hubungan antara kontrol diri dengan … · 18 tahun. pengambilan sampel dilakukan dengan teknik...
Post on 05-Mar-2019
247 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN
AGRESIVITAS PADA REMAJA DI SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
Meirida Aulina Tarigan
F.100120086
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
1
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN
AGRESIVITAS PADA REMAJA DI SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA
Abstrak
Fenomena kecenderungan agresivitas yang dilakukan oleh remaja secara
individual maupun massal seperti tawuran dan perkelahian yang menjadi berita di
media cetak maupun media elektronik melatarbelakangi penelitian ini. Remaja
yang seharusnya belajar dan mempersiapkan diri mereka untuk masa depan justru
terlibat dalam tindakan yang merupakan bentuk dari kecenderungan agresivitas.
Kecenderungan agresivitas merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk melukai
atau menyakiti orang lain baik secara fisik maupun verbal. Kecenderungan
agresivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah kontrol diri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri
dengan kecenderungan agresivitas pada remaja. Penelitian ini dilakukan di SMK
Negeri 3 Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang merupakan
siswa kelas XI di SMK Negeri 3 Yogyakarta sebanyak 135 siswa yang berusia 16-
18 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Proportionate Random
Sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan alat ukur berupa skala yaitu skala kecenderungan agresivitas dan skala
kontrol diri, kuesioner terbuka. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil
analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi r= 0,979; p= 0,000 (p<0,01) yang
berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara kontrol diri dengan
kecenderungan agresivitas. Variabel kecenderungan agresivitas termasuk dalam
kategori sedang, sedangkan variabel kontrol diri termasuk dalam kategori tinggi.
Hasil kuesioner terbuka menunjukkan frekuensi dan prosentase perilaku
agresivitas pada siswa tergolong kecil.
Kata Kunci: Kecenderungan Agresivitas, Kontrol Diri, Remaja.
Abstract
Aggression tendency phenomenon done by adolescence individual or
simultaneously such as an brawl and get fight that become a news on news paper
or electric media become a background of this research. Adolescences should
study and prepare their selves for their future instead do on the tendency of
aggression. Aggression tendency is an action to hurt others physically or verbally.
It is influence by many factors, such as self control. The purpose of this research
to know the relation between self control and aggression tendency in adolence.
This research was held at SMK Negeri 3 Yogyakarta. The participants are
adolences who study at XI grade in SMK Negeri 3 Yogyakarta, were 135 students
who 16-18 years old. It wed Proportionate Random Sampling technique. This
method used in this research is quantitative with the measurement such as a scale,
they are the aggression tendency and self control scale, an opened quesioner. The
technique analysis of data is used the correlation of Product Moment by Pearson.
2
Based on the analysis result shown the value of correlation coefisience r= 0,979;
p= 0,000 (p<0,01)it means there are the significant relathionship between self
control and aggression tendency. The variable of aggression tendency is include to
medium category. While the variabel of self control is high category. The result of
quesioner shows that the frequency and percentage of aggression tendency on
student is less.
Keywords: Aggression tendency, Self control, Adolescence.
1. PENDAHULUAN
Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini hampir terjadi dimana-mana adalah
aksi kekerasan sebagai bentuk dari agresivitas yang dilakukan individual maupun
massal dengan pelaku remaja yang menjadi beritadi media cetak maupun media
elektronik. Agresivitas merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk melukai
atau menyakiti orang lain secara fisik maupun verbal. Bentuk agresivitas yang
dilakukan oleh remaja yang sering menjadi pemberitaan seperti tawuran dan
perkelahian tentu saja memprihatinkan orangtua, guru maupun masyarakat.
Remaja sebagai tunas dan generasi penerus bangsa yang akan menjadi calon
pemimpin seharusnya belajar dan mempersiapkan diri dalam menghadapi
tantangan di era globalisasi (Kurnia, 2011). Menurut Jahja (2011) seharusnya
remaja yang berada pada tahap formal operations dapat memahami bahwa
tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan
datang, mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya
kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Watettenberg (Al-Mighwar,
2006) menyatakan tugas perkembangan remaja yaitu mampu mengontrol diri
sendiri. Menurut Bernard (Al-Mighwar, 2006) tugas perkembangan remaja yaitu
berperilaku yang bisa diterima dan dipertanggungjawabkan secara sosial.
Namun remaja justru melakukan tindakan agresivitas seperti tawuran yang
terjadi di Sukabumi. Puluhan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terlibat
tawuran di terminal Lembursitu, Kecamatan Lembursitu Sukabumi Jawa Barat.
Belum diketahui penyebab bentrokan tersebut namun seorang pelajar diketahui
terluka di bagian wajah (Alamsyah, 2015). Selain perkelahian antar pelajar
tindakan kekerasan lain juga dilakukan oleh remaja, seperti yang terjadi di
Yogyakarta, anak-anak muda yang tergabung dalam klub sepeda motor ditangkap
3
polisi. Mereka ditangkap karena melakukan tindakan merusak sebuah mobil dan
melukai pengemudinya (“Detik News, “2014). Sekelompok pelajar SMA di
Umbulharjo melempari salah satu SMA swasta di Wirobrajan dengan botol, Sabtu
8 September 2015 (Natalia, 2015).
Menurut Richardson (Krahe, 2005) istilah agresi mendeskripsikan segala
bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup
lain yang terdorong untuk menghindari perlakukan itu. Pendapat tersebut
didukung oleh Baron (Berkowitz, 2003) yang menyatakan bahwa agresivitas
adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai
makhluk hidup lain yang sebenarnya tidak mau mendapat perlakuan seperti itu.
Berkowitz (2003) menyatakan bahwa agresivitas sebagai tindakan yang
dimaksudkan untuk melukai atau menyakiti orang lain, baik fisik maupun verbal.
Pendapat tersebut diperkuat Myers (2012) yang meyatakan bahwa agresi
(aggression) sebagai perilaku fisik atau verbal yang dimaksudkan untuk
menyebabkan kerusakan.Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat
disimpulkan agresivitas adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai atau
menyakiti orang lain baik secara fisik maupun verbal.
Gunarsa (2006) menyatakan bahwa tujuan utama dari perilaku agresivitas
adalah pelampiasan perasaan marah, kecewa, tegang dan mengatasi suatu
rintangan atau halangan yang dihadapinya. Menurut Berkowitz (2003) tujuan
agresivitas antara lain, coercion yaitu untuk mengubah atau perilaku orang lain
yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, power and dominance
yaitu agresivitas yang ditunjukan untuk meningkatkan dan menunjukkan
kekuasaan dan dominasi, impression management yaitu agresivitas yang
ditunjukan dalam rangka menciptakan kesan sebagai orang yang kuat ataupun
berani.
Untuk mengukur kecenderungan agresivitas beberapa ahli
menggemukakan aspek-aspek sebagai berikut: 1) agresi fisik, 2) agresi verbal, 3)
kemarahan, 4) permusuhan (Buss & Parry, 1992). Menurut Sadli (2002) aspek-
aspek agresivitas yaitu: 1) pertahanan diri, 2) perlawanan disiplin, 3) egosentris,
4) superioritas, 5) prasangka, 6) otoriter.
4
Mahmudah (2012) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
kecenderungan agresivitas yaitu 1) provokasi untuk membalas orang lain, 2)
kondisi aversif yaitu kondisi yang tidak menyenangkan, 3) isyarat agresivitas
yaitu melihat stimulus yang diasosiasikan sebagai sumber agresivitas, 4)
kehadiran orang lain yaitu ketika didatangkan kelompok lain yang menjadi
rivalnya, 5) deindividualisasi yaitu orang yang berada dalam kerumunan merasa
bebas untuk memuaskan nalurinya karena perasaan tak terkalahkan dan
anonimitas, 6) obat-obatan terlarang dapat memicu seseorang untuk melakukan
agresivitas. Menurut Berkowitz (2003) faktor yang mempengaruhi kecenderungan
agresivitas yaitu, 1) intensitas dorongan internal, 2) adanya sasaran yang dituju, 3)
pengendalian diri.
Berk (2008) menyatakan bahwa pengendalian diri (self control) adalah
kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang
bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Suyasa (Gunarsa, 2006) yang menyatakan
bahwa kontrol diri adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan yang
bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial dan
kemampuan individu untuk bertingkah laku sesuai dengan norma sosial yang
berlaku. Goldfried dan Merbaum (Ghufron dan Risnawita, 2014) mendefinisikan
kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur,
dan mengarahkan perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi
positif. Papalia (2004) menyatakan bahwa kontrol diri adalah kemampuan
individu untuk mengendalikan tingkah lakunya. Pendapat yang dikemukakan oleh
Papalia (2004) masih umum dan pendapat yang lebih rinci dikemukakan oleh
Ghufron dan Risnawita (2014) yang menyatakan bahwa kontrol diri merupakan
kemampuan untuk mengendalikan perilaku, keinginan mengubah perilaku agar
sesuai untuk orang lain dan selalu konform dengan orang lain. Berdasarkan
pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri adalah
kemampuan menahan dorongan untuk melakukan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma sosial yang dilakukan dengan mengendalikan serta mengarahkan
5
perilaku agar dapat diterima oleh orang lain dan sesuai dengan norma sosial yang
berlaku.
Faktor yang mempengaruhi kontrol diri menurut Ghufron & Risnawita
(2014) adalah faktor internal yaitu usia dan faktor ekternal yaitu lingkungan
keluarga. Menurut Papalia (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri
adalah faktor proses perhatian dan faktor kesadaran terhadap emosi-emosi negatif.
Semakin seseorang mampu menyadari emosi negatif yang muncul dalam dirinya
dan semakin seseorang mampu mengendalikan perhatiannya pada sesuatu
(Attentional process) maka ia semakin mampu menahan dorongan-dorongan dan
mengendalikan tingkah lakunya.
Untuk mengukur kontrol diri aspek-aspek yang digunakan menurut Averill
(1973)sebagai berikut: 1) mengendalikan perilaku, 2) memodifikasi stimulus, 3)
mengantisipasi peristiwa, 4) menafsirkan peristiwa, 5) memilih tindakan.
Thomas (Aroma & Dewi, 2012) yang menyatakan bahwa ketika dorongan
untuk berbuat menyimpang maupun agresi sedang mencapai puncaknya, kontrol
diri dapat membantu individu menurunkan agresi dengan mempertimbangkan
aspek aturan dan norma sosial yang berlaku. Pendapat tersebut didukung oleh
Becker (Aroma & Dewi, 2012) yang menyatakan bahwa pada dasarnya setiap
manusia memiliki dorongan untuk melanggar aturan pada situasi tertentu. Tetapi
dorongan-dorongan tersebut tidak menjadi penyimpangan karena seseorang dapat
menahan diri dari dorongan-dorongan untuk berperilaku menyimpang. Individu
dengan kontrol diri yang rendah melakukan resiko dan melanggar aturan tanpa
memikirkan efek jangka panjangnya. Salah satunya adalah remaja yang
melakukan agresivitas. Menurut Anantasari (2006) perilaku agresivitas termasuk
salah satu perilaku yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sosial. Individu
dengan kontrol diri yang tinggi akan menyadari akibat dan efek jangka panjang
dari perbuatan menyimpang. Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kontrol diri mempengaruhi agresivitas pada remaja. Remaja yang memiliki
kontrol diri yang tinggi dapat mengendalikan perilakunya sehingga tidak
melakukan agresivitas.
6
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Yogyakarta karena
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pihak sekolah yaitu
guru Bimbingan dan Konseling yang menyatakan bahwa ada siswa berinisial RH
berusia 18 tahun yang mengancam dan melakukan tindak kekerasan yaitu
memukul teman sekelasnya berinisial DW yang berusia 17 tahun. Hal tersebut
dilakukan RH karena DW meminta RH untuk mengembalikan barang yang
dipinjamnya.
Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) mengetahui tingkat kontrol diri pada
remaja Kelas XI di SMK Negeri 3 Yogyakarta; 2) mengetahui tingkat
kecenderungan agresivitas pada remaja Kelas XI di SMK Negeri 3 Yogyakarta; 3)
hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan agresivitas pada remaja Kelas
XI di SMK Negeri 3 Yogyakarta.
Hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan negatif antara
kontrol diri dengan kecenderungan agresivitas pada remaja, semakin tinggi
kontrol diri maka semakin rendah kecenderungan agresivitas pada remaja
sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka akan semakin tinggi kecenderungan
agresivitas pada remaja.
2. METODE
Populasi dalam penelitian ini yaitu remaja yang merupakan siswa kelas XI
di SMK Negeri 3 Yogyakarta yang berjumlah 220. Dari jumlah populasi 220
responden dengan taraf kesalahan 5% maka sampel yang digunakan sebanyak 135
subjek (Sugiyono, 2014). Penelitian ini menggunakan teknik Proportionate
Random Sampling. Peneliti menyediakan nomer undian berdasarkan nomer absen
siswa, saat penelitian berlangsung peneliti melakukan pengacakan nomer dan
nomer yang diambil merupakan siswa yang menjadi subjek.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan menggunakan skala dan kuesioner terbuka. Skala yang digunakan yaitu
skala kecenderungan agresivitas hasil modifikasi dari Kurnia (2011) yang disusun
berdasarkan aspek agresivitas dari Buss and Parry (1992) yang meliputi agresi
fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan. Skala tersebut berjumlah 45
7
aitem yang terdiri dari 23 aitem favorable dan 22 aitem unfavorable. Skala yang
kedua adalah skala kontrol diri hasil modifikasi dari Permono (2014) yang disusun
berdasarkan aspek kontrol diri dari Averill (1973) yang terdiri dari mengendalikan
perilaku, memodifikasi stimulus, mengantisipasi peristiwa, menafsirkan peristiwa
dan memilih tindakan. Skala tersebut berjumlah 28 aitem yang terdiri dari 15
aitem favorable dan 13 aitem unfavorable. Selain skala, metode pengumpulan
data yang digunakan adalah kuesioner terbuka. Peneliti menyusun pertanyaan dan
mengajukan pertanyaan terbuka tersebut kepada subjek. Pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui keterlibatan subjek penelitian
pada perilaku yang menunjukkan agresivitas seperti tawuran dan berkelahi serta
keterlibatan subjek pada kelompok atau geng.
Uji validitas skala dilakukan dengan expert judgement kemudian dianalisis
dengan menggunakan formula Aiken’s. Skala kecenderungan agresivitas dan
skala kontrol diri menggunakan batas nilai valid sebesar 0,8 sesuai dengan tabel
validitas dari Aiken’s (1985) yang menyatakan bahwa untuk lima orang
professional judgement menggunakan batas nilai valid sebesar 0,8. Skala
kecenderungan agresivitas mempunyai validitas yang bergerak dari 0,7 sampai 0,8
dan skala kontrol diri mempunyai validitas yang bergerak dari 0,7 sampai 0,8.
Reliabilitas skala dihitung dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach untuk
mengetahui koefisien reliabilitas. Berdasarkan hasil perhitungan dengan formula
aiken’s diperoleh 45 aitem pada skala kecenderungan agresivitas yang layak untuk
digunakan dalam penelitian dengan koefisien reliabilitas (rxx’) 0,947. Kemudian
diperoleh 28 aitem pada skala kontrol diri yang layak untuk digunakan dalam
penelitian dengan koefisien reliabilitas (rxx’) 0,768.
Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang
diajukan yaitu menggunakan teknik Analisis Product Moment dari Carl Pearson
dengan SPSS (Statistical Program for Social Science) 16.0 For Windows
Program.
8
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berdasarkan hasil uji normalitas pada variabel kecenderungan agresivitas
diperoleh nilai Kolmogrorov-Smirnov Z = 1,326 signifikansi 0,059 (p>0,05) dan
pada variabel kontrol diri diperoleh nilai Kolmogrorov-Smirnov Z = 1,138
signifikansi 0,150 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa sebaran data variabel
kecenderungan agresivitas dan kontrol diri berdistribusi normal. Berdasarkan uji
linieritas diperoleh nilai F pada Linearity 4404,393 signifikansi (p) = 0,00
(p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan variabel bebas (kontrol diri) dengan
variabel tergantung (kecenderungan agresivitas) memiliki korelasi yang searah
(linier). Hasil korelasi kontrol diri dengan kecenderungan agresivitas diperoleh r=
0,979; p= 0,000 (p<0,01) yang berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara
kontrol diri dengan kecenderungan agresivitas. Hasil sumbangan efektif variabel
kontrol diri terhadap kecenderungan agresivitas sebesar 95% ditunjukkan oleh
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,95. Hasil kuesioner terbuka menunjukkan
bahwa sebanyak 10 (7,4%) subjek memiliki geng dan untuk perilaku agresivitas
yaitu tawuran sebanyak 5 (3,7%) subjek pernah melakukan tawuran dengan
frekuensi <3 kali, sebanyak 20 (14, 8%) subjek pernah melakukan perkelahian
dengan frekuensi <5 kali.
Kecenderungan gresivitas subjek tergolong sedang dengan rerata empirik
(RE) sebesar 124,88 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 112,5. Kontrol diri subjek
tergolong tinggi dengan rerata empirik (RE) sebesar 82,66 dan rerata hipotetik
(RH) sebesar 70. Hasil kategorisasi kecenderungan agresivitas dan kontrol diri
dapat dilihat pada tabel diberikut ini:
Tabel 1
Kategorisasi Kecenderungan Agresivitas dan Kontrol Diri
Kategori Kecenderungan Agresivitas Kontrol diri
Frekuensi Prosentase Frekuensi prosentase
Sangat rendah 0 0% 0 0
Rendah 15 11% 0 0
Sedang 52 39% 48 36%
Tinggi 65 48% 72 53%
Sangat tinggi 3 2% 15 11%
Jumlah 135 100% 135 100%
9
3.2 Pembahasan
Hasil korelasi kontrol diri dengan kecenderungan agresivitas diperoleh
r=0,979; p= 0,000 (p<0,01). Hal tersebut menunjukan ada hubungan negatif yang
sangat signifikan antara kontrol diri dengan kecenderungan agresivitas. Artinya,
semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah kecenderungan agresivitas pada
remaja, sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka akan semakin tinggi
kecenderungan agresivitas pada remaja. Dengan demikian, hipotesis yang
diajukan peneliti dapat diterima.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Krahe (2005) yang menyatakan bahwa
aspek diri yang relevan untuk memahami individu dalam agresi adalah kontrol
diri. Fakta bahwa banyak berbagai macam penyerangan, perilaku kriminal dengan
kurangnya kontrol diri mendukung pendapat bahwa masalah kontrol diri secara
umum mendasari perilaku agresivitas.Thomas (Aroma & Dewi, 2012)
menyatakan bahwa ketika dorongan untuk berbuat menyimpang maupun agresi
sedang mencapai puncaknya, kontrol diri dapat membantu individu menurunkan
agresi dengan mempertimbangkan aspek aturan dan norma sosial yang berlaku.
Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa kontrol diri yang dimiliki oleh
siswa di SMK Negeri 3 Yogyakarta tergolong tinggi dan kecenderungan
agresivitas siswa di SMK Negeri 3 Yogyakarta tergolong sedang. Hasil tersebut
didukung oleh hasil kuesioner terbuka yang menunjukkan bahwa sebanyak 5
(3,7%) subjek dari 135 subjek menyatakan pernah melakukan tawuran dengan
frekuensi <3 kali. Sebanyak 20 (14,8%) subjek menyatakan pernah melakukan
perkelahian dengan frekuensi <5kali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian
kecil saja responden yang pernah melakukan tawuran dan berkelahi dengan
frekuensi yang kecil. Sesuai dengan pendapat Berkowitz (2003) yang
mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi agresivitas adalah
kontrol diri, orang yang melakukan pengendalian diri secara sadar atau tak sadar
berusaha mengendalikan perasaan dan tindakannya agar tetap sesuai dengan
aturan masyarakat. Pendapat serupa dikemukakan oleh Stein (Prasetyo, 2014)
yang menyatakan bahwa individu yang memiliki kontrol diri akan mampu
menahan diri untuk tidak melampiaskan amarahnya didepan umum, dapat
10
memberikan penilaian terhadap peristiwa atau perilaku negatif yang diterimanya
dengan mempertimbangkan apakah hal itu benar atau tidak, mampu melakukan
introspeksi dan koreksi pada diri sendiri sebelum bereaksi terhadap suatu
peristiwa atau kejadian.
Seseorang dengan kontrol diri yang tinggi dapat mengendalikan
perilakunya dan menghindari pekelahian, perselisihan dengan orang lain. Semakin
tinggi kontrol diri yang dimiliki oleh seseorang maka semakin rendah perilaku
agresivitasnya. Seperti yang terjadi di SMK Negeri 3 Yogyakarta dimana siswa
memiliki kontrol diri yang tinggi dan memiliki prosentase, frekuensi tindakan
kekerasan yang kecil. Kontrol diri pada siswa yang tergolong tinggi tidak terlepas
dari peran pihak sekolah yang menanamkan nilai agama kepada siswa seperti
melalui sholat dhuha disekolah dan sholat Jum’at disekolah bagi siswa yang
beragama Islam dan melalui kegiatan ekstrakulikuler yang ada disekolah, salah
satunya adalah IRMA (Ikatan Remaja Masjid Al-Furqon). Sekolah menanamkan
nilai agama melalui kegiatan kerohanian sehingga siswa memiliki kontrol diri
yang tinggi dan dengan kontrol diri yang tinggi tersebut maka tindakan agresivitas
seperti tawuran dan perkelahian memiliki prosentase dan frekuensi yang kecil. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sarwono (2012) yang menyatakan bahwa remaja
yang mampu mengontrol dirinya sendiri akan berkurang perilaku negatifnya.
DeWall (2011) menyatakan bahwa kontrol diri mempunyai peran yang sangat
penting terhadap perilaku agresivitas seseorang. Semakin kuat pengendalian diri
seseorang maka akan dapat mengurangi perilaku agresivitas diantaranya adalah
perilaku menyerang.
Berdasarkan hasil dari kuesioner terbuka diketahui bahwa sebanyak 10
(7,4) subjek dari 135 subjek memiliki geng. Alasan subjek mengikuti geng yaitu 3
(30%) subjek karena teman yang lain juga mengiktuti geng, sebanyak 3 (30%)
subjek karena memiliki kesamaan dengan anggota geng tersebut dan sebanyak 4
(40%) subjek karena ingin menambah teman. Subjek mengikuti geng karena
ajakan dari saudara sebanyak 2 (20%) subjek, sebanyak 4 (40%) subjek diajak
oleh teman dan sebanyak 4 (40%) subjek karena keinginan sendiri. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Agustiani (2009) yang menyatakan bahwa selama masa
11
remaja perubahan penting yang terjadi yaitu kemampuan individu untuk menjalin
kedekatan dengan orang lain, khususnya dengan sebaya. Pendapat serupa
dikemukakan oleh Talcot (Yusuf, 2011) yang menyatakan bahwa pada usia
remaja pengaruh orang tua mulai berkurang, karena remaja sudah masuk ke
kelompok teman sebaya dalam rangka mencapai perkembangan otonominya
(kemandiriannya). Hal tersebut didukung oleh Yusuf (2011) yang menyatakan
bahwa dalam hubungan persahabatan remaja memilih teman yang memiliki
kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut sikap, nilai
dan kepribadian.
Subjek yang melakukan tawuran sebagian besar yaitu sebanyak 4 subjek
adalah yang memiliki geng. Untuk subjek yang pernah berkelahi diketahui bahwa
sebanyak 10 subjek yang berkelahi adalah yang memiliki geng. Seperti yang telah
dikemukakan oleh Lilia & Djalali (2014) bahwa faktor yang menyebabkan
perilaku agresivitas salah satunya adalah teman sebaya. Milgram (Kusumadewi,
2012) menyatakan bahwa ketika remaja berada dalam lingkungan yang sama
dengan peer group maka remaja akan melakukan apa yang dilakukan pula oleh
teman-temannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Zulkifli (1992) yang
menyatakan bahwa remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada
kelompok sebayanya, apa yang diperbuat oleh remaja ingin sama dengan anggota
kelompok yang lain, dalam pengalaman pun mereka berusaha untuk berbuat sama
misalnya berkelahi. Pendapat tersebut didukung oleh Yusuf (2011) yang
menyatakan bahwa pada masa remaja berkembang sikap “conformity” yaitu
kecenderungan untuk mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau
keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas pada
remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi dirinya.
Apabila kelompoknya menampilkan perilaku malasuai maka sangat
dimungkinkan remaja akan menampilkan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Berdasarkan hasil dari skala kecenderungan agresivitas menunjukkan
bahwa siswa memiliki kecenderungan untuk melakukan agresivitas yang
tergolong sedang. Untuk hasil kuesioner terbuka menunjukkan perilaku
agresivitas seperti tawuran dan berkelahi memiliki prosentase dan frekuensi yang
12
kecil. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku agresivitas
siswa tergolong kecil namun memiliki kecenderungan agresivitas atau potensi
melakukan tindakan agresivitas yang tergolong sedang. Kecenderungan
agresivitas yang tergolong sedang dapat menjadi perilaku agresivitas apabila ada
faktor yang mendukungnya, sehingga perlu dilakukan tindakan preventive atau
pencegahan dan penanganan yang tepat, yaitu meningkatkan kontrol diri pada
siswa dengan menanamkan nilai-nilai agama seperti kegiatan kerohanian yang
saat ini telah dilaksanakan disekolah.
Kelemahan dalam penelitian ini yaitu dalam aitem pernyataan skala kontrol
diri kurang memiliki pembedaan makna dengan skala kecenderungan agresivitas,
sehingga ada aitem pernyataan pada skala kontrol diri yang menjadi mengukur hal
yang sama dengan skala kecenderungan agresivitas. Maka yang terjadi adalah jika
dalam dua skala terdapat aitem pernyataan yang mengukur hal yang sama maka
akan menghasilkan korelasi yang tinggi. Peneliti selanjutnya agar dapat
mewaspadai adanya kemungkinan terjadi hal yang serupa sehingga perlu
mencermati kembali antara satu aitem pernyataan dengan aitem pernyataan pada
skala yang lainnya agar diantara keduanya tidak memiliki kesamaan makna.
4. KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Ada hubungan yang signifikan antara
kontrol diri dengan kecenderungan agresivitas pada siswa di SMK Negeri 3
Yogyakarta; 2) Kontrol diri pada subyek tergolong tinggi; 3) Agresivitas pada
subyek tergolong sedang; 4) Sumbangan efektif dari variabel kontrol diri terhadap
kecenderungan agresivitas sebesar 95%.
Saran yang diberikan peneliti yaitu: 1) hasil kuesioner terbuka
menunjukkan kecenderungan agresivitas pada siswa tergolong sedang sehingga
untuk mencegah agar kecenderungan tersebut tidak menjadi perilaku agresivitas,
sekolah diharapkan dapat melakukan tindakan preventive untuk mencegah
terjadinya perilaku agresivitas. Adapun caranya dengan meningkatkan kontrol diri
yang dapat dilakukan dengan menanamkan nilai agama sesuai dengan agama
masing-masing siswa. Kegiatan untuk meningkatkan kontrol diri antara lain yaitu,
13
a) melanjutkan kegiatan kerohanian yang sudah ada yaitu sholat dhuha dan sholat
Jum’at disekolah, b) memberikan pendampingan dan bimbingan konseling kepada
siswa; 2) bagi orang tua, agar kecenderungan agresivitas pada anak tidak menjadi
perilaku agresivitas diharapkan orang tua melakukan antara lain yaitu, a)
menanamkan nilai-nilai agama dan moral, b) memberikan perhatian yang lebih
kepada anak dengan mengetahui dengan siapa anak berteman dan mengontrol
lingkungan pergaulan anak agar tidak terlibat dalam geng atau kelompok yang
negatif, c) mengarahkan anak pada kegiatan dengan teman atau kelompok yang
positif untuk mengisi waktu luang mereka seperti kegiatan kerohanian; 3) bagi
siswa, untuk mencegah agar kecenderungan agresivitas tidak menjadi perilaku
agresivitas diharapkan siswa dapat meningkatkan kontrol diri mereka yang dapat
dilakukan dengan, a) menerapkan nilai-nilai agama dan moral yang telah
diajarkan oleh keluarga maupun oleh sekolah dalam kehidupan sehari-hari
sehingga tidak mudah terpicu melakukan perilaku agresivitas, b) lebih selektif
dalam memilih teman dan kelompok, c) mengikuti kelompok yang memiliki
kegiatan positif seperti kegiatan ekstrakulikuler yang ada disekolah yaitu salah
satunya IRMA (Ikatan Remaja Masjid Al-Furqon); 4) bagi peneliti selanjutnya,
diharapkan dapat lebih mencermati kembali aitem-aitem pernayaatan pada skala
agar tidak terdapat aitem pernyatan yang memiliki kesamaan makna dan tidak
mengukur hal yang sama dengan aitem pernyataan pada skala yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H. (2009). Psikologi pekembangan. Bandung: PT Refika Aditama.
Aiken, L.R. (1985). Three coefficients for analyzing the reliability and validity of
ratings. Educational And Psychological Measurement, 45, 132-134.
Alamsyah, A. (2015, September 10). Ingat jangan dicontoh! Penampakan tawuran
pelajar di Sukabumi, 1 orang terluka. Detiknews. Diunduh dari http://
m.detik.com/news/berita/3014948/ingat-jangan-dicontoh-penampakan-
tawuran-pelajar-di-sukabumi-1-orang-terluka
Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi remaja. Bandung: Pustaka Setia.
14
Anantasari. (2006). Menyikapi perilaku agresif anak. Yogyakarta: Kanisius.
Aroma, I.S., & Dewi, R.S. (2012). Hubungan antara tingkat kontrol diri dengan
kecenderungan perilaku kenakalan remaja. Jurnal psikologi pendidikan dan
perkembangan, 1 (2), 1-3. Diunduh darihttp://www.Journal.unair.ac.id/
filerPDF/ 110810241-ringkasan.pdf
Aveill, J.R. (1973). Personal control over aversive stimuli and its relationship to
stress. Psychological bulletin, 80 (4), 286-303.
Berk, Laura.E. (2008). Infants, children, and adolescents. Pearson Education Inc.
Berkowitz, L. (2003). Emotional behavior: Mengenali perilaku dan tindak
kekerasan di lingkungan sekitar kita dan cara penanggulangannya. Jakarta:
Penerbit PPM.
DeWall, N. C., Eli J. F., & Thomas F. D. (2011). Self-control inhibits aggression.
Social and Personality Psychology Compass, 5 (7), 458-472.
Gunarsa, S. (2006). Dari anak sampai usia lanjut: bunga rampai psikologi
perkembangan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Krahe, B. (2005). Perilaku agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurnia, R. (2011). Hubungan antara konsep diri dan kecerdasan emosi dengan
agresivitas pada siswa kelas XII MAN Klaten (Skripsi tidak dipublikasikan).
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Kusumadewi. (2012). Hubungan antara dukungan sosial perr group dan kontrol
diri dengan kepatuhan terhadap peraturan pada remaja putri di pondok
pesantren modern islam Assalam Sukoharjo. Jurnal ilmiah psikologi
candrawijaya. 1 (2), 1-8. Diunduh dari
http://candrawijaya.psikologi.fk.unsac.id/index.php/candrawijaya/article/vie
wFile/25/15
Lilia., Djalali, M. (2014). Pola asuh otoriter, intensitas menonton tayangan
kekerasan dan kecenderungan agresif anak sekolah dasar. Jurnal psikologi
Indonesia, 3 (2), 176-181. Diunduh dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=279791&val=6847&titl
e=Pola%20Asuh%20Otoriter%,%20Intensitas%20Menonton%20Tayangan
%20Kekerasan%20dan%20Kecenderungan%20Agresif%20Anak%20Sekol
ah%20Dasar
15
Mahfiana. (2009). Remaja dan kesehatan reproduksi. Yogyakarta: STAIN
Ponorogo Press.
Mahmudah, S. (2012). Psikologi sosial. Malang: UIN Maliki Press.
Natalia, M.D. (2015, Agustus 10). Kenakalan remaja: Pelajar lempari sekolah
dengan botol sirup. Harian Jogja. Diunduh dari http://jogja.solopos.
com/baca/2015/08/10/kenakalan-remaja-pelajar-lempari-sekolah-dengan-
botol-sirup-631604
Papalia. D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2004). Human development (ed.9).
New York: McGraw Hill Companies Inc.
Prasetyo, D.D.U. (2014). Hubungan antara kontrol diri dengan kenakalan remaja
(Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Rusak mobil dengan dan keroyok pengemudinya, belasan anggota geng motor
ditangkap. (2014, 19 Oktober). Detiknews. Diunduh dari
http://m.detik.com/news/berita/2723211/rusak-mobil-dan-keroyok-
pengemudinya-belasan-anggota-geng-motor-ditangkap
Sadli, Seno. (2002). Terorisme dan HAM “dalam Terorisme: Tragedi Umat
Manusia. Jakarta: O.C kaligis & Associaties.
Sarwono, S.W. (2012). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Yusuf, S. (2011). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Zulkifli, L. (1992). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
top related