hubungan penerapan pedoman gizi seimbang...
Post on 06-Feb-2018
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS
GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2014
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
ZAKIAH
107101001778
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/ 2014 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Juli 2014
Zakiah, NIM: 107101001778
HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS
GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014
xix + 109 halaman, 19 tabel, 3 bagan, 2 gambar, 3 lampiran
ABSTRAK
Keadaan gizi yang normal sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
fisik optimal. Untuk menjaga keadaan gizi yang normal dan mencegah kekurangan gizi
dan kelebihan gizi, diperlukan pemahaman dan praktik pola hidup sehat antara lain
dengan pola makan berprinsip gizi seimbang. Sebagai penyampai informasi dan promosi
kesehatan, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta diharap mampu menerapkan prinsip gizi seimbang dengan baik.
Namun, dari penelitian terdahulu didapat mahasiswa FKIK memiliki status gizi tidak
normal dan pola gizi tidak seimbang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan penerapan pedoman gizi
seimbang dengan status gizi pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2014 dengan menggunakaan desain studi cross sectional dengan 155 sampel.
Hasil analisa univariat menunjukkan tejadinya dua masalah gizi pada mahasiswa
FKIK, yaitu 16.8% mengalami status gizi kurang dan 23.2 % mengalami status gizi
lebih. Diketahui juga bahwa 100% mahasiswa FKIK memiliki kebiasaan makan yang
tidak sesuai pedoman gizi seimbang dimana 100% mahasiswa memiliki kebiasaan
konsumsi sayur dan buah yang kurang, 38.1% kurang menerapkan pola hidup bersih
dengan baik, 39.4% memiliki pola aktivitas fisik yang kurang dan 80.6 % tidak
melakukan pemantaun berat badan normal. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak
ada hubungan yang bermakna antara variabel-variabel tersebut dengan status gizi.
Walaupun didapatkan hasil yang tidak berhubungan, akan tetapi masalah gizi yang
ada pada mahasiswa FKIK harus tetap diperhatikan. Sehingga disarankan bagi
mahasiswa yang memiliki berat badan kurang dan lebih untuk memperbaiki status
gizinya menjadi normal melalui perbaikan kebiasaan makan makanan yang beragam
dengan memperhatikan konsumsi makanan pokok, lauk, pauk, sayur dan buah, pola
hidup bersih yang baik, aktifitas fisik yang sesuai dengan konsumsi makanan dan
pemantauan berat badan secara teratur, serta untuk mahasiswa yang memiliki berat
badan normal diharapkan dapat mempertahankan status gizinya.
Daftar bacaan: 51 (1999-2014)
iv
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH PROGRAM
Thesis, July 2014
Zakiah, NIM: 107101001778
ASSOCIATION BETWEEN APPLICATION OF BALANCED NUTRITION
GUIDELINES WITH NUTRITIONAL STATUS OF STUDENTS FACULTY OF
MEDICINE AND HEALTH SCIENCES IN JAKARTA UIN SYARIF
HIDAYATULLAH 2014 xix + 109 pages, 19 tables, 3 charts, 2 images, 3 attachments
ABSTRACT
Normal nutritional status is essential for optimal growth and physical
development. To maintain a normal nutritional status and prevent malnutrition and
overnutrition, necessary understanding and practice a healthy lifestyle including diet
with balanced nutrition principled. As a transmitter of information and health promotion,
students of the Faculty of Medicine and Health Sciences (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta expected to be able to apply the principles of a well balanced
nutrition. However, previous research has obtained student FKIK abnormal nutritional
status and patterns of unbalanced nutrition.
This study was conducted to determine association between application of
balanced nutrition guidelines with nutritional status of FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2014 using a cross-sectional study design with 155 samples.
Results of univariate analysis showed the occurrence of two nutritional problems
in FKIK students, 16.8% had underweight and 23.2% had overweight. Also note, 100%
of students FKIK have eating habits that are not in accordance with the guidelines for
balanced nutrition, which 100% of students have a habit of less fruit and vegetable
consumption, 38.1% did not implement a clean life well, 39.4% had less physical
activity patterns and 80.6% did not perform monitoring of normal weight. Bivariate
analysis results showed no significant relationship between these variables and
nutritional status.
Although the results obtained were not related, but the nutritional problems that
exist in FKIK students should still be noted. So it is recommended for students who
underweight and underweight to improve their nutritional to normal through
improvement of eating habits with regard consumption of staple foods, meat group
foods, beans group foods, vegetables and fruits, a good clean lifestyle, physical activity
according to consumption food and regular monitoring of body weight, as well as to
students who have a normal weight are expected to maintain their nutritional status.
Refenreces list: 51 (1999-2014)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS
GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2014
Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Zakiah
NIM. 107101001778
Jakarta, 21 Juli 2014
Mengetahui,
vi
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan judul HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI
SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA TAHUN 2014 telah diajukan dalam sidang ujian skripsi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juli
2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM).
Jakarta, 21 Juli 2014
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Zakiah
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Suak Timah, 21 Maret 1898
Warganegara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Dusun Tgk. Blang Desa Mane Tunong Krueng Mane
Kec.Muara Batu Kab.Aceh Utara Prov. Aceh
Telepon : 0852 6002 7565
Email : kya_syadee@ymail.com / kya.syadee@gmail.com
Pendidikan Formal:
1995-2001 : MIN Muara Batu, Aceh Utara
2001-2004 : MTsN Model Gandapura, Bireun
2004-2007 : MA Jeumala Amal, Lueng Putu, Pidie Jaya
2007-2014 : Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah−Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi berjudul “Hubungan Penerapan
Pedoman Gizi Seimbang dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014”. Shalawat dan salam juga
tercurah bagi junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayah dan Ummi tercinta yang selalu menjadi semangat dan menaburkan doa-doa di
setiap langkah putra-putrinya.
2. Bapak Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin Spd. Md. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan.
3. Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat dan
dosen pembimbing pertama saya yang senantiasa memberikan waktu dan
bimbingannya kepada penulis selama penyusunan laporan skripsi ini. Terimakasih
ibu telah membimbing Kya dengan sabar dan mengingatkan Kya saat Kya
menghilang.
4. Ibu Catur Rosidati, MKM, selaku dosen pembimbing kedua saya, yang juga
senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya kepada penulis selama penyusunan
laporan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu
yang sangat berguna khususnya bagi penulis dan mahasiswa Kesehatan Masyarakat
pada umumnya.
6. Bapak-bapak pembina Penerima Beasiswa Santri Berprestasi Kementrian Agama RI
yang senantiasa membina dan membimbing Kya sejak matrikulasi hingga
menyelesaikan studi ini.
ix
7. Bapak dan Ibu Guru TK Malahayati, SD Tanjong Mesjid, MIN Muara Batu dan
MTsN Gandapura, serta Ustadh dan Ustadhah Jeumala Amal yang telah mengantar
Kya langkah demi langkah hingga Kya sampai di perguruan tinggi.
8. Adik-adikku tercinta, Zikriah dan Zia Ulhaq yang tidak pernah lelah mengingatkan
saat kakaknya lalai dan malas. Makasi Ki, Dek Gam.
9. Keluarga besar tercinta yang selalu menjadi bara dan pemanas agar skripsi ini segera
terwujud, khususnya sepupu terbaik, Dek Bit.
10. Sahabat-sahabat OPUS yang senantiasa memberi samangat, khusus para “veteran”
yang berjuang hingga titik penghabisan bersama-sama, dan Ami yang selalu kami
bebani menjadi pembimbing ketiga kami.
11. Sahabat Jeumala Amal tercinta Nora, Dila, Vida, Mini, Rahma dan Yoyon, maaf Kya
baru nyusul sekarang dan terimakasih atas dukungan dan dorongan kalian selama ini.
12. Teman-teman kos tercinta Ocha, Berril, Mb Rani, Icut, Ainul dan Nurul, makasi udah
ngomporin Kya buat selesai :D
13. Tak lupa, untuk adik-adik PSKM, PSPD dan PSIK angkatan 2011-2013 yang telah
meluangkan waktunya untuk menjadi reponden dalam penelitian ini. Terimakasih
banyak.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua khususnya penulis.
و ا لسال م عليكم ورحمة ا هلل و بر كا ته
Ciputat, Juli 2014
Zakiah
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................... ii
ABSTRAK .............................................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................... vii
KATA PENGANTAR............................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 5
1.3. Pertanyaan Penelitian............................................................ 6
1.4. Tujuan Penelitian................................................................... 8
1.4.1. Tujuan umum ................................................................ 8
1.5.2. Tujuan khusus................................................................ 8
1.5 Manfaat penelitian................................................................. 9
xi
1.5.1. Bagi peneliti................................................................. 9
1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ................ 10
1.5.3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan .......... 10
1.6. Ruang Lingkup Penelitian..................................................... 11
1.6. Keaslian Penelitian................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSATAKA ................................................................. 13
2.1. Status Gizi .............................................................................. 13
2.1.1. Definisi status gizi ......................................................... 13
2.1.2. Penilaian status gizi ....................................................... 13
2.2. Gizi Seimbang ........................................................................ 20
2.3. Prinsip Gizi Seimbang .......................................................... 22
2.3.1. Kebiasaan makan makanan beraneka ragam................. 22
2.3.2. Pola hidup bersih ........................................................... 34
2.3.3. Aktivitas fisik ................................................................ 37
2.3.4.Pemantauan Berat Badan Normal.................................. 42
2.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
pada Remaja Akhir................................................................
42
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL......... 53
3.1. Kerangka Konsep .................................................................. 53
3.2. Definisi Operasional .............................................................. 56
3.2.1. Variabel Dependen ...................................................... 56
3.2.1. Variabel Independen ................................................... 57
xii
3.3. Hipotesis ................................................................................. 58
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 59
4.1. Desain Penelitian ................................................................... 59
4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian .............................................. 60
4.3. Populasi dan Sampel.............................................................. 60
4.4. Teknik Sampling (Cara Pengambilan Sampel)................... 62
4.5. Instrumen Penelitian ............................................................. 63
4.6. Pengumpulan Data................................................................. 67
4.7. Pengolahan Data ................................................................... 70
4.8 Analisa Data ........................................................................... 73
BAB V HASIL PENELITIAN....................................................................... 75
5.2. Analisis Univariat................................................................... 75
5.2.1. Gambaran status gizi...................................................... 75
5.2.2. Gambaran kebiasaan makan makanan beragam............ 76
5.2.3. Gambaran pola hidup bersih.......................................... 78
5.2.4. Gambaran aktivitas fisik................................................ 79
5.2.5. Gambaran pemantauan berat badan normal................... 79
5.3. Analisis Bivariat..................................................................... 80
5.3.1. Hubungan kebiasaan makan makanan beragam
dengan status gizi.........................................................
80
5.3.2. Hubungan pola hidup bersih dengan status gizi........... 83
5.3.3. Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi................. 84
xiii
5.3.4. Hubungan pemantauan berat badan normal dengan
status gizi.....................................................................
85
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 87
6.1 Keterbatasan penelitian ........................................................ 87
6.2. Gambaran status gizi............................................................. 88
6.3. Hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan
status gizi................................................................................
90
6.4. Hubungan pola hidup bersih dengan status gizi................. 94
6.5. Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi....................... 95
6.6. Hubungan pemantauan berat badan normal dengan
status gizi................................................................................
97
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 100
7.1. Kesimpulan ............................................................................ 100
7.2. Saran ...................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 104
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh 19
Tabel 2.2 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT/U 19
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi 2013 bagi Orang Indonesia 26
Tabel 2.4 Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Remaja 16-18 tahun 29
Tabel 2.5 Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Dewasa 19-29
tahun
29
Tabel 2.6 Klasifikasi Aktivitas Fisik berdasarkan Intensitasnya 40
Tabel 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Pola Hidup
Bersih
65
Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
75
Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Makanan
Pokok pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2014
76
Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Lauk pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2014.
77
xv
Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Pauk pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2014.
77
Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Frekuensi Pola Hidup Bersih pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2014
78
Tabel 5.6 Gambaran Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
79
Tabel 5.7 Gambaran Distribusi Frekuensi Pemantauan Berat Badan
Normal pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2014
80
Tabel 5.8 Hubungan antara Kebiasaan Makan Makanan Pokok dengan
Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2014
81
xvi
Tabel 5.9 Hubungan antara Kebiasaan Makan Makanan Lauk dengan
Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2014
82
Tabel 5.10 Hubungan antara Pola Hidup Bersih dengan Status Gizi pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2014
83
Tabel 5.11 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2014
84
Tabel 5.12 Hubungan antara Pemantauan Berat Badan Normal dengan
Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2014
85
xvii
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
Bagan 2.1. Kerangka Teori 52
Bagan 3.1 Kerangka Konsep 55
Bagan 4.1 Proses Pengumpulan Data 69
xviii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar2.1 Tumpeng-Bentuk Visual Gizi Seimbang Indonesia (Kemenkes,
2014)
22
Gambar2.2 Piramida Aktivitas Fisik (Fahey et al, 2005) 39
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Kuesioner Kebiasaan Makan – Food Recall 3 x 24 jam
Lampiran 3 Output Analisa Univariat dan Bivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keadaan gizi yang baik akan meningkatkan kesehatan individu dan
masyarakat. Keadaan gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal
serta perkembangan fisik dan kecerdasan bagi bayi, anak-anak, remaja dan semua
kelompok umur. Sedangkan gizi yang tidak optimal dengan kesehatan yang buruk
(Kemenkes, 2014).
Masalah gizi kurang atau kekurusan pada dewasa akan meningkatkan resiko
kejadian penyakit infeksi, depresi, anemia, diare, mudah letih dan produktifitas
berkurang (Supariasa, 2002). Pada wanita, ibu hamil yang kekurangan gizi memberi
kontribusi terhadap tingginya angka berat bayi lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir
rendah di bawah 2500 gram yang diperkirakan ada 350. 000 bayi setiap tahun, dan
Berakibat meningkatkan angka kematian balita setiap tahunnya (Depkes, 2006).
Adapun kelebihan gizi–ditandai dengan kelebihan berat badan dan obesitas-
beresiko terkena berbagai penyakit kronis/ degeneratif, seperti diabetes tipe, tekanan
datah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, stroke, penyakit asam urat (gout) dan
beberapa jenis kanker (Kurniasih et al, 2010). Gizi lebih dan obesitas meningkatkan
risiko kematian untuk semua penyebab kematian. Orang yang mempunyai berat
badan 40 persen lebih berat dari berat badan rata-rata populasi mempunyai risiko
kematian 2 kali lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan rata-rata (Lew &
Garfinkel, 1979 dalam Hadi, 2005). Kenaikan mortalitas diantara penderita obesitas
2
merupakan akibat dari beberapa penyakit yang mengancam kehidupan seperti
diabetes tipe 2, penyakit jantung, penyakit kandung kemih, kanker gastrointestinal
dan kanker yang sensitif terhadap perubahan hormon. Orang obesitas juga
mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita beberapa masalah kesehatan
seperti back pain, arthritis, infertilitas, dan fungsi psikososial yang menurun (WHO,
2000 dalam Sudikno, 2010).
Indonesia dihadapkan pada kedua masalah gizi tersebut. Penyakit infeksi
seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, dan campak masih merupakan
10 penyakit utama dan masih menjadi penyebab utama kematian dan tingginya
angka kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di Indonesia sangat berkaitan
dengan buruknya status gizi. Dan dibeberapa daerah lain atau pada sekelompok
masyarakat Indonesia yang lain terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan
masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi (Hadi, 2005)
Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013 (Kemenkes, 2013)
diketahui bahwa pada semua kelompok umur - balita, anak (5-18 tahun) dan dewasa
(18 tahun keatas)- dan jenis kelamin di Indonesia mengalami masalah gizi kurang
dan lebih. Pada kelompok umur balita berdasarkan nilai Zscore, prevalensi balita
kurus dan sangat kurus sebanyak 12.1 persen dan prevalensi balita gemuk sebanyak
11.9 persen. Pada usia anak usia 5–12 tahun, 13–15tahun dan 16–18 tahun
berdasarkan IMT/U masing 11.2 persen, 11,1 persen dan 11,1 persen mengalami
kekurusan serta 18.8 persen, 10.8 persen dan 7,3 persen mengalami kegemukan.
Pada penduduk usia di atas 18 tahun pada penilaian menggunakan indeks massa
3
tubuh (IMT) menunjukkan terjadinya kekurusan sebanyak 8.7 persen, berat badan
lebih 13.5 persen dan obesitas 15.4 persen.
Menurut Kurniasih, et al (2010), penyebab utama kekurangan dan kelebihan
gizi muncul karena pola makan bergizi tidak seimbang. Kekurangan gizi terjadi
akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi muncul karena
asupan gizi melebihi kebutuhan. Selain kurangnnya asupan gizi, kekurangan gizi
dapat terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang
memudahkan timbulnya penyakit infeksi, khususnya diare dan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA). Adapun kelebihan gizi terjadi, terutama karena pola makan
yang padat energi (kalori) dan melebihi kebutuhan untuk beraktivitas sehingga
menimbulkan kegemukan akibat kelebihan energi. Berdasarkan Kemenkes (2013),
proporsi penduduk Indonesia dengan aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara
umum mencapai 26,1 persen dengan pola konsumsi yang tidak seimbang, proporsi
perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah 93,5 persen dan perilaku konsumsi
makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun paling banyak konsumsi bumbu
penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis (53,1%), dan makanan
berlemak (40,7%).
Untuk mencegah kekurangan dan kelebihan gizi, diperlukan pemahaman dan
praktik pola hidup sehat antara lain dengan pola makan berprinsip gizi seimbang.
Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan
prinsip 1) keanekaragaman atau variasi makanan, 2) kebersihan, 3) aktivitas fisik dan
4) berat badan normal (Kurniasih et al, 2010; Kemenkes, 2014). Penerapan prinsip
4
gizi seimbang diharapkan dapat meningkatkan status gizi mereka dan mencapai
status gizi optimal (Bappenas, 2011). Untuk meningkatkan kesadaran gizi
masyarakat dalam penerapan gizi seimbang secara terpadu dan terencana dari
pengetahuan, sikap dan perilaku melalui kerjasama dan kontribusi para pemangku
kepentingan baik pemerintah, swasta maupun masyarakat demi tercapainya manusia
Indonesia yang prima (Kemenkes, 2012).
Dalam hal ini, mahasiswa Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan yang teah
dibekali ilmu kesehatan dan selanjutnya menjadi sumber dan penyampai edukasi dan
informasi kepada masyarakat untuk tujuan peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang pedoman gizi seimbang, seharusnya telah mampu menerapkan pedoman gizi
seimbang dalam kehidupan kesehariannya. Namun, hasil penelitian pada 94
mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan
Masyarakat yang dinilai status gizinya berdasarkan IMT menunjukkan 16%
mengalami gizi kurang, 66% gizi normal dan 18% gizi lebih. Dari 94 mahasiswi
tersebut menunjukkan rata-rata asupan energi hanya 1478,8-1655,42 kkal perhari
atau kurang dari jumlah asupan yang dianjurkan berdasarkan AKG 2013 yaitu 2250
kkal perhari .
Dari hasil penelitian lain pada tahun yang sama, Putri (2013) pada
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat menunjukkan 33,3% mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat mengalami obesitas berdasarkan IMT. Dan
dari jumlah tersebut 93.8 % memiliki aktivitas fisik ringan. Namun hasil penelitian
ini menunjukan semua responden yang diteliti memiliki jumlah konsumsi energi
5
kurang dari anjuran AKG 2013 yaitu 2250 kkal perhari untuk perempuan dan 2725
untuk laki-laki usia 19-25 tahun.
Berdasarkan data-data di atas melakukan peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai hubungan penerapan pedoman gizi seimbang
dengan status gizi. Pemilihan lokasi penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terkait belum adanya penelitian pada mengenai status gizi dalam skala
fakultas. Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan hanya di Program
Studi Kesehatan Masyarakat. Selain itu mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Program Studi Pendidikan Dokter merupakan pemberi edukasi dan
promosi kepada masyarakat dalam rangka memberikan kontribusi bermakna dalam
pembangunan karakter bangsa melalui upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat
seperti yang tercantum pada Pedoman Akademik FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013/2014.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2014.
1.2. Rumusan Masalah
Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan individu yang
telah memiliki bekal ilmu kesehatan yang seharusnya dapat diaplikasikan dalam
6
kehidupannya sehari-hari dan selanjutnya menyampaikan ilmu yang didapat pada
masyarakat luas, dalam hal ini ilmu gizi. Pengetahuan gizi yang dimiliki oleh
mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat tercermin dari
status gizi mahasiswa yang normal dan pola gizi seimbang yang diterapkan dengan
benar. Namun, ditemukan adanya kejadian gizi kurang dan lebih pada mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Didapatkan juga rata-rata pola konsumsi makan di bawah angka kecukupan yang
dianjurkan dan aktifitas fisik yang kurang. Penelitian tersebut hanya
menggambarkan status gizi dan pola gizi seimbang pada mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat. Belum ada penelitian yang menggambarkan status gizi dan
pola gizi seimbang pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara
keseluruhan, khusus program studi yang memiliki misi untuk memberikan promosi
dan edukasi kesehatan pada masyarakat.
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui tentang hubungan penerapan
pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.1.1. Bagaimana gambaran status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?
1.1.2. Bagaimana gambaran kebiasaan makan makanan beragam pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014?
7
1.1.3. Bagaimana gambaran pola hidup bersih pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2014?
1.1.4. Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2014.
1.1.5. Bagaimana gambaran pemantauan berat badan normal pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2014?
1.1.6. Apakah ada hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status
gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?
1.1.7. Apakah ada hubungan pola hidup bersih dengan status gizi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014?
1.1.8. Apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2014?
1.1.9. Apakah ada hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014?
8
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.4.2. Tujuan khusus
1.4.2.1.Diketahuinya gambaran status gizi pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2014.
1.4.2.2.Diketahuinya gambaran kebiasaan makan makanan beragam pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.4.2.3.Diketahuinya gambaran pola hidup bersih pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2014.
1.4.2.4. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2014.
1.4.2.5.Diketahuinya gambaran pemantauan berat badan normal pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
9
1.4.2.6.Diketahuinya hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan
status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.4.2.7.Diketahuinya hubungan pola hidup bersih dengan status gizi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.4.2.8. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.4.2.9.Diketahuinya hubungan pemantauan berat badan normal dengan
status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.5. Manfaat penelitian
1.5.1. Bagi peneliti
1.5.1.1. Menambah wawasan dan khasanah pengetahuan peneliti mengenai
gizi khususnya di bidang gizi kesehatan masyarakat.
1.5.1.2. Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian
yang terkait dengan gizi kesehatan masyarakat.
1.5.1.3. Memberikan pengalaman mengenai cara dan proses berfikir ilmiah
serta praktis sebagai penerapan pengetahuan dan keterampilan serta
menambah pengetahuan tentang hubungan penerapan pedoman gizi
10
seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.5.1.4. Sebagai mediapengembangan kompetensi diri sesuai dengan
keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan dalam meneliti masalah
yang berkaitan dengan gizi masyarakat.
1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
1.5.2.1.Terlaksananya salah satu upaya untuk mengimplementasikan Tri
Dharma perguruan tinggi, yaitu akademik, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
1.5.2.2.Sebagai tambahan referensi penelitian yang beguna bagi masyarakat
luas di bidang kesehatan masyarakat.
1.5.2.3.Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam topik
yang sama.
1.5.3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
1.5.3.1. Memberi tambahan informasi tentang hubungan penerapan pedoman
gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.5.3.2. Hasil analisis penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan
untuk pengetahuan gizi mahasiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan.
11
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berperan dalam menjalan promosi
kesehatan pada masyarakat, yaitu Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program
Studi Pendidikan Dokter dan Program Studi Ilmu Keperawatan tahun masuk 2011
hingga 2013. Penelitian ini dilakukan pada Februari hingga Juni 2014, bertujuan
mengetahui hubungan penerapan pedoman gizi seimbang berupa aspek kebiasaan
makan makanan beragam, pola hidup bersih, aktivitas fisik dan pemantauan berat
badan normal. Penelitian diakukan karena adanya kejadian gizi kurang dan gizi
lebih, serta pola konsumsi yang tidak seimbang pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dilakukan oleh Muizzah (2013) . Penelitian
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dan
pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dengan systematic random
sampling.
1.7. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan
status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014 belum pernah dilakukan.
12
Adapun penelitian sebelumnya yang hampir sama yang pernah dilakukan antara lain
sebagai berikut.
Nama, Judul dan Tahun
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Merinta Sada, Veni Hadju ,
Djunaedi M. Dachlan
Hubungan Body Image,
Pengetahuan Gizi Seimbang,
dan Aktifitas Fisik terhadap
Status Gizi Mahasiswa
Politeknik Kesehatan Jayapura
2012
Cross Sectional
142 sampel
Ada hubungan antara
body image,
pengetahuan gizi dan
aktifitas fisik dengan
status gizi.
Riska Habriel Ruslie dan
Darmadi
Analisis Regresi Logistik
Untuk Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Status Gizi
Remaja
2010
Cross Sectional
147 sampel
Ada hubungan antara
asupan makanan,
aktifitas fisik, body
image, dan jenis
kelamin dengan status
gizi.
Friska Amelia
Konsumsi Pangan,
Pengetahuan Gizi, Aktivitas
Fisik dan Status Gizi pada
Remaja di Kota Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci Propinsi
Jambi
2008
Cross Sectional
100 sampel
Ada hubungan antara
aktivitas fisik
(pengeluaran energi)
dan konsumsi energi
dengan status gizi
remaja.
13
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
2.1. Status Gizi
2.1.1. Definisi status gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan nutriture dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa et al, 2002). Menurut Almatsier (2005), status gizi adalah suatu
ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang
dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih.
Untuk mengetahui status gizi seseorang maka dilakukan cara penilaian
status gizi (Supariasa et al, 2002).
2.1.2. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan
gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat
objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang
telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium
perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai
(Arisman, 2010).
Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dapat ditentukan dengan 2
cara, yaitu penilaian langsung dan penilaian tidak langsung.
14
2.1.2.1. Penilaian Langsung
2.1.2.1.1. Antropometri
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan dan proporsi jaringan tubuh (Supariasa,
2002).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan
dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal
dari tubuh manusia, antara lain umur (U), berat badan (BB), tinggi badan
(TB), lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
pinggul dan tebal lemak kulit (Supariasa, 2002).
Penilaian status gizi dilakukan dengan menggunakan kombinasi
beberapa parameter antropometri yang disebut indeks antropometri.
Beberapa indeks antropometri yang sring digunakan yaitu: berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB), Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks
Massa Tubuh menurut umur (IMT/U), tebal lemak bawah kulit menurut
umur dan rasio lingkar pinggang dan pinggul (Supariasa, 2002).
Indeks antropometri diinterpretasikan dengan menggunakan
ambang batas tertentu yang telah ditetapkan. Perbedaan penggunaan
indeks antropometri akan memberikan gambaran prevalensi status gizi
yang berbeda. (Supariasa, 2002). Menurut Almatsier at all (2011),
penilaian antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan
15
komposisi kasar tubuh berbeda pada berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi.
2.1.2.1.2. Biokimia
Pemeriksaan laboratorium (biokimia), dilakukan dengan
pemeriksaan pemeriksaan spesismen jaringan tubuh (darah, urine, tinja,
hati dan otot) yang diuji secara laboratorium terutama untuk mengetahui
kadar hemoglobin, feritin, glukosa, dan kolestrol. Pemeriksaan biokimia
bertujuan mengetahui kekurangan gizi spesifik (Arisman, 2010).
2.1.2.1.3. Klinis
Pemeriksaan dilakukan pada jaringan epitel (superficial epitel
tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. Pemeriksaan klinis
bertujuan mengatahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda
khusus (Supariasa, 2002).
2.1.2.1.4. Biofisik
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemanpuan fungsi serta
perubahan struktur jaringan. Pemeriksaan biofisik bertujuan mengetahui
situasi tertentu, misalnya pada orang yang buta senja (Supariasa, 2002).
16
2.1.2.2. Penilaian tidak langsung
2.1.2.2.1. Survei konsumsi makanan
Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara
kebiasaan makan dan perhitungan konsumsi makanan sehari-hari. Tujuan
penilaian ini adalah mengiodentifikasi kekurangan dan kelebihan gizi
(Supariasa, 2002).
Pengumpulan data survei konsumsi makanan dapat dilakukan
dengan cara survei yang akan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Secara kuantitatif makanan akan diketahui jumlah dan
jenis pangan yang dikonsumsi (Yuniastuti, 2008). Metode pengumpulan
data yang dapat digunakan adalah metode recall 24 jam, food records dan
weighing method. Secara kualitatif akan diketahui frekuensi makan dan
cara memperoleh pangan. Metode pengumpulan data yang dapat
digunakan adalah food frequency questionaire dan dietary hiStory.
Metode Recall 24 jam
Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah pangan dan minuman
yang dimakan oleh seseorang selama 24 jam yang lalu atau sehai
sebelum wawancara dilakukan. Dengan metode ini akan diketahui
besarnya porsi pangan berdasarkan ukuran rumah tangga (urt),
kemudian dikonversi ke ukuran metrik (gram) (Yuniastuti, 2008).
17
Food Records
Dengan metode ini responden mencatat semua pangan dan minuman
yang dikonsumsi selama seminggu. Pencatatan dilakukan oleh
seorang responden dengan menggunakan ukuran rumah tangga (urt/
estimated food records) atau menimbang langsung berat pangan yang
dimakan (weighed food records) (Yuniastuti, 2008).
Weighing Method
Metode penimbangan mengukur secara langsung berat setiap jenis
pangan/ pangan yang dikonsumsi oleh seseorang pada hari
wawancara (Yuniastuti, 2008).
Food Frequency Questionaire
Metode ini dikenal dengan metode frequensi pangan, dimaksud untuk
memperoleh informasi pola konsumsi pangan seseorang. Untuk itu,
diperlukan kuestioner yang terdiri dari dua komponen, yaitu daftar
jenis makanan dan frekuensi konsumsi pangan (Yuniastuti, 2008).
Dietary HiStory
Metode ini dikenal sebagai metode riwayat pangan. Tujuan dari
metode ini adalah untuk menemukan pola inti pangan sehari-hari pada
jangka waktu lama serta untuk melihat kaitan antara intake pangan
dan kejadian penyakit tertentu (Yuniastuti, 2008).
18
2.1.2.2.2. Statistik vital
Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisis data kesehatan
seperti angka kematian, kesakitan dan kematian kaibat hal-hal yang
berhubungan dengan gizi. Pemeriksaan ini bertujuan menemukan
indikator tidak langsung status gizi masyarakat (Supariasa, 2002).
2.1.2.2.3. Faktor ekologi
Pengukuran status gizi didasarkan atas ketersediaan makanan
yang dipengaruhi oleh faktor ekologi (Iklim, tanah, irigasi dll). Faktor-
faktor ekolgi tersebut perlu diketahui untuk mengetahui penyebab
malnutrisi masyarakat (Irianto, 2007).
2.1.2.3. Penilaian status gizi pada remaja
Pada rentang usia 18 tahun ke atas penilaian status gizi dilakukan
dengan menggunakan indeks antropometri IMT (Supariasa, 2002).
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan hasil perbandingan antara
berat badan (BB dalam kg) dan kuadrat tinggi badan (TB dalam m) dalam
dalam kg/m2. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja dibawah
18 tahun, ibu hamil, dan olahragawan (Supariasa, 2002).
19
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
Klasifikasi
Indeks Massa Tubuh (IMT dalam kg/m2)
Ambang Batas
Dasar Ambang Batas Tambahan
Berat badan kurang <18.50 <18.50
Sangat kurus <16.00 <16.00
Kurus sedang 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99
Kurus ringan 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49
Normal 18.50 - 24.99 18.50 - 22.99
23.00 - 24.99
Berat badan lebih ≥25.00 ≥25.00
Pre-obese 25.00 - 29.99 25.00 - 27.49
27.50 - 29.99
Obese ≥30.00 ≥30.00
Obese I 30.00 - 34.99 30.00 - 32.49
32.50 - 34.99
Obese II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49
37.50 - 39.99
Obese III ≥40.00 ≥40.00
Sumber: WHO, 2006 dan dan Kementrian Kesehatan, 2011
Pada remaja usia kurang dari 18 tahun status gizi diukur
menggunakan indeks IMT/U (Indeks Massa Tubuh/Umur). Status gizi
selanjutnya dikelompokkan berdasarkan Berdasarkan baku antropometri
WHO 2007 dan Departemen Kesehatan 2010 untuk anak umur 5-18 tahun,
status gizi ditentukan berdasarkan nilai IMT/U. Selanjutnya berdasarkan nilai
Zscore ini status gizi remaja dibawah 18 tahun dikategorikan sebagai berikut.
Tabel 2.2 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT/U
Klasifikasi Zscore
Sangat kurus < -3.0
Kurus ≥ -3.0 s/d < -2.0
Normal ≥-2.0 s/d ≤1.0
Gemuk > 1.0 s/d ≤ 2.0
Obesitas > 2,0
Sumber: WHO, 2007 dan Departeman Kesehatan, 2010
20
2.2. Gizi Seimbang
Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat-
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, kebersihan, aktivitas
fisik dan berat badan ideal (Kurniasih et al, 2010; Kemenkes, 2014). Gizi seimbang
adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari
sehingga tubuh bisa aktif, sehat optimal, tidak terganggu penyakit, dan tubuh tetap
sehat (Soenardi, 2006).
Di Indonesia, pedoman gizi seimbang mengacu pada Nutrition Guide for
Balance Diet yang ditetapkan pada konferensi pangan sedunia tahun 1992 di Roma
dan Genewa, yang diadakan oleh FAO, dalam rangka menghadapi beban ganda
mengenai gizi di Negara berkembang. Dalam konferensi ini ditetapkan agar semua
negara berkembang yang semula menggunakan pedoman sejenis “Basic Four”
memperbaiki menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Indonesia menerapkan
keputusan FAO tersebut dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PGS dan
menjadi bagian dari program perbaikan gizi. Namun, PGS kurang disosialisasikan
sehingga terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap
menggunakan 4 Sehat 5 Sempurna (4S5S). Baru pada tahun 2009 secara resmi PGS
diterima oleh masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun
2009 yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program perbaikan
gizi. (Kurniasih et al, 2010).
21
Di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, prinsip Gizi Seimbang
divisualisasi berupa “piramida” Gizi Seimbang. Tidak semua negara menggunakan
piramida, tetapi disesuaikan dengan budaya dan pola makan setempat. Di Indonesia,
bentuk piramida di sesuai dengan budaya Indonesia, dalam bentuk tumpeng dengan
nampannya yang untuk selanjutnya akan disebut sebagai “Tumpeng Gizi Seimbang”
(TGS). (Kurniasih et al, 2010).
TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis
dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita,
remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui,
aktivitas fisik, sakit). Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) menggambarkan 4 prinsip
Gizi Seimbang, yaitu: 1) kebiasaan makan makanan beraneka ragam, 2) pola hidup
bersih, 3) pola hidup aktif dan berolahraga dan 4) berat badan normal (Kemenkes,
2014).
22
Gambar 2.1. Tumpeng-Bentuk Visual Gizi Seimbang Indonesia (Kemenkes,
2014)
2.3. Prinsip Gizi Seimbang
2.3.1. Kebiasaan makan makanan beragam
Tingkat konsumsi makanan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas makanan,
kualitas makanan menunjukkan masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan
tubuh. Pada susunan makanan mempengaruhi kebutuhan tubuh baik dari segi
kualitasnya maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi
23
yang sebaik-baiknya (Jafar, 2012). Menurut Story et al dalam Brigth Future in
Practice Nutrion 2002, makanan yang sehat harus memenuhi 3 prinsip dasar
yaitu 1) beragam, 2) seimbang dan 3) cukup.
Membiasakan makan makanan beraneka ragam adalah prinsip pertama dari
Gizi Seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia di mana saja
membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi, karena tak ada satu
pun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh, kecuali
ASI (air susu ibu) untuk bayi sampai umur 6 bulan. Makin beragam pola
hidangan makanan, makin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat
gizi. (Kurniasih et al, 2010).
Pola makan ber-Gizi Seimbang bukan hanya memerhatikan sumber zat-zat
gizi makro (zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar) seperti
karbohidrat, lemak, protein dan air, melainkan juga sumber zat-zat gizi mikro
(zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah lebih kecil) seperti vitamin dan
mineral, dengan memerhatikan berbagai faktor di luar makanan yang
berpengaruh pada kemanfaatan zat-zat gizi tersebut bagi kesehatan. (Kurniasih et
al, 2010).
Berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (2002), makanan yang
beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang
diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam ilmu gizi biasa
disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga,
pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah
satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi
24
serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
Menurut Almatsier (2005), gizi yang seimbang dikelompokkan
berdasarkan tiga fungsi utama yaitu sumber energi, sumber zat pembangun dan
sumber zat pengatur. Sumber energi berasal dari zat gizi karbohidrat, serta lemak
dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh
untuk melakukan aktivitas. Selanjutnya sumber zat pembangun terdiri dari
protein, mineral dan air. Zat pembangun diperlukan tubuh untuk pembentukan
sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel yang rusak. Kemudian sumber zat
pengatur terdiri dari protein, mineral, air dan vitamin, berfungsi mengatur
keseimbangan air, mengatur proses oksidasi, proses penuaan sel, dan mengatur
proses ekskresi sisa sisa oksidasi dalam tubuh (Almatsier , 2005).
Beberapa ahli gizi hanya memasukkan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral sebagai zat gizi, tanpa memasukkan air karena dianggap air
mudah didapat dan merupakan zat tunggal (Sediaoetama, 2008). Menurut
Sediaoetama (2008), makanan yang berkualitas adalah makanan yang
mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan
dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain.
Dari segi fisiologis juga dikatakan, bahwa untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif manusia memerlukan lebih dari 40 jenis zat gizi yang terdapat pada
berbagai jenis makanan, sebab tidak ada satupun jenis pangan yang lengkap zat
gizinya selain Air Susu Ibu (ASI) (Martianto et all, 2005).
25
Pola makan bergizi seimbang mengatur secara proporsional keragaman
golongan makanan, baik dalam jenis maupun jumlah sesuai dengan kebutuhan
masing-masing kelompok (Kurniasih et al, 2010).
Kebutuhan dasar zat gizi dan jumlah yang dianjurkan diatur dalam
konsep standar gizi Angka Kecukupan Gizi (AKG) Departeman Kesehatan 2013.
Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi
yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk
menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan
dan menyusui. AKG berguna untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai
melalui konsumsi, makanan bagi penduduk/golongan masyarakat tertentu yang
didapatkan dari hasil survei gizi/makanan (Yuniastuti, 2008).
26
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi 2013 bagi Orang Indonesia
27
28
Sumber: Kementrian Kesehatan, 2014
29
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang, kecukupan gizi tersebut diterjemahkan
dalam bentuk porsi makanan yang dibagi menjadi tujuh golongan makanan yang
harus dipenuhi. Untuk memudahkan penggunaan dan pemorsian bahan makanan,
selain dalam ukuran gram (gr) juga menggunakan alat ukur rumah tangga (URT)
yang lazim digunakan, seperti: buah (bh), biji (bj), besar (bsr), sedang (sdg), kecil
(kcl) batang (btg), gls (ptg), butir (btr), gelas (240 ml/ gls), sendok teh (sdt) dan
sendok makan (sdm).
Tabel 2.4 Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Remaja 16- 18 tahun
Bahan makanan Laki-laki
2675 kkal
Perempuan
2150 kkal
Nasi 8 p 5 p
Sayuran 3 p 3 p
Buah 4 p 4 p
Tempe 3 p 3 p
Daging 3 p 3 p
Minyak 6 p 5 p
Gula 2 p 2 p
Sumber: Kementrian Kesehatan, 2014
Tabel 2.5 Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Dewasa 19-29 tahun
Bahan makanan Laki-laki
2725 kkal
Perempuan
2250 kkal
Nasi 8 p 5 p
Sayuran 3 p 3 p
Buah 5 p 5 p
Tempe 3 p 3 p
Daging 3 p 3 p
Minyak 7 p 5 p
Gula 2 p 2 p
Sumber: Kementrian Kesehatan, 2014
Penghitungan anjuran rata-rata merupakan porsi standar sehingga masih
memerlukan variasi atau pemilihan jenis bahan makanan yang akan dikonsumsi.
30
Untuk itu diperlukan daftar bahan penukar atau daftar padanan bahan makanan yang
tersedia menurut kelompok bahan makanan (Yusuf et al, 2008).
1. Golongan I
Merupakan bahan makanan sumber karbohidrat. Golongan makanan ini umumnya
digunakan sebagai bahan pokok.
Satu porsi golongan ini diwakili oleh 100 gr (3/4 gls) Nasi atau sama dengan 175
kkal. Satu porsi nasi ini dapat ditukar dengan bahan makanan lain dari golonagn ini
dengan nilai gizi yang hampir sama dengan menggunakan satuan penukar.
Jika ditukar menjadi bahan makanan lain maka satu porsi nasi dapat ditukar dengan
4 buah besar atau 40 gr biskuit, 2 buah sedang atau 210 gr kentang, 3 iris atau 70 gr
roti putih dan 2 gls atau 200 gr mie basah (Almatsier, 2010).
2. Golongan II
Merupakan bahan makanan sumber protein hewani. Bahan makanan ini umumnya
digunakan sebagai lauk. Satu porsi golongan ini diwakili oleh 35 gr / 1 gls sedang
daging atau sama dengan 75 kkal atau dapat ditukar dengan bahan makanan lain
dari golongan ini .Menurut kandungan lemaknya golongan makanan ini dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu: 1) rendah lemak, 2) lemak sedang dan 3) tinggi lemak.
Untuk kelompok rendah lemak satu satuan penukar mengandung 7 gr protein, 2 gr
lemak, 50 Kalori atau sama dengan 1 gls sedang atau 40 gr daging ayam tanpa kulit,
1 gls sedang atau 40 gr ikan segar, 1 gls sedang atau 15 gr ikan asin, 5 ekor sedang
atau 25 gr udang segar (Almatsier, 2010).
31
Untuk kelompok lemak sedang satu satuan penukar mengandung 7 gr protein , 5 gr
Lemak, 75 Kalori atau sama dengan 1 gls sedang atau 40 gr daging kambing, 1 gls
sedang atau 35 gr daging sapi, 10 biji sedang atau 170 gr bakso dan 1 butir atau 55
gr telur ayam (Almatsier, 2010).
Untuk kelompok tinggi lemak satu satuan penukar mengandung 7 gr protein , 13 gr
lemak, 150 Kalori atau sama dengan 1 gls sedang atau 45 gr bebek, 1 gls sedang
atau 55 gr ayam dengan kulit, 4 butir atau 45 gr kuning telur ayam dan ½ gls
sedang atau 50 gr sosis (Almatsier, 2010).
3. Golongan III
Merupakan bahan makanan sumber protein nabati. Bahan makanan ini umumnya
digunakan sebagai pauk. Satu satuan penukar mengandung 7 gr Karbohidrat, 5 gr
Protein, 3 gr Lemak, 75 Kalori atau sama dengan 2 sdm atau 20 gr kacang hijau, 2½
sdm atau 25 gr kacang kedelai, 2 sdm atau 15 gr kacang tanah, 1 bj bsr atau 110 gr
tahu dan 2 ptg sdg atau 50 gr tempe.
4. Golongan IV
Bahan makanan pada golongan ini merupakan sayur-sayuran. Sayur-sayuran
merupakan sumber vitamin dan mineral. Golongan sayur dibagi menjadi 3 macam
berdasarkan kandungan zat gizinya, yaitu: 1) sayuran A, 2) sayuran B, dan 3)
sayuran C.
32
Sayuran A bebas dimakan, kandungan kalori dapat diabaikan, sumbernya dari
gambas (oyong), jamur kuping sedang, ketimun, jamur segar, lobak, selada dan
tomat.
Sayuran B, satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung: 5 gr karbohidrat, 1 gr
protein, 25 kkal. Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam, labu siam, bit,
buncis, brokoli, genjer, jagung muda, kol, wortel, sawi, toge kacang hijau, terong,
kangkung, kacang panjang, pare, rebung, pepaya muda.
Sayuran C, satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung: 10 gr karbohidrat, 3 gr
protein, 50 kkal. Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam merah, daun katuk,
daun melinjo, daun pepaya, daun singkong, toge kacang kedele, daun talas,
melinjo, nangka muda.
5. Golongan V
Bahan makanan pada golongan terdiri dari buah-buahan dan gula. Berat buah-
buahan dalam daftar ditimbang tanpa kulit dan biji (berat bersih). Satu satuan
penukar mengandung 12 gr Karbohidrat dan 50 Kalori atau sama dengan 20 buah
sedang atau 165 gr Anggur, 1 bh kcl atau 85 gr apel merah, 9 bh tau 80 gr duku, 2
bh atau 110 gr jeruk manis, 1 bh atau 50 gr pisang, 1 sdm atau 13 gr gula dan 1 sdm
atau 15 gr madu.
6. Golongan VI
Bahan makanan pada golongan ini terdiri dari susu dan olahannya, merupakan
sumber protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin (terutama vitamin A dan B3 ), serta
33
mineral (zat kapr dan fosfor). Menurut kandungan lemaknya susu dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu : 1) susu tanpa lemak, 2) susu rendah lemak, dan 3) susu tinggi
lemak.
Susu tanpa lemak, satu satuan penukar mengandung: 10 gr Karbohidrat , 7 gr
Protein, 75 Kalori atau sama dengan 1 gls atau 200 gr susu skim cair, 4 sdm atau 20
gr tepung susu skim dan 2/3 gls atau 120 gr yogurt tanpa lemak.
Susu rendah lemak, satu satuan penukar mengandung: 10 gr Karbohidrat, 7 gr
Protein, 6 gr lemak, 75 Kalori, atau sama dengan 1 gls kecil (35gr) keju, ¾gls(165
gr) susu kambing, ½ gls (100gr) susu kental tidak manis, 1 gls (200 gr) susu sapi, 7
sdm (35gr) tepung susu asam atau 1 gls (200 gr) yogurt susu penuh.
Susu tinggi lemak, satu satuan penukar mengandung: 10 gr Karbohidrat, 7 gr
Protein, 10 gr Lemak dan 150 Kalori. Jika diyukar dalam bahan makanan maka
sama dengan ½ gls (100 gr) susu kerbau atau 6 sdm (30 gr) tepung susu.
7. Golongan VII
Bahan makanan pada golongan ini terdiri dari minyak dan lemak. Merupakan bahan
makanan yang hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut kandungan asam
lemaknya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu lemak tak jenuh dan lemak jenuh.
Satu porsi golongan ini diwakili oleh 5 gr / 1 sdt minyak mengandung 5 gr lemak
dan 50 kkal.
Minyak lemak tidak jenuh dapat ditukar dengan sumber makanan antara lain: ½ bh
bsr (60 gr) alpukat, 1 sdt ( 5gr) minyak bunga matahani, 1 sdt ( 5gr) minyak
34
jagung, 1 sdt ( 5gr) minyak kacang kedele, 1 sdt ( 5gr) minyak kacang tanah dan 1
sdt ( 5gr) minyak zaitun.
Minyak lemak jenuh dapat ditukar dengan sumber makanan antara lain : 1 sdm (15
gr) mentega, 1/3 gls (40 gr) santan, 1 ptg kcl (15 gr) kelapa, 1 sdt (5gr) minyak
kelapa dan 1 sdt (5 gr) minyak inti kelapa sawit.
Selain tujuh golongan terdapat satu golongan lagi, namun tidak dimasukkan
dalam standar porsi karena golongan ini merupakan makanan tanpa kalori. Sumber
bahan makanan tanpa kalori yaitu dari agar-agar, air kaldu, air mineral, cuka, kecap,
kopi, teh, gula alternatif seperti aspartame, sakarin.
2.3.2. Pola hidup bersih
Prinsip kedua dari pola makan dengan Gizi Seimbang adalah pentingnya pola
hidup bersih. Pola makan ber-Gizi Seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak
diikuti dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih (Kurniasih et al,
2010). Penerapan perilaku hidup bersih, seperti mencuci sebelum makan dengan air
bersih dan sabun, menyajikan makana dalam keadaan yang tertutup agar tidak
dihinggapi serangga, hidup bersih, seperti mencuci tangan sebelum makan dengan
air bersih dan sabun menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tak
dihinggapi serangga/lalat, memasak makan dengan suhu yang tepat agar kuman
mati, mencuci sayur dan buah hingga bersih, serta menjaga makanan dan minuman
agar tidak tercemar oleh logam berat. Penerapan pola hidup bersih berkaitan erat
dengan bagaimana hygiene sanitasi penyelengaraan makanan keluarga.
35
Hygiene personal pada saat mengolah makanan sangat di perlukan agar
menghasilkan makanan yang terhindar dari kuman dan terhindar dari efek fatal
yaitu keracunan makanan, seperti:
mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun,
menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tak dihinggapi
serangga/lalat,
memasak makan dengan suhu yang tepat agar kuman mati,
mencuci sayur dan buah hingga bersih, serta
menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemar oleh logam berat.
Menurut Grave et al dalam 1997 dalam Story et al 2002, santasi makanan
mencakup 3 hal penting yaitu:
1) memastikan semua bersih
mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan atau sebelum makan dan
setelah melakukan apapun yang menyela aktivitas makan,
mencuci buah dan sayur dengan baik sebelum dimasak atau dimakan
mentah,
mencuci peralatan makan dengan alat pencuci piring atau air sabun hangat
menggunakan kain bersih, tidak menggunakan spon karena dapat
menyebarkan kuman. Bilas, bersihkan dan keringkan.
36
mencuci talenan dengan air sabun hangat saat akan digunakan untuk
memotong maknan yang berbeda, khususnya setelah digunakan untuk
memotong daging mentah. Tidak menggunakan talenan dengan bahan yang
mudah menyerap.
2) menyiapkan makanan dengan tepat
memasak makanan hingga matang, khususnya makan yang mengandung
daging, unggas, ikan atau telur,
mencairkan makanan beku di dalam lemari pendingin atau pada air dingan
yang mengalir, bukan di atas meja atau dalam air mengenang,
ketika meyajikan makanan, pastikan makanan panas berada diatas 1400F
(600C) dan makan dingin berada di bawah 400F (600C)
3) menyimpan makanan dengan baik
menyajikan makanan matang yang disimpan dalam lemari pendingin kurang
sebelum 24 jam,
menyimpan makanan mentah (yang harus dimasak sebelum dimakan) dan
maknan siap saji di lemari pendingin,
menyimpan bahan makanan kering (seperti beras dan gula) di dalam wadah
yang tertutup rapat,
sisa makanan yang disimpan di lemari pendingan atau dibekukan hanya
dipanaskan sekali,
37
menyimpan bahan pembersih dan obat jauh dari makann dan jangkauan
anak-anak.
Termasuk dalam pola hidup bersih adalah menjalankan pola hidup sehat
seperti menghindari konsumsi rokok, alkohol serta hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan. Lakukan imunisasi atau vaksinasi sesuai anjuran. Prinsip
pola hidup bersih dalam Gizi Seimbang mendukung program kesehatan lingkungan
yang dikenal dengan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) (Kurniasih
et al, 2010).
2.3.3. Aktivitas fisik
Prinsip ketiga gizi seimbang adalah kesesuaian antara asupan makan dan
pengeluaran energi untuk beraktivitas. Asupan makan akan dirubah menjadi energi,
dan bila energi yang masuk jumlahnya lebih kecil dari kebutuhan energi untuk
menjalankan aktivitas, maka berat badan akan turun dan bisa menjadi kurus.
Sebaliknya, bila asupan melebihi kebutuhan untuk beraktivitas, dapat menyebabkan
kegemukan (Kurniasih et al, 2010).
Makanan yang sehat merupakan kebutuhan dasar dalam setiap tahap
kehidupan, begitu juga dengan aktivitas fisik. Pada balita, anak-anak dan remaja
makanan sehat dan akifitas fisik sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Nutrisi yang optimal dan aktivitas fisik dapat mencegah masalah
kesehatan seperti amemia defisiensi besi, gangguan makan, gizi kurang dan karies
gigi. Dalam jangka panjang aktivitas fisik dapat menurunkan resiko berkembangnya
38
penyakit kronis (seperti:penykit jantung, kanker, diabetes, strok, osteoporosis) dan
faktor penyebab penyakit (seperti: obesitas, tekanan darah tinggi,kadar kolestrol
darah tinggi) (Story et al, 2002).
Dengan kata lain, aktivitas fisik yang kurang dapat memicu masalah kelebihan
gizi yang berakibat pada kegemukan dan penyakit degeneratif. Oleh sebab itu,
untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit tersebut, hidup aktif dan berolahraga
atau melakukan aktivitas fisik dengan teratur sangat penting (Kurniasih et al, 2010).
Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan yang meggunakan energi. Aktivitas
fisik mencakup aktivitas yang beragam dari berlari, bersepeda, berenang dan
meluncur (skating) sampai berjalan, lompat tali, menari dan olahraga beregu seperti
sepakbola, basket dan voli (Story et al, 2002). Menurut Almatsier (2005), aktivitas
fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga
secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan kualitas
hidup sehat.
Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh
terhadap kondisi tubuh seseorang. Dalam kehidupan yang semakin moderen ini
dengan kemajuan teknologi yang mutakhir, hidup jadi serba mudah bila kalori yang
masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang akan
memudahkan orang mengalami kegemukan. Meningkatnya kesibukan
menyebabkan seseorang tidak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk berolahraga
secara teratur (Jafar, 2012).
39
Gambar 2.2 Piramida Aktivitas Fisik (Fahey et al, 2005)
WHO (2010) merekomendasikan paling sedikit melakukan aktivitas fisik
intensitas sedang minimal 60 menit. Berikut jenis klasifikasi aktivitas berdasarkan
intensitasnya.
Aktivitas Tetap (Sedentary Activity)
Tidak sering dilakukan
menonton televisi, surfing di internet, berbicara di telepon
Latihan Kekuatan ( Strength Training)
2-3 hari dalam semingggu selama 30 menit
melengkung kan biceps, push up, melengkungkan perut, mengangkat betis
Latihan Ketahanan Jantung-pernafasan (Cardiorespiratory Endurance Exercise)
3-5 hari dalam seminggu
Aktifitas Fisik Intensitas Sedang ( Strength Training)
Setiap Hari - 30 menit per hari; 60-90 per hari untuk menurunkan berat badan dan mencegah pertambahan berat
badan
40
Tabel 2.6 Klasifikasi Aktivitas Fisik berdasarkan Intensitasnya
Aktivitas Fisik MET
Aktivitas Intesitas Ringan < 3
Tidur 0.9
Menonton TV 1.0
Menulis, mengetik, pekerjaan di meja 1.8
berjalan 1.7 mph (2.7 km/jam), menurun, jalan santai, sangat
lambat 2.3
berjalan 2.5 mph (4 km/jam) 2.9
Aktivitas Intesitas Sedang 3 to 6
Bersepeda di tempat, 50 watt, usaha sangat ringan 3.0
berjalan 3.0 mph (4.8 km/jam) 3.3
senam, latihan di rumah, usaha ringan hingga sedang, umum 3.5
berjalan 3.4 mph (5.5 km/jam) 3.6
bersepeda, kurang dari 10 mph (16 km/jam), santai, menuju
tempat kerja atau bersenang-senang (sepeda santai) 4.0
Bersepeda di tempat, 100 watt, usaha ringan 5.5
Aktivitas Intesitas Berat > 6
Jogging 7.0
Senam (push-up, sit-up, pull-up,jumping jacks), berat, usaha
keras 8.0
Lari-jogging di tempat 8.0
Lompat tali 10.0
Sumber: WHO, 2010
MET (Metabolic Equivalent of Task) adalah satuan yang digunakan untuk
memperkirakan jumlah oksigen yang digunakan tubuh selama melakukan aktivitas
fisik (Quinn, 2007).
Secara sederhana, jumalha aktivitas fisik yang dilakukan dapat diukur dengan
menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Kuesiner ini
secara internasional telah digunakan sebagai instrumen untuk mengukur aktivitas
fisik pada dewasa antara 15-69 tahun. Kuesioner ini mengukur semua aktivitas fisik
di waktu santai, pekerjaan rumah, aktivitas fisik yang berhubungan dengan
41
pekerjaan atau aktivitas fisik yang berhubungan pergerakan/transport dalam tujuh
hari terakhir (IPAQ, 2005).
Kuesioner ini terdiri dari dua jenis, IPAQ short form dan IPAQ long form.
IPAQ short form menanyakan secara umum tentang 3 jenis aktifitas yaitu ringan,
sedang dan berat namun tidak dapat mengestimasi secara spesifik. IPAQ long form
menanyakan secara detil tentang aktifitas yang dilakukan termasuk berjalan untuk
transportasi dan aktifitas saat waktu santai atau aktivitas fisik yang berhubungan
pergerakan/transport dalam tujuh hari terakhir (IPAQ, 2005).
IPAQ short form menghitung semua aktivitas fisik dari berjalan, aktifitas
sedang dan berat secara umum. Jumlah akvitas fisik dihitung dalam satuan METs
menggunakan nilai analisis data IPAQ 3.3 METs untuk berjaln, 4.0 METs untuk
aktifitas sedang dan 8.0 METs untuk aktifitas berat. Perhitungan
selanjutnyamenggunakan rumus sebagai berikut.
Total aktifitas fisik MET-menit/minggu= (3.3 x jumlah menit berjalan x jumlah hari
berjalan) + (4.0 x jumlah menit aktivitas sedang x jumlah hari aktivitas sedang) +
(8.0 x jumlah menit aktivitas berat x jumlah hari aktivitas berat)
IPAQ long form semua aktivitas fisik dari berjalan, aktifitas sedang dan berat secara
mendetail pada masing-masing aktifitas saat santai, bekerja, dirumah, atau saat
berpindah/pada sarana transprotasi. Perhitungan menggunakan rumus dan nilai yang
sama, namun dispesifikasikan menjadi 4 tenpat aktifitas tersebut atau aktivitas fisik
yang berhubungan pergerakan/transport dalam tujuh hari terakhir (IPAQ, 2005).
42
Hasil perhitungan tersebut selnajutnya diklasifikasikan ringan apabila
aktivitas fisik < 600 MET-menit/minggu, sedang jika600- 2999 MET-
menit/minggu dan berat jika lebih 3000 MET-menit/minggu.
2.3.4. Pemantauan berat badan normal
Keseimbangan antara asupan makanan dan aktivitas dapat diukur dengan naik
turunnya berat badan. Badan yang sehat dapat dilihat dari kemampuan tubuh untuk
mempertahankan berat badan ideal (Kurniasih et al, 2010).
Pemantauan berat badan penting untuk dilakukan secara berkala. Karena berat
badan merupakan indikator yang mudah dalam menetukan status gizi seseorang.
Perubahan berat badan akan mengindikasikan status kesehatan. Sangat penting bagi
individu untuk mempertahankan berat badan ideal. Karena dengan berat badan yang
ideal, maka status kesehatan yang optimal dapat diraih. Pemantauan berat badan
secara berkala akan menjadi tindakan preventif terhadap obesitas maupun KEK
(Jafar, 2012).
2.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Remaja Akhir
2.4.1. Malnutrisi selama janin hidup/bayi/anak-anak; ketahanan tubuh
rendah
Kekurangan gizi pada masa kehamilan akan menimbulkan kerusakan awal
pada kesehatan, perkembangan otak, kecerdasan, kemampuan sekolah dan
produktivitas yang menetap yang ditidak dapt diperbaiki. Kukurangan pada janin
atau bayi 0-2 tahun akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
43
Bayi akan tumbuh menjadi anak dengan tinggi badan kurang (lebih pendek)
dan/atau terhambat perkembangan kecerdasannya. Bila janin kekurangan gizi,
resiko menderita penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung
dan stroke ketika dewasa akan lebih tinggi daripada yang tidak kekurangan gizi.
(Kurniasih, 2010).
Tumbuh kembang janin mulai dari masa konsepsi sampai lahir pada ibu
dengan kekurangan gizi pada saat hamil menyebabkan bayi yang akan dilahirkan
menjadi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan lahir mati serta jarang
menyebabkan cacat bawaan. Selain dari pada itu kekurangan gizi dapat
menyebabkan hambatan pertumbuhan pada janin dan bayi lahir dengan daya tahan
tubuh yang rendah sehingga mudah terkena infeksi, dan selanjutnya akan
berdampak pada terhambatnya pertumbuhan tinggi badan. Usia balita (3-5) juga
merupakan masa yang rawan kerana pertumbuhan an perkembangan diusia ini akan
menentukan perkembangan fisik dan mental anak di usia remaja dan dewasa
(Kurniasih, 2010).
2.4.2. Faktor gaya hidup sehari-hari
Gaya hidup terkait dengan bagaimana seserang menjalani kebiasaan hidup
yang sehat, termasuk aktifitas fisik, penimbangan berat badan, perilaku hidup
bersih, kebiasaan merokok atau minum alkohol. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan kebiasaan makan yang yang sehat seringkali berhubungan dengan
gaya hidup yang sehat (Neuwmark-Sztainer et al, 1997 dalam WHO 2009).
44
2.4.2.1. Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasikan oleh otot-otot rangka
yang menghasilkan keluaran energi yang meliputi pekerjaan, waktu senggang
dan aktifitas sehari-hari. Aktifitas fisik tersebut mmerlukan usaha yang
menyebabkan perbaikan kesehatan jika dilakukan secara. Aktifitas fisik yang
kurang mengakibatkan pengeluran energi berkurang sehingga energi akan
disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak dan beresiko mengakibatkan
kebihan berat badan. Peningkatan aktivitas fisik dengan melakukan latihan dan
pergerakan tubuh membantu menurunkan berat badan dan mencapai status gizi
normal (Fahey, 2001).
Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh
terhadap kondisi tubuh seseorang. Sebagian besar penelitian menemukan tingkat
aktivitas fisik berhubungan dengan jumlah lemak tubuh dan indeks massa tubuh
seseorang (WHO, 2009).
Dalam kehidupan yang semakin modern ini dengan kemajuan teknologi
yang mutakhir sehingga hidup menjadi serba mudah. Apabila kalori yang masuk
berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka akan semakin
mudah seseorang mengalami kegemukan (Jafar, 2012).
2.4.2.2. Perilaku Hidup Bersih
Upaya pengamanan atau hygiene dan sanitasi makanan pada dasarnya meliputi
orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan
pengolahan makanan, proses pengolahan makanan, penyimpanan makanan dan
45
penyajian makanan. Termasuk dalam pola hidup bersih adalah menjalankan pola
hidup sehat seperti menghindari konsumsi rokok, alkohol serta hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan (Purnomo et al, 2009). Alkohol dan merokok dapat
mengakibatkan efek yang merugikan pada penyerapan zat gizi dan status gizi
(Brown et al, 2011). Alkohol menyebabkan asupan energi berlebihan, jika diminum
sabagai tambahan konsumsi makanan dalam jumlah yang normal (Barasi, 2002).
2.4.2.3. Penimbangan berat badan
Pemantauan berat badan dan perilaku hidup bersih merupakan tindakan
preventif sebelum terjadi masalah kesehatan seperti malnutri atau obesitas.
Pemantauan berat badan terkait dengan menjadi kondisi ideal tubuh, sedangkan
kebersihan terkait dengan mencegah terjadinya penyakit infeksi, yang
merupakan pemicu terjadinya malnutrisi (Kurniasih, 2009).
2.4.3. Asupan kurang
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat asupan makanan. Asupan
makanan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Jika susunan hidangannya
memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh
akan mendapat kondisi kesehatan dan gizi yang baik (Sediaoetama, 2008).
Dalam WHO (2009), asupan remaja dipengaruhi oleh faktor psikologis pola
makan dan faktor sosial ekonomi: akses terhadap pangan dan persediaan makanan.
46
2.4.3.1. Faktor Psikologis Pola Makan, yaitu
2.4.3.1.1. Makan Gaya Khas Remaja
Pola makan remaja biasanya sangat dipengaruh oleh kebiasaan
makan anggota kolompok (peer-group) atau anggota keluarga. Kesukaan
seseorang terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat
dalam keluarga, namun sangat dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya
sangat mempengaruhi terbentuknya pola makan (Brown et al, 2011).
2.4.3.1.2. Gangguan makan
Usia remaja merukana masa seseorang mencari identitas diri,
sehingga sangat peduli pada penampilan dan kondisi tubuh. Sebagian
remaja, khususnya remaja perempan, justru sering mengurangi makanan
karena takut gemuk. Hal ini disebabkan persepsi mereka tentang penampilan
fisik (body image). Akibatnya, remaja berusaha remaja berusaha mengurangi
makan sehingga terjadilah pola makan yang salah (ganguan makanan)
(Kurniasih, 2010).
2.4.3.1.3. Pola & Praktek Budaya
Pantangan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu dapat
dipengaruhi oleh faktor budaya / kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh
kepercayaan pada umumnya mengandung perlambang atau nasihat yang
dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun akan menjadi kebiasaan/
adat. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar
47
untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang
akan dikonsumsi (Barasi, 2002).
2.4.3.2. Faktor Sosial Ekonomi
Dalam WHO (2009), gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu
masyarakat yang ditinjau dari faktor sosial ekonomi menggambarkan akses
terhadap pangan dan persediaan makanan. Akses terhadap pangan dan
persediaan makanan dipengaruhi oleh perubahan pada proses pasokan makanan,
kurangnya akses makanan bergizi dan aman (kemiskinan) dan berkurangnya
pasokan makanan. Faktor sosial ekonomi makanan terkait dengan perubahan
pada proses pasokan makanan, kurangnya akses makanan bergizi dan aman
(kemiskinan) dan berkurangnya pasokan makanan.
2.4.4. Kehamilan dini
Kehamilan remaja atau kehamilan dini adalah kehamilan yang berlangsung
pada usi 11-18tahun. Secara fisik remaja masih terus tumbuh. Jika kemudian
mereka hamil, kalori serta zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan harus
dihitung dan ditambahkan ke dalam kebutuhan kalori secara selama hamil. Jumlah
kalori yang diperlukan bergantung pada kecepatan pertumbuhan dan pertambahan
berar badan. Jika berat badan seoang remaja perlu ditambaha 5 kg dalam setahun,
setidaknya dibutuhkan energi sebanyak 25000 kkal (Arisman, 2007).
48
Dalam menentukan besaran kebutuhan kalori, penentuan usi genekologis
lebih enting dibanding kan usia kronologis. Sebab, pertumbuhan linear belum
optimal sebelum mencapai usia ginekologis 4-5 tahun (Arisman, 2007).
Usia ginekologis adalah jumlah tahun yang dihabiskan setelah seorang
wanita mengalami menstruasi pertama (menarche). Penambahan berat badan dari
usia ginekologis selama 1 sampai 5 tahun berturut-turut adalah 4,8 (tahun I), 2,8 kg
(tahun II), 1.0 kg (tahun III) dan 0.8 kg ( tahun IV – V). Dengan demikian, jika
seorang wanita yang baru sekali datang haid, kemudian hamil, maka selama
kehamilan dia bukan saja harus bertambah berat badan sebanyak 10-12kg, tetapi
juga harus ditambah dengan penambahan berat badan pada usia genekologisnya
(Arisman, 2007).
2.4.5. Penyakit infeksi & masalah kesehatan lainnya
2.4.5.1. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus tipe 1 merupakan penyakit kronis paling umum ketiga
pada orang muda setelah asma dan cerebral palsy ( Betts et al , 1996 dalam
WHO 2009). Untuk bertahan hidup, individu dengan diabetes melitus tipe I
harus melakukan pengobatan yang termasuk pemberian insulin setiap hari ,
pemantauan glukosa, pengelolaan diet (termasuk waktu makan dan makanan
ringan dengan suntikan insulin) dan pemantauan latihan. Pengidap diabetes tipe
ini cenderung kurus.
Sedangkan pada remaja dengan obesitas, hipertensi, tanda-tanda
resistensi insulin dan riwayat keluarga diabetes tipe 2, dengan keluhan utama
49
poliuria , polidipsia dan penurunan berat badan, rentan terjadinya diabetes
melitus tipe II. Karena proses ketoasidosis, remaja dengan diabetes melitus tipe
II awalnya tidak terdiagnosa seperti diabetes melitus tipe I. Tidak seperti tipe I,
mereka dengan diabetes melitus tipe II, umumnya gemuk atau sangat gemuk.
2.4.5.2. HIV/AIDS
AIDS ( Acquired Immuno deficiency syndrome) meruoakan tahap akhir
penyakit infeksi yang disebabkan oleh HIV (Human Immuno Deficiency) yang
dapt menimbulkan pada sistem organ tubuh termasuk otak sehingga
menyebabkanan rusaknya sistem kekebalan tubuh (Almatsier, 2010).
Memburuknya status gizi merupakan resiko tertnggi penyakit ini.
Gangguan gizi pada penderida AIDS umumnya terlihat pada penurunan berat
badan. Ada dua tipe penurunan berat badan pada penderita AIDS, yaitu
penurunan berat badan yang lambat dan cepat. Penurunan berta badan yang
cepat sering dihubungkan dengan infeksi oportunistik (Almatsier, 2010).
Memburuknya ststus gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh
kurangnya asupan makanan, gangguasn absorpsi dan metabolisme zat gizi,
infeksi oportunistik, seta kurangnya ktifitas fisik. Kurangnya asupan makannan
disebabkan peleh anoreksia, depresi, rasa leleah, mual, muntahsesak nafas,
diare, infeksi dan penyakit saraf yang menyertai infeksi (Almatsier, 2010).
50
2.4.5.3. Alergi dan intoleransi makanan
Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak
organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Dalam
beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi
terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan
hipersensitifitas terhadap makanan yang dasaranya adalah reaksi
hipersensitifitas tipe III dan IV (WHO, 2009).
Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian
besar reaksi ini melalui reaksi hipersensitifitas tipe 1, sedangkan kan intoleransi
makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar
penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan (Frederick, 1999)
Penderita alergi yang terkena gangguan pencernaan sering mengakibatkan
sulit makan sehingga menimbulkan komplikasi kurang gizi atau malnutrisi.
Biasanya ditandai dengan berat dan tinggi badan yang sulit bertambah. Apabila
makanan tersebut mengakibatkan alergi dan mengganggu pencernaan maka
akan terjadi sulit makan, sering muntah, sering diare, sering kembung dan
sebagainya (Frederick, 1999)
2.4.5.4. Tuberculosis (TBC)
Ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan
malnutrisi. Infeksi mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi
(Supariasa, 2002). Mekanisme penurunan ststus gizi pada penderita penyakit
infeksi, termasuk Tuberculosis (TBC), yaitu penderita infeksi mengalami
51
penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu mkan, menurunya absorpsi dan
kebiasaan mengurangi makanan saat sakit, namun kebuthan tubuh menigjat
akibar sakit (human hozt) dan infeksi yang terjadi di dalam tubuh (Supariasa,
2002).
52
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: WHO, 2009
53
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu pada kerangka teori WHO (2009) mengenai
kerangka konseptual masalah gizi dan faktor yang berhubungan pada masa remaja. Peneliti
mengambil variabel kebiasaan makan makanan beragam, variabel pola hidup bersih,
variabel aktivitas fisik dan variabel pemantauan berat badan normal. Variabel pola hidup
bersih, variabel aktivitas fisik dan variabel pemantauan berat badan normal merupakan
bagian dari faktor gaya hidup dalam dan variabel kebiasaan makan makanan beragam
bagian dari faktor asupan kurang dalam WHO (2009). Keempat variabel yang diteliti
merupakan 4 prinsip dari pedoman gizi seimbang.
Adapun faktor malnutrisi selama janin hidup / bayi / anak-anak; ketahanan tubuh
rendah, kehamilan dini dan penyakit infeksi & masalah kesehatan lainnya kemudian tidak
dimasukkan sebagai variabel. Faktor-faktor tersebut dikeluarkan dari variabel penelitian
karena (1) Faktor malnutrisi selama janin hidup/bayi/anak-anak; ketahanan tubuh rendah
dikeluarkan dari variabel penelitian karena sangat sulit mendapat atau menelusuri rekam
medik sejak janin, bayi dan anak-anak responden. (2) Faktor kehamilan dini juga tidak
diikutkan sebagai variabel penelitian karena kehamilan dini dalam ilmu gizi didefinisikan
sebagai kehamilan pada usia dibawah 18 tahun, dimana pada usia tersebut tubuh masih
membutuhkan zat gizi untuk dua tujuan utama, yaitu pertumbuhan dan perkembangan
sehingga dianggap belum siap untuk hamil. Namun, setelah usia 18 tahun, pertumbuhan
massa pertumbuhan berakhir sehingga asupan zat gizi telah siap digunakan tujuan
54
berikutnya yaitu fungsi reproduksi atau kehamilan dan persalinan. Rata-rata usia
mahasiswa berusia di atas 18 tahun sehingga faktor ini dikeluarkan dari variabel penelitian.
(3) Sedangkan faktor penyakit infeksi dan masalah kesehatan terkait gizi yang terdiri dari
Diabetes Mellitus, alergi dan intoleransi makanan, Tuberculosis (TBC) dan HIV/AIDS
dikeluarkan karena untuk Diabetes Mellitus, alergi dan intoleransi makanan, Tuberculosis
(TBC), hasil penelitian didapakan nol persen (0%) mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan mengalami penyakit dan masalah kesehatan ini dan untuk HIV/AIDS,
penyakit infeksi ini akan berpengaruh pada status gizi hanya terjadi pada tahap akhir
infeksi, yaitu ketika seseorang sudah dinyatakan AIDS dan pada tahap ini seseorang
biasanya tidak dapat lagi melakukan aktivitas atau rutinitas sehari-hari seperti biasa
termasuk kuliah.
55
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Status Gizi
Kebiasaan makan makanan beragam
Pola hidup bersih
Aktivitas Fisik
Pemantauan berat badan normal
56
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Variabel Dependen
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
1 Status Gizi Ukuran keadaan gizi responden
berdasarkan indeks antropometri IMT
yang dihitung dari perbandingan
antara berat badan (BB dalam kg) dan
kuadrat tinggi badan (TB2 dalam m2)
dalam kg/m2, kemudian dibandingkan
ambang batas yang teah ditentukan
oleh WHO.
Kuesioner,
timbangan berat
badan dengan
tingkat ketelitian
0,1 kg dan
micritoice dengan
tingkat ketelitian
0,1 cm.
Pengukuran
langsung.
Untuk usia 18 atau lebih,
0 = Berat badan kurang,
jika IMT <18.50 kg/m2
1= Normal, jika IMT
18.50 sampai dengan
24.99 kg/m2
2 = Berat badan lebih ,
jika IMT ≥25.00 kg/m2
(WHO, 2006; Kemenkes
2011).
Untuk kurang dari 18
tahun,
0 = Berat badan kurang,
jika Zscore IMT/U < -2.0
1= Normal, jika Zscore
≥-2.0 sampai dengan
≤1.0
2= Berat badan lebih,
jika Zscore IMT/U >1.0
(Sumber: WHO, 2007;
Depkes, 2010)
Ordinal
57
3.2.2. Variabel Independent
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
1 Kebiasaan makan
makanan beragam
Rata-rata jumlah porsi
makanan yang dikonsumsi
oleh mahasiswa yang
dibandingkan dengan porsi
yang dianjurkan dalam
Pedoman Gizi Seimbang
2014.
Formulir
recall 3 x
24 jam
Self
Administration
dan
Wawancara
0 = Tidak sesuai, jika porsi
makanan kurang /lebih dari porsi
yang dianjurkan.
1= Sesuai, jika porsi makanan
sesuai dengan porsi yang
dianjurkan
Ordinal
2 Pola hidup bersih Kebiasaan responden dalam
sanitasi makanan yang
mencakup memastikan
kebersihan, menyiapkan
makanan dengan tepat dan
menyimpan makanan
dengan baik.
Kuesioner Self
Administration
0= kurang, jika skor < median
atau < 20 poin
1 = baik, jika skor median atau
>20 poin.
Ordinal
3 Aktivitas fisik Setiap pergerakan fisik yang
dilakukan reponden dalam
waktu satu minggu yang
meggunakan energi.
IPAQ
(Short
Last 7
Days)
Self
Administration
0 = berat, sama dengan atau
lebih 3000 MET-menit/minggu
1 = Sedang, jika jika 600- 2999
MET-menit/minggu
2 = ringan, jika < 600 MET-
menit/minggu
(IPAQ, 2005)
Ordinal
4 Pemantauan berat
badan normal
Waktu terakhir responden
melakukan penimbangan
berat badan
Kuesioner Self
Administration
0 = jika responden melakukan
penimbangan berat badan lebih
dari 1 minggu yang lalu
1 = jika responden melakukan
penimbangan berat badan
kurang atau 1 minggu yang lalu
Ordinal
58
3.3. Hipotesis
3.3.1.1. Ada hubungan antara kebiasaan makan makanan beragam dengan status
gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
3.3.1.2. Ada hubungan antara pola hidup bersih dengan status gizi pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2014.
3.3.1.3. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2014.
3.3.1.4. Ada hubungan antara pemantauan berat badan normal dengan status gizi
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
59
4. BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk melihat faktor-
faktor yang berhubungan dengan pola makan pada mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Penelitian ini menggunakan
desain potong lintang atau cross sectional, dimana data variabel independen diantaranya
uang saku, pengetahuan gizi, sikap gizi, jenis kelamin, aktivitas dan tempat tinggal
variabel dependen yaitu pola makan yang diambil secara bersamaan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk melihat hubungan penerapan
pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan. Penelitian ini menggunakan dengan desain studi potong lintang atau
cross sectional study yaitu desain penelitian yang pengumpulan data dan informasi serta
pengukuran antara variabel independen dan dependen dilakukan pada waktu yang sama
(Notoatmodjo, 2005).
Pada penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah 4 aspek pedoman gizi
seimbang, yaitu kebiasaan makan makanan beragam, pola hidup bersih, aktivitas fisik
dan pemantauan berat badan normal.
60
4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.2.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai
Juni 2014.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokeran
dan Ilmu Kesehatan dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi
Pendidikan Dokter dan Program Studi Ilmu Keperawatan yang masih aktif
melakukan aktivitas perkulihan di kampus Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta hingga bulan Juli 2014, yaitu mahasiswa masuk
tahun 2011 hingga 2013, berjumlah 798 mahasiswa.
4.3.2. Sampel
Besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel
untuk uji hipotesis beda 2 proporsi:
61
73)2282.0(
])5941.0(4059.0)3659.0(6341.084.0)48.0)(52.0(296.1[
)4059.06341.0(
])4059.01(4059.0)6341.01(6341.084.0)52.01)( 0.52(296.1[
)(
])1()1()1(2[
2
2
2
2
2
21
2
22111
21
n
n
n
PP
PPPPzPPz
n
Keterangan :
n = Jumlah sampel dalam satu kelompok (uji cross sectional)
21
z
= Derajat kepercayaan, CI 95 % = 1.96, α = 5 %
1z
= Kekuatan uji 80 % = 0.84
P2 = proporsi mahasiswa yang mengalami gizi kurang atau lebih dengan
aktivitas fisik kurang = 63.41% atau 0.6341 (Sada et al, 2012)
P1 = proporsi mahasiswa yang mengalami gizi kurang atau lebih dengan
aktivitas fisik cukup = 40.59% atau 0.4059 (Sada et al, 2012)
P = Rata-rata pada populasi (0.6341+0.4059)/2 = 0.52 (Sada et al, 2012)
Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh sampel minimal sebanyak 73
orang. Untuk memperoleh sampel sesungguhnya, maka harus dihitung proporsi
kasus (berat badan kurang dan berat badan lebih) dari penelitian sebelumnya.
Berdasarkan penelitian Sada et al (2012), proporsi mahasiswa yang mengalami
adalah berat badan kurang dan berat badan lebih adalah 47 %. Sehingga total
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
62
73 = 0.47 x total sampel
Total sampel = 73 / 0.47
Total sampel = 155
Maka, jumlah sampel sesungguhnya penelitian ini adalah 155 orang.
4.4. Teknik Sampling (Cara Pengambilan Sampel)
Teknik sampling yang digunakan pada pada penelitian ini adalah probability
random sampling. 155 sampel diambil secara acak dengan cara systematic random
sampling dari populasi yang berjumlah 754 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menghitung jumlah sampel di masing-masing program studi yang menjadi
populasi penelitian, yaitu Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi
Pendidikan Dokter dan Program Studi Ilmu Keperawatan, dimana total mahasiswa yang
masuk tahun 2011-2013 di masing-masing program studi secara berurutan berjumlah
329 mahasiswa, 280 mahasiswa dan 145 mahasiswa.
155 30
754
189 PSIK
155 57
754
280 PSPD
155 68
754
329 PSKM
Penelitian Sampel
Total
2013-2011masuk n tahu
PSIK PSPD, PSKM, mahasiswa Total
2013-2011masuk tahun studi program masing-masing mahasiswaJumlah
n
xn
xn
xn
x
63
Selanjutnya, untuk menentukan sampel penelitian pada masing-masing program studi
dilakukan pengundian untuk mendapatkan sampel pertama dalam kerangka sampel yang
menjadi sampel. Undian terdiri dari tiga digit angka yang terdiri dari angka 0-9,
bertujuan agar semua populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk terpilih
menjadi sampel.Sampel selanjutkan didapat dengan melakukan lompatan dari sampel
sebelumnya sebesar n lompatan.
Lompatan diulangi sampai didapat 68 sampel untuk PSKM, 57 sampel untuk PSPD dan
30 sampel untuk PSPD.
4.5. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kerangka sampling,
kuesioner, formulir food recall dan food model, timbangan berat badan, dan microtoice.
4.5.1. Kerangka sampling
Kerangka sampling dibuat dari absen mahasiswa yang diurutkan berdasarkan
angkatan dan kelas. Terdapat tiga kerangka samping, masing-masing untuk
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter dan
Program Studi Ilmu Keperawatan.
lompatan 5
30
145 PSIK
lompatan 5
57
280 PSPD
lompatan 5
68
329 PSKM
n
n
n
64
4.5.2. Kuesioner
Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan tentang data demografi responden, 5
pertanyaan tentang pemantauan berat badan ideal, 15 pertanyaan tentang pola
hidup bersih dan 7 pertanyaan tentang recall aktivitas fisik dalam seminggu (IPAQ
Short last 7), 18 pertanyaan tentang penyakit infeksi dan masalah kesehatan (yang
diakhir dikeluarkan dari variabel penelitian karena tidak ditemukan masalah atau
kasus), serta 3 kolom hasil ukur antropometri untuk mengukur status gizi berupa
berat badan, tinggi badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Diantara sejumlah
pertanyaan tersebut, kelompok pertanyaan data demografi, pemantauan berat
badan normal dan penyakit infeksi dan masalah kesehatan merupakan pertanyaan
dengan jawaban pasti, dan pertanyaan tentang pola hidup bersih dan aktivitas fisik
menggunakan skala likert yang perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas.
Pertanyaan tentang pola hidup bersih telah dilakukan uji validitas untuk
mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian agar data
yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran
tersebut dan uji reliabilitas untuk mengukur ketepatan (konsisten) kuesioner
sehingga bila digunakan berkali-kali dapat menghasilkan data yang sama. Dari
hasil uji validitas kuesioner dan reliabilitas kuesioner variabel pola hidup bersih
dapat dilihat pada tabel berikut.
65
Tabel 4.1
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Pola Hidup Bersih
No Nilai r hitung Alpha Cronbach Nilai r Tabel Keterangan
1 0.216 -0.195
0,306
Tidak Valid
2 -0.250 -0.057 Tidak Valid
3 0.175 -0.150 Tidak Valid
4 0.013 -0.120 Tidak Valid
5 -0.166 -0.100 Tidak Valid
6 0.115 -0.135 Tidak Valid
7 0.177 -0.199 Tidak Valid
8 -0.066 -0.097 Tidak Valid
9 -0.251 -0.044 Tidak Valid
10 -0.192 0.329 Tidak Valid
11 -0.538 -0.040 Tidak Valid
12 0.353 -0.286 Valid
13 -0.517 -0.017 Tidak Valid
14 0.000 -0.117 Tidak Valid
15 0.000 -0.117 Tidak Valid
Dari hasil tersebut diketahui dari 15 pertanyaan tentang pola hidup bersih,
hanya pertanyaan nomor 12 yang valid (Nilai r hitung> Nilai r tabel) namun
pertanyaan ini tidak reliabel karena (Nilai r alpha < Nilai r hitung). Setelah
mendapatkan hasil ini, kuesioner telah diperbaiki untuk dipakai menjadi instrumen
penelitian.
Sedangkan pertanyaan tentang aktivitas fisik tidak dilakukan uji karena pertanyaan
yang digunakan merupakan kuesioner aktivitas fisik yang telah diuji validitas dan
reabilitasnya dan telah secara internasional Analysis of the International Physical
Activity Questionnaire (IPAQ) dan telah digunakan berulang oleh mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk mengukur aktivitas fisik.
66
4.5.3. Formulir Food Recall
Formulir food recall digunakan untuk mencatat porsi dan jenis makanan dan
minuman yang dikonsumsi responden selama 3 kali 24 jam untuk menggambarkan
kebiasaan makan responden.
4.5.4. Model Makanan
Model makan dibuat dalam bentuk slide presentasi oleh peneliti yang berisi
foto makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk, pauk dan sayur. Model
makanan digunakan sebagai instrumen untuk mendapatkan gambaran jumlah porsi
makanan responden.
4.5.5. Timbangan berat badan
Timbangan berat badan digunakan untuk mengukur berat badan dengan
tingkat ketelitian 0,01 kg.
4.5.6. Microtoice
Micritoice digunakan utuk mengukur tinggi badan dengan 0,1 cm.
67
4.6. Pengumpulan Data
Data penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder.
4.6.1. Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari mahasiswa
yang menjadi responden penelitian. Data tersebut terdiri dari data demografi
responden, pemantauan berat badan ideal, pola hidup bersih, aktivitas fisik dan
data tentang penyakit infeksi dan masalah kesehatan yang berkaitan dengan status
gizi yang diperoleh melalui kuesioner, data kebiasaan makan makanan beragam
yang diperoleh melalui food recall 3 kali 24 jam dan data antropometri responden
yang terdiri dari berat badan, tinggi badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
diperoleh dari hasil pengukuran.
Proses pengumpulan data ini dibantu oleh satu enumeratotr penelitian.
Enumerator penelitian merupakan mahasiswa kesehatan masyarakat yang telah
mendapatkan mata kuliah Metodelogi Penelitian dan Penilaian Status Gizi,
khususnya mempelajari penilaian status gizi berdasarkan IMT dan survei
konsumsi makanan.
Proses pengumpulan data primer adalah sebagai berikut.
1. Kuesioner dibagikan kepada mahasiswa yang terpilih menjadi sampel
penelitian. Sebelumnya responden mengisi kuesioner, peneliti atau enumerator
penelitian menjelaskan cara pengisian kuesinoner. Selanjutnya kuesioner diiisi
sendiri oleh peneliti. Setelah mengisi kuesioner, responden diminta
mengumpulkan kuesioner di labaoratorium gizi dan melakukan penimbangan
68
berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pada tahap ini diperoleh data
demografi responden, pemantauan berat badan ideal, pola hidup bersih,
aktivitas fisik dan data tentang penyakit infeksi dan masalah kesehatan.
2. Penimbangan dan pengukuran dilakukan oleh peneliti atau enumerator
penelitian. Hasil penimbangan dan pengukuran diisi pada kolom status gizi
pada lembar kuesioner oleh peneliti atau enumerator penelitian. Pada tahap ini
diperoleh data BB, TB dan IMT.
3. Setelah pengukuran selesai, peneliti memberikan form food recall 3 x 24 jam
kepada responden dan menjelaskan bagaimana cara pengisiannya. Selanjutkan
responden diminta untuk mengisi form food recall tersebut sendiri selama tiga
hari (metode food record) dan diminta mengumpulkannya kembali di
laboratorium gizi setelah tiga hari. Pada tahap ini diperoleh data konsumsi
responden dengan porsi berdasarkan persepsi responden.
4. Setelah 3 hari, responden mengumpulkan form food recall dan diminta untuk
me-recall kembali porsi makan yang telah diisi di form dengan
membandingkannya dengan food model yang sudah disiapkan peneliti. Pada
tahap ini diperoleh data konsumsi responden dengan porsi dengan yang telah
disetarakan atau dibandingkan dengan model makanan.
4.6.2. Data sekunder
Data sekunder berupa absen mahasiswa diperoleh dari bagian akademis
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data
69
ini dikumpulkan terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah populasi, membuat
kerangka sampel dan menentukan populasi yang menjadi sampel penelitian atau
responden penelitian.
Secara umum, proses pengumpulan data digambarkan dalam bagan sebagai
berikut.
Bagan 4.1
Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan form food recall dan wawanwara (recall)
diperoleh data konsumsi responden dengan porsi dengan yang telah disetarakan atau dibandingkan dengan model makanan
Form food recall diisi sendiri oleh responden (food record)
diperoleh data konsumsi responden dengan porsi berdasarkan persepsi responden
Penimbangan BB dan Pengukuran TB
diperoleh data BB, TB dan IMT
Pembagian Kuesioner
diperoleh data demografi responden, pemantauan berat badan ideal, pola hidup bersih, aktivitas fisik dan data tentang penyakit infeksi dan masalah kesehatan
Pengumpulan Absen mahasiswa
diperoleh jumlah populasi, kerangka sampel dan sampel penelitian
70
4.7. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah. Pengolahan data dilakukan
dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
4.7.1. Editing
Kuesioner dan food recall yang telah dikumpulkan diperiksa dan dipastikan
kelengkapannya. Pemeriksaan pemeriksaan dilakukan pada saat kuesioner
dikumpulkan, jika ada yang belum lengkap, responden diminta melengkapi
kembali kuesioner tersebut. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan pada saat akan
melakukan entry data. Jika masih ditemukan data yang kurang atau tidak tepat,
klarifikasi dilakukan kembali melalui telepon, pesan singkat atau email.
4.7.2. Entry
Data yang telah lengkap selanjutkan dimasukkan data ke dalam program
komputer apa adanya sebelum melalui proses coding. Setelah proses entry selesai
selanjutnya dilakukan proses perhitungan matematis pada tanggal lahir untuk
memperoleh umur, kebiasaan makan makanan beragam untuk memperoleh rata-
rata konsumsi individu, pola hidup bersih untuk memperoleh jumlah skor pola
hidup bersih dan aktivitas fisik untuk memperoleh jumlah skor MET, serta
variabel status gizi berat badan dan tinggi badan untuk memperoleh IMT
menggunakan program komputer. Selanjutnya data-data semua tersebut
dimasukkan ke dalam program komputer analisa data dengan cara disalin-tempel
(copy-paste).
71
4.7.3. Coding
Proses coding dilakukan dengan menggunakan program komputer analisa
data. Coding merupakan proses pengkatagorian data dan memberi kode huruf ke
dalam bentuk angka atau angka ke angka yang berguna untuk mempermudah
analisis data. Dalam penelitian pengkatagorian data dilakukan sebagai berikut.
1. Status Gizi, untuk usia 18 atau lebih, diberi kode 0 = Berat badan kurang, jika
IMT <18.50 kg/m2, 1= Normal, jika IMT 18.50 sampai dengan 24.99 kg/m2
dan 2 = Berat badan lebih , jika IMT ≥25.00 kg/m2 (WHO, 2006; Kemenkes
2011). Untuk kurang dari 18 tahun, 0 = Berat badan kurang, jika Zscore IMT/U
< -2.0, 1= Normal, jika Zscore ≥-2.0 sampai dengan ≤1.0 dan 2= Berat badan
lebih, jika Zscore IMT/U >1.0 (Sumber: WHO, 2007; Depkes, 2010)
2. Kebiasaan makan makanan beragam, diberi kode 0 = Tidak sesuai, jika porsi
makanan kurang /lebih dari porsi yang dianjurkan dan 1= Sesuai, jika porsi
makanan sesuai dengan porsi yang dianjurkan.
Jumlah porsi diperoleh diperoleh dari formulir food recall selama 3 kali 24 jam.
Jumlah porsi ditetapkan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang 2014 menurut
jenis kelamin dan kelompok usia responden. Untuk makanan ringan atau
jajanan pemorsian dilakukan berdasarkan jumlah kalori dan zat gizi lain
makanan tersebut. Peneliti telah menghitung kalori beberapa makanan ringan
dan jajanan ynag ada di kantin FKIK.
3. Pola hidup bersih, diberi kode 0= kurang, jika skor < median atau < 20 poin dan
1 = baik, jika skor median atau >20 poin.
72
Skor diperoleh dari kuesioner pertanyaan C1-C15. Untuk setiap pertanyaan
kecuaai pertanyaan C5, jawaban 1 bernilai 0 poin, 2 bernilai 1 poin dan 3
bernilai 2 poin. Untuk pertayaan C5, jawaban 1 bernilai 0 poin, 2 dan 3 bernilai
1 poin dan 4 bernilai 2 poin.
4. Aktivitas fisik, diberi kode 0 = berat, sama dengan atau lebih 3000 MET-
menit/minggu, 1 = sedang, jika jika 600- 2999 MET-menit/minggu dan 2 =
ringan, jika < 600 MET-menit/minggu. Nilai MET diperoleh dari kuesioner
pertanyaan D1-D4, yang merupakan kuesioner IPAQ (Analysis of the
International Physical Activity Questionnaire) yang telah distandarisasi secara
internasional untuk mengukur aktivitas fisik dan telah diterjemahkan dalam
beberapa bahasa. Nilai MET-menit/minggu diperoleh dengan menjumlahkan
nilai MET yang digunakan untuk aktivitas berjalan, aktivitas sedang dan
aktivitas berat dikalikan dengan durasi (dalam menit) dan frekuensi aktivitas
dalam seminggu (dalam hari). Nilai MET untuk berjalan adalah 3,3, aktivitas
sedang 4,0 dan aktivitas berat 8,0.
Misal: jika diketahui aktivitas berat responden melakukan aktifitas fisik 1 jam,
2 hari dalam seminggu, aktivitas sedang 10 menit, 2 hari dalam seminggu dan
aktifitas berjalan 30 menit, 7 hari dalam seminggu, maka:
Total aktifitas fisik MET-menit/minggu= (3.3x30 x 7) + (4.0 x 10 x 2) + (8.0 x
60 x 2) = 1733 MET-menit/minggu, diklasifikasikan sebagai aktivitas sedang.
5. Pemantauan berat badan ideal diberi kode 0 = jika responden melakukan
penimbangan berat badan lebih dari 1 minggu yang lalu dan 1 = jika responden
melakukan penimbangan berat badan kurang atau 1 minggu yang lalu.
73
4.7.4. Cleaning
Tahap terakhir merupakan pengecekan ulang data yang telah dimasukkan
untuk memastikan apakah ada kesalahan atau tidak (cleaning). Jika ditemukan
kesalahan, dilakukan lagi klarifikasi dengan kuesioner atau kesalahan pada saat
perhitungan. Setelah data dipastikan benar dan lengkap, analisis data dilakukan.
4.8. Analisis Data
4.8.1. Analisis univariat
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis univariat. Analisis dilakukan
dengan menggunakan program komputer analisa data, dengan memilih menu
Analyse pada menu utama kemudian memilih menu Descriptif Statistic kemudian
Frequencies, dilanjutkan dengan memilih variabel kebiasaan makan makanan
beragam, variabel pola hidup bersih, variabel aktivitas fisik dan variabel
pemantauan berat badan normal yang telah dikatagorikkan kemudian memilih
OK. Dari analisis ini diperoleh gambaran distribusi atau distribusi frekuensi
masing-masing variabel penelitian yang meliputi variabel dependen yaitu
variabel status gizi dan variabel independen terdiri dari variabel kebiasaan
makan makanan beragam, variabel pola hidup bersih, variabel aktivitas fisik dan
variabel pemantauan berat badan normal dalam bentuk jumalh dan persentase.
4.8.2. Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian
ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel
74
dependen. Analisis data yang digunakan yaitu uji chi-square karena variabel
dependen dan independen berbentuk kategorik. Adapun rumus uji chi-square
yaitu:
)1)(1(,)(
X2
2
bkdFE
EO
Keterangan: X2 = Chi-square
O = Nilai observasi
E = Nilai ekspektasi
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Dalam penelitian ini uji statistik chi-square dilakuakn dengan menggunakan
program komputer analisa data, dengan Analyse pada menu utama kemudian
memilih menu Descriptif Statistic lalu memilih menu crosstab, kemudian pada
kotak row(s) dimasukkan variabel independen yaitu variabel kebiasaan makan
makanan beragam, variabel pola hidup bersih, variabel aktivitas fisik dan variabel
pemantauan berat badan normal dan kotak column (s) diisi dengan variabel
dependen yaitu variabel status gizi. Melalui uji statistik chi-square diperoleh nilai
p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yaitu jika
diperoleh nilai p≤0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel
independen dan dependen, dan jika diperoleh nilai p>0,05, maka tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen.
75
5. BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Analisis Univariat
Pada analisis univariat akan digambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing
variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun dependen.
5.1.1. Gambaran status gizi
Dalam penelitian ini, status gizi dikatagorikan berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT). Gambaran distribusi frekuensi status gizi pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1
Gambaran Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Status Gizi Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Berat badan kurang 26 16.8
Berat badan normal 93 60.0
Berat badan lebih 36 23.2
Total 155 100.0
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti, 26
responden (16,8%) memiliki status gizi kurang (IMT<18.50) dan 36 responden
76
(23.2 %) memiliki status gizi lebih (IMT≥25.00) atau 62 responden (40%)
memiliki status gizi tidak normal.
5.1.2. Gambaran kebiasaan makan makanan beragam
Dalam penelitian ini, kebiasaan makan makanan beragam dikatagorikan
berdasarkan kesesuaian jumlah porsi makanan yang dikonsumsi mahasiswa
dengan porsi yang ditetapkan dalam Pedoman Gizi Seimbang. Gambaran distribusi
frekuensi kebiasaan makan makanan beragam pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2014 diperoleh 155 responden yang diteliti semuanya memiliki
kebiasaan makan yang tidak sesuai pedoman gizi seimbang. Jika dianalisis
berdasarkan masing-masing kelompok makanan maka diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 5.2
Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Makanan Pokok pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Kebiasaan Makan
Makanan Pokok
Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Kurang 83 53.5
Cukup 40 25.8
Lebih 32 20.6
Total 155 100.0
77
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti
53.5% memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang kurang dan 20.6 % lebih.
Tabel 5.3
Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Lauk pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Kebiasaan Makan Lauk Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Kurang 69 44.5
Cukup 46 29.7
Lebih 40 25.8
Total 155 100.0
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti
44.5% memiliki kebiasaan makan lauk yang kurang dan 25.8% lebih.
Tabel 5.4
Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Pauk pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Kebiasaan Makan Pauk Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Kurang 152 98.1
Cukup 2 1.3
Lebih 1 0.6
Total 155 100.0
78
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti
98.1% memiliki kebiasaan makan pauk yang kurang dan 0.6% lebih. Hasil ini
menunjukkan cenderung homogen pada kebiasaan makan pauk yang kurang.
Sedangkan untuk kebiasaan makan sayur dan buah semuanya memiliki
kebiasaan makan sayur dan buah yang kurang.
5.1.3. Gambaran pola hidup bersih
Dalam penelitian ini, pola hidup bersih dikatagorikan berdasarkan median
skor pola hidup bersih. Gambaran distribusi frekuensi pola hidup bersih pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Gambaran Distribusi Frekuensi Pola Hidup Bersih pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Pola Hidup Bersih Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Kurang 59 38.1
Baik 96 61.9
Total 155 100.0
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti,
mahasiswa yang menerapkan pola hidup bersih yang kurang (skor < 20) sebanyak
59 responden (38.1%).
79
5.1.4. Gambaran aktivitas fisik
Dalam penelitian ini, aktivitas fisik dikatagorikan berdasarkan nilai
Metabolic Equivalent for Task (MET) dalam satu minggu. Gambaran distribusi
frekuensi aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat
pada tabel 5.6.
Tabel 5.6
Gambaran Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Aktivitas fisik Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Aktivitas Berat 18 11.6
Aktivitas Sedang 76 49.0
Aktivitas Ringan 61 39.4
Total 155 100.0
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti,
mahasiswa yang memiliki pola hidup aktif dan berolahraga atau aktivitas fisik
berat (> 3000 MET-menit/minggu) sebanyak 18 responden (11.6%) dan ringan
(<600 MET MET-menit/minggu) sebanyak 61 responden (39.4%).
5.1.5. Gambaran pemantauan berat badan normal
Dalam penelitian ini, pemantauan berat badan normal waktu terakhir
responden melakukan penimbangan berat badan. Gambaran distribusi frekuensi
80
pemantauan berat badan normal pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat
dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7
Gambaran Distribusi Frekuensi Pemantauan Berat Badan Normal pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Pemantauan BB Normal Frekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Lebih dari 1 minggu yang lalu 125 80.6
Kurang dari atau 1 minggu lalu 30 19.2
Total 155 100.0
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti,
mahasiswa yang tidak tidak memantau berat badan normalnya sebanyak 93
responden (80.6 %).
5.2. Analisis Bivariat
Pada analisis bivariat akan disajikan hubungan antara masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen. Untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen tersebut digunakan uji chi-square.
5.2.1. Hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi
Gambaran kebiasaan makan menunjukkan hasil yang homogen, 100%
responden memiiki kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan pedoman gizi
81
seimbang. Oleh karena itu tidak dapat dilakukan analisis hubungan kebiasaan
makan makanan beragam dengan status gizi. Jika dianalisis berdasarkan masing-
masing kelompok makanan maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 5.8
Hubungan antara Kebiasaan Makan Makanan Pokok dengan Status Gizi
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Kebiasaan
Makan
Makanan
Pokok
Status Gizi Total
Pvalue Kurang Normal Lebih
N % N % N % N %
Kurang 13 15.7 50 60.2 20 24.1 83 100.0 0.964
Cukup 8 20.0 24 60.0 8 20.0 40 100.0
Lebih 5 15.6 19 59.4 8 25.0 32 100.0
Berdasarkan tabel 5.8 hasil analisis hubungan antara makan makanan pokok
dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh bahwa
diantara 83 responden yang memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang
kurang terdapat 13 responden (15.7%) yang memiliki status gizi kurang dan 20
responden (24.1%) mengalami status gizi lebih, diantara 40 responden yang
memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang cukup, terdapat 8 responden
(20.0%) yang memiliki status gizi kurang dan 8 responden (20.0%) mengalami
status gizi lebih, sedangkan diantara 32 responden yang memiliki kebiasaan makan
makanan pokok yang lebih, terdapat 5 responden (15.6%) yang memiliki status
gizi kurang dan 8 responden (25.0 %) mengalami status gizi lebih. Berdasarkan
82
hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0.964. Hal ini menunjukkan pada tingkat
kepercayaan 5% tidak ada hubungan antara kebiasaan makan makanan pokok
dengan status gizi.
Tabel 5.9
Hubungan antara Kebiasaan Makan Makanan Lauk dengan Status Gizi
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Kebiasaan
Makan Lauk
Status Gizi Total
Pvalue Kurang Normal Lebih
N % N % N % N %
Kurang 11 15.9 40 58.0 18 26.1 69 100.0 0.858
Cukup 8 17.4 30 65.2 8 17.4 46 100.0
Lebih 7 17.5 23 57.5 10 25.0 40 100.0
Berdasarkan tabel 5.9 hasil analisis hubungan antara kebiasaan makan lauk
dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh bahwa
diantara 69 responden yang memiliki kebiasaan makan lauk yang kurang terdapat
11 responden (15.9%) yang memiliki status gizi kurang dan 28 responden (26.1%)
mengalami status gizi lebih, diantara 46 responden yang memiliki kebiasaan
makan makan lauk yang cukup, terdapat 8 responden (17.4 %) yang memiliki
status gizi kurang dan 8 responden (17.4%) mengalami status gizi lebih,
sedangkan diantara 40 responden yang memiliki kebiasaan makan lauk yang lebih,
terdapat 7 responden (17.5%) yang memiliki status gizi kurang dan 10 responden
(25.0) mengalami status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai
83
Pvalue 0.797. Hal ini menunjukkan pada tingkat kepercayaan 5% tidak ada
hubungan antara kebiasaan makan lauk dengan status gizi. Sedangkan untuk
kebiasaan makan pauk, sayur dan buah menunjukkan gambaran hasil yang
homogen dengan memiliki kebiasaan makan lauk, sayur dan buah yang kurang
sehingga tidak dilakukan analisa bivariat.
5.2.2. Hubungan pola hidup bersih dengan status gizi
Hasil analisis hubungan antara pola hidup bersih dengan status gizi
disajikan pada tabel 5.10.
Tabel 5.10
Hubungan antara Pola Hidup Bersih dengan Status Gizi pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Pola hidup
bersih
Status Gizi Total
Pvalue Kurang Normal Lebih
N % N % N % N %
Kurang 11 18.6 39 66.1 9 16.3 59 100.0 0.183
Baik 15 15.6 54 56.2 27 28.1 96 100.0
Berdasarkan tabel 5.10 hasil analisis hubungan antara pola hidup bersih
dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh bahwa
diantara 59 responden yang menerapkan pola hidup bersih yang kurang (skor < 20)
terdapat 11 responden (18.6%) yang memiliki status gizi kurang dan 9 responden
(16.3%) mengalami status gizi lebih. Sedangkan diantara 96 responden yang
84
menerapkan pola hidup bersih yang baik (skor > 20), terdapat 15 responden
(15.6%) yang memiliki status gizi kurang dan 27 responden (28.1 %) mengalami
status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0.183. Hal
ini menunjukkan pada tingkat kepercayaan 5% tidak ada hubungan antara pola
hidup bersih dengan status gizi.
5.2.3. Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi
Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi disajikan
pada tabel 5.11.
Tabel 5.11
Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Aktivitas fisik
Status Gizi Total
Pvalue Kurang Normal Lebih
N % N % N % N %
Berat 2 11.1 13 72.2 3 16.7 18 100.0 0.782
Sedang 13 17.1 43 56.6 20 26.3 75 100.0
Ringan 11 18.0 37 60.7 13 21.3 61 100.0
Berdasarkan tabel 5.11 hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan
status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh bahwa diantara 18
responden yang menerapkan aktivitas fisik berat (> 3000 MET-menit/minggu),
terdapat 2 responden (11.1%) yang memiliki status gizi kurang dan 3 responden
85
(16.7%) mengalami status gizi lebih. Diantara 76 responden yang menerapkan
aktivitas fisik sedang (600- 2999 MET-menit/minggu), terdapat 13 responden
(17.1%) yang memiliki status gizi kurang dan 20 responden (26.3%) mengalami
status gizi lebih. Sedangkan diantara 61 responden yang menerapkan aktivitas
fisik ringan (< 600 MET-menit/minggu), terdapat 11 responden (18.0%) yang
memiliki status gizi kurang dan 13 responden (21.3%) mengalami status gizi lebih.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0.782. Hal ini menunjukkan
pada tingkat kepercayaan 5% tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
status gizi.
5.2.4. Hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi
Hasil analisis hubungan antara pemantauan berat badan normal dengan
status gizi disajikan pada tabel 5.12.
Tabel 5.12
Hubungan antara Pemantauan Berat Badan Normal dengan Status Gizi
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Pemantau BB
Ideal
Satus Gizi Total
Pvalue Kurang Normal Lebih
N % N % N % N %
Lebih dari 1
minggu yang
lalu
22 17.6 72 57.6 31 24.8 125 100.0 0.456
Kurang dari 1
minggu lalu
4 13.3 21 70.0 5 16.7 30 100.0
86
Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis hubungan antara penerapan pemantau
berat badan ideal dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
diperoleh bahwa diantara 125 orang responden yang memantau berat badan lebih
dari 1 minggu yang lalu, terdapat 22 orang (17.6%) yang memiliki status gizi
kurang dan 31 orang (24.8%) mengalami status gizi lebih. Sedangkan diantara 30
orang responden yang memantau berat badan kurang dari 1 minggu yang lalu,
terdapat 4 orang (16.8 %) yang memiliki status gizi kurang dan 5 orang (16.7%)
mengalami status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue
0.456. Hal ini menunjukkan pada tingkat kepercayaan 5% tidak ada hubungan
antara penerapan pemantau berat badan ideal dengan status gizi.
87
6. BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya (1) desain
penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional dimana variabel dependen
dan variabel independen diukur pada saat bersamaan, sehingga tidak dapat megukur
secara valid apakah status gizi saat ini terjadi setelah atau akibat variabel yang diteliti;
(2) untuk variabel kebiasaan makan, ada kemungkinan terjadinya bias flat-slope
syndrome yang mempengaruhi variabel kebiasaan makan makanan beragam, yaitu
responden yang kurus cenderung melaporkan konsumsi makannya yang berlebih, sedang
responden yang gemuk cenderung melaporkan konsumsi makan yang lebih sedikit,
untuk meminimalisir kesalahan untuk bias ini peneliti melakukan recall pada responden
dengan membandingkan porsi yang ditulis responden pada form food recall dengan
model makanan yang telah disiapkan peneliti; (3) masih pada variabel kebiasaan
makanan, sebagian besar responden tidak mencatat konsumsi minumannya dengan
asalan susah diingat; (4)untuk variabel pemantauan berat badan peneliti menanyakan
kapan terakhir responden melakukan penimbangan berat badan, namun tidak
menanyakan tentang frekuensi lama sekali responden melakukan penimbangan berat
badan, akan tetapi kesalahan diminimalisir dengan dilakukannya wawancara pada saat
pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan tentang kebiasaan pemantauan berat
badan; (5) pada variabel faktor penyakit infeksi & masalah kesehatan lainnya tidak
ditemukan masalah sama sekali sehingga variabel ini menjadi homogen, kemungkinan
88
disebabkan tidak adanya rekam medik tentang riwayat kesehatan responden sehingga
peneliti hanya mengandalkan ingatan dan pengetahuan responden tentang riwayat
kesehatannya; (6) berdasarkan kerangka teori dari WHO (2009), asupan makan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun faktor-faktor tersebut tidak diteliti dalam
penelitian ini karena peneliti hanya mengambil faktor-faktor yang berpengaruh langsung
pada status gizi.
6.2. Gambaran status gizi
Status gizi normal menggambarkan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran energi dalam tubuh. Hasil penelitian menunjukkan 40 % mahasiswa
memiliki status gizi tidak normal, yaitu 16,8% mahasiswa memiliki status gizi atau berat
badan kurang dan 23,2% mahasiswa memiliki status gizi atau berat badan lebih.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat dua masalah gizi pada mahasiswa
FKIK UIN Jakarta, masalah gizi kurang dan gizi lebih. Hal ini senada dengan hasil
penelitian yang dilakukan Muizzah (2013) pada mahasiswi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat yang menunjukkan 16%
memiliki status gizi kurang dan 18% status gizi lebih berdasarkan IMT. Hasil ini
menunjuk bahwa kejadian status gizi kurang pada mahasiswa FKIK secara keseluruhan
lebih tinggi 0.8% daripada mahasiswa kejadian status gizi kurang pada mahasiswa
PSKM saja dan kejadian status gizi lebih pada mahasiswa FKIK secara keseluruhan
lebih tinggi 5.2 % daripada mahasiswa kejadian status gizi kurang pada mahasiswa
PSKM saja.
89
Kejadian status gizi kurang yang mencapai 16.8% merupakan jumlah cukup yang
tinggi mengingat lebih dari 10% mahasiswa FKIK mengalami status gizi kurang. Status
gizi kurang dapat mengakibatkan mahasiswa mudah letih, mudah terkena penyakit
infeksi, anemia dan kurang mampu berkonsentrasi dan bekerja keras (Supariasa et al.
2002), sehingga sangat mempengaruhi performa mahasiswa di bidang akademiknya.
Masalah gizi kurang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari. Terjadinya gizi kurang karena konsumsi energi lebih rendah dibandingkan
dengan kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk
lemak akan digunakan (Emilia,2009).
Kejadian status gizi lebih yang mencapai 23.2 %, lebih besar 6.4% dibandingkan
kejadian status gizi kurang. Status gizi lebih meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskular, diabetes melitus, hipertensi, gangguan ginjal, gangguan sendi dan
tulang, gangguan kandung empedu dan kanker (Supariasa et al. 2002).
Penyakit kardiovaskular berhubungan dengan penimbunan lemak yang terjadi
pada individu dengan status gizi lebih atau obesitas (Almatsier et al, 2011). Sedangkan
pada diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM tipe 2), status gizi memiliki
hubungan yang bermakna dalam perkembangannya karena sekresi insulin dalam bentuk
tidak tepat atau resistensi sel lemak yang membesar terhadap aktivitas insulin (Almatsier
et al, 2011). Menurut Karam (1994) dalam Hakimi et al (2010), 85 % penderita DM tipe
2 berstatus gizi lebih atau obesitas dan 15 % tidak obesitas. Dari hasil penelitian
diketahui 30.6 % mahasiswa yang mengalami status gizi lebih memiliki keluarga
dengan riwayat penyakit Diabetes Melitus. Hal ini semakin memperbesar resiko
mahasiswa yang memiliki status gizi lebih untuk mengalami penyakit Diabetes Melitus.
90
Kebiasaan makanan selalu dihubungkan dengan status gizi lebih (berat badan lebih
dan obesitas) termasuk makan dan ngemil yang sering, pola binge-eating dan makan
diluar. Aktivitas fisik juga penting untuk mencegah kelebihan berat badan (WHO/FAO,
2003).
Penerapan pedoman gizi seimbang dengan kebiasaan makan makanan beragam,
pola hidup bersih, aktifitas fisik dan pemantauan berat bdan normal.
6.3. Hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi
Kebiasaan makan makanan beragam merupakan cara mempertahankan berat badan
normal. Makan makanan dalam porsi yang seimbang, jumlah yang cukup, tidak
berlebihan dan teratur akan menyeimbangkan zat gizi yang masuk dan keluar dan
menjaga berat badan agar tetap normal (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian didapat semua mahasiswa memiliki kebiasaan
makan makanan yang beragam yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang.
Semua mahasiswa memiliki jumlah konsumsi yang tidak seimbang dilihat dari porsi
setiap makanan yang seharusnya dipenuhi. Kebutuhan makanan pokok paling banyak
dipenuhi dengan sumber makanan berupa nasi, mie dan kudapan/gorengan, kebutuhan
lauk paling banyak dipenuhi dengan sumber makanan berupa telor, ayam dan ikan,
kebutuhan makanan pauk paling banyak dipenuhi dengan sumber makanan tempe dan
tahu, sedangkan untuk sayur dan buah konsumsi jumlah komsumsi cenderung kurang
dan jarang.
Kesibukan menjadi alasan mahasiswa tidak makan secara terutar dan optimal.
Mahasiswa cenderung mencari makanan yang mudah ditemui dikantin atau disekitas
91
kampus tanpa mempertimbangkan pemenuhan zat gizi. Mahasiswa cenderung memilih
makanan seperti gorengan, kue basah atau makanan ringan yang praktis untuk dimakan
disela waktu kuliah.
Tempat tinggal dan jumlah uang saku juga salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah asupan. Mahasiswa yang tinggal bersama orang tua atau keluarga
cenderung memiliki kebiasaan konsumsi yang lebih baik dari pada mahasiswa yang
tinggal di kosan. Mahasiswa yang tinggal bersama orang tua atau keluarga
mengkonsumsi makanan yang telah disediakan di rumah sehingga memiliki kebiasaan
makan yang teratur, sedangkan mahasiswa yang tinggal di kosan harus memasak atau
membeli sendiri makanannya, sehingga sering melewatkan waktu makan. Namun, hasil
penelitian Suci (2011) pada mahasiswa FKIK menunjukkan tidak ada hubungan antara
tempat tinggal dengan asupan makanan mahasiswa FKIK. Hal ini dapat disebabkan oleh
faktor lain yang saling mempengaruhi, seperti uang saku.
Menurut Amran (2003), terdapat hubungan antara uang bulanan atau uang saku
mahasiswa dengan pola makan. Uang saku menunjukkan daya beli mahasiswa untuk
mendapatkan makanan. Semakin besar uang saku, semakin baik kuantitas dan kualitas
makanan yang dapat dibeli. Namun, hasil penelitian Suci (2011) pada mahasiswa FKIK
menunjukkan tidak hubungan antara uang saku dengan pola makan pada mahasiswa. Hal
ini disebabkan karena sebagian mahasiswa tidak menjadikan makanan sebagai tujuan
pengeluaran utamanya.
Jika dilihat berdasarkan masing-masing kelompok makanan diperoleh 53.5%
mahasiswa mengkonsumsi makanan pokok dalam jumlah yang kurang dan 20.6% lebih,
44.5% mahasiswa mengkonsumsi lauk (protein hewani) dalam jumlah yang kurang dan
92
25.8% lebih, 98.1% mahasiswa mengkonsumsi pauk (protein nabati) dalam jumlah yang
kurang dan 0.6% lebih dan 100% mahasiswa mengkonsumsi sayuran dan buah dalam
jumlah yang kurang.
Konsumsi lauk, lauk dan pauk yang kurang atau lebih mengakibatkan kekurangan
dan kelebihan zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Menurut Emilia
(2009), pemenuhan sumber energi dan protein berkaitan langsung dengan berat badan
dan tinggi badan yang normal. Jika asupan energi tidak terpenuhi, protein digunakan
untuk memenuhi kebutuhan energi namun tidak ada persediaan untuk sintesis jaringan
baru atau untuk perbaikan jaringan yang rusak. Keadaan ini dapat menyebabkan
penurunan tingkat pertumbuhan dan masa otot meskipun konsumsi protein cukup. Pada
remaja akhir dan dewasa, kekurangan zat gizi makro dapat dinilai melalui indeks
antropometri Indeks Massa Tubuh (IMT), yang dilihat hubungannya dalam penelitian
ini. Sedangkan konsumsi sayur dan buah memiliki peran utama sebagai zat pengatur,
untuk memenuhi kebutuhan mineral, vitamin dan air. Menurut Whitney et al (2005),
konsumsi sayuran dan buah yang kurang berisiko terjadinya malnutrisi mikronutrien,
seperti defisiensi vitamin A, defisiensi vitamin C dan defisiensi zat besi. Malnutrisi
mikronurien dapat diketahui dengan penilaian status gizi secara biokimia, sehingga tidak
dapat dilihat hubungannya dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh tidak ada hubungan signifikan antara
kebiasaan makan makanan pokok dan lauk dengan status gizi dengan Pvalue masing-
masing sebesar 0.964 dan 0.858. Hasil uji juga menunjukkan tidak ada hubungan antara
kebiasaan makan makanan pokok dan lauk dinilai secara gabungan sebagai sumber
energi protein dengan Pvalue 0.982.
93
Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian Amelia (2008) yang menunjukkan
ada hubungan antara konsumsi energi dengan status gizi Pvalue 0.080 namun
menunjukkan tidak ada hubungan antara konsumsi protein dengan status gizi (Pvalue
0.106, konsumsi pangan secara keseluruhan juga tidak menunjukkan hubungan dengan
status gizi.
Tidak didapatnya hubungan kebiasaan makan makanan pokok dan lauk dengan
status gizi juga dimungkinkan pengaruh dari aktivitas fisik. Menurut FAO/WHO (2003)
aktivitas fisik dan asupan makanan keduanya secara spesifik saling berinteraksi dan
mempengaruhi. Jumlah kebutuhan dipengaruhi oleh besarnya aktifitas fisik seseorang,
sedangkan porsi yang ditentukan pada pedoman gizi seimbang ditetapkan berdasarkan
AKG yang mempertimbangkan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh rata-rata
penduduk Indonesia, serta aktifitas fisik yang ringan, sejalan dengan hasil Riskesdas
(2007) bahwa sebagian besar penduduk remaja dan dewasa Indonesia melakukan
aktifitas fisik pada kategori ringan. Artinya bagi anak usia sekolah, remaja dan dewasa
yang memilki aktifitas aktif dan sangat aktif akan membutuhkan energi lebih banyak
lagi. Hal ini mengakibatkan individu dengan aktifitas sedang dan sedang membutuhkan
jumlah porsi yang lebih besar dari jumlah yang ditetapkan dalam peoman gizi seimbang
(Hardinsyah et al, 2012). Dengan demikian, seharusnya porsi makanan mahasiswa
dengan aktifitas sedang dan berat lebih besar daripada porsi yang ditentukan dalam
Pedoman Gizi Seimbang 2014, sehingga akan didapatkan lebih banyak mahasiswa yang
memiliki kebiasaan makan yang kurang (lebih dari 53% yang memiliki kebiasaan
makanan pokok kurang dan lebih dari 44.4% yang memiliki kebiasaan makan lauk
kurang) dan pada akhirnya menyebabkan lebih banyak mahasiswa yang memiliki status
94
gizi kurang. Namun, dalam penelitian ini didapat sebagian besar mahasiswa (60%)
memiliki berat badan normal. Hal ini kemungkinan besar disebabkan konsumsi
minuman yang tidak dicatat dalam food recall sehingga pemenuhan energi atau protein
dari minuman tidak tercakup. Akibatnya, mahasiswa yang mengkonsumsi minuman
tertentu yang mengandung energi dan protein untuk memenuhi kebutuhan gizi akan
dikatagorikan memiliki kebiasaan makan yang kurang padahal kebiasaannya cukup atau
akan dikatagorikan memiliki kebiasaan makan yang cukup padahal kebiasaannya lebih.
6.4. Hubungan pola hidup bersih dengan status gizi
Pola hidup bersih berhubungan dengan bagaimana hygiene sanitasi
penyelengaraan makanan keluarga. Upaya pengamanan atau hygiene dan sanitasi
makanan pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat
penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makanan, proses pengolahan makanan,
penyimpanan makanan dan penyajian makanan (Purnomo et al, 2009).
Pola hidup bersih berkaitan dengan erat dengan infeksi penyakit. Pola hidup bersih
yang kurang beresiko meningkatkan resiko kejadian penyakit infeksi, dan pola hidup
bersih yang baik dapat mencegah terjadinya infeksi.
Hasil penelitian menunjukkan 38.1 % mahasiswa menerapkan pola hidup bersih
yang kurang (skor < 20). Median yang cukup besar yaitu 20 dari 28 poin, menunjukkan
pola hidup bersih mahasiswa yang cenderung baik. Hal dapat disebabkan oleh telah
baiknya pengetahuan mahasiswa sebagai mahasiswa bidang kesehatan tentang
pentingnya pola hidup bersih, sejalan dengan hasil penelitian Sani (2011) bahwa ada
hubungan antara pengetahuan mahasiswa terhadap perilaku hidup bersih. Sedangkan
95
38.1 % yang memiliki pola hidup bersih yang kurang resiko yang lebih besar untuk
mengalami penyakit infeksi. Hasil penelitian Pramitasari (2013) ada hubungan pola
hidup bersih kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian demam
tifoid (Pvalue 0.001). Sejalan dengan Kemenkes (2014) yang menyatakan bahwa dengan
membiasakan perilaku hidup besih menghindarkan sesorang dari paparan sumber infeksi
yang merupakan faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara
langsung.
Bertolakbelakang dengan pernyataaan Kemenkes (2014), hasil uji chi-square
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada signifikan hubungan antara pola hidup
bersih dengan status gizi (Pvalue 0.183). Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena
sebagian besar mahasiswa tidak menyiapkan makanannya sendiri, dimasakkan oleh
orang tua atau membeli diwarung sehingga jawaban yang diberikan merupakan
kemungkinan tidak dilakukannya sendiri. Hal ini berakibat bias dan mengakibatkan
tidak didapatkannya hubungan antara pola hidup bersih dan status gizi mahasiswa.
6.5. Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga
merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan
zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh (Kemenkes RI, 2014).
Aktifitas fisik merupakan suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga
atau energi. Jenis aktifitas fisik yang sehari-hari dilakukan antara lain, berjalan kaki,
berlari, berolahraga, mengangkat dan memindahkan benda, mengayuh sepeda dan
lainlain. Aktifitas fisik menentukan kondisi kesehatan seseorang. Kelebihan energi
96
karena rendahnya aktifitas fisik dapat meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas
(Sada, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan 39.4% mahasiswa memiliki aktivitas fisik ringan,
49.0 % memiliki aktivitas fisik sedang dan 11.6% dan memiliki aktivitas fisik berat.
Berdasarkan ketentuan WHO (2010), hasil ini menunjukkan sebanyak 39.4% mahasiswa
memiliki aktivitas fisik kurang (aktivitas ringan) dan 60,6% mahasiswa memiliki pola
aktivitas fisik cukup (aktivitas sedang dan berat). Dengan demikian, 39.4% mahasiswa
yang memiliki aktivitas fisik kurang beresiko mengalami obesitas atau status gizi lebih.
Namun, hasil uji chi square menunjukkan bahwa menunjukkan tidak ada hubungan
signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi (Pvalue 0.782). Berbeda dengan hasil
penelitian Sada (2012) yang menunjukkan ada hubungan signifikan antara aktivitas fisik
dengan status gizi (Pvalue 0,001). Cara pengukuran yang berbeda dimungkinkan sebagai
sebab hasil yang berbeda.
Pada penelitian Sada (2012), aktifitas fisik dinilai dengan menilai intensitas
kegiatan menggunakan tenaga atau energi berdasarkan jenis aktifitas fisik yang sehari-
hari dilakukan antara lain, berjalan kaki, berlari, berolahraga, mengangkat dan
memindahkan benda, mengayuh sepeda dan lain-lain serta sudah berapa lama kebiasaan
tersebut dilakukan, namun tidak menggunakan kuesioner IPAQ seperti yang dilakukan
pada penelitian ini.
Penggunaan kuesioner IPAQ pada penelitian ini bertujuan menilai semua kegiatan
yang menggunakan energi yang dilakukan dalam seminggu. Kelebihan kuesioner ini
aktifitas fisik yang digambarkan tidak hanya kegiatan berat atau olahraga, namun juga
semua kegiatan intensitas dilakukan selama seminggu, baik kegiatan sehari-hari maupun
97
kegiatan berat atau olahraga yang disengaja. Kuesioner ini memperkecil bias peneliti,
karena kuesioner ini dapat diisi sendiri oleh responden sehingga pengaruh peneliti yang
menyesuaikan aktifitas fisik dan status gizi tidak terjadi pada penelitian ini. Namun yang
menjadi kelemahan kuesioner ini, responden seringkali hanya dapat mengingat kegiatan
yang dilakukan selama seminggu tetapi tidak dapat memperkirakan jumlah waktu yang
digunakan secara tepat sehingga dapat memunculkan jumlah aktifitas fisk yang tidak
sesuai dengan sesungguhnya. Hal ini mengakibatkan tidak didapatkannya hubungan
antara aktifitas fisik dan status gizi.
Tidak didapatnya hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi dimungkinkan
dipengaruhi hubungan kebiasaan makan makanan pokok, lauk dan pauk lebih. Menurut
FAO/WHO (2003) dan asupan makanan keduanya secara spesifik saling berinteraksi
dan mempengaruhi.
6.6. Hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi
Berat badan adalah indikator kesehatan yang penting bagi setiap orang. Oleh
karena, itu perlu dilakukan pemantauan berat badan secara teratur. Menurut Kemenkes
(2014), pemantauan berat badan normal merupakan upaya untuk mencegah mencegah
penyimpangan berat badan dari berat badan normal dan apabila menyimpang dapat
dilakukan pencegahan dan penanganan. Dengan kata lain penimbangan berat badan
secara teratur membuat seseorang menjaga status gizi normalnya.
Hasil penelitian 80,6 % ini diketahui mahasiswa melakukan penimbangan berat
badan lebih dari satu minggu yang lalu atau tidak tahu/ingat kapan terakhir ia melakukan
penimbangan berat badan. Namun, hasil uji chi square tidak ada hubungan signifikan
98
antara penerapan pemantau berat badan ideal dengan status gizi. Hasil wawancara pada
mahasiswa menunjukkan pada mahasiswa yang melakukan penimbangan berat badan
lebih dari 1 minggu sebelum penelitian, penimbangan berat badan yang dilakukan
sebagian besar hanya pada saat mendapat tugas kuliah mengenai penilaian status gizi
atau mengikuti penelitian yang memerlukan penimbangan berat badan, sehingga dapat
disimpulkan penimbangan tidak bertujuan untuk memantau berat badannya., sedangkan
pada yang melakukan penimbangan kurang seminggu dari penelitian sebagian besar
memiliki keinginan untuk melakukan penurunan berat badan atau peningkatan berat
badan baik yang memiliki status gizi normal, kurang atau lebih. Hal ini kemungkinan
besar menjai sebab tidak didapatkannya hubungan antara pemantau berat badan normal
dengan status gizi.
Pemantauan berat badan yang jarang dilakukan dapat mengakibatkan gambaran
tentang status gizi individu yang salah. Hasil penelitian menunjukkan 75.4% mahasiswa
yang salah menyebutkan status gizinya melakukan penimbangan berat badan lebih dari 1
minggu yang lalu atau tidak tahu/ingat kapan terakhir ia melakukan penimbangan berat
badan. Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan body image salah.
Pengetahuan tentang status gizi berhubungan dengan persepsi tentang citra tubuh
(body image). Body image adalah suatu konsep pribadi seseorang tentang penampilan
fisiknya. Hasil penelitian menunjukkan 5.7% tidak tahu status gizinya, 1.3% memiliki
status gizi kurang tapi merasa normal, 0,6% memiliki status gizi kurang tapi merasa
lebih, 8.4% memiliki status gizi normal tapi merasa kurang, 19.4 memiliki status gizi
normal tapi merasa lebih dan 1.3% memiliki status gizi lebih tapi merasa normal.
Persepsi yang salah tersebut dapat juga dipengaruhi oleh body image yang keliru. Body
99
image dapat diidentifikasi melalui persepsi dari ukuran tubuh. Laki-laki lebih mengarah
pada bentuk tubuh yang besar, berotot dan berisi sehingga cenderung merasa berat
badannya kurang dan berusaha menaikkan berat badan, sedang perempuan
menginginkan tubuh langsing, cenderung merasa berat badannya lebih dan berusaha
menurunkan berat badan (Emilia, 2009), dalam pada penelitian tidak didapat hubungan
yang bermakna body image dengan jenis kelamin. Secara alami, gangguan body image
berhubungan dengan masalah makan, pola makan yang tidak sehat dan ketidakpuasan
terhadap bentuk tubuh (Hastuti, 2013).
Menurut penelitian Sada (2012) pada mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura,
terdapat hubungan yang bermakna antara body image dengan status gizi (Pvalue =
0.001). Hal ini senada dengan penelitian Widianti et al (2012) pada Remaja Putri di
SMA Theresiana Semarang, yaitu didapat adanya hubungan yang bermakna antara body
image dengan status gizi (Pvalue = 0.001).
100
7. BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahan penelitian mengenai hubungan penerapan
pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 diperoleh kesimpulan
sebagai berikut.
1. 40 % mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2014 berdasarkan indeks antropometri Indeks Massa Tubuh (IMT)
mahasiswa memiliki status gizi tidak normal, yaitu 16,8% mahasiswa memiliki
status gizi atau berat badan kurang dan 23,2% mahasiswa memiliki status gizi atau
berat badan lebih.
2. 100 % Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014 memiliki kebiasaan makan makanan beragam yang
tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Sedangkan jika dilihat berdasarkan
masing-masing kelompok makanan, 53.5% memiliki kebiasaan makan makanan
pokok yang kurang dan 20.6 % lebih, 44.5% memiliki kebiasaan makan lauk yang
kurang dan 25.8% lebih, 98.1% memiliki kebiasaan makan pauk yang kurang dan
0.6% lebih dan 100% memiliki kebiasaan makan sayur dan buah yang kurang.
3. 38.1 % mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014 menerapkan pola hidup bersih yang kurang.
101
4. 39.4% mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014 memiliki aktivitas fisik kurang.
5. 80.6% mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014 tidak memantau berat badan normal.
6. Tidak ada hubungan penerapan kebiasaan makan pokok, lauk dan pauk dengan
status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
7. Tidak ada hubungan pola hidup bersih dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
8. Tidak ada hubungan penerapan aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2014.
9. Tidak hubungan antara pemantauaan berat badan dengan status gizi mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2014.
102
7.2. Saran
7.2.1. Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
1. Mahasiswa yang memiliki berat badan kurang diharapkan dapat
memperbaiki status gizinya menjadi normal melalui perbaikan
kebiasaan makan makanan yang beragam dengan meningkatkan
konsumsi makanan pokok, lauk, pauk, sayur dan buah, pola hidup
bersih yang baik, aktifitas fisik yang tidak berlebihan disesuaikan
dengan jumlah konsumsi dan pemantauan berat badan secara teratur
agar mengetahui status gizi aktual.
2. Mahasiswa yang memiliki berat badan lebih diharapkan dapat
memperbaiki status gizinya menjadi normal melalui perbaikan
kebiasaan makan makanan yang beragam dengan mengurangi konsumsi
makanan pokok, lauk dan pauk, serta meningkatkan konsumsi buah dan
sayur, pola hidup bersih yang baik, meningkatkan jumlah aktifitas fisik
yang disesuaikan dengan jumlah konsumsi dan pemantauan berat badan
secara teratur agar mengetahui status gizi aktual.
3. Mahasiswa yang memiliki berat badan normal diharapkan dapat
mempertahankan status gizinya melalui kebiasaan makan makanan yang
beragam, pola hidup bersih yang baik, jumlah aktifitas fisik yang
disesuaikan dengan jumlah konsumsi dan pemantauan berat badan
secara teratur agar mengetahui status gizi aktual.
103
7.2.2. Bagi peneliti lain
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian mendalam
tentang faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan makanan beragam atau
asupan makanan mahasiswa untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan
langsung dengan asupan makan yang tidak diteliti dalam penelitian ini. peneliti
selanjutkan juga diharapkan dapat melakukan penelitian tentang hubungan status
gizi dengan penyakit infeksi dan masalah kesehatan yang berkaitan dengan status
gizi yang ditemukan dalam penelitian ini karena keterbatasan data rekam medik
responden.
7.2.3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
perlu melakukan sosialisasi tentang aspek-aspek gizi seimbang dan status gizi
kepada mahasiswa, melalui poster, angket atau seminar dan kegiatan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF). Sosialisasi diharapkan dapat memperbaiki
status gizi mahasiswa serta pngetahuan dan penerapan aspek-aspek gizi seimbang
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sosialisasi diharapkan dapat menjadi bekal
mahasiswa untuk melakukan edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat
luas, khususnya tentang status gizi dan aspek gizi seimbang.
104
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Supariasa, I Dewa Nyoman. Bakri, Bachyar. Fajar, Ibnu. 2002. Penilaian Status
Gizi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2004. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi, Departemen Kesehatan RI.
Kuniasih, Dedeh. Hilmansyah, Hilman. Astuti, Marfuah Panji. Iman, Saeful. 2010.
Sehat dan BugarBerkat gizi Seimbang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hadi, Hamam. 2005. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada: Beban Ganda Masalah Gizi dan
Implikasi Nya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sudikno, Herdayati. Milla. Besral. 2010. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Obesitas Pada Orang Dewasa Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007).
Puslitbang Gizi dan Makanan, Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI. Bogor.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
105
BAPPENAS. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi.Jakarta: Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Lokakarya Gernas Sadar Gizi. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kesehtan Ibu dan Anak.
Muizzah, Lilik. 2013. Hubungan antara StatusGizi dan Aktifitas Fisik dengan
Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Putri, Alvina Yarra. Rochana, Ayu.Pertiwi, Donna. Putri, Hasanah. Ratikasari,
Indah. Kholifah, Umi. Savitri, Wulan 2013. Prevalensi Obesitas dan Faktor
Risikonya pada Mahasiswa di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Almatsier, Sunita. 2005. Pinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Almatsier, Sunita. Soetardjo, Surirah. Soekatri, Moesijanti. 2011. Gizi Seimbang
dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Irianto. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Jakarta: Yrama Widya.
106
World Health Organization. 2006. Global Database on Body Mass Index.
http://apps.who.int/bmi, diakses pada 29 Februari 2014.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang
Dewasa. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
WHO. 2007. WHO Child Growth Standards. Geneva: WHO.
Departemen Kesehatan. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Soenardi, Tuti. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Jafar, Nurhaedar. 2012. Perilaku Gizi Seimbang pada Remaja. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Story, Mary. Holt, Katrina. Sofka, Denise. 2002. Bright Future in Practice:
Nutrition. Arlington: National Center for Education in Maternal and Child
Health Georgetown University.
Sediaoetama, A.J. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Martianto, Drajat. Ariani, M. 2005. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola
Konsumsi Pangan Mayarakat dalam Dekade Terakhir. Jakarta: Direktorat
Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Gizi Kesehatan Masyarakat, Departemen
Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Angka Kecukupan Gizi (AKG). Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
107
Yusuf, Liswarti. Yulastri, Asmar. Kasmita. Faridah, Anni. 2008. Teknik
Perencanaan Gizi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional.
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Buckle, KA. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah: Purnomo, Hari. Adiono. 2009.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Fahey, Thomas D. Insel, Paul M. Roth, Walton T. 2005. Fit and Well: Core Concept
and Labs in Physical Fitness and Welness. New York: McGraw-Hill.
Quinn, Elizabeth. 2007. MET – The Standard Metabolic Equivalent.
http://sportmedicine.about.com/od/glossary/g/MET.htm , diakses pada 29
Februari 2014.
World Health Organization. 2010. Global Recommendations on Physical Activity for
Health. Geneva: WHO Press.
WHO. 2009. Nutrition in adolescence –Issues and Challenges for the Health Sector.
Geneva: World Health Organization.
Brown, Judith E. Isaacs, Janet S. Krinke, U. Beate. et al. 2011. Nutrition Throught
the Life Cycle. USA: Wadsworth.
Barasi, Mary E. 2002. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga.
Frederick JK. 1999. Food intolerance and food allergy. Scweiz Med Wochenschr.
International Physical Activity Questionnaire (2005) Guidelines for data processing
and analysis. http://www.ipaq.ki.se/scoring.pdf, diakses pada 29 Februari
2014.
108
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sada, Merinta. Hadju, Veni. Dachlan, Djunaedi M. 2012. Hubungan Body Image,
Pengetahuan, Gizi Seimbang dan Aktifitas Fisik terhadap Status Gizi
Mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura. Jayapura: Media Gizi
Masyarakat Indonesia.
Emilia, Esi. 2009. Pendidikan Gizi sebagai Salah Satu Sarana Perubahan Perilaku
Gizi pada Remaja. Medan: Universitas Negeri Medan.
Hakimi. Deliana, Melda. Lubis, Siska Mayasari. 2010. Diabetes Melitus Tipe 2.
Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
WHO/FAO. 2003. Diet, Nutrition and the Prevention of Chronic Diseases. Geneva:
World Health Organization.
Suci, Syifa Puji. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2011. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Amran, Yuli. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan
Mahasiswa si Asrama Mahasiswa Universitas Indonesia Depok Tahun 2003.
Depok: Universitas Indonesia.
Whitney, Ellie. Rolfes, Sharon Rady. 2005. Understanding Nutrition. USA:
Thomson Learing.
109
Amelia, Friska. 2008. Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik dan
Status Gizi Pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi
Jambi. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Hardinsyah. Riyadi, Hadi. Napitupulu, Victor. 2012. Kecukupan Energi, Protein,
Lemak dan Karbohidrat. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB.
Sani, Fakhrudin Nasrul. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Sehat - Sakit Dengan
Sikap Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Tentang Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat. Surakarta: STIKES Kusuma Husada.
Pramitasari, Okky Purnia. 2013. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid
Pada Penderita Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Hastuti, Janatin. 2013. Anthropometry and Body Composition of Indonesian Adults:
An Evaluation of Body Image, Eating Behaviours, and Physical Activity.
Queensland: Faculty of Health Queensland University of Technology.
Widianti, Nur. Candra, Aryu. 2012. Hubungan antara Body Image dan Perilaku
Makan dengan Status Gizi Remaja Putri di SMA Theresiana Semarang.
Semarang: Unversitas Diponegoro.
LAMPIRAN 1
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Assalamu’alaikum Wr.Wb. Saya Zakiah, mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat, peminatan Gizi 2007
bermaksud akan melakukan penelitian mengenai ”HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014”. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Pada Penelitian ini peneliti akan bertanya mengenai penerapan pedoman gizi seimbang pada mahasiswa pada mahasiswa. Wawancara ini akan berlangsung selama 15-20 menit. Responden diharapkan menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Setiap jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya dari siapapun, kemudian kuesioner akan disimpan oleh peneliti. Untuk itu saya mohon kiranya rekan-rekan dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesediaan Anda menjadi responden pada penelitian ini. Semoga bantuan dan kerjasama Anda menjadi amal ibadah yang bernilai di sisi-Nya.
FORMULIR PERSETUJUAN TERTULIS SETELAH PENJELASAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Alamat : No Telepon/HP : Bersedia secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan judul ” HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014”. Saya akan memberikan informasi yang benar sejauh yang saya ketahui dan saya ingat. Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.
Jakarta,............................. 2014
Peneliti pernyataan Yang membuat, Zakiah Tanda tangan dan nama jelas
KUESTIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 201 Nomor Responden
Tanggal :.........................
A. Data Demografi (Diisi oleh peneliti)
A1. Nama .................................................................................
A2. NIM ................................................................................. [ ] A2
A3. No. Tlp/Hp .................................................................................
A4. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
[ ] A4
A5. Tanggal lahir : Tanggal ........... ...Bulan .............Tahun ............... [ ] A5
B. PEMANTAUAN BERAT BADAN IDEAL (Diisi oleh Peneliti)
B1. Berapa berat badan anda saat ini?
1. .......... kg 2.Tidak tahu
[ ] B1
B2. Kapan terakhir anda menimbang berat badan?
..........................................................................................................
[ ] B2
B3. Berapa tinggi badan anda saat ini?
1. ...........cm 2.Tidak tahu
[ ] B3
B4. Kapan terakhir anda mengukur tinggi badan?
.........................................................................................................
[ ] B4
B5. Apakah menurut anda berat badan anda ideal?
1. Ya
2. Tidak, saya kekurusan
3. Tidak, saya kegemukan
4.Tidak tahu
[ ] B5
C. POLA HIDUP BERSIH (Diisi oleh Peneliti)
C1. Anda mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C1
C2. Anda mencuci tangan sebelum makan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C2
C3. Anda mencuci tangan setelah makan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C3
C4. Anda mencuci sayur dan buah sebelum dimasak atau dimakan
mentah?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C4
C5. Anda mencuci peralatan makan dengan?
1. Air saja
2. Air hangat saja
3. Sabun dan Air
4. Sabun dan air hangat
[ ] C5
C6. Memasak makanan hingga matang, khususnya makan yang
mengandung daging, unggas, ikan atau telur
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C6
C7. Mencairkan makanan beku di dalam lemari pendingin atau pada air
dingan yang mengalir, bukan di atas meja atau dalam air
mengenang
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C7
C8. Memastikan makanan panas berada diatas 1400F (600C) dan makan
dingin berada di bawah 400F (600C)
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C8
C9. Menyajikan makanan matang yang telah disimpan dalam lemari
pendingin kurang dari atau sebelum 24 jam
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C9
C10.Menyimpan makanan mentah (yang harus dimasak sebelum
dimakan) dan makanan siap saji di lemari pendingin
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C10
C11.Menyimpan bahan makanan kering (seperti beras dan gula) di
dalam wadah yang tertutup rapat
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C11
C12.Sisa makanan yang disimpan di lemari pendingan atau dibekukan
hanya dipanaskan sekali
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C12
C13. Menyimpan bahan pembersih dan obat jauh dari makanan
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[ ] C13
C14.Apakah anda merokok?
1.Ya 2. Tidak
[ ] C14
C15.Apakah anda mengkonsumsi alkohol?
1.Ya 2. Tidak
[ ] C15
D. AKTIVITAS FISIK
BACA: Kami berminat untuk mengetahui aktivitas fisik yang anda lakukan sehari-hari.
Pertanyaan-pertanyan dibawah ini akan bertanya tentang tentang jumlah waktu yang
anda gunakan untuk berada dalam keadaan aktif secara fisik dalam 7 hari yang lalu.
Silahkan jawab pertanyaan-pertanyaan ini walaupun anda berpendapat bahwa anda
bukanlah seorang yang aktif. Silahkan pikirkan tentang aktifita-aktivitas yang anda
lakukan di tempat kerja, di rumah dan kawasan halaman, untuk bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lain, dan pada waktu senggang untuk rekreasi, senam atau
olahraga.
BACA: Pikirkan tentang semua aktivitas fisik berat yang anda telah lakukan dalam 7
hari yang lalu. Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang menggunakan daya tenaga
fisik yang kuat dan membuat anda bernafas jauh lebih kuat daripada biasanya. Pikirkan
hanya tentang aktivitas-aktivitas fisik yang anda telah lakukan selama sekurang-
kurangnya 10 menit pada sesuatu waktu.
D. AKTIVITAS FISIK (Diisi oleh peneliti)
D1. Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa harikah anda telah
melakukan aktivitas fisik berat, contohnya mengangkat barang
berat (lebih dari 20 kg), mencangkul, senam aerobik atau
bersepeda cepat?
1. ............ hari seminggu
2. Tidak ada aktivitas fisik berat. Lompat ke pertanyaan nomor D3
[ ] D1
D2. Berapa lama waktu yang anda biasa gunakan untuk melakukan
aktivitas fisik berat tersebut dalam satu hari?
1. ............. jam ............. menit sehari
2. Tidak tahu / Tidak pasti
[ ] D2
BACA: Pikirkan tentang semua aktivitas fisik sedang yang anda telah lakukan dalam
waktu 7 hari yang lalu. Aktivitas fisik sedang adalah yang menggunakan daya tenaga
fisik yang sedang dan membuatkan anda bernafas agak lebih kuat daripada biasa.
Pikirkan hanya tentang aktivitas-aktivitas fisik yang anda telah lakukan selama
sekurang-kurangnya 10 menit pada sesuatu waktu.
D3. Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa harikah anda telah
melakukan aktivitas fisik sedang, contohnya mengangkat barang
ringan (kurang dari 20 kg), mengepel lantai, bersepeda pada
kelajuan biasa/sedang, atau bermain badminton beregu? Ini tidak
termasuk berjalan kaki.
1. ............. hari seminggu
2. Tidak ada aktivitas fisik sedang. Lompat ke pertanyaan nomor
D5
[ ] D3
D4. Berapa lama waktu yang anda biasa gunakan untuk melakukan
aktivitas fisik sedang tersebut dalam sehari?
1. ............. jam ............. menit sehari
2.Tidak tahu / Tidak pasti
[ ] D4
BACA: Pikirkan tentang waktu yang anda telah gunakan untuk berjalan kaki dalam
waktu 7 hari yang lalu. Termasuk berjalan kaki di tempat kerja dan di rumah, berjalan
kaki dari satu tempat ke tempat yang lain, dan berjalan kaki untuk rekreasi,
berolahraga, bersenam atau berjalan kaki pada waktu senggang.
D5. Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa harikah anda telah berjalan
kaki sekurang-kurangnya 10 menit pada satu waktu.
1. ............. hari seminggu
2. Tidak ada aktivitas jalan kaki Lompat ke pertanyaan nomor D7
[ ] D5
D6. Berapa lama waktu yang anda biasa gunakan untuk berjalan kaki
dalam satu hari?
1. ............. jam ............. menit sehari
2. Tidak tahu / Tidak pasti
[ ] D6
BACA: Pertanyaan terakhir ini berkaitan dengan waktu yang anda telah gunakan untuk
duduk pada hari kerja dalam waktu 7 hari yang lalu. Termasuk waktu yang dihabiskan
duduk di tempat kerja, di rumah, sewaktu belajar dan di waktu senggang. Termasuk
juga waktu yang di habiskan duduk di meja, berkumpul dengan teman-teman,
membaca, atau duduk atau berbaring sambil menonton TV.
D7. Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa lama waktu yang anda biasa
gunakan untuk duduk dalam sehari?
1. .............jam.............menit sehari
2. Tidak tahu / Tidak pasti
[ ] D7
E. PENYAKIT INFEKSI DAN MASALAH KESEHATAN LAIN
Untuk penyakit dan masalah kesehatan di bawah ini, anda hanya
menjawab “YA” apabila jawaban tersebut merupakan hasil/ sudah
pernah didiagnosa oleh dokter.
(Diisi oleh Peneliti)
Diabetes Melitus (DM)
E1. Apakah anda pernah didiagnosa menderita Diabetes Melitus (DM)?
1. Ya 2. Tidak (Lompat ke pertanyaan nomor E6)
[ ] E1
E2. Diabetes Melitus (DM) tipe apa yang anda derita?
1. DM tipe I 2. DM Tipe II 3. Tidak tahu
[ ] E2
E3. Kapan anda didiagnosa menderita Diabetes Melitus (DM)?
Sebutkan
.....................................................................................................
[ ] E3
E4. Apakah mendapat/membutuhkan suntikan insulin secara teratur?
1. Ya 2. Tidak
[ ] E4
E5. Apakah Anda pernah mengalami keadaan Koma diabetikum atau
koma insulin?
1. Ya 2. Tidak
[ ] E5
E6. Apakah dalam keluarga Anda terdapat riwayat penyakit Diabetes
Melitus (DM)? (kedua orang tua, saudara kandung dan
sebagainya)?
1. Ya 2. Tidak (Lompat ke pertanyaan nomor E8)
[ ] E6
E7. Sebutkan anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM) tersebut? ........................................................................................................
[ ] E7
Alergi dan intoleransi makanan
E8. Apakah anda pernah didiagnosa memiliki alergi makanan tertentu? 1. Ya 2. Tidak (Lompat ke pertanyaan nomor E10)
[ ] E8
E9. Sebutkan jenis makanan yang menyebabkan anda alergi! ..........................................................................................................
[ ] E9
E10. Apakah anda pernah didiagnosa menderita celiac disease atau celiac spur? 1. Ya 2. Tidak
* Celiac Disease atau Celiac Spur: gangguan saluran cerna sehingga tidak bisa mnyerap makanan dengan baik. Penderita tidak bisa mengkonsumsi semua protein yang berasal dari gluten (roti, gandum, tepung).
[ ] E10
E11. Apakah anda pernah didiagnosa menderita intoleransi gluten? 1. Ya 2. Tidak
*Intoleransi Gluten: alergi terhadap makanan yang mengandung gluten, namun
selama sajian tidak mengandung gluten tidak terjadi reaksi apapun.
[ ] E11
Tuberculosis (TBC)
E12. Apakah anda pernah didiagnosa menderita Tuberculosis (TBC)? 1. Ya 2. Tidak (Lompat ke pertanyaan nomor E17)
[ ] E12
E13. Kapan anda didiagnosa menderita Tuberculosis (TBC)? Sebutkan ! ..........................................................................................................
[ ] E13
E14. Apakah saat ini anda masih/sedang menjalani pengobatan dan pemeriksaan rutin Tuberculosis (TBC)? Sebutkan ! 1. Ya 2. Tidak (Lompat ke pertanyaan nomor E16)
[ ] E14
E15. Sudah berapa lama anda menjalani pengobatan dan pemeriksaan rutin Tuberculosis (TBC)? Sebutkan ! ....................................................................................................... (Lompat ke pertanyaan nomor E17)
[ ] E15
E16. Kenapa anda tidak menjalani pengobatan? 1. merasa tidak perlu menjalani pengobatan 2. telah dinyatakan sembuh 3. Jawaban lain, sebutkan! .............................................................
[ ] E16
E17. Apakah dalam keluarga Anda yang tinggal serumah terdapat
riwayat Tuberculosis (TBC)? (kedua orang tua, saudara kandung
dan sebagainya)
1. Ya 2. Tidak
[ ] E17
E18. Jika Ya, sebutkan anggota keluarga yang menderita Tuberculosis (TBC) tersebut?
.........................................................................................................
[ ] E18
F. STATUS GIZI * diisi peneliti setelah penimbangan dan pengukuran (Diisi oleh Peneliti)
F1. Berat Badan ................................................. [ ] F1
F2. Tinggi Badan ................................................. [ ] F2
F3. Indeks Massa Tubuh ................................................. [ ] F3
Terima Kasih atas waktu dan kerjasamanya
*Diisi peneliti
LAMPIRAN 2
KUESIONER KEBIASAAN MAKAN FOOD RECALL (3 X 24 JAM)
Nomor Responden :
Tanggal Pengisian Kuesiner : ...............................
Nama Responden : NIM : Tanggal Lahir : No. Tlp/ Hp :
Waktu Makan Nama
Masakan
Bahan Makanan
Jenis Banyaknya
URT Gram*
LAMPIRAN 3
Output Analisa Univariat dan Bivariat
ANALISA UNIVARIAT-Frequencies
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Berat badan kurang 26 16.8 16.8 16.8
Berat badan normal 93 60.0 60.0 76.8
Berat badan lebih 36 23.2 23.2 100.0
Total 155 100.0 100.0
Kebiasaan Makan Makanan Beragam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak sesuai 155 100.0 100.0 100.0
Kebiasaan Makan Makanan Pokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 83 53.5 53.5 53.5
cukup 40 25.8 25.8 79.4
lebih 32 20.6 20.6 100.0
Total 155 100.0 100.0
Kebiasaan Makan Lauk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 69 44.5 44.5 44.5
cukup 46 29.7 29.7 74.2
lebih 40 25.8 25.8 100.0
Total 155 100.0 100.0
Kebiasaan Makan Pauk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 152 98.1 98.1 98.1
cukup 2 1.3 1.3 99.4
lebih 1 .6 .6 100.0
Total 155 100.0 100.0
Kebiasaan Makan Sayur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 155 100.0 100.0 100.0
Kebiasaan Makan Buah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 155 100.0 100.0 100.0
Katagori Pola Hidup Bersih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 59 38.1 38.1 38.1
baik 96 61.9 61.9 100.0
Total 155 100.0 100.0
Katagori Aktivitas Fisik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Aktifitas Berat 18 11.6 11.6 11.6
Aktifitas Sedang 76 49.0 49.0 60.6
Aktifitas Ringan 61 39.4 39.4 100.0
Total 155 100.0 100.0
Katagori Pemantauan BB normal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid lebih dari 1 minggu yang lalu 125 80.6 80.6 80.6
kurang dari 1 minggu yang lalu 30 19.4 19.4 100.0
Total 155 100.0 100.0
ANALISA BIVARIAT-Chi-Square
Kebiasaan Makan Makanan Pokok * Status Gizi-IMT
KlpIMT
Total
Berat badan
kurang
Berat badan
normal
Berat badan
lebih
pokokklp kurang Count 13 50 20 83
% within pokokklp 15.7% 60.2% 24.1% 100.0%
cukup Count 8 24 8 40
% within pokokklp 20.0% 60.0% 20.0% 100.0%
lebih Count 5 19 8 32
% within pokokklp 15.6% 59.4% 25.0% 100.0%
Total Count 26 93 36 155
% within pokokklp 16.8% 60.0% 23.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square .587a 4 .964
Likelihood Ratio .582 4 .965
Linear-by-Linear Association .013 1 .910
N of Valid Cases 155
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5,37.
Kebiasaan Makan Lauk * Status Gizi-IMT
KlpIMT
Total
Berat badan
kurang
Berat badan
normal
Berat badan
lebih
laukklp kurang Count 11 40 18 69
% within laukklp 15.9% 58.0% 26.1% 100.0%
cukup Count 8 30 8 46
% within laukklp 17.4% 65.2% 17.4% 100.0%
lebih Count 7 23 10 40
% within laukklp 17.5% 57.5% 25.0% 100.0%
Total Count 26 93 36 155
% within laukklp 16.8% 60.0% 23.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1.321a 4 .858
Likelihood Ratio 1.370 4 .849
Linear-by-Linear Association .110 1 .740
N of Valid Cases 155
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 6,71.
Pola Hidup Bersih * Status Gizi-IMT
KlpIMT
Total
Berat badan
kurang
Berat badan
normal
Berat badan
lebih
Klp.PHB3 kurang Count 11 39 9 59
% within Klp.PHB3 18.6% 66.1% 15.3% 100.0%
baik Count 15 54 27 96
% within Klp.PHB3 15.6% 56.2% 28.1% 100.0%
Total Count 26 93 36 155
% within Klp.PHB3 16.8% 60.0% 23.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 3.396a 2 .183
Likelihood Ratio 3.548 2 .170
Linear-by-Linear Association 2.316 1 .128
N of Valid Cases 155
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 9,90.
Aktivitas fisik * Status Gizi-IMT
KlpIMT
Total
Berat badan
kurang
Berat badan
normal
Berat badan
lebih
Klp.Akt.Fisik3 Aktifitas
Berat
Count 2 13 3 18
% within Klp.Akt.Fisik3 11.1% 72.2% 16.7% 100.0%
Aktifitas
Sedang
Count 13 43 20 76
% within Klp.Akt.Fisik3 17.1% 56.6% 26.3% 100.0%
Aktifitas
Ringan
Count 11 37 13 61
% within Klp.Akt.Fisik3 18.0% 60.7% 21.3% 100.0%
Total Count 26 93 36 155
% within Klp.Akt.Fisik3 16.8% 60.0% 23.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1.750a 4 .782
Likelihood Ratio 1.797 4 .773
Linear-by-Linear
Association .118 1 .731
N of Valid Cases 155
a. 2 cells (22,2%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 3,02.
PemantauanBBnormal * Status Gizi-IMT
KlpIMT
Total
Berat badan
kurang
Berat badan
normal
Berat
badan lebih
PBBIdeal lebih dari 1 minggu
yang lalu
Count 22 72 31 125
% within PBBIdeal2 17.6% 57.6% 24.8% 100.0%
kurang dari 1
minggu yang lalu
Count 4 21 5 30
% within PBBIdeal2 13.3% 70.0% 16.7% 100.0%
Total Count 26 93 36 155
% within PBBIdeal2 16.8% 60.0% 23.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1.572a 2 .456
Likelihood Ratio 1.621 2 .445
Linear-by-Linear Association .091 1 .763
N of Valid Cases 155
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5,03.
top related