hubungan pengetahuan ibu tentang...
Post on 24-May-2018
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN
LAKTASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMBERIAN ASI
DI DESA KENOKOREJO POLOKARTO SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
SRI HANDAYANI
NIM ST 13066
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas
segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Dengan Perilaku dalam
Pemberian ASI Di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo” sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan ini dengan lancer.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini,
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk
memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa
terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang
terhormat:
1. Drs. Agnes Sri Harti, M. Si Selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep Selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Wahyuning Safitri, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku Pembimbing Utama yang
telah memberikan masukan dan saran serta membantu dalam penyusunan
skripsi.
v
4. Maria Wisnu Kanita, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Pendamping yang
senantiasa memberikan saran serta membantu dalam pembuatan skripsi.
5. Suami dan Anak saya yang telah memberikan dukungan moral dan material
dalam pembuatan skripsi ini.
6. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Transfer Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu- persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.
Akhir kata penulis berharap semoga dengan doa, dukungan, dan nasehat
yang telah diberikan, dapat bermanfaat bagi penulis untuk menjadi orang yang
lebih baik, dan semoga dengan disusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, 18 Agustus 2015
Sri Handayani
vi
DAFTAR ISI
COVER DEPAN ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
ABSTRAK .................................................................................................... xi
ABSTRAC ...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................... 5
2.1.1 Pengetahuan ................................................................. 5
2.1.2 Manajemen Laktasi ...................................................... 11
2.1.3 Pengetahuan Ibu Bekerja Tentang Manajemen
Laktasi .......................................................................... 18
2.1.4 Ibu Bekerja ................................................................... 18
2.1.5 Dukungan Tempat Kerja .............................................. 19
2.1.6 Perilaku Dalam Pemberian ASI ................................... 20
2.2 Kerangka Teori ...................................................................... 23
2.3 Kerangka Konsep .................................................................. 24
2.4 Hipotesis ................................................................................ 24
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 25
3.2 Populasi dan Sampel .............................................................. 25
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 27
3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala ............................. 27
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ........................ 29
3.6 Teknik Pengelolahan dan Analisa Data ................................. 32
3.7 Etika Penelitian ...................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden ....................................................... 37
4.2 Analisa Bivariat ..................................................................... 40
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ....................................................... 41
5.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen
Laktasi Dengan Perilaku Dalam Pemberian Asi ................... 42
BAB IV PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 47
6.2 Saran ...................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kandungan kolostrum ASI transisi dan ASI Matur 13
Tabel 2 Kandungan Imunoglobulin 13
Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 37
Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 38
Tabel 5 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan 38
Tabel 6 Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi 39
Tabel 7 Perilaku Perilaku Pemberian ASI 39
Tabel 8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI 40
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cara Menyusui Bayi 15
Gambar 2.2 Posisi Menyusui Bayi 16
Gambar 2.3 Kerangka Teori 23
Gambar 2.4 Kerangka Konsep 24
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 2 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 3 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Lembar Opponent Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 5 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 6 Lembar Konsultasi
Lampiran 7 Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu dalam Manajemen Laktasi
Lampiran 8 Kuesioner Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 10 Uji Validitas Tingkat Pengetahuan
Lampiran 11 Uji Reliabilitas Tingkat Pengetahuan
Lampiran 12 Uji Validitas Perilaku Pemberian ASI
Lampiran 13 Uji Reliabilitas Perilaku Pemberian ASI
Lampiran 14 Analisa Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Pemberian ASI
xi
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
PRODI S-1 KEPERAWATAN
2015
Sri Handayani
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI
DENGAN PERILAKU DALAM PEMBERIAN ASI DI DESA
KENOKOREJO POLOKARTO SUKOHARJO
Abstrak
Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja
sebagai petani, pedagang, teknik sipil, atau swasta. Pelaksanaan pemberian ASI
dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi lengkap tentang
manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi. Pemberian ASI esklusif
dapat dihambat oleh beberapa hal seperti rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga
mengenai manfaat ASI, cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan
konseling laktasi, faktor sosial budaya, gencarnya pemsaran susu formula,
kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, dan faktor ibu yang bekerja sebagai
petani, pedagang, teknik sipil atau pekerja swasta. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan
perilaku dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif correlation dengan pendekatan
Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bekerja yang menyusui
di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo dengan jumlah sampel
sebanyak 50 orang.
Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai p value
= 0,016 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada
hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku
pemberian ASI. Kesimpulan penelitian ini Ada hubungan tingkat pengetahuan
tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa
Kenokorejo Polokarto Sukoharjo
Kata Kunci : ASI Esklusif, Pengetahuan, Perilaku
Kepustakaan : 44 (2005-2014)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang
bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil, atau swasta.Pelaksanaan
pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi
lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi
(Depkes, 2005).Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
ibu untuk menunjang keberhasilan menyusui.Manajemen laktasi dimulai pada
masa kehamilan, setelah persalinan dan masa menyusui bayi. Ruang lingkup
manajemen laktasi periode post natal meliputi ASI esklusif, cara menyusui,
memeras ASI peras, dan memberikan ASI peras (Siregar, 2009 ).
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI
esklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan
dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American
Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine dan
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan hal yang sama
tentang pemberian ASI esklusif sekurang-kuragnya 6 bulan (Suradi, 2010).
Data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008
menunjukkan cakupan pemberian ASI esklusif hanya sekitar 28,96 % terjadi
sedikit peningkatan dibandingkan Tahun 2007 yang mencapai 27,35 %.
2
Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target
pencapaian ASI esklusif Tahun 2010 sebesar 80 % (Dinkes, 2008).
Pemberian ASI esklusif dapat dihambat oleh beberapa hal seperti
rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai manfaat ASI, cara
menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, faktor sosial
budaya, gencarnya pemsaran susu formula, kurangnya dukungan dari petugas
kesehatan, dan faktor ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, tekink sipil
atau pekerja swasta (Dinkes, 2008). Survey Demografi Kesehatan Indonesa
(SDKI ) 2007 menunjukkan 57 % tenaga kerja di Indonesia adalah wanita.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Dan
Perilaku Ibu Dalam Pemberian Asi Di Desa Kenokorejo Polokarto
Sukoharjo”.
1.2 Rumusan Masalah
Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika
terdapat informasi lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta
manajeman Laktasi sehingga peneliti mengambil rumusan masalah “
BagaimanaPengetahuan IbuTentang Manajemen Laktasi Dan Perilaku Dalam
Pemberian Asi Di DesaKenokorejo Polokarto Sukoharjo?”.
3
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan IbuTentang Manajemen
Laktasi Dan Perilaku Dalam Pemberian Asi Di DesaKenokorejo Polokarto
Sukoharjo.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik resonden ibu menyusui di Desa
Kenokorejo Polokarto Sukoharjo..
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi
di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo..
3. Untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa
Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen
laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo
Polokarto Sukoharjo
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat djadikan sumber referensi dan
menambah pustaka dalam manajemen laktasi.
4
1.4.2. Puskesmas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi
serta dapat menambah pengetahuan pihak Puskesmas tentang manajemen
laktasi.
1.4.3. Peneliti lain
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh
penelitian lain yang akan meneliti lebih lanjut lagi tentang manajemen
laktasi.
1.4.4. Peneliti
Diharapakan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang manajemen laktasi.
1.4.5. Perawat
Diharapkan dengan penelitian ini perawat dapat menambah
pengetahuan manajemen laktasi serta bisa menjadi edukator maupun
penyuluh kesehatan kepada ibu yang menyusui.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TINJAUAN TEORI
2.1.1. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari rasa tahu dan ini terjadi karena
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa.Sebagian
besar pengetahuan manusia melaui mata dan telinga (Bestable,
2002).Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala
yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan panca
indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera
atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang
belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono,
2007).Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik
secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang
malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu
(Mubarak, 2007).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring,
pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau
6
segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah :
a. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari
manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan
objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi
setelah orang melakukan penginderaan sebuah obyek tertentu.
b. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas
bahan – bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut
tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal –
hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan
menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.
c. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil
dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan tehadap
obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran , penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh malalui mata dan
telinga.
Berdasarkan definisi dari pengetahuan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang
diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera tehadap obyek
tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses
melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar
manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus
7
bahasa indonesia (2001), pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu
yang diketahui berkaitan dengan proses belajar.
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan mempunyai 6
tingkatan yang bergerak dari yang sederhana sampai yang kompleks.
a. Tahu (know).
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain: menyebutka, menyatakan. (Notoatmojo,
2005).
b. Memahami (understanding).
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami
dan menjelaskan secara benar arti suatu bahan pelajaran atau
tentang obyek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan materi
tersebut secara benar, seperti menafsirkan, menjelaskan, meringkas
tentang sesuatu.Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada
tahu (Notoatmodjo, 2005).
c. Penerapan (application).
Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan
suatu bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau
konkrit, seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip,
dan teori.Kemampuan ini lebih tinggi nilainya daripada
pehamaman.(Notoatmodjo, 2005).
8
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau menjabarkan
sesuatu ke dalam komponen atau bagian – bagian sehingga
susunannya dapat dimengerti.Kemampuan ini meliputi mengenal
masalah – masalah, hubungan antar bagian, serta prinsip yang
digunakan dalam organisasi materi pelajaran (Bestable, 2002).
e. Sintetis (synthetic)
Kemampuan sintetis merupakan kemampuan untuk menghimpun
bagian ke dalam suatu keseluruhan, seperti merumuskan tema,
rencana, atau melihat hubungan/ abstrak dari berbagai informasi
atau fakta. Jadi kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur
baru berdasarkan informasi dan fakta Bestable, 2002 ).
f. Evalusi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan untuk membuat suatu penilaian terhadap sesuatu
berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.Kriteria yang digunakan
dapat bersifat internal dan dapat bersifat relevan dengan maksud
tertentu (Bestable, 2002).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan di atas.
9
3. Fakor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005), faktor – faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah :
a. Pendidikan
Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian
bahan atau materi pendidkan oleh pendidik kepada sasaran
pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku, beberapa hasil
penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan
pribadi orang, bahwa pada umumnya pendidikan sekolah itu
mempertinggi taraf inteligensi orang – orangnya. Hal ini
sebenarnya sudah dapat diduga lebih dahulu, tetapi perlu
pembuktian eksprimental.
b. Usia
Usia sangat mempengaruhi perkembangan sesorang didalam
memahami sesuatu. Menurut penelitian ilmu psikologi inteligensi
sesorang berkembang sesuai dengan pertambahan usia.
c. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau
didengar seseorang yang dapat menjadi acuan. Pengetahuan dapat
diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin banyak
strategi seseorang di dalam mengatasi suatu masalah.
10
d. Sumber informasi
Sumber informasi adalah data yang diperoleh kedalam suatu
bentuk dan mempunyai nilai nyata.Menurut Effendi (1998), salah
satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah lingkungan.
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang
berada disekitar manusia serta pengaruh – pengaruh luas yang
mempengaruhi perkembangan manusia. Menurut berbagai
penelitian lingkungan akan membentuk kepribadian seseorang
dimana lingkungan yang banyak menyediakan informasi akan
menambah pengetahuan seseorang.
4. Cara memperoleh pengetahuan
a. Cara tradisional
1) Cara coba – coba (trial and error)
Cara coba coba ini dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecakan masalah, apabila kemungkinan itu tidak berhasil
dicoba kemungkinan yang lain (Notoatmodjo, 2005).
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang
disampaikan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
menguji atau membuktikan kebenarannya terlebih dahulu baik
secara empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri
(Notoatmodjo, 2005).
11
3) Berdasarkan pengalaman pribadi.
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
pemecahan permasalahan yang dihadapi pada masa–masa yang
lalu (Notoatmodjo, 2005).
4) Melalui jalan pikiran.
Seiring dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan, baik melalui cara berpikir deduksi ataupun
induksi (Notoatmodjo, 2005).
b. Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah.Cara ini disebut metode
penelitian. Melalui metode ini selanjutnya menggabungkan cara
berpikir deduktif, induktif, dan verifikatif yang selanjutnya dikenal
dengan metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005).
2.1.2. Manajemen laktasi
1. Pengertian
Manajemen laktasi adalah segala upaya yang di lakukan untuk
menunjang keberhasilan menyusui.Ruang lingkup manajemen laktasi
di mulai dari masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui
12
selanjutnya. Ruang lingkup manajemen laktasi periode post natal pada
ibu bekerja meliputi ASI eksklusif, tehnik menyusui, memeras ASI,
memberi ASI peras, menyimpan ASI peras (Siregar, 2009).
2. Fisiologi Laktasi
Amosuat, all (2011) mengungkapkan bahwa menyusui
merupakan cara terbaik dalam menyediakan makananideal untuk
perkembangan dan pertumbuhan bayi sehat.Dengan menyusukan lebih
dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin dan
hipofisis. Sehingga sekresi ASI semakin lancar.Pada ibu ada 2 macam
refleks yang menentukan keberhasilan dalam menyusui. Refleks
tersebut adalah reflek prolaktin dan reflek aliran (let down reflek).
(Perinasi, 2009).
3. ASI Eksklusif
Agampodi. Et.all (2009) dalam riset mengungkapkan ASI
eksklusif telah di definisikan WHO dimana bayi hanya mendapatkan
ASI, tidak ada cairan lain atau padat dengan pengecualian tetes atau
syrup yang terdiri dari vitamin, mineral, suplemen, atau obat – obatan.
Menurut AAP (2012) merekomendasikan bahwa pemberian ASI
eklusif dapat dilakukan sampai usia 6 bulan.ASI terdiri dari air, alta –
laktoalbumin, laktosa, kasein, asam amino, antibodi terhadapkuman,
virus, dan jamur. ASI akan melindungi bayi terhadap infeksi dan juga
akan merangsang pertumbuhan bayi normal (Proverawati, 2010).
13
4. Kandungan ASI
Kandungan nutrisi dalam ASI jauh lebih tinggi di bandingkan
dengan susu sapi. Kandungan proteindalam kolostrum jauh lebih
tinggi daripada ASI.
Kolostrum merupakan cairan yang dikeluarkan pada hari
pertama sampai hari ketiga setalah bayi lahir yang berwarna kekuning
– kuningan, berbentuk agak kasar karena mengandung butiran lemak
dan sel – sel epitel. Kolostrum mengandung kadar protein tinggi dan
zat antibodi yang mampu melindungi tubuh bayi terhadap infeksi
(Kristinasari, 2009).
Tabel 1 Kandungan kolostrum ASI transisi dan ASI matur
Sumber : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi
Indonesia – Jakarta 2003.
Table.2 Kandungan Imunoglobulin
No Kandungan Kolostrum Transisi ASI matur
1 Lg A ( mg / 100 ml ) 335,9 - 119,6
2 Lg G ( mg / 100 ml ) 5,9 - 2,9
3 Lg M ( mg / 100 ml ) 17,1 - 3,8
4 Lisosin ( mg /100 ml ) 14,2 – 16,4 - 1,324
5 Laktoferin 420 - 520 - 0,2
Sumber : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi
Indonesia – Jakarta 2003.
No Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur
1 Energi ( kg kal ) 57,0 63,0 65,0
2 Laktosa ( gr / 100 ml ) 6,5 6,7 7,0
3 Lemak ( gr / 100 ml ) 2,9 3,6 3,8
4 Protein ( gr / 100 ml ) 1,195 0,365 1,324
5 Mineral ( gr / 100 ml ) 0,3 0,3 0,2
14
5. Manfaat ASI
a. Manfaat ASI untuk bayi
Roesli (2005) menjelaskan bahwa ASI merupakan makanan
alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mengandung
komposisi yang tepat, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan pencernaan bayi, sehingga menghasilkan
pertumbuhan fisik yang optimal.
b. Manfaat ASI untuk ibu
Perinasia (2009) dengan menyusui isapan bayi pada payudara
akan merangsang terbentuknya oksitosin. Oksitosin membantu
marangsang involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan
pasca persalinan. Berkurangnya perdarahan akan mengurangi
prevalensi anemia. Selain itu juga mengurangi kemungkinan
banyak kanker payudara. Dengan menyusui kesuburan ibu akan
berkurang sehingga dapat mengurangi kehamilan.
6. Cara menyusui yang benar
Cara menyusui yang benar menurut Kristiyanasari (2009) adalah
sebagai berikut :
a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting dan sekitar payudara.
b. Bayi di letakkan menghadap perut ibu / payudara ibu, bayi
dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan. Kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu.
15
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan satu di
depan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
e. Bayi diberi rangsang agar membuka mulut dengan cara menyentuh
pipi atau sisi mulut bayi.
f. Setelah bayi mebuka mulut, dengan cepat kepala bayi di dekatkan
ke payudara ibu serta areola payudara di masukkan ke mulut bayi.
g. Posisi salah apabila bayi hanya menghisap pada puting saja, akan
mengakibatkan masukan ASI tidak kuat dan puting lecet.
Gambar 2.1 Cara menyusui bayi
Sumber
:https://www.google.com/#psj=1&q=gambar+cara+mennyusui+yang+benar.
Dikutip pada 8 Oktober 2013.
Gambar.2 Posisi menyusui bayi
16
Sumber :
https://www.google.com/#psj=1&q=gambar+cara+mennyusui+yang+benar.
Dikutip pada 8 Oktober 2013.
7. Cara memerah ASI
Mensah (2011) dalam risetnya mengungkapkan banyak ibu yang
kembali bekerja setelah melahirkan dan mereka harus meninggalkan
bayi mereka di rumah.Mereka tidak dapat menyusui bayinya dengan
baik seperti yang dipersyaratkan oleh WHO karena kurangnya fasilitas
tempat kerja.Dalam hal ini bekerja bukan alasan untuk menghentikan
pemberian ASI secara eksklusifselama paling sedikit 4 bulan.Dan ibu
bakerja di anjurkan memberikan ASI perah kepada bayinya selama
ditinggal ibu bekerja.
Manfaat dari pemberian ASI menurut Roesli (2005) selain bayi
tetap memperolah ASI saat ibunya bekerja juga dapat menghilangkan
bendungan ASI, meghilangkan rembesan ASI, juga menjaga
kelangsungan persediaan ASI saat ibu sakit atau bayi sakit.
17
Menurut Bubak (2009) cara memerah ASI dengan tangan adalah
sebagai berikut :
a. Cuci tangan sampai bersih, pegang cangkir bersih untuk
menampung ASI.
b. Condongkan badan ke depan dan sanggah payudara dengan
tangan.
c. Mulai dari letakkan jari di atas areola dan jari – jari lain di
bawahnya.
d. Peras ASI dengan menekan payudara sambil ibu jari dan jari –
jari lain mengurut ke arah depan.
e. Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali dengan
gerakan berirama sampai ASI mulai mengalir keluar.
f. Jangan menarik atau memijat puting susu, karena tidak akan
mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan sakit.
8. Penyimpanan ASI
Asi yang dekeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat.
Perinasi (2009) menyatakan perbedaan lamanya di simpan dikaitkan
dengan tempat penyimpanan yaitu sebagai berikut :
a. Di udara bebas / terbuka yaitu 6 – 4 jam.
b. Di lemari es / 24 ‘ C yaitu 24 jam.
c. Di lemari pendingin / beku ( - 18 ‘ C ) yaitu 6 bulan.
18
9. Cara mencairkan ASI dan menghangatkan ASI
a. ASI beku atau yang dimasukkan di dalam lemari pendingin dapat
dihangatkan di panci yang berisi air suam – suam kuku.
b. Jangan pernah menggunakan microwave untuk mencairkan atau
menghangatkan ASI.
c. ASI yang dicairkan harus digunakan dalam 24 jam pencairan.
d. ASI yang dicairkan tidak boleh di bekukan atau di simpan lagi.
(Codwell and Cindy. 2011).
2.1.3. Pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi.
Pada penelitian Elmiyasa (2009) yang merupakan penyebab
rendahnya pemberian ASI eksklusif adalah rendahnya pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif, masalah dalam ASI seperti ASI tidak keluar, selain
itu pada ibu yang bekerja tidak tahu bagaimana memberikan ASI perah
dan menyimpan ASI perah, faktor lain karena ibu menyusui yang bekerja
beranggapan ASI tidak cukup di berikan pada bayi dan bayi tidak akan
merasa kenyang.
2.1.4. Ibu bekerja
Ibu adalah perempuan yang karena fungsinya yang mulia disebut
ibu.Ibu adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan dan sebagai
satu-satunya jenis kelamin yang mampu untuk melahirkan anak, menikah
atau tidak mempunyai kedudukan atau tidak, seorang perempuan adalah
seorang ibu.Menurut Encyclopedisi of Child’s Health, ibu bekerja adalah
19
seorang ibu yang bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan
disamping membesarkan dan mengurus anak di rumah.
2.1.5. Dukungan tempat kerja.
Hak menyusui yang dimaksud di sini tidak hanya seorang ibu
memberikan ASI langsung kepada bayi tapi juga hak ibu untuk dapat
memerah ASI di kantor untuk diberikan kepada buah hati di
rumah.Masalah yang sering terjadi adalah tidak semua tempat kerja
menyediakan tempat khusus untuk dapat melakukan hal ini, sehingga ibu
terpaksa harus mencari ruangan kosong dimana harus selalu waspada akan
adanya orang yang akan masuk, atau mushola atau bahkan toilet yang
secara kebersihan belum tentu terjamin. Hal ini menjadi masalah di kantor
mana pun. Dilemanya adalah ibu ingin memberikan ASI kepada buah hati,
sedangkan di kantor tidak memiliki keleluasaan untuk mendukung hal ini.
Keberhasilan seorang ibu untuk menyusui, sangat membutuhkan
dukungan dari berbagai macam pihak.Mulai dari pasangan, keluarga,
masyarakat, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, pengusaha dan
pemerintah.Dukungan dari sesama teman kerja juga merupakan salah satu
kunci keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja di luar rumah.
Sehingga dibutuhkan di tiap kantor untuk dapat memberikan fasilitas yang
baik dan cukup kepada para perempuan untuk memenuhi hak maternitas
mereka termasuk hamil dan menyusui adalah salah satu kunci penting
dalam keberhasilan menyusui.
20
Tujuan pengaturan Tata Cara Penyediaan Ruang ASI adalah untuk
memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
dan memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI Eksklusif dan
meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah
Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.Dalam
menyediakan ruang ASI, pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat
sarana umum harus memperhatikan unsur-unsur:
1. Perencanaan.
2. Sarana dan prasarana.
3. Ketenagaan.
4. Pendanaan.
Pengaturan tata cara penyediaan ruang ASI dimaksudkan untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 30 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 33
tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, yang diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu IBU.
Permenkes Nomor 15 Tahun 2013 (96).
2.1.6. Perilaku ibu dalam pemberian ASI
Perilaku pemberian ASI adalah suatu tindakan aktif dari seorang ibu
dalam pemberian ASI eksklusif yaitu tanpa tambahan makanan dari bayi
lahir sampai berusia 6 bulan (Dinkes, 2008).Rendahnya pemberian ASI
banyak ditemukan diantara perempuan yang bekerja karena alasan seperti
21
singkat cuti hamil, tempat bekerja dimana tidak diperbolehkan membawa
bayi atau tidak ada privasi untuk menyusui bayi (Singh, 2010).
Faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI antar lain :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu berpengaruh dalam
praktek menyusui.Penelitian Singh (2010) menunjukkan bahwa
semakin tinggi pendidikan ibu, pengetahuan ibu semakin baik. Hal ini
akan memberikan kecenderungan ibu dalam bersikap dengan
memberikan ASI eksklusif pada bayi. Penelitian serupa oleh Amosu, et.
all (2011) telah menunjukkan bahwa perilaku menyusui sangat rendah
diantara perempuan berpendidikan tinggi dan bekerja.
2. Pekerjaan
Menurut Encyclopedisi of Child’s Health, ibu bekerja adalah
seorang ibu yang bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan
disamping membesarkan dan mengurus anak di rumah.Singh (2010)
mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja diluar rumah secara
signifikans berhubungan dengan tingkat yang lebih rendah dalam
menyusui dan lebih pendek waktunya dalam pemberian ASI eksklusif.
Dalam penelitian Fayod, at all (2012) menyatakan tentang
dampak pekerja terhadap praktek pemberian ASI, bahwa sebagian besar
ibu – ibu bekerja menghentikan pemberian ASI setelah kembali
bekerja. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi penghentian ASI adalah kurangnya fasilitas di tempat
22
kerja terhadap proses pemberian ASI yaitu tempat memerah dan
penyimpanan ASI.Berkaitan dengan ibu bekerja yang memiliki bayi,
pemerintah mempunyai kebijakan dan strategi mendorong perusahaan –
perusahaan dalam mendukung pemberian ASI esklusif pada pekerja
wanita dengan menyediakan fasilitas yang mendukung peningkatan
pemberian ASI di tempat kerja, antara lain:
1. Menyiapkan sarana ruang memerah ASI.
2. Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI.
3. Menyediakan materi penyuluhan ASI.
4. Mengembangkan dan membina TPA.
5. Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi
pekerja wanita melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak
pengusaha (Repkuri, 2005).
23
2.2. KERANGKA TEORI
Keterangan
: : yang diteliti
: yang tidak diteliti
Gambar 3 Kerangka Teori
Manajemen laktasi
1. Fisiologi laktasi
2. ASI eksklusif
3. Kandungan ASI
4. Manfaat ASI
5. Cara menyusui
6. Memeras ASI
7. Menyimpan ASI
8. Memberi ASI
Pemberian ASI :
1. Eksklusif
2. Tidak eksklusif
Faktor – faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Umur
3. Pengalaman
4. Sumber
informasi
Pengetahuan ibu
yang bekerja
Faktor – faktor yang
mendukung adanya fasilitas
tempat kerja :
1. Perencanaan
2. Sarana dan prasarana
3. Ketenagaan
4. Pendanaan
Faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku
pemberian ASI :
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Fasilitas tempat kerja
24
2.3. KERANGKA KONSEP
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 4 Kerangka Konsep
2.4. HIPOTESIS
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen
laktasi dan dukungan tempat kerja dengan perilaku ibu dalam
pemberian ASI.
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen
laktasi dan dukungan tempat kerja dengan perilaku ibu dalam
pemberian ASI.
Pengetahuan ibu
bekerja tentang
manajemen laktasi
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang
Dukungan tempat kerja
1. Mendukung
2. Tidak
mendukung
Perilaku ibu dalam
pemberian ASI
1. Eksklusif
2. Tidak eksklusif
25
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
Jln. Jaya Wijaya No 11, Kadipiro Surakarta, telp (0271) 857724
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian deskriptif correlation dengan
pendekatan Cross Sectional dan tujuan penelitian ini guna menjelaskan
penelitian dengan bermacam – macam hubungan (Sugiyono, 2013).Penelitian
ini fokus antara variabel dan analisa untuk menguji hipotesa.Karakteristik
dari penelitian ini adalah penggambaran dengan mengumpulkan data dari
pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi, dukungan tempat kerja
dan perilaku ibu dalam pemberian ASI.Dan hasil dari analisanya untuk
mengetahui hubungan dari mereka.
Penelitian ini menggunakan penjelasan penelitian dengan cross
sectional approach sebagai ukurannya (Sugiyono, 2013).
3.2. Populasi Dan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti. Bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja
tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek
tersebut (Aziz, 2003).Teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel.
26
Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi dimana populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bekerja yang menyusui di wilayah
kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo.Penelitian seluruhnya adalah 50
orang.
Kriteria responden dalam penelitian
a. Kriteria inklusif
Adalah subyek yang memenuhi kriteria sebagai responden
(Nursalam, 2003). Kriterianya adalah sebagai berikut :
1) Ibu yang mempunyai bayi umur 1 – 6 bulan.
2) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto.
3) Ibu yang bekerja di suatu instansi / perusahaan.
4) Ibu bekerja yang bersedia menjadi responden.
5) Masih menyusui.
6) Pendidikan terakhir.
7) Mampu menulis dan membaca.
b. Kriteria eksklusif
Menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang dianggap tidak
memenuhi kriteria inklusif dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
2003). Kriterianya adalah sebagai berikut :
1) Ibu yang tidak mempunyai bayi umur 1 – 6 bulan.
2) Tidak bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto.
3) Ibu yang tidak bekerja di suatu instansi / perusahaan.
4) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.
27
5) Tidak menyusui.
6) Tidak mampu menulis dan membaca.
3.3. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto
Sukoharjo yaitu di posyandu atau kantor tempat ibu – ibu bekerja. Penelitian
ini dilakukan dengan cara memberi angket atau selebaran kepada ibu – ibu
yang bekerja yang mau menjadi responden dengan mendatangi langsung ke
rumah – rumah atau Puskesmas 1 Polokarto yang mempunyai bayi dan masih
menyusui yang sesuai kriteria dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Desember 2014 – Juni 2015.
3.4. Variabel, Definisi Operasional, Dan Skala Ukur
3.4.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi.
2. Variabel Terikat
Perilaku ibu dalam pemberian ASI ekskusif dan tidak eksklusif.
28
3.4.2 Definisi Operasional
1. Pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi
a. Definisi operasional
Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang bekerja di
instansi/ perusahaan tentang manajemen laktasi yang berhubungan
dengan ASI eksklusif, cara mennyusi, cara memerah ASI, dan
menyimpan ASI.
b. Alat ukur
Kuisioner dengan menggunakan Guttman dengan nilai 1
untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah (Arikunto, 2006).
c. Kategori
Baik : bila jawaban benar 76 – 100 %
Cukup : bila jawaban benar 56 – 75 %
Kurang : bila jawaban benar 55 %
d. Skala
Ordinal
2. Perilaku ibu dalam pemberian ASI
a. Definisi operasional
Suatu tindakan aktif dari seorang ibu dalam pemberian ASI
eksklusif jika tanpa makanan.
b. Alat ukur
Check list
29
c. Kategori
Eksklusif :1
Tidak eksklusif : 0
d. Skala
Nominal
3.5. Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa
pertanyaan.Skala Guttman digunakan dalam pengukuran pengetahuan yaitu
jawaban dikotomi (benar, salah).(Sugiyono, 2013).
Dimana :
Butir Favorable
Jawaban Nilai
Benar ( B ) 1 ( satu )
Salah ( S ) 0 ( nol )
Butir Unfavorable
Jawaban Nilai
Benar ( B ) 0 ( nol )
Salah ( S ) 1 ( satu )
Uji coba instrument sangat diperlukan dalam suatu penelitian untuk
mengetahui apakah instrument tersebut layak untuk digunakan.Kuisioner
dapat digunakan sebagai alat ukur yang baik apabila terbukti valid dan reabel.
Dengan demikian akan digunakan uji validitas dan reabilitas.
30
1. Uji Validitas
Validitas merupakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana
ketepatan dan kecemasan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data
(Singarimbun, 1995). Jenis validitas yang dipakai adalah validitas isi.
Validitas isi adalah suatu alat pengukur di tentukan sejauh mana isi
alat pengukur tersebut mewakili aspek yang dianggap aspek kerangka
konsep (Sugiyono, 2013).
Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara
instrument dengan materi pelayanan yang telah diajarkan. Jenis statistik
untuk menilai validitas isi menggunakan korelasi product moment
dengan rumus :
r = _ N ∑xy-(∑x)(∑y)
√(N∑x2-(∑x) 2)(N∑y2-(∑y) 2)
Keterangan : r = koefisien korelasi suatu butir ( item )
X = skor untuk semua pertanyaan
N = jumlah responden
Keputusan uji :
R xy ≥ r tabel item pertanyaan tersebut valid
R xy ≤ r tabel item pertanyaan tersebut tidak valid
(Arikunto, 1997 ).
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di posyandu Desa
Ledok dengan jumlah 30 orang. Hasil uji validitasdidapatkan
31
bahwa butir pertanyaan pengetahuan yang valid adalah no 3, 4, 5,
13, 14, 15, 19, 21, 22, 28 sedangkan perilaku yang valid adalah no
2, 4, 5, 8, 9, 13, 14, 15, 18, 20.
2. Uji Reabilitas
Reabilitas merupakan penilaian untuk mengukur sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsiten bila dilakukan pengukuran ulang terhadap
gejala yang sama dan dengan alat pengukur yang sama (Singarimbun,
1995).
Uji keandalan (reabilitas) alat ukur pengetahuan ibu tentang
manajemen laktasi dan dukungan tempat kerja menggunakan tehnik
Cronbach’s Coefficient alpha yaitu :
Keterangan : ri = Cronbach’s coefficient alpha
k = jumlah pecahan
si = total dari masing – masing varian pecahan
St = total varian
Keputusan uji :
α ≥ r tabel item pertanyaan tersebut reabel
α ≤ r tabel item pertanyaan tersebut tidak reabel (Jogiyanto, 2008).
32
Interpretation reliability test dari Cronbach’s Coefficient alpha
adalah ; 0,80 – 1,00 adalah sangat tinggi ; 0,40 – 0,60 adalah
sedang ; 0,20 – 0,40 adalah rendah dan 0,00 – 0,20 adalah sangat
rendah. Hasil uji reliabilitas pada 10 butir pertanyaan pengetahuan
adalah 0,850 sehingga tingkat reliabilitas sangat tinggi sedangkan
pada 10 butir pertanyaan perilaku didapatkan nilai reliabilitas
0,811 maka tingkat reliabilitas sangat tinggi.
3.5.2 Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
Dalam usaha memperoleh bahan dan keterangan yang
dibutuhkan dalam penelitian ini maka langkah – langkah pengumpulan
data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Langkah –
langkah pengumpulan data tersebut dinamakan tehnik pengumpulan
data.
Metode utama yang dipakai dalam pengumpulan data adalahn
tes atau kuisioner. Kuisioner adalah rentetan – rentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
kemampuan atau bakat yang dimilki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2005).
33
3.6. Teknik Pengelolahan Dan Analisa Data
3.6.1 Teknik Pengolahan
Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan tahap
sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran
pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden.Hal ini
dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan
segera dapat dilengkapi. Selama proses penelitian ada beberapa data
yang tidak terisi sehingga peneliti meminta responden untuk
melengkapinya sehingga didapatkan data yang lengkap.
2. Coding
Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah
mengolah data, hanya 1 variabel diberi kode yaitu variabel dependen
(Nursalam 2013).Sikap ada tiga kategori yaitu 1 untuk kurang, 2 untuk
sedang dan 3 untuk baik.
3. Entry data
Merupakan suatu proses pemasukan data kedalam komputer untuk
selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan program
komputer.
4. Cleaning
Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang dimasukkan
kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya atau
34
proses pembersihan data. Dalam proses ini peneliti melakukan
pengecekan ulang untuk memastikan bahwa semua data yang
dimasukkan dalam program komputer telah sesuai dengan data asli
yang didapat di lapangan.
5. Tabulating
Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel kemudian
diolah dengan bantuan komputer.
3.6.2 Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian.Data
yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif
dengan menggunakan analisis unviariat dan bivariat.Pada penelitian ini
menggunakan sistem komputer dalam penghitungan data. Adapun analisa
yang digunakan sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan
untuk menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yang
menghasilkan suatu distribusi frekuensi dan prosentase dari masing-
masing variabel (Notoatmodjo, 2005).
Analisa univariat juga digunakan untuk menggambarkan nilai
mean yang digunakan untuk data yang tidak dikelompokkan ataupun data
yang sudah dikelompokkan, nilai median yang merupakan nilai yang
berada di tengah dari suatu nilai atau pengamatan yang disusun, serta
nilai modus yang digunakan untuk menyatakan fenomena yang paling
35
banyak terjadi (Hidayat, 2007). Analisa univariat dalam penelitian ini
adalah distribusi tentang pendidikan, umur, dan pengalaman menyusui
pada ibu.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat menggunakan uji Uji Kendall Tav yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang
manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa
Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.
Analisa hasil uji statistik :
Apabila p value ≤ 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan
pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam
pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo. Apabila p value
> 0,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang
manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa
Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.
3.7. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Informed Consent (lembar persetujuan) diberikan kepada
responden yang akan di teliti. Peneliti menjelaskan maksud, dan tujuan
penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama, dan
sesudah pengumpulan data.Jika responden bersedia untuk di teliti, maka
responden di minta untuk menandatangani lembar persetujuan
36
tersebut.Jika responden menolak untuk di teliti, maika peneliti tidak akan
memaksa, dan tetap menghormati hak – haknya.
2. Anominity
Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data (kuesioner),
cukup dengan memberi atau nomor tertentu pada lembar kuesioner
tersebut.
3. Confidentialy
Kerahasian informasi yang di berikan oleh responden di jamin oleh
penelit, hanya kelompok data tertentu yang akan di sajikan atau dilaporkan
sebagai hasil riset, dan tidak akan di sampaikan kepada pihak lain yang
tidak terkait dengan penelitian (Nursalam, 2003).
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Responden
4.1.1. Karakteristik Responden Menurut Umur
Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan karakteristik
responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin
yang telah disusun dalam bentuk tabel serta deskripsi.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden menurut umur hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur (n=50)
Klasifikasi Umur Jumlah (n) Presentase (%)
26-35 Tahun 25 50%
36-45 Tahun 20 40%
46-55 Tahun 5 10%
Jumlah 50 100%
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa
distribusi responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah
usia 26-35 tahun.
4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden menurut jenis kelamin hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
38
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin (n=50)
Klasifikasi Jenis
Kelamin
Jumlah (n) Presentase (%)
Laki-Laki 0 0%
Perempuan 50 100%
Jumlah 50 100%
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini semua
perempuan dengan jumlah 50 responden.
4.1.3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Karakteristik responden menurut tingkat pendidika hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
(n=50)
Klasifikasi Tingkat
Pendidikan
Jumlah (n) Presentase (%)
SD 8 16%
SMP 12 24%
SMA 30 60%
Jumlah 50 100%
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dostribusi
responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah
SMA yaitu sebanyak 30 orang (60%).
39
4.2. Analisis Univariat
4.2.1. Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi
Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi (n=50)
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
Kurang 3 6%
Cukup 32 64%
Baik 15 30%
Jumlah 50 100%
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas didapatkan data tingkat
pengetahuan tentang manajemen laktasi yang paling banyak adalah
cukup yaitu 32 orang (64%).
4.2.2. Perilaku Perilaku Pemberian ASI
Tabel 4.5 Perilaku Perilaku Pemberian ASI (n=50)
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
Kurang 4 8%
Cukup 30 60%
Baik 16 32%
Jumlah 50 100%
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas didapatkan data perilaku
pemberian ASI paling banyak adalah cukup yaitu 30 responden
(60%) dan yang paling sedikit adalah kurang yaitu 4 responden
(8%).
40
4.3. Analisis Bivariat
Tabel 4.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI
(n=50)
Variabel P Value
Tingkat Pengetahuan
Perilaku 0,016
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau
didapatkan nilai p value = 0,016 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan
H1 diterima artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen
laktasi dengan perilaku pemberian ASI.
.
41
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Distribusi responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah
usia 26-35 tahun yaitu 25 orang (50%) dan paling sedikit usia 46- yaitu 5
orang (10%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari
(2009) yang menunjukkan bahwa karakteristik responden yang paling
banyak berdsarkan umur adalah umur 25-30 tahun yaitu 9 orang (36%).
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang diambil peneliti
memiliki karakteristik umur yang sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sari (2009) walaupun berbeda wilayah.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini
semua perempuan dengan jumlah 50 responden. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Setiyowati & Khilmiana (2010) yang
menunjukkan bahwa karakteristik responden sepenuhnya adalah
perempuan dengan jumlah 30 orang. Hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa responden yang diambil peneliti sesuai dengan kriteria inklusi yaitu
berjenis kelamin perempuann yang sedang menyusui sehingga
karakteristik jenis kelamin responden semuanya perempuan.
42
3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling
banyak adalah SMA yaitu sebanyak 30 orang (60%) dan yang paling
sedikit SD yaitu 8 orang (16%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Sari (2009) yang menunjukkan pendidikan responden yang
palng banyak adalah 16 orang (50,5 %). Peneliti lain yang dilakukan oleh
Setyorini (2014) bahwa responden yang paling banyak berpendidikan
pasca sarjana dan yang paling sedikit adalah SMP. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh perbedaan wilayah pengambilan responden dan
kemajuan SDM di suatu wilayah.
5.1. Analisis
1. Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi
Data tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi yang paling
banyak adalah cukup yaitu 32 orang (64%) dan yang paling sedikit adalah
kurang yaitu 3 orang (6%). Hasil penelitian Sari (2009) menunjukkan data
bahwa tingkat pengetahuan ibu yang paling banyak tentang manajemen
laktasi adalah cukup yaitu 13 orang (52%).
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang (Setiyowati & Khilminia, 2010). Menurut Rini (2008)
pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan kelakuan.
43
Pendidikan berkaitan dengan transmisi, pengetahuan, sikap, kepercayaan,
ketrampilan dan aspek kelakuan yang lain. Dengan pendidikan yang tinggi
akan mempengaruhi pola fikir seseorang untuk bertindak dan mengambil
keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat kedewasaan
disamping itu hal yang mempengaruhi pemberian ASI adalah pengalaman
dan pengalaman yang membuat responden tidak memberikan suatu
formula pada bayinya.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka
akan semakin baik pula perilaku seseorang dalam hal ini adalah
manajemen laktasi. Perilaku yang baik sangat erat hubunganya dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut sehingga semakin baik
pengetahuannya maka semakin baik pula perilakunya (Sari,2009). Hasil
penelitian Setyowati & Khilmiana (2010) menunjukkan bahwa ada
kecenderungan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak
akan memberikan ASI esklusif kepda bayi mereka. Sebaliknya ibu dengan
pengetahuan yang rendah mengenai ASI akan kurang dalam hal
memberikan ASI esklusif kepada bayinya. Dalam hal ini pendidikan
merupakan satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. Tingkat pengetahuan yang tinggi ikut menentukan mudah
tidaknya ibu untuk memahami dan menyerap informasi tentang ASI
esklusif. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka semakin tinggi
pula ibu dalam menyerap informasi tentang ASI esklusif.
44
2. Perilaku Perilaku Pemberian ASI
Data perilaku pemberian ASI paling banyak adalah cukup yaitu 30
responden (60%). Pemberian ASI oleh ibu sejak jaman dulu sudah
merupakan sebuah tradisi dan merupakan suatu kewajiban ibu. Mereka
para ibu memberikannya lebih beranjak pada naluri dan tuntutan
kewajiban mereka. ASI eksklusif mencakup manfaatnya bagi bayi maupun
bagi sang ibu maupun bagi keluarga secara umum. Jika dilakukan dengan
baik, maka ASI eksklusif merupakan nutrien utama bagi bayi, sedangkan
bagi ibu menyusui dapat mencegah beberapa penyakit ibu serta aspek
psikologis, Selain itu pemberian ASI eksklusif berdampak pada aspek
ekonomi, dimana kebutuhan ASI cukup untuk mmberikan nutrisi kepada
bayi dengan tidak diperlukannya susu formula yang berarti akan
memperkecil pengeluaran keluarga (Setiyowati & Khilmiana, 2010).
Suatu tindakan atau perilaku akan terwujud apabila responden
memahami dan mau melakukan manajemen laktasi yang baikm dalam
pemberian ASI esklusif. Dari penelitian yang dilakukan oleh Setyorini
(2014) didapatkan bahwa perilaku pemberian ASI esklusif dengan kategori
yang tidak baik sebanyak 20%. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmojo
(2010), bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (trend to
behave) yang artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan
atau perilaku terbuka.
45
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI
Berdasarkan hasil analisis penelitian ada hubungan tingkat
pengetahuan tentang manajemenlaktasi dengan perilaku pemberian ASI.
Menurut Notoatmojo dalam Sari (2009) mengatakan bahwa pengetahuan
adalah hasil dari tahu yang akan terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu seperti melihat,mendengar,
mencium, merasa dan meraba. Namun sebagian besar pengetahuan itu
sendiri diperoleh melalui mata dan telinga, jadi dengan kata lain dari hasil
mendengar dan melihat. Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan
perilaku menurut WHO yang dikutip di Notoatmojo adalah dengan
pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga
menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai
dengan pengetahuannya tersebut. Perubahan perilaku yang baik sangat erat
hubungannya dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut
sehingga semakin baik pengetahuannya maka semakin baik pula
perilakunya (Sari, 2009).
Hasil penelitian Setyowati & Khilmiana (2010) menunjukkan bahwa
Ada kecenderungan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang lebih
banyak akan memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka. Sebaliknya
ibu dengan pengetahuan yang rendah mengenai ASI akan kurang mau
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dalam hal ini pendidikan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. Tingkat pengetahuan yang tinggi ikut menentukan mudah
46
tidaknya ibu untuk memahami dan menyerap informasi tentang ASI
eksklusif. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka makin tinggi pula
ibu dalam menyerap informasi tentang ASI eksklusif.
Menurut Bloom dalam Notoatmojo (2005), pengetahuan merupakan
salah satu domain terbentuknya perilaku. Perilaku yang didasari dengan
pengetahuan yang baik akan lebh awet daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Hubungan tingkat pengetahuan tentang
manajemen laktasi dengan perilaku pemberian ASI dipengaruhi oleh
pendidikan ibu, pengalaman menyusui sebelumnya dan keterpaparan
dengan sumber informasi seperti media massa, petugas kesehatan, dan
kontak dengan kelompok ibu yang sudah berhasil menyusui.
47
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Karakteristik responden ibu menyusui di Desa Kenorejo Polokarto
Sukoharjo berdasarkan umur responden yang paling banyak adalah usia
26-35 tahun yaitu 25 orang (50%) dan semua berjenis kelamin
perempuan dengan jumlah 50 responden.
2. Tingkat pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi di Desa Kenorejo
Polokarto Sukoharjo yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 30
orang (60%).
3. Perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenorejo Polokarto
Sukoharjo paling banyak adalah cukup yaitu 30 responden (60%).
4. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan
perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenokorejo Polokarto
Sukoharjo
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Puskesmas
Diharapkan dengan penelitian ini Puskesmas dapat meningkatkan
program penyuluhan kepada masyarakat mengenai perilaku menyusui
yang baik.
48
5.2.2. Bagi Ibu
Diharapkan bagi ibu-ibu yang menyusui dapat meningkatkan
kesadaran diri dalam perilaku ibu dalam pemberian ASI eskusif.
5.2.3. Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi
serta bahan dalam mengembangkan penelitian tentang ASI esklusif.
5.2.4. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk
mengembangkan penelitian tentang ASI esklusif guna melancarakan upaya
mencerdaskan anak bangsa melalui program ASI esklusif sesuatu
ketentuan Depkes.
5.2.5. Peneliti
Hasil penelitian ini menjadi sebuah motivasi bagi peneliti untuk
lebih belajar lagi serta memberikan sebuah dorongan untuk aktif dalam
memberikan program-program penyuluhan ASI esklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S dan Haryanto.(2000). Modul Evaluasi Program
Pendidikan.Yogyakarta : Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta.
Arikunto, S. (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.
Rieneka Cipta.
Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ayu, Rosita. 2011. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kecamatan Salawa dan Suka Hening Kabupaten Tasikmalaya
tahun 2010. Jurnal Penelitian. Tasikmalaya: Stikes Respati.
Azwar, S. (2011).Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bestable, SB. (2002).Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran Dan
Pembelajaran. Jakarta : EGC.
Cadwell, K. Cindy Turner. (2011). Manajemen Laktasi. Alih Bahasa: Estu Tiar.
Jakarta: EGC.
Dasi, Ariyana. (2008). Tingkat Pengetahuan tentang Penyimpanan ASI pada Ibu
Bekerja di Asrama Polisi Kalisari Semarang Kecamatan Semarang
Selatan.Journal Keperawatan.FIKKES.Volume 1 no 208.
Depdiknas.(2008). KBBI Daring.Dipetik Agustus 07, 2013.Dari Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional. http://bahasa.kemdiknas.go.id/vkbbi/in
dex.php
Depkes. RI. (2005). Kebijakan Depkes tentang Peningkatan Pemberian ASI
Pekerja Wanita. Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI.
Dinas Kesehatan. (2008). Profil Kesehatan Jateng.
Dyah.(2009). Pemodelan Kuantitatif untuk Analisis Faktor Penentu Praktek
Pemberian Asi Eksklusif pada Ibu Bekerja di Instansi Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
Elmiyasna, K. (2009). Kajian Pemberian ASI Eksklusif Kaitannya dengan
Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Menyusui di Puskesmas Nanggala
Padang.Vol. 1.No. 1. Padang.
Hidayat, AA. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta.
http://www.edukasiana.net/2013/02/pengertian-pengetahuan-dan-tingkatan.html
Kristiyana Sari, W. (2009).ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.
Meliono.(2007). MPKT modul 1. Jakarta: Lembang penerbitan FEUI.
Mubarak, Wahid Iqbal,dkk. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Metode
Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Mubarok W. I, Chayantin.N. (2009).Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Muchlisin Riadi. 2013. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.
Dipetik Oktober 6, 2013.Dari : Pendidikan
Muchlisin Riadi. 2013. Pengertian, Tingkatan dan Cara Meemperoleh
Pengetahuan. Dipetik Oktober 6, 2013.Dari : Pendidikan
Notoatmojo S. (2005). Metodologi penelitian Kesehatan.Jakarta : Rieneka Cipta.
Notoatmojo S. (2007). Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perubahan
Perilaku.Yogyakarta : Andi Offset.
Notoatmojo, S. (2007).Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmojo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam.(2002). Pendekatan Praktis Metodology Riset Keperawatan.Jakarta :
CV Sagung Seto.
Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Perinasia.(2009). Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Cetakan ke 2, Program
Manajemen Laktasi. Jakarta: Perinasia.
Proverawati, A, Eni, R. (2010).Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Purwanti, H.S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.
Riwidikdo, H. (2010). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Roesli, U. (2005). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara.
Sinarimbun, M dan Sofian E. (1988).Metode Penelitian Survey Pustaka.Jakarta :
LP3ES.
Sugiono.(2004). Statisitika untuk Penelitian.Jakarta: CV Alfabeta.
Sugitno.(2012). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2013).Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D.Bandung : Alfabeta.
Sugiyono.(2004). Metode Penelitian Administrasi.Bandung : Penerbit Alfabeta.
Sari, Maya Maulda.2009.Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi di Kecamatan
Peusangan Kabupaten Birauen.Skripsi.Medan.Universitas Sumatra Utara
Suradi, R. (2010). Ikatan Dokter Anak Indonesia: Indonesia Menyusui. Badan
Penerbit: IDAI.
Suriasumantri, J. S. (2001). Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Wawan, Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dsan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wikipedia. Pengetahuan. Dipetik Agustus 19, 2013, dari Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan
Winarsunu T. (2004). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan
Pendidikan.Malang : Penerbit Universitas Muhamadiyah Malang.
top related