hubungan kesiapan anak dengan keberhasilan toilet …repository.unjaya.ac.id/2738/1/prihatin...
Post on 25-Sep-2019
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KESIAPAN ANAK DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI FULL DAY PLAYGROUP Di KECAMATAN
KALASAN, SLEMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
STIKES A.Yani Yogyakarta.
Disusun Oleh : Prihatin Handayani
NPM : 3207049
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
YOGYAKARTA 2011
HALAMAN PENGESAHAN
HT]BUNGAI\{ KESIAPAI\I AI\TAK I}ENGAN IGBERHASILAN TOILET TNAININCPAI}A ANAK USIA 3-4 TAHUN T'I FULL DAY PI./IYGROUPDiKECAMATAIT
KALASAN, SLEMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Disusun Oleh :Prihatin llandayani
NPM: 3207049
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah Satu Syarat untukMendapatklr Gelar !*j* Keperawatan di Sekolah Tintgi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad yani yograkarta
Penguji,
Tanggal: Agustus 20ll
Menyetujui:
Pembimbing I,
Yustiana Olfi'tL APP., M.Kes. Sri Arin! S.KM., M.Kep%
NIP: 19720902199r2W1
Mengesahkan,
NIP : 196710A199063200t
Pembimbing U,
dR4Re&ro Stmriyarini, S.Kep.,Ns.
NIDN : 05.1708.8302
iv
ABSTRACT
Relationship between Children’s Readiness and Toilet Training Success among Children 3-4 years of age in Full Day Playgroups of Kalasan sub District, Sleman, Yogyakarta
Prihatin Handayani1, Sri Arini2, Retno Sumiyarini3
Background: Toilet training is one of the growth and developmental task which is must be able to achieve at toddler. The achievement of toilet training at the end of the toddler age (3-4 years) is very important because if a child is failed in toilet training, their next social development will get disturb. According to growth and development task, a child must be able to achieve toilet training achievement ata the same age but in reality every child achieve it at different age. Based on theory, the achievement of toilet training depend;s on child’s and parent’s readiness. Objective: This study aimed to identify the relationship of children's readiness to toilet training success in children aged 3-4 years. Methods: This study used a cross-sectional designand incidental sampling technique. Data was collected with questionnaire. Kendal tau was used as analyze data and hypothesis test based on5% significance. Results: The results shows that 67.4% of the respondents has enough toilet training readiness, and 67.4% of the respondents has enough achievement of toilet training. From analyze is gotten p value 0.874 and r value 0.018, this indicated that there was no relationship between children's readiness and toilet training achievement. Conclusion: There was no relationship between children's readiness and the successful toilet training in children aged 3-4 years in full day playgroups of Kalasan sub District, Sleman, Yogyakarta. Keywords: children’s readiness, successful of toilet training
1. Student of Nursing Department, Ahmad Yani Health School, Yogyakarta 2. Lecturer of Health Polytechnic of Yogyakarta 3. Lecturer of Ahmad Yani Health School, Yogyakarta
v
INTISARI
Hubungan Kesiapan Anak dengan Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia 3-4 Tahun di Full Day Playgroup Se-Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
Prihatin Handayani1, Sri Arini2, Retno Sumiyarini3
Latar belakang : Toilet training merupakan salah satu tugas tumbuh kembang yang harus dicapai diusia toddler. Keberhasilan toilet training pada usia toddler akhir (3-4 tahun) sangat penting karena bila seorang anak mengalami kegagalan dalam toilet training maka perkembangan sosial anak tersebut pada tahap selanjutnya akan terganggu, sesuai tugas tumbuh kembang seharusnya seorang anak mencapai keberhasilan toilet training pada usia yang relatif sama namun ternyata setiap anak mencapai keberhasilan toilet training pada waktu yang berbeda-beda. Keberhasilan toilet training ini pada dasarnya tergantung pada kesiapan anak dan kesiapan orang tua. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan kesiapan anak terhadap keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun. Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan Kendal tau dengan pengujian hipotesis berdasarkan pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan 67,4% responden memiliki kesiapan toilet training cukup, dan 67,4% responden memiliki keberhasilan toilet training pada tingkat cukup juga. Hasil analisis diperoleh nilai p sebesar 0,874 dan nilai r sebesar 0,018, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara kesiapan anak dengan keberhasilan toilet training. Simpulan : Tidak ada hubungan antara kesiapan anak dengan keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun di full day playgroup se-Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Kata kunci : kesiapan anak, keberhasilan toilet training.
1. Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES A.Yani Yogyakarta 2. Dosen POLTEKES Yogyakarta 3. Dosen STIKES A.Yani Yogyakarta
vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
Hubungan Kesiapan Anak Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia 3-4
Tahun Di Full Day Playgroup Di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta
Yang dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada Program Studi
Ilmu Keperwatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta, sejauh
yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah
dipublikasikan dan atau pernah diipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan
sekolah tinggi ilmu kesehatan jenderal ahmad yani Yogyakarta maupun di perguruan tinggi
atauuu instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, Agustus 2011
Prihatin Handayani
NPM : 33207049
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-NYA, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kesiapan Anak dengan
Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia 3-4 Tahun Di Full Day Playgroup di
Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta ”. Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi
sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
Skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat,
1. dr. I. Edy Purwoko, SP.B sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Ahmad Yani Yogyakarta.
2. Wenny Savitri, S.Kep., Ns., MNS. Sebagai Pembantu Ketua I (bagian akademik)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
3. Yanita Tri Setyaningsih, S.Kep., Ns. Sebagai Ketua Prodi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Ahmad Yani Yogyakarta.
4. Sri Arini, S.KM., M.Kep. Sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan pendapat yang sangat berguna.
5. Retno Sumiyarini, S.Kep., Ns. Sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan pendapat yang sangat berguna.
6. Yustiana Olfah, APP., M.Kes. sebagai dosen penguji proposal skripsi yang telah
banyak memberikan kritik dan saran pada penelitian ini.
x
7. Seluruh dosen Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Ahmad Yani
Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman serta mendidik
kami.
8. Seluruh karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Ahmad Yani Yogyakarta
yang telah memberikan pelayanan secara maksimal sehingga memperlancar proposal
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan mengingat
keterbatasan penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun agar peneliti dapat mencapai
kesempurnaan skripsi ini dan dapat bermanfaat bagi semua orang, akan peneliti terima dengan
baik. Semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan pahala dari Allah SWT, amin.
Yogyakarta, Agustus 2011
Penulis
Prihatin Handayani
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................................ i HALAMAN JUDUL. .................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii ABSTRACT .................................................................................................. iv INTISARI ................................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN. ................................................................... vi HALAMAN MOTTO. ................................................................................ vii HALAMAN PERSEMBAHAN. ................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................... ix DAFTAR ISI .............................................................................................. xi DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis ............................................................................... 10
1. Usia toddler ..................................................................................... 10 a. Konsep toodler ............................................................................. 10 b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Anak ............................................................................................ 19
2. Toilet Training ................................................................................ 20 a. Definisi ........................................................................................ 20 b. Kesiapan ..................................................................................... 20 c. Keberhasilan ................................................................................ 24
B. Kerangka Teori ................................................................................... 27 C. Kerangka Konsep ................................................................................ 28 D. Hipotesis .............................................................................................. 29
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .................................................................................. 30 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 30 C. Variabel Penelitian ............................................................................... 30 D. Definisi Operasional ............................................................................ 30 E. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel ................................................ 31 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ................................................... 33
xii
G. Validitas dan Reliabilitas ..................................................................... 37 H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ................................................. 38 I. Etika Penelitian .................................................................................... 42 J. Jalan penelitian ..................................................................................... 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian .................................................................................... 46 B. Pembahasan Penelitian ......................................................................... 51 C. Keterbatasan penelitian ........................................................................ 57
BAB V PENUTUP A. Simpulan .............................................................................................. 59 B. Saran .................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Distribusi kisi-kisi kuesioner keberhasilan toilet training ................... 34 Tabel 3.2 Distribusi kisi-kisi kuesioner kesiapan anak ......................................... 35 Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pekerjaan,
dan jumlah anak ................................................................................... 46 Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin anak ....... 46 Tabel 4.3 Distribusi kesiapan toilet training anak di KBIT Ukhuwah islamiyah,
KBIT Fairuz Aqila, dan KBITFatimah az-zahrah ................................ 47 Tabel 4.4 Kesiapan toilet training anak berdasarkan jenis kelamin
dan usia anak ......................................................................................... 47 Tabel 4.5 Distribusi keberhasilan toilet training anak di KBIT Ukhuwah
Islamiyah, KBIT Fairuz Aqila, dan KBITFatimah Az-zahrah .............. 48 Tabel 4.6 Keberhasilan toilet training anak berdasarkan jenis kelamin dan usia anak, pendidikan dan pekerjaan orang tua ............................... 49
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka teori ....................................................................... 27 Gambar 2.2 Kerangka penelitian ............................................................... 28
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 2. Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 3. Lembar identitas responden
Lampiran 4. Kuesioner keberhasilan toilet training
Lampiran 5. Kuesioner kesiapan anak
Lampiran 6. Surat ijin uji validitas dari STIKES A.Yani Yogyakarta
Lampiran 7. Surat ijin uji validitas dari BAPPEDA Kabupaten Sleman
Lampiran 8. Surat ijin penelitian dari STIKES A.Yani Yogyakarta
Lampiran 9. Surat ijin penelitian dari Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran 10. Surat ijin penelitian dari BAPPEDA Kabupaten Sleman
Lampiran 11. Surat ijin penelitian dari Kecamatan Kalasan
Lampiran 12. Data uji Validitas keberhasilan toilet training
Lampiran 13. Korelasi validitas kuesioner keberhasilan toilet training
Lampiran 14. Reliabilitas kuesioner keberhasilan toilet training
Lampiran 15. Data uji validitas kesiapan toilet training
Lampiran 16. Korelasi validitas kuesioner kesiapan toilet training
Lampiran 17. Reliabilitas kuesioner kesiapan toilet training
Lampiran 18. Data responden penelitian
Lampiran 19. Analisis Univariat
Lampiran 20. Analisis Bivariat
Lampiran 21. Lembar jadwal penyusunan skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Toilet training diartikan sebagai suatu usaha untuk melatih anak
agar mampu mengontrol Buang Air Kecil (BAK)/urinasi dan Buang Air
Besar (BAB)/defekasi (Hidayat, 2005). Kessler, 2001 cit Azizah 2007
mengartikan toilet training sebagai proses membantu anak belajar
menggunakan toilet untuk urinasi maupun defekasi. Toilet training
merupakan salah satu tugas tumbuh kembang usia toddler, karena pada
usia ini anak-anak menunjukkan karakteristik kesiapan untuk melakukan
toilet training yang ditunjukkan pada rentang usia 18-24 bulan (Wong’s,
2005). Karakteristik tersebut diantaranya adalah anak-anak belajar dengan
cara bereksperimen, mengeksplore, dan meniru, perkembangan bahasa
yang signifikan yaitu dari 3-4 kata pada usia 12 bulan menjadi 900 kata
pada usia 36 bulan, memperlihatkan perilaku yang mandiri, belajar berdiri,
duduk, dan jongkok juga dipelajari pada tahap usia ini (James, 2007).
Kesiapan anak dan orang tua/ pengasuh dapat mempengaruhi
keberhasilan toilet training, kesiapan anak meliputi kesiapan fisik yang
ditandai dengan anak sudah mampu berjalan, jongkok dan melepas
bajunya sendiri, dan kesiapan psikologi anak ditunjukkan dengan
keberanian anak berada di kamar mandi/ toilet sendirian selama 5-10
menit, berani mengatakan kalau celana/ popoknya basah dan minta diganti,
berani mengatakan ingin ke kamar mandi/ toilet atau berani pergi ke kamar
2
mandi/ toilet sendiri. Kesiapan orang tua/ pengasuh ditunjukkan dengan
mengenal tingkat kesiapan anak, memiliki keinginan untuk menyediakan
waktu yang dibutuhkan dalam toilet training, ketiadaan stress atau
perubahan dalam keluarga, seperti perceraian, perpindahan, saudara baru,
atau liburan yang dekat.
Seorang anak siap untuk memulai toilet training pada usia antara
18-24 bulan (Mota, 2008) dan selesai atau berhasil pada usia 2-3 tahun
(Brazelton, T, B., 1999). Beberapa penelitian menyatakan bahwa semakin
cepat toilet training diajarkan pada seorang anak maka waktu yang
diperlukan untuk toilet training tersebut akan semakin lama. Umur paling
optimal untuk memulai toilet training yaitu pada usia 27 bulan (Blum,
Taubman, & Nemeth, 2003 cit James, 2007). Namun faktanya, latihan
mengontrol urinasi dimalam hari mungkin tidak tercapai sampai usia 4-5
tahun, meskipun terlambat dalam toilet training adalah normal (Luxem et
al cit Wong’s, 2003). Bila keberhasilan toilet training belum dapat dicapai
pada usia tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan fisik atau psikologi
lebih lanjut pada anak (Berkowitz, 2001; Schum et al, 2002 cit Potts et al,
2007).
Seorang anak dikatakan berhasil toilet training apabila dia tidak
lagi membutuhkan bantuan atau pengawasan untuk menggunakan toilet
dan anak tersebut dapat bertanggung jawab dalam menggunakan toilet
secara mandiri serta memiliki kemampuan untuk menjaga dirinya tetap
bersih dan kering yaitu dengan tidak mengompol atau mengotori
celananya (Mota, 2008). Namun kejadian mengompol disiang hari
3
merupakan hal yang biasa, terutama saat beraktivitas, anak kecil sangat
asyik dengan aktivitas mereka sehingga jika mereka tidak diingatkan,
mereka akan menunggu sampai mereka benar-benar ingin buang air kecil
dan mereka sudah tidak punya cukup waktu untuk pergi ke toilet, sehingga
seorang anak perlu sering diingatkan untuk ke kamar mandi (Wong’s,
2005).
Proses untuk mencapai keberhasilan toilet training ini merupakan
salah satu tugas yang paling menghabiskan waktu dan membuat orang tua
frustasi dalam mendidik anak. Orang tua yang tidak mengerti tentang pola
tumbuh kembang anak sering memiliki pengharapan yang berlebihan.
Oleh karena itu di dalam komunitas perawat dapat bertindak secara
promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kegagalan toilet
training dengan mengkaji para orang tua dan menjelaskan tugas-tugas
perkembangan serta menyarankan orang tua untuk tidak memulai toilet
training sampai anak memperlihatkan tanda-tanda kesiapan (James, 2007).
Keberhasilan toilet training pada anak usia toddler sangat penting
karena bila seorang anak mengalami kegagalan dalam toilet training maka
perkembangan sosial anak tersebut pada tahap usia selanjutnya akan
terganggu (Zaviera, 2008), dampak yang paling umum dalam kegagalan
toilet training adalah adanya aturan yang ketat dari orang tua kepada
anaknya sehingga kepribadian anak tersebut cenderung bersifat retentive
atau bersikap keras kepala bahkan kikir ( Hidayat, A.A.A., 2005), namun
sepanjang pengetahuan peneliti penelitian tentang kegagalan toilet training
tersebut belum ada. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan
4
toilet training adalah hukuman dan kekerasan yang dapat menyebabkan
perasaan malu dan inferiority atau rendah diri pada anak. Mengontrol anak
selama proses toilet training dapat menjadi strategi yang lebih membantu
daripada memarahinya, dan pendekatan yang santai atau dengan member
hadiah serta pujian yang positif akan membantu dalam keberhasilan toilet
training (James, 2007).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada
bulan Desember 2010 – Maret 2011 terdapat tiga full day playgroup di
Kecamatan Kalasan, yaitu Kelompok Bermain Islam Terpadu (KBIT)
Ukhuwah Islamiyah, Kelompok Bermain Fairuz Aqila dan KBIT Fatima
Az-zahrah. Program toilet training merupakan salah satu program wajib
dari ketiga playgroup tersebut. Dalam bidang kesehatan, ketiga playgroup
tersebut menjalin kerjasama dengan dokter praktek swasta dengan agenda
pemeriksaan rutin setiap satu bulan satu kali, termasuk bila ada peserta
didik yang mengalami keterlambatan dalam toilet training juga akan
dikonsultasikan kepada dokter tersebut.
Studi pendahuluan dilakukan terhadap 12 orang dari 57 wali murid
yang memiliki anak usia 3-4 tahun dan bersekolah di full day playgroup di
Kecamatan Kalasan, sembilan orang menyatakan bahwa anaknya telah
mandiri dalam menggunakan toilet dan mampu mengontrol BAK/
BABnya kecuali saat anak tersebut sedang sakit dan tiga orang
menyatakan bahwa anaknya belum mandiri dalam menggunakan toilet dan
belum mampu mengontrol BAK/ BABnya. Melihat adanya perbedaan
pencapaian kemandirian tersebut, menarik minat peneliti untuk melihat
5
kebenaran adanya hubungan antara kesiapan anak dengan keberhasilan
toilet training pada anak usia 3-4 tahun di full day playgroup di
Kecamatan Kalasan. Perbedaan beberapa orang tua dalam mengasuh anak
yaitu ada yang menggunakan jasa pengasuh dan ada yang dibantu oleh
anggota keluarga lainya menjadi dasar dalam penelitian ini untuk tidak
mengetahui lebih lanjut tentang faktor kesiapan orang tua.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ adakah hubungan antara kesiapan anak terhadap
keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun ?”.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
hubungan kesiapan anak terhadap keberhasilan toilet training pada
anak usia 3-4 tahun.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus, yaitu :
a. Mengidentifikasi kesiapan anak dalam toilet training.
b. Mengidentifikasi keberhasilan anak dalam toilet training.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah :
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan
pengetahuan bagi perkembangan dunia pendidikan ilmu keperawatan
6
khususnya keperawatan anak dan sebagai bahan kajian para peneliti
selanjutnya hubungan kesiapan anak terhadap keberhasilan toilet
training pada usia 3-4 tahun.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Kelompok Bermain Islam Terpadu (KBIT) Ukhuwah
Islamiyah, Fairuz Aqila,dan Fatimah Az-Zahrah
Memberikan masukan atau informasi kepada para guru mengenai
hubungan kesiapan anak terhadap keberhasilan toilet training pada
anak usia 3-4 tahun.
b. Bagi orang tua atau keluarga dengan anak usia toddler dan usia 3-4
tahun.
Memberikan masukan atau informasi kepada orang tua atau
keluarga mengenai hubungan kesiapan anak terhadap keberhasilan
toilet training pada anak usia 3-4 tahun.
c. Bagi profesi keperawatan
Memperkaya pengetahuan perawat dan meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dari segi penyampaian informasi tentang
hubungan kesiapan anak dengan keberhasilan toilet training pada
anak usia 3-4 tahun.
E. Keaslian penelitian
Sepanjang pengetahuan peneliti, belum terdapat penelitian tentang
keberhasilan toilet training. Namun ada beberapa penelitian yang
berhubungan tetapi berbeda dengan penelitian ini, perbedaan tersebut
7
adalah pada penelitian ini terdiri dari variabel independen: kesiapan toilet
training anak, variabel dependen: keberhasilan toilet training, tujuan
penelitian: mengetahui hubungan antara kesiapan anak dengan
keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun, waktu penelitian: 20-
29 juni 2011, tempat penelitian: Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta,
populasi dan sampel: ibu yang memiliki anak usia 3-4 tahun di full day
playgroup Kecamatan Kalasan, teknik sampling: Incidental sampling, uji
hipotesis: Kendall tau. Beberapa penelitian yang berhubungan tersebut
anatara lain :
1. Azizah (2007) melakukan penelitian tentang perbedaan kesiapan toilet
training pada anak yang menggunakan popok sekali pakai dan tidak
menggunakan popok sekali pakai di Kelurahan Pakuncen Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kesiapan toilet
training pada toddler yang menggunakan popok sekali pakai dan tidak
menggunakan popok sekali pakai (p = 0,048). Perbedaan penelitian
Azizah (2007) dengan penelitian ini adalah pada variabel dependen:
menggunakan popok sekali pakai dan tidak menggunakan popok sekali
pakai , waktu penelitian: tahun 2007, tempat penelitian: Kelurahan
Pakuncen Yogyakarta, populasi dan sampel: ibu dengan anak usia
toddler , tujuan penelitian: mengetahui adanya perbedaan kesiapan
toilet training antara anak yang menggunakan popok sekali pakai dan
tidak menggunakan popok sekali pakai pada anak usia toddler , teknik
sampling : Quota Sampling dan uji hipotesis: Chi Square.
8
2. Dhofar,M. (2005). Melakukan penelitian tentang hubungan antara pola
asuh ibu dengan kesiapan toilet training anak usia toddler di desa
Tirtoadi Mlati Sleman. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan
antara pola asuh ibu dengan kesiapan toilet training anak usia toddler
dengan nilai koefisien realasi (r) sebesar 0,529 dan p sebesar 0,000.
Dan kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin baik pola asuh ibu
maka semakin baik kesiapan toilet training anak. Perbedaan penelitian
Dhofar (2005) dengan penelitian ini adalah pada variabel independen:
pola asuh ibu, variabel dependen: kesiapan toilet training, waktu
penelitian: 2005, tempat penelitian: Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman,
populasi dan sampel: ibu yang memiliki anak usia toddler di desa
Tirtoadi, Mlati, Sleman, tujuan penelitian: mengetahui hubungan
antara pola asuh ibu dengan kesiapan toilet training pada anak usia
toddler, uji hipotesis: Spearman Rho.
3. Damayanti, (2009). Melakukan penelitian tentang hubungan antara
tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku ibu dalam melatih
toileting anak usia toddler di wilayah puskesmas Banyudono I
Boyolali. Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku ibu (p = 0,007), ada
hubungna antara sikapa ibu dengan perilaku ibu (p = 0,018). Dan
kesimpulan yang diperoleh adalah semakin baik tingkat pengetahuan
dan sikap ibu tentang latihan toileting maka semakin baik perilaku ibu
dalam melatih toileting anak usia toddler. Perbedaan penelitian
Damayanti (2009) dengan penelitian ini adalah pada variabel
9
independen: tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam melatih toileting
anak usia toddler, variabel dependen: perilaku ibu dalam melatih
toileting anak usia toddler, waktu penelitian: 2009, tempat penelitian:
wilayah Puskesmas Banyudono I Boyolali, populasi dan sampel: ibu
dengan anak usia toddler, tujuan penelitian: mengetahui adanaya
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku
ibu dalam melatih toileting anak usia toddler, teknik sampling: Cluster
sampling, uji hipotesis: Spearman Rho.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Gambaran wilayah penelitian
Penelitian dilaksanakan di Full Day Playgroup di Kecamatan
Kalasan, terdapat 4 Kelurahan di Kecamatan Kalasan yaitu Kelurahan
Purwomartani, Selomartani, Tirtomartani dan Tamanmartani, dari
seluruh kelurahan tersebut terdapat tiga Full Day Playgroup yaitu
KBIT Ukhuwah Islamiyah dan KBIT Ukhuwah Fairuz Aqila di
Kelurahan Purwomartani dan KBIT Fatimah Az-zahrah di Kelurahan
Tirtomartani. Jumlah populasi ibu yang memiliki anak usia 3-4 tahun
yang mengikuti Full Day Playgroup di 3 Full Day Playgroup tersebut
ada 57 orang tua, yaitu 16 orang di KBIT Ukhuwah Islamiyah, 16
orang di KBIT Fairuz Aqila dan 25 orang di KBIT Fatimah Azahrah.
Peneliti membagikan 43 kuesioner kepada responden yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
2. Karakteristik responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 3-
4 tahun yang terdaftar di KBIT Ukhuwah Islamiyah Purwomartani,
KBIT Fairuz Aqila Purwomartani dan KBIT Fatimah Az-zahrah
Tirtomartani, Sleman, Yogyakarta.
47
a. Karakteristik ibu
Berikut ini adalah distribusi frekuensi responden yang
dikumpulkan oleh peneliti yang meliputi pendidikan, pekerjaan,
dan jumlah anak.
Tabel 4.1 Karakteristik ibu berdasarkan pendidikan, pekerjaan, dan jumlah anak di KBIT Ukhuwah Islamiyah, KBIT Fairuz Aqila, dan KBIT Fatimah Az-zahrah pada bulan Juni 2011 (N = 43).
Karakteristik responden N % Pendidikan SMA Perguruan Tinggi
8 35
18,6 81,4
Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja
36 7
83,7 16,3
Jumlah anak 1-2 >2
28 15
65,1 34,9
Sumber : data primer Tabel diatas menjelaskan bahwa responden yang memiliki latar
belakang pendidikan perguruan tinggi lebih banyak daripada SMA
yaitu sebanyak 81,4%, jumlah responden yang bekerja yaitu
sebanyak 83,7 dan 65,1 % memiliki jumlah anak antara 1-2 orang.
b. Karakteristik anak
Tabel 4.2 Karakteristik anak berdasarkan usia dan jenis kelamin anak di KBIT Ukhuwah Islamiyah, KBIT Fairuz Aqila, dan KBIT Fatimah Az-zahrah pada bulan Juni 2011(N = 43).
Karakteristik responden N % Usia 3 tahun 4 tahun
20 23
46,5 53,5
48
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
29 14
67,4 32,6
Sumber : data primer
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang berusia 4 tahun
ada 53,5%. Dan 67,4% anak jenis kelamin laki-laki.
3. Analisa Univariat
a. Distribusi kesiapan toilet training anak
Tabel 4.3 Distribusi kesiapan toilet training anak di KBIT Ukhuwah islamiyah, KBIT Fairuz Aqila, dan
KBITFatimah az-zahrah pada bulan Juni 2011 (N = 43)
Kesiapan anak N % Baik 6 14 Cukup 29 67,4 Kurang 8 18,6
Sesuai hasil penelitian pada tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa
tingkat kesiapan toilet training terbesar adalah pada tingkat cukup
yaitu sebesar 67,4 %.
Tabel 4.4 Kesiapan toilet training anak berdasarkan jenis kelamin dan usia anak, pendidikan dan pekerjaan orang tua di KBIT Ukhuwah islamiyah, KBIT Fairuz Aqila, dan KBITFatimah az-zahrah pada bulan Juni 2011 (N = 43)
Kesiapan
Baik Cukup Kurang Total
N % N % N % N %
Jenis Kelamin Laki-laki
5
11,6
17
39,5
7
16,3
29
67,4 Perempuan 1 2,3 12 27,9 1 2,3 14 32,6 Usia 3 tahun
1
2,3
14
32,6
5
11,6
20
46,5
4 tahun 5 11,6 15 34,9 3 7,0 23 53,5 Pendidikan SMA
3
7,0
4
9,3
1
2,3
8
18,6
Perguruan tinggi
3 7,0 25 58,1 7 16,3 35 81,4
49
Pekerjaan Bekerja
4
9,3
26
60,5
6
14,0
36
83,7
Tidak bekerja 2 4,7 3 7,0 2 4,7 7 16,3 Jumlah anak 1-2
4
9,3
19
44,2
5
11,6
28
63,1
>2 2 4,7 10 23,3 3 7,0 15 34,9 Sumber : data primer Tabel 4.4 menjelaskan bahwa kesiapan pada tingkat cukup lebih
didominasi oleh anak laki-laki daripada anak perempuan yaitu
sebanyak 39,5%, dan anak usia 4 tahun memiliki kesiapan pada
tingkat cukup (34,9%) lebih besar daripada anak usia 3 tahun. Ibu
dengan latar belakang pendidikan terakhir perguruan tinggi memiliki
anak dengan kesiapan cukup lebih banyak daripada ibu dengan latar
belakang pendidikan SMA yaitu sebesar 58,1 %, dan ibu yang bekerja
memiliki anak dengan kesiapan yang cukup lebih banyak daripada ibu
yang tidak bekerja yaitu sebanyak 60,5%. Ibu dengan jumlah anak 1-2
memiliki anak dengan tingkat kesiapan toilet training cukup terbesar
yaitu 44,2%.
b. Distribusi keberhasilan toilet training anak
Tabel 4.5 Distribusi keberhasilan toilet training anak di KBIT Ukhuwah Islamiyah, KBIT Fairuz Aqila, dan KBITFatimah Az-zahrah pada bulan Juni 2011 (N=43).
Keberhasilan toilet training anak N % Baik 7 16,3 Cukup 29 67,4 Kurang 7 16,3
Sumber : data primer
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 diatas memperlihatkan
bahwa keberhasilan toilet training terbesar yaitu pada tingkat
cukup dengan nilai sebesar 67,4%.
50
Tabel 4.6 Distribusi keberhasilan toilet training anak di KBIT Ukhuwah Islamiyah, KBIT Fairuz Aqila, dan KBIT Fatimah Az-zahrah) berdasarkan jenis kelamin dan usia anak, pendidikan dan pekerjaan orang tua pada bulan Juni 2011 (N=43)
Keberhasilan
Baik Cukup kurang Total N % N % N % N % Jenis Kelamin Laki-laki
6
14,0
19
44,2
4
9,3
29
67,4 Perempuan 1 2,3 10 23,3 3 7,0 14 32,6 Usia 3 tahun
2
4,7
12
27,9
6
14,0
20
46,5
4 tahun 5 11,6 17 39,5 1 2,3 23 53,5 Pendidikan SMA
0
0
6
14,0
2
4,7
8
18,6
Perguruan Tinggi
7 16,3 23 53,5 5 11,6 35 81,4
Pekerjaan Bekerja
6
14,0
23
53,5
7
16,3
36
83,7
Tidak bekerja 1 2,3 6 14,0 0 0 7 16,3 Jumlah anak 1-2
4
9,3
20
46,5
4
9,3
28
65,1
>2 3 7,0 9 20,9 3 7,0 15 34,9
Berdasarkan tabel 4.6, keberhasilan lebih banyak dicapai oleh anak
laki-laki daripada anak perempuan yaitu sebesar 44,2%. Menurut usia,
anak usia 4 tahun memperlihatkan keberhasilan pada tingkat cukup
(39,5%) yang lebih besar daripada anak perempuan. Angka
keberhasilan pada tingkat cukup lebih besar pada ibu yang
bekerja(53,5%) dan berpendidikan perguruan tinggi (53,5%) daripada
ibu yang tidak bekerja dan berpendidikan SMA. Ibu dengan jumlah
anak 1-2 memiliki anak dengan tingkat keberhasilan toilet training
cukup terbesar yaitu 46,5%.
4. Analisa Bivariat
51
Berdasarkan hasil uji korelasi dengan Kendal tau didapatkan hasil
nilai p= 0,874 dan r = 0,018, Oleh karena nilai p>0,05 dan nilai
rhitung < rtabel (1,96) maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada
hubungan antara kesiapan anak dengan keberhasilan toilet training
anak.
B. Pembahasan
1. Kesiapan toilet training anak
Teori Brazelton cit Whaley & Wong (1994) menjelaskan bahwa
jenis kelamin mempengaruhi kesiapan toilet training, yaitu anak
perempuan dapat mencapai kesiapan sebesar 2,5 bulan lebih awal
daripada anak laki-laki, namun hasil penelitian pada tabel 4.4
menunjukkan bahwa kesiapan pada tingkat cukup lebih didominasi
oleh anak laki-laki daripada anak perempuan yaitu 39,5% , hal ini
mungkin berkaitan dengan jumlah responden anak laki-laki (29
orang) lebih besar daripada responden anak perempuan (14 orang)
yang ditunjukkan pada tabel 4.2.
Anak usia 4 tahun terbukti memiliki riwayat kesiapan toilet
training dengan tingkat cukup lebih besar daripada anak usia 3
tahun, hal ini mungkin berkaitan dengan usia anak tersebut mulai
diajarkan toilet training, anak usia 4 tahun memiliki riwayat
diajarkan toilet training pada usia > 18 lebih banyak daripada anak
usia 3 tahun, hal ini berhubungan dengan penelitian Mota, 2008
yang menyatakan bahwa berdasarkan observasi ada 41% orang tua
memiliki anak gagal toilet training dan mempunyai riwayat
52
berusaha mengajarkan toilet training saat anak mereka belum
mencapai usia 18 bulan. Selain itu sesuai teori tumbuh kembang
anak bahwa anak usia 4 tahun memiliki kemampuan motorik kasar
dan halus yang lebih seperti melompat dengan satu kaki, melompat
dan berlari lebih lancar, menuruni dan menaiki tangga
menggunakan kaki secara bergantian, berdiri satu kaki selama
beberapa menit ( Muscari, 2005).
Orang tua dengan latar belakang pendidikan perguruan tinggi
mempunyai anak dengan kesiapan toilet training pada tingkat cukup
lebih besar daripada orang tua dengan latar belakang pendidikan
SMA yaitu sebanyak 58,1%, data ini sesuai dengan teori dari
Notoadmojo (2003) yang mengungkapkan bahwa pengetahuan
diperoleh dari proses belajar sehingga makin tinggi pendidikan akan
membuat pengetahuan tentang objek akan lebih baik sehingga akan
membentuk sikap yang baik pula. Selain itu, (Mota 2008)
menyebutkan bahwa orang tua dengan pendidikan lebih tinggi
mengajarkan toilet training lebih lambat atau setelah usia anak
mereka >18 bulan.
Orang tua yang bekerja memiliki anak dengan kesiapan toilet
training pada tingkat cukup yang lebih besar daripada ibu yang
tidak bekerja yaitu sebesar 60,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian
azizah (2007) yaitu pada ibu bekerja memiliki anak dengan
kesiapan toilet training yang lebih baik daripada ibu yang tidak
bekerja yaitu sebanyak 15 responden, dan menurut Soetjiningsih
53
(1995) menyatakan bahwa interaksi ibu anak tidak ditentukan oleh
seberapa lama ibu bersama anak, akan tetapi lebih ditentukan oleh
kualitas dari interaksi tersebut.
Selama penelitian, pengasuh dimasing-masing KBIT
mengatakan bahwa mereka memulai toilet training pada anak didik
mereka sebelum anak tersebut menunjukkan kesiapan fisik dan
kesiapan psikologis untuk memulai toilet training seperti belum
berusia 18 bulan, belum bisa berjalan, belum bisa jongkok, dan
belum bisa mengerti bahasa perintah. Namun selama proses toilet
training disekolah, para pengasuh selalu mengingatkan anak
didiknya untuk kekamar mandi setiap 3-5 jam sekali. Menurut
Hurlock (1997) cit Damayanti (2009) peranan pengasuh serta
interaksi antara pengasuh dan anak menjadi sangat penting karena
perkembangan anak secara umum termasuk dominasi
perkembangan kognitif banyak ditentukan oleh pola pengasuhan
dan peran pengasuh.
Hasil penelitian Mota, 2008 mengatakan bahwa ibu dengan
jumlah anak yang lebih banyak biasanya melepas atau membiarkan
anaknya tidak menggunakan diaper ketika anak tersebut berusia 2
tahun, dan sesuai hasil penelitian azizah (2007) bahwa ada
perbedaan kesiapan toilet training pada toddler yang menggunkan
popok sekali pakai dan tidak menggunakan popok sekali pakai.
54
2. Keberhasilan toilet training anak
Anak laki-laki memperlihatkan keberhasilan pada tingkat cukup
lebih besar daripada anak perempuan yaitu sebesar (44,2%), data
berbanding terbalik dengan hasil penelitian Schum, 2002 yang
menyebutkan bahwa anak perempuan lebih cepat mencapai
keberhasilan toilet training daripada anak laki-laki. Dalam
penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa anak perempuan dapat
tetap kering sepanjang hari pada usia 32,5 bulan sedangkan anak
laki-laki pada usia 35 bulan, anak perempuan mampu ke kamar
mandi dan buang air kecil secara mandiri pada usia 33 bulan,
sedangkan anak laki-laki pada usia 37,1 bulan. Adanya perbedaan
hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya mungkin karena
besarnya jumlah sampel pada jenis kelamin laki-laki daripada
perempuan (tabel 4.2).
Keberhasilan toilet training pada tingkat cukup lebih besar pada
anak usia 4 tahun daripada anak usia 3 tahun yaitu sebesar
(39,5%),hal ini mungkin berhubungan dengan tahap tumbuh
kembang anak tersebut, seperti disebutkan oleh Muscari, 2005
bahwa sebagian besar anak mampu melakukan toilet training
dengan mandiri pada akhir periode prasekolah.
Penelitian Damayanti (2009) menyatakan bahwa ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku ibu dalam
melatih toileting anak usia toddler, sesuai pada tabel 4.6 yaitu Ibu
dengan latar belakang pendidikan perguruan tinggi terbukti
55
memiliki anak dengan tingkat keberhasilan toilet training pada
tingkat cukup yang lebih besar daripada ibu dengan latar belakang
pendidikan SMA yaitu 53,5% anak dengan keberhasilan pada
tingkat cukup, sesuai dengan teori dari Notoadmojo (2003) yang
mengungkapkan bahwa pengetahuan diperoleh dari proses belajar
sehingga makin tinggi pendidikan akan membuat pengetahuan
tentang objek akan lebih baik sehingga akan membentuk sikap yang
baik pula.
James (2007) menyatakan bahwa orang tua harus mau
menghabiskan/ menyediakan waktu dan kesabaran untuk
memotivasi anak mereka dalam mencapai keberhasilan toilet
training, dari hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa
ibu yang bekerja memiliki anak dengan keberhasilan toilet training
pada tingkat cukup lebih besar daripada responden yang tidak
bekerja yaitu sebesar (53,5%). Hal ini mungkin berkaitan dengan
teori dari Soetjiningsih (1995) yang menyatakan bahwa interaksi
ibu anak tidak ditentukan oleh seberapa lama ibu bersama anak,
akan tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut.
3. Hubungan kesiapan anak dengan keberhasilan toilet training anak
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara
kesiapan anak dengan keberhasilan toilet training. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh adanya anak yang diajarkan toilet training
sebelum anak tersebut belum menunjukkan kesiapan fisik dan
psikologi yang baik seperti belum bisa berjalan, belum berusia 18
56
bulan dan belum bisa jongkok sendiri, belum mengerti bahasa
perintah dan tanda-tanda lainya yang dibuktikan dengan besarnya
angka kesiapan pada tingkat cukup daripada tingkat baik yang
ditunjukkan pada tabel 4.3.
Selama melakukan penelitian, peneliti melakukan wawancara
tentang pola asuh terhadap kurang lebih 25 orang tua, dan kurang
lebih 20 orang menyatakan mengasuh anak mereka dengan cara
otoriter. Berdasarkan hasil penelitian Dhofar (2005) menyatakan
bahwa ada hubungan antara pola asuh ibu dengan kesiapan toilet
training anak usia toddler. Haditono (1993) cit Dhofar menyatakan
bahwa sikap dan pola asuh orang tua yang terlalu menekan,
misalnya orang tua yang terlalu menuntut anak untuk toilet training
sebelum anak mampu melakukannya, akan dapat menimbulkan
tekanan batin pada anak apalagi bila disertai ancaman atau
hukuman yang dapat menimbulkan ketakutan yang mendalam
sehingga sangat merugikan perkembangan psikis. Hal ini
merupakan salah satu penyebab anak masih suka ngompol
(bedwetting) dan mengalami konstipasi pada usia yang seharusnya
anak sudah mampu mengontrol buang air.
Menurut AAP (2004) sikap atau pola asuh ibu yang
memberikan hukuman atau memarahi anak, akan sering
menimbulkan perasaan yang tidak nyaman pada anak dan bisa
membuat toilet training lebih lama. Selain itu, pada penelitian yang
dilakukan oleh Taubman cit Blum et al. (2003) mengenai usia
57
dimulainya toilet training dihubungkan dengan usia yang lebih dini
saat penyelesaian toilet training ditemukan bahwa toilet training
yang diperkenalkan sebelum usia anak mencapai 24 bulan, 68%
anak mampu menyelesaikan proses toilet training sebelum usia 3
tahun, sedangkan pada anak yang diperkenalkan toilet training
setelah usia 24 bulan, hanya 54% yang mampu menyelesaikan
proses toilet training sebelum usia 3 tahun.
C. Keterbatasan Penelitian
Selama melakukan kegiatan persiapan dan pelaksanaan penelitian ini,
peneliti mempunyai keterbatasan sebagai berikut:
1. Jumlah populasi dan sampel penelitian yang sedikit, sehingga
mempengaruhi hasil penghitungan statistik.
2. Subjek penelitian yaitu karakteristik responden tidak umum sehingga
kurang proporsional untuk divariasikan
3. Terbatasnya waktu yang dimiliki para responden, memaksa peneliti
untuk mengambil data dengan cara membagikan kuesioner dan diisi
sendiri oleh responden dalam waktu hampir bersamaan dan tidak
dengan metode wawancara.
4. Kurangnya observasi terhadapa kesiapan anak dan keberhasilan anak,
sehingga dapat menghasilkan data yang bias.
5. Keterbatasan literatur tentang keberhasilan toilet training sebagai
acuan.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Full Day Playgroup di
Kecamatan Kalasan, yaitu KBIT Ukhuwah Islamiyah, KBIT Fairuz
Aqila dan KBIT Fatimah Az-zahrah dengan 43 responden serta uraian
pembahasan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai
berikut:
1. Tidak ada hubungan antara kesiapan anak dengan keberhasilan
toilet training.
2. Anak laki-laki menunjukkan kesiapan dan keberhasilan pada
tingkat baik dan cukup yang lebih besar dibandingkan anak
perempuan.
3. Anak usia 4 tahun memperlihatkan kesiapan dan keberhasilan pada
tingkat baik dan cukup lebih besar daripada anak usia 3 tahun.
B. Saran
Sesuai hasil penelitian ini, dengan kerendahan hati peneliti ingin
memberikan saran kepada:
1. Orang tua / responden
Orang tua dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang
tugas tumbuh kembang anak dengan bertanya kepada petugas
kesehatan atau membaca dari literatur yang dapat dipertanggung
jawabkan, sehingga tidak memaksakan tugas tumbuh kembang
pada usia yang lebih dini.
59
2. KBIT Ukhuwah islamiyah, KBIT Fairuz Aqila, KBIT Az-zahrah.
Program toilet training di masing-masing KBIT sudah mendukung,
dan sebaiknya selalu beri motivasi untuk anak yang mengalami
keterlambatan dalam pencapaian tugas tumbuh khususnya toilet
training, dan selalu memberikan pujian kepada anak yang dapat
melakukan tugas tumbuh kembangnya dengan baik.
3. Program Studi ilmu Keperawatan STIKES A.Yani Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber kepustakaan
untuk materi toilet training dan materi tumbuh kembang anak.
4. Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan
pembelajaran untuk penelitian selanjutnya. Peneliti mengharapkan
agar penelitian selanjutnya dapat mengungkapkan dan
menyempurnakan keterbatasan penelitian ini yaitu kesamaan
jumlah responden antara jenis kelamin perempuan dan jenis
kelamin laki-laki, dan pengambilan data dengan metode
wawancara.
57
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, ulfa. (2007). Perbedaan Kesiapan Toilet Training pada Toddler yang Menggunakan Popok Sekali Pakai dan Tidak Menggunakan Popok Sekali Pakai di Kelurahan Pakuncen Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.
American academy of pediatrics., 2004, Toilet Training Readiness.
www.medem.com/Med Blum, Nathan, Taubman, Bruce, dan Nemeth, Nicole., 2003. Relationship
Between Age At Initiation Of Toilet Training And Duration Of Training: A Prospective Studi. Official Journal Of The American Academy Of Pediatrics vol 111 No. 4 April 2003, pp. 810-814. Available on www.aap.org.
Brazelton, T. B. et al (1999). Instruction , Timeliness, and Medical Influences
Affecting ToiletTtraining. Official journal of the American academy of pediatrics vol. 103 no. 6 supplement juni 1999, pp. 1353-1358. Available on: www.pediatrics.appublication.org. Hari Senin,29 November 2010.
Damayanti, Emelia A.F. (2009). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Ibu dengan Perilaku Ibu dalam Melatih Toileting Anak Usia Toddler di Wilayah Puskesmas Banyudono 1 Boyolali. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.
Dhofar, M. (2005). Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Kesiapan Toilet Training
Anak Usia Toddler di Desa Tirtoadi Mlati Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.
Hidayat, AAA.(2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, AAA. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika. Hurlock., 1997. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. James, Susan Rowen et al. (2007). Nursing Care of Children: Principle and
Practice. Canada: Saunders Elsevier. Kozier et al. (2004). Fundamentals of Nursing 7th edition. United State of
America: Pearson Education.
58
Mota, D.M. Barros, A.J.D. (2008). Toilet training situation at 2 years of age in a
birth cohort. Journal Of Pediatria (Serial Online) ( Cited 2009 June 8 J; 84 (S): 455-462. Available from :URL: http: //www.jped.com.br/ conteudo/ 08-84-05-455/ing.pdf.
Muscari, Mary E. (2005). Panduan belajar keprawatan pediatrik edisi 3. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Potts, N.L. et al. (2007). Pediatric Nursing: Caring for Children and Their
Families 2nd Eedition. Canada: Thompson Delmar Learning. Riwidikdo, Handoko. (2010). Statistik kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press Riwidikdo, Handoko. (2009). Statistik untuk penelitian kesehatan dengan aplikasi
program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama Schulte, Elizabeth B. et al. (1997). Thompson’s Pediatric Nursing: An
Introductory Text 7th Edition. Philadelphia: WB. Saunders Company. Schum, Timothy R., MD. Et al (2002). Sequential Acquisition of Toilet-Training
Skills: A Descriptive Study of Gender and Age Differences in Normal Children. Available from : URL http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/109/3/e48.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Supartini, Yupi. (2002). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC. Zaviera, Ferdinand. (2008). Mengenali dan Memahami Tumbuh Kembang Anak.
Jogjakarta: Katahati. .
top related