i nyoman satya kumara, st, msc, phd
Post on 17-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
I Nyoman Satya Kumara, ST, MSc, PhD
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2016), Kuta, Bali, INDONESIA, 15 – 16 Desember 2016
KONDISI TERAKHIR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
MIKROHIDRO KARANGASEM 25 KW DAN IDENTIFIKASI
PENYEBAB KETIDAK BERLANJUTAN OPERASI SERTA
OPSI PENGEMBANGAN KE DEPAN INS Kumara, WG Ariastina, IW Sukerayasa, IDA Giriantari
Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali
Korespondensi: satya.kumara@unud.ac.id
Metode Penelitian
Dalam penelitian lapangan ini dilakukan observasi di lokasi PLTMH
Karangasem dan melakukan penilaian terhadap kondisi pembangkit
dan komponen-komponen mekanikal dan elektrikal serta fasilitas
pendukung lainnya. Juga dilakukan studi literatur tentang kebijakan
pengembangan energi baru terbarukan dan feed-in-tarif untuk
pembangkit tenaga listrik mikrohidro terkoneksi jala-jala yang
dikeluarkan oleh Kementerian ESDM. Data observasi lapangan,
diskusi dengan pemangku kepentingan energi terbarukan, dan kajian
terhadap regulasi pemerintah dalam bidang energi terbarukan
digunakan untuk menyusun rekomendasi penguatan dan/atau
perbaikan PLTMH Karangasem.
Kesimpulan
• Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa PLTMH Karangasem yang dibangun pada tahun 2007
dengan kapasitas daya 25 kilowat, saat ini sudah tidak
beroperasi lagi.
• Komponen elektrikal antara lain: generator, control panel,
dummy load, instalasi kelistrikan, panel sinkronisasi dengan jala-
jala PLN, trafo tegangan menengah, semuanya dalam keadaan
rusak/ hilang dan tidak bisa digunakan lagi.
• Komponen mekanikal seperti turbin air sudah tidak bisa
digunakan karena rusak akibat korosi. Sedangkan pipa pesat
masih dalam kondisi cukup baik. Bangunan sipil seperti saluran
intake, bak penenang, tail race, power house, rumah jaga
semuanya masih dalam kondisi yang masih bisa digunakan
namun tetap memerlukan perbaikan.
• Feed-in-tariff untuk PLTMH yang baru berpotensi untuk dijadikan
dasar revitalisasi PLTMH Karangasem
Daftar PustakaMargono, A., Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH) Sebagai Jawaban Krisis Listrik Indonesia: Revolusi Energi di
Indonesia, 2004IEC 61724, British Standard on Photovoltaic system performance monitoring – Guidelines for
measurement, data exchange and analysis, BSI, London, 1998
Kumara, I.N.S, D. P. D. Suparyawan, W. G. Ariastina, W. Sukerayasa and I. A. D. Giriantari, "Microhydro powerplant for
rural area in Bali to generate green and sustainable electricity," Smart Green Technology in Electrical and Information
Systems (ICSGTEIS), 2014 International Conference on, Kuta, 2014, pp. 113-117. doi:
10.1109/ICSGTEIS.2014.7038741
Ucapan Terima KasihTerima kasih kami ucapkan kepada LPPM UNUD yang telah mendukung pelaksanaan pengabdian
masyarakat ini melalui Hibah Udayana Mengabdi 2016.
Pendahuluan
PLTMH Karangasem dibangun oleh PT PLN sebagai salah satu
program corporate social responsibility perusahaan dan kontribusi aktif
dalam pengembangan pembangkitan energi listrik bersih dan
berkelanjutan. PLTMH ini dibangun saat dilaksanakanya konferensi
internasional perubahan iklim atau United Nation for Climate Change
Conference UNFCCC 2007 yang diselenggarakan oleh pemerintah
pusat dan Persatuan Bangsa Bangsa di Nusa Dua Bali. PLTMH ini
kemudian diserahkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral kepada KUD Karangasem. KUD Karangasem adalah sebuah
koperasi yang bergerak dibidang ekonomi/ perdagangan yang terletak
di kota Karangasem. Bantuan PLTMH oleh PLN melalui kementerian
ESDM ini merupakan bentuk usaha baru bagi KUD Karangasem
dimana usaha pembangkitan tenaga listrik ini mencakup pengelolaan
pembangkit listrik itu sendiri dan juga penjualan energi listrik kepada
PLN. Pengelolaan pembangkit listrik meliputi pekerjaan pemeliharaan,
perawatan, dan juga monitoring terhadap operasi pembangkit.
Hasil dan Pembahasan
Hasil observasi lapangan terhadap kondisi PLTMH Karangasem
disajikan pada gambar-gambar berikut. Foto-foto berikut diambil
pada tahun 2009 dan tahun 2016. Dapat dilihat bagaimana kondisi
PLTMH tersebut dimana hampir semua komponen elektrikal sudah
dalam keadaan rusak atau hilang.
KUD Karangasem berdiri sejak tahun 1972 dengan jumlah anggota
saat ini sudah mencapai 8,000 orang. Jenis usaha dari koperasi ini
antara lain usaha simpan pinjam, perdagangan dalam bentuk warung
serba ada (waserba) dan jasa pembayaran rekening listrik serta foto
copy. Sebelum menerima hibah pembangkit dari Kementerian ESDM,
koperasi ini tidak memiliki bidang usaha terkait energi. Sejak
menerima hibah pembangkit listrik, koperasi mengangkat dua orang
staf tambahan untuk melaksanakan kegiatan pengoperasian valve
pengatur volume air yang masuk turbin dan mencatat secara manual
parameter-parameter kelistrikan seperti produksi energi, putaran
turbin, tegangan dan arus listrik.
Gambar 1 Peta lokasi PLTMH Karangasem Gambar 2 Saluran intake
Foto kiri (2009)
dan kanan
(2016)
Rumah daya
(power house)
Foto kiri (2009)
dan kanan
(2016)
Generator listrik
dan turbin air
Foto kiri (2009)
dan kanan
(2016)
Panel control
dan sinkronisasi
Foto kiri (2009)
dan kanan
(2016)
Koneksi ke
jaringan PLN
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016
KONDISI TERAKHIR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
MIKROHIDRO KARANGASEM 25 KW DAN IDENTIFIKASI
PENYEBAB KETIDAK BERLANJUTAN OPERASI SERTA OPSI
PENGEMBANGAN KE DEPAN
INS Kumara1), WG Ariastina2) IW Sukerayasa3) IAD Giriantari4)
1, 2, 3, 4Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bukit
Jimbaran, Kuta Selatan, 80361, Telp/Fax: (0361) 703315, E-mail: satya.kumara@unud.ac.id
Abstrak
Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) Karangasem dibangun tahun 2007 oleh PLN sebagai
wujud corporate social responsibility perusahaan dan ikut berkontribusi dalam pengembangan pembangkit
listrik terbarukan. PLTMH Karangasem berkapasitas 25 kilowatt dan dihubungkan langsung ke jaringan
distribusi 20 kV PLN. PLTMH Karangasem dihibahkan kepada KUD Karangasem untuk mengelola
pembangkit ini termasuk menjual energi listrik yang dihasilkan kepada PLN sehinga bisa menjadi salah
satu usaha produktif bagi koperasi. Dari hasil penelitian lapangan ini ditemukan bahwa setelah hampir 10
tahun beroperasi, saat ini kondisi PLTMH Karangasem sudah dalam keadaan tidak berfungsi dan hampir
semua peralatan mekanikal dan elektrikalnya tidak bisa digunakan lagi. Identifikasi penyebab
ketidakberlanjutan PLTMH Karangasem antara lain kesiapan SDM pengelola, harga jual energi yang
rendah, serta aspek kepemilikan pembangkit yang tidak pasti yang menyebabkan minimnya kontribusi
pemerintah daerah dalam mendukung aspek-aspek operasional dan keberlanjutan pembangkit. Ke depan,
dalam upaya mendukung pencapaian target 23% energi terbarukan pada tahun 2025 maka pembangkit ini
perlu dioperasikan kembali mengingat potensinya yang cukup baik serta komponen sipil seperti saluran
intake, bak penenang, penstock, power house, tail race, saluran pembuangan semuanya masih bisa
dipergunakan. Untuk itu, PLTMH Karangasem perlu direvitalisasi dengan melakukan investasi komponen
mekanikal elektrikal, melakukan perjanjian jual beli energi atau power purchasing agreement dengan PLN
Distribusi Bali berdasarkan feed-in-tarif 2014 yang baru, serta peningkatan keterampilan manajerial dan
teknis pengelola melalui kerjasama atau pendampingan dengan universitas lokal. Langkah-langkah ini
diharapkan mampu menjaga keberlanjutan operasi PLTMH Karangasem yang merupakan satu-satunya
pembangkit mikrohidro terhubung jala-jala di Bali.
Abstract
Karangasem microhydro was built in 2007 by PLN which is a state-owned electricity company as one of
their corporate social responsibility program and its contribution toward developing renewable energy
generation. Karangasem microhydro had a 25-kilowatt power output, and was connected to the 20-kV
utility distribution network. After completion, the power plant was granted to KUD Karangasem which is
a local cooperative that was responsible for managing the plant including to sell the energy to the grid as
one of the cooperative’s economic activity. Based on the field research, it is observed that after nearly ten
year since its opening, the power plant is currently not in operation, and most of the mechanical and
electrical components are in the inoperable state. Through discussion with local and regional energy stake
holders including relevant government agencies found that a number of factors have led to the unsustainable
operation of the plant. The factors include low level of readiness of human resources involved to manage
the plant, low feed-in-tariff, and uncertainty on the ownership of the plant which prevents local government
to participate in the operational and sustainability aspects of the project. In view of achieving the 23%
renewable energy target by 2025, the Karangasem microhydro need to be re-operated due to its potential
and most of the existing civil structure of the plant such as irrigation intake channels, calming bay, penstock,
power house, tail race, and others are all in good shape. Therefore, revitalization of the power plant could
be taken by investing on new mechanical and electrical components, negotiating a new power purchase
agreement with the utility by referring to the new microhydro feed-in-tariff 2014, and improving the
capacity of cooperative both in managerial and technical skills by collaborating with a local university. This
recommendation is aimed to improve the sustainability of Karangasem microhydro plant which is the only
grid-connected microhydro in Bali.
Kata kunci: pembangkit ramah lingkungan, energi terbarukan, mikrohidro, minihidro, PLTMH
Karangasem, feed in tarrif
2
1. PENDAHULUAN
Beban puncak sistem kelistrikan Bali sekarang ini sudah mencapai 1,000 MW dimana hampir semua
pembangkit yang ada masih menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batubara.
Kumara (2012) melaporkan bahwa komposisi bauran pembangkitan energi listrik di Bali masih
didominasi oleh pembangkitan berbahan bakar konvensional dengan kontribusi energi terbarukan
hanya mencapai kurang dari 1% dari kapasitas total sistem kelistrikan Bali. Pada tahun 2016 ini,
persentase energi terbarukan dalam bauran energi listrik Bali akan menurun karena tidak adanya
pembangunan pembangkit terbarukan yang baru namun kapasitas pembangkitan dan kebutuhan yang
terus meningkat. Pembangkit listrik terbarukan yang sudah ada di Bali antara lain pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga angin (PLTB), pembangkit listrik tenaga biomasa,
dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).
Bali memiliki sumber daya air yang cukup banyak dengan tiga danau sebagai reservoir air dan sekitar
xxx sungai dan dengan topografi wilayah yang berbukit dan gunung tentu sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik. Sementara rencana pengembangan pembangkit
listrik tenaga air baik dalam bentuk pembangkit kapasitas besar (PLTA), kapasitas mini (PLTM), dan
juga skala mikro (PLTMH) oleh PLN Distribusi Bali berdasarkan data RUPTL PLN 2016 – 2025
dapat dilihat pada tabel berikut. Sementara itu, beban puncak Bali pada tahun 2025 diprediksi akan
mencapai 1,831 MW (RUPTL PLN 2016-2025).
Tabel 1Rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga air PLN Bali (RUPTL PLN 2016-2025)
No Jenis
Pembangkit Nama Proyek
Kapasitas
(MW)
Rencana
Pembangunan
1 Minihidro PLTM Muara 1.4 2018
2 Minihidro PLTM Telagawaja 4.0 2022
3 Minihidro PLTM Sambangan 1.9 2022
4 Minihidro PLTM Ayung 2.4 2024
5 Minihidro PLTM Tukad Daya 8.2 2024
6 Minihidro PLTM Sunduwati 2.2 2024
7 Minihidro PLTM Telagawaja Ayu 1.0 2024
8 Minihidro PLTM Tukad Balian 2.5 2024
Total 23.6
Sampai sekitar tahun 80-an, ratusan mikrohidro atau pikohidro telah dibangun dan digunakan sebagai
sumber tenaga listrik oleh banyak anggota masyarakat di Bali. Namun sejak adanya proyek listrik
masuk desa di seluruh Bali maka secara berangsur-angsur pembangkit listrik swadaya masyarakat
ini semakin berkurang dan akhirnya menghilang dan digantikan dengan jaringan listrik PLN. Proyek
listrik masuk desa dari pemerintah ini telah berhasil menyediakan listrik untuk seluruh desa di Bali
sekitar tahun 2005 sehingga telah berhasil mencapai rasio elektrifikasi desa sebesar 100%. Di satu
sisi, proyek listrik masuk desa ini sangat positif karena telah berhasil menyediakan salah satu
kebutuhan dasar bagi seluruh masyarakat baik yang di desa maupun di kota. Namun disisi lain, saat
pemerintah melakukan ekspansi penyediaan listrik desa ternyata tidak menyiapkan langkah antisipasi
untuk mengatasi dampak negatif listrik masuk desa terhadap ratusan pembangkit mikrohidro yang
ada di masyarakat. Hal inilah yang membuat hampir semua pemangkit mikrohidro atau pikohidro
swadaya tersebut akhirnya secara perlahan ditinggalkan oleh masyarakat.
Sejauh ini satu-satunya pembangkit listrik tenaga air yang yang dibangun dengan konsep modern dan
dengan investasi yang besar adalah PLTMH Karangasem. Konsep modern dimaksudkan adalah
3
bahwa pembangkit ini sudah dibangun dengan mengacu kepada desain pembangkit listrik tenaga air
yang lengkap dan baik mulai dari desain saluran air masuk, bak penenang, pipa pesat, rumah daya,
saluran pembuangan, sistem pengaturan generator dan distribusi, serta fasilitas pendukung lainnya
seperti rumah jaga, dan penataan lingkungan sekitar pembangkit serta akses. Investasi yang
ditanamkan untuk pembangunan PLTMH Karangasem ini diperkirakan sebesar Rp 1.100.000.000, -
(Sugarayasa, 2011).
PLTMH Karangasem dibangun oleh PT PLN sebagai salah satu program corporate social
responsibility perusahaan dan secara aktif ikut berkontribusi dalam pengembangan pembangkitan
energi listrik yang bersih dan berkelanjutan. PLTMH ini dibangun saat dilaksanakanya konferensi
internasional perubahan iklim atau United Nation for Climate Change Conference UNFCCC 2007
yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan Persatuan Bangsa Bangsa di Nusa Dua Bali.
PLTMH ini kemudian diserahkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kepada KUD
Karangasem. KUD Karangasem adalah sebuah koperasi yang bergerak dibidang ekonomi/
perdagangan yang terletak di kota Karangasem. Bantuan PLTMH oleh PLN melalui kementerian
ESDM ini merupakan bentuk usaha baru bagi KUD Karangasem dimana usaha pembangkitan tenaga
listrik ini mencakup pengelolaan pembangkit listrik itu sendiri dan juga penjualan energi listrik
kepada PLN. Pengelolaan pembangkit listrik meliputi pekerjaan pemeliharaan, perawatan, dan juga
monitoring terhadap operasi pembangkit.
Pengembangan pembangkit skala kecil atau mikro merupakan salah satu kebijakan pemerintah pusat
untuk merangsang perkembangan pembangkit energi terbarukan. Kebijakan ini dituangkan melalui
Surat Keputusan Menteri ESDM No.1122K/30/MEM/2002 tentang Pembangkit Skala Kecil
Tersebar (PSKT). Dalam surat keputusan tersebut disebutkan pihak-pihak yang bisa untuk ikut dalam
upaya penyediaan tenaga listrik antara lain pemerintah daerah, badan usaha milik pemerintah, swasta,
koperasi, badan usaha dll. Di dalam surat keputusan itu juga disebutkan berapa harga energi yang
dihasilkan harus dibayar oleh PLN. Terdapat dua jenis tarif yaitu tarif jika injeksi daya dilakukan
pada jaringan tegangan rendah dengan harga energi sebesar 0.8 x HPP tegangan menengah (Rp/kWh)
dan tarif jika injeksi dilakukan pada jaringan tegangan 20 kV dengan harga sebesar 0.6 x HPP
tegangan rendah (Rp/kWh). UU No 30/2009 tentang energi/ ketenagalistrikan juga kembali
menguatkan bahwa usaha penyediaan tenaga listrik dapat dilakukan oleh banyak pihak termasuk
badan usaha milik negara selain PLN.
Pemerintah pusat telah mewacanakan akan memberikan bantuan dana untuk pengembangan dan/atau
penguatan pembangkit listrik tenaga mikrohidro di seluruh Indonesia. Pada tahun 2017, terdapat 79
buah PLTM atau PLTMH yang akan diberikan bantuan dana untuk penguatan operasional
pembangkit. Total daya seluruh pembangkit tersebut adalah sebesar 300 MW dan dengan total dana
bantuan sebesar 520 miliar. Dana bantuan ini akan digunakan untuk mensubsidi biaya pembangkitan
PLTM/H dengan harga jual energi ke PLN. PLTMH Karangasem adalah salah satu pembangkit yang
direncanakan untuk mendapat bantuan sebesar dua puluh juta rupiah (Berita ESDM).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data terakhir tentang bagaimana kondisi PLTMH
Karangasem setelah hampir sepuluh tahun beroperasi. Di samping itu, adanya wacana pemerintah
pusat untuk melakukan revitalisasi terhadap PLTMH Karangasem perlu didukung dengan
menyediakan data mutakhir tentang kondisi PLTMH tersebut. Data tersebut meliputi data produksi
energi atau unjuk kerja pembangkit, kendala-kendala operasi, penjualan energi, serta kegiatan
pemeliharaan dan perawatan. Observasi lapangan ini juga bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi
komponen non mekanikal dan elektrikal dari pembangkit. Dari data-data yang dikumpulkan
kemudian akan dianalisa dan disusun rekomendasi untuk revitalisasi dan/atau pembenahan
pembangkit listrik tersebut.
4
2. METODE PENELITIAN Dalam penelitian lapangan ini dilakukan observasi di lokasi PLTMH Karangasem dan melakukan penilaian
terhadap kondisi pembangkit dan komponen-komponen mekanikal dan elektrikal serta fasilitas pendukung
lainnya. Juga dilakukan studi literatur tentang kebijakan pengembangan energi baru terbarukan dan feed-in-
tarif yang baru untuk pembangkit tenaga listrik mikrohidro yang terkoneksi jala-jala yang dikeluarkan oleh
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Data hasil observasi lapangan, diskusi dengan pemangku
kepententingan energi terbarukan, dan kajian terhadap regulasi pemerintah dalam bidang energi terbarukan
kemudian dianalisis dan digunakan untuk menyusun rekomendasi untuk menguatkan dan/atau memperbaiki
kondisi PLTMH Karangasem.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Untuk membantu pembaca maka dalam bagian ini akan dideskripsikan terlebih dahulu desain teknis PLTMH
Karangasem. Lokasi PLTMH Karangasem diperlihatkan pada peta yang ditunjukkan pada Gambar 1. Error!
Reference source not found. berikut. PLTMH Karangasem dibangun di dalam areal persawahan dan air yang
dimanfaatkan adalah juga air yang mengalir dalam saluran irigasi subak. Gambar 2 menunjukan saluran irigasi
yang merupakan saluran intake bagi PLTMH Karangasem. Gambar 2 sampai dengan Gambar 8 adalah foto-
foto pembangkit yang diambil saat melakukan kunjungan ke lokasi pada tahun 2009.
Gambar 1 Peta lokasi PLTMH Karangasem
Gambar 2 Saluran intake PLTMH Karangasem
Secara garis besar komponen PLTMH Karangasem antara lain saluran intake, bak penenang, pipa pesat, turbin
dan sistem transmisi, generator, sistem pengendali dan panel kontrol, beban dummy, saluran pembuang, dan
peralatan koneksi ke jaringan tegangan menengah yang terdiri dari trafo penaik tegangan 380/20 kV dan
peralatan pemisah.
Gambar 3 Pertemuan saluran intake dan bak penenang
Gambar 4 Pipa pesat
Gambar 3 menunjukkan ujung akhir saluran irigasi yang membawa air menuju bak penenang atau tandon. Pada
pintu masuk bak penenang ini dipasang saringan untuk mencegah masuknya sampah-sampah dari saluran
intake menuju bak penenang. Dalam Gambar 3 di atas yang diambil pada tahun 2009 terlihat bahwa banyak
5
sampah yang mengumpul dipintu masuk bak penenang Karena adanya jarring pengaman. Tumpukan sampah
ini harus secara rutin dibersihkan sehingga bak penenang selalu dalam keadaan penuh berisi air.
Gambar 5 Rumah daya PLTMH Karangasem
Gambar 6 Generator dan turbin PLTMH Karangasem
Generator yang digunakan dalam PLTMH Karangasem memiliki kapasitas 25 kilowatt dibuat oleh pabrikan
Stamford.
Gambar 7 Control panel PLTMH Karangasem
Gambar 8 Trafo step up dan koneksi ke jaringan 20 kV
Tahun 2016 dilakukan observasi lapangan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi terakhir PLTMH
Karangasem dan foto berikut menunjukkan hasil observasi tersebut.
6
Gambar 9 Kondisi bak penenang yang tanpa air dan
bersemak
Gambar 10 Power house yang ditutupi pepohonan
Gambar 11Generator dan turbin yang sudah berkarat
Gambar 12 Kontrol panel yang sudah hilang
Gambar 13 Koneksi ke jaringan 20 kV yang sudah tidak
ada
Gambar 14 Saluran pembuangan yang berfungsi baik
KUD Karangasem berdiri sejak tahun 1972 dengan jumlah anggota saat ini sudah mencapai 8,000 orang. Jenis
usaha dari koperasi ini antara lain usaha simpan pinjam, perdagangan dalam bentuk warung serba ada (waserba)
dan jasa pembayaran rekening listrik serta foto copy. Sebelum menerima hibah pembangkit dari Kementerian
ESDM, koperasi ini tidak memiliki bidang usaha terkait energi. Sejak menerima hibah pembangkit listrik,
koperasi mengangkat dua orang staf tambahan untuk melaksanakan kegiatan pengoperasian valve pengatur
volume air yang masuk turbin dan mencatat secara manual parameter-parameter kelistrikan seperti produksi
energi, putaran turbin, tegangan dan arus listrik.
7
Skematik dari PLTMH Karangasem ditunjukan dalam Gambar 15. Secara garis besar PLTMH terdiri dari
saluran intake irigasi yang mengalirkan sebagian dari air irigasi sawah menuju bak atau tendon penenang.
Fungsi tendon penenang ini adalah untuk menenangkan air sehingga air yang masuk ke dalam pipa pesat adalah
air yang tenang sehingga akan mengurangi efeke kavitasi yang dapat merusak pipa. Pipa pesat adalah pipa yang
berfungsi untuk mengalirkan air dari bak penenang menuju turbin air. Turbin air ini berfungsi untuk mengubah
energi kinetic translasi air yang bergerak dari posisi tinggi menuju posisi rendah akibat grafitasi dan
merubahnya menjadi energi kinetic rotasi atau putaran. Energi kinetic rotasi ini kemudian konversi menjadi
energi kinetic yang puarannya sesuai dengan putaran nominal generator. Generator listrik berfungsi untuk
mngubah energi kinetic rotasi turbin menjadi daya listrik. Sistem tegangan yang dihasilkan oleh generator
adalah 220/380 volt 50 hertz. Sebelum tegangan listrik bisa dihubungkan ke jala-jala PLN maka parameter-
parameter seperti tegangan, frekwensi dan urutan fasa dari generator harus disamakan dengan PLN. Untuk
keperluan ini digunakan panel control yang dipasang di dalam rumah daya. Tegangan yang sudah sesuai dengan
PLN kemudian dinaikan menjadi tegangan 20 kilovolt agar bisa dihubungkan dengan jaringan distribusi PLN.
Gambar 15 Skematik PLTMH Karangasem
3.2. Pembahasan
Hasil studi lapangan yang telah dilakukan ke lokasi PLTMH seperti ditunjukan sebelumnya ditemukan bahwa
PLTMH Karangasem saat ini sudah tidak beroperasi lagi walaupun pada awal diserahkannya oleh ESDM
pembangit tersebut telah berfungsi dengan baik selama kurang lebih dua tahun. Penyebab berhentinya atau
tidak beroperasinya pembangkit tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Ketidaksiapan penerima Hibah dalam mengelola pembangkit akibat skup pekerjaan pengelolaan ini
bersifat sangat spesifik dan memerlukan kemampuan manejerial dan juga keterampilan teknis yang
tidak dimiliki oleh penerima Hibah. Sementara KUD Karangasem sendiri adalah badan usaha operasi
yang bergerak di bidang warung serba ada dan usaha simpan pinjam serta layanan pembayaran listrik
sehingga mereka tidak mengetahui secara jelas bagaimana mengelola sebuah pembangkit listrik.
2) Minimnya capacity building baik dalam aspek manajerial maupun teknis yang dilakukan oleh
Kementerian dalam menyiapkan penerima Hibah untuk mengelola pembangkit tersebut.
3) Minimnya pelatihan manajemen dan khususnya pelatihan tentang pengoperasian dan pemeliharaan
pembangkit yang dilakukan oleh PLN untuk menyiapkan penerima Hibah dalam mengoperasikan dan
melakukan memelihara pmbangkit.
4) Harga jual energi yang cukup rendah yang ditentukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri ESDM
namun masih harus disesuaikan dengan harga yang disetujui oleh PLN yang juga lebih rendah dari
acuan tersebut.
5) Ketidak jelasan kepemilikan terhadap status asset yaitu pembangkit dan lahan tempat berdirinya
pembangki menyebabkan pemerintah kabupaten mengalami kesulitan dalam mendukung operasional
pembangkit. Sebagai contoh, akibat ketidak jelasan status kepemilikan maka pemerintah daerah tidak
bisa memberikan bantuan dana untuk mendukung operasional pengelola pembangkit.
6) Dilihat dari tingkat yang lebih tinggi, sepertinya dalam pengembangan pembangkit terbarukan yang
banyak melibatkan koperasi sebagai penerima Hibah tidak diawali atau diikuti dengan koordinasi
antara kementerian energi dengan kementerian koperasi.
Subak atas
Subak bawah
8
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
PLTMH Karangasem yang dibangun pada tahun 2007 dengan kapasitas daya 25 kilowatt, saat ini sudah tidak
beroperasi lagi. Pembangkit ini hanya beroperasi selama kurang lebih tiga tahun sejak diresmikan. Penyebab
tidak beroperasinya pembangkit tersebut antara lain: 1) harga jual energi yang rendah sehingga hasil penjualan
energi tidak mencukupi untuk menutup biaya operasi dan tenaga kerja yang terlibat. 2) kurangnya kesiapan
penerima hibah dalam mengelola pembangkit listrik karena kurangnya pelatihan yang diberikan oleh pemberi
hibah. 3) ketidakjelasan kepemilikan pembangkit/ asset menyebabkan pihak lain dan khususnya pemerintah
daerah tidak bisa mendukung operasional pengelola pembangkit.
Dari observasi lapangan yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa semua komponen elektrikal
dari pembangkit, antara lain: generator, control panel, dummy load, instalasi kelistrikan, panel sinkronisasi
dengan jala-jala PLN, trafo tegangan menengah, semuanya dalam keadaan rusak dan tidak bisa digunakan lagi.
Komponen mekanikal seperti turbin air sudah tidak bisa digunakan karena rusak akibat korosi. Sedangkan pipa
pesat masih dalam kondisi cukup baik. Bangunan sipil seperti saluran intake, bak penenang, tail race, power
house, rumah jaga semuanya masih dalam kondisi yang masih bisa digunakan namun tetap memerlukan
perbaikan.
Kebijakan pemerintah terkini bidang energi terbarukan menyebutkan bahwa feed-in-tariff untuk PLTMH telah
ditetapkan sebesar Rp 1,600/ kWh sehingga merupakan insentif baru bagi pengembang energi terbarukan. Bagi
PLTMH Karangasem yang dikelola oleh KUD Karangasem peningkatan harga jual listrik ke PLN ini akan
berdampak positif terhadap penjualan energi koperasi.
Ucapan Terimakasih
Terima kasih kami smapaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan penelitian dan
pengabdian terkait PLTMH Karangasem antara lain KUD Karangasem dan LPPM Universitas Udayana yang
telah mendukung kegiatan ini melalui program Udayana Mengabdi 2016.
5. DAFTAR PUSTAKA
Margono, A., Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH) Sebagai Jawaban Krisis Listrik Indonesia: Revolusi
Energi di Indonesia, 2004
Kumara, I.N.S, D. P. D. Suparyawan, W. G. Ariastina, W. Sukerayasa and I. A. D. Giriantari, "Microhydro
powerplant for rural area in Bali to generate green and sustainable electricity," Smart Green Technology in
Electrical and Information Systems (ICSGTEIS), 2014 International Conference on, Kuta, 2014, pp. 113-117.
doi: 10.1109/ICSGTEIS.2014.7038741
Sugarayasa, Analisa Teknik Ekonomis PLTMH Karangasem, Tesis Pascarsarjana Magister Teknik Elektro
Universitas Udayana, 2011
top related