang (9,1%) dan
umur 46 - 55 sebanyak3orang (2,5%).
43
Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Hanafiah (2008) bahwa
MTBS merupakan manajemen anak sakit untuk 2 kelompok usia yaitu
kelompok usia 7 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5
tahun ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.Pada beberapa
Puskesmas diadakan pemisahan khusus untuk poli MTBS atau poli
anak.Khusus penerapan pada bayi muda, penatalaksanaan bayi muda lebih di
titik beratkan pada saat petugas kesehatan (pada umumnya bidan di desa)
melakukan kunjungan neonatal yaitu 2 kali selama periode neonatal.
Kunjungan pertama dilaksanakan pada 7 hari pertama dan kunjungan kedua
pada hari 8 - 28 hari. Penerapan MTBS pada semua unit pelayanan terdepan
yang kontak dengan anak usia 0 - 5 tahun dengan menggunakan MTBS dalam
mengelola kesehatan anak , dapat secara preventif mendeteksi adanya
kesakitan yang diderita, yang mungkin diperlukan rujukan untuk
menyelamatkan jiwa. Juga upaya promotif untuk meningkatkan kesehatan
melalui pemberian konseling gizi pada ibunya. Hal ini secara ekonomi akan
menghemat biaya dibandingkan bila anak jatuh pada kondisi sakit yang berat.
2. Berat Badan Balita yang di MTBS
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa dari 121 responden balita yang di MTBS berdasarkan berat badanyaitu
yang ditimbang sebanyak 107 orang (88,4%) dan yang tidak ditimbang
sebanyak 14 orang (11,6%).
Setiap anak yang akan mendapatkan MTBS harus ditimbang terlebih
dahulu agar diketahui berat badan dari anak tersebut. Menurut teori yang
44
dikemukanan oleh Sudarti, dkk (2010) tujuan dari pengukuran berat badan
adalah mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah yang berhubungan
dengan berat lebih rendah, memasukkan ke grafik Berat Badan ke KDIS
untuk memantau pertumbuhan, menghitung dosis obat dan jumlah cairan bila
diperlukan serta menilai apakah pemberian nutrisi dan cairan sudah adekuat.
Jadi, dalam MTBS setiap anak yang datang seharusnya ditimbang. Hal
ini dikarenakan pada saat petugas akan memberikan cairan atau obat untuk
anak tersebut, maka dosis dari obat atau cairan yang akan diberikan tersebut
haruslah sesuai dengan umur dan berat badan dari anak tersebut. Dengan kata
lain, pengukuran berat badan dilakukan untuk menentukan dosis yang tepat
dalam pemberian obat atau cairan untuk anak sakit.
3. Terapi pada Balita yang di MTBS
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 6 menunjukkan
bahwa dari 121 responden balita yang di MTBS,seluruhnya diberikan terapi
berupa pengobatan (100%).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan
data sekunder Balita yang di MTBS 0 – 5 tahun semua diberikan MTBS
sesuai dengan penyakit – penyakit yang dialami oleh balita tersebut serta
pemberian tindakan sesuai dengan jenis penyakit yang diderita oleh balita,
namun dari MTBS ini sebenarnya ada 3 terapi yang di berikan kepada balita
yaitu terapi A, terapi B dan terapi C, namun setelah peneliti mengambil data
hanya tertulis berupa obat – obatan yang diberikan kepada balita tersebut
sesuai dengan jenis penyakit yang di derita oleh balita. Berdasarkan data yang
45
diperoleh, semua balita yang di MTBS diberi pengobatan sesuai dengan
keluhan atau penyakitnya, dan pengobatan yang diberikan tersebut berhasil.
Dalam artian balita yang diberikan pengobatan tadi bisa sembuh dari
penyakitnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
46
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya
maka, dapat disimpulkan bahwa :
1. Gambaran balita yang di MTBS berdasarkan umur di Puskesmas Katobu
periode Juli tahun 2016 yaitu pada umur 0 - 11 bulan sebesar 19,8%, umur
12-23 bulan sebesar 28,9%, umur 24 - 35 bulan sebesar 20,7%, umur 36–45
bulansebesar 19%,umur 46-55 bulan sebesar 9,1%danumur 56–60
bulansebesar 2,5%.
2. Gambaran balita yang di MTBS berdasarkan berat badandi Puskesmas
Katobu periode Juli tahun 2016 yaitu yang ditimbang sebesar 88,4% dan yang
tidak ditimbang sebesar 11,6%.
3. Gambaran balita yang diMTBS berdasarkan terapidi Puskesmas Katobu
periode Juli tahun 2016 yaitusemua balita diberikan terapi yaitu berupa
pengobatan sesuai dengan keluhan dan penyakitnya yaitu sebesar 100%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan oleh
penulis adalah bagi Puskesmas Katobu khususnya petugas MTBS diharapkan
dapat memenuhi protap yang ada dalam pelaksanaan MTBS guna meningkatkan
kualitas pelayanan balita sakit dan juga agar lebih melakukan pendekatan pada ibu
dari balita sakit supaya mengerti pentingnya kepatuhan dalam kunjungan ulang
pada program MTBS. Praktik MTBS yang sudah ada sebaiknya dipertahankan
bahkan ditingkatkan pelaksanaanya agar tingkat keberhasilan praktik MTBS
tersebut juga lebih tinggi dalam pencapainnya.
47
Selain itu pelatihan MTBS juga perlu diadakan agar praktik MTBS yang
dilaksanakan oleh petugasnya sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Mulyadi Wijaya (2009) Manajemen Terpadu Balita Sakit.https://www.infodokterku.com/index.php/en/96-daftar-isi-content/info
48
kesehatan/helath-programs/189-manajemen-terpadu-balita-sakit-mtbsDiakses 12 Agustus 2016.
Anonim(2013)Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).http://library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312038/bab2.pdf.Diakses 12 Agustus 2016)
Depkes RI (2008) Peraturan Menteri Keshatan RI No 70 Tahun 2013 tentangMTBShttp://hukor.depkes.go.id/uploads/produk.pdf. Diakses 12 agustus2016)
Hanafiah(2008)StrategiMTBS.http://library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312038/bab2.pdf. Diakses 12 Agustus 2016)
Nursalam, (2016) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : SalembaMedika
Marmi dan Rahardjo, Kukuh (2012) Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak PraSekolah. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Pudiastuti, Ratna Dewi (2011) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Nuha Medika.Yogyakarta
Putri Ariani, Ayu (2014) Aplikasi metodologi penelitian Kebidanan danKesehatan Reproduksi. Jakarta : Nuha Medika
Ratnasari, A. dan Purwanti, S. (2011) Faktor-faktor yang MempengaruhiKepatuhan Ibu Balita untuk Mengunjungi Manajemen Terpadu BalitaSakit (MTBS) Secara Teratur. Akademi Kebidanan YLPP. Purwokerto
Siskatrisnawati (2011) Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS)http://siskatrisnawati17. /2011/10/manajemen-terpadu-balita-sakit-mtbs.html: Diakses 12 agustus 2016
Sudarti dan Endang Khoirunnisa (2010) Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi danAnak Balita. Nuha Medika. Yogyakarta
Surjono (2009). Klasifikasi MTBS. Peraturan Menteri Keshatan RI No 70 Tahun2013 tentang MTBShttp://hukor.depkes.go.id/uploads/produk. pdf. Diakses12 agustus 2016)
Yusuf dan Juntika (2013) Konseling dalam MTBS. http://Yusuf danJantika.co.id/2011/10/manajemen-terpadu-balita-sakit-mtbs.html: Diakses12 agustus 2016
MASTER TABEL
Identifikasi Balita yang Mendapatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli
Tahun 2016
No Nama Anak AlamatUmur (Bulan) Berat Badan Terapi
Ket0-11 12-23 24-35 36-45 46-55 56-60 Ditimbang Tidak ditimbang Ya Tidak
1 Anak F Wamponiki √ √ √2 Anak B Raha II √ √ √3 Anak A Raha II √ √ √4 Anak M Raha III √ √ √5 Anak I Laiworu √ √ √6 Anak K Raha III √ √ √7 Anak A Wamponiki √ √ √8 Anak R Wamponiki √ √ √9 Anak A Watonea √ √ √
10 Anak F Laiworu √ √ √11 Anak R Laiworu √ √ √12 Anak Y Laiworu √ √ √13 Anak Z Butung-Butung √ √ √14 Anak A Mangga Kuning √ √ √15 Anak D Motewe √ √ √16 Anak R Raha I √ √ √17 Anak N Watonea √ √ √18 Anak I Raha III √ √ √19 Anak P Laiworu √ √ √20 Anak H Raha I √ √ √21 Anak F Butung-Butung √ √ √
MASTER TABEL
Identifikasi Balita yang Mendapatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli
Tahun 2016
No Nama Anak AlamatUmur (Bulan) Berat Badan Terapi
Ket0-11 12-23 24-35 36-45 46-55 56-60 Ditimbang Tidak ditimbang Ya Tidak
22 Anak A Laiworu √ √ √23 Anak R Mangga Kuning √ √ √24 Anak A Butung-butung √ √ √25 Anak S Watonea √ √ √26 Anak R Watonea √ √ √27 Anak R Watonea √ √ √28 Anak N Laiworu √ √ √29 Anak A Laiworu √ √ √30 Anak N Laiworu √ √ √31 Anak K Lasalepa √ √ √32 Anak S Laiworu √ √ √33 Anak A Laiworu √ √ √34 Anak R Mangga Kuning √ √ √35 Anak R Raha II √ √ √36 Anak R Raha II √ √ √37 Anak M Sidodadi √ √ √38 Anak N Watonea √ √ √39 Anak R Wamponiki √ √ √40 Anak F Raha III √ √ √41 Anak K Watonea √ √ √42 Anak A Raha II √ √ √
MASTER TABEL
Identifikasi Balita yang Mendapatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli
Tahun 2016
No Nama Anak AlamatUmur (Bulan) Berat Badan Terapi
Ket0-11 12-23 24-35 36-45 46-55 56-60 Ditimbang Tidak ditimbang Ya Tidak
43 Anak S Raha III √ √ √44 Anak A Laiworu √ √ √45 Anak Z Wamponiki √ √ √46 Anak M Butung-butung √ √ √47 Anak V Laiworu √ √ √48 Anak M Butung-butung √ √ √49 Anak I Raha II √ √ √50 Anak F Wamponiki √ √ √51 Anak N Butung-butung √ √ √52 Anak B Raha III √ √ √53 Anak A Mangga Kuning √ √ √54 Anak M Raha III √ √ √55 Anak A Raha II √ √ √56 Anak N Raha II √ √ √57 Anak A Watonea √ √ √58 Anak K Watonea √ √ √59 Anak A Raha II √ √ √60 Anak Y Laiworu √ √ √61 Anak I Laiworu √ √ √62 Anak F Laiworu √ √ √63 Anak G Mangga Kuning √ √ √
AMASTER TABEL
Identifikasi Balita yang Mendaatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli
Tahun 2016
No Nama Anak AlamatUmur (Bulan) Berat Badan Terapi
Ket0-11 12-23 24-35 36-45 46-55 56-60 Ditimbang Tidak ditimbang Ya Tidak
64 Anak F Raha III √ √ √65 Anak A Watonea √ √ √66 Anak M Raha III √ √ √67 Anak H Raha II √ √ √68 Anak R Wamponiki √ √ √69 Anak R Mangga Kuning √ √ √70 Anak H Raha II √ √ √71 Anak H Watonea √ √ √72 Anak L Butung-butung √ √ √73 Anak S Laiworu √ √ √74 Anak Y Laiworu √ √ √75 Anak R Wamponiki √ √ √76 Anak A Laiworu √ √ √77 Anak A Mangga Kuning √ √ √78 Anak N Wamponiki √ √ √79 Anak A Laiworu √ √ √80 Anak H Raha III √ √ √81 Anak S Raha III √ √ √82 Anak N Raha II √ √ √83 Anak F Wamponiki √ √ √84 Anak Z Mangga Kuning √ √ √
MASTER TABEL
Identifikasi Balita yang Mendapatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (Mtbs)di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli
Tahun 2016
No Nama Anak AlamatUmur (Bulan) Berat Badan Terapi
Ket0-11 12-23 24-35 36-45 46-55 56-60 Ditimbang Tidak ditimbang Ya Tidak
85 Anak R Butug-Butung √ √ √86 Anak M Laiworu √ √ √87 Anak S Raha III √ √ √88 Anak A Raha III √ √ √89 Anak K Raha III √ √ √90 Anak A Ld √ √ √91 Anak G Raha II √ √ √92 Anak F Wawesa √ √ √93 Anak Z Laiworu √ √ √94 Anak F Raha II √ √ √95 Anak H Raha III √ √ √96 Anak M Raha II √ √ √97 Anak N Watonea √ √ √98 Anak F Laiworu √ √ √99 Anak R Raha II √ √ √
100 Anak F Raha II √ √ √101 Anak Z Mangga Kuning √ √ √102 Anak K Laiworu √ √ √103 Anak A Raha III √ √ √104 Anak A Raha II √ √ √105 Anak A Bonea √ √ √
MASTER TABEL
Identifikasi Balita yang Mendapatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli
Tahun 2016
No Nama Anak AlamatUmur (Bulan) Berat Badan Terapi
Ket0-11 12-23 24-35 36-45 46-55 56-60 Ditimbang Tidak ditimbang Ya Tidak
106 Anak S Wamponiki √ √ √107 Anak J Raha III √ √ √108 Anak I Laiworu √ √ √109 Anak N Laiworu √ √ √110 Anak A Raha I √ √ √111 Anak A Laiworu √ √ √112 Anak D Sidodadi √ √ √113 Anak Y Raha II √ √ √114 Anak A Wamponiki √ √ √115 Anak S Laiworu √ √ √116 Anak F Raha II √ √ √117 Anak A Watonea √ √ √118 Anak I Watonea √ √ √119 Anak K Raha II √ √ √120 Anak Z Raha III √ √ √121 Anak R Raha III √ √ √
LAMPIRAN GRAFIK
Identifikasi Balita yang Mendapatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli
Tahun 2016
0
20
40
60
80
100
120
140
24
35
25
LAMPIRAN GRAFIK
Identifikasi Balita yang Mendapatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli
Tahun 2016
25 23
113
107
14
121
0
LAMPIRAN GRAFIK
Identifikasi Balita yang Mendapatkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Juli
Tahun 2016
0
Umur (Bulan)
Berat Badan
Terapi
top related