i hubungan antara konformitas dan konsep diri pada …1].pdf · 2018. 6. 22. · iv skripsi ini...
Post on 16-Feb-2021
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
i
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN KONSEP DIRI PADA
REMAJA YANG BERGAYA HARAJUKU DI YOGYAKARTA
HALAMAN JUDUL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Yohanna Dyah NurSanti
NIM: 049114074
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
i
-
ii
ii
-
iii
iii
-
iv
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Keluargaku yang sangat aku sayangi,
Papa Nur, Alm. mama Arie, kakak ku Yoyok, mama Dewi dan juga adikku Julio
You’re all my lovely people
HALAMAN PERSEMBAHAN
Waktu mengajarkan banyak hal.
Waktu jugalah yang memberikan berlembar-lembar sketsa kehidupan.
Ada sisi sketsa wajah senang, sedih, sendiri, tak berekspresi.
Ketika aku bisa melukis semua sketsa wajah itu.
Aku bersyukur untuk semua hal.
Aku menjadi lebih dewasa
Kepada keluargalah, pertama kali kupersembahkan penghargaan.
Terima kasih atas segala kasih sayang, semangat serta kepercayaan waktu untuk
menentukan hidupku.
iv
-
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Mei 2009
Penulis
Yohanna Dyah NurSanti
v
-
vi
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN KONSEP DIRI PADA REMAJA YANG BERGAYA HARAJUKU DI YOGYAKARTA
Yohanna Dyah Nur Santi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan konformitas dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konformitas dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta. Konformitas dalam hal ini adalah sikap remaja yang berusaha menyesuaikan diri dengan kelompok. Mereka tidak ingin tampak berbeda dari kelompok, supaya mendapat penerimaan dalam kelompok. Konsep diri merupakan suatu bentuk kesadaran, persepsi kognitif, serta evaluasi terhadap diri. Konsep diri ini bukanlah unsur bawaan namun merupakan interaksi antara diri dan lingkungan.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 remaja yang bergaya Harajuku. Subjek penelitian terdiri dari 28 remaja laki-laki dan 22 remaja perempuan, berusia antara 12 sampai 18 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survey menggunakan skala Likert. Konformitas diukur dengan skala konformitas, konsep diri diukur dengan skala konsep diri. Pada uji validitas dan reliabilitas, skala konformitas memperoleh 48 aitem sahih dengan reliabilitas 0,935 sedangkan pada skala konsep diri diperoleh 50 aitem sahih dengan reliabilitas 0,962.
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan taraf signifikansi 0,01 dan menghasilkan koefisien korelasi sebesar -0,544.
Kata kunci: konformitas, konsep diri, remaja dan Harajuku
vi
-
vii
ABSTRACT
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN CONFORMITY AND SELF-CONCEPT OF HARAJUKU-STYLED TEENAGERS IN YOGYAKARTA
Yohanna Dyah Nur Santi
Faculty of Psychology Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
This research was to find a correlation between conformity and self-concept of Harajuku-styled teenagers in Yogyakarta. The hypothesis stated there was a negative correlation betweeen conformity and self-concept of Harajuku-styled teenagers in Yogyakarta. Conformity was how teenagers adapted to group. They would not be different from the group, so that the group accepted them. Whereas self-concept was an awareness, cognitif perception, and evaluation of self. Self-concept was not natural but an interaction between self and environment.
The subjects were 50 teenagers, 28 males and 22 females, age of 12-18 year old and had Harajuku style. The method was a survey using Likert scale. Conformity measured by conformity scale and self-concept by self-concept scale. The validity and the reliability coefficient of conformity scale found 48 valid items with reliability of 0.935. Whereas the validity of self-concept found 50 items with reliability of 0.962. The data analysis used Pearson Product Moment with alpha (α) 0.01 shows the correlation coefficient between conformity and self-concept of -0.544.
Keywords: conformity, self-concept, teenagers and Harajuku
vii
-
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Yohanna Dyah NurSanti
Nomor Mahasiswa : 049114074
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN KONSEP DIRI PADA
REMAJA YANG BERGAYA HARAJUKU DI YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 13 Juni 2009
Yang menyatakan,
(Yohanna Dyah NurSanti)
viii
-
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat serta syukur kepada Yesus Kristus yang selalu
memberikan kekuatan dan keyakinan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan
berupa dorongan, arahan, dan data yang diperlukan mulai dari persiapan,
pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Sylvia Carolina, MYM., S.Psi., M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi.
3. Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan dan kritik kepada penulis.
4. Dr. A. Priyono Marwan, SJ. selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan masukan dan kritik kepada penulis.
5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
6. Segenap staf Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Pak Gie, Mbak Nanik, Mas
Muji dan Mas Doni, terima kasih atas segala bantuan dan pelayanan yang
diberikan selama belajar di Fakultas Psikologi.
ix
-
x
7. Kepada seluruh keluarga atas segala bentuk sayangnya, segala doa, ketulusan
dan kesabarannya yang takkan terbalas oleh apapun dan sampai kapan pun.
8. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan semangat dan perhatian
tertulus : Dewi, Ella, Ika, Tere. Sampai kapan pun, kalian adalah sahabat
terbaik, terima kasih telah membuat kehidupanku menjadi indah dan
menyenangkan.
9. Sahabat-sahabat dari masa SMA yang terus mendukung dan mendoakan
skripsiku. Winny, Lien-lien, Bon-bon, Yurika. Yuvina, Yully, Denny, Yudha,
dan Not-not.
10. Teman-teman Psikologi 2004 yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan proses belajar di Psikologi : Galih, Hetty, Frenky, Yoan, Nico,
Aji, Evi, Vonny, Susi, Anggit, Ocha, Ronald Psi ’02 dan teman-teman
angkatan 2004 lainnya.
11. Ko Arfin yang selalu menjadi semangatku, dan berharga untukku.
12. Fung-Fung, ms. Albert, Ko Jemmy, Cie Aci, Cie Oliv, ms. Joko, mb. Cici, &
ms. Arif. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya.
13. Kak Bunga Siregar, terima kasih banyak untuk bantuannya.
14. Anata, Pika, Kike-chan, Ore, Nico, Ryant, serta anak-anak Shimatta,
Oregakure, Albatros, Netsubo, Amananogawa, Atsuki, Sinyuu. Terima kasih
telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
15. Romo Koko, terima kasih untuk doa dan dukungan moralnya sehingga penulis
bisa selalu merasa dikuatkan selalu dalam menjalani kehidupan ini.
x
-
xi
16. Teman-teman kuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma, semoga waktu
yang telah kita habiskan bersama dapat menjadi kenangan indah sampai hari
tua kita.
17. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Yogyakarta, Mei 2009
Penulis
xi
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT........................................................................................................vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xii
LAMPIRAN .....................................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 7
A. Konsep Diri................................................................................................. 7
1. Definisi ................................................................................................. 7
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep Diri............. 9
3. Penggolongan Konsep Diri dan Ciri-cirinya ........................................ 12
xii
-
xiii
4. Aspek-Aspek Konsep Diri pada Remaja .............................................. 13
B. Konformitas .............................................................................................. 14
1. Definisi ............................................................................................... 14
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konformitas ................................. 16
3. Aspek Konformitas pada Remaja......................................................... 18
4. Tipe-tipe Konformitas ......................................................................... 18
5. Konformitas pada Remaja ................................................................... 20
C. Remaja yang Bergaya Harajuku ................................................................ 20
1. Definisi dan Batasan Remaja ............................................................... 20
2. Karakteristik Remaja........................................................................... 21
3. Gaya Harajuku .................................................................................... 23
D. Dinamika Hubungan antara Konformitas dan Konsep Diri pada Remaja ... 26
E. Hipotesis ................................................................................................... 29
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 30
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 30
B. Identifikasi Variabel.................................................................................. 30
C. Definisi Operasional Variabel-Variabel Penelitian..................................... 30
D. Subjek Penelitian ...................................................................................... 32
E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data ..................................................... 32
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data ........................................ 38
G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Pengumpulan Data.......................................... 38
H. Hasil Uji Coba Alat Pengumpulan Data..................................................... 39
I. Metode Analisis Data ................................................................................ 42
xiii
-
xiv
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN.................................. 43
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 43
B. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian ........................................................ 43
C. Hasil Penelitian ......................................................................................... 45
D. Pembahasan .............................................................................................. 48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 50
A. Kesimpulan............................................................................................... 50
B. Saran......................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................52
xiv
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala konformitas................................................................ 34
Tabel 2. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala konformitas Aspek dan Sifat
Favorabel /Tidak favorabel..................................................................... 34
Tabel 3. Blue Print Skala konsep diri ................................................................. 36
Tabel 4. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Konsep Diri Menurut Aspek dan
Sifat Favorabel / Tidak favorabel............................................................ 37
Tabel 5. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konformitas ............................ 40
Tabel 6. Susunan aitem-aitem skala konformitas (setelah uji coba) .................... 40
Tabel 7. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konsep diri.............................. 41
Tabel 8. Susunan aitem-aitem skala konsep diri (setelah uji coba)...................... 41
Tabel 9. Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek........................................... 44
Tabel 10. Deskripsi Statistik Data Penelitian...................................................... 44
Tabel 11. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik.................................... 44
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas........................................................................... 45
Tabel 13. Hasil Uji Linearitas ............................................................................ 46
Tabel 14. Norma kategorisasi skor .....................................................................46
Tabel 15. Kategorisasi Skor Konformitas dan Konsep diri ................................. 47
Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 48
xv
-
xiii
LAMPIRAN
Lampiran A ......................................................................................................58
1. Skala Konformitas Sebelum Uji Coba ....................................................... 61
2. Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba......................................................... 65
Lampiran B ......................................................................................................68
1. Skala Konformitas Penelitian ..................................................................... 71
2. Skala Konsep Diri Penelitian...................................................................... 74
Lampiran C ......................................................................................................77
1. Data Tryout Skala Konformitas .................................................................. 78
2. Reliabilitas dan Validitas Konsep Konformitas .......................................... 82
3. Data Tryout Skala Konsep Diri................................................................... 85
4. Reliabilitas dan Validitas Skala Konsep Diri .............................................. 89
Lampiran D ......................................................................................................93
1. Data Penelitian Skala Konformitas............................................................. 94
2. Data Penelitian Skala Konsep Diri ............................................................. 97
3. Uji Normalitas.......................................................................................... 101
4. Uji Linearitas ........................................................................................... 102
5. Uji Hipotesis ............................................................................................ 103
Lampiran E .................................................................................................... 104
Gaya Harajuku............................................................................................. 104
xvi
-
1
BAB I . PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa Remaja merupakan masa yang unik dan menarik. Pada masa ini
terjadi transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Banyak perubahan
terjadi dalam masa remaja. Perubahan itu antara lain perubahan secara biologis,
psikologis, kognitif dan perubahan secara sosio-emosional. Remaja mulai
membentuk konsep dirinya sesuai dengan perubahan-perubahan tersebut.
Konsep diri seseorang sangat bersifat pribadi sebab hanya orang itu
sendirilah yang dapat memahami ataupun mengerti bagaimana konsep dirinya.
Konsep diri seorang remaja satu dengan yang lain dapat sangat berbeda. Konsep
diri dipengaruh oleh lingkungannya sosial. Pengaruh sosial dapat berasal dari
lingkungan eksternal maupun internal. Pengaruh sosial yang berasal dari
lingkungan eksternal adalah pengaruh teman-teman sebaya sedangkan yang
berasal dari lingkungan internal yaitu pengaruh dari lingkungan keluarga.
Pengaruh atau tekanan dari teman sebaya cukup berarti dalam kehidupan seorang
remaja. Pengaruh ini berkaitan dengan interaksi sosial remaja di luar keluarga
yaitu dengan pembentukan kelompok.
Pembentukan kelompok remaja sangat berbeda dengan kelompok anak-
anak. Kelompok remaja mempunyai sifat yang lebih formal daripada kelompok
anak-anak, sebab kelompok remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih
besar. Relasi yang terjalin dalam kelompok remaja lebih didasarkan pada tingkat
1
-
2
kelekatan atau terbentuk dari kepentingan maupun minat yang sama setiap
anggotanya.
Remaja diberi banyak peluang untuk mengeksplorasi diri terhadap hal-hal
yang menjadi kebutuhan mereka. Pengeksplorasian ini berkaitan dengan
kebutuhan dalam mengungkapkan identitas diri serta konsep diri (Santrock,
1998). Pengeksplorasian diri yang dilakukan oleh remaja beserta teman-temannya
antara lain dengan memberikan sifat khas dalam pembentukan sebuah kelompok.
Kelompok yang dibentuk oleh kebanyakan remaja umumnya ingin menampilkan
kesan lain, menciptakan suatu gaya sendiri atau satu subkultur sendiri. Saat ini,
banyak bentuk kelompok remaja yang menjadi alternatif untuk mengekspresikan
diri. Salah satu kelompok yang mempunyai peminat tersendiri yaitu golongan
remaja yang bergaya ataupun mempunyai ketertarikan dengan gaya Harajuku.
Konsep Harajuku diadaptasi oleh para remaja dari subbudaya Jepang.
Harajuku merupakan semangat dandan yang memuliakan kebebasan
kreasi, kemerdekaan ekspresi dari kaum muda Jepang yang berkembang di
jalanan, sekitar kawasan Harajuku, Tokyo (Megumi-Minori, 2006). Harajuku style
dapat dikatakan sebagai pengawuran karena semakin “ngawur” semakin
Harajuku. Proses kognisi sosial mulai berkembang pada kelompok remaja yang
bergaya Harajuku. Remaja mulai mengembangkan egosentrisme khusus.
Egosentrisme pada remaja menggambarkan kesadaran diri remaja yang terwujud
pada keyakinan bahwa orang lain mempunyai perhatian terhadap keunikan diri
mereka. Egosentrisme ini meliputi personal fable (dongeng pribadi) dan imaging
audience (penonton imajinasi). Personal fable adalah bentuk egosentrisme yang
-
3
berkaitan dengan perasaan unik tentang diri, sedangkan imaging audience adalah
perilaku yang ditunjukkan untuk mencari perhatian orang lain (Santrock, 1998).
Pengaruh sosial dalam kelompok remaja dengan gaya Harajuku
memberikan kontribusi besar pada cara penilaian mereka terhadap diri mereka
sendiri. Mereka menganggap diri mereka unik dan berbeda dengan remaja
lainnya. Keunikan tersebut tampak pada penampilan atau style yang berbeda
daripada remaja lain. Penampilan unik mereka berawal dari minat para remaja
mengenai tokoh-tokoh animasi, manga, band-band dan film Jepang. Konsep
kreativitas yang ditunjukkan oleh remaja bergaya Harajuku, tidak hanya terlihat
dari gaya berpakaian tetapi juga meliputi tatanan rambut dan tata rias wajah.
Model Harajuku dapat terlihat pada acara costume play atau lebih sering disebut
Cosplay (Kurniawati dkk, 2008).
Para remaja yang bergaya Harajuku merasakan bahwa mereka dapat
mengaktualisasikan diri sesuai dengan minat dan mempunyai kesempatan untuk
mengekspresikan diri. Perasaan remaja tentang diri sendiri memberikan komposisi
unik dan merupakan faktor yang dipelajari melalui pengalaman seseorang
berinteraksi dengan orang lain.
Menurut beberapa artikel yang ada, gaya Harajuku juga merupakan suatu
bentuk konformitas kelompok. Konformitas ini melahirkan hal yang bersifat
original. Originalitas merupakan sifat khas pengelompokan anak-anak muda.
Mereka menunjukkan kecenderungan untuk memberikan kesan lain daripada yang
lain untuk menciptakan suatu gaya sendiri, subkultur sendiri. Anak-anak muda
menunjukkan originalitasnya bersama dalam cara berpakaian, berdandan, gaya
-
4
rambut dan gaya tingkah laku. Semua hal ini mereka manifestasikan sebagai
bentuk kelompok anak muda dengan gaya sendiri.
Menurut hasil observasi, para remaja yang tergabung dalam kelompok ini,
mengekspresikan diri tidak jauh berbeda dengan anggota kelompok lainnya dalam
hal tata rambut atau make up. Tujuan yang ingin didapat oleh para remaja yang
bersikap konformis yaitu diterima dalam kelompok sebagai bentuk dari eksistensi
anggota kelompok, menjaga hubungan dengan kelompok dan mempunyai
ketergantungan dengan kelompok. Adanya sikap konformis yang ada pada
kelompok memberikan pengaruh tersendiri terhadap konsep diri para remaja
sebagai anggotanya.
Sikap konformis merupakan salah satu bentuk pengaruh sosial yang
dialami oleh remaja. Konformitas muncul ketika seorang remaja bergabung pada
suatu kelompok. Konformitas adalah menyerah pada tekanan kelompok walaupun
tidak ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah dibuat oleh
kelompok tersebut. Penyesuaian diri terhadap kelompok terkadang mengakibatkan
seseorang banyak mengubah kepribadian menurut harapan kelompok, namun
tanpa konformitas seorang remaja akan dihadapkan pada kekacauan sosial.
Konformitas mempunyai sisi positif yaitu adanya pemberian norma yang secara
tidak langsung mengatur tingkah laku kita. Akibatnya, kekacauan sosial tidak
terjadi. Pada beberapa situasi konformitas memang sangat diperlukan dan sangat
berguna (Kallgren, Reno, & Cialdini, 2000 dalam Baron & Bryne 2005).
Sears, dkk (2008) mengemukakan bahwa penilaian yang lemah terhadap
diri sendiri akan meningkatkan konformitas. Apabila sikap konformitas seseorang
-
5
terlalu tinggi maka akan mempengaruhi tingkat kepercayaan dan keyakinan orang
tersebut pada kemampuannya. Sedangkan Moustakas (1974) dalam Calhoun &
Acocella (1990), mengemukakan bahwa terlalu mengandalkan pengakuan dari
orang lain dapat menimbulkan konsep diri seseorang melemah. Hal ini juga
didukung oleh Ellis (1958) dalam Calhoun & Acocella (1990). Ellis menyatakan
harapan terus menerus akan pengakuan orang lain dapat membuat seseorang
menyalahkan diri sendiri bila ternyata harapan orang lain tersebut tidak dapat
tercapai. Seseorang merasa dirinya negatif ketika mereka tidak dapat mencapai
kriteria atau harapan orang lain.
Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara konformitas dan konsep
diri pada remaja yang bergaya Harajuku apakah pengaruh sosial yang terjadi
dalam kelompok membuat mereka kesulitan untuk menentukan konsep diri.
Memilih untuk mempercayai diri sendiri atau hanya mengikuti pengaruh sosial.
-
6
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini ingin melihat apakah terdapat hubungan antara konformitas
dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang ditulis sebelumnya, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dan
konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu :
a. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi
ilmu psikologi mengenai remaja yang bergaya Harajuku mengingat
penelitian mengenai remaja dengan gaya Harajuku belum banyak diteliti
secara ilmiah di daerah Yogyakarta.
b. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menunjukkan
bagaimanakah hubungan antara konformitas dan konsep diri pada remaja
yang bergaya Harajuku.
-
7
BAB II . LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
A. Konsep Diri
1. Definisi
Konsep diri merupakan keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan dan
penghargaan seseorang terhadap dirinya. Konsep diri terbentuk dari pengalaman
dan juga gambaran orang lain mengenai dirinya (Kelly, 1955 dalam Burn, 1979).
Konsep diri adalah organisasi dari persepsi-persepsi diri (Burn, 1979 dalam
Dayakisni & Yuniardi, 2004). Organisasi yang dimaksud yaitu bagaimana kita
mengenal, menerima dan menilai diri kita sendiri. Suatu deskripsi mengenai
seperti apa kita, mulai dari identitas fisik, sifat hingga prinsip. Konsep diri adalah
inti keberadaan (existence) dan secara naluriah tanpa disadari mempengaruhi
setiap pemilihan perasaan dan perilaku individu tersebut (Dayakisni & Yuniardi,
2004).
Konsep diri adalah sejumlah pandangan seseorang mengenai diri sendiri
yang merupakan campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang lain
mengenai diri kita dan seperti apa harapan kita terhadap diri. Secara umum konsep
diri diartikan sebagai cara bagaimana individu bereaksi terhadap dirinya. Hal ini
ditentukan oleh kesadaran diri yang dimiliki oleh individu mengenai dirinya.
7
-
8
Menurut Smith, et al (2003) kesadaran diri diperoleh dengan cara :
a. Mengamati diri sebagai perantara
Kesadaran diri yang diperoleh melalui identifikasi melalui tubuh. Tubuh
merasakan hal sensitif karena itu jika tubuh merasakan sakit, maka individu
mengatakan dialah yang sakit. Ancaman terhadap tubuh dirasakan sebagai
ancaman terhadap dirinya.
b. Mengamati diri sebagai kontinuitas
Kesadaran diri diperoleh melalui proses ingatan yang terus menerus.
c. Mengamati diri dalam hubungan dengan orang lain
Konsep diri terbentuk melalui bagaimana orang lain menilai dirinya,
bagaimana orang lain mengamati dan berpikir tentang dirinya. Penerimaan
dan penolakan orang lain terhadap diri begitu penting.
Mead (1954, dalam Rakhmat, 1996) mengemukakan bahwa konsep diri
merupakan bentuk refleksi dari pendapat orang lain mengenai diri seorang
individu. Konsep diri merupakan suatu konstruk sentral untuk mengenal dan
mengerti individu yang erat berhubungan dengan dunia fenomenalnya. Aspek
yang paling menentukan adalah dirinya sendiri. Konsep diri menurut Fitts (1971)
adalah bagaimana diri diamati, dipersepsikan dan dialami oleh orang tersebut,
karena konsep diri mengandung unsur penilaian. Nantinya konsep tersebut akan
mempengaruhi perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Fitts (1996), konsep diri terdiri dari dimensi internal dan dimensi
eksternal. Konsep diri internal yaitu keseluruhan penghayatan pribadi sebagai
kesatuan yang unik. Penilaian berdasarkan dimensi internal meliputi penilaian
-
9
seseorang terhadap identitas diri, kepuasan diri dan perilakunya. Dimensi
eksternal adalah persepsi diri yang timbul karena adanya interaksi individu
dengan lingkungan dunia luar, khususnya dalam hubungan interpersonal. Konsep
diri tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari dan terbentuk melalui
pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Kesimpulannya, konsep diri merupakan suatu bentuk kesadaran, persepsi
kognitif dan evaluasi terhadap dirinya sendiri. Konsep diri bukanlah unsur
bawaan, namun terbentuk melalui interaksi diri dan lingkungan. Konsep diri
penting dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan tindakan individu
dalam berbagai situasi.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep Diri
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri antara
lain, usia, jenis kelamin, kondisi fisik dan penghayatan terhadap kondisi tersebut,
perlakuan dan sikap orang lain di sekitarnya, pengalaman bermakna yang
diperoleh dalam berhubungan dengan orang lain dan pengaruh dari figur-figur
yang bermakna dalam kehidupan individu tersebut (Natalia & Pramadi, 1997).
a. Usia
Perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan
dibentuk. Perbedaan pengalaman yang diperoleh akan mempengaruhi luasnya
wawasan kognitif. Selanjutnya akan menentukan bagaimana persepsi seseorang
terhadap pengalamannya dan turut mempengaruhi diri.
-
10
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menjadi penentu untuk menetapkan individu digolongkan,
perempuan atau laki-laki. Peran seksual akan mempengaruhi perkembangan
konsep diri individu. Peran seksual yang diterapkan pada anak lambat laun akan
menjadi konsep diri individu tersebut.
c. Kondisi Fisik
Gambaran fisik dipersepsi mengenai tubuhnya sendiri. Adanya proses
evaluasi tentang tubuhnya didasarkan pada norma sosial dan umpan balik dari
orang lain. Penilaian positif pada diri akan mengembangkan konsep diri yang
positif.
d. Sikap-sikap Orang Di Lingkungan Sekitar
Individu yang dapat menjadi dirinya sendiri dan diterima oleh lingkungan
sekitar akan mengembangkan konsep diri yang positif, sedangkan individu yang
merasa ditolak akan mengembangkan perasaan rendah diri, terabaikan sehingga
nantinya akan mengarah pada konsep diri yang negatif.
e. Figur-figur Bermakna
Banyak figur yang bermakna bagi individu, pada intinya memberikan
pengaruh. Biasanya tokoh-tokoh ini mempunyai arti khusus bagi individu. Tokoh-
tokoh itu antara lain : orang tua, keluarga, guru, teman, pacar, tokoh idola dll.
-
11
Proses psikologis yang berhubungan dengan perkembangan konsep diri
seseorang (Magill, 1996).
a. Persepsi Diri
Merupakan proses yang menggambarkan bagaimana individu menarik
kesimpulan berdasarkan observasi tersendiri mengenai sikap dan kepercayaannya
mengenai berbagai hal yang dihadapi.
Contohnya : sebuah ungkapan “apa yang saya lakukan ini adalah tindakan
benar. “
b. Reflected Appraisal
Merupakan proses yang menggambarkan bagaimana individu menarik
kesimpulan mengenai dirinya berdasarkan reaksinya terhadap pandangan ataupun
pendapat orang lain mengenai dirinya.
Contohnya : ungkapan bahwa “saya adalah anak yang tidak pintar
bergaul” itu pendapat dari beberapa teman saya.
c. Social Comparison
Merupakan proses evaluasi diri yang berhubungan dengan kelompok
referensi atau orang-orang yang bermakna dalam kehidupan individu. Pada remaja
referensi itu dapat berasal dari orang tua, sahabat ataupun orang lain yang
dianggap bermakna dalam kehidupannya.
Contohnya : sebuah ungkapan “ saya seharusnya dapat bersikap lebih
dewasa seperti kakak.”
-
12
Konsep diri akan berkembang ke arah positif apabila antara diri ideal
dengan sesungguhnya banyak terdapat kesamaan. Pada diri remaja terjadi
perkembangan konsep diri ke arah yang lebih realistik berdasarkan proses belajar
(Rais, 1995). Perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh pertambahan usia,
penampilan, hubungan dengan keluarga dan kelompok teman sebaya. Pengaruh
kelompok teman sebaya terlihat dalam dua hal utama yaitu:
a. Konsep diri remaja merupakan cerminan dari apa yang dipercayainya tentang
pandangan teman sebaya terhadap dirinya.
b. Remaja tidak bisa terlepas dari tekanan kelompoknya sehingga mereka akan
mengembangkan ciri-ciri kepribadian berdasarkan “persetujuan” kelompok.
3. Penggolongan Konsep Diri dan Ciri-cirinya
a. Konsep Diri Positif
Merupakan keyakinan atau pandangan seseorang tentang dirinya sendiri
yang baik dan menyenangkan. Menurut Calhoun & Acocella (1990), konsep diri
yang tinggi diartikan sebagai evaluasi diri yang positif. Evaluasi diri yang positif
merupakan bentuk harga diri yang positif, dimana individu menjadi dirinya dan
juga hidupnya menyenangkan.
Ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri yang positif atau tinggi :
- Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi
- Penerimaan yang baik terhadap diri sendiri
- Memiliki rasa optimis
- Memiliki rasa aman terhadap diri & tidak mudah cemas
-
13
- Memiliki harga diri yang tinggi
- Menerima pujian tanpa rasa malu
b. Konsep Diri Negatif
Merupakan keyakinan atau pandangan seseorang tentang diri sendiri yang
negatif dan cenderung tidak menyenangkan.
Ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri yang negatif atau rendah :
- Tidak merasa percaya diri
- Penerimaan dalam diri tidak baik
- Lebih merasa pesimis dalam melihat beberapa hal
- Peka terhadap suatu kritik sehingga kecemasan mereka tinggi
- Responsif sekali tehadap pujian (pura-pura menghindari pujian padahal
sebenarnya sangat antusias).
4. Aspek-Aspek Konsep Diri pada Remaja
Aspek konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (1990), yaitu :
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan pemahaman individu mengenai diri sendiri. Hal
ini mengacu pada istilah kualitas maupun istilah kuantitas. Istilah kuantitas antara
lain meliputi : usia, jenis kelamin, kebangsaan, dll. Istilah kualitas diri kita
dapatkan dengan cara membandingkan diri dengan orang lain atau kelompok
pembanding misalnya kita sebagai orang yang ceroboh atau berhati-hati, baik hati
atau egois, tenang atau pemarah. Nantinya kita akan mendapatkan pemahaman
mengenai kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
-
14
b. Harapan
Harapan seseorang menjadi apa di masa mendatang juga mempengaruhi
konsep diri seseorang (Rogers, 1991 dalam Calhoun & Acocella, 1990). Harapan
ini akan membangkitkan kekuatan yang mendukung individu kepada masa depan
dan mengarahkan aktivitas untuk mencapai arah yang dituju. Lebih ringkasnya
setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan
tersebut berbeda-beda pada setiap individu.
c. Penilaian
Individu berfungsi sebagai penilai terhadap dirinya sendiri setiap hari.
Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya
saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya.
B. Konformitas
1. Definisi
Kelompok adalah sekumpulan orang yang dipersepsikan terikat satu sama
lain dalam sebuah unit yang koheren pada derajat tertentu (Dasgupta, Banaji &
Abelson, 1999; Lickel dkk., 2000). Anggota-anggota kelompok tersebut bertemu
karena kepentingan atau minat yang sama dalam berbagai kegiatan (Santrock,
1998). Konformitas itu sendiri berarti tunduk pada tekanan kelompok meskipun
tidak ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah diperbuat oleh
kelompok (Deaux et al., 1993 dalam Zebua & Nurdjayadi, 2001). Konformitas
juga merupakan cerminan perubahan perilaku sebagai hasil tekanan kelompok
secara nyata atau hanya imajinasi individu (Zebua & Nurdjayadi, 2001).
-
15
Seseorang bersikap konform terhadap suatu kelompok disebabkan karena
adanya tekanan sosial, meskipun biasanya tuntutan tersebut tidak terbuka.
Penyesuaian ini dilakukan agar dalam kelompok tersebut tercipta suasana yang
harmonis dan terdapat kesepakatan dengan anggota lainnya (Klopf, 1985).
Konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan hal
penting yang terjadi pada fase remaja (Berk, 1993 dalam Zebua & Nurdjayadi
2001). Menurut Santrock (1998) konformitas mempengaruhi berbagai aspek
dalam kehidupan remaja seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah ataupun
aktivitas sosial yang akan diikuti dan nilai-nilai yang dianut. Konformitas remaja
pada umumnya terjadi karena mereka tidak ingin dipandang berbeda dari teman-
teman atau kelompoknya.
Apabila seorang remaja mempunyai konformitas yang tinggi terhadap
kelompoknya, maka ia akan cenderung melakukan hal yang sama dengan
kelompok dan begitupun sebaliknya (Mappiare, 1982). Sehingga dapat dikatakan
bahwa masa remaja merupakan masa dimana individu mempunyai gejolak yang
meningkat untuk mengetahui perubahan-perubahan di dalam kehidupannya.
Brehm dan Kassin (1990) mengemukakan bahwa terdapat tendensi
seseorang akan mengubah persepsi, opini maupun perilaku dengan cara yang
konsisten sesuai norma kelompok. Konformitas juga terjadi ketika terdapat
penilaian, opini maupun sikap seseorang yang dibandingkan dengan orang atau
kelompok lain. (De Montmollin, 1977 dalam Hewstone, 1996).
-
16
Seseorang akan bersikap menyesuaikan diri dengan alasan antara lain :
a. Perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat.
b. Ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan.
Konformitas disimpulkan sebagai perilaku yang diubah untuk
menyesuaikan diri dengan harapan kelompok. Pengaruh sosial menjadi faktor
yang mengubah perilaku seseorang ketika terdapat perbandingan ataupun
penilaian dari orang ataupun kelompok lain.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konformitas
Faktor-faktor yang menentukan sejauh mana seseorang mengikuti tekanan
konformitas antara lain :
a. Faktor Kohesivitas
Kohesivitas merupakan derajat ketertarikan yang dirasakan oleh individu
terhadap suatu kelompok. Besar atau tidaknya bentuk konformitas diawali dengan
rasa suka atau kagum terhadap kelompok tersebut. Salah satu bentuk perilaku agar
kita diterima dalam suatu kelompok adalah dengan menjadi sama seperti mereka
(kelompok) dalam berbagai hal. Sebaliknya, apabila tingkat kohesivitas kita
rendah maka tekanan terhadap konformitas juga akan rendah. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa kohesivitas memunculkan pengaruh yang kuat terhadap
konformitas (Crandall, 1988; Latané & L’Herrou, 1996 dalam Baron & Byrne,
2005).
-
17
b. Ukuran Kelompok
Faktor selanjutnya yang berpengaruh adalah ukuran kelompok. Menurut
penelitian-penelitian yang dilakukan Asc, 1956; Gerrard, Wilhelmy & Conolley
1968 (dalam Baron & Byrne, 2005) diketahui bahwa konformitas meningkat
sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Jadi, semakin besar
kelompok tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut serta
bersikap konformis, meskipun itu berarti kita akan menerapkan tingkah laku yang
berbeda dari yang sebenarnya kita inginkan.
c. Pemberian Norma Sosial.
Norma sosial dapat bersifat informal dan formal. Kedua peraturan ini
dibedakan berdasarkan tertulis dan tidak tertulis. Namun, ini bukanlah satu-
satunya bentuk perbedaan norma. Norma masih dapat dibedakan menjadi norma
deskriptif/himbauan (descriptive norms) dan norma injungtif/perintah (injunctive
norms) (Cialdini, Kallgren & Reno, 1991 dalam Baron & Byrne, 2005).
Norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang
sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma ini memberitahukan
kita tentang hal-hal efektif dan adaptif pada situasi tertentu. Sebaliknya, norma
injungtif menetapkan tingkah laku kita yang harus kita lakukan, tingkah laku apa
yang akan diterima ataupun tingkah laku apa yang tidak diterima (Brown, 1998
dalam Baron & Byrne 2005). Teori yang ada menyatakan bahwa norma akan
mempengaruhi tingkah laku apabila menjadi sebuah fokus dari orang yang terlibat
pada saat tingkah laku tersebut muncul.
-
18
3. Aspek Konformitas pada Remaja
Menurut Deutsch dan Gerard (1955) dalam Baron dan Byrne (2005),
terdapat dua aspek pada konformitas remaja yaitu :
a. Aspek Informatif
Aspek informatif ini didasarkan pada keinginan untuk merasa benar,
sehingga kita lebih merujuk informasi dari orang lain ataupun pendapat kelompok
sebagai referensi atau sebagai panduan opini dan tindakan kita. Rujukan atas
informasi orang lain inilah yang menjadi sumber kuat atas kecenderungan untuk
melakukan konformitas. Ketergantungan akan informasi dari kelompok membuat
kita tidak dapat memutuskan ataupun menilai tentang diri sendiri karena
didasarkan hanya pada informasi orang lain.
b. Aspek Normatif
Aspek normatif ini didasarkan pada keinginan untuk disukai dan tidak
ditolak oleh kelompok. Pengaruh secara normatif membuat kita melakukan
perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain ataupun kelompok.
Konformitas yang kita lakukan adalah berdasarkan norma sosial yang telah
disepakati oleh kelompok.
4. Tipe-tipe Konformitas
Menurut Allen (1965), Kellman (1958) dan Mozcovici (1980) dalam
Brehm & Kassin (1990), terdapat dua tipe konformitas yaitu private conformity
dan public conformity.
-
19
a. Privat Conformity
Merupakan perilaku konfomitas yang dilakukan dengan tidak hanya
mengubah perilaku luar akan tetapi mengubah pola pikir. Perilaku ini merupakan
pengaruh dari informasi.
b. Public Conformity
Konformitas ini hanya terjadi pada perubahan perilaku luar tanpa terjadi
perubahan pola pikir. Hal ini lebih dipengaruhi oleh norma. Menurut Kellman
(1958, dalam Worchel & Cooper, 1983) terdapat 3 tipe konformitas, yakni
compliance / simple compliance, acceptance / privat compliance dan
identification.
1) Compliance / Simple Compliance
Individu akan bersikap setuju jika berada di tengah tengah kelompok.
Apabila berada di luar kelompok, individu tersebut akan mengembangkan
pendapatnya sendiri. Hal ini dilakukan untuk menghindari penolakan.
2) Acceptance / Privat Compliance
Individu benar-benar bersikap sama dengan kelompok sebab individu
percaya bahwa pandangan dan perilaku kelompok semua adalah benar.
3) Identification
Individu akan meniru perilaku orang lain yang dianggap penting hanya
untuk mempertahankan hubungan.
-
20
5. Konformitas pada Remaja
Dalam tahap perkembangan remaja, pengaruh kuat teman sebaya atau
sesama merupakan hal penting yang terjadi dalam masa remaja. Di antara mereka
terjalin perasaan yang kuat. Dalam kelompok teman sebaya, remaja menerapkan
prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Melalui kelompok terbentuklah
norma, nilai dan simbol yang dianut oleh para anggotanya. Berdasarkan hal ini
tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran banyak dipengaruhi oleh teman-
teman dalam kelompok mereka. Remaja yang mempunyai konformitas tinggi
terhadap kelompoknya cenderung melakukan hal menyerupai perlakuan kelompok
dan begitupun sebaliknya. Konformitas yang dilakukan oleh para remaja terjadi
karena remaja itu merasa takut atau untuk menghindari dikucilkan dari kelompok
(Mappiare, 1982).
C. Remaja yang Bergaya Harajuku
1. Definisi dan Batasan Remaja
Remaja merupakan masa yang paling penting dalam proses perkembangan
manusia. Masa remaja adalah masa perkembangan peralihan dari masa anak-anak
menuju masa dewasa yang mencakup perubahan secara biologis, kognitif dan
sosio-emosional (Santrock, 2002)
Masa remaja berlangsung dari usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir pada
usia 18 sampai 22 tahun. Akan tetapi banyak ahli perkembangan yang
membedakan antara remaja awal dan remaja akhir (Santrock, 1998).
-
21
2. Karakteristik Remaja
Remaja dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam hal fisik,
kognitif dan secara sosio-emosional. Perkembangan adalah pola gerakan atau
perubahan yang dimulai pada waktu konsepsi dan berlanjut sepanjang siklus
hidup. Pola ini bersifat kompleks karena mencakup hasil dari beberapa proses
perubahan yang terjadi di antara tiga komponen dasar.
a. Perkembangan Fisik Remaja
Proses ini mencakup perubahan secara fisik dan secara hormonal.
Perubahan hormonal menjadi penanda seorang remaja masuk dalam masa
pubertas. Masa pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik meliputi
perubahan tubuh dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal. Perubahan
fisik dalam masa pubertas ini seperti meningkatnya berat, tinggi badan serta
kematangan secara seksual. Pada tahap perkembangan biologis atau fisik remaja
mulai berminat terhadap citra tubuhnya. Pada masa ini perhatian remaja awal
terlalu berlebihan dibandingkan dengan akhir masa remaja nantinya (Wright, 1989
dalam Santrock, 1998).
Pengaruh secara psikologis yang terjadi dalam masa ini dititikberatkan
dalam pencitraan tubuh dan masa pubertas baik yang secara cepat maupun lambat.
Bagi remaja perempuan, masa pubertas yang terlalu cepat memberikan perasaan
negatif sebab kebanyakan dari mereka belum siap. Namun, pubertas yang cepat
pada remaja laki-laki memberikan perasaan positif daripada remaja lain yang
terlambat pubertasnya.
-
22
b. Perkembangan Kognitif Remaja
Proses secara kognitif melibatkan dua proses yaitu akomodasi dan
asimilasi. Asimilasi merupakan proses pemasukan informasi baru digabungkan
dengan informasi yang dimilikinya. Akomodasi merupakan penyesuaian diri
terhadap informasi baru. (Piaget, 1954 dalam Santrock, 1998).
Menurut Piaget, remaja berada pada tahap pemikiran operasional formal
(11-15 tahun). Dalam tahap ini pemikiran remaja akan semakin bersifat abstrak,
idealis dan logis. Pemikiran operasional formal ini berlangsung secara dua tahap
yakni awal remaja dan akhir remaja. Pada tahap awal, remaja cenderung berpikir
bebas dengan kemungkinan yang tidak terbatas. Pada tahap ini pemikiran remaja
mengalahkan realitas, terlalu dipersepsi secara subjektif dan idealis sedangkan
pada tahap akhir remaja terdapat keseimbangan intelektual antara informasi-
informasi yang diperolehnya.
Proses kognisi secara sosial juga berkembang dalam tahap ini. Kognisi
sosial mengacu bagaimana seseorang memandang dan berpikir tentang dunia
sosial, adanya pengamatan dan proses berinteraksi dengan orang lain ataupun
kelompok. Pada proses kognisi sosial, remaja mulai mengembangkan suatu
egosentrisme khusus. Egosentrisme pada remaja menggambarkan meningkatnya
kesadaran diri yang terwujud pada keyakinan mereka bahwa orang lain
mempunyai perhatian terhadap keunikan diri mereka. Egosentrisme remaja ini
meliputi personal fable (dongeng pribadi) dan imaginary audience (penonton
imajiner). Personal fable yaitu egosentrisme remaja yang terkait dengan perasaan
-
23
keunikan kepribadian mereka sedangkan imaginary audience yaitu adanya
perilaku yang bertujuan untuk mencari perhatian orang lain.
c. Perkembangan Sosio-Emosional Remaja
Keluarga merupakan lingkungan awal yang sangat mempengaruhi
perkembangan remaja. Pada lingkungan keluarga inilah remaja mulai
mengembangkan cara untuk berelasi dengan orang lain. Lingkungan lain di luar
keluarga yang berkaitan dengan tingkat relasi remaja adalah lingkungan sosial,
khususnya lingkungan teman sebaya. Pada diri remaja pandangan teman sebaya
merupakan aspek terpenting dalam kehidupan mereka.
Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau
tingkat kedewasaan yang sama. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi
sangat kuat pada diri remaja. Oleh sebab itu, hal ini dapat membentuk perilaku
konformitas yang akan lebih berpengaruh jika dia membentuk kelompok sendiri.
Kecenderungan ini terjadi karena dalam kelompok ada beberapa hal yang
mempengaruhi remaja seperti adanya peraturan dan peran. Identitas remaja akan
mulai terbentuk dalam perkembangan sosio-emosional.
3. Gaya Harajuku
Gaya busana Harajuku diminati oleh orang muda saat ini. Di Indonesia
sendiri, menurut sebuah artikel (Kurniawati dkk, 10 Februari 2008), budaya
berbusana Harajuku ini telah banyak digemari karena karakternya kuat dan khas.
Peminat mode Harajuku ini mempunyai keterampilan tersendiri untuk merancang
pakaian mereka.
-
24
Harajuku itu sendiri adalah semangat dandan yang memuliakan kebebasan
kreasi, kemerdekaan ekspresi dari kaum muda Jepang dan telah berkembang di
jalanan sekitar kawasan Harajuku, Tokyo. Gaya Harajuku menabrak tatanan,
standar dan segala aturan berbusana berikut tata rambut dan rias wajah (Sari,
2008). Harajuku berkembang menjadi semacam subkultur kaum muda Jepang.
Gaya Harajuku di Jepang sendiri seperti sebuah identitas diri mengenai siapa diri
kita, di mana kita tinggal, dan apa yang kita rasakan sebagai manusia (Aoki,
Desember 2006).
Harajuku sering terlihat dalam sebuah cosplay. Biasanya yang dimaksud
dengan kostum di sini adalah kostum dari tokoh manga1, anime2, video game,
tokoh serial action, film dan juga band-band musik di Jepang. Cosplay biasanya
terlihat di acara-acara konser musik, taman hiburan dan pesta. Di Jepang bukan
pemandangan asing melihat remaja ber-cosplay di distrik Harajuku. Sejak tahun
1998 tepatnya di distrik Akihabara, Tokyo muncul sejumlah kafe Cosplay tempat
para fans cosplay biasa berkumpul.
Ada beberapa gaya dalam cosplay antara lain :
1. Para cosplay yang gemar terhadap tokoh artis Jepang mempunyai aliran
tersendiri, yaitu Cosplay Japanese Star atau Cosplay J-Star. Gaya yang satu
ini terdiri dari dua jenis, yaitu J-pop dan J-rock.
1 - Sebutan komik dalam bahasa Jepang
- merupakan bentuk dari budaya modern, yang yang diekspresikan melalui tehnik menggambar
2 Tokoh komik dalam manga
-
25
2. Cosplay Anime.
Cosplay anime lebih terinspirasi dari tokoh-tokoh animasi. Cosplay anime
mempunyai aliran khusus, dimana perempuan berdandan seperti laki-laki,
ataupun sebaliknya. Pertukaran peran ini dikenal sebagai Cross Play.
3. Cosplay Original
Cosplay original menggunakan gaya tradisional ala Jepang yang desainnya
sudah dimodifikasi dengan imajinasi sendiri, tetapi tetap membawa ciri utama
dari gaya aliran tertentu. Misalnya, membuat kostum samurai digabungkan
dengan obi atau sabuk kimono.
4. Cosplay Tokusatsu
Cosplay ini dikenal dengan kostum superhero Jepang, seperti Power Ranger.
Tokusatsu bisa dibuat dari kardus atau lempengan besi. Pembuatan kostum ini
biasanya lebih mahal dan sulit daripada cosplay jenis lain.
5. Cosplay Ganguro
Mengadaptasi rias wajah tokoh pop Jepang. Aliran Ganguro di Jepang
biasanya mencoklati wajah mereka. Mereka juga menggunakan lipstik dan
perona mata putih. Sementara di Indonesia aliran ini diadaptasi hanya
sebagian. Kebanyakan remaja meniru tanpa mencoklati wajah (Aprianti &
Dhaniati, April 2006).
Gaya berbusana Harajuku tidak hanya terpusat pada jenis pakaian saja
namun dikenal dari tatanan rambut dan tata rias wajah. Tatanan rambut yang
-
26
sedang menjadi trend adalah rambut asimetris gaya Harajuku. Sedangkan riasan
wajah lebih pada aliran gothic3.
Para pecinta gaya Harajuku sebenarnya mengetahui dengan benar bahwa
apa yang mereka senangi merupakan sesuatu yang ekstrem. Hal ini disebabkan
karena terdapat perbedaan budaya antara Indonesia dan Jepang. Meskipun
demikian, banyak dari peminat gaya Harajuku akan meneruskan hobinya ini
sampai mati dan akan meneruskan kepada anak cucunya (Kurniawati dkk, 10
Februari 2008).
D. Dinamika Hubungan antara Konformitas dan Konsep Diri pada Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
kedewasaan seseorang. Masa transisi ini membuat banyak hal-hal baru muncul
dalam diri remaja yang nantinya membantu perkembangan diri atau mungkin
malah menjadi penghambat dalam perkembangan dirinya. Remaja mulai untuk
berinteraksi dengan lingkungan di luar keluarganya. Salah satunya adalah
berinteraksi secara sosial dengan teman sebaya.
Remaja merupakan sasaran yang tepat dalam berkembangnya suatu bentuk
kreativitas anak muda dengan segala keunikannya. Pembentukan kelompok teman
sebaya dengan gaya tertentu merupakan salah satu cara mengekspresikan diri.
Perilaku ini mencerminkan keinginan untuk tampil beda dan diperhatikan
(Santrock, 2002). Hal ini berlaku pada remaja yang mempunyai gaya Harajuku.
3 Aliran yang mendadani wajah menggunakan perona mata hitam
-
27
Gaya Harajuku yang ekstrem dijadikan sebagai alternatif remaja untuk
mengekspresikan diri dengan gaya yang unik.
Para remaja yang membentuk kelompok lebih banyak menghabiskan
waktu di luar keluarganya, maka pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada lingkungan keluarga. Remaja
akan berusaha untuk menyesuaikan diri sesuai dengan trend yang berkembang
dalam kelompok dengan harapan agar diterima dalam kelompok.
Sikap remaja yang berusaha untuk konform membuat mereka berusaha
mengubah normanya sendiri, mengubah keyakinan pada diri dan secara tidak
langsung mengubah persepsi, opini maupun perilaku sesuai dengan kelompoknya
(Brehm & Kassin, 1990). Perilaku konformitas yang tinggi terkadang
menyebabkan konsep diri remaja menjadi lemah. Hal ini dapat dilihat dari
tinjauan aspek-aspek konformitas.
Hal pertama adalah aspek informatif. Kecenderungan untuk menjadi
seseorang yang merasa benar dengan merujuk pada infomasi dari orang lain
ataupun pendapat kelompok menyebabkan ketergantungan pada orang lain.
Ketergantungan ini membuat individu tidak dapat memutuskan ataupun menilai
tentang diri sendiri. Hal yang akan disoroti dalam hal ini adalah usaha remaja
yang bergaya Harajuku untuk melakukan tindakan atau tingkah laku yang
didasarkan pada informasi kelompok. Kebutuhan untuk merasa tepat atau benar
menyebabkan informasi dalam kelompok menjadi acuan penting dalam perilaku
mereka. Remaja berusaha membentuk diri agar tampil sesuai atau tampak lebih
baik daripada anggota lainnya. Ketergantungan pada aspek informatif ini
-
28
contohnya, keputusan untuk memilih gaya Harajuku apa yang paling baik/sesuai
dengan dirinya diserahkan pada rujukan orang lain, cenderung untuk mengabaikan
pendapat sendiri, merasa takut untuk mengeluarkan pendapat, dan menganggap
informasi dari kelompok adalah yang paling akurat terkadang menyebabkan para
remaja tidak dapat memutuskan ataupun menilai tentang diri sendiri, karena
didasarkan hanya pada informasi kelompok.
Hal kedua adalah aspek normatif. Aspek ini didasarkan pada keinginan
untuk disukai dan tidak ditolak oleh kelompok. Pengaruh secara normatif ini
membuat kita melakukan perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang
lain. Pengaruh secara normatif pada kelompok remaja yang bergaya Harajuku
berkaitan dengan beberapa kesepakatan kelompok atau standar kelompok telah
dengan tujuan agar tidak ditolak, memenuhi harapan kelompok dan diterima
dalam kelompok. Bentuk norma itu antara lain adanya penetapan aturan memakai
atribut kelompok, aturan pertemuan rutin dan pemakaian bahasa gaul yang
diciptakan oleh kelompok meskipun sebenarnya sulit untuk menghafal istilah-
istilah itu. Kesepakatan-kesepakatan tersebut dilakukan meskipun tidak sesuai
dengan keinginan remaja. Perasaan takut akan penolakan orang lain terkadang
menyebabkan individu merasa cemas dan ragu-ragu bagaimana pandangan
orang lain terhadap dirinya, mengakibatkan mereka merasa tidak aman diri.
Menurut Paul (1993), rasa tidak aman ini menyebabkan remaja tidak yakin dan
pasti tentang diri sendiri.
Terlalu mengandalkan pengakuan dari orang lain dapat menimbulkan
konsep diri seseorang melemah. Harapan terus menerus akan pengakuan orang
-
29
lain juga dapat membuat seseorang menyalahkan diri sendiri bila ternyata harapan
orang lain tersebut tidak dapat tercapai. Seseorang yang selalu merasa bahwa
mereka tidak dapat mencapai kriteria atau harapan orang lain merupakan diri yang
negatif (Moustakas, 1974; Ellis, 1958 dalam Calhoun & Acocella, 1990).
Sikap konformis yang ditunjukkan oleh para remaja yang bergaya
Harajuku tanpa disadari akan berhubungan erat dengan bagaimana nantinya
remaja mengungkapkan konsep dirinya. Apakah mereka mampu untuk
membentuk konsep diri yang baik atau hanya bergantung pada kelompok.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap konfomitas
mempunyai hubungan pada konsep diri seseorang.
E. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang sebagai dasar kajian teoritis terhadap
permasalahan yang telah dibahas di atas, maka dapat disusun suatu hipotesis.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat korelasi negatif antara konformitas
dan konsep diri pada remaja. Semakin tinggi sikap konformis remaja pada
kelompoknya, konsep dirinya semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin
rendah sikap konformis remaja pada kelompoknya, konsep dirinya semakin
tinggi.
-
30
. METODE P BAB III . METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada
variabel lain. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara konformitas dan
konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku.
METODE PENELITIAN
B. Identifikasi Variabel
Variabel merupakan objek yang menjadi sasaran penelitian, atau apa pun
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
1. Variabel 1 : Konformitas
2. Variabel 2 : Konsep diri
C. Definisi Operasional Variabel-Variabel Penelitian
a. Konformitas
Konformitas merupakan perubahan perilaku yang dilakukan oleh remaja
untuk memenuhi harapan kelompok, dengan mengambil standar perilaku
kelompok dan norma kelompok. Konformitas ini dilakukan untuk diterima dalam
kelompok serta diakui oleh kelompok. Sikap konformitas ini ditandai perilaku
remaja agar sama dengan teman sebayanya. Konformitas akan diukur
30
-
31
menggunakan skala konformitas, yang disusun berdasarkan aspek-aspek
konformitas yakni aspek informatif dan aspek normatif.
Data yang akan diperoleh nantinya akan diukur dengan menggunakan
method of summated rating atau yang sering disebut dengan metode skala Likert.
Respon subjek akan diberi skor yang sesuai dengan nilai jawaban pada setiap
aitem sehingga tinggi rendahnya skor keseluruhan subjek akan ditentukan oleh
nilai jawabannya pada masing-masing aitem.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi sikap
konformitas subjek terhadap kelompok. Sebaliknya semakin rendah skor total
yang diperoleh subjek, maka respon untuk bersikap konformis tersebut semakin
rendah. Pada skala konformitas ini skor tertinggi 240 dan terendah 60.
b. Konsep Diri
Konsep diri merupakan pengetahuan pribadi tentang dirinya sendiri berupa
pandangan ataupun hasil penghargaan seseorang terhadap diri individu. Variabel
ini akan diukur menggunakan skala konsep diri yang disusun berdasarkan aspek-
aspeknya antara lain pengetahuan tentang diri sendiri, harapan tentang diri sendiri,
dan penilaian terhadap diri sendiri.
Sama halnya dengan skala konformitas, data yang diperoleh tiap aitem
skala konsep diri nantinya akan diukur dengan menggunakan metode skala Likert.
Dalam metode ini, respon subjek akan diberi skor yang sesuai dengan nilai
jawaban pada setiap aitem.
Respon subjek akan diberi skor sesuai nilai jawaban pada setiap aitem.
Tinggi rendahnya skor keseluruhan subjek akan ditentukan oleh nilai jawabannya
-
32
pada masing-masing aitem. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka
semakin tinggi konsep diri subjek, sebaliknya semakin rendah skor total yang
diperoleh subjek, maka konsep diri subjek semakin rendah. Pada skala
konformitas ini skor tertinggi adalah 240 dan skor terendah adalah 60.
D. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek ke dalam sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih sekelompok subjek berdasarkan
atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang memiliki hubungan erat dengan
ciri-ciri sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1997).
Berdasarkan hal tersebut, maka subjek yang diteliti adalah :
a. Subjek berjenis kelamin pria dan wanita.
b. Individu pada usia remaja, dengan rentang usia 12 sampai 18 tahun.
c. Subjek dalam penelitian ini merupakan remaja yang bergaya Harajuku.
E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data menggunakan angket. Alat penelitian berupa
penggunaan dua skala, yakni skala konformitas dan skala konsep diri,
menggunakan pedoman skala Likert.
1) Skala Konformitas
Konformitas ini akan diukur dengan menggunakan skala konformitas yang
didasarkan pada aspek :
-
33
a) Aspek informatif, dengan batasan sebagai berikut :
- Adanya kebutuhan untuk menerima informasi sebagai bukti adanya
realitas.
- Adanya kecenderungan untuk selalu merujuk pendapat atau opini
kelompok jika mengalami ketidakjelasan terhadap suatu informasi.
- Adanya kecenderungan menjadikan opini dan tindakan kelompok
sebagai acuan tindakan atau opini individu.
b) Aspek normatif, dengan batasan sebagai berikut :
- Melakukan penyesuaian diri untuk memenuhi harapan orang lain atau
harapan kelompok.
- Adanya ketakutan terhadap penolakan dan keinginan untuk dapat
diterima dalam kelompok
- Adanya tuntutan dalam kelompok atau adanya tekanan dalam kelompok
Skala konformitas terdiri dari aitem yang bersifat tidak favorabel
(pernyataan yang tidak mendukung objek yang akan diungkap) dan aitem yang
bersifat favorabel (pernyataan yang mendukung objek yang akan diungkap). Pada
skala konformitas ini subjek akan memilih jawaban SS (Sangat Setuju),
S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju) terhadap pernyataan
pada skala sesuai dengan dirinya. Semakin tinggi skor yang diperoleh remaja pada
skala konfomitas maka semakin tinggi konformitas remaja terhadap teman-
temannya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah
tingkat konformitas.
-
34
Pengukuran kedua skala tersebut didasarkan pada kategori penilaian.
1) Aitem-aitem favorabel, dengan pilihan jawaban dan skor yaitu:
(a) Sangat setuju (SS) : skor 4
(b) Setuju (S) : skor 3
(c) Tidak Setuju (TS) : skor 2
(d) Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
2) Aitem-aitem tidak favorabel, terdiri dari pilihan jawaban dan skor yaitu :
(a) Sangat setuju (SS) : skor 1
(b) Setuju (S) : skor 2
(c) Tidak Setuju (TS) : skor 3
(d) Sangat tidak setuju (STS) : skor 4
Tabel 1. Blue Print Skala konformitas Blue Print Skala konformitas
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah 1. Aspek informatif 15 aitem 15 aitem 30 aitem 2. Aspek normatif 15 aitem 15 aitem 30 aitem Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem
Tabel 2. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala konformitas Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala konformitas
Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1. Aspek informatif
1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, 37, 41, 45, 49, 53, 57
2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38, 42, 46, 50, 54, 58
30 aitem
2. Aspek normatif
3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 35, 39, 43, 47, 51, 55, 59
4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 56, 60
30 aitem
Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem
-
35
2) Skala Konsep Diri
Konsep diri dalam hal ini akan diukur menggunakan skala konsep diri
yang didasarkan pada aspek :
a) Pengetahuan diri sendiri
Segala sesuatu yang berkaitan dengan pemahaman tentang diri sendiri
termasuk di dalamnya hal-hal yang mengacu pada istilah kualitas diri yaitu
mengenai kemampuan dan penampilan fisik, sikap dan sifat yang dimiliki juga
termasuk di dalamnya tentang kelebihan dan kekurangan diri.
b) Harapan tentang diri sendiri
Merupakan seperangkat pandangan tentang “menjadi apa” di masa mendatang.
Hal ini berkaitan dengan pikiran, bayangan maupun cita-cita di masa depan.
Harapan inilah yang membangkitkan kekuatan yang mendorong kita menuju
masa depan dan memandu kegiatan kita dalam perjalanan hidup kita.
c) Penilaian terhadap diri sendiri.
Hal ini menjadikan kita sebagai penilai diri kita sendiri, dengan hasil
pengukuran yang sering kita sebut harga diri. Pada dasarnya hal ini berkaitan
sejauh mana kita menyukai diri sendiri.
Skala konsep diri terdiri dari aitem yang bersifat tidak favorabel
(pernyataan yang tidak mendukung objek yang akan diungkap) dan aitem yang
bersifat favorabel (pernyataan yang mendukung objek yang akan diungkap). Pada
skala konsep diri ini subjek akan memilih jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju),
TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju) terhadap pernyataan pada skala
sesuai dengan dirinya.
-
36
Semakin tinggi skor yang diperoleh remaja pada skala konsep diri maka
semakin tinggi konsep diri remaja tersebut, sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh maka semakin rendah konsep dirinya.
Pengukuran kedua skala tersebut didasarkan pada kategori penilaian :
1) Aitem-aitem favorabel, dengan pilihan jawaban dan skor yaitu:
(a) Sangat setuju (SS) : skor 4
(b) Setuju (S) : skor 3
(c) Tidak Setuju (TS) : skor 2
(d) Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
2) Aitem-aitem tidak favorabel, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai
berikut:
(a) Sangat setuju (SS) : skor 1
(b) Setuju (S) : skor 2
(c) Tidak Setuju (TS) : skor 3
(d) Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 4
Tabel 3. Blue Print Skala konsep diri Blue Print Skala konsep diri
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah 1. Pengetahuan diri 10 aitem 10 aitem 20 aitem 2. Harapan 10 aitem 10 aitem 20 aitem 3. Penilaian diri 10 aitem 10 aitem 20 aitem Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem
-
37
Tabel 4. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Konsep Diri Menurut Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Konsep Diri Menurut Aspek dan
Sifat Favorabel / Tidak favorabel No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1. Pengetahuan diri
1, 7, 13, 19, 25, 31, 37, 43, 49, 55
2, 8,14, 20, 26, 32, 38, 44, 50, 56 20 aitem
2. Harapan
3, 9, 15, 21, 27, 33, 39, 45, 51, 57
4, 10, 16, 22, 28, 34, 40, 46, 52, 58
20 aitem
3. Penilaian diri
5, 11, 17, 23, 29, 35, 41, 47, 53, 59
6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60
20 aitem
Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem
Kedua skala di atas tidak menyertakan alternatif jawaban ragu-ragu (RR).
Menurut Hadi (1991) hal ini didasarkan pada beberapa alasan :
1) Jawaban RR (ragu-ragu) ini berkategori undedicated, yaitu mempunyai arti
ganda yang bisa diartikan belum memutuskan atau memberi jawaban dan bisa
juga diartikan netral.
2) Menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (Central tendency effect),
terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas jawabannya mengarah pada setuju
atau tidak setuju.
3) Maksud jawaban SS-S-TS-STS yaitu untuk melihat kecenderungan pendapat
subjek ke arah setuju atau tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban RR
maka akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi
informasi yang dapat diperoleh oleh responden.
-
38
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data
Data hasil penelitian harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain
aspek validitas dan reliabilitas (Azwar, 2001).
1. Validitas
Penelitian ini akan memakai validitas isi sebagai pengukur validitas skala.
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional atau lewat professional judgment yang dilakukan oleh
dosen pembimbing. Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
aitem-aitem tersebut relevan dengan tujuan pengukuran dan menunjukkan sejauh
mana tes tersebut komprehensif isinya (Azwar, 2001).
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan terhadap hasil suatu
pengukuran (Azwar, 2001). Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana
pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif konsisten jika dilakukan
pengukuran ulang pada subjek yang sama jika aspek yang akan diukur dalam diri
subjek juga masih tetap sama. Suatu angket yang reliabel akan menunjukkan
ketepatan, ketelitian, dan keajegan hasil dalam satu atau berbagai pengukuran.
Reliabilitas akan diukur dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari
program SPSS versi 13.00.
G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Pengumpulan Data
Uji coba alat ukur dilaksanakan tanggal 9-20 Desember 2008 dengan total
sampel sebanyak 50 orang. Alat ukur disebarkan kepada remaja yang berdomisili
-
39
di Yogyakarta. Pengambilan sampel tersebut dipilih berdasarkan ciri-ciri yang
sudah ditetapkan yaitu subjek adalah pria dan wanita berusia dengan rentang usia
remaja 12-18 tahun, dan merupakan remaja anggota kelompok yang bergaya
ataupun menyukai gaya Harajuku. Penyebaran dilakukan dengan mendatangi
subjek lalu menitipkan kuesioner untuk dibagikan kepada teman-teman sesuai
dengan kriteria di atas. Pada masing-masing subjek tersebut diberikan 2 jenis
skala yaitu skala konformitas dan skala konsep diri.
H. Hasil Uji Coba Alat Pengumpulan Data
Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah validitas isi sebagai
pengukur validitas skala. Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana aitem-aitem tersebut relevan dengan tujuan pengukuran dan menunjukkan
sejauh mana tes tersebut komprehensif isinya (Azwar, 2001). Validitas isi pada
penelitian ini dilakukan dengan mengkonsultasikan aitem-aitem skala dengan
orang yang dianggap ahli (dosen pembimbing) sebagai profesional judgement.
Tindakan ini dilakukan untuk memastikan bahwa aitem tersebut sudah mencakup
keseluruhan kawasan isi dan obyek yang hendak diukur sehingga tidak keluar dari
indikator-indikator yang telah ditentukan.
a. Analisis Butir atau Diskriminasi Aitem
Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total menggunakan
batasan lebih atau sama dengan rix ≥ 0,30 untuk variabel konformitas dan variabel
konsep diri. Untuk mengambil butir-butir yang sahih, peneliti menetapkan rix ≥
-
40
0,30 karena item yang mencapai korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya
dianggap memuaskan (Azwar, 2001).
Tabel 5. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konformitas Aitem yang sahih dan gugur pada skala konformitas
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1. Aspek informatif
1, 5, 9, 13, 17*, 21, 25, 29*, 33*, 37, 41, 45, 49, 53*, 57
2, 6, 10*, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38, 42*, 46, 50, 54, 58
30 aitem
2. Aspek normatif
3, 7, 11, 15, 19, 23*, 27, 31*, 35, 39, 43, 47*, 51, 55, 59
4, 8, 12*, 16, 20, 24*, 28, 32, 36, 40, 44*, 48, 52, 56, 60
30 aitem
Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem Ket : * aitem gugur
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penyebaran aitem skala
konformitas setelah uji coba.
Tabel 6. Susunan aitem-aitem skala konformitas (setelah uji coba) Susunan aitem-aitem skala konformitas (setelah uji coba)
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1. Aspek
informatif
1(1), 5(5), 13(9), 18(13), 21(21), 25(25), 28(27), 33(41), 36(45), 40(49), 41(57)
4(2), 6(6), 11(14), 14(18), 19(22), 22(26), 27(30), 29(34), 32(35), 37(37), 42(41), 45(43), 47(46)
24 aitem
2. Aspek
normatif
3(3), 7(7), 9(11), 10(15), 15(19), 17(27), 23(35), 30(39), 34(43), 38(51), 43(55), 48(59)
2(4), 8(8), 12(16), 16(20), 20(28), 24(32), 26(36), 31(40), 35(48), 39(52), 44(56), 46(60)
24 aitem
Total 23 aitem 25 aitem 48 aitem Ket : (..) aitem sebelum uji coba
Hasil analisis skala konformitas menunjukkan bahwa dari 60 aitem yang
diuji terdapat 12 aitem yang gugur, sehingga terdapat 48 aitem yang sahih.
-
41
Tabel 7. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konsep diri Aitem yang sahih dan gugur pada skala konsep diri
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1.
Pengetahuan diri
1, 7*, 13, 19, 25*, 31, 37, 43, 49, 55
2, 8, 14, 20, 26, 32*, 38, 44*, 50, 56
20 aitem
2. Harapan
3, 9, 15, 21, 27*, 33, 39*, 45, 51, 57
4, 10*, 16, 22, 28, 34, 40, 46, 52, 58
20 aitem
3. Penilaian diri
5, 11, 17, 23*, 29, 35, 41, 47, 53, 59
6, 12, 18, 24, 30, 36*, 42, 48, 54*, 60
20 aitem
Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem Ket : * aitem gugur
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penyebaran aitem skala konsep
diri setelah uji coba.
Tabel 8. Susunan aitem-aitem skala konsep diri (setelah uji coba) Susunan aitem-aitem skala konsep diri (setelah uji coba)
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1.
Pengetahuan diri
1(1), 2(13), 10(19), 11(31), 19(37), 28(43), 29(49), 50 (55)
6(2), 7(8), 8(14), 20(20), 21(26), 30(38), 35 (50), 39(56)
16 aitem
2. Harapan
3(3), 4(9), 5(15), 12(21), 31(33), 33(45), 37(51), 38(57)
9(4), 17(16), 18(22), 26(28), 27(34), 32(40), 34(46), 40(52), 43(58)
17 aitem
3. Penilaian diri
13(5), 14(11), 24(17), 25(29), 41(35), 42(41), 44(47), 45(53), 48(59)
15(6), 16(12), 22(18), 23(24), 36(30), 46(42), 47(48), 49(60)
17 aitem
Total 25 aitem 25 aitem 50 aitem Ket : (..) aitem sebelum uji coba
Hasil analisis skala konformitas menunjukkan bahwa dari 60 aitem yang
diuji terdapat 10 aitem yang gugur, sehingga terdapat 50 aitem yang sahih.
-
42
b. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang
mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas (rxx) ditunjukkan dengan
angka atau koefisien korelasi yang berkisar antara 0-1. Semakin tinggi koefisien
korelasi (mendekati 1) berarti alat tes tersebut semakin reliabel. Uji reliabilitas
bertujuan untuk melihat taraf kepercayaan hasil pengukuran skala pada penelitian
dihitung dengan koefisien Alpha Cronbach (Azwar, 2001).
Reliabilitas skala pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach
dari program SPSS versi 13.00. Hasil perhitungan koefisien Alpha Cronbach dari
skala konformitas pada skala uji coba adalah 0,916. Setelah seleksi aitem, dengan
menyingkirkan aitem yang tidak terpakai, didapatkan nilai reliabilitas sebesar
0,935. Sedangkan, hasil perhitungan koefisien pada uji coba skala konsep diri
adalah 0,952. Setelah seleksi item didapat koefisien alpha Cronbach sebesar
0,962.
I. Metode Analisis Data
Sesuai dengan tujuan dan identifikasi variabel, metode analisis data yang
digunakan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan konsep diri
remaja yaitu dengan menggunakan kolerasi Pearson Product Moment.
Perhitungan korelasi ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS
versi 13.00.
-
43
BAB IV . PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan membagikan skala
konformitas dan skala konsep diri kepada responden penelitian sesuai dengan ciri-
ciri yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ukur disebarkan kepada 50 orang
remaja yang berdomisili di Yogyakarta. Penyebaran dilakukan dengan mendatangi
subjek dan menitipkan kuesioner pada responden penelitian untuk disebarkan
pada teman-teman subjek yang memang masuk dalam kategori remaja.
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 11 Januari 2009 sampai 22
Januari 2009. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan membagikan dua
buah skala penelitian yaitu skala konformitas dan skala konsep diri, dengan
jumlah masing-masing skala sebanyak 50 eksemplar.
B. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian
Pengambilan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pemilihan
sekelompok subjek berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah para remaja dengan jenis kelamin laki-
laki ataupun wanita yang mempunyai atau tertarik dengan gaya Harajuku berusia
antara 12 – 18 tahun.
43
-
44
Tabel 9. Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek
Umur Jumlah Jenis Kelamin Jumlah 15 16 17 18
10 14 17 9
Perempuan Laki-laki
22 28
Total 50 Total 50
Tabel 10. Deskripsi Statistik Data Penelitian Deskripsi Statistik Data Penelitian
Deskripsi Data Konformitas Konsep diri Mean 116,98 140,46 SD 11,644 19,277 Xmax 139 200 Xmin 92 100
Tabel di atas menunjukkan jumlah mean dari skala konformitas sebesar
116,98. Nilai tertinggi yang diperoleh pada konformitas 139 sedangkan untuk
nilai terendah didapat sebesar 92. Selanjutnya untuk skala konsep diri diperoleh
mean keseluruhan sebesar 140, 46. Untuk nilai tertinggi sebesar 200 sedangkan
nilai terendah sebesar 100.
Selanjutnya dilakukan perbandingan antara mean empiris dengan mean
teoritis pada skala konformitas dengan skala konsep diri. Perbandingan tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini yang berisi perbandingan antara mean teoritis
dengan mean empiris dan standar deviasi teoritis dengan standar deviasi empiris.
Tabel 11. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik
Skala Mean teoritis Mean Empiris SD teoritis SD empiris Konformitas 120 116,98 24 11,644 Konsep diri 125 140,46 25 19,277
Mean teoritik adalah rata-rata skor ideal hasil penelitian, sedangkan mean
empirik adalah rata-rata skor data penelitian yang hasilnya diperoleh dari angka
yang merupakan rata-rata hasil penelitian.
-
45
Hasil analisis dari skala konformitas diperoleh mean teoritis sebesar 120
dan nilai mean empiris sebesar 116,98. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata
sikap konformitas subjek termasuk dalam kategori sedang. Hasil analisis dari
skala konsep diri diperoleh mean teoritis sebesar 125 dan nilai mean empiris
sebesar 140,46. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek mempunyai konsep
diri yang tinggi.
C. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
Sebelum melaksanakan analisis data untuk menguji hipotesis perlu
dilakukan uji normalitas dan linearitas terlebih dahulu.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi
dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari frekuensi
harapan distribusi normal teoritiknya. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan rumus one sample Kolmogorov–Smirnov Test, bantuan SPSS for
Windows versi 13.0.
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Konformitas Konsep diri Kolmogorov-Smirnov Z
0,613 0,779
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,846 0,578
Asumsi uji normalitas adalah jika nilai p>0,05, maka sebaran skor yang
diperoleh adalah normal. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai K-SZ
untuk variabel konformitas sebesar 0,613 dengan probabilitas 0,846 (p>0,05),
-
46
sedangkan nilai K-SZ variabel konsep diri sebesar 0,779 dengan probabilitas
0,578 (p>0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan data subjek memiliki
sebaran yang normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for
windows versi 13.0 dan mendapatkan hasil bahwa F = 28,840 dengan p = 0,000
(p
-
47
Berdasarkan skala konformitas terdapat 48 aitem yang digunakan.
Didapatkan skor maksimal 192 (48 dikalikan 4 untuk skor jawaban sangat setuju).
Skor minimal 48 (48 dikalikan 1 untuk skor jawaban sangat tidak setuju). Mean
teoritis sebesar 120 (skor max. 192 + skor min. 48 dibagi 2). Standar deviasi
teoritis 24 (skor max. 192 - skor min. 48 dibagi 6).
Tabel 15. Kategorisasi Skor Konformitas dan Konsep diri Frekuensi Kategorisasi Konformitas Konsep diri
Konformitas Konsep diri Sangat tinggi X ≤ 156 X ≤ 163 - 7 Tinggi 132 ≤ X < 156 138 ≤ X
-
48
Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis Hubungan r r 2 p Konformitas*konsep diri -0,544 0,295 0.000
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kedua
variabel sebesar -0,544 dengan probabilitas 0,000 yang berarti bahwa kedua
variabel memiliki hubungan negatif yang signifikan karena nilai p125,00). Namun, perlu diingat konsep diri pada remaja ini bersifat
umum sedangkan konformitas remaja mengarah pada kelompok.
Menurut hasil pengamatan, perilaku konformitas pada remaja yang
mempunyai gaya Harajuku hanya bersifat public. Sifat public conformity ini
-
49
didukung oleh penelitian Dewi (2008) yang menyatakan bahwa konformitas
dalam berbusana gaya Harajuku di Indonesia sebenarnya tidak terlalu
menggambarkan apa-apa hanya sekedar menga
top related