hernia.docx
Post on 08-Aug-2015
22 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JENIS JENIS HERNIA DAN PENANGANANNYA
I. PENDAHULUAN
Secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada umumnya hernia abdomen dewasa, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan
atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal,
umbilical, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar masuk.
Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk perut.
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia
ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan
usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya, sering terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata
lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.
Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal melewati defek fascia
pada dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi adalah inguinal, femoral, umbilical, dan
paraumbilikal.
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke dalam canalis
inguinalis.
Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding
abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau
berkelanjutan.
Definisi yang banyak dianut : Hernia ialah penonjolan dari suatu struktur / bentuk, viscus
atau organ dari tempat yang seharusnya ; protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Hernia dapat terjadi diantara dua rongga yang saling berdekatan seperti abdomen dan toraks
atau ke dalam bagian dari suatu rongga – yang demikian disebut hernia internal. Hernia yang
paling sering adalah yang eksternal dari dinding abdomen di inguinal, femoral, dan
umbilicus. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut, yang normalnya tidak dapat dilewati.
II. EPIDEMIOLOGI HERNIA
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.
Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis
dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada
daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus
Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari
Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat
jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari
Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.
Tabel 1. Frekuensi relatif Hernia abdominal external 3
Tipe Hernia Insidens (%)
Epigastric 1
Umbilical 3
Insisional 10
Inguinal 78
Femoral 7
Lain-lain (jarang) 1
III. ETIOLOGI HERNIA
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan intrakavitas
dan melemahnya dinding abdomen.
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena :
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk – PPOK
3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan,
lemak tubuh.
Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :
1. Umur yang semakin bertambah
2. Malnutrisi–baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormal metabolisme kolagen.
IV. GAMBARAN ANATOMIS
Hernia terdiri dari :
1. Sakus terdiri atas mulut, leher, corpus,
dan fundus.
2. Penutup hernia merujuk pada lapisan
penutupnya, yang terjadi saat hernia
timbul. Dari luar ke dalam sebagai
berikut :
1. kulit
2. lemak subkutan
3. aponeurosis
4. otot
5. fascia – endokavitas
6. lapisan endotel – pada abdomen adalah
peritoneum
Gambar 1. Kantong/sakus hernia
3. Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. pada abdomen
isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan lainnya termasuk :
1. usus besar dan apendiks
2. Divertikulum Meckel
3. Vesica Urinaria
4. Ovarium – dengan atau tanpa tuba falopi
5. Cairan asites
V. KLASIFIKASI
A. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
1. Hernia bawaan atau congenital Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine – paten prosesus
vaginalis adalah salah satu contohnya.
2. Hernia dapatan atau akuisita Terdapat dua tipe hernia akuisita :
a. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
a.1. Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis
yang melalui kanalis femoralis.
a.2. Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
pada regio lumbal
a.3. Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti
pada umbilikus
b. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding,
seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
B. Hernia diberi nama menurut letaknya,
Umamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dll.
C. Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :
Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi
yang tidak spontan. Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus,
dimana orifisium dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya
waktu, hernia membesar dan kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang
mengancam jiwa semakin bertambah. Hernia dapat reponibel, ireponibel, obstruksi,
strangulasi, atau terjadi inflamasi.
1. Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap.
Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya
gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.
Gambar 2. Hernia reponibel
2. Hernia Ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit
dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa
nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar
untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.
Gambar 3. Hernia Ireponibel
3. Hernia obstruksi
Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi
pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan
berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya
suplai darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi.
Istilah ’inkarserata’terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang
ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang
mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata.
Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua
operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab
obstruksi usus nomor satu di Indonesia.
Gambar 4. Hernia inkarserata dengan ileus obstruksi usus
4. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi
vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih
lanjut ; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan
vena, dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya
mengganggu aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia
abdominal bukan usus, misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi
strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi
(gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri,
yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh
darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada
kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga
peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan
kematian3. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut
hernia Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia
tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi hernia
Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis
tampak seperti abses di daerah inguinal.
Gambar 5. Hernia Strangulata
VI. DIAGNOSIS HERNIA
A. GEJALA
Gejala lokal termasuk :
- benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat berbaring, dan timbul saat
adanya tahanan.
- nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam, rasa tidak enak yang selalu memburuk di
senja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia
berkurang.
Secara khas, kantung hernia dengan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang
dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk.
Gejala dari adanya komplikasi adalah :
- obstruksi usus : colic, muntah, distensi, konstipasi
- strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada hernia,
demam, takikardi.
B. TANDA/ sign
Pertama kali pasien diperiksa dalam keadaan berbaring, kemudian berdiri untuk
semua hernia abdominal eksterna, tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang
bereduksi pada saat pasien berbaring. Area pembengkakan di palpasi untuk menentukan
posisi yang tepat dan karakteristiknya. Benjolan dapat dikembalikan ke atau dapat semakin
membesar saat batuk – merupakan suatu yang khas. Semakin nyata saat pasien berdiri.
Kontrol terhadap hernia untuk mencegah ia keluar adalah dengan menekannya dengan
jari di titik dimana reduksi dapat dilakukan. Pasien diminta untuk batuk : jika hernia tidak
muncul, berarti ia sudah dikendalikan dan menunjukkan letak leher dari sakus sudah tepat.
Tanda yang berkaitan dengan adanya komplikasi
Ireponibel : benjolan yang iredusibel, tanpa rasa nyeri.
Obstruksi : hernia tegang, lunak, dan iredusibel. Mungkin ada distensi abdomen, dan
gejala lain dari obstruksi usus
Strangulasi : tanda-tanda dari hernia obstruksi, tetapi ketegangan semakin nyata. Kulit
diatasnya dapat hangat, inflamasi, dan berindurasi.
Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh
nyeri tekan, obstruksi, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah
kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa.
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hernia didiagnosis berdasarkan gejala klinis. Pemeriksan penunjang jarang dilakukan dan
jarang mempunyai nilai.
a. Pencitraan
a.1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal
dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi
hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan
adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
a.2. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis, misalnya
pada Spigelian hernia.
a.3. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia obturator)
b. Laparaskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk nyeri
perut yang tidak dapat didiagnosa.
c. Operasi Eksplorasi
Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak ditemukan
secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.
VIII. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Tabel 2. Benjolan lain yang harus dibedakan dari hernia pada dinding abdomen
IX. PEMBAHASAN KHUSUS
A. HERNIA INGUINALIS
Kanalis inguinalis dibatasi di2 :
- Kraniolateral : oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari
fasia transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis.
- medial bawah : di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus.
- atapnya : aponeurosis m.obliqus eksternus
- dasarnya : ligamentum inguinale
Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. B
Jaringan Benjolan
Kulit Kista sebasea atau epidermoid
Lemak Lipoma
Fasia Fibroma
Otot Tumor yang mengalami hernia melalui
pembungkusnya
Arteri Aneurisma
Vena Varikosa
Limfe Pembesaran KGB
Gonad Ektopik testis / ovarium
Gambar 9. Kanalis Inguinalis
Lipat paha adalah daerah pada dinding abdomen yang lemah secara alami dan
merupakan tempat yang paling sering untuk herniasi. Pria 25 kali lebih sering terkena hernia
inguinalis5.
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu :
1. kanalis inguinalis yang berjalan miring
2. adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
internus ketika berkontraksi.
3. Adanya fascia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang
umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme di atas dapat menyebabkan hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah :
1. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
2. Peninggian tekanan di dalam rongga perut
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
1. Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbuka
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus
vaginalis belum tertutup Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen.
Tidak sampai 10 % dengan anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada
lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi
insidens hernia tidak melebih 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang
paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain,
seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi
hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Kejadian hernia bilateral
pada anak perempuan dibandingkan lelaki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus
vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan.
Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, mempunyai
kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia
inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2 %. Kemungkinan terjadi hernia bilateral dari
insidens tersebut mendekati 10 %.
2. Peninggian tekanan intraabdomen
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi
prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis.
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan
penunjang. Hernia dapat terjadi setelah peningkatan tekanan intra-abdominal yang tiba-tiba
dan kuat seperti waktu mengangkat barang yang sangat berat, mendorong, batuk, atau
mengejan dengan kuat pada waktu miksi atau defekasi.
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turur kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya
usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n. ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi.
Diagnosis Hernia Inguinalis
a. Anamnesa
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
bediri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang
dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di darah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat
pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong
kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin
teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking,
pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus
eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau
bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi
perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atas dasar tidak
adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus
eksternus.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba
dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.
A. 1. Hernia Inguinalis Indirek
Disebut juga henia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan, jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum,
ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam m.kremaster, terletak
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma.
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis
inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga
Hasselbach dan disebut sebagai hernia direk2. Kantung dari inguinalis indirek berjalan
melalui anulus inguinalis profunda, lateral pembuluh epigastrika inferior, dan akhimya ke
arah skrotum.
Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan
hernia medial berbentuk tonjolan bulat.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke
skrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebeblah kanan atau kiri. Hernia yng di kanan biasany
berisi sekum dan sebagian kolon ascendens, sedangkan yng di kiri berisi sebagian kolon
desendens.
Hernia inguinalis indirecta yang merupakan hernia paling sering terjadi dan dipercaya
bersifat congenital, menonjol melalui annulus inguinalis profundus, canalis inguinalis dan
keluar melalui annulus inguinalis superficialis ke scrotum atau labium majus. Sesuai dengan
bentuk dan letaknya maka disebut juga hernia inguinalis obliqua/lateralis. Hernia inguinalis
indirecta lebih sering daripada yang directa dan dua puluh kali lebih banyak pada pria
daripada wanita, sepertiganya bilateral serta lebih sering pada sisi kanan. Sesuai dengan
mekanisme terjadinya, diselubungi oleh ketiga lapisan ductus deferens.
Ada dua macam hernia inguinalis indirecta, yaitu yang congenitalis dan acquisita
(didapat). Perbedaannya secara anatomis terletak pada apakah prosesus vaginalis telah atau
belum menutup. Pada yang congenitalis processus vaginalis belum menutup sehingga isi
abdomen (usus) dapat mengisi sampai pada cavum scroti. Pada yang acquisita (didapat)
kantong hernia tidak berhubungan dengan cavum scroti karena processus vaginalis telah
menutup. Hernia inguinalis congenitalis yang sudah terjadi sejak lahir sering tidak diketahui
sampai usia anak, atau bahkan usia dewasa. Kantong hernianya berupa peritoneum, sisa
processus vaginalis yang telah menutup (ligamentum vaginale), lapisan-lapisan fascia
spermatica interna, m.cremaster, dan fascia spermatica externa serta bagi yang congenitalis
processus vaginalis tetap terbuka.
Pada wanita dimana processus vaginalis menetap (canalis Nucki), hernia dapat
menuju sampai labium majus. Jika tempat keluar hernia inguinalis indirecta terletak di
sebelah lateralis dari arteria epigastrica, hernia ingunalis directa menonjol keluar melalui
trigonum inguinale di sebelah medial dari arteria tersebut. Hernia inguinalis directa
menembus keluar melalui annulus inginalis superficialis yang melebar menonjol ke dinding
abdomen, ada juga yang berpendapat bahwa hernia ini tidak melalui annulus inguinalis
superficialis, tetapi menonjol melalui “conjoint tendon” dan mencapai annulus.
Kantung hernia indirek sebenarnya adalah suatu prosesus vaginalis yang berdilatasi
secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan mengikuti
selubungnya ke skrotum. Pada anulus profunda, kantung mengisi sisi lateral dari korda.
Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan kantung indirek dan dikenal sebagai
lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut bukan tumor.
Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum, dan ureter dapat
tergelincir ke dalam kantung indirek. Dalam kantung itu, organ-organ tersebut menjadi
bagian dari dinding kantung dan rentan terhadap cedera selama perbaikan. Hernia sliding ini
sering kali besar dan sebagian iredusibel.
Gambaran Klinis Hernia inguinalis indirek
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat
baring. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya
diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak
menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada
benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-
anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar.
Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam
kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang tidak terlihat
adanya benjolan pada waktu menangis, batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan
palpasi tali sperma dengan membendingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan
tanda sarung tangan sutra.
HERNIA SKROTALIS
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia
skrotalis. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak
dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya
hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba
dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.
HERNIA LABIALIS
Hernia labialis ialah hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium mayus. Secara
klinis tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu berdiri dan mengedan, dan
hilang pada waktu berbaring. Diagnosis banding hernia labialis adalah hernia femoralis dan
kista di kanalis Nuck yang menonjol di kaudal ligamentum inguinale dan di lateral
tuberkulum pubikum. Kista kanalis Nuck teraba sebagai kista dengan batas jelas di sebelah
kraniolateral berlainan dengan hernia indirek dan tidak dapat direposisi.
A.2 Hernia Inguinalis Direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui
segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior,
pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar
segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis
m.transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial
untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan
tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.
Nervus ilioinguinalis dan n.iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar
kanalis inguinalis, dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum, dan
sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.
Hernia directa tidak begitu sering seperti hernia indirecta; kurang lebih 15 % dari
seluruh hernia inguinalis dan biasanya bilateral. Biasanya terjadi pada laki-laki berusia lebih
dari 40 tahun, jarang terjadi pada wanita dan terjadi sebagai akibat kelemahan otot-otot
abdomen bagian depan, yang disertai peninggian tekanan intraabdominal. Kantong hernia
terdiri dari peritoneum dan fascia transversalis.
Kantung dari inguinalis direk menonjol secara langsung melalui dasar kanalis
inguinalis, terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun ke dalam skrotum.
Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigoum Hasselbach. Oleh karena itu,
hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan
hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser
yang mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang ditemukan defek kecil di m.
oblikus internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering
menyebabkan strangulasi. Hernia ini banyak diderita oleh penduduk Afrika.
Kantung hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu segitiga
Hesselbach; menonjol secara langsung; dan kantung hernia ini tidak mengandung
aponeurosis otot obliqus ekstemus. Hanya pada keadaan yang jarang, hernia ini sedemikian
besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus superfisialis dan turun ke dalam skrotum.
Kandung kemih sering menjadi komponen sliding dari kantung hernia direk.
Tabel 3. Perbedaan antara hernia inguinalis indirek dan hernia inguinalis direk
Indirek Direk
Usia pasien Usia berapapun, terutama
muda
Lebih tua
Penyebab Dapat kongenital Didapat
Bilateral 20 % 50 %
Penonjolan saat batuk Oblik Lurus
Muncul saat berdiri Tidak segera mencapai
ukuran terbesarnya
Mencapai ukuran terbesar
dengan segera
Reduksi saat berbaring Dapat tidak tereduksi segera Tereduksi segera
Penurunan ke skrotum Sering Jarang
Oklusi cincin internus Terkontrol Tidak terkontrol
Leher kantong Sempit Lebar
Strangulasi Tidak jarang Tidak biasa
Hubungan dengan
pembuluh darah epigastric
inferior
Lateral Medial
Tata Laksana Hernia Inguinalis
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang utnuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi
tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi
dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang
tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur
dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus
dilakukan operasi segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang
sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara
ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot
dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-
anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri
atas herniotomi dan hernioplastik.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.transversus
internus abdominis dan m.obliqus obliqus internus abdominis yang dikenal dengan nama
conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan
fasia transversa, m.transversus abdominis, m. obliqus internus abdominis ke ligamentum
Cooper pada metode McVay.
Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun 1887.
Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara
mengaproksimasi muskulus obliqus internus, muskulus transversus abdominis, dan fasia
transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik dapat diterapkan,
baik pada hernia direk maupun indirek.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi
Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi
masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan.
Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal.
Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang faktor penyebabnya adalah
prosesus vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis
internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap.
Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi
kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sisnistra. Hernia bilateral pada
orang dewasa, dinajurkan melakukan operasi dalam satu tahap,kecuali jika ada
kontraindikasi.
Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia
inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan hernioplastik
yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun teknik yang dapat menjamin bahwa
tidak akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan ialah mencegah terjadinya tegangan
pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya dibutukan plastik dengan bahan
prostesis mesh misalnya.
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan dengan
faktor konstitusi.Pada hernia inguinalis lateralis penyebab resididf yang paling sering ialah
penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, di antaranya karena diseksi
kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantung hernia tidak
ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang
berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik.
B. Hernia Femoralis
KANALIS FEMORALIS
Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal
dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v. femoralis. Foramen
ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh
ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale
(ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis, dan di sebelah medial oleh
ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal
dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan
kira-kira 4 kali lelaki.
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti mengangkat barang atau
batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering penderita ke dokter atau rumah sakit
dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di
bawah ligamentum inguinale di medial v. Femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak
jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak
ditemukan, karena kecilnya, atau karena penderita gemuk.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk
ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v.Femoralis sepanjang
kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang iredusibel, meskipun
kantungnya mungkin kosong, karena lemak dan kelenjar limfe dari kanalis melingkari
kantung. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru hernia femoralis dengan
sangat tepat.
Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada
sisi medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua kelenjar
limfe, yang terbesar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis
femoralis oleh suatu penonjolan peritoenal dan seringkali membentuk massa yang dapat
dipalpasi.
Pada pria, lewatnya testikel melalui dinding abdomen selama tahap embrionik,
melemahkan dan memperbesar orifisium miopektineal di atas ligamentum inguinalis dan
merupakan predisposisi terhadap hernia inguinalis indirek dan direk. Pada wanita, diameter
pelvis sejati yang membesar, bila dibandingkan dengan pria, secara proporsional
memperbesar kanalis femoralis dan mungkin merupakan predisposisi dari hernia femoralis.
Patofisiologi Hernia Femoralis
Secara patofisiologi peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak
preperitoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia.
Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat
karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi
pada hernia inguinallis, terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang
menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale tergeser ke ventrokranial sehingga
kanalis femoralis lebih luas2.
Komplikasi yang paling sering adalah strangulasi dengan segala akibatnya.
Hernia femoralis keluar di sebelah ligamntum inginale pada fosa ovalis. Kadang-
kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar, terutama bila merupakan Hernia Richter.
Diagnosa Banding Hernia Femoralis
Diagnosis banding hernia femoralis, antara lain limfadenitis yang disertai tanda radang lokal
umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari
tingkat umbilikus.
Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal
pada hernia femoralis.
Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara v.safena magna dengan atau
tanpa varises pada tungkai. Konsistensi variks tunggal di fosa ovalis lunak. Ketika batuk atau
mengedan benjolan variks membesar dengan “gelombang” dan mudah dihilangkan dengan
tekanan.
Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa
ovalis. Tidak jarang hernia Richter dengan strangulasi yang telah mengalami gangguan
vitalitas isi hernia, memberikan gambaran seperti abses. Setelah dilakukan tindakan insisi,
ternyata yang keluar adalah isi usus, bukan nanah.
Untuk membedakannya, perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya
dengan aktivitas, seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai dengan peninggian
tekanan intraabdomen, sedangkan penyakit lain, seperti torsio testis atau limfedenitis
femoralis, tidak berhubungan dengan aktivitas demikian.
Tata laksana Hernia Femoralis
Operasi terdiri atas herniotomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan menjepit
anulus femoralis.
Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal, atau kombinasi keduanya.
Pendekatan krural tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan. Pendekatan
inguinal dengan membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding posteriornya
biasanya dilakukan pada lelaki karena hernia femoralis pada lelaki lebih sering disertai hernia
inguinalis medialis. Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis inkarserata,
hernia residif, atau kombinasi dengan hernia inguinalis.
Pada pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan
ligamentum inguinale ke ligamentum Cooper.
Pada teknik Bassini melalui regio inguinalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke
ligamentum lakunare Gimbernati.
Cara Membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis
Untuk membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis dipakai sebagai patokan
ligamentum inguinale. Yang di atas ligamentum adalah hernia inguinalis dan yang di bawah
hernia femoralis1. Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis
dan yang timbul di bawah lipatan adalah hernia femoralis.
C.1. HERNIA UMBILIKALIS
Merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan
kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20 % bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada
bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi lelaki dan perempuan2.
Umbilikalis adalah tempat umum hemiasi. Hernia umbilikalis terjadi lebih sering pada
wanita. Kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang merupakan prekursor yang umum.
Asites selalu mengeksaserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum terjadi.
Ruptura terjadi dalam sirosis asitik kronis, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi
portal atau pintas nevus peritoneal secara darurat
Gejala klinis Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi
menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi2.
Tata laksana Hernia Umbilikalis
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm; umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum bayi
berumur 6 bulan; kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk mempercepat
penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan, kemudian
memancangnya dengan pita perekat (plester) untuk 2-3 minggu. Dapat pula digunakan uang
logam yang dipancangkan di umbilikus untuk mencegah penonjolan isi rongga perut. Bila
sampai usia satu setengah tahun hernia masih menonjol, umumnya diperlukan koreksi
operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2 cm jarang terjadi regresi spontan dan lebih sukar
diperoleh pentupan dengan tindakan konservatif.
X. KOMPLIKASI HERNIA
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia geser) atau
merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat
pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial
seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti
pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi
inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantung hernia dan satu
segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia
dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah
terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan
gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyri lebih berat di
tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal.
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali
disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau
abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu
mendapat pertolongan segera.
XI. TERAPI HERNIA
Indikasi Pembedahan
Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada keadaan lokal atau
sistemik dari pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang mungkin
dari hal umum ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal yang diantisipasi
membesar secara perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam penatalaksanaan
hernia kecil jika operasi merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan merupakan kontraindikasi
untuk pasien dengan hernia femoralis.
Terapi Umum
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat
dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi konservatif
berupa penggunaan alat penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis
pemakaian korset tidak dianjurkan karena selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat
melemahkan dinding perut.
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia lanjut
tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia inkarserata tidak
menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural. Jika usaha reposisi
berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari setelah udem jaringan
hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik.
Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi
henia harus dinilai saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau
sewaktu operasi daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima
menit dievaluasi kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus.
Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada
hernia direk, sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.
Herniorafi elektif pada umumnya memperlihatkan morbiditas dan mortalitas yang
rendah, sedangkan herniorafi akut pada hernia inkarserata atau strangulata menunjukkan
morbiditas dan mortalitas yang tidak dapat diabaikan.
Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera V. femoralis, N. ilioinguinalis, N.
iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia geser.
Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa hematoma,
infeksi luka, bendungan V. Femoralis, terutama pada operasi hernia femoralis, fistel urin atau
feses, dan hernia residif.
Komplikasi lanjut berupa atrofi testes karena lesi A.spermatika atau bendungan
pleksus pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting adalah hernia residif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.
2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC,
Hal: 523-537
3. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier
Saunders, page 431-445.
4. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995. Hal :
228, 243.
5. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,
Hal : 509 – 517.
6. McVay, C.B : Pada Davis, L (Ed) : Christopher’s Text – Book of Surgery, 9th ed.
Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1968.
HERNIA
Oleh :
Dwi Permatasari
Mutiara Cita Rasely
Yogi Irawan
Preceptor :
dr. H. Yusmaidi, Sp. B
KEPANITERAAN KLINIK BEDAH
RUMAH SAKIT ABDOEL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
Januari, 2013
top related