hortikultur
Post on 03-Jul-2015
184 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Secara etimologis, kata Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Hortus:
kebun dan Cultura: budidaya/pengelolaan. Hortikultura adalah ilmu dan seni bercocok tanam
yang memerlukan pemeliharaan khusus, serta bercocok tanam tersebut dilakukan di kebun
atau pekarangan. Pekarangan yang disebut Compound Garden atau Mixed Garden oleh Terra
mendefinisikan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekeliling rumah
dengan batas-batas yang jelas, serta umumnya di tanami berbagai jenis tanaman.
Ilmu hortikultura mencakup aspek produksi dan penanganan pasca panen yaitu:
teknologi perbanyakan, penanaman, pemeliharaan, serta pasca panen. Sehingga ilmu
hortikultura terkait erat dengan bidang ilmu lain seperti: Fisiologi, biokimia, genetika,
entomologi, fitopatologi, ilmu tanah, klimatologi dan sebagainya. Luas lahan pertanian untuk
lahan tanaman hortikultura di dunia adalah sangat kecil bila dibandingkan dengan luas lahan
tanaman lain seperti serealia (biji-bijian) yaitu kurang dari 10%. Hal tersebut disebabkan oleh
banyak faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan komoditas hortikultura yaitu:
1. Lemahnya modal usaha
2. Rendahnya pengetahuan.
3. Harga produk hortikultura sangat berfluktuasi, sehingga resiko besar.
4. Umumnya prasarana transportasi kurang mendukung.
5. Belum berkembangnya agroindustri yang memanfaatkan hasil tanaman hortikultura
sebagai bahan baku.
Secara umum budidaya hortikultura meliputi: tanaman sayuran (vegetable crops); tanaman
buah (fruit crops); dan tanaman hias (ornamental crops).
Berdasarkan jenis tanaman yang dibudidayakan tersebut maka ilmu hortikultura dibagi
berdasarkan komoditi yaitu:
1. Olericultura yaitu ilmu yang mempelajari tentang tanaman sayuran dan teknologinya,
sehingga orang yang menekuni serta ahli dibidang tersebut dinamakan: Olericulturist.
2. Pomologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang tanaman buah dan teknologinya,
sehingga orang yang menekuni serta ahli dibidang tersebut dinamakan: Pomologist.
3. Floricultura yaitu ilmu yang mempelajari tentang tanaman hias dan teknologinya,
sehingga orang yang menekuni serta ahli dibidang tersebut dinamakan: Floriculturist.
Dalam buku ini kita khusus membahas tanaman buah (Pomologi). Sebelum kita membahas
lebih jauh, maka terlebih dahulu dibuat pengertian tanaman buah. Tanaman buah adalah
tanaman yang menghasilkan buah yang dimakan (komsumsi) dalam keadaan segar, baik
sebagai buah meja atau bahan terolah dan secara umum tidak tahan disimpan lama.
Sifat produk tanaman buah adalah:
1. Mudah rusak (perishable).
Buah merupakan produk tanaman hortikultura yang dikenal mudah rusak,
sehingga diperlukan suatu teknologi untuk mempertahankan mutu buah.
2. Resiko besar.
Buah dengan sifat mudah rusak akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan
permintaan pasar, sehingga fluktuasi harga tinggi. Misalnya perubahan cuaca, adanya
serangan hama atau penyakit tertentu akan mempengaruhi produksi baik kuantitas
maupun kualitas.
3. Musiman.
Tanaman buah umumnya tanaman berumur panjang (prennial), sehingga
berbuah adalah musiman yang berakibat tidak tersedia setiap saat. Pada musim
berbuah umumnya produk melimpah, sehingga diperlukan suatu teknologi untuk
dapat menampung produk tersebut.
4. Bulky.
Buah umumnya mempunyai kandungan air tinggi, sehingga memerlukan
ruang besar atau perlakuan khusus di dalam transportasi maupun di penyimpanan. Hal
tersebut akan menyebabkan biaya tinggi.
5. Spesialisasi geografi.
Tanaman buah membutuhkan agroklimat tertentu untuk menghasilkan buah
dengan kuantitas dan kualitas tertentu. Misalnya: salak bali, jeruk siam madu karo,
duku palembang, rambutan binjai, dan sebagainya.
Tanaman buah-buahan merupakan salah satu bagian dari sistem kebun yang
merupakan salah satu pola wanatani yang banyak dipraktekkan di Indonesia. Sistem tersebut
tumbuh secara tradisional dan hasilnya biasanya hanya digunakan untuk mencukupi
kebutuhan sendiri dan memenuhi kebutuhan pasar di desa. Apabila produksi tanaman buah-
buah dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat dihasilkan produk yang berkualitas sesuai
dengan tuntutan pasar, maka pertanaman buah-buahan merupakan peluang bagi petani untuk
memenuhi kebutuhan pasar buah-buahan di tingkat provinsi ataupun nasional. Hal ini
sangatlah penting terutama untuk petani yang tinggal disekitar hutan sehingga dapat
mengurangi skala kerusakan hutan.
Beberapa petani melihat bahwa menanam buah-buahan, berarti menciptakan alternatif
penghasilan keluarga dan meningkatkan taraf hidup untuk jangka panjang.
Oleh karena itu, meningkatkan kemampuan tehknik perbanyakan dan budidaya buah-
buahan sangat penting di tingkat petani. Beberapa petani yang bersemangat menanam buah-
buah, mendapatkan dan memperbanyak bibit dari biji yang tersedia disekeliling mereka.
Namun sangat disayangkan kualitas fisiologis dan genetik benih tersebut meragukan dan
biasanya benih yang direkomendasi terdapat di dinas pertanian. Sayangnya sebagian besar
benih yang digunakan petani berasal dari sektor informal. Oleh sebab itu, untuk mendukung
dan meningkatkan usaha pertanaman buah-buahan yang dilakukan petani, baik penelitian
dan penyuluhan harus diarahkanuntuk memperkuat dan meningkatkan ketersedian benih dan
bibit tanaman bermutu.
Tahap pertama untuk mencapai tujuan tersebut adalah membangun kerjasama antar
kelompok tani dengan sektor perbenihan formal melalui kunjungan lapangan, menyebarkan
benih dan bibit bermutu ke petani, bekerjasama dengan lembaga yang mempunyai percobaan
di tingkat petani, serta melakukan kegiatan pelatihan perbanyakan dan pengelolaan bibit buah
untuk petani dan staf LSM yang bekerja bersama petani.
Kerjasama dan keterkaitan di atas jelas akan memberikan kemandirian petani untuk
menghasilkan dan mengelola bibit dan tanaman mereka. Oleh karena itu, melatih
kemampuan petani untuk melakukan perbanyakan secara vegetatif adalah langkah yang
penting untuk mendapatkan bibit yang baik secara genetik, memperbanyak jenis-jenis
tanaman yang sulit didapat, mempercepat saat pembuahan, serta menghindari terjadinya
kekurangan benih kerena tidak teraturnya masa pembungaan.
Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (= to
cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha
membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sehingga Hortikultura
merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan,
sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran
dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.
Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai
sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani
karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman
hias/bunga).
Peranan hortikultura adalah : a). Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar
devisa negara, c) memperluas kesempatan kerja, d) meningkatkan pendapatan petani, dan
e)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Namun dalam kita membahas
masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu
: a). Tidak dpat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak
(perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada
musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam. Dengan mengetahui manfaat serta sifat-
sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka
diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut.
Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah menilik dari
keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian
Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai
mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan
devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas
hortikultura yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan
pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan
sebagainya.
Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala
perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis
komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Apabila dilihat dari data selama
Pelita V pengembangan hortikultura yang lebih ditekankan pada peningkatan keragaman
komoditas telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, yaitu pada periode 1988 –
1992 telah terjadi peningkatan produktivitas sayuran dari 3,3 ton/ha menjadi 7,7 ton/ha, dan
buah-buahan dari 7,5 ton/ha menjadi 9,9 ton/ha.
Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa petani hortikultura
merupakan petani yang responsif terhadap inovasi teknologi berupa : penerapan teknologi
budidaya, penggunaan sarana produksi dan pemakaian benih/bibit yang bermutu. Tampak
disini bahwa komoditas hortikultura memiliki potensi untuk menjadi salah satu pertumbuhan
baru di sektor pertanian. Oleh karena itu dimasa mendatang perlu ditingkatkan lagi
penanganannya terutama dalam menyongsong pasar bebas abad 21.
Kata Hortikultura (Horticulture) berasal dari Bahasa Latin ‘hortus’ yang artinya kebun
dan ‘colere’ yang artinya membudidayakan. Jadi hortikultura adalah membudidayakan
tanaman di kebun. Konsep ini berbeda dengan Agronomi, yang merupakan membudidayakan
tanaman di lapangan. Budidaya di kebun bersifat lebih intensif, padat modal dan tenaga kerja.
Namun, hortikultura akan akan menghasilkan pengembalian, apakah berupa keuntungan
ekonomi atau kesenangan pribadi, yang sesuai dengan usaha yang intensif tersebut. Praktek
hortikultura merupakan tradisi yang telah berkembang sejak sangat lama. Hortikultura
merupakan perpaduan antara ilmu, teknologi, seni, dan ekonomi. Praktek hortikultura modern
berkembang berdasarkan pengembangan ilmu yang menghasilkan teknologi untuk
memproduksi dan menangani komoditas hortikultura yang ditujukan untuk mendapatkan
keuntungan ekonomi maupun kesenangan pribadi. Dalam prakteknya, semua itu tidak
terlepas dari seni.
Komoditas hortikultura berbeda dengan komoditas agronomi. Pada umumnya komoditas
hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup sehingga perisibel (mudah rusak), dan
air merupakan komponen penting dalam kualitas. Di lain pihak, komoditas agronomi
dimanfaatkan sesudah dikeringkan, sehingga tidak hidup lagi. Tergantung pada cara
pemanfaatannya, suatu spesies yang sama bisa tergolong menjadi komoditas hortikultura atau
agronomi. Sebagai contoh, jagung (Zea mays). Jagung yang dipanen muda untuk sayuran
(baby corn) atau sebagai jagung manis rebus (sweet corn) adalah komoditas hortikultura,
tetapi jagung yang dipanen tua untuk makanan pokok, tepung maizena, atau makanan ternak
adalah tanaman agronomi. Jagung tersebut walaupun sama spesiesnya, tetapi cara produksi
dan pemanfaatan hasilnya sangat berbeda. Demikian pula kelapa, kalau dipanen muda untuk
es kelapa, buah ini termasuk hortikultura, tetapi kalau dipanen tua untuk santan atau produksi
minyak, dia menjadi komoditas agronomi.
Budaya masyarakat juga mempengaruhi penggolongan tanaman. Sebagai contoh,
kentang di Indonesia adalah tanaman hortikultura, tetapi di Amerika Serikat termasuk
tanaman agronomi. Ubi jalar di Indonesia adalah tanaman agronomi, tetapi di Jepang adalah
tanaman hortikultura. Yang menarik adalah kelompok tanaman industri seperti kopi, kakao,
teh di Indonesia digolongkan pada tanaman agronomi, padahal ini adalah tanaman kebun
yang secara Internasional seringkali masuk dalam kelompok tanaman hortikultura.
Komoditas hortikultura adalah kelompok komoditas yang terdiri dari buah-buahan,
sayuran, bunga, tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Kalau dilihat dari cara penggunaan,
habitus tanamannya maupun fungsinya, nampaknya kelima kelompok anggota hortikultura
merupakan komoditas-komoditas yang sangat berbeda satu dengan yang lain. Buah-buahan
dan sayuran dikonsumsi sebagai pangan manusia, sedangkan bunga dan tanaman hias tidak
dimakan, dan tanaman obat lain lagi penggunaannya. Pohon buah-buahan sebagian besar
habitusnya adalah pohon, sedangkan sayuran adalah herba. Tetapi sebenarnya seluruh
komoditas hortikultura mempunyai ciri penting yang sama satu dengan yang lain.
Sektor pertanian, khususnya bagi daerah Kalbar, sampai saat ini ternyata masih
merupakan tulang punggung perekonomian daerah, baik sebagai penghasil nilai tambah dan
devisa maupun sumber penghasilan atau penyedia lapangan kerja sebagian besar
penduduknya.
Tanaman Pangan
Tidak berbeda jauh dengan tahun 2005 beberapa Sub sektor Pertanian Tanaman Pangan
di Kalimantan Barat tahun 2006 beberapa komoditi mengalami penurunan produksi seperti
padi sawah, kacang hijau, dan beberapa sayuran (tabel 6.1.1-6.1.5). Variasi luas panen dan
tingkat produktivitas antar kabupaten/kota yang cukup tinggi membuat beberapa
kabupaten/kota mendominasi produksi komoditi tertentu.
Pertanian tanaman padi misalnya, pada tahun 2006 didominasi produksi dari Kab.
Sambas, Kab. Pontianak dan Kab. Landak yang mencapai 58,28 persen dari total produksi
propinsi sebesar 1.107.662 ton (Tabel 6.1.3). Produktivitas padi pada tahun 2006 ini tidak
berbeda jauh dengan tahun 2005, yaitu dari 2,906 ton perhektar menjadi 3,073 ton perhektar,
jika dilihat dari jenis padi, produktivitas meningkat tetapi terjadi penurunan luas panen,
sehingga menyebabkan turunnya jumlah produksi padi sawah. Sedangkan padi ladang selain
produktivitas meningkat juga terjadi peningkatan luas panen, yang mempengaruhi
meningkatnya jumlah produksi.
Untuk tanaman palawija, produksi jagung terbesar di Kabupaten Bengkayang yaitu 74,34
persen dari total produksi Kalimantan Barat sebesar 136 782 ton atau naik 7,14 persen dari
tahun 2005. Sedangkan untuk ubi kayu naik 2,85 persen dengan produksi terbesar dari
Kabupaten Landak yaitu 47,51 persen dari 250.175 ton produksi ubi kayu Kalimantan Barat.
Untuk ubi jalar produksi terbesar adalah Kabupaten Pontianak yaitu 19,00 persen.
Sementara produksi Kacang Tanah terbesar Kabupaten Landak sebesar 54,50 persen. Kacang
Kedelai dan Kacang Hijau didominasi oleh Kabupaten Sambas yaitu masing-masing 69,85
persen dan 70,77 persen.
Sub sektor Pertanian Hortikultura di Kalimantan Barat tahun 2006 umumnya mengalami
penurunan dibanding tahun 2005. Untuk sayur-sayuran sebagian besar terjadi penurunan luas
panen, yang otomatis terjadi penurunan produksi, seperti kacang panjang, terung, kangkung,
bawang daun, tomat, dan buncis, kecuali pada cabe dan bayam.
Untuk buah-buahan hampir seluruh komoditi mengalami peningkatan produktivitas,
yang sangat drastis yaitu Nanas dan jeruk (tabel 6.1.6). Produksi buah-buahan di Kalimantan
Barat cukup tersebar di seluruh Kabupaten/Kota, hanya beberapa komoditi yang terpusat di
beberapa Kabupaten/Kota, seperti jeruk di Kabupaten Sambas, mangga di Kabupaten
Ketapang, nenas dan pisang di Kabupaten Pontianak.
Provinsi Kalimantan Selatan telah di canangkan sebagai Provinsi Penyangga Produksi
Beras Nasional dan pada tahun 2009 pemerintah pusat menargetkan produksi padi Provinsi
Kalimantan Selatan sebesar 2.056.000 ton GKG.atau setiap tahun diharapkan mengalami
kenaikan 5 % produksi padi/beras. Dinas Pertanian Provinsi akan terus memperhatikan
daerah atau Kabupaten yang mengalami kenaikan produksi ataupun penurunan produksi
terutama beras hal ini untuk mempertahankan produksi yang telah kita capai,
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan terus
melakukan pemantauan terhadap produksi padi khususnya.setelah melakukan panen dan
ubinan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Tapin serta pada hari Kamis
tanggal 9 Juli 2009 di Handil Air Mas, Desa Anjir Pasar Kota 2 Kecamatan Anjir Pasar
Kabupaten Barito Kuala, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Kalimantan Selatan bersama – sama Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Selatan melakukan panen dan menyaksikan ubinan /perhitungan hasil produksi padi di tempat
tersebut hal ini untuk melihat langsung hasil ubinan yang di peroleh sehingga data produksi
dapat di analisa apakah mengalami penurunan atau kenaikan serta untuk mengetahui kendala
–kendala proses produksi di lapangan.
Acara yang sebelumnya di isi dengan pertemuan Mantri Tani yang langsung di
berikan arahan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Kalimnatan Selatan, Ir Sriyono.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan
Selatan mengingatkan kepada para Matri Tani untuk terus memberikan serta meningkatkan
pengumpulan data-data produski yang berkwalitas artinya yang cepat dan akurat sesuai objek
yang ada di lapangan dan data-data produksi harus menjadi perhatian para Mantri tani kerena
ini menjadi dasar/acuan dalam pengambilan keputusan./kebijakan pembangunan pertanian di
daerah baik tingkat Kabupaten ataupun tingkat Provinsi serta Pusat.
Dari sasaran produksi dan produktivitas Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009
sebesar 4 ton /ha bahwa produksi masih bisa di tingkatkan lagi dengan melakukan upaya –
upaya peningkatan produksi dengan berbagai cara seperti Analisa.pengkajian dilapangan
serta mengadopsi teknologi baru, dan inovasi yang dipakai sesuai dengan keadaan dilapangan
hal ini terus dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan
pangan daerah serta nasional.
Peningkatan produksi padi/beras akan terus dilakukan filosofinya sederhana yaitu
bahwa tingkat pertumbuhan penduduk terus naik, permintaan beras berkwalitas dan agribisnis
pertanian terus berkembang dan kita berharap tahun produksi pertanian kita khususnya beras
megalami peningkatan setelah upaya-upaya yang kita lakukan dan kendala-kendala seperti
kekeringan, banjir dan lain –lain tidak terjadi.
top related