hubungan kepribadian hardiness dan kesejahteraan ...1].pdf · psikologis pada lansia skripsi...
Post on 15-Nov-2020
22 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KEPRIBADIAN HARDINESS DAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA LANSIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Nama : Galih Laksita Cyrillus
NIM : 039114072
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
HUBUNGAN KEPRIBADIAN HARDINESS DAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA LANSIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Nama : Galih Laksita Cyrillus
NIM : 039114072
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
i
ii
iii
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Januari 2008
Galih Laksita Cyrillus
iv
Abstrak
Hubungan Kepribadian Hardiness dan Kesejahteraan Psikologis Pada
Lansia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis pada lansia. Hipotesa penelitian yang yang diajukan peneliti yaitu, ada hubungan positif antara kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis pada lansia.
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Wredha (PTSW) Abiyoso Pakem Sleman, Komunitas Pensiunan St. Antonius Kota Baru Yogyakarta dan PEPABRI Klaten. Jumlah keseluruhan subyek penelitian adalah 60 orang lansia. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kepribadian hardiness dan skala kesejahteraan psikologis. Dari hasil uji coba skala, diperoleh koefisien reliabilitas skala kepribadian hardiness sebesar 0,893, dan untuk skala kesejahteraan psikologis sebesar 0,934.
Metode atau tehnik analisis data menggunakan analisis korelasi Product Moment Pearson. Semua perhitungannya dilakukan dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Window versi 12.0.
Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,833 pada tingkat signifikansi 0,01 (1-tailed). Hal itu berarti ada hubungan positif yang signifikan antara kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis pada lansia.
Kata kunci : kepribadian hardiness, kesejahteraan psikologis, lansia.
v
Abstract
Correlation Between Hardy Personality And Psychological Well-Being Of
Aging People
This research was aimed to find out the correlation between hardy personality and psychological well-being of aging people. Positive correlation between hardy personality and psychological well-being of aging people was the hypothesis of this research.
The research subjects were aging people in Panti Sosial Tresna Wredha (PTSW) Abiyoso Pakem Sleman, St. Antonius Kota Baru Yogyakarta Aging retirement, and PEPABRI Klaten. Number of the research subjects were 60 aging people. The data were collected by hardy personality scale and psychological well-being scale. From the try out result, reliability coefficient of hardy personality scale was 0, 893 and psychological well-being scale was 0, 934.
The method of data analysis was the Pearson’s Product Moment Correlation. All of the computations was conduct by Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Window version 12.0.
The result shows that the correlation coefficient was 0,833 at the level significant 0, 01 (1-tailed). It’s means there was significant positive correlation between hardy personality and psychological well-being of aging people.
Keywords : hardy personality, psychological well-being, aging people
vi
vii
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karuniaanya, sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mmperoleh gelar
Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terwujud. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua
pihak, yaitu :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas sanata Dharma, yang telah memberikan ijin untuk mengadakan
penelitian.
2. Ibu MM. Nimas Eki Suprawati, S.Psi., Psi., M.Si, selaku Dosen Pembimbing
skripsi yang telah dengan sabar membimbing, memberi saran, kritik dan
nasihat supaya penulis berpikir runtut, kritis dan mampu menyelesaiakn
skripsi dengan baik.
3. Ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi., Psi., M.Si dan Bapak T. Priyo Widiyanto
selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Ibu Sylvia Carolina Murtisari S.Psi., M.Si, selaku Ketua program studi.
5. Ibu Anantasari dan Pak Minto selaku dosen penguji atas saran yang telah
diberikan. Pak Agung atas informasi-informasi dan jawaban-jawaban
pertannyaan saya. Dosen-dosen Lain yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, terima kasih atas bimbingan belajarnya selama ini.
6. Seluruh Staf Sekertariat Pak Gie, Mbak nanik, Mas Gandung, Mas Muji, dan
mas Doni, yang telah membantu kelancaran studi, skripsi, praktikum,
asistensi, “matur nuwun sanget nggih”.
viii
7. Pimpinan dan Karyawan Panti Sosial Tresna Wredha Abiyoso Pakem, yang
telah memberikan ijin penelitian, informasi-informasi dan kerjasama-
kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
8. Bapak Ibu penghuni Panti Sosial Tresna Wredha Abiyoso Pakem, terimakasih
atas kesediaan dan kerelaan waktunya untuk mengisi angket penelitian.
9. Bapak Ibu warga Pakembinangun Pakem, terimakasih atas kesediaan dan
kerelaan waktunya untuk mengisi angket penelitian.
10. Bapak YB. Soetardjo selaku Ketua Komunitas Pensiunan Gereja St. Antonius
Kota Baru Yogyakarta. Bapak Ibu Anggota Komunitas Pensiunan Gereja St.
Antonius Kota Baru Yogyakarta, terimakasih atas kesediaan dan kerelaan
waktunya untuk mengisi angket penelitian.
11. Bapak Kapt (purn). Suparjo selaku Ketua Pepabri Anak ranting dua Ketandan
Klaten Utara. Bapak Ibu Anggota Pepabri Worokawuri Anak ranting dua
Ketandan Klaten Utara, terimakasih atas kesediaan dan kerelaan waktunya
untuk mengisi angket penelitian.
12. Bapak, Ibu, Mas Adya, Mbak Galuh, Mbah Padyasastra, Mbah Kung & Mbah
Ibu, Keluarga besar Padyasastra dan Keluarga Bejo Sucipto.
13. Loe-76 (Asisten pribadi saya,…he..he) yang telah mencurahkan segala waktu,
tenaga dan dukungan yang tiada terkira. Thx for everything to me………….
14. Teman-teman Caedewe angkt 03, nanang, indri, beni, atok, rondang, doni,
samsul, ana, diana, dani, dias, suster wigi, mia, tyok, abe, sadel, nug, joko,
dhani,………
15. Temen-teman angkatan 2003 dari A sampai Z yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu, teman-teman seperjuangan ( wedha, thea, novi, fika, cahya, dewi,
dede, dll…), teman-teman angkatan angktan 04,05,06,07…
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharap segala kritik dan saran yang dapat melengkapi
skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
ix
Yogyakarta, 30 Januari 2008
Galih Laksita Cyrillus
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. .Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 10
A. Kesejahteraan Psikologis Lansia....................................................... 10
1. Kesejahteraan Psikologis ............................................................ 10
a. Definisi.................................................................................. 10
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kesejahteraan Psikologis ...................................................... 12
c. Aspek-aspek Kesejahteraan Psikologis................................. 17
2. Lansia ...................................................................................... 19
a. Definisi.................................................................................. 19
b. Tugas Perkembangan Lansia................................................. 21
c. Lansia dan Kesehatan Mental ............................................... 21
xi
3. Kesejahteraan Psikologis Lansia................................................. 25
B. Kepribadian Hardiness...................................................................... 26
1. Definisi ...................................................................................... 26
2. Aspek-aspek Kepribadian Hardiness .......................................... 26
C. Kepribadian Hardiness dan Kesejahteraan Psikologis Lansia.......... 28
D. Hipotesis ...................................................................................... 33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 34
A. Jenis Penelitian.................................................................................. 34
B. Identifikasi Variabel.......................................................................... 34
C. Definisi Operasional ......................................................................... 34
1. Kepribadian Hardiness................................................................ 34
2. Kesejahteraan Psikologis ............................................................ 35
D. Subyek Penelitian.............................................................................. 36
E. Alat Pengumpul Data ........................................................................ 37
1. Skala Kepribadian Hardiness...................................................... 38
2. Skala Kesejahteraan Psikologis .................................................. 38
F. Pengujian Alat Ukur Penelitian......................................................... 40
1. Uji Validitas ................................................................................ 40
2. Uji Coba Alat Ukur ..................................................................... 40
3. Seleksi Aitem Alat Ukur ............................................................. 41
4. Uji Reliabilitas ............................................................................ 45
G. Tehnik Analisis Data......................................................................... 47
BAB IV. PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN ............................. 48
A. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 48
B. Hasil Penelitian ................................................................................. 49
1. Deskripsi Subyek Penelitian ....................................................... 49
2. Deskripsi Data Penelitian............................................................ 50
3. Uji Asumsi .................................................................................. 51
4. Uji Hipotesis ............................................................................... 53
xii
C. Pembahasan ...................................................................................... 54
BAB V. KESIMPULAN ............................................................................ 61
A. Kesimpulan ....................................................................................... 61
B. Saran.................................................................................................. 61
1. Bagi Para Lansia ......................................................................... 61
2. Bagi Pihak-pihak Yang Berkompeten
Di bidang Kesejahteraan Lansia.................................................. 62
3. Bagi peneliti Selanjutnya ............................................................ 62
C. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 64
LAMPIRAN................................................................................................. 67
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Blueprint Sebaran Aitem Skala Kepribadian Hardiness
Sebelum Uji Coba ...................................................................... 38
Tabel 2. Blueprint Sebaran Aitem Skala Kesejahteraan Psikologis
Sebelum Uji Coba ...................................................................... 39
Tabel 3. Sebaran Aitem Skala Kepribadian Hardiness
Setelah Uji Coba……………………………………………….. 43
Tabel 4. Sebaran Aitem Skala Kesejahteraan Psikologis
Setelah Uji Coba ........................................................................ 44
Tabel 5. Deskripsi Subyek Penelitian ...................................................... 50
Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian........................................................... 50
Tabel 7. One-Sample Kolmogorov Smirnov ............................................ 52
Tabel 8. Compare Means Test for linearity ............................................. 53
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabulasi Data Hasil Uji Coba............................................. 68
Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas.............................................. 81
Lampiran 3. Tabulasi Data Hasil Penelitian ........................................... 89
Lampiran 4. Uji Asumsi.......................................................................... 98
Lampiran 5. Uji Hipotesis ....................................................................... 102
Lampiran 6. Skala Uji Coba.................................................................... 104
Lampiran 7. Skala Final Penelitian ......................................................... 116
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian ............................................................ 127
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa lanjut usia (lansia) adalah periode terakhir dalam rentang kehidupan
seseorang. Pada masa lanjut usia terjadi banyak perubahan, baik kondisi biologis,
psikologis maupun sosial. Perubahan-perubahan tersebut mengarah pada
penurunan kondisi biologis, psikologis maupun sosial individu. Penurunan pada
ketiga kondisi tersebut sering disebut penurunan kondisi biopsikososial.
Kondisi biopsikososial individu berhubungan erat dengan kesehatan
mental individu. Kondisi biopsikososial merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan mental individu. Apabila kondisi biopsikososial
individu baik maka kesehatan mental individu juga baik. Notosoedirjo dan
Latipun (2000) mengungkapkan bahwa, sejalan dengan kondisi biopsikososial
orang lanjut usia yang mengalami penurunan tersebut, maka masalah di bidang
kesehatan mental pada orang lanjut usia tidaklah terelakkan.
Orang lanjut usia termasuk kelompok yang memiliki berbagai masalah
dengan kesehatan mental. Darmojo (dalam Kompas, 2002) mengatakan bahwa
para lansia umumnya mengalami kemunduran mental-psikologik. Hal tersebut
diperoleh dari hasil penelitiannya pada tahun 1997 yang menunjukkan bahwa
lansia yang terjangkit penyakit lupa mencapai 50,3 persen, kesepian 20,4 persen,
sulit tidur 21,3 persen, dan depresi 4,2 persen. Itu semua merupakan gejala dini
gangguan mental (demensia) Alzheimer. Sehubungan dengan berbagai kondisi
1
2
mental itu, maka kalangan orang lanjut usia perlu memperoleh perhatian khusus
dalam penanganan kesehatan mentalnya.
Seiring dengan kemajuan jaman, berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya di bidang kedokteran, peningkatan kesehatan lingkungan,
serta kesuksesan program keluarga berencana, secara umum meningkatkan usia
harapan hidup penduduk. Peningkatan usia harapan hidup tersebut mengakibatkan
jumlah penduduk yang berusia lanjut semakin banyak dan menyebabkan adanya
ledakan jumlah lansia yang cukup besar. Dalam sensus Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk
kaum pria, dan wanita 67 tahun (Kompas, 2002). Pertumbuhan jumlah penduduk
lansia di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia (mencapai 414 persen)
dalam kurun waktu tahun 1990-2025 (Kompas, 2002). Menurut Darmojo (dalam
Kompas, 2002) jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5
juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti
jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia di bawah Cina,
India, dan Amerika Serikat.
Ledakan jumlah lansia yang cukup besar ini perlu mendapatkan
penanganan yang tepat. Hal ini perlu dilakukan sebab lansia merupakan kelompok
yang memiliki berbagai masalah dengan kesehatan mental. Jika ledakan jumlah
lansia yang cukup besar ini tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka
dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi lansia sendiri, keluarga maupun
masyarakat. Penanganan yang tepat itu adalah mengusahakan kesehatan mental
bagi para lansia tersebut. Diharapkan dengan mengusahakan kesehatan mental
3
bagi para lansia, berbagai masalah kesehatan mental yang sering dialami lansia
dapat diantisipasi. Diharapkan pula dengan kondisi yang sehat mental pada para
lansia, ledakan jumlah lansia yang cukup besar tersebut tidak mengakibatkan
timbulnya berbagai permasalahan bagi lansia sendiri, keluarga maupun
masyarakat.
Berkaitan dengan kesehatan mental pada individu, kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) merupakan suatu konsep yang membahas
kesehatan mental individu. Kesejahteraan psikologis merupakan indikator
kesehatan mental pada individu (Veit & Ware, 1983; Florian, Mikulincer &
Taubman,1995). Individu yang sehat mental adalah mereka yang mengalami
kesejahteraan psikologis. Dengan demikian kesejahteraan psikologis di masa
lansia itu penting, karena dengan sejahtera secara psikologis maka lansia akan
sehat mentalnya dan dengan sehat mental maka diasumsikan akan terhindar dari
gangguan-ganguan mental yang biasanya muncul pada masa lansia.
Beberapa ahli memaparkan bahwa kesejahteraan psikologis itu
dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu antara lain
faktor usia dan jenis kelamin (Ryff,1989b; Ryff & Keyes, 1995), status
pernikahan, kondisi keuangan dan kesehatan (Ryff,1989b), serta tingkat
pendidikan (Ryff & Shmotkin, 2002). Selain itu beberapa peneliti juga
mengungkapkan faktor-faktor lainnya seperti; coping (Kling, Seltzer, & Ryff,
1997), budaya (Ryff, 1995), kepribadian big five (Schmutte & Ryff, 1997) serta
sense of control dan dukungan sosial (Berk, 2007).
4
Seperti yang telah diungkapkan di atas, sense of control dan dukungan
sosial berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis individu. Individu yang
memiliki sense of control pada berbagai macam aspek kehidupan dan peristiwa-
peristiwa kehidupan yang dihadapainya, memiliki kesejahteraan psikologis yang
tinggi (Berk, 2007). Kemudian adanya dukungan sosial yang diperoleh individu
ketika menghadapi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan, dapat meningkatkan
kesejahteraan psikologis pada individu.
Masa lanjut usia merupakan masa yang sulit bagi individu. Pada masa ini
terjadi peristiwa-peristiwa kehidupan yang sulit seperti penurunan kondisi fisik
dan kesehatan, kehilangan pekerjaan karena pensiun, berkurangnya penghasilan
keluarga dan kehilangan pasangan hidup atau teman karena kematian
(Sarafino,1994). Adanya sense of control dan dukungan sosial pada individu
lansia akan berguna bagi individu dalam menghadapi peristiwa-peristiwa
kehidupan yang sulit tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan psikologisnya.
Terkait dengan sense of control dan dukungan sosial, individu yang
berkepribadian hardiness ternyata memiliki sense of control pada dirinya dan
kecenderungan untuk mencari dukungan sosial (Kobasa, 1979; Kobasa, Maddi &
Kahn,1982). Kepribadian hardiness adalah kepribadian yang memiliki
karakteristik control, commitment dan challenge. Control merupakan
kecenderungan untuk meyakini bahwa dirinya mampu mengontrol dan
mempengaruhi bermacam-macam peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
Commitment adalah kecenderungan untuk melibatkan diri ke dalam apapun yang
5
sedang dilakukan atau dihadapi. Challenge adalah kecenderungan untuk meyakini
bahwa perubahan-perubahan hidup adalah sesuatu yang wajar dalam kehidupan,
dan merupakan kesempatan untuk mengembangkan diri bukan sebagai ancaman
terhadap rasa amannya.
Seperti yang telah diungkapkan, adanya sense of control dan dukungan
sosial dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis individu. Sementara sense of
control dan dukungan sosial ini banyak ditemui pada individu yang
berkepribadian hardiness. Jadi hal ini menunjukkan adanya kemungkinan
keterkaitan antara kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis.
Penelitian mengenai hubungan kepribadian hardiness dan kesejahteraan
psikologis sebenarnya pernah dilakukan oleh Florian, Mikulincer dan Taubman
pada tahun 1995. Mereka melakukan penelitian mengenai hubungan kepribadian
hardiness dan kesejahteraan psikologis pada siswa pendidikan militer di Israel.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang memiliki tingkat
kepribadian hardiness yang tinggi, memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang
tinggi. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan positif antara kepribadian
hardiness dengan kesejahteraan psikologis.
Meski telah terbukti ada hubungan positif antara kepribadian hardiness
dan kesejahteraan psikologis, tetapi penelitian pada subyek lansia sejauh ini belum
pernah dilakukan. Siswa pendidikan militer dan lansia memiliki karakteristik
yang berbeda, jadi belum dapat diketahui apakah hasil temuan Florian,
Mikulincer dan Taubman pada tahun 1995 tersebut berlaku juga pada subyek
lansia. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang mengkaji mengenai hubungan
6
kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis pada subyek lansia. Dalam
penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengkaji hubungan kepribadian hardiness
dan kesejahteraan psikologis pada subyek lansia. Selain dengan subyek penelitian
yang berbeda, penelitian ini akan menggunakan konsep kesejahteraan psikologis
yang berbeda dari penelitian Florian dkk tahun 1995. Jika penelitian Florian dkk
menggunakan konsep kesejahteraan psikologis dari Veit & Ware, maka dalam
penelitian ini akan menggunakan konsep kesejahteraan psikologis dari Carol D.
Ryff.
Berkembangnya penelitian mengenai kesejahteraan psikologis membuat
konsep kesejahteraan psikologis semakin berkembang dan diperbarui. Pada tahun
1989, Carol D. Ryff menyusun konsep baru mengenai kesejahteraan psikologis
dan merevisinya pada tahun 1995. Ryff mengartikan kesejahteraan psikologis
sebagai ada dan berfungsinya sifat-sifat psikologis positif seperti penerimaan diri,
hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan
hidup, dan pertumbuhan pribadi. Sejak tahun 1989, banyak penelitian-penelitian
mengenai kesejahteraan psikologis dilakukan dengan menggunakan konsep
kesejahteraan psikologis dari Ryff. Penelitian-penelitian itu dapat dilihat pada
Ryff, 1991; Ryff & Essex, 1992; Heidrich & Ryff, 1993; Ryff & Keyes, 1995;
Kling, Seltzer, & Ryff, 1997; Schmutte & Ryff, 1997; Shmotkin, Ryff & Keyes,
2002; Anantasari, 2004 ; Halim & Atmoko, 2005; Hanita, 2006, dll.
Dari perkembangan penelitian-penelitian mengenai kesejahteraan
psikologis yang sudah dilakukan, dapat kita ketahui bahwa konsep kesejahteraan
psikologis dari Ryff yang disusun pada tahun 1989 dan direvisi pada tahun 1995
7
adalah konsep kesejahteraan psikologis yang terbaru dan banyak dipakai oleh para
peneliti dalam meneliti kesejahteraan psikologis individu. Sedangkan penelitian
Florian dkk tahun 1995 mengenai kepribadian hardiness dan kesejahteraan
psikologis, menggunakan konsep kesejahteraan psikologis dari Veit & Ware yang
disusun pada tahun 1983. Veit & Ware (1983) mengartikan kesejahteraan
psikologis sebagai adanya afek positif umun dan ikatan emosional dengan orang
lain. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengkaji kembali
hubungan kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis yang pernah diteliti
Florian dkk. Berbeda dengan penelitian Florian dkk yang menggunakan konsep
kesejahteraan psikologis dari Veit & Ware yang disusun pada tahun 1983,
kesejahteraan psikologis dalam penelitian ini akan menggunakan konsep
kesejahteraan psikologis dari Ryff.
Berdasarkan latar belakang di atas maka secara khusus studi ini tertarik
untuk mengkaji hubungan antara kepribadian hardiness dengan kesejahteraan
psikologis pada lansia. Kesejahteraan psikologis dalam penelitian ini akan
menggunakan konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff.
B. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara
kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis pada lansia.
8
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis pada lansia.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoretis :
a. Memberikan sumbangan informasi di bidang psikologi perkembangan,
khususnya psikogerontologi mengenai hubungan kepribadian
hardiness dan kesejahteraan psikologis lansia.
b. Memperkaya penelitian Florian, Mikulincer dan Taubman pada tahun
1995 yang pernah mengkaji hubungan kepribadian hardiness dan
kesejahteraan psikologis pada siswa pendidikan militer. Berbeda
dengan Florian dkk, penelitian ini akan mengkajinya pada subyek
lansia dan menggunakan konsep kesejahteraan psikologis yang lebih
baru dan mutakhir. Dalam penelitian Florian dkk tahun 1995,
menggunakan konsep kesejahteraan psikologis dari Veit & Ware yang
disusun tahun 1983, sedang dalam penelitian ini akan menggunakan
konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff yang disusun tahun 1989
dan direvisi tahun 1995.
2. Manfaat praktis :
a. Bagi Lansia
Memberikan informasi mengenai kepribadian hardiness dan
bagaimana hubungannya dengan kesejahteraan psikologis pada masa
9
lansia. Dengan demikian dapat menjadi masukan bagi lansia untuk
meningkatkan kesejahteraan psikologisnya.
b. Bagi Keluarga dan Masyarakat pada umumnya
Memberikan informasi bagi keluarga dan masyarakat pada
umumnya dalam rangka berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan
psikologis pada kalangan orang lanjut usia.
c. Pihak-pihak Yang Berkompeten Di bidang Kesejahteraan Lansia
Hasil penelitian ini dapat menjadikan pertimbangan bagi pihak-
pihak yang berkompeten dibidang kesejahteraan lansia seperti panti
wredha, Departemen Sosial, Komnas lansia dsb sebagai pertimbangan
untuk membuat kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan
kesejahteraan psikologis lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesejahteraan Psikologis Lansia
1. Kesejahteraan Psikologis
a. Definisi
Bradburn (dalam Ryff, 1989b) mengartikan kesejahteraan
psikologis sebagai adanya keseimbangan antara afek positif dan afek
negatif pada diri individu.
Veit & Ware (1983) mengartikan kesejahteraan psikologis
sebagai adanya afek positif umum dan ikatan emosional dengan orang
lain. Afek positif umum adalah perasaan bahagia, puas dan senang
dengan segala sesuatu yang ada pada diri sendiri. Selain itu individu
yang memiliki afek positif umum, memiliki kehidupan sehari-hari
yang menyenangkan/menarik, merasakan ketenangan dan kedamaian
serta keceriaan dan sukacita. Secara umum mereka menikmati apapun
yang sedang dihadapi, rileks dan bebas dari ketegangan, hidup dalam
pengalaman yang indah/menarik, mengharapkan/menantikan hari-hari
yang menyenangkan, bagun tidur dengan segar setelah cukup
beristirahat, serta memiliki harapan-harapan/cita-cita tentang masa
depan.
10
11
Sedang ikatan emosional diartikan sebagai adanya perasaan
dicintai dan diinginkan oleh orang-orang disekitarnya, serta penuh
cinta kasih dalam hubungannya dengan orang lain.
Veit & Ware (1983) mengungkapkan jika individu memiliki ciri-
ciri yang terdapat di dalam afek positif umum dan ikatan emosional
maka individu tersebut dikatakan mengalami kesejahteraan psikologis.
Sementara itu Ryff (1989b) dan Ryff & Keyes (1995)
mengartikan kesejahteraan psikologis sebagai ada dan berfungsinya
sifat-sifat psikologis positif yaitu penerimaan diri, hubungan positif
dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup
serta pertumbuhan pribadi.
Konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff merupakan integrasi
dari tiga perspektif besar yaitu bidang kesehatan mental, psikologi
klinis, dan psikologi perkembangan (Ryff,1989a, 1989b, 1995; Ryff &
Keyes, 1995). Dari kesehatan mental terdiri dari kriteria positif sehat
mental dari Jahoda dan fungsi-fungsi positif pada masa lanjut dari
Birren. Di bidang psikologi klinis terdiri dari konsep aktualisasi diri
(self-actualization) dari Mazlow, pribadi yang berfungsi sepenuhnya
(fully functioning person) dari Rogers, kedewasaan (maturity) dari
Allport, dan tentang individuasi (individuation) manusia dari Jung.
Dari psikologi perkembangan terdiri dari tahap perkembangan
psikososial Erikson, tendensi dasar kehidupan dari Buhler, dan
12
deskripsi mengenai perubahan kepribadian pada masa dewasa dan tua
dari Neugarten.
Dari tiga perspektif besar tersebut, Ryff mengekstrasikannya
menjadi enam aspek sifat-sifat psikologis positif yaitu, penerimaan
diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan
lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.
Ada dan berfungsinya enam aspek sifat-sifat psikologis positif
seperti penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi,
penguasaan lingkungan, tujuan hidup serta pertumbuhan pribadi ini
oleh Ryff disebut dengan kesejahteraan psikologis.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan konsep
kesejahteraan psikologis dari Ryff. Hal ini dilakukan karena penelitian
ini bertujuan memperkaya penelitian sebelumnya yang mengkaji
hubungan kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis, dengan
menggunakan konsep kesejahteraan psikologis yang lebih baru dan
mutakhir, yaitu konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis antara
lain :
1) Usia
Ryff & Keyes (1995) meneliti kesejahteraan psikologi pada
tiga kelompok usia, yaitu dewasa muda, dewasa madya dan dewasa
13
akhir (lansia). Mereka mengungkapkan bahwa sejalan dengan
bertambahnya usia ada peningkatan aspek penguasaan lingkungan,
aspek hubungan positif terhadap orang lain dan aspek otonomi.
Aspek penguasaan lingkungan dan hubungan positif terhadap
orang lain pada lansia memiliki tingkatan yang paling tinggi dari
dua masa sebelumnya. Sedang aspek otonomi mengalami
peningkatan secara signifikan terutama hanya dari dewasa muda ke
madya dan pada lansia tidak ada perubahan yang signifikan.
Aspek tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi mengalami
penurunan sejalan bertambahnya usia. Bila dibandingkan dengan
dua usia sebelumnya, lansia memiliki tingkat aspek tujuan hidup
dan pertumbuhan pribadi yang paling rendah. Sedang untuk aspek
penerimaan diri tidak ada perbedaan pada ketiga kelompok usia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usia berpengaruh
terhadap aspek penguasaan lingkungan, otonomi, tujuan hidup,
pertumbuhan pribadi dan hubungan positif terhadap orang lain.
Sejalan dengan peningkatan usia, aspek penguasaan lingkungan,
otonomi (terutama dari dewasa muda ke dewasa madya), dan
hubungan positif dengan orang lain meningkat, sedang untuk aspek
tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi mengalami penurunan.
2) Jenis Kelamin
Wanita memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menjalin
hubungan positif terhadap orang lain dan potensi perumbuhan
14
pribadi daripada pria (Ryff ,1989b; Ryff & Keyes,1995). Dengan
demikian dapat diasumsikan bahwa wanita cenderung berpotensi
memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dari pada pria.
3) Status Pernikahan, Kondisi Keuangan dan Kesehatan, dan
Tingkat Pendidikan.
Status pernikahan menjadi prediktor terhadap penerimaan diri
dan tujuan hidup (Ryff,1989b). Status sudah menikah menjadi
prediktor yang baik untuk aspek penerimaan diri dan tujuan hidup.
Kondisi keuangan dan kesehatan menjadi prediktor terhadap
penerimaan diri, penguasaan lingkungan dan tujuan hidup
(Ryff,1989b). Kondisi keuangan dan kesehatan yang baik akan
membuat individu memiliki aspek penerimaan diri, penguasaan
lingkungan dan tujuan hidup yang baik. Untuk tingkat pendidikan,
Ryff, Keyes & Shmotkin (2002) mengungkapkan hasil yaitu
tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis.
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi kesejahteraan
psikologisnya.
Jadi status menikah, kondisi keuangan dan kesehatan yang
baik serta tingkat pendidikan yang tinggi memberi dampak yang
positif terhadap kesejahteraan psikologis individu.
4) Coping
Dalam sebuah penelitian mengenai coping (Kling, Seltzer
dan Ryff ,1997) mengungkapkan bahwa jenis coping yang dipakai
15
individu ketika mengalami stress, berdampak pada kesejahteraan
psikologisnya. Individu yang cenderung menggunakan problem-
focused coping secara signifikan berhubungan dengan tingkat
kesejahteraan psikologis yang tinggi, sedangkan individu yang
cenderung menggunakan emotion-focused coping secara signifikan
berhubungan dengan tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah.
Problem-focused coping dan emotion-focused coping secara
signifikan berhubungan dengan aspek-aspek dari kesejahteraan
psikologis. Penggunaan problem-focused coping meningkatkan
aspek penguasaan lingkungan dan tujuan hidup pada individu.
Sedang penggunaan emotion-focused coping menurunkan aspek
penguasaan lingkungan dan penerimaan diri pada individu.
5) Kepribadian
Schmutte & Ryff (1997) meneliti korelasi trait kepribadian
Big Five (trait extraversion, neuroticism, conscientiousness,
openness to experience dan agreeableness) terhadap kesejahteraan
psikologis. Trait neuroticism, extraversion dan conscientiousness
menjadi prediktor yang kuat dan konsisten terhadap aspek-aspek
kesejahteraan psikologis terutama aspek penerimaan diri,
penguasaan lingkungan dan tujuan hidup. Trait openness to
experience menjadi prediktor untuk pertumbuhan pribadi, tetapi
sepanjang individu tersebut juga memiliki trait extraversion. Trait
agreeableness dan extraversion menjadi prediktor untuk aspek
16
hubungan positif terhadap orang lain. Selain itu trait neuroticism
menjadi prediktor yang terkuat dari trait lainnya terhadap aspek
otonomi.
Dari penelitian tersebut dapat kita ketahui bahwa
karakteristik kepribadian tertentu akan memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap aspek-aspek dalam kesejahteraan psikologis.
6) Budaya
Budaya memberikan pengaruh yang mendasar terhadap
konsepsi diri dan hubungan terhadap orang lain (Ryff,1995).
Budaya yang cenderung individualistik memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap konsepsi diri dan hubungan dengan orang lain,
bila dibandingkan dengan budaya yang cenderung kolektivistik.
Budaya individualistik yang mempunyai nilai self-oriented
menunjukkan tingkat otonomi yang tinggi, dan hubungan positif
terhadap orang lain yang rendah. Namun budaya kolektivistik yang
mempunyai nilai others-oriented menunjukkan tingkat otonomi
yang lebih rendah dan hubungan positif dengan orang lain yang
lebih tinggi.
Dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa perbedaan budaya
membawa dampak yang berbeda pula pada kesejahteraan
psikologis individu.
17
7) Sense of control
Berk (2007) mengungkapkan bahwa Individu yang memiliki
sense of control yang tinggi pada berbagai macam aspek kehidupan
dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihadapinya, memiliki
kesejahteraan psikologis yang tinggi. Adanya sense of control
membuat individu memiliki pandangan yang positif terhadap
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan memiliki
keyakinan untuk dapat mengatasi permasalahan-permasalahan
yang dihadapi tersebut.
8) Dukungan Sosial
Berk (2007) mengungkapkan adanya dukungan sosial yang
diperoleh individu ketika menghadapi kesulitan-kesulitan dalam
kehidupan, berdampak positif pada kesejahteraan psikologis
individu. Dukungan sosial memberikan bantuan bagi individu
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
c. Aspek-aspek Kesejahteraan Psikologis Ryff
Menurut Ryff (1989a,1989b, 1995), Ryff & Keyes (1995),
aspek-aspek kesejahteraan psikologis itu antara lain :
1) Penerimaan diri
Penerimaan diri diartikan terpeliharanya sikap positif
terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima aspek-aspek dalam
18
diri termasuk di dalamnya kualitas yang baik maupun yang buruk
serta memiliki perasaan yang positif terhadap masa lalu.
2) Hubungan yang positif dengan orang lain
Hubungan positif dengan orang lain diartikan sebagai adanya
kemampuan untuk menjalin hubungan yang hangat dan penuh
percaya dengan orang lain. Selain itu memiliki kepedulian akan
kesejahteraan orang lain, mampu memberi empati, afeksi dan
intimitas serta memahami unsur-unsur memberi dan menerima
dalam suatu hubungan dengan orang lain.
3) Otonomi
Otonomi diartikan memiliki kebebasan dalam menentukan
diri sendiri, mampu bertahan dari tekanan sosial untuk dapat
berpikir dan bertindak dengan cara tertentu, mengatur perilaku
berdasarkan pertimbangan dari dalam diri, serta mengevaluasi diri
dengan standar diri sendiri/pribadi.
4) Penguasaan lingkungan
Penguasaan lingkungan diartikan sebagai terpeliharanya rasa
untuk menguasai dan kemampuan untuk mengatur lingkungan,
mengendalikan aktivitas-aktivitas eksternal yang kompleks,
menggunakan kesempatan-kesempatan yang tersedia secara efektif,
serta kemampuan untuk memilih atau menciptakan situasi yang
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai pribadi.
19
5) Tujuan hidup
Tujuan hidup diartikan sebagai adanya tujuan dalam hidup
dan perasaan hidup yang terarah, perasaan akan bermaknanya masa
lalu maupun masa kini, memegang keyakinan akan berartinya
hidup, serta memiliki tujuan dan sasaran tertentu yang ingin
dicapai dalam hidup.
6) Pertumbuhan pribadi
Pertumbuhan pribadi diartikan sebagai perasaan akan adanya
perkembangan diri yang berkelanjutan, mampu untuk melihat
dirinya tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman
baru, menyadari potensi diri, melihat peningkatan yang terjadi
dalam perilaku dan dalam diri pribadi setiap saat, serta mampu
untuk senantiasa berubah yang merupakan cerminan dari
bertambahnya pengetahuan/ kemampuan.
2. Lansia
a. Definisi
Masa lanjut usia (aging) yang sering disebut dengan lansia
adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia. Dikatakan
sebagai perkembangan terakhir oleh karena ada sebagian anggapan
bahwa perkembangan manusia berakhir setelah manusia menjadi
dewasa. Namun menurut Prawitasari (1994), manusia itu tidak pernah
20
berhenti berkembang sampai ia mati. Boleh saja perkembangan fisik
berhenti sampai masa remaja, tetapi perkembangan psikologis, sosial
dan spiritual tidak akan pernah berhenti. Manusia selalu belajar dari
pengalamannya sejak lahir sampai mendekati akhir hayatnya. Ia akan
selalu belajar dan berubah untuk menyesuaikan diri dengan segala hal
yang dihadapinya.
Oleh Hurlock (1991), masa lanjut usia disebut juga dengan
periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode di
mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Bila seseorang telah beranjak jauh dari periode hidupnya yang
terdahulu biasanya ia sering melihat masa lalunya dengan penuh
penyesalan dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang dan
mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin.
Badan kesehatan dunia (WHO) (dalam Sulistyo, 2003)
menetapkan umur 60 tahun sebagai batas umur menuju ke segmen
lanjut usia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, menyebutkan bahwa
seseorang disebut lanjut usia jika orang tersebut telah mencapai usia 60
tahun ke atas. Sementara itu menurut Hurlock (1991), lanjut usia
sebagai tahap terakhir dalam rentang kehidupan sering dibagi menjadi
lanjut usia dini, yang berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh
21
puluh tahun dan lanjut usia yang mulai pada usia tujuh puluh sampai
akhir kehidupan seseorang.
Dalam penelitian ini batasan lansia yang akan digunakan adalah
batasan berdasarkan UU RI No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia yang menyebutkan bahwa seseorang disebut lanjut usia
jika orang tersebut telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Penggunaan
batasan ini dianggap yang paling sesuai digunakan untuk penelitian
pada lansia di Indonesia.
b. Tugas Perkembangan Lansia
Sama halnya dengan tahap-tahap perkembangan sebelumnya
dalam tahap lanjut usia terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan individu yang memasuki masa ini. Havighurst (dalam
Hurlock,1991) memaparkan tugas-tugas perkembangan lansia antara
lain menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan
kesehatan, menyesuaikan dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan keluarga, menyesuaikan diri dengan kematian pasangan
hidup, membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia,
membentuk pengaturan fisik yang memuaskan, dan menyesuaikan diri
dengan peran sosial secara luwes.
c. Lansia dan Kesehatan Mental
Pada masa lanjut usia terjadi banyak perubahan, baik kondisi
biologis, psikologis maupun sosial. Perubahan-perubahan tersebut
22
mengarah pada penurunan kondisi biologis, psikologis maupun sosial
individu.
Perubahan kondisi biologis meliputi penurunan kondisi fisik,
rentan terhadap berbagai penyakit, penurunan kemampuan sensori
motorik, dan penurunan kemampuan seksual dan fungsi reproduksi
yang ditandai dengan fase menopause bagi wanita dan fase climacteric
pada pria (Mappiare dalam Nugraheni, 2005).
Perubahan kondisi psikologis meliputi mudah stress, pikun dan
curiga kepada orang lain hal ini disebabkan oleh perubahan hidup yang
dialaminya dan kemunduran fisiknya. Lanjut usia sering mengalami
kesepian, merasa diri terasing dan tidak mempunyai kawan lagi. Hal
tersebut membuat lansia menjadi bosan hidup, putus asa dan memilih
mengakhiri hidupnya. Selain itu pada lansia juga sering mengalami
post power syndrome. Hal tersebut dialami lansia yang baru saja
mengalami pensiun, kehilangan kekuasaan, penghasilan dan
kebanggaan (Mappiare dalam Nugraheni, 2005).
Sedang untuk perubahan kondisi sosialnya berupa penurunan
hubungan sosial dan peran-peran sosial. Salah satu teori yang
menjelaskan hal tersebut adalah teori pemisahan (disengagement
theory). Teori pemisahan (disengagement theory) menyatakan bahwa
orang-orang lanjut usia secara perlahan-lahan menarik diri dari
masyarakat dan mengembangkan suatu kesibukan terhadap dirinya
23
sendiri (self preoccupation) (Cumming & Henry, 1961 dalam
Santrock, 2002).
Notosoedirjo dan Latipun (2000) mengungkapkan bahwa sejalan
dengan penurunan kondisi biologis, psikologis dan sosial
(biopsikososial) pada lansia, maka problem di bidang kesehatan
mentalnya tidaklah terelakkan. Hanya saja sering terjadi gangguan
yang bersifat terselubung, yaitu tampak sebagai gangguan secara fisik,
tapi sebenarnya yang terjadi adalah gangguan psikis. Dengan demikian
tidaklah mudah untuk mengetahui seberapa besar gangguan mental
pada mereka ini.
Orang lanjut usia termasuk kelompok yang memiliki berbagai
masalah dengan kesehatan mental. Tiga gangguan yang lazimnya
dialami oleh orang-orang dewasa lanjut adalah depresi (khususnya
depresi mayor), kecemasan, dan penyakit Alzheimer (Santrock, 2002).
Depresi mayor adalah suatu gangguan suasana hati (a mood
disorders) di mana individu merasa sangat tidak bahagia, kehilangan
semangat (demoralized), merasa terhina (self-derogatory), dan bosan.
Individu dengan depresi mayor tidak merasa sehat, mudah kehilangan
stamina, memiliki nafsu makan yang kurang, dan lesu serta kurang
gairah.
Gangguan kecemasan (anxiety disorders) adalah gangguan
psikologis yang dicirikan dengan ketegangan motorik (gelisah,
gemetar dan ketidakmampuan untuk rileks), hiperaktivitas (pusing,
24
jantung berdebar-debar, atau berkeringat) dan pikiran serta harapan
yang mencemaskan.
Penyakit Alzheimer adalah suatu gangguan otak yang progresif
dan tidak dapat balik, dicirikan dengan kemrosotan secara perlahan
dari ingatan, penalaranan, bahasa, dan tentunnya fungsi fisik.
Darmojo (dalam Kompas, 2002) mengatakan, para lansia
umumnya mengalami kemunduran mental-psikologik. Dalam
penelitiannya tahun 1997 menunjukkan hasil bahwa lansia yang
terjangkit "penyakit lupa" mencapai 50,3 persen, kesepian (20,4), sulit
tidur (21,3), dan depresi (4,2). Itu semua merupakan gejala dini
kelainan mental (demensia) Alzheimer. Dr Rosa Delima (dalam
Kompas, 2002) menyebutkan, penyakit Alzheimer merupakan
penyakit organik yang disebabkan oleh kematian sel. Lebih lanjut
menurut Prof Samino SpS, (dalam Kompas, 2002) sindroma demensia
Alzheimer yang dialami oleh lansia ditandai kemunduran fungsi
kognitif multipel berupa menurunnya kemampuan daya ingat,
intelektualitas, psikis, dan perilaku.
Sehubungan dengan berbagai kondisi mental itu, maka kalangan
lansia perlu memperoleh perhatian khusus dalam penanganan
kesehatan mentalnya.
25
3. Kesejahteraan Psikologis Lansia
Kesejahteraan psikologis dari Carol D. Ryff merupakan suatu konsep
yang memandang kesejahteraan psikologis individu dari pemberdayaan
sumber-sumber psikologis dalam diri individu. Kesejahteraan psikologis
pada diri individu ditandai dengan ada dan berfungsinya sifat-sifat
psikologis positif yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang
lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup serta pertumbuhan
pribadi. Dalam penelitian ini kesejahteraan psikologis individu yang akan
dibahas adalah kesejahteraan psikologis pada individu lansia.
Pada masa lanjut usia individu dihadapkan pada peristiwa-peristiwa
kehidupan yang sulit seperti penurunan kondisi fisik dan kesehatan,
kehilangan pekerjaan karena pensiun, berkurangnya penghasilan keluarga,
dan kehilangan pasangan hidup atau teman karena kematian
(Sarafino,1994). Adanya peristiwa-peristiwa kehidupan seperti itu,
diasumsikan akan memberi dampak pada ada dan berfungsinya sifat-sifat
psikologis positif yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang
lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup serta pertumbuhan
pribadi pada lansia. Atau dengan kata lain akan mempengaruhi
kesejahteraan psikologisnya.
Dengan demikian yang dimaksud dengan kesejahteraan psikologis
lansia adalah ada dan berfungsinya sifat-sifat psikologis positif seperti
penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan
lingkungan, tujuan hidup serta pertumbuhan pribadi pada lansia.
26
B. Kepribadian Hardiness
1. Definisi
Kepribadian hardiness adalah tipe kepribadian yang disusun
berdasarkan teori dari para ahli psikologi eksistensial yang menekankan
pada kehidupan yang otentik. Kepribadian hardiness merupakan hasil
penggabungan dari teori kompetensi dari White, teori usaha proprium
(propriate striving) dari Allport dan tentang orientasi produktif dari
Fromm (Kobasa, 1979).
Kepribadian hardiness adalah berkepribadian yang memiliki
karakteristik control, commitment dan challenge (Kobasa, 1979; Kobasa,
Maddi & Kahn, 1982). Kepribadian hardiness merupakan suatu konstelasi
kepribadian yang menguntungkan bagi individu untuk dapat menghadapi
tekanan-tekanan hidupnya. Adanya karakteristik control, commitment dan
challenge tersebut membuat individu tahan banting terhadap tekanan.
2. Aspek-Aspek Kepribadian Hardiness
Menurut Kobasa (1979) dan Kobasa, Maddi & Kahn (1982), aspek-aspek
kepribadian hardiness yaitu :
a. Control
Control merupakan kecenderungan untuk meyakini bahwa
dirinya mampu mempengaruhi bermacam-macam peristiwa yang tidak
menentu dalam hidupnya. Control membuat individu menganggap
bahwa peristiwa yang dialami sebagai akibat dari tindakan diri sendiri,
27
bukan suatu hal yang asing, tidak diharapkan dan berat untuk dihadapi.
Individu yang memiliki control mampu mengubah peristiwa yang
dihadapi menjadi sesuatu yang sesuai dengan tujuan, cita-cita, harapan
dalam hidupnya. Dengan demikian peristiwa yang dihadapi tersebut
tidak menjadi sesuatu yang menganggu dan mengancam. Dengan
adanya control, individu memiliki otonomi diri untuk menentukan
tindakan apa yang akan dilakukan ketika menghadapi tekanan-tekanan
hidup.
b. Commitment
Commitment adalah kecenderungan untuk melibatkan diri ke
dalam apapun yang sedang dilakukan atau dihadapi. Individu yang
mempunyai commitment yang kuat mudah tertarik dan terlibat secara
tulus ke dalam apapun yang sedang dihadapi atau dikerjakan. Individu
yang memiliki commitment memiliki kesadaran akan tujuan yang akan
dicapai, yang menuntunnya untuk mengidentifikasi dan memberi arti
pada setiap peristiwa, segala sesuatu/benda, dan orang lain yang berada
di dalam lingkungannya. Individu yang memiliki commitment mampu
merasakan keterlibatannya dengan orang lain. Keterlibatannya dengan
orang lain ini membuatnya mudah membina dukungan sosial yang
berguna bagi dirinya ketika membutuhkan bantuan ketika menghadapi
tekanan-tekanan hidup.
Lebih lanjut, adanya commitment tersebut membuat individu
memiliki modal diri dan sosial yang cukup, yang membuatnya aktif,
28
tidak menghindari tekanan yang dihadapi dan tidak mudah menyerah
ketika menghadapi tekanan tersebut.
c. Challenge
Challenge adalah kecenderungan untuk meyakini bahwa
perubahan-perubahan hidup adalah sesuatu yang wajar dalam
kehidupan. Perubahan-perubahan hidup yang terjadi merupakan
kesempatan untuk mengembangkan diri bukan sebagai ancaman
terhadap rasa amannya. Adanya challenge dalam diri individu akan
menganggap peristiwa yang dihadapi sebagai suatu tantangan,
kesempatan untuk mengembangkan diri dan bukan sesuatu yang
mengancam. Individu yang memiliki challenge dalam dirinya akan
berusaha untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan yang
lebih dari yang sebelumnya.
C. Kepribadian Hardiness dan Kesejahteraan Psikologis Lansia
Ryff mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai ada dan berfungsinya
sifat-sifat psikologis positif seperti penerimaan diri, hubungan positif dengan
orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup serta pertumbuhan
pribadi. Dengan demikian, kesejahteraan psikologis lansia adalah ada dan
berfungsinya enam sifat-sifat psikologis positif tersebut pada para lansia.
Masa lanjut usia merupakan masa yang sulit. Pada masa ini individu
dihadapkan pada peristiwa-peristiwa kehidupan yang sulit seperti penurunan
29
kondisi fisik dan kesehatan, kehilangan pekerjaan karena pensiun, berkurangnya
penghasilan keluarga, dan kehilangan pasangan hidup atau teman karena kematian
(Sarafino,1994). Peristiwa-peristiwa kehidupan yang sulit seperti itu, menjadi
tantangan bagi lansia untuk tetap dapat mewujudkan kesejahteraan psikologis
pada dirinya.
Individu yang memiliki sense of control dan dukungan sosial ketika
menghadapi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan, cenderung mengalami
kesejahteraan psikologis dalam dirinya (Berk, 2007). Dengan demikian, sense of
control dan dukungan sosial itu penting bagi individu lansia dalam menghadapi
peristiwa-peristiwa kehidupan yang sulit tersebut, karena akan berdampak positif
pada kesejahteraan psikologisnya.
Berkaitan dengan sense of control dan dukungan sosial, individu yang
berkepribadian hardiness ternyata memiliki sense of control pada dirinya dan
kecenderungan untuk mencari dukungan sosial (Kobasa, 1979; Kobasa, Maddi &
Kahn, 1982). Kepribadian hardiness adalah kepribadian yang memiliki
karakteristik control, commitment, dan challenge. Control merupakan
kecenderungan untuk meyakini bahwa dirinya mampu mengontrol dan
mempengaruhi bermacam-macam peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
Commitment adalah kecenderungan untuk melibatkan diri ke dalam apapun yang
sedang dilakukan atau dihadapi. Challenge adalah kecenderungan untuk meyakini
bahwa perubahan-perubahan hidup adalah sesuatu yang wajar dalam kehidupan,
dan merupakan kesempatan untuk mengembangkan diri bukan sebagai ancaman
terhadap rasa amannya.
30
Control, commitment dan challenge membuat individu lansia menjadi tahan
banting ketika berhadapan dengan peristiwa-peristiwa kehidupan yang sulit di
masa lansia. Ketika berhadapan dengan peristiwa-peristiwa tersebut, individu
yang berkepribadian hardiness melalui control memandang peristiwa-peristiwa
kehidupan yang sulit tersebut sebagai sesuatu yang dapat dipengaruhi, sesuatu
yang wajar dan bukan sesuatu yang berat untuk dihadapi. Dengan control,
individu memiliki otonomi diri untuk menentukan tindakan apa yang akan
dilakukan dan bagaimana cara mengatasi peristiwa-peristiwa sulit tersebut. Hal
tersebut membuatnya memiliki aspek otonomi yang baik. Adanya control
membuat individu mampu mengubah peristiwa-peristiwa sulit di masa lansia
menjadi sesuatu yang sesuai dengan tujuan, cita-cita, harapan dalam hidupnya.
Hal itu membuatnya merasa mampu menguasai apa yang sedang dihadapinya,
tetap mempunyai optimisme dan perasan hidup yang terarah serta merasa masih
berdaya dan berguna dalam hidupnya, dengan demikian aspek penguasaan
lingkungan, tujuan hidup dan penerimaan dirinya akan baik.
Commitment membuat individu lansia memandang peristiwa-peristiwa
tersebut sebagai sesuatu yang menarik, penting, dan berarti baginya. Dengan
demikian ia menjadi aktif dan tidak menghindar dari peristiwa-peristiwa tersebut.
Selain itu dengan adanya commitment juga membuat individu mudah terlibat
dengan orang lain yang pada akhirnya membuat individu lansia mudah membina
dukungan sosial yang berguna bagi dirinya ketika membutuhkan bantuan dalam
mengatasi peristiwa-peristiwa sulit di masa lansia. Dari dukungan sosial, individu
lansia dapat memperoleh bantuan informasi, pengetahuan, saran maupun
31
dorongan moral emosional yang sangat berguna ketika mengalamai kesulitan
dalam mengatasi peristiwa-peristiwa tersebut. Dengan demikian membuatnya
mampu mengatasi peristiwa-peristiwa tersebut, sehingga ia merasa mampu
menguasai keadaan (aspek penguasaan lingkungan), merasa dirinya tetap berdaya
dan berguna (aspek penerimaan diri) serta memiliki optimisme dan perasaan
hidup yang terarah dalam dirinya (aspek tujuan hidup). Selain itu, keterlibatannya
dengan orang lain yang berdampak pada kemampuan membina dukungan sosial
tersebut, membuat dirinya memiliki aspek hubungan yang positif dengan orang
lain.
Challenge membuat individu menganggap peristiwa-peristiwa sulit yang
dihadapi sebagai suatu tantangan, kesempatan untuk mengembangkan diri dan
bukan sesuatu yang mengancam. Adanya challenge menjadikan individu lansia
menggangap masa lanjut usia yang dihadapkan pada peristiwa-peristiwa sulit
sebagai suatu tantangan untuk dapat terus mengembangkan diri, bukan merupakan
suatu akhir dari hidup yang telah dijalani dan berusaha untuk mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan yang lebih dari yang sebelumnya. Hal tersebut
membuatnya tetap merasa adanya perkembangan diri yang berkelanjutan (aspek
pertumbuhan pribadi) dan tetap memiliki tujuan hidup yang terarah (aspek tujuan
hidup).
Jadi melalui karakteristik control, commitment dan challenge individu yang
berkepribadian hardiness tetap mampu mewujudkan kesejahteraan psikologis,
meskipun pada masa lanjut usia individu dihadapkan pada peristiwa-peristiwa
yang sulit. Adanya control berdampak positif pada aspek otonomi, penguasaan
32
lingkungan, tujuan hidup dan penerimaan diri. Adanya commitment dalam
menghadapi peristiwa-peristiwa sulit di masa lansia berdampak positif pada aspek
penguasaan lingkungan, penerimaan diri, tujuan hidup dan hubungan positif
dengan orang lain. Sedang adanya challenge dalam menghadapi peristiwa-
peristiwa sulit di masa lansia, berdampak positif pada aspek pertumbuhan pribadi
dan tujuan hidup pada individu.
Berikut ini adalah bagan yang menjelaskan alur hubungan antara
kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis pada lansia.
Peristiwa-peristiwa kehidupan yang sulit di masa lansia seperti menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, kehilangan pekerjaan karena pensiun, berkurangnya penghasilan keluarga dan kehilangan pasangan hidup atau teman karena kematian.
Kepribadian Hardiness
Challenge Commitment
Penerimaan diri
Hub positif dgn orla
Otonomi Penguasaan lingkungan
Tujuan hidup
Pertumbuhan pribadi
Control
Kesejahteraan Psikologis
Gambar 1. Alur Hubungan Antara Kepribadian Hardiness dan Kesejahteraan Psikologis pada Lansia
33
D. Hipotesis
Hipotesa penelitian yang diajukan peneliti yaitu, ada hubungan positif
antara kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis pada lansia.
Semakin tinggi tingkat kepribadian hardinessnya semakin tinggi pula
kesejahteraan psikologisnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk melihat ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan
serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 2006). Dalam penelitian
ini bertujuan untuk mencari ada tidaknya hubungan antara kepribadian hardiness
dan kesejahteraan psikologis pada lansia.
B. Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel sebagai berikut ;
1. Variabel bebas : Kepribadian Hardiness.
2. Variabel tergantung : Kesejahteraan Psikologis.
C. Definisi Operasional
1. Kepribadian Hardiness
Kepribadian hardiness adalah berkepribadian yang memiliki
karakteristik control, commitment dan challenge (Kobasa, 1979; Kobasa,
Maddi & Kahn, 1982). Ketiga karakteristik ini disebut juga sebagai aspek-
aspek kepribadian hardiness. Control merupakan kecenderungan untuk
34
35
meyakini bahwa dirinya mampu mengontrol dan mempengaruhi
bermacam-macam peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Commitment
adalah kecenderungan untuk melibatkan diri ke dalam apapun yang sedang
dilakukan atau dihadapi. Challenge adalah kecenderungan untuk meyakini
bahwa perubahan-perubahan hidup adalah sesuatu yang wajar dalam
kehidupan, dan merupakan kesempatan untuk mengembangkan diri bukan
sebagai ancaman terhadap rasa amannya.
Kepribadian hardiness akan diukur dengan menggunakan skala
kepribadian hardiness. Skor total pada skala menunjukkan tinggi
rendahnya tingkat kepribadian hardiness pada subyek. Semakin tinggi
skor total yang diperoleh semakin tinggi tingkat kepribadian hardinessnya,
dan begitu sebaliknya.
2. Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan psikologis dari Carol D. Ryff merupakan suatu konsep
yang memandang kesejahteraan psikologis individu dari pemberdayaan
sumber-sumber psikologis dalam diri individu. Kesejahteraan psikologis
pada diri individu ditandai dengan ada dan berfungsinya sifat-sifat
psikologis positif yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang
lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup serta pertumbuhan
pribadi. Keenam sifat-sifat psikologis positif ini disebut juga sebagai
aspek-aspek kesejahteraan psikologis.
36
Kesejahteraan psikologis akan diukur dengan menggunakan skala
kesejahteraan psikologis. Skor total pada skala menunjukkan tinggi
rendahnya tingkat kesejahteraan psikologis pada subyek. Semakin tinggi
skor total yang diperoleh semakin tinggi tingkat kesejahteraan
psikologisnya, dan begitu sebaliknya.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah lansia. Metode sampling yang
digunakan adalah metode purposive sampling. Dalam metode ini, pemilihan
subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang
mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004). Berdasarkan tinjauan pustaka yang
telah dipaparkan sebelumnya, ciri-ciri lansia adalah individu yang telah mencapai
usia 60 tahun keatas. Selain itu sampel lansia yang akan diambil adalah lansia
yang masih sehat dan dapat berkomunikasi dengan baik.
Sampel lansia ini akan diambil di dalam panti wredha dan di luar panti
wredha. Untuk yang di dalam panti wredha akan mengambil di Panti Sosial
Tresna Wredha Abiyoso Pakem Sleman Yogyakarta. Untuk yang di luar panti
wredha mengambil di Komunitas Pensiunan St Antonius Kota Baru Yogyakarta
dan PEPABRI (Purnawirawan TNI/Polri dan janda purnawirawan) anak ranting
dua Ketandan Klaten Selatan. Jumlah sampel keseluruhan yang akan diambil
adalah 60 orang.
37
E. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala pengukuran. Skala
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adakah skala kepribadian hardiness dan
skala kesejahteraan psikologis.
1. Skala Kepribadian Hardiness
Skala ini digunakan untuk mengukur tingkat kepribadian hardiness
yang dimiliki oleh subyek. Skala ini disusun peneliti berdasarkan teori
kepribadian hardiness dari Kobasa, 1979; Kobasa, Maddi & Kahn, 1982.
Aitem skala kepribadian hardiness ini disusun berdasarkan tiga aspek
yaitu control, commitment, dan challenge.
a. Penyusunan aitem
Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas maka disusunlah skala
kepribadian hardiness yang terdiri dari aitem-aitem favorable dan
aitem unfavorable. Metode yang digunakan dalam penyusunan skala
kepribadian hardiness adalah model skala Likert. Setiap butir aitem
memberikan empat kemungkinan jawaban yang bergerak dari “Sangat
setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, hingga “Sangat tidak setuju”.
b. Pemberian Skor
Untuk aitem-aitem yang favorable, jawaban “Sangat setuju “ akan
diberi skor 4, demikian seterusnya sampai dengan skor 1 untuk
jawaban “Sangat tidak setuju”. Sedangkan aitem-aitem yang
unfavorable, jawaban “Sangat tidak setuju” diberi skor 4 dan
seterusnya sampai dengan skor 1 untuk jawaban “Sangat setuju”. Skor
38
total yang diperoleh dari skala kepribadian hardiness tersebut
menunjukkan tingkat kepribadian hardiness yang dimiliki subyek.
Tabel 1 Blue print Sebaran Aitem Skala Kepribadian Hardiness Sebelum Uji
Coba
Komponen aitem dan nomor aitem Aspek
Favorable Unfavorable Jumlah
1. Control 3, 6, 18, 22, 24 10, 16, 19, 29, 30 10
2. Commitment 1, 7, 9, 11, 28, 21 4, 13, 14, 17, 23, 32 12
3. Challenge 2, 8, 20, 26, 27 5, 12, 15, 25, 31 10
Total 16 16 32
2. Skala Kesejahteraan Psikologis
Skala ini digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
psikologis yang dimiliki oleh subyek. Skala ini disusun peneliti
berdasarkan teori kesejahteraan psikologis dari Ryff (1989a,1989b, 1995),
Ryff & Keyes (1995). Aitem skala kesejahteraan psikologis ini disusun
berdasarkan enam aspek yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan
orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan
pertumbuhan pribadi.
a. Penyusunan aitem
Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas maka disusunlah skala
kesejahteraan psikologis yang terdiri dari aitem-aitem favorable dan
aitem unfavorable. Metode yang digunakan dalam penyusunan skala
kesejahteraan psikologis adalah model skala Likert. Setiap butir aitem
39
memberikan empat kemungkinan jawaban yang bergerak dari “Sangat
setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, hingga “Sangat tidak setuju”.
b. Pemberian Skor
Untuk aitem-aitem yang favorable, jawaban “Sangat setuju “
akan diberi skor 4, demikian seterusnya sampai dengan skor 1 untuk
jawaban “Sangat tidak setuju”. Sedangkan aitem-aitem yang
unfavorable, jawaban “Sangat tidak setuju” diberi skor 4 dan
seterusnya sampai dengan skor 1 untuk jawaban “Sangat setuju”. Skor
total yang diperoleh dari skala kesejahteraan psikologis tersebut
menunjukkan tingkat kesejahteraan psikologis yang dimiliki subyek.
Tabel 2 Blue print Sebaran Aitem Skala Kesejahteraan Psikologis Sebelum
Uji Coba
Komponen aitem dan nomor aitem No Aspek Favorable Unfavorable
Jumlah
1. Penerimaan diri 2, 13, 18 6, 25, 44 6
2. Hubungan positif dengan orang lain 1, 14, 24, 26 12, 19, 31, 36 8
3. Otonomi 3, 15, 40, 45 11, 20, 37, 46 8
4. Penguasaan lingkungan 4, 16, 23, 41 10, 27, 32, 35 8
5. Tujuan hidup 5, 28, 39, 42 9, 21, 33, 47 8
6 Pertumbuhan pribadi 7, 17, 29, 34, 43 8, 22, 30, 38, 48 10
Total 24 24 48
40
F. Pengujian Alat Ukur Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat tes dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2007).
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian validitas pada skala
kepribadian hardiness dan skala kesejahteraan psikologis, untuk
mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan kedua skala ukur
tersebut dalam melakukan fungsi ukurnya.
Pengujian validitas kedua alat ukur ini dilakukan dengan metode
validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi skala dengan analisis rasional / professional judgement
(Azwar, 2007). Dalam penelitian ini validitas isi diperoleh dengan cara
mengkonsultasikan aitem yang telah disusun kepada dosen pembimbing
dengan tujuan apakah aitem-aitem yang telah disusun telah mencakup isi
objek yang hendak diukur.
2. Uji Coba Alat Ukur
Sebelum kedua alat ukur ini digunakan dalam pengambilan data
penelitian, peneliti melakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas aitem dan pengujian reliabilitas alat
41
ukur. Uji coba dilaksanakan pada bulan Agustus 2007. Subyek uji coba
adalah individu yang memiliki ciri sama dengan ciri subyek untuk data
penelitian, yaitu individu lansia (berusia 60 tahun keatas). Subyek uji coba
berjumlah 52 orang. Limapuluh dua subyek ini terdiri dari 4 penghuni
Panti Sosial Tresna Wredha Abiyoso Pakem Sleman, 15 warga
Pakembinangun Pakem Sleman, 16 anggota PEPABRI anak ranting dua
Ketandan Klaten, 9 anggota Worokawuri (Janda-janda Purnawirawan)
ranting kota Klaten dan 8 anggota kelompok doa Lingkungan St.
Valentinus Karangduwet Klaten.
3. Seleksi Aitem Alat Ukur
a. Prosedur Seleksi Aitem
Kualitas skala pengukuran psikologis sangat ditentukan oleh
kualitas aitem-aitem yang ada di dalamnya. Untuk itu perlu dilakukan
seleksi terhadap aitem-aitem skala yang telah dibuat. Seleksi aitem
pada skala yang akan digunakan dalam penelitian ini memakai
parameter daya beda aitem. Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem
mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki
dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2006).
Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan menghitung
koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan skor total skala
itu sendiri. Perhitungan ini akan menghasilkan koefisien korelasi
aitem-total (rix). Jenis korelasi yang digunakan adalah korelasi
42
Product Moment Pearson, karena setiap aitem diberi skor pada level
interval. Perhitungannya akan menggunakan corrected item-total
correlation melalui sub menu scale pada pilihan Reliability Analysis
Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Window version
12.0.
Adapun kriteria aitem yang dinyatakan dapat diterima jika
koefisien korelasinya positif dan sama dengan atau lebih besar dari
0,30 (rix ≥ 0,30) (Azwar, 2006). Apabila aitem yang memiliki
koefisien korelasinya sama dengan atau lebih besar dari 0,30
jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk dijadikan
skala, maka dipilih aitem-atem yang memiliki koefisien korelasi
tertinggi. Sebaliknya apabila jumlah aitem yang lolos ternyata tidak
mencukupi maka dapat menurunkan sedikit batas kriteria menjadi
sama dengan atau lebih besar dari 0,25 (rix ≥ 0, 25). Selain itu seleksi
aitem yang dilakukan juga akan mempertimbangkan bobot tiap-tiap
aspeknya. Karena tidak ada dasar teori atau hasil analisis faktor yang
menjelaskan aspek mana yang lebih signifikan dari aspek yang
lainnya, maka bobot aspek dalam kedua skala final akan dibuat sama.
b. Hasil Seleksi Aitem
1) Skala Kepribadian Hardiness
Koefisien korelasi aitem-total (rix) 32 aitem skala hardiness
berkisar dari -0,084 sampai dengan 0,739. Selanjutnya dilakukan
seleksi aitem berdasarkan korelasi aitem-total (rix) dengan standar
43
rix ≥ 0,30. Aitem-aitem yang gugur (< 0,30) adalah aitem 2, 3, 12,
20, 23, 27, 28, 29 , 30 dan 31. Namun dengan mempertimbangkan
kesaman bobot per aspek untuk skala final, maka aitem 2 dan 12
yang merupakan aitem aspek challenge tidak digugurkan. Selain
itu diambil tiga aitem lagi dari aspek commitment untuk
digugurkan, yaitu aitem 1, 7, 21. Jadi dari 32 aitem, terdapat 11
aitem yang digugurkan, yaitu aitem 1, 3, 7, 20, 21, 23, 27, 28, 29,
30, 31. Koefisien korelasi aitem-total (rix) 21 aitem skala hardiness
yang lolos seleksi berkisar dari 0,276 sampai dengan 0,739.
Tabel 3 Sebaran Aitem Skala Kepribadian Hardiness Setelah Uji Coba
Komponen aitem dan nomor aitem Aspek
Favorable Unfavorable Jumlah
1. Control 6, 18, 22, 24 10, 16, 19 7
2. Commitment 9, 11 4, 13, 14, 17,32 7
3. Challenge 2, 8, 26, 5, 12, 15, 25 7
Total 9 12 21
2) Skala Kesejahteraan Psikologis
Koefisien korelasi aitem-total (rix) 48 aitem skala kesejahteraan
psikologis ini berkisar dari -0,088 sampai dengan 0,759.
Selanjutnya dilakukan seleksi aitem berdasarkan korelasi aitem-
total (rix) dengan standar rix ≥ 0,30. Aitem-aitem yang gugur (<
0,30) adalah aitem 4, 5, 14, 17, 18, 24, 39, dan 48. Namun dengan
mempertimbangkan kesamaan bobot per aspek untuk skala final,
44
maka aitem 18 yang merupakan aitem aspek penerimaan diri tidak
digugurkan. Selain itu diambil lima aitem lagi, yaitu 2 dari aspek
otonomi (aitem 11, 15), 2 dari aspek pertumbuhan pribadi (aitem 7,
22) dan 1 dari aspek penguasaan lingkungan (aitem 27) untuk
digugurkan. Jadi dari 48 aitem, terdapat 12 aitem yang digugurkan,
yaitu aitem 4, 5, 7, 11, 14, 15, 17, 22, 24, 27, 39, dan 48. Koefisien
korelasi aitem-total (rix) 36 aitem skala kesejahteraan psikologis
yang lolos seleksi berkisar dari 0,294 – 0,759.
Tabel 4 Sebaran Aitem Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah Uji
Coba
Komponen aitem dan nomor aitem No Aspek
Favorable Unfavorable Jumlah
1. Penerimaan diri 2, 13, 18 6, 25, 44 6
2. Hubungan positif dengan orang lain 1, 26 12, 19, 31, 36 6
3. Otonomi 3, 40, 45 20, 37, 46 6
4. Penguasaan lingkungan 16, 23, 41 10, 32, 35 6
5. Tujuan hidup 28, 42 9, 21, 33, 47 6
6 Pertumbuhan pribadi 29, 34, 43 8, 30, 38 6
Total 16 20 36
45
4. Uji Reliabilitas
a. Prosedur Pengujian
Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti
keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kesetabilan, konsistensi dan
sebagainnya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapar dipercaya
(Azwar, 2007).
Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien
reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada pada rentang 0 sampai dengan
1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas yang diperoleh semakin
tinggi reliabilitasnya, dan begitu sebaliknya (Azwar, 2007).
Pengujian reliabilitas pada kedua alat ukur ini akan menggunakan
pendekatan konsistensi internal. Dalam pendekatan konsistensi internal
prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada
sekelompok individu sebagai subyek (single trial administration)
(Azwar, 2007). Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah teknik
koefisien reliabilitas alpha dari Cronbach (Azwar, 2007). Dalam
perhitungannya akan menggunakan Model Alpha Reliability Analysis
melalui sub menu scale pada pilihan Reliability Analysis SPSS for
Windows versi 12.0.
46
b. Hasil Pengujian Reliabilitas
1) Skala Kepribadian Hardiness
Koefisien reliabilitas (rxx’) (alpha dari Cronbach) 32 aitem
hardiness sebesar 0,872. Kemudian setelah seleksi aitem jumlah
aitem skala menjadi 21 aitem dan koefisien reliabilitas (rxx’)
menjadi 0,893. Menurut Budi (2006), koefisien reliabilitas sebesar
0,893 ini menunjukkan tingkat reliabilitas yang sangat reliabel.
Dengan demikian 21 aitem skala kepribadian hardiness ini dapat
dipercaya dan diandalkan untuk mengukur kepribadian hardiness,
serta apabila dilakukan pengukuran ulang pada subyek yang sama
diasumsikan hasilnya akan konsisten.
2) Skala Kesejahteraan Psikologis
Koefisien reliabilitas (rxx’) (alpha dari Cronbach) 48 aitem skala
kesejahteraan psikologis sebesar 0,934. Kemudian setelah seleksi
aitem jumlah aitem skala kesejahteraan psikologis menjadi 36
aitem dan koefisien reliabilitas (rxx’) sebesar 0,934. Menurut Budi
(2006), koefisien reliabilitas sebesar 0,934 ini menunjukkan tingkat
reliabilitas yang sangat reliabel. Dengan demikian 36 aitem skala
kesejahteraan psikologis ini dapat dipercaya dan diandalkan untuk
mengukur kesejahteraan psikologis, serta apabila dilakukan
pengukuran ulang pada subyek yang sama diasumsikan hasilnya
akan konsisten.
47
G. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data dengan menggunakan Analisis Korelasi Product Moment
dari Pearson. Tehnik ini digunakan untuk menguji hipotesis adanya hubungan
positif antara kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis pada lansia.
Namun sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, yaitu pengujian
normalitas dan linearitas sebagai syarat dilakukannya analisis Product Moment
Pearson. Perhitungan korelasi dilakukan dengan menggunakan Statistical Product
and Service Solution (SPSS) for Window versi 12.0.
BAB IV
PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta surat
ijin penelitian pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Pada tanggal
16 Juli 2007, oleh Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dikeluarkan
surat ijin penelitian dengan No. : 72a. / D / KP / Psi / USD / VII / 2007. Dengan
dikeluarkannya surat ijin penelitian tersebut, peneliti melakukan perijinan di tiga
tempat penelitian, yaitu Panti Sosial Tresna Wredha (PTSW) Abiyoso Pakem
Sleman Yogyakarta, PEPABRI (Purnawirawan TNI/Polri dan janda
purnawirawan) anak ranting dua Ketandan Klaten dan Komunitas Pensiunan St.
Antonius Kota Baru Yogyakarta. Sebelum melakukan ijin secara formal, peneliti
secara informal mendatangi ketiga tempat tersebut untuk memberitahukan maksud
dan keperluan peneliti untuk melakukan penelitian serta menanyakan kesediaan
dijadikan tempat penelitian dan prosedur perijinannya.
Perijinan di PTSW Abiyoso secara formal dilakukan pada tanggal 23 Juli
2007 dengan membawa surat ijin dari fakultas dan surat ijin penelitian dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDDA) Sleman yang dikeluarkan
tanggal 18 Juli 2007, No : 07.0 / Bappeda / 1265 /2007. Perijinan di PEPABRI
anak ranting dua Ketandan Klaten secara formal dilakukan pada tanggal 3
Agustus 2007. Peneliti bertemu langsung dengan Bapak Kapt Purn Suparjo selaku
ketua dan menyerahkan surat ijin penelitian dari fakultas. Perijinan di Komunitas
48
49
Pensiunan St. Antonius Kota Baru Yogyakarta secara formal dilakukan pada
tanggal 25 Agustus 2007. Peneliti bertemu langsung dengan Bapak YB Soetardjo
selaku ketua dan menyerahkan surat ijin penelitian dari fakultas.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September, dari tanggal 1 sampai
tanggal 29 September 2007. Pengambilan data di PTSW Abiyoso dilaksanakan
pada tanggal 1–12 September 2007. Proses pengambilan datanya peneliti
membacakan satu persatu skala pada subyek. Pengambilan data di PEPABRI
dilaksanakan pada tanggal 11 September 2007. Proses pengambilan datanya
peneliti menghadiri pertemuan rutin bulanan dan membagikan skala penelitian
pada saat pertemuan tersebut. Subyek diberikan waktu selama 1 minggu untuk
mengisi, dan untuk pengumpulannya dibantu oleh Ketua PEPABRI. Pengambilan
data di Komunitas Pensiunan dilaksanakan pada tanggal 12–29 September 2007.
Proses pengambilan datanya peneliti harus door to door, karena pada bulan
September ini tidak ada pertemuan.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subyek Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh 60 subyek
penelitian. Terdapat 15 subyek berasal di PTSW Abiyoso Pakem Sleman
Yogyakarta, 20 subyek berasal dari Komunitas Pensiunan Kota Baru
Yogyakarta dan 25 subyek berasal dari PEPABRI anak ranting dua
Ketandan Klaten. Deskripsi lebih rincinya dapat pada tabel di bawah ini.
50
Tabel 5 Deskripsi Subyek Penelitian
Tempat Penelitian
No Kategori Keterangan PTSW Abiyoso Pakem
Kom Pen St. Ant
Kota BaruPEPABRI
N %
a. 61 – 70 th 11 12 22 45 75 % 1. Usia b. ≥ 71th 4 8 3 15 25 % a. Bukan
Pensiunan 15 0 4 19 31,67 %2. Pekerjaan
b. Pensiunan 0 20 21 41 68,33 %a. Tidak
sekolah 1 0 0 1 1,67 %
b. SD 6 3 4 13 21,67 %c. SMP 5 1 13 19 31,67 %d. SMA 3 11 8 22 36,67 %
3. Pendidikan terakhir
e. Sarjana 0 5 0 5 8, 33 % a. Pria 8 13 17 38 63,33 %4. Jenis
Kelamin b. Wanita 7 7 8 22 36,67 %a. Menikah 13 19 25 57 95 % 5. Status
pernikahan b. Tidak Menikah 2 1 0 3 5 %
2. Deskripsi Data Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh gambaran skor skala
kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis yang dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 6 Deskripsi Data Penelitian
Skor Teoritik Skor Empirik
Skala X-min X-max Mean
(µ) SD (σ) X-min X-max Mean SD
(σ) Kepribadian Hardiness 21 84 52,5 10,5 52 76 61,63 4,376
Kesejahteraan Psikologis 36 144 90 18 92 120 103,67 4,789
51
Dari statistik deskiptif diketahui mean empirik untuk kedua skala
lebih besar dari mean teoritiknya ( mean empirik > mean teoritik ). Maka
dapat disimpulkan bahwa subyek penelitian memiliki tingkat kepribadian
hardiness dan kesejahteraan psikologis yang cenderung tinggi.
3. Uji Asumsi
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linearitas
hubungan. Uji asumsi ini dilakukan untuk memenuhi syarat
penggunaan analisis korelasi product moment pearson. Selain itu uji
asumsi juga dilakukan untuk memperoleh kesimpulan yang tidak
menyimpang dari seharusnya.
a. Uji Normalitas sebaran
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran skor
variabel dalam penelitian bersifat normal atau tidak. Bila sebaran skor
variabel tidak normal maka tidak dapat dianalisis dengan tehnik
korelasi product moment pearson. Metode pengujiaanya akan
menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dan
perhitungannya dengan menggunakan SPSS for Windows versi 12.0.
Sebaran data dikatakan normal jika harga p lebih besar daripada 0,05
(p > 0,05).
Untuk variabel kepribadian hardiness dari pengujiaanya One
Sample Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov Z
52
sebesar 0,731 dengan harga p sebesar 0,660 ( Asymp. Sig . ( 2-tailed) ).
Untuk variabel kesejahteraan psikologis diperoleh nilai Kolmogorov
Smirnov Z sebesar 1,120 dengan harga p sebesar 0,162 ( Asymp. Sig . (
2-tailed) ).
Dari hasil tersebut diketahui harga p untuk kedua variabel lebih
besar dari 0,05 (p > 0,05). Dengan demikian sebaran skor kedua
variabel tersebut, baik kepribadian hardiness maupun kesejahteraan
psikologis adalah normal.
Tabel 7
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Skor Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig . ( 2-tailed)
Kepribadian Hardiness 0,731 0,660
Kesejahteraan Psikologis 1,120 0,162
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan skor
variabel bebas dan tergantung dalam penelitian merupakan garis lurus
atau hubungan linear atau tidak. Metode pengujiaanya akan
menggunakan uji Compare Means Test for linearity dari SPSS for
Windows versi 12.0. Hubungan variabel bebas dan tergantung
dinyatakan linear jika harga p untuk linearitasnya lebih kecil dari 0,05
(p < 0,05).
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F untuk linearitasnya sebesar
161,931 dengan harga p sebesar 0,000. Dari hasil tersebut diketahui
harga p < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan
53
kedua variabel, yaitu antara variabel kepribadian hardiness dan
variabel kesejahteraan psikologis merupakan garis lurus atau
hubungan linear.
Tabel 8
Compare Means Test for linearity
F Sig. Between Groups (Combined) 11,268 ,000 Linearity 161,931 ,000
Kespsi * Hardiness
Deviation from Linearity 1,852 ,056
4. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan tehnik analisis korelasi product
moment pearson, dan perhitungannya dengan menggunakan SPSS for
Windows versi 12.0. Pada aplikasinya akan menghasilkan koefisien
korelasi ( r ). Koefisien korelasi itu bergerak antara 0,000 sampai + 1,000
atau antara 0,000 sampai -1,000 (Hadi, 2004). Koefisien yang bertanda
positif menunjukkan korelasi yang positif. Koefisien yang bertanda negatif
menunjukan korelasi yang negatif. Sedang koefisien yang bernilai 0,000
menunjukkan tidak adanya korelasi.
Pengujiannya akan menggunakan uji satu ekor (1-tailed). Penggunaan
uji satu ekor ini karena hipotesis penelitian sudah berarah, yaitu berarah
positif. Hipotesis yang berarah diuji menggunakan uji satu ekor (1-tailed)
(Alhusin, 2003). Hubungan dinyatakan signifikan jika harga p lebih kecil
54
daripada 0,05 (p < 0,05) pada penggunaan taraf signifikansi p = 0,05 atau
harga p lebih kecil daripada 0,01 (p < 0,01) pada penggunaan taraf
signifikansi p = 0,01.
Hasil perhitungan diperoleh nilai r sebesar 0,833 dengan harga p
sebesar 0,000. Harga p < 0,01, maka dapat dinyatakan ada hubungan
positif yang signifikan antara variabel kepribadian hardiness dan
kesejahteraan psikologis. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat
kepribadian hardinessnya, semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan
psikologisnya.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian
hardiness dan kesejahteraan psikologis pada lansia. Analisis statistik yang
digunakan adalah analisis korelasi Product Moment Pearson. Variabel
kepribadian hardiness sebagai variabel bebas dan variabel kesejahteraan
psikologis sebagai variabel tergantungnya. Koefisien korelasi (r) yang dihasilkan
sebesar 0,833 dengan p sebesar 0,000 (p < 0,01). Maka hipotesa penelitian yang
berbunyi ada hubungan positif antara kepribadian hardiness dan kesejahteraan
psikologis, dapat diterima. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat kepribadian
hardinessnya, semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan psikologisnya. Jadi lansia
yang berkepribadian hardiness, yaitu memiliki karakteristik control, commitment
dan challenge, cenderung mengalami kesejahteraan psikologis.
55
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, harga mean empirik varibel
kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis subyek penelitian lebih besar
dari mean teoritiknya (lihat tabel 6), maka tingkat kepribadian hardiness dan
kesejahteraan psikologis subyek penelitian cenderung tinggi.
Telah dipaparkan bahwa masa lanjut usia merupakan masa yang sulit.
Individu pada masa ini dihadapkan peristiwa-peristiwa kehidupan yang sulit
seperti menurunnya kondisi fisik dan kesehatan, kehilangan pekerjaan karena
pensiun, berkurangnya penghasilan keluarga dan kehilangan pasangan hidup atau
teman karena kematian (Sarafino,1994). Adanya peristiwa kehidupan yang sulit
seperti itu, menjadi tantangan bagi subyek penelitian untuk tetap dapat
mewujudkan kesejahteraan psikologis pada dirinya.
Subyek penelitian dengan tingkat kepribadian hardiness yang tinggi, mampu
mewujudkan kesejahteraan psikologis meskipun dihadapkan pada peristiwa-
peristiwa yang sulit di masa lanjut usia. Subyek penelitian dengan control,
commitment dan challenge yang tinggi, menjadi tahan banting ketika berhadapan
dengan peristiwa-peristiwa kehidupan yang sulit di masa lansia. Sebagai contoh
menurunnya kondisi fisik membuat performansi fisik dan stamina menurun,
mudah lelah serta rentan terhadap penyakit. Ketika menghadapi penurunan
kondisi fisik, subyek melalui control yang tinggi akan memandang penurunan
kondisi fisik sebagai sesuatu yang dapat dipengaruhi, sesuatu yang wajar dan
bukan sesuatu yang berat untuk dihadapi. Subyek akan berpikir bagaimana
caranya mensiasati penurunan kondisi fisik dan mampu menyesuaikan diri dengan
penurunan tersebut. Dengan control yang tinggi, subyek memiliki otonomi diri
56
untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara
menghadapi penurunan kondisi fisik tersebut. Subyek akan melakukan berbagai
cara agar kondisi fisiknya tetap fit, stamina terjaga, tidak mudah lelah dan
memiliki daya tahan tubuh yang baik. Subyek yang berasal dari ptsw mungkin
akan mengikuti kegiatan olah raga yang diadakan rutin oleh pihak ptsw, untuk
menjaga kondisi fisiknya tetap fit. Selain itu menjaga pola makan dan tidur,
ataupun melakukan pemeriksaan kondisi fisik di unit pemeriksaan kesehatan yang
disediakan oleh ptsw jika mengalami keluhan-keluhan fisik. Demikian halnya
subyek yang berasal dari pensiunan (Komunitas pensiuanan St. Antonius Kota
baru dan PEPABRI) akan melakukan hal yang sama ketika menghadapi
penurunan kondisi fisik. Mereka juga akan melakukan olah raga agar kondisi
fisiknya tetap fit, menjaga pola makan dan tidur serta melakukan pemeriksaan ke
dokter jika mengalami keluhan-keluhan fisik. Hal-hal tersebut membuat subyek
memiliki aspek otonomi yang baik. Adanya control yang tinggi akan membuat
subyek tetap dapat melakukan aktivitas tertentu ataupun hal-hal yang ingin
dicapai meski mengalami penurunan kondisi fisik. Hal itu membuat subyek
merasa mampu menguasai apa yang sedang dihadapinya, tetap mempunyai
optimisme dan perasan hidup yang terarah serta merasa masih berdaya dan
berguna dalam hidupnya, dengan demikian aspek penguasaan lingkungan, tujuan
hidup dan penerimaan dirinya akan baik.
Commitment yang tinggi membuat subyek menjadi aktif dalam menghadapi
penurunan kondisi fisik. Selain itu dengan adanya commitment juga membuat
subyek mudah terlibat dengan orang lain yang pada akhirnya membuat subyek
57
mudah membina dukungan sosial yang berguna bagi dirinya ketika membutuhkan
bantuan dalam mengatasi penurunan kondisi fisik tersebut. Subyek yang berasal
dari ptsw akan bertanya-tanya, saling bertukar pengalaman tentang penurunan
kondisi fisik dengan sesama penghuni ptsw, ataupun dengan pihak pengelola
ptsw. Subyek yang berasal dari pensiunan (Komunitas pensiuanan St. Antonius
Kota baru dan PEPABRI) akan bertanya-tanya, saling bertukar pengalaman
tentang penurunan kondisi fisik dengan sesama anggota pensiuanan, keluarga,
ataupun pihak-pihak yang mengerti tentang kondisi fisik lansia. Dari dukungan
sosial tersebut, subyek dapat memperoleh bantuan informasi, pengetahuan, saran
maupun dorongan moral emosional yang sangat berguna ketika mengalamai
kesulitan dalam mengatasi penurunan kondisi fisik tersebut. Dengan demikian
membuatnya mampu mengatasi penurunan kondisi fisik tersebut, sehingga ia
merasa mampu menguasai keadaan (aspek penguasaan lingkungan), merasa
dirinya tetap berdaya dan berguna (aspek penerimaan diri) serta memiliki
optimisme dan perasaan hidup yang terarah dalam dirinya (aspek tujuan hidup).
Selain itu, keterlibatannya dengan orang lain yang berdampak pada kemampuan
membina dukungan sosial tersebut, membuat dirinya memiliki aspek hubungan
yang positif dengan orang lain.
Challenge yang tinggi membuat subyek menganggap penurunan kondisi
fisik yang dihadapi sebagai suatu tantangan untuk dapat terus mengembangkan
diri, bukan merupakan suatu akhir dari hidup yang telah dijalani dan berusaha
untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan yang lebih dari yang
sebelumnya. Subyek dari ptsw akan menganggap penurunan kondisi fisik yang
58
dihadapi sebagai suatu tantangan untuk dapat terus mengikuti kegiatan-kegiatan
yang diadakan oleh pihak ptsw, ataupun melakukan hobi-hobi yang biasa dijalani.
Demikian juga pada subyek yang dari pensiunan, menganggap penurunan kondisi
fisik yang dihadapi sebagai suatu tantangan untuk dapat terus mengikuti kegiatan-
kegiatan yang diadakan oleh perkumpulan pensiunan, kegiatan di masyarakat,
kegiatan yang berkenan dengan hobi-hobinya ataupun bekerja kembali. Subyek
dari ptsw maupun pensiunan akan berusaha mengembangkan suatu pengaturan
fisik yang tepat agar kondisi fisiknya dan kegiatan yang dijalani tidak saling
menganggu. Hal-hal tersebut pada akhirnya membuat subyek tetap merasa adanya
perkembangan diri yang berkelanjutan (aspek pertumbuhan pribadi) dan tetap
memiliki tujuan hidup yang terarah (aspek tujuan hidup).
Tingginya tingkat kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis
subyek penelitian dapat disebabkan sebagai berikut ini. Pada subyek penelitian
yang berasal dari ptsw, pihak pstw memfasilitasi subyek untuk dapat berkegiatan
dengan mengadakan berbagai kegiatan seperti; kegiatan olah raga, keagamaan,
ketrampilan dan kerajinan tangan serta kesenian. Berbagai kegiatan itu dapat
membuat subyek menjadi aktif, memiliki kesibukan, dapat berinteraksi dengan
sesama penghuni ptsw, merasakan keterlibatan dengan sesama penghuni ptsw
maupun pengelola ptsw dan dengan kegiatan-kegiatan tersebut subyek merasa
adanya tantangan untuk menjalani kesehariaannya di ptsw dengan lebih menarik.
Selain itu pihak pstw juga diberikan fasilitas pemeriksaan kesehatan rutin pada
subyek, sehingga subyek dapat memantau kondisi kesehatannya. Untuk subyek
penelitian yang berasal dari pensiunan (Komunitas pensiuanan St. Antonius Kota
59
baru dan PEPABRI), perkumpulan pensiunan yang mereka ikuti menjadi tempat
bagi mereka untuk tetap aktif berkegiatan, dan mencari kesibukan untuk mengisi
hari-hari di masa lansia. Selain itu, perkumpulan pensiunan menjadi tempat bagi
mereka untuk bertemu dengan sesama pensiuan, berbagi pengetahuan,
pengalaman, informasi, saran, memperoleh dukungan moral emosional dan
bahkan keuangan. Hal-hal tersebut yang sangat berguna bagi mereka di masa
lanjut usia. Kondisi-kondisi subyek penelitian di ptsw, komunitas pensiunan kota
baru dan pepabri yang seperti itu dapat menjadi gambaran mengapa tingkat
kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis subyek penelitian di ptsw,
komunitas pensiunan kota baru dan pepabri cenderung tinggi.
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya penelitian Florian, Mikulincer dan
Taubman pada tahun 1995 yang meneliti hubungan kepribadian hardiness dengan
kesejahateraan psikologis pada siswa pendidikan militer di Israel. Dalam
penelitian tersebut Florian dkk menggunakan konsep kesejahteraan psikologis dari
Veit & Ware. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji hubungan dua variabel
tersebut pada subyek lansia dan dengan konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff.
Meskipun ada perbedaan subyek penelitian dan konsep kesejahteraan
psikologis yang dipakai, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Florian
dkk. Dalam penelitian tersebut Florian dkk juga menemukan hasil bahwa siswa
yang memiliki tingkat hardiness yang tinggi, cenderung memiliki tingkat
kesejahteraan psikologis yang tinggi. Jadi hal ini semakin menunjukkan adanya
hubungan yang lekat antara variabel kepribadian hardiness dengan variabel
kesejahteraan psikologis. Walaupun ditinjau dari sudut pandang (konsep) yang
60
berbeda dan subyek penelitian yang berbeda, hasil yang diperoleh tetap sama,
yaitu ada hubungan positif antara kepribadian hardiness dengan variabel
kesejahteraan psikologis.
Dengan hasil r sebesar 0,833 maka sumbangan efektif ( R2) sebesar 0,693.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sumbangan efektif variabel kepribadian
hardiness terhadap variabel kesejahteraan psikologis sebesar 0,693 atau 69,3 %.
Sedang 0,307 atau 30,7 % sisanya berasal dari variabel-variabel lain.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan positif antara kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis
pada lansia. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat kepribadian
hardinessnya, semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan psikologisnya. Jadi
lansia yang berkepribadian hardiness, yaitu memiliki karakteristik control,
commitment dan challenge, cenderung mengalami kesejahteraan psikologis.
B. Saran
1. Bagi Para Lansia
Di Amerika, The Hardiness Institute telah mempelopori
pengembangan program pelatihan hardiness (APA, 2003). Hal tersebut
menunjukkan pada kita bahwa setiap individu dapat mengembangkan
kepribadian hardiness. Untuk itu dalam menghadapi masa lanjut usia,
mengembangkan kepribadian hardiness penting untuk dilakukan. Dengan
demikian para lansia akan lebih sejahtera secara psikologis dalam
menghadapi masa lansianya. Apabila para lansia mengalami kesejahteraan
psikologis, berarti akan sehat mentalnya dan diasumsikan akan terhindar
dari gangguan-ganguan mental yang biasanya muncul pada masa lansia.
61
62
2. Bagi Pihak-pihak Yang Berkompeten Di bidang Kesejahteraan
Lansia.
Untuk panti wredha-panti wredha, Departemen sosial, Komnas
Lansia atau bagi pihak-pihak yang berkompeten dibidang kesejahteraan
lansia, hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk membuat
kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
lansia.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengumpulan data yang
lebih kaya daripada sekedar menggunakan skala psikologis (metode
kuantitatif). Pengumpulan data dapat ditambahkan dengan metode
kualitatif (wawancara dan observasi). Peneliti selanjutnya perlu
menyertakan variabel-variabel lain seperti tingkat pendidikan, kondisi
keuangan, status pernikahan, coping dan jenis kelamin yang juga
memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis, sebagai variabel
kontrol. Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih berhati-hati
dalam penulisan aitem, agar terhindar dari overlapping antara aitem skala
kepribadian hardiness dan skala kesejahteraan psikologis.
C. Keterbatasaan Penelitian
1. Hasil korelasi yang diperoleh pada penelitian ini cukup tinggi. Hal tersebut
dapat terjadi karena peneliti tidak menyertakan variabel-variabel lain
seperti tingkat pendidikan, kondisi keuangan, status pernikahan, coping
63
dan jenis kelamin yang juga memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan
psikologis sebagai variabel kontrol.
2. Terdapat aitem yang overlap, yaitu aitem nomer 15 (merupakan salah satu
aitem aspek commitment) skala kepribadian hardiness (bagian I) dengan
aitem nomer 14 (merupakan salah satu aitem aspek tujuan hidup) skala
kesejahteraan psikologis (bagian II).
64
DAFTAR PUSTAKA
Alhusin, S. (2003). Aplikasi statistik praktis dengan menggunakan SPSS 10 for windows ( ed. 2). Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
Anantasari, M. L. (2004). Kesejahteraan psikologis dan perlakuan salah terhadap
anak. Thesis. : UGM. Tidak diterbitkan. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktik ( ed . 6 ).
Jakarta : PT. Rineka Cipta. Azwar, S. (2006). Penyususunan skala psikologi ( ed. 1 ). Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2007). Reliabilitas dan validitas ( ed . 3 ) . Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Pelajar. Berk, L. E. (2007). Development trought the lifespan ( 4th.ed). Pearson
Education, inc. Budi, T. P. (2006). SPSS 13.0 Terapan : Riset statistik parametrik. Yogyakarta :
Penerbit Andi. Essex. M. J., & Ryff. C.D. (1992). The interpretation of life experience and well-
being :. The sample case of relocation. Psychology and Aging. Vol. 7. No. 4, 507-517.
Florian, V., Mikulincer, M., & Taubman, O. (1995). Does hardiness contribute to
mental health during a stresfull real life situation? The role of appraisal and coping. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 68. No. 4, 687-695.
Hadi, S. (2004). Statistik (jilid 2). Yogyakarta : Penerbit Andi. Hadi, S. (2004). Metode research (jilid 1).Yogyakarta : Penerbit Andi. Halim, M. S., & Atmoko, W. D. (2005). Hubungan antara kecemasan akan
hiv/aids dan psychological well-being pada waria yang menjadi pekerja sek komersial. Jurnal Psikologi. Vol. 15. No. 1, 17-31.
Hanita, S. R. (2006). Kesejahteraan psikologis pria pensiunan penderita gejala sisa
dari serangan akut jantung dan stroke. Skripsi : USD. Tidak diterbitkan.
65
Heidrich. S. M., & Ryff. C.D. (1993). Physical and mental health in later life : The self system as mediator. Psychology and Aging. Vol. 8. No. 3, 327-338.
Hurlock, E.B. (1991). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Keyes, C. L. M., Ryff, C. D., & Shmotkin, D. (2002). Optimizing well-being: The
empirical encaounter of two traditions. Journal of Personality and Social Psycholog. Vol. 82. No. 6, 1007-1022.
Kling, K. C., Selltzer, M. M., & Ryff, C. D. (1997). Distinctive late life
challenges: Implications for coping and well-being. Psychology and Aging. Vol. 12. No. 2, 288-295.
Kobasa, S. C. (1979). Stressfull life event, personality, and health : An inquiry
into hardiness. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 37. No. 1, 1-11.
Kobasa, S. C., Maddi, S. R., & Kahn, S. (1982). Hardiness and health;
Aprospective study. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 42. No. 1, 168-177.
Notosoedirjo, M., & Latipun. (2000). Kesehatan mental: Konsep dan penerapan.
Malang : UMM Press. Nugraheni, S. D. (2005). Hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan
kecemasan menghadapi kematian pada lanjut usia. Indegenus. Vol. 7. No. 1.
Pertambahan Jumlah Lansia Indonesia Terpesat di Dunia (2002, 26 Maret).
Kompas. (http// www. kompas. co.id). Prawitasari, J. E. (1994). Aspek sosio-psikologis lansia di Indonesia. Buletin
Psikologi. No. 1, 27-34. Ryff, C. D. (1989a). Beyond Ponce de Leon and life satisfacation : New direction
in quest of succcesfull aging. International Journal of Behavioral Development. Vol. 12. No.1, 35 - 55.
Ryff, C. D. (1989b). Happiness is everything, or is it? Exploration of the meaning
of Psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 57. No. 6, 1069-1081.
Ryff. C.D. (1991). Possible selves in adulthood and old age : A tale of shifting
horizon. Psychology and Aging. Vol. 6. No. 2, 286-295.
66
Ryff, C. D., & Keyes, C. L. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 69. No. 4, 719-727.
Ryff, C. D. (1995). Psychological well-being in adult life. Current Direction in
Psychology Science. Vol. 4. No. 4, 99-104. Santoso, S. (2003). Buku latihan SPSS non parametrik. Jakarta : Gramedia. Santrock, J.W. (1995). Life Span Development: Perkembangan Masa hidup Jilid
II .Texas: Jakarta: Erlangga , 2002. Sarafino, E.P. (1994). Health psychology, biopsychosocial Interaction. New York
: John Wiley & Sons, Inc. Schmutte, P. S., & Ryff, C. D. (1997). Personality and well-being ; Reexamining
methods and meanings. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 73. No. 3, 549-559.
Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta : PT Grsasindo. Sulistyo, S. (2003). Pemberdayaan lanjut usia di bidang kesehatan. Media
Informasi Penelitian, No 182 Th ke 29 April-Juni. Turning Lemons into Lemonade: Hardiness Helps People Turn Stressful
Circumstances into Opportunities. (2003, 22 December). Psychology Matters. Washington, DC : American Psychological Association.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Th 1998 Tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia. Diambil 12 Oktober 2007, dari http://komnaslansia.or.id. Pedoman Penulisan Skripsi (ed. 2). (2004). Yogyakarta : Universitas Sanata
Dharma. Veit, C. T., & Ware, J. E. (1983). The sctructure of psychological stress and well-
being in general population. Journal of Consulting and Clinical Psychology. Vol. 51. No. 5, 730-742.
67
68
Tabulasi Data Hasil Uji Coba
69
Tabulasi Data Skala Kepribadian Hardiness Uji Coba No Subyek Aitem 1 Aitem 2 Aitem 3 Aitem 4 Aitem 5 Aitem 6 Aitem 7
1 3 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 1 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 5 4 3 4 3 2 3 3 6 3 3 3 2 2 3 2 7 3 3 2 3 4 3 3 8 4 3 3 3 1 3 3 9 4 4 4 1 3 4 4
10 4 4 4 4 4 3 3 11 3 3 3 3 3 3 3 12 3 3 2 2 2 2 3 13 3 3 3 3 1 3 3 14 3 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 2 3 3 16 3 3 3 3 4 3 3 17 3 3 3 3 3 3 3 18 3 3 4 3 2 3 3 19 3 3 3 3 4 4 4 20 3 4 3 3 2 3 3 21 4 4 4 4 3 3 4 22 3 4 4 3 3 3 3 23 3 3 3 3 2 3 3 24 4 3 4 3 3 3 3 25 3 3 3 3 3 3 3 26 3 4 3 3 4 3 3 27 3 3 3 4 4 4 3 28 3 4 4 3 1 3 4 29 3 3 3 3 2 3 3 30 3 3 3 3 3 3 3 31 3 3 3 3 3 3 3 32 4 3 4 3 2 3 3 33 4 3 1 4 4 4 3 34 4 3 2 4 4 4 3 35 4 4 4 3 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 4 37 4 3 3 4 4 4 3 38 4 3 1 3 4 4 3 39 3 3 3 4 4 4 3 40 3 3 3 3 2 3 3 41 4 3 3 4 4 4 3 42 4 3 3 3 4 4 3 43 4 3 2 3 3 3 3 44 4 3 3 3 3 3 3 45 3 3 3 3 4 3 3 46 3 3 1 3 3 3 3 47 4 4 4 3 4 4 4 48 3 3 3 3 1 3 3 49 3 3 3 3 3 3 3 50 4 4 4 4 3 3 4 51 3 4 4 3 3 3 3 52 3 3 3 3 2 3 3
70
Tabulasi Data Skala Kepribadian Hardiness Uji Coba
Aitem8 Aitem9 Aitem 10 Aitem 11 Aitem 12 Aitem 13 Aitem 14 Aitem 15
3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 1 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
71
Tabulasi Data Skala Kepribadian Hardiness Uji Coba
Aitem16 Aitem17 Aitem18 Aitem19 Aitem20 Aitem21 Aitem22 Aitem23
3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3
72
Tabulasi Data Skala Kepribadian Hardiness Uji Coba
Aitem24 Aitem25 Aitem26 Aitem27 Aitem28 Aitem29 Aitem30 Aitem31
3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3
73
Tabulasi Data Skala Kepribadian Hardiness Uji Coba
Aitem32 Skor Total
4 107 4 102 3 96 3 94 4 101 3 85 3 100 3 92 3 99 4 109 3 95 3 83 3 94 3 96 4 97 4 99 3 95 4 107 4 105 3 99 4 112 3 105 4 96 4 107 4 99 4 106 4 112 3 91 3 96 4 100 3 94 4 96 4 107 4 110 4 110 3 111 4 110 4 106 4 111 3 90 4 107 3 106 4 103 4 104 4 108 3 97 3 110 3 94 3 95 3 111 3 105 3 95
74
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Uji Coba
No Subyek Aitem 1 Aitem 2 Aitem 3 Aitem 4 Aitem 5 Aitem 6 Aitem 7
1 3 3 4 2 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 5 4 3 4 3 3 3 4 6 3 3 3 3 3 2 3 7 3 3 3 3 3 3 3 8 2 2 2 2 3 2 3 9 4 4 4 4 4 3 4 10 3 3 3 3 3 3 4 11 3 3 3 3 3 2 3 12 3 3 3 2 2 2 3 13 3 3 2 3 3 2 3 14 3 3 2 3 3 2 3 15 3 3 3 3 3 2 3 16 3 3 3 3 3 3 3 17 3 3 3 3 3 3 3 18 3 3 4 3 3 3 4 19 4 3 4 3 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 21 4 4 4 3 3 3 3 22 4 4 4 3 3 3 3 23 3 4 3 3 3 3 3 24 4 3 3 3 3 3 4 25 3 3 3 3 3 3 3 26 4 3 3 3 3 3 4 27 4 4 3 3 3 4 3 28 3 4 2 3 3 3 2 29 3 4 3 3 3 2 3 30 3 3 3 3 3 3 3 31 3 3 3 2 3 3 3 32 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 34 4 3 4 3 3 3 4 35 4 3 3 3 3 4 3 36 4 4 3 3 3 4 3 37 3 4 3 3 3 4 4 38 3 3 3 3 3 3 4 39 4 4 4 3 3 3 3 40 3 2 3 3 3 3 3 41 4 3 3 3 3 2 4 42 3 3 3 3 3 2 3 43 3 3 3 3 3 3 3 44 3 3 3 3 3 3 4 45 3 3 3 3 3 3 3 46 3 3 3 3 3 3 3 47 4 3 3 3 3 4 4 48 3 3 2 3 3 2 3 49 3 3 3 3 3 3 3 50 4 4 4 3 3 3 3 51 4 4 4 3 3 3 3 52 3 4 3 3 3 3 3
75
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Uji Coba
Aitem8 Aitem9 Aitem 10 Aitem 11 Aitem 12 Aitem 13 Aitem 14 Aitem 15
3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 1 1 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
76
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Uji Coba
Aitem16 Aitem17 Aitem18 Aitem19 Aitem20 Aitem21 Aitem22 Aitem23
3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 4 4 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 2 2 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3
77
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Uji Coba
Aitem24 Aitem25 Aitem26 Aitem27 Aitem28 Aitem29 Aitem30 Aitem31
3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 4 4 1 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3
78
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Uji Coba
Aitem32 Aitem33 Aitem34 Aitem35 Aitem36 Aitem37 Aitem38 Aitem39
3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
79
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Uji Coba
Aitem40 Aitem41 Aitem42 Aitem43 Aitem44 Aitem45 Aitem46 Aitem47
4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
80
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Uji Coba
Aitem48 Skor Total
4 145 3 138 3 132 3 133 3 161 3 131 4 145 3 122 3 129 3 143 3 133 3 124 4 136 3 138 3 138 3 141 3 144 3 158 3 149 3 144 4 170 3 158 3 147 4 169 4 146 3 154 4 164 3 123 4 148 3 145 3 138 3 142 3 148 3 155 4 153 3 157 3 152 3 150 3 158 3 141 3 153 4 148 4 149 3 151 3 152 3 145 4 154 4 136 3 144 3 168 3 158 3 147
81
Uji Validitas dan Reliabilitas
82
Skala Kepribadian Hardiness Reliability Warnings The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.
Case Processing Summary N %
Valid 52 100,0Excluded(a) 0 ,0
Cases
Total 52 100,0a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,872 32
83
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Aitem01 97,71 49,974 ,363 ,869 Aitem02 97,87 50,825 ,276 ,870 Aitem03 98,02 51,274 ,080 ,880 Aitem04 98,02 48,098 ,577 ,863 Aitem05 98,17 43,911 ,602 ,863 Aitem06 97,90 48,794 ,575 ,864 Aitem07 98,00 50,745 ,332 ,869 Aitem08 97,92 50,072 ,436 ,867 Aitem09 97,62 48,908 ,513 ,865 Aitem10 97,90 48,285 ,483 ,866 Aitem11 97,77 47,906 ,464 ,866 Aitem12 97,96 50,822 ,290 ,870 Aitem13 97,73 47,495 ,739 ,860 Aitem14 97,73 48,906 ,524 ,865 Aitem15 98,02 49,431 ,473 ,866 Aitem16 98,00 48,196 ,513 ,865 Aitem17 97,96 46,861 ,656 ,861 Aitem18 98,06 49,702 ,423 ,867 Aitem19 98,21 50,562 ,444 ,868 Aitem20 97,94 52,722 -,016 ,875 Aitem21 97,71 49,347 ,455 ,866 Aitem22 98,46 49,391 ,476 ,866 Aitem23 97,94 50,957 ,294 ,870 Aitem24 98,08 49,445 ,402 ,868 Aitem25 98,19 47,256 ,658 ,861 Aitem26 98,31 49,668 ,483 ,866 Aitem27 98,15 51,976 ,158 ,872 Aitem28 98,10 52,285 ,165 ,872 Aitem29 98,13 52,982 -,082 ,874 Aitem30 98,13 52,785 ,000 ,872 Aitem31 97,81 53,139 -,084 ,878 Aitem32 97,63 49,060 ,491 ,866
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 101,13 52,785 7,265 32
84
Reliability Warnings The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.
Case Processing Summary N %
Valid 52 100,0Excluded(a) 0 ,0
Cases
Total 52 100,0a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,893 21 Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Aitem02 63,04 40,704 ,140 ,897 Aitem04 63,19 37,374 ,602 ,886 Aitem05 63,35 33,133 ,667 ,886 Aitem06 63,08 38,112 ,583 ,887 Aitem08 63,10 40,010 ,293 ,893 Aitem09 62,79 38,484 ,474 ,889 Aitem10 63,08 37,131 ,561 ,887 Aitem11 62,94 37,193 ,483 ,890 Aitem12 63,13 40,276 ,228 ,895 Aitem13 62,90 37,108 ,721 ,883 Aitem14 62,90 38,285 ,518 ,888 Aitem15 63,19 38,080 ,586 ,886 Aitem16 63,17 37,048 ,594 ,886 Aitem17 63,13 36,276 ,679 ,883 Aitem18 63,23 38,416 ,516 ,888 Aitem19 63,38 39,732 ,443 ,890 Aitem22 63,63 39,178 ,389 ,891 Aitem24 63,25 38,466 ,441 ,890 Aitem25 63,37 36,825 ,653 ,884 Aitem26 63,48 38,607 ,545 ,888 Aitem32 62,81 38,237 ,515 ,888
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 66,31 41,707 6,458 21
85
Skala Kesejahteraan Psikologis Reliability
Warnings The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.
Case Processing Summary N %
Valid 52 100,0Excluded(a) 0 ,0
Cases
Total 52 100,0a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,934 48
86
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Aitem01 143,00 119,451 ,651 ,931 Aitem02 143,08 122,857 ,334 ,934 Aitem03 143,17 120,185 ,525 ,932 Aitem04 143,38 124,555 ,265 ,934 Aitem05 143,27 127,220 -,088 ,935 Aitem06 143,40 120,716 ,449 ,933 Aitem07 143,08 123,210 ,333 ,933 Aitem08 143,56 119,075 ,601 ,931 Aitem09 143,12 115,281 ,759 ,930 Aitem10 143,44 121,899 ,421 ,933 Aitem11 142,96 122,155 ,386 ,933 Aitem12 143,04 121,293 ,424 ,933 Aitem13 143,10 117,030 ,731 ,930 Aitem14 143,23 124,769 ,281 ,934 Aitem15 143,31 123,315 ,407 ,933 Aitem16 143,19 120,629 ,468 ,933 Aitem17 143,60 123,226 ,295 ,934 Aitem18 143,33 122,107 ,294 ,935 Aitem19 143,15 122,995 ,413 ,933 Aitem20 143,13 118,197 ,561 ,932 Aitem21 143,13 119,295 ,573 ,932 Aitem22 143,23 124,181 ,368 ,933 Aitem23 143,42 121,935 ,476 ,932 Aitem24 143,27 125,259 ,273 ,934 Aitem25 143,58 119,817 ,499 ,932 Aitem26 143,04 122,038 ,427 ,933 Aitem27 143,38 121,967 ,386 ,933 Aitem28 143,27 121,926 ,579 ,932 Aitem29 143,15 119,741 ,590 ,931 Aitem30 143,46 121,861 ,451 ,933 Aitem31 143,04 117,802 ,576 ,932 Aitem32 143,17 119,401 ,639 ,931 Aitem33 143,15 120,839 ,590 ,932 Aitem34 143,29 119,974 ,620 ,931 Aitem35 143,31 123,864 ,408 ,933 Aitem36 143,27 121,024 ,606 ,932 Aitem37 143,23 122,259 ,474 ,932 Aitem38 143,33 122,264 ,586 ,932 Aitem39 143,42 124,837 ,159 ,935 Aitem40 143,31 121,354 ,511 ,932 Aitem41 143,17 122,499 ,587 ,932 Aitem42 143,19 119,923 ,670 ,931 Aitem43 143,25 122,505 ,554 ,932 Aitem44 143,17 122,381 ,510 ,932 Aitem45 143,19 123,139 ,445 ,933 Aitem46 143,35 123,250 ,505 ,933 Aitem47 143,19 123,452 ,350 ,933 Aitem48 143,04 124,587 ,207 ,934
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 146,29 126,798 11,260 48
87
Reliability Warnings The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.
Case Processing Summary N %
Valid 52 100,0Excluded(a) 0 ,0
Cases
Total 52 100,0a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,934 36
88
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Aitem01 106,71 90,092 ,627 ,931 Aitem02 106,79 92,837 ,332 ,934 Aitem03 106,88 90,614 ,514 ,932 Aitem06 107,12 90,967 ,447 ,933 Aitem08 107,27 89,416 ,613 ,931 Aitem09 106,83 86,107 ,772 ,929 Aitem10 107,15 91,780 ,443 ,933 Aitem12 106,75 91,681 ,403 ,934 Aitem13 106,81 87,727 ,735 ,930 Aitem16 106,90 91,108 ,446 ,933 Aitem18 107,04 92,351 ,277 ,936 Aitem19 106,87 92,982 ,409 ,933 Aitem20 106,85 88,603 ,574 ,932 Aitem21 106,85 89,780 ,567 ,932 Aitem23 107,13 92,158 ,460 ,933 Aitem25 107,29 90,248 ,492 ,933 Aitem26 106,75 92,074 ,431 ,933 Aitem28 106,98 92,098 ,569 ,932 Aitem29 106,87 90,040 ,598 ,931 Aitem30 107,17 91,950 ,451 ,933 Aitem31 106,75 88,230 ,591 ,932 Aitem32 106,88 89,673 ,655 ,931 Aitem33 106,87 91,060 ,592 ,932 Aitem34 107,00 90,353 ,617 ,931 Aitem35 107,02 93,784 ,395 ,933 Aitem36 106,98 91,353 ,592 ,932 Aitem37 106,94 92,212 ,487 ,933 Aitem38 107,04 92,430 ,569 ,932 Aitem40 107,02 91,470 ,517 ,932 Aitem41 106,88 92,496 ,592 ,932 Aitem42 106,90 90,206 ,680 ,931 Aitem43 106,96 92,548 ,551 ,932 Aitem44 106,88 92,261 ,532 ,932 Aitem45 106,90 93,226 ,423 ,933 Aitem46 107,06 93,114 ,516 ,933 Aitem47 106,90 93,147 ,375 ,934
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 110,00 96,275 9,812 36
89
Tabulasi Data Hasil Penelitian
90
Tabulasi Data Skala Kepribadian Hardiness Penelitian
No Subyek Aitem 1 Aitem 2 Aitem 3 Aitem 4 Aitem 5 Aitem 6 Aitem 7 1 3 3 4 3 3 3 1 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 5 4 3 1 3 3 4 3 6 3 3 1 3 3 3 3 7 3 2 2 3 3 3 3 8 3 2 2 2 3 3 2 9 3 3 3 3 3 3 3
10 3 3 2 3 2 3 2 11 3 3 3 3 3 3 3 12 3 2 2 3 3 3 3 13 3 3 1 3 3 3 3 14 3 1 3 3 4 3 3 15 3 3 2 3 3 3 3 16 3 3 3 3 3 3 3 17 3 3 3 3 2 3 3 18 3 4 3 3 3 3 3 19 4 3 4 3 3 3 3 20 3 3 3 4 3 4 2 21 3 3 3 3 3 3 3 22 4 3 3 3 3 3 3 23 3 3 4 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 25 3 3 1 3 3 3 3 26 3 3 3 3 3 3 3 27 3 3 2 3 3 3 3 28 3 3 4 3 3 4 3 29 3 3 3 3 3 3 3 30 4 3 4 3 3 4 4 31 3 3 3 3 3 3 3 32 4 3 1 3 3 4 3 33 3 3 2 3 4 3 3 34 4 2 1 3 4 3 3 35 4 3 4 3 3 3 4 36 3 3 2 3 3 3 3 37 3 4 3 3 3 4 3 38 3 4 4 3 3 4 3 39 4 3 3 3 3 3 3 40 3 3 3 3 3 3 3 41 4 3 3 3 3 3 3 42 3 3 4 3 3 3 3 43 3 4 4 3 3 3 3 44 3 3 2 3 2 3 3 45 3 3 3 3 3 3 3 46 3 3 3 3 3 3 3 47 3 4 3 3 3 3 3 48 4 3 3 3 3 3 3 49 3 3 3 3 3 3 3 50 3 3 3 3 3 3 3 51 4 3 3 4 3 3 3 52 3 3 3 3 3 3 3 53 3 3 1 3 3 3 3 54 3 3 3 3 3 3 3 55 3 3 2 3 3 3 3 56 3 3 3 3 3 3 3 57 3 3 3 3 3 3 3 58 4 3 4 3 3 3 4 59 3 3 3 3 3 3 4 60 4 1 3 4 4 4 3
91
Tabulasi Data Skala Kepribadian Hardiness Penelitian
Aitem 8 Aitem 9 Aitem 10 Aitem 11 Aitem 12 Aitem 13 Aitem 14 Aitem 15 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 1 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 1 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2
92
Tabulasi Data Skala Kepribadian Hardiness Penelitian
Aitem 16 Aitem 17 Aitem 18 Aitem 19 Aitem 20 Aitem 21 Skor Total 3 2 3 2 2 3 58 2 2 3 2 2 3 53 3 2 3 3 3 3 55 3 3 3 2 3 2 58 2 2 3 2 2 3 57 3 3 3 2 2 3 58 2 2 3 2 3 3 54 2 2 3 2 2 3 52 3 2 3 3 3 3 62 2 2 3 2 3 3 55 3 2 3 2 3 3 58 2 2 3 2 3 3 55 3 2 3 2 3 3 58 2 3 2 3 2 3 58 2 2 3 2 3 3 57 3 3 3 3 3 3 63 2 3 3 3 3 2 60 3 3 3 3 3 3 64 3 3 3 4 3 3 66 1 1 3 3 4 3 56 3 3 3 3 3 2 62 3 3 3 3 3 3 65 3 4 3 3 3 3 65 2 3 2 3 3 3 60 3 3 3 2 2 3 58 3 3 3 3 3 3 62 3 3 3 2 3 4 62 3 3 3 3 3 4 66 3 2 3 3 3 3 62 4 3 3 3 3 4 71 3 2 3 3 3 4 67 3 2 3 3 2 3 60 3 3 2 3 3 4 63 3 3 3 4 4 2 61 4 4 4 4 3 4 76 3 3 3 3 3 3 61 3 3 3 3 3 3 66 3 3 3 3 3 3 67 3 3 3 3 3 3 64 3 3 3 3 3 3 63 3 4 3 3 3 3 64 3 3 3 3 3 3 64 3 3 3 3 3 3 65 3 2 3 3 3 3 58 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 2 61 3 3 3 3 3 3 64 3 3 3 3 3 3 64 2 3 2 3 3 3 60 3 2 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 3 66 2 3 3 3 3 3 61 3 3 3 3 3 3 60 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 4 63 3 3 3 3 3 4 64 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 4 69 3 3 3 3 3 3 64 2 3 2 3 2 3 61
93
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Penelitian
No Subyek Aitem 1 Aitem 2 Aitem 3 Aitem 4 Aitem 5 Aitem 6 Aitem 7 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 2 2 2 2 5 3 4 2 3 2 2 2 6 3 3 2 2 2 3 2 7 3 3 3 2 2 2 2 8 3 3 3 2 2 2 2 9 3 3 3 2 2 2 3
10 3 3 3 2 2 2 2 11 3 3 3 3 2 2 2 12 3 3 3 3 2 2 2 13 3 3 3 3 2 3 3 14 4 3 4 3 2 2 2 15 3 3 3 3 2 2 2 16 3 3 3 2 2 3 3 17 3 3 3 3 3 3 2 18 3 3 3 3 3 3 3 19 3 3 3 2 3 3 3 20 4 3 4 3 1 3 2 21 3 3 3 3 2 3 2 22 3 3 3 3 2 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 2 3 2 25 3 3 2 2 2 3 2 26 3 3 2 2 3 3 3 27 3 3 3 2 2 3 3 28 3 3 3 3 3 3 3 29 3 3 3 3 3 3 4 30 3 3 4 4 3 4 3 31 3 3 3 3 2 3 3 32 3 3 3 2 3 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 34 3 4 4 2 4 2 1 35 3 3 3 3 4 4 4 36 3 3 3 3 3 3 3 37 3 3 3 3 2 3 3 38 3 3 3 2 2 3 3 39 3 3 3 3 2 3 3 40 3 3 3 3 2 3 3 41 3 3 3 3 2 4 3 42 3 3 3 3 3 3 3 43 3 3 3 3 2 3 3 44 3 3 3 3 2 3 3 45 3 3 3 2 2 3 3 46 3 3 3 2 2 3 3 47 3 3 3 2 2 3 3 48 3 3 3 3 2 3 3 49 3 3 3 3 2 3 2 50 3 3 3 3 2 3 3 51 3 3 3 4 3 3 3 52 3 3 3 3 2 3 2 53 3 3 2 2 2 3 2 54 3 3 2 2 3 3 3 55 3 3 3 2 2 3 3 56 3 3 3 3 2 3 3 57 3 3 3 3 3 3 4 58 3 3 3 4 3 3 3 59 3 3 3 3 3 3 3 60 4 4 4 3 1 2 3
94
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Penelitian
Aitem 8 Aitem 9 Aitem 10 Aitem 11 Aitem 12 Aitem 13 Aitem 14 Aitem 15 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 4 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 1 1 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3
95
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Penelitian
Aitem 16 Aitem 17 Aitem 18 Aitem 19 Aitem 20 Aitem 21 Aitem 22 Aitem 23 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 3 1 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 1 3 2 4 1 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
96
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Penelitian
Aitem 24 Aitem 25 Aitem 26 Aitem 27 Aitem 28 Aitem 29 Aitem 30 Aitem 31 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
97
Tabulasi Data Skala Kesejahteraan Psikologis Penelitian
Aitem 32 Aitem 33 Aitem 34 Aitem 35 Aitem 36 Skor Total 3 3 3 2 3 99 3 3 3 2 3 97 3 3 3 3 3 103 3 3 3 3 3 101 2 3 3 2 3 92 3 3 3 3 3 100 3 3 3 3 3 98 3 3 3 3 3 92 3 3 3 3 3 99 3 3 3 3 3 99 3 3 3 3 3 101 3 2 3 2 2 92 2 3 2 3 3 100 3 3 3 3 3 99 3 3 3 3 3 95 3 3 3 3 4 105 3 3 3 3 2 103 3 3 3 3 3 108 3 3 3 3 3 108 4 3 4 2 3 105 3 3 3 3 3 106 3 3 3 3 3 106 3 3 3 3 3 108 3 3 3 3 3 104 3 3 3 3 3 100 3 3 3 3 3 102 3 3 3 3 3 103 3 3 3 3 3 106 3 3 3 3 3 108 3 3 3 3 3 110 3 3 3 3 3 104 3 3 4 3 2 97 3 3 3 3 3 109 3 1 4 3 4 103 4 4 3 3 4 120 3 3 3 3 3 105 3 4 3 3 3 107 3 3 3 3 4 108 3 3 3 3 3 105 3 3 3 3 4 106 3 3 3 3 3 106 3 3 3 3 3 107 3 3 3 3 3 106 3 3 3 3 3 105 3 3 3 3 3 104 3 3 3 3 3 104 3 3 3 3 3 105 3 3 3 3 3 105 3 3 3 3 3 104 3 4 3 3 4 108 3 3 3 3 3 110 3 3 3 3 3 104 3 4 3 3 3 102 3 4 3 3 3 103 3 4 3 3 3 104 3 3 3 3 3 104 3 3 3 3 3 108 3 3 3 3 3 108 3 3 3 3 3 106 3 3 2 3 3 104
98
Uji Asumsi
( Uji Normalitas & Uji Linearitas)
99
UJI NORMALITAS NPar Tests Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Hardiness 60 61,63 4,376 52 76 Kespsi 60 103,67 4,789 92 120
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Hardiness Kespsi N 60 60
Mean 61,63 103,67 Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 4,376 4,789
Absolute ,094 ,145 Positive ,094 ,116
Most Extreme Differences
Negative -,089 -,145 Kolmogorov-Smirnov Z ,731 1,120 Asymp. Sig. (2-tailed) ,660 ,162
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
100
UJI LINEARITAS Means Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent Kespsi * Hardiness 60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%
Report Kespsi
Hardiness Mean N Std. Deviation 52 92,00 1 .53 97,00 1 .54 98,00 1 .55 98,00 3 5,56856 105,00 1 .57 93,50 2 2,12158 100,63 8 1,92360 102,00 5 2,91561 104,00 5 ,70762 103,60 5 3,50763 105,88 8 2,23264 105,75 8 1,28265 106,67 3 1,15566 107,75 4 1,70867 106,00 2 2,82869 108,00 1 .71 110,00 1 .76 120,00 1 .Total 103,67 60 4,789
ANOVA Table
Sum of
Squares Df Kespsi * Hardiness Between Groups (Combined) 1109,967 17 Linearity 938,297 1 Deviation from
Linearity 171,669 16
Within Groups 243,367 42 Total 1353,333 59
101
Mean Square F Sig. Kespsi * Hardiness Between Groups (Combined) 65,292 11,268 ,000 Linearity 938,297 161,931 ,000 Deviation from
Linearity 10,729 1,852 ,056
Within Groups 5,794 Total
Measures of Association R R Squared Eta Eta Squared Kespsi * Hardiness ,833 ,693 ,906 ,820
102
Uji Hipotesis
103
Correlations Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Hardiness 61,63 4,376 60Kespsi 103,67 4,789 60
Correlations Hardiness Kespsi
Pearson Correlation 1 ,833(**)
Sig. (1-tailed) . ,000
Hardiness
N 60 60Pearson Correlation ,833(**) 1
Sig. (1-tailed) ,000 .
Kespsi
N 60 60** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
104
Skala Uji Coba
105
ANGKET PENELITIAN
Kepada yang terhormat Bapak/Ibu di tempat.
Salam sejahtera,
Saya Galih Laksita Cyrillus, mahasiswa semester VIII Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma. Saya sedang menyelesaikan skripsi/tugas akhir saya.
Dalam rangka penyusunan skripsi, saya meminta bantuan Bapak/Ibu meluangkan waktu
sejenak untuk mengisi angket ini.
Di bawah ini disediakan sejumlah pernyataan tentang berbagai hal mengenai
keadaan diri Bapak/Ibu. Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan pendapat terhadap
semua pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu.
Tunjukkan pendapat Bapak/Ibu dengan memberikan tanda silang ( X ) pada huruf :
A. Bila SANGAT SETUJU dengan pernyataan tersebut.
B. Bila SETUJU dengan pernyataan tersebut.
C. Bila TIDAK SETUJU dengan pernyataan tersebut.
D. Bila SANGAT TIDAK SETUJU dengan pernyataan tersebut.
Jangan ragu-ragu dalam berpendapat. Berikan pendapat Bapak/Ibu SESUAI
DENGAN KEADAAN DIRI Bapak/Ibu yang sebenarnya. Usahakan jangan ada yang
terlewati. Sebelum Bapak/Ibu memulai, terlebih dahulu silahkan mengisi identitas diri.
Atas bantuan yang Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan banyak terima kasih.
Terima Kasih
Galih Laksita Cyrillus
(Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma)
106
Identitas diri (Identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan)
Nama : ……………………………………
Usia : ……………………………………
Jenis Kelamin : Pria / Wanita (coret yang tidak perlu)
Pendidikan Terakhir : ……………………………………
Pekerjaan : ……………………………………
Status Pernikahan : Menikah / Tidak menikah (coret yang tidak perlu)
Alamat Tinggal : ……………………………………
107
BAGIAN I
1. Saya merasa antusias (bersemangat) dengan kegiatan-kegiatan yang saya jalani.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
2. Menurut saya setiap orang pasti akan mengalami perubahan-perubahan dalam hidupnya
dan hal itu merupakan suatu hal yang wajar.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
3. Saya meyakini keberhasilan seseorang tergantung dari usaha diri sendiri.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
4. Saya cenderung memendam sendiri permasalahan-permasalahan yang sedang saya hadapi.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
5. Bagi saya pensiun merupakan akhir dari hidup saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
6. Jika suatu saat saya mengalami kegagalan, saya percaya bahwa saya akan berhasil di
kemudian hari.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
7. Saya mempunyai tujuan-tujuan yang harus saya capai dalam waktu dekat ini maupun yang
akan datang.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
8. Saya memandang permasalahan, tuntutan hidup yang semakin berkembang sebagai suatu
tantangan bagi diri saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
9. Saya merasa menjadi bagian dari orang-orang di lingkungan sekitar saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
108
10. Saya merasa putus asa ketika gagal mencapai suatu hal, dan enggan mencoba berusaha
kembali.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
11. Saya senang ngobrol bertukar pikiran, pengalaman, informasi ataupun bercerita mengenai
masalah yang sedang saya hadapi kepada teman dekat saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
12. Perubahan-perubahan hidup yang terjadi merusak semua harapan-harapan saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
13. Saya merasa orang-orang di sekitar saya tidak membutuhkan kehadiran saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
14. Saya cenderung setengah-setengah dalam melakukan kegiatan-kegiatan saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
15. Perubahan-perubahan hidup yang terjadi membuat saya tidak dapat hidup tenang,
menikmati hidup.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
16. Saya lebih mempercayai nasib baik dan keberuntungan dari pada usaha diri sendiri.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
17. Saya terbiasa menjalani hidup ini tanpa rencana.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
18. Saya merasa mampu mengendalikan, dan mengubah situasi-situasi yang tidak
menyenangkan menjadi selaras dengan keinginan dan harapan saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
109
19. Saya merasa tidak berdaya ketika menghadapi permasalahan, tuntutan hidup dan situasi-
situasi yang tidak menyenangkan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
20. Perubahan hidup yang terjadi berguna bagi perkembangan diri saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
21. Saya terbiasa mengisi waktu luang saya dengan kegiatan-kegiatan tertentu yang
bermanfaat.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
22. Bila saya merencanakan sesuatu, saya cukup yakin dapat melaksanakannya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
23. Saya sulit merasa antusias (bersemangat) ketika menjalankan kegiatan-kegiatan saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
24. Jika saya memperoleh apa yang saya inginkan, biasanya karena saya bekerja keras untuk
mmperolehnya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
25. Pensiun / masa tua merupakan masa untuk mengistirahatkan diri dan ongkang-ongkang
kaki.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
26. Meskipun saya sudah pensiun bukan berarti saya tidak bisa bekerja/berkarya lagi.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
27. Bagi saya masa masa tua/pensiun merupakan masa untuk mengembangkan hobi-hobi saya
yang selama ini kurang saya optimalkan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
110
28. Saya dapat menjalani kegiatan-kegiatan saya dengan sungguh-sungguh, tanggungjawab dan
sepenuh hati.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
29. Jika saya memeproleh apa yang saya inginkan, biasanya karena saya beruntung.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
30. Bila saya merencanakan sesuatu, saya tidak yakin dapat melaksanakannya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
31. Perkembangan diri saya menjadi terhambat akibat perubahan hidup yang terjadi.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
32. Banyak waktu luang saya, saya gunakan untuk santai-santai dan ongkang-ongkang kaki
sambil merenungi nasib.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
BAGIAN II
1. Saya tahu bahwa saya dapat mempercayai teman saya dan sebaliknya mereka tahu bahwa
mereka dapat mempercayai saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
2. Jika saya membandingkan dengan teman atau kenalan saya, saya merasa bahagia melihat
diri saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
3. Saya lebih senang bila dapat mengambil keputusan sendiri daripada saya tergantung pada
persetujuan orang lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
111
4. Saya mampu mengelola banyak tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
5. Saya mengetahui tujuan hidup saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
6. Saya masih terbayang-bayang pengalaman buruk di masa lalu
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
7. Saya merasa bahwa dengan berjalannya waktu, makin banyak hal yang saya pelajari.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
8. Bagi saya lebih baik mengikuti pola kehidupan yang sudah ada daripada harus membuat
perubahan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
9. Sekarang ini saya merasa sudah tidak ada lagi yang akan saya capai dalam kehidupan saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
10. Saya cenderung pasrah jika apa yang saya dapatkan tidak sesuai dengan apa yang saya
harapkan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
11. Saya merasa cemas dan gelisah bila saya tidak mempunyai sesuatu hal yang orang lain
punyai.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
12. Saya memperhitungkan untung ruginya terlebih dahulu sebelum menolong teman saya
yang sedang membutuhkan bantuan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
112
13. Meskipun saya memiliki kekurangan-kekurangan, namun saya tidak merasa rendah diri
karena saya mempunyai kelebihan-kelebihan yang dapat saya banggakan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
14. Saya akan menjadi pendengar yang baik ketika teman dekat saya berbagi masalah mereka.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
15. Saya tidak takut untuk menyuarakan pendapat saya meskipun bertentangan dengan
pendapat kebanyakan orang.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
16. Pada umumnya saya sudah mampu dalam mengatur keuangan dan mengatasi masalah-
masalah saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
17. Saya adalah tipe orang yang suka mencoba hal baru.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
18. Saya merasa puas dengan apa yang telah saya peroleh pada masa lalu.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
19. Saya tidak pernah merasakan/mengalami hubungan yang hangat dan penuh percaya
dengan orang lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
20. Saya cenderung terpengaruh oleh orang yang memiliki pendirian yang kuat.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
21. Saya menjalani kehidupan sehari-hari begitu saja tanpa memikirkan masa depan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
22. Menurut penilaian saya, saya tidak yakin bahwa hidup saya telah berkembang cukup
banyak.
113
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
23. Saya telah berhasil membangun kehidupan dan cara hidup sesuai dengan keinginan saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
24. Mudah bagi diri saya untuk memahami dan ikut merasakan apa yang sedang dirasakan
orang lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
25. Setiap orang memiliki kekurangan, akan tetapi tampaknya saya mempunyai lebih banyak
kekurangan dari kebanyakan orang.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
26. Saya dan teman saling menolong ketika kami sedang mengalami kesulitan/masalah.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
27. Saya sering merasa berat dengan semua beban tanggung jawab saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
28. Saya menyukai dan menikmati penyusunan rencana di masa depan dan berusaha
mewujudkannya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
29. Seiring berjalannya waktu saya menjadi lebih memahami hidup saya, dimana hal tersebut
membuat saya lebih kuat dan semakin mampu.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
30. Saya tidak suka melakukan hal-hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
31. Di masa tua ini buat apa repot mengurusi orang lain, lebih baik mengurusi diri sendiri saja.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
114
32. Saya merasa telah menyia-nyiakan banyak waktu saya dengan hal-hal yang tidak
bermanfaat.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
33. Kehidupan sehari-hari saya terasa membosankan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
34. Menurut pandangan saya, setiap manusia pada usia berapapun secara pribadi akan tetap
mampu untuk terus tumbuh dan berkembang.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
35. Saya jadi frustrasi ketika mencoba merencanakan kegiatan sehari-hari, karena saya tidak
pernah mampu memenuhi apa yang telah saya rencanakan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
36. Sulit bagi saya untuk menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
37. Saya cenderung mengubah cara berpikir dan bertindak agar semakin mirip dengan orang di
sekitar saya, tanpa saya pertimbangkan terlebih dahulu.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
38 Saya gagal dalam mencoba membuat perubahan dalam diri saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
39. Saya merasa cukup puas dengan keadaan masa lalu maupun masa sekarang.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
40. Saya tidak senang bila orang lain mengatur-atur apa yang akan saya lakukan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
41. Saya mengisi masa tua saya dengan kegiatan-kegiatan tertentu.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
115
42. Saya merasa kehidupan yang saya jalani sangat menarik.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
43. Di masa tua/pensiun ini saya masih ingin membagi ilmu dan kemampuan saya kepada
orang lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
44. Saya merasa tidak bahagia dengan keadaan diri saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
45. Keberhasilan saya tidak dapat dibandingkan/disamakan dengan keberhasilan orang lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
46. Saya sulit mempertahankan pendapat yang saya punyai.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
47. Saya merasa kecewa dengan keadaan masa lalu maupun masa sekarang.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
48. Sekarang ini saya merasa sudah tidak berguna lagi.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
TERIMA KASIH
116
Skala Final Penelitian
117
118
ANGKET PENELITIAN
Kepada yang terhormat Bapak/Ibu di tempat.
Salam sejahtera,
Saya Galih Laksita Cyrillus, mahasiswa semester VIII Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma. Saya sedang menyelesaikan skripsi/tugas akhir saya.
Dalam rangka penyusunan skripsi, saya meminta bantuan Bapak/Ibu meluangkan waktu
sejenak untuk mengisi angket ini.
Di bawah ini disediakan sejumlah pernyataan tentang berbagai hal mengenai
keadaan diri Bapak/Ibu. Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan pendapat terhadap
semua pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu.
Tunjukkan pendapat Bapak/Ibu dengan memberikan tanda silang ( X ) pada huruf :
A. Bila SANGAT SETUJU dengan pernyataan tersebut.
B. Bila SETUJU dengan pernyataan tersebut.
C. Bila TIDAK SETUJU dengan pernyataan tersebut.
D. Bila SANGAT TIDAK SETUJU dengan pernyataan tersebut.
Jangan ragu-ragu dalam berpendapat. Berikan pendapat Bapak/Ibu SESUAI
DENGAN KEADAAN DIRI Bapak/Ibu yang sebenarnya. Usahakan jangan ada yang
terlewati. Sebelum Bapak/Ibu memulai, terlebih dahulu silahkan mengisi identitas diri.
Atas bantuan yang Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan banyak terima kasih.
Terima Kasih
Galih Laksita Cyrillus
(Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma)
119
Identitas diri (Identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan)
Nama : ……………………………………
Usia : ……………………………………
Jenis Kelamin : Pria / Wanita (coret yang tidak perlu)
Pendidikan Terakhir : ……………………………………
Pekerjaan : Pensiunan / Bukan pensiunan (coret yang tidak perlu)
Status Pernikahan : Menikah / Tidak menikah (coret yang tidak perlu)
Alamat Tinggal : ……………………………………
120
BAGIAN I
1. Menurut saya setiap orang pasti akan mengalami perubahan-perubahan dalam
hidupnya dan hal itu merupakan suatu hal yang wajar.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
2. Saya cenderung memendam sendiri permasalahan-permasalahan yang sedang saya
hadapi.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
3. Bagi saya pensiun merupakan akhir dari hidup saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
4. Jika suatu saat saya mengalami kegagalan, saya percaya bahwa saya akan berhasil di
kemudian hari.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
5. Saya memandang permasalahan, tuntutan hidup yang semakin berkembang sebagai
suatu tantangan bagi diri saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
6. Saya merasa menjadi bagian dari orang-orang di lingkungan sekitar saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
7. Saya merasa putus asa ketika gagal mencapai suatu hal, dan enggan mencoba
berusaha kembali.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
8. Saya senang ngobrol bertukar pikiran, pengalaman, informasi ataupun bercerita
mengenai masalah yang sedang saya hadapi kepada teman dekat saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
9. Perubahan-perubahan hidup yang terjadi merusak semua harapan-harapan saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
121
10. Saya merasa orang-orang di sekitar saya tidak membutuhkan kehadiran saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
11. Saya merasa mampu mengendalikan, dan mengubah situasi-situasi yang tidak
menyenangkan menjadi selaras dengan keinginan dan harapan saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
12. Saya cenderung setengah-setengah dalam melakukan kegiatan-kegiatan saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
13. Perubahan-perubahan hidup yang terjadi membuat saya tidak dapat hidup tenang,
menikmati hidup.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
14. Saya lebih mempercayai nasib baik dan keberuntungan dari pada usaha diri sendiri.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
15. Saya terbiasa menjalani hidup ini tanpa rencana.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
16. Saya merasa tidak berdaya ketika menghadapi permasalahan, tuntutan hidup dan
situasi-situasi yang tidak menyenangkan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
17. Pensiun / masa tua merupakan masa untuk mengistirahatkan diri dan ongkang-
ongkang kaki.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
18. Bila saya merencanakan sesuatu, saya cukup yakin dapat melaksanakannya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
122
19. Banyak waktu luang saya, saya gunakan untuk santai-santai dan ongkang-ongkang
kaki.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
20. Jika saya memperoleh apa yang saya inginkan, biasanya karena saya bekerja keras
untuk memperolehnya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
21. Meskipun saya sudah pensiun bukan berarti saya tidak bisa bekerja/berkarya lagi.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
BAGIAN II
1. Saya tahu bahwa saya dapat mempercayai teman saya dan sebaliknya mereka tahu
bahwa mereka dapat mempercayai saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
2. Jika saya membandingkan dengan teman atau kenalan saya, saya merasa bahagia
melihat diri saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
3. Saya lebih senang bila dapat mengambil keputusan sendiri daripada saya tergantung
pada persetujuan orang lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
4. Saya masih terbayang-bayang pengalaman buruk di masa lalu
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
5. Bagi saya lebih baik mengikuti pola kehidupan yang sudah ada daripada harus
membuat perubahan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
123
6. Sekarang ini saya merasa sudah tidak ada lagi yang akan saya capai dalam
kehidupan saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
7. Saya cenderung pasrah jika apa yang saya dapatkan tidak sesuai dengan apa yang
saya harapkan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
8. Saya memperhitungkan untung ruginya terlebih dahulu sebelum menolong teman
saya yang sedang membutuhkan bantuan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
9. Meskipun saya memiliki kekurangan-kekurangan, namun saya tidak merasa rendah
diri karena saya mempunyai kelebihan-kelebihan yang dapat saya banggakan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
10. Pada umumnya saya sudah mampu dalam mengatur keuangan dan mengatasi
masalah-masalah saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
11. Saya merasa puas dengan apa yang telah saya peroleh pada masa lalu.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
12. Saya tidak pernah merasakan/mengalami hubungan yang hangat dan penuh percaya
dengan orang lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
13. Saya cenderung terpengaruh oleh orang yang memiliki pendirian yang kuat.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
14. Saya menjalani kehidupan sehari-hari begitu saja tanpa memikirkan masa depan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
124
15. Saya telah berhasil membangun kehidupan dan cara hidup sesuai dengan keinginan
saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
16. Setiap orang memiliki kekurangan, akan tetapi tampaknya saya mempunyai lebih
banyak kekurangan dari kebanyakan orang.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
17. Saya dan teman saling menolong ketika kami sedang mengalami kesulitan/masalah.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
18. Saya menyukai dan menikmati penyusunan rencana di masa depan dan berusaha
mewujudkannya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
19. Seiring berjalannya waktu saya menjadi lebih memahami hidup saya, dimana hal
tersebut membuat saya lebih kuat dan semakin mampu.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
20. Saya tidak suka melakukan sesuatu hal yang belum pernah saya lakukan
sebelumnya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
21. Di masa tua ini buat apa repot mengurusi orang lain, lebih baik mengurusi diri
sendiri saja.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
22. Saya merasa telah menyia-nyiakan banyak waktu saya dengan hal-hal yang tidak
bermanfaat.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
23. Kehidupan sehari-hari saya terasa membosankan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
125
24. Menurut pandangan saya, setiap manusia pada usia berapapun secara pribadi akan
tetap mampu untuk terus tumbuh dan berkembang.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
25. Saya jadi frustrasi ketika mencoba merencanakan kegiatan sehari-hari, karena saya
tidak pernah mampu memenuhi apa yang telah saya rencanakan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
26. Sulit bagi saya untuk menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
27. Saya cenderung mengubah cara berpikir dan bertindak agar semakin mirip dengan
orang di sekitar saya, tanpa saya pertimbangkan terlebih dahulu.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
28 Saya gagal dalam mencoba membuat perubahan dalam diri saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
29. Saya tidak senang bila orang lain mengatur-atur apa yang akan saya lakukan.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
30. Saya mengisi masa tua saya dengan kegiatan-kegiatan tertentu.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
31. Saya merasa kehidupan yang saya jalani sangat menarik.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
32. Di masa tua/pensiun ini saya masih ingin membagi ilmu dan kemampuan saya
kepada orang lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
33. Saya merasa tidak bahagia dengan keadaan diri saya.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
126
34. Keberhasilan saya tidak dapat dibandingkan/disamakan dengan keberhasilan orang
lain.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
35. Saya sulit mempertahankan pendapat yang saya punyai.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
36. Saya merasa kecewa dengan keadaan masa lalu maupun masa sekarang.
A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
TERIMA KASIH
127
Surat Ijin Penelitian
128
129
130
131
132
PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN KEPRIBADIAN HARDINESS DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA
Disusun oleh :
Nama : Galih Laksita Cyrillus
NIM : 039114072
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
133
PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN KEPRIBADIAN HARDINESS DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
PADA LANSIA
I. Latar Belakang
Usia lanjut (aging) adalah periode terakhir dalam rentang kehidupan seseorang.
Berdasarkan undang-undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia, seseorang
disebut usia lanjut jika orang tersebut telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Sulistyo, 2003).
Badan kesehatan dunia (WHO) (dalam Sulistyo, 2003) juga menetapkan umur 60 tahun
sebagai batas umur menuju ke segmen usia lanjut. Sementara Hurlock (1991) menyatakan
bahwa periode terakhir dalam rentang kehidupan sering dibagi menjadi usia lanjut dini, yang
berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang mulai pada usia
tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang.
Pada masa usia lanjut terjadi banyak perubahan, baik kondisi biologis, psikologis
maupun sosial. Perubahan-perubahan tersebut mengarah pada penurunan kondisi biologis,
psikologis maupun sosial individu. Penurunan pada ketiga kondisi tersebut sering disebut
penurunan kondisi biopsikososial.
Kondisi biopsikososial individu berhubungan erat dengan kesehatan mental individu.
Kondisi biopsikososial merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental
individu. Apabila kondisi biopsikososial individu baik maka kesehatan mental individu juga
baik. Notosoedirjo dan Latipun (2000) mengungkapkan bahwa, sejalan dengan kondisi
biopsikososial orang lanjut usia yang mengalami penurunan tersebut, maka masalah di bidang
kesehatan mental pada orang lanjut usia tidaklah terelakkan.
Orang lanjut usia termasuk kelompok yang memiliki berbagai masalah dengan
kesehatan mental. Darmojo (dalam Kompas, 2002) mengatakan bahwa para lansia umumnya
mengalami kemunduran mental-psikologik. Hal tersebut diperoleh dari hasil penelitiannya
pada tahun 1997 yang menunjukkan bahwa lansia yang terjangkit "penyakit lupa" mencapai
50,3 persen, kesepian 20,4 persen, sulit tidur 21,3 persen, dan depresi 4,2 persen. Itu semua
merupakan gejala dini gangguan mental (demensia) Alzheimer. Sehubungan dengan berbagai
kondisi mental itu, maka kalangan orang lanjut usia perlu memperoleh perhatian khusus dalam
penanganan kesehatan mentalnya (Notosoedirjo & Latipun, 2000).
134
Seiring dengan kemajuan jaman, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya di bidang kedokteran, peningkatan kesehatan lingkungan, serta kesuksesan program
keluarga berencana, secara umum meningkatkan usia harapan hidup penduduk. Peningkatan
usia harapan hidup tersebut mengakibatkan jumlah penduduk yang berusia lanjut semakin
banyak dan menyebabkan adanya ledakan jumlah lansia yang cukup besar. Dalam sensus
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun
untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun (Kompas, 2002). Pertumbuhan jumlah penduduk lansia
di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia (mencapai 414 persen) dalam kurun waktu
tahun 1990-2025 (Kompas, 2002). Menurut Darmojo (dalam Kompas, 2002) jumlah lansia
yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37
persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat
empat dunia di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Ledakan jumlah lansia yang cukup besar ini perlu mendapatkan penanganan yang tepat.
Hal ini perlu dilakukan sebab lansia merupakan kelompok yang memiliki berbagai masalah
dengan kesehatan mental. Jika ledakan jumlah lansia yang cukup besar ini tidak mendapatkan
penanganan yang tepat, maka dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi lansia sendiri,
keluarga maupun masyarakat. Penanganan yang tepat itu adalah mengusahakan kesehatan
mental bagi para lansia tersebut. Diharapkan dengan mengusahakan kesehatan mental bagi para
lansia, berbagai masalah kesehatan mental yang sering dialami lansia dapat diantisipasi.
Diharapkan pula dengan kondisi yang sehat mental pada para lansia, ledakan jumlah lansia
yang cukup besar tersebut tidak mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan bagi lansia
sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Berkaitan dengan kesehatan mental pada individu, kondisi psikologis merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh di dalamnya. Kondisi psikologis yang kurang baik akan berakibat
buruk bagi kesehatan mental, sementara kondisi psikologis yang baik akan memperkuat
kesehatan mentalnya (Notosoedirjo & Latipun, 2000). Kondisi psikologis yang baik adalah
kondisi psikologis yang sehat. Dalam ilmu psikologi dikenal konsep yang dinamakan
kesejahteraan psikologis (psychological well-being). Kesejahteraan psikologis merupakan
suatu konsep yang membahas kesehatan psikologis individu. Dalam konsep tersebut individu
yang dikatakan sehat secara psikologis adalah mereka yang mengalami kesejahteraan
psikologis. Dengan demikian kesejahteraan psikologis merupakan suatu kondisi psikologis
yang berpengaruh terhadap kesehatan mental individu.
135
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa kesejahteraan
psikologis dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor itu antara lain faktor usia (Ryff,1989b;
Ryff & Keyes, 1995), jenis kelamin (Ryff,1989b; Ryff & Keyes, 1995), status pernikahan,
kondisi keuangan dan kesehatan (Ryff,1989b), serta tingkat pendidikan (Ryff & Shmotkin,
2002). Selain itu beberapa peneliti juga mengungkapkan faktor-faktor lainnya seperti; coping
(Kling, Seltzer, & Ryff, 1997), budaya (Ryff, 1995), kepribadian big five (Schmutte & Ryff,
1997) dan kepribadian hardiness (Florian, Mikulincer & Taubman, 1995).
Kepribadian merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan
psikologis individu. Seperti yang telah dipaparkan diatas, salah satu kepribadian yang
berpengaruh adalah kepribadian hardiness. Kepribadian hardiness adalah konsep kepribadian
yang dikembangkan oleh Kobasa dan Maddi (Sarafino,1994). Hardiness adalah karakteristik
kepribadian yang mempunyai fungsi sebagai sumber perlawanan ketika menghadapi
peristiwa/kejadian yang stressfull (Kobasa, Maddi & Kahn, 1982).
Usia lanjut merupakan masa yang sulit, dimana terjadi penurunan kondisi fisik,
kesehatan, penghasilan, kehilangan pekerjaan dan terkadang kehilangan pasangan hidup atau
teman karena kematian, dll (Sarafino,1994). Terlebih lagi di dalam masyarakat terdapat
stereotipe-stereotipe negatif yang memberikan pandangan negatif mengenai usia lanjut. Itu
semua dapat memicu terjadinya stress pada para lansia.
Stress merupakan hubungan/transaksi antara individu dengan lingkungan (Folkman,
1984). Menurut Folkman (1984), Folkman, Lazarus, Gruen & Delongis (1986) stress terdiri
dari dua proses, yaitu penilaian kognitif dan coping. Penilaian kognitif adalah proses yang
dilakukan oleh individu untuk menilai kejadian/peristiwa yang dihadapinya (Folkman, 1984).
Penilaian kognitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penilaian primer dan penilaian sekunder.
Penilaian primer merupakan penilaian individu atas transaksinya dengan kejadian/peristiwa
yang dihadapi tersebut. Individu akan menilai bagaimanakah dampak transaksi tersebut
terhadap kesejahteraannya (well-being). Ia akan menilai transaksi tersebut tidak relevan, tidak
merugikan-positif, atau stresfull bagi dirinya. Sedang penilaian sekunder adalah pengukuran
sumberdaya coping yang dimilikinya dan pilihan strategi copingnya.
Setelah melakukan penilaian kognitif, individu akan menentukan strategi coping yang
akan digunakan. Coping adalah respon individu untuk mengatasi stress yang sedang dihadapi.
Coping adalah adalah suatu proses dimana individu dengan sumberdaya yang ada dalam
dirinya melakukan suatu usaha baik kognitif maupun tindakan (behavioral) untuk mengelola
136
(menguasai, mengurangi, atau mentolelir) tuntutan internal dan eksternal yang dihasilkan oleh
transaksi yang stresfull (Folkman & Lazarus, 1980; Lazarus & Launier, 1978; dalam Folkman,
1984). Secara umum coping dibedakan menjadi dua yaitu emotion-focused coping dan
problem-focused coping. Emotion-focused coping adalah coping yang digunakan untuk
mengelola/mengatur emosi/ketegangan yang timbul karena stress. Sedang problem-focused
coping adalah coping yang digunakan untuk mengelola masalah yang menyebabkan stress.
Individu yang berpikir dengan sumberdayanya merasa mampu untuk mengubah situasi
stressfull akan cenderung mengunakan strategi problem-focused coping dalam menghadapi
situasi stresfull tsb. Sedangkan individu yang berpikir dengan sumberdayanya merasa tidak
mampu untuk mengubah situasi stressfull akan cenderung mengunakan strategi emotion-
focused coping (Folkman, 1984).
Dalam sebuah penelitian mengenai coping, Kling, Seltzer dan Ryff (1997)
mengungkapkan bahwa jenis coping yang dipakai individu dalam menghadapi stress,
berdampak pada kesejahteraan psikologisnya. Individu yang cenderung mengunakan problem-
focused coping secara signifikan berhubungan dengan tingkat kesejahteraan psikologis yang
tinggi, sedangkan individu yang cenderung mengunakan emotion-focused coping secara
signifikan berhubungan dengan tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah.
Dari penelitian mengenai coping tersebut dapat kita ketahui bahwa kecenderungan
penggunaan problem-focused coping dalam menghadapi stress ternyata memberikan dampak
pada tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi pada individu. Dengan demikian strategi
problem-focused coping merupakan strategi yang diharapkan dimiliki oleh individu dalam
menghadapi stress.
Kecenderungan pengunaan problem-focused coping ini ternyata banyak dimiliki oleh
individu yang berkepribadian hardiness. Individu yang berkepribadian hardiness adalah
individu yang memiliki karakteristik tinggi pada tingkat commitment, control dan challenge.
Karakteristik yang tinggi pada tingkat commitment, control dan challenge tersebut
membuat individu yang kepribadian hardiness mampu mengatasi tekanan/tuntutan hidupnya
sehingga menjadi tahan banting. Dengan kata lain individu dengan kepribadian ini tidak mudah
lari pada penyesuaian diri yang maladaptif (Astuti, dalam Purnami, 1997).
Ketika menghadapi stress, individu dengan kepribadian hardiness cenderung memiliki
penilaian kognitif yang positif. Individu hardiness cenderung menilai kejadian/peristiwa yang
dihadapi sebagai sesuatu yang tidak terlalu stresfull dan optimis terhadap kemampuan
sumberdayanya untuk mengatasinya (Allred & Smith, 1989; Kobasa, 1982; Kobasa et al, 1981;
137
Pagana, 1990 ; Rhodewalt & Zone, 1989; Westman, 1990; Wiebe, 1991; dalam Florian,
Mikulincer & Taubman, 1995). Kobasa dan Gentry (dalam Florian et al, 1995)
mengungkapkan bahwa individu yang memiliki tingkat hardiness tinggi lebih cenderung aktif,
mengubah stress yang dihadapi menjadi suatu pengalaman yang tidak merugikan dengan
penggunaan strategi problem-focused. Individu yang memiliki tingkat hardiness tinggi secara
umum lebih cenderung sering menggunakan problem-focused coping dan jarang mengunakan
emotion-focused coping, bila dibandingkan individu yang memiliki tingkat hardiness rendah
(Kobasa & Puccetti, 1983; Schlosser & Sheeley, 1985; Westman, 1990; Williams, Weibe, &
Smith, 1992; dalam dalam Florian et al, 1995).
Seperti yang telah kita ketahui, individu dengan kepribadian hardiness cenderung
sering menggunakan problem-focused coping dan jarang mengunakan emotion-focused coping
dalam menghadapi stress. Sementara itu penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan
mengunakan problem-focused coping berdampak pada tingkat kesejahteraan psikologis yang
tinggi pada individu. Dengan demikian dapat diasumsikan ada keterkaitan antara kepribadian
hardiness dengan kesejahteraan psikologis.
Penelitian mengenai kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis sebenarnya
pernah dilakukan oleh Florian, Mikulincer dan Taubman pada tahun 1995. Mereka melakukan
penelitian mengenai hubungan kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis pada siswa
pendidikan militer di Israel. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang
memiliki tingkat hardiness yang tinggi, memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi.
Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan positif antara kepribadian hardiness dengan
kesejahteraan psikologis.
Berkembangnya penelitian mengenai kesejahteraan psikologis membuat konsep
kesejahteraan psikologis semakin berkembang dan diperbarui. Pada tahun 1989, Carol D. Ryff
menyusun konsep baru mengenai kesejahteraan psikologis dan merevisinya pada tahun 1995.
Sejak tahun 1989, banyak penelitian-penelitian mengenai kesejahteraan psikologis dilakukan
dengan mengunakan konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff. Penelitian-penelitian itu dapat
dilihat pada Ryff, 1991; Ryff & Essex, 1992; Heidrich & Ryff, 1993; Ryff & Keyes, 1995;
Kling, Seltzer, & Ryff, 1997; Schmutte & Ryff, 1997; Shmotkin, Ryff & Keyes, 2002;
Anantasari, 2004 ; Halim & Atmoko, 2005; Hanita, 2006, dll.
Dari perkembangan penelitian-penelitian mengenai kesejahteraan psikologis yang
sudah dilakukan, dapat kita ketahui bahwa konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff yang
disusun pada tahun 1989 dan direvisi pada tahun 1995 adalah konsep kesejahteraan psikologis
138
yang terbaru dan banyak dipakai oleh para peneliti dalam meneliti kesejahteraan psikologis
individu. Sedangkan penelitian Florian dkk tahun 1995 mengenai kepribadian hardiness dan
kesejahteraan psikologis mengunakan konsep kesejahteraan psikologis dari Veit & Ware yang
disusun pada tahun 1983. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengkaji
kembali hubungan kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis yang pernah diteliti
Florian dkk. Berbeda dengan penelitian Florian dkk yang mengunakan konsep kesejahteraan
psikologis dari Veit & Ware yang disusun pada tahun 1983, kesejahteraan psikologis dalam
penelitian ini akan mengunakan konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff.
Berdasarkan latar belakang di atas maka secara khusus studi ini tertarik untuk mengkaji
hubungan antara kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis lansia. Kesejahteraan
psikologis dalam penelitian ini akan mengunakan konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff.
Diasumsikan kepribadian hardiness mempengaruhi kesejahteraan psikologis melalui
mekanisme perilaku coping terhadap stress yang dihadapi individu. Kecenderungan
kepribadian hardiness mengunakan problem-focused coping dalam menghadapi stress,
diasumsikan akan berdampak pada tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi.
139
II. Nama Kegiatan
Penelitian hubungan antara kepribadian hardiness dengan kesejahteraan psikologis pada
lansia.
III. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data yang digunakan dalam
penulisan skripsi. Skripsi ini ingin mengetahui hubungan antara kepribadian hardiness
dengan kesejahteraan psikologis pada lansia.
IV. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh :
Nama : Galih Laksita Cyrillus
Status : Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
NIM : 039114072
V. Waktu dan Bentuk Kegiatan
Waktu Kegiatan
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli s.d September 2007
Bentuk Kegiatan
a. Melakukan uji coba skala ukur (angket) kepribadian hardiness dan kesejahteraan
psikologis pada lansia yang berada di PSTW Abiyoso Pakem dan Desa Magwoharjo
Depok Sleman.
b. Melakukan pengukuran kepribadian hardiness dan kesejahteraan psikologis pada pada
lansia yang berada di PSTW Abiyoso Pakem dan Desa Maguwoharjo Depok Sleman.
VI. Tempat Kegiatan
a. Panti Sosial Tresna Wredha Abiyoso Pakem
b. Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman DIY
140
top related