hernia.docx

45
JENIS JENIS HERNIA DAN PENANGANANNYA I. PENDAHULUAN Secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada umumnya hernia abdomen dewasa, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo- aponeurotik dinding perut. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar masuk. Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk perut. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan usus.

Upload: qilla77

Post on 08-Aug-2015

22 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hernia.docx

JENIS JENIS HERNIA DAN  PENANGANANNYA

I.                   PENDAHULUAN

Secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada umumnya hernia abdomen dewasa, isi

perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding

perut.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan

atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal,

umbilical, femoral.

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar masuk.

Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk perut.

Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia

ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong

hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan

usus.

Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia

sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.

Akibatnya, sering terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata

lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan

vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.

Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal melewati defek fascia

pada dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi adalah inguinal, femoral, umbilical, dan

paraumbilikal.

Page 2: Hernia.docx

Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke dalam canalis

inguinalis.

Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding

abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau

berkelanjutan.

Definisi yang banyak dianut  :  Hernia ialah penonjolan dari suatu struktur / bentuk, viscus

atau organ dari tempat yang seharusnya ; protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.

Hernia dapat terjadi diantara dua rongga yang saling berdekatan seperti abdomen dan toraks

atau ke dalam bagian dari suatu rongga – yang demikian disebut hernia internal. Hernia yang

paling sering adalah yang eksternal dari dinding abdomen di inguinal, femoral, dan

umbilicus. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari

lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut, yang normalnya tidak dapat dilewati.

Page 3: Hernia.docx

II. EPIDEMIOLOGI HERNIA

Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.

Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis

dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada

daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus

Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari

Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat

jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari

Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.

Tabel  1. Frekuensi relatif Hernia abdominal external 3

Tipe Hernia Insidens (%)

Epigastric 1

Umbilical 3

Insisional 10

Inguinal 78

Femoral 7

Lain-lain (jarang) 1

III. ETIOLOGI HERNIA

Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan intrakavitas

dan melemahnya dinding abdomen.

Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena :

1. Mengangkat beban berat

2. Batuk – PPOK

3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma

4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar

5. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen

6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan,

     lemak tubuh.

Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :

1. Umur yang semakin bertambah

2. Malnutrisi–baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)

3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik

Page 4: Hernia.docx

4. Abnormal metabolisme kolagen.

  

IV. GAMBARAN ANATOMIS

Hernia terdiri dari : 

1. Sakus terdiri atas mulut, leher, corpus,

dan fundus.

2. Penutup hernia merujuk pada lapisan

penutupnya, yang terjadi saat hernia

timbul. Dari luar ke dalam sebagai

berikut :

1. kulit

2. lemak subkutan

3. aponeurosis

4. otot

5. fascia – endokavitas

6. lapisan endotel – pada abdomen adalah

peritoneum

      

Page 5: Hernia.docx

Gambar 1. Kantong/sakus hernia

3. Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. pada abdomen

isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan lainnya termasuk :

1. usus besar dan apendiks

2. Divertikulum Meckel

3. Vesica Urinaria

4. Ovarium – dengan atau tanpa tuba falopi

5. Cairan asites

V. KLASIFIKASI

A. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas

1. Hernia bawaan atau congenital     Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai

     akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine – paten prosesus

     vaginalis adalah salah satu contohnya.

2. Hernia dapatan atau akuisita      Terdapat dua tipe hernia akuisita :

     a. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :

Page 6: Hernia.docx

         a.1. Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis

                yang melalui kanalis femoralis.

         a.2. Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti

                pada regio lumbal

         a.3. Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti 

               pada umbilikus

    b. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding, 

        seperti pada laparatomi dan trauma tembus.

B. Hernia diberi nama menurut letaknya,

     Umamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dll.

C. Hernia menurut  riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :

    Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi     

    yang tidak spontan.  Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus, 

   dimana orifisium dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya 

    waktu, hernia membesar dan kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang 

    mengancam jiwa semakin bertambah. Hernia dapat reponibel, ireponibel, obstruksi,

    strangulasi, atau terjadi inflamasi.

1. Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap.  

    Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya

    gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau 

    mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan

    nyeri atau gejala obstruksi usus.

   

Page 7: Hernia.docx

    Gambar 2. Hernia reponibel

2. Hernia Ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga

    perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong

    hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit 

    dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa  

    nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar 

    untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel. 

     

    Gambar 3. Hernia Ireponibel

3. Hernia obstruksi

    Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi  

    pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan

    berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya

    suplai darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi.

            Istilah ’inkarserata’terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang

      ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang

     mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata.

     Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua    

     operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab 

     obstruksi usus nomor satu di Indonesia. 

Page 8: Hernia.docx

     

    Gambar 4. Hernia inkarserata dengan ileus obstruksi usus

4. Hernia Strangulata

    Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi

    vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih

    lanjut ; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan

    vena, dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya 

    mengganggu aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia

    abdominal  bukan usus, misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi   

    strangulasi usus yang paling sering terjadi dan  menyebabkan nekrosis yang terinfeksi

    (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri,

     yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh

    darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada 

    kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga 

    peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan 

    kematian3. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut

    hernia Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia

    tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi hernia  

    Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis

   tampak seperti abses di daerah inguinal.

Page 9: Hernia.docx

       Gambar 5. Hernia Strangulata

VI. DIAGNOSIS HERNIA

A. GEJALA

Gejala lokal termasuk :

- benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat berbaring, dan timbul saat

   adanya tahanan.

- nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam,  rasa tidak enak yang selalu memburuk di  

  senja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia  

   berkurang.

   Secara khas, kantung hernia dengan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang   

   dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk.

Gejala dari adanya komplikasi adalah :

- obstruksi usus : colic, muntah, distensi, konstipasi

- strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada hernia,

                       demam, takikardi.  

B. TANDA/ sign

Pertama kali pasien diperiksa dalam keadaan berbaring, kemudian berdiri untuk

semua hernia abdominal eksterna, tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang

bereduksi pada saat pasien berbaring. Area pembengkakan di palpasi untuk menentukan

posisi yang tepat dan karakteristiknya. Benjolan dapat dikembalikan ke atau dapat semakin

membesar saat batuk – merupakan suatu yang khas. Semakin nyata saat pasien berdiri.

Page 10: Hernia.docx

Kontrol terhadap hernia untuk mencegah ia keluar adalah dengan menekannya dengan

jari di titik dimana reduksi dapat dilakukan. Pasien diminta untuk batuk : jika hernia tidak

muncul, berarti ia sudah dikendalikan dan menunjukkan letak leher dari sakus sudah tepat.  

Tanda yang berkaitan dengan adanya komplikasi

Ireponibel : benjolan yang iredusibel, tanpa rasa nyeri.

Obstruksi  : hernia tegang, lunak, dan iredusibel. Mungkin ada distensi abdomen, dan

                    gejala lain dari obstruksi usus

Strangulasi : tanda-tanda dari hernia obstruksi, tetapi ketegangan semakin nyata. Kulit 

                     diatasnya dapat hangat, inflamasi, dan berindurasi.    

Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh

nyeri tekan, obstruksi, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah

kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hernia didiagnosis berdasarkan gejala klinis. Pemeriksan penunjang jarang dilakukan dan

jarang mempunyai nilai.

a. Pencitraan

    a.1. Herniografi

           Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal 

      dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi  

      hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan

     adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.

  a.2. USG   

        Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis, misalnya 

      pada Spigelian hernia.

   a.3. CT dan MRI

          Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia obturator)  

b. Laparaskopi

             Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk nyeri

    perut yang tidak dapat didiagnosa.

Page 11: Hernia.docx

c. Operasi Eksplorasi

    Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak ditemukan

    secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.

VIII. DIAGNOSIS DIFERENSIAL

   Tabel 2. Benjolan lain yang harus dibedakan dari hernia pada dinding abdomen

  

IX. PEMBAHASAN KHUSUS

A. HERNIA   INGUINALIS

        

Kanalis inguinalis dibatasi di2 :

- Kraniolateral  : oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari  

                            fasia transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis.

- medial bawah : di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis  

                            eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus.

- atapnya          : aponeurosis m.obliqus eksternus

- dasarnya         : ligamentum inguinale

Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. B

Jaringan Benjolan

Kulit Kista sebasea atau epidermoid

Lemak Lipoma

Fasia Fibroma

Otot Tumor yang mengalami hernia melalui

pembungkusnya

Arteri Aneurisma

Vena Varikosa

Limfe Pembesaran KGB

Gonad Ektopik testis / ovarium

Page 12: Hernia.docx

Gambar 9. Kanalis Inguinalis

Lipat paha adalah daerah pada dinding abdomen yang lemah secara alami dan 

merupakan tempat yang paling sering untuk herniasi. Pria 25 kali lebih sering terkena hernia

inguinalis5.

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya  

   hernia inguinalis, yaitu :

1. kanalis inguinalis yang berjalan miring

2. adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis

    internus ketika berkontraksi.

3. Adanya fascia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang

    umumnya hampir tidak berotot.

    Gangguan pada mekanisme di atas dapat menyebabkan hernia.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah :

1. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka

2.  Peninggian tekanan di dalam rongga perut

3. Kelemahan otot dinding perut karena usia. 

Page 13: Hernia.docx

1. Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbuka

Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%

prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus

vaginalis belum tertutup Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen.

Tidak sampai 10 % dengan anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada

lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi

insidens hernia tidak melebih 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang

paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain,

seperti anulus inguinalis yang cukup besar.

Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi

hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Kejadian hernia bilateral

pada anak perempuan dibandingkan lelaki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus

vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan.

Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, mempunyai

kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia

inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2 %. Kemungkinan terjadi hernia bilateral dari

insidens tersebut mendekati 10 %.

2. Peninggian tekanan intraabdomen

Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi

prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis.

 Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya

penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan

penunjang.  Hernia dapat terjadi setelah peningkatan tekanan intra-abdominal yang tiba-tiba

dan kuat seperti waktu mengangkat barang yang sangat berat, mendorong, batuk, atau

mengejan dengan kuat pada waktu miksi atau defekasi.

3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus

turur kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis

berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis

berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya

usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat

kerusakan n. ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi.

Page 14: Hernia.docx

Diagnosis Hernia Inguinalis

a. Anamnesa

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia

reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu

bediri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang

dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di darah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri

viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam

kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi

karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

b. Pemeriksaan Fisik

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat

pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio

inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong

kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang

memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar

ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin

teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking,

pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus

eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal

hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta

mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau

bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi

perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atas dasar tidak

adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus

eksternus.

Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba

dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.

Page 15: Hernia.docx

A. 1. Hernia Inguinalis Indirek

Disebut juga henia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui

anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian

hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan, jika cukup panjang, menonjol keluar dari

anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum,

ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam m.kremaster, terletak

anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma.

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika

inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis

inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga

Hasselbach dan disebut sebagai hernia direk2.  Kantung dari inguinalis indirek berjalan

melalui anulus inguinalis profunda, lateral pembuluh epigastrika inferior, dan akhimya ke

arah skrotum.

Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan

hernia medial berbentuk tonjolan bulat.

Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak

menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke

skrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebeblah kanan atau kiri. Hernia yng di kanan biasany

berisi sekum dan sebagian kolon ascendens, sedangkan yng di kiri berisi sebagian kolon

desendens.

Hernia inguinalis indirecta yang merupakan hernia paling sering terjadi dan dipercaya

bersifat congenital, menonjol melalui annulus inguinalis profundus, canalis inguinalis dan

Page 16: Hernia.docx

keluar melalui annulus inguinalis superficialis ke scrotum atau labium majus. Sesuai dengan

bentuk dan letaknya maka disebut juga hernia inguinalis obliqua/lateralis. Hernia inguinalis

indirecta lebih sering daripada yang directa dan dua puluh kali lebih banyak pada pria

daripada wanita, sepertiganya bilateral serta lebih sering pada sisi kanan. Sesuai dengan

mekanisme terjadinya, diselubungi oleh ketiga lapisan ductus deferens.

Ada dua macam hernia inguinalis indirecta, yaitu yang congenitalis dan acquisita

(didapat). Perbedaannya secara anatomis terletak pada apakah prosesus vaginalis telah atau

belum menutup. Pada yang congenitalis processus vaginalis belum menutup sehingga isi

abdomen (usus) dapat mengisi sampai pada cavum scroti. Pada yang acquisita (didapat)

kantong hernia tidak berhubungan dengan cavum scroti karena processus vaginalis telah

menutup. Hernia inguinalis congenitalis yang sudah terjadi sejak lahir sering tidak diketahui

sampai usia anak, atau bahkan usia dewasa. Kantong hernianya berupa peritoneum, sisa

processus vaginalis yang telah menutup (ligamentum vaginale), lapisan-lapisan fascia

spermatica interna, m.cremaster, dan fascia spermatica externa serta bagi yang congenitalis

processus vaginalis tetap terbuka.

Pada wanita dimana processus vaginalis menetap (canalis Nucki), hernia dapat

menuju sampai labium majus. Jika tempat keluar hernia inguinalis indirecta terletak di

sebelah lateralis dari arteria epigastrica, hernia ingunalis directa menonjol keluar melalui

trigonum inguinale di sebelah medial dari arteria tersebut. Hernia inguinalis directa

menembus keluar melalui annulus inginalis superficialis yang melebar menonjol ke dinding

abdomen, ada juga yang berpendapat bahwa hernia ini tidak melalui annulus inguinalis

superficialis, tetapi menonjol melalui “conjoint tendon” dan mencapai annulus. 

Kantung hernia indirek sebenarnya adalah suatu prosesus vaginalis yang berdilatasi

secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan mengikuti

selubungnya ke skrotum. Pada anulus profunda, kantung mengisi sisi lateral dari korda.

Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan kantung indirek dan dikenal sebagai

lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut bukan tumor.

Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum, dan ureter dapat

tergelincir ke dalam kantung indirek. Dalam kantung itu, organ-organ tersebut menjadi

bagian dari dinding kantung dan rentan terhadap cedera selama perbaikan. Hernia sliding ini

sering kali besar dan sebagian iredusibel.

Page 17: Hernia.docx

Gambaran Klinis Hernia inguinalis indirek

Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul

pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat

baring. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya

diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak

menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia

strangulata.

Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau

labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga 

adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada

benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat

direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-

anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar.

Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam

kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang tidak terlihat

adanya benjolan pada waktu menangis, batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan

palpasi tali sperma dengan membendingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan

tanda sarung tangan sutra.  

HERNIA SKROTALIS

Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia

skrotalis. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak

dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya

hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.

Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba

dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.

HERNIA LABIALIS

Hernia labialis ialah hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium mayus. Secara

klinis tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu berdiri dan mengedan, dan

hilang pada waktu berbaring. Diagnosis banding hernia labialis adalah hernia femoralis dan

kista di kanalis Nuck yang menonjol di kaudal ligamentum inguinale dan di lateral

tuberkulum pubikum. Kista kanalis Nuck teraba sebagai kista dengan batas jelas di sebelah

kraniolateral berlainan dengan hernia indirek dan tidak dapat direposisi.

Page 18: Hernia.docx

A.2 Hernia Inguinalis Direk

Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui

segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior,

pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar

segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis

m.transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial

untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan

tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

Nervus ilioinguinalis dan n.iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar

kanalis inguinalis, dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum, dan

sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.

Hernia directa tidak begitu sering seperti hernia indirecta; kurang lebih 15 % dari

seluruh hernia inguinalis dan biasanya bilateral. Biasanya terjadi pada laki-laki berusia lebih

dari 40 tahun, jarang terjadi pada wanita dan terjadi sebagai akibat kelemahan otot-otot

abdomen bagian depan, yang disertai peninggian tekanan intraabdominal. Kantong hernia

terdiri dari peritoneum dan fascia transversalis.  

Kantung dari inguinalis direk menonjol secara langsung melalui dasar kanalis

inguinalis, terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun ke dalam skrotum.

Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan peninggian tekanan

intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigoum Hasselbach. Oleh karena itu,

hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan

hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser

yang mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang ditemukan defek kecil di m.

oblikus internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering

menyebabkan strangulasi. Hernia ini banyak diderita oleh penduduk Afrika.

Kantung hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu segitiga

Hesselbach; menonjol secara langsung; dan kantung hernia ini tidak mengandung

aponeurosis otot obliqus ekstemus. Hanya pada keadaan yang jarang, hernia ini sedemikian

besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus superfisialis dan turun ke dalam skrotum.

Kandung kemih sering menjadi komponen sliding dari kantung hernia direk.

Page 19: Hernia.docx

Tabel 3. Perbedaan antara hernia inguinalis indirek dan hernia inguinalis direk

Indirek Direk

Usia pasien Usia berapapun, terutama

muda

Lebih tua

Penyebab Dapat kongenital Didapat

Bilateral 20 % 50 %

Penonjolan saat batuk Oblik Lurus

Muncul saat berdiri Tidak segera mencapai

ukuran terbesarnya

Mencapai ukuran terbesar

dengan segera

Reduksi saat berbaring Dapat tidak tereduksi segera Tereduksi segera

Penurunan ke skrotum Sering Jarang

Oklusi cincin internus Terkontrol Tidak terkontrol

Leher kantong Sempit Lebar

Strangulasi Tidak jarang Tidak biasa

Hubungan dengan

pembuluh darah epigastric

inferior

Lateral Medial

Tata Laksana Hernia Inguinalis

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian

penyangga atau penunjang utnuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi

tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi

dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan

tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang

tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur

dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia

jarang terjadi dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih

elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian

sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk

operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus

dilakukan operasi segera.

Page 20: Hernia.docx

            Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi

dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang

sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara

ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot

dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-

anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang

mengandung pembuluh darah testis.

            Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis.

Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri

atas herniotomi dan hernioplastik.

            Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia

dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.  

            Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan

memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam

mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode

hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,

menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.transversus

internus abdominis dan m.obliqus obliqus internus abdominis yang dikenal dengan nama

conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan

fasia transversa, m.transversus abdominis, m. obliqus internus abdominis ke ligamentum

Cooper pada metode McVay.

            Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun 1887.

Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara

mengaproksimasi muskulus obliqus internus, muskulus transversus abdominis, dan fasia

transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik dapat diterapkan,

baik pada hernia direk maupun indirek.

            Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi

Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi

masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan.

Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang

membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal.

Page 21: Hernia.docx

            Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang faktor penyebabnya adalah

prosesus vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis

internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.

            Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap.

Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi

kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sisnistra. Hernia bilateral pada

orang dewasa, dinajurkan melakukan operasi dalam satu tahap,kecuali jika ada

kontraindikasi.

            Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia

inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan hernioplastik

yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun teknik yang dapat menjamin bahwa

tidak akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan ialah mencegah terjadinya tegangan

pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya dibutukan plastik dengan bahan

prostesis mesh misalnya. 

            Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan dengan

faktor konstitusi.Pada hernia inguinalis lateralis penyebab resididf yang paling sering ialah

penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, di antaranya karena diseksi

kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantung hernia tidak

ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang

berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik.

B. Hernia Femoralis

KANALIS FEMORALIS

Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal

dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v. femoralis. Foramen

ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh

ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale

(ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis, dan di sebelah medial oleh

ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal

dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.

Page 22: Hernia.docx

Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan

kira-kira 4 kali lelaki.

            Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu

melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti mengangkat barang atau

batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering penderita ke dokter atau rumah sakit

dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di

bawah ligamentum inguinale di medial v. Femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak

jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak

ditemukan, karena kecilnya, atau karena penderita gemuk.

            Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk

ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v.Femoralis sepanjang

kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.

            Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang iredusibel, meskipun

kantungnya mungkin kosong, karena lemak dan kelenjar limfe dari kanalis melingkari

kantung. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru hernia  femoralis dengan

sangat tepat.

Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada

sisi medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua kelenjar

limfe, yang terbesar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis

femoralis oleh suatu penonjolan peritoenal dan seringkali membentuk massa yang dapat

dipalpasi.

Pada pria, lewatnya testikel melalui dinding abdomen selama tahap embrionik,

melemahkan dan memperbesar orifisium miopektineal di atas ligamentum inguinalis dan

merupakan predisposisi terhadap hernia inguinalis indirek dan direk. Pada wanita, diameter

Page 23: Hernia.docx

pelvis sejati yang membesar, bila dibandingkan dengan pria, secara proporsional

memperbesar kanalis femoralis dan mungkin merupakan predisposisi dari hernia femoralis.

Patofisiologi Hernia Femoralis

            Secara patofisiologi peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak

preperitoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia.

Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat

karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi

pada hernia inguinallis, terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang

menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale tergeser ke ventrokranial sehingga

kanalis femoralis lebih luas2.

            Komplikasi yang paling sering adalah strangulasi dengan segala akibatnya.

            Hernia femoralis keluar di sebelah ligamntum inginale pada fosa ovalis. Kadang-

kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar, terutama bila merupakan Hernia Richter.

Diagnosa Banding Hernia Femoralis

Diagnosis banding hernia femoralis, antara lain limfadenitis yang disertai tanda radang lokal

umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari

tingkat umbilikus.

            Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal

pada hernia femoralis.

            Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara v.safena magna dengan atau

tanpa varises pada tungkai. Konsistensi variks tunggal di fosa ovalis lunak. Ketika batuk atau

mengedan benjolan variks membesar dengan “gelombang” dan mudah dihilangkan dengan

tekanan.  

            Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa

ovalis. Tidak jarang hernia Richter dengan strangulasi yang telah mengalami gangguan

vitalitas isi hernia, memberikan gambaran seperti abses. Setelah dilakukan tindakan insisi,

ternyata yang keluar adalah isi usus, bukan nanah.  

            Untuk membedakannya, perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya

dengan aktivitas, seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai dengan peninggian

tekanan intraabdomen, sedangkan penyakit lain, seperti torsio testis atau limfedenitis

femoralis, tidak berhubungan dengan aktivitas demikian.

Page 24: Hernia.docx

Tata laksana Hernia Femoralis

 Operasi terdiri atas herniotomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan menjepit

anulus femoralis.

            Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal, atau kombinasi keduanya.

Pendekatan krural tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan. Pendekatan 

inguinal dengan membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding posteriornya

biasanya dilakukan pada lelaki karena hernia femoralis pada lelaki lebih sering disertai hernia

inguinalis medialis. Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis inkarserata,

hernia residif, atau kombinasi dengan hernia inguinalis.

            Pada pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan

ligamentum inguinale ke ligamentum Cooper.

            Pada teknik Bassini melalui regio inguinalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke

ligamentum lakunare Gimbernati.

Cara Membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis

Untuk membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis dipakai sebagai patokan

ligamentum inguinale. Yang di atas ligamentum adalah hernia inguinalis dan yang di bawah

hernia femoralis1. Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis

dan yang timbul di bawah lipatan adalah hernia femoralis.  

C.1. HERNIA UMBILIKALIS

            Merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan

kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20 % bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada  

bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi lelaki dan perempuan2.    

            Umbilikalis adalah tempat umum hemiasi. Hernia umbilikalis terjadi lebih sering pada

wanita. Kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang merupakan prekursor yang umum.

Asites selalu mengeksaserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum terjadi.

Ruptura terjadi dalam sirosis asitik kronis, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi

portal atau pintas nevus peritoneal secara darurat

Page 25: Hernia.docx

           

Gejala klinis Hernia Umbilikalis

 Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang  masuk

melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi

menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi2.

Tata laksana Hernia Umbilikalis

Bila cincin hernia kurang dari 2 cm; umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum bayi

berumur 6 bulan; kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk mempercepat

penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan, kemudian

memancangnya dengan pita perekat (plester) untuk 2-3 minggu. Dapat pula digunakan uang

logam yang dipancangkan di umbilikus untuk mencegah penonjolan isi rongga perut. Bila

sampai usia satu setengah tahun hernia masih menonjol, umumnya diperlukan koreksi

operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2 cm jarang terjadi regresi spontan dan lebih sukar

diperoleh pentupan dengan tindakan konservatif.

X. KOMPLIKASI   HERNIA

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia

dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi hernia

terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia geser) atau

merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat

pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang

menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial

seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti

pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi

Page 26: Hernia.docx

inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantung hernia dan satu

segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W.

            Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia

dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin

hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia

menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.

Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan

abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.

            Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran

obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah

terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan

gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyri lebih berat di

tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal.

            Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali

disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau

abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu

mendapat pertolongan segera.

XI. TERAPI HERNIA

Indikasi Pembedahan

Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada keadaan lokal atau

sistemik dari pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang mungkin

dari hal umum ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal yang diantisipasi

membesar secara perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam penatalaksanaan

hernia kecil jika operasi merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan merupakan kontraindikasi

untuk pasien dengan hernia femoralis.

Terapi Umum

            Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat

dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi konservatif

berupa penggunaan alat penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara,

misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis

Page 27: Hernia.docx

pemakaian korset tidak dianjurkan karena selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat

melemahkan dinding perut.

            Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia lanjut

tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif.  Kalau pasien  dengan hernia inkarserata tidak

menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural. Jika usaha reposisi

berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari setelah udem jaringan

hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik.

            Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi

henia harus dinilai saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau

sewaktu operasi daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima

menit dievaluasi kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus.

            Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada

hernia direk, sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.

            Herniorafi elektif pada umumnya memperlihatkan morbiditas dan mortalitas yang

rendah, sedangkan herniorafi akut pada hernia inkarserata atau strangulata menunjukkan

morbiditas dan mortalitas yang tidak dapat diabaikan.

            Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera V. femoralis, N. ilioinguinalis, N.

iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia geser.

            Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa hematoma,

infeksi luka, bendungan V. Femoralis, terutama pada operasi hernia femoralis, fistel urin atau

feses, dan hernia residif.

            Komplikasi lanjut berupa atrofi testes karena lesi A.spermatika atau bendungan

pleksus pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting adalah hernia residif.

Page 28: Hernia.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.

2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC,   

     Hal: 523-537

3. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier  

    Saunders, page 431-445. 

4. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995. Hal :   

     228, 243.

5. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,

    Hal : 509 – 517. 

6. McVay, C.B : Pada Davis, L (Ed) : Christopher’s Text – Book of Surgery, 9th ed.

Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1968.

Page 29: Hernia.docx

HERNIA

Oleh :

Dwi Permatasari

Mutiara Cita Rasely

Yogi Irawan

Preceptor :

dr. H. Yusmaidi, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

RUMAH SAKIT ABDOEL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

Januari, 2013