heat stroke
Post on 25-Oct-2015
121 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Tinjauan Pustaka
HEAT STROKE
Oleh:
Putu Lidia Noviyanthi
(0602005128)
Pembimbing:
dr. Ketut Sinardja, Sp.An, KIC
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK
MADYA BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
FK UNUD/RS SANGLAH
2010
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh seseorang tinggi disebabkan
karena kegagalan termoregulasi dalam tubuh. Hipertermia terjadi ketika tubuh
memproduksi atau menyerap lebih banyak panas dan tidak mampu melepaskan
panas tersebut. Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia adalah kedaruratan
medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan
kematian.1
Penyebab paling umum dari hipertermia adalah heat stroke. Heat stoke
adalah kondisi yang mengancam jiwa dimana suhu tubuh mencapai 400C atau
lebih dan disfungsi sistem saraf yang menghasilkan delirium, kejang, atau koma.2,3
Meskipun pengobatan yang adekuat untuk heat stroke adalah menurunkan
suhu tubuh secara agresif, heat stoke sering menjadi fatal, dan orang-orang yang
dapat bertahan hidup menderita kerusakan neurologis yang permanen. Heat stroke
2
dapat disebabkan karena kenaikan suhu lingkungan, atau aktivitas yang dapat
meningkatkan suhu tubuh.3
Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, di
Amerika Serikat dari tahun 1979-2003 8.015 kematian disebabkan paparan panas
yang berlebihan, atau rata-rata sekitar 334 kematian per tahun. Kematian pada
heat stroke lebih sering terjadi selama musim panas dengan gelombang panas
yang berkepanjangan. Sebagai contoh, selama gelombang panas tahun 1980
(tahun rekor panas), 1700 kematian dihubungkan dengan panas, dibandingkan
dengan hanya 148 kematian disebabkan panas tahun sebelumnya. Orang tua diatas
umur 65 tahun tercatat setidaknya 44% kasus. Insiden tersebut bervariasi dari 17,6
sampai 26,5 kasus per 100.000 populasi. Insiden heat stroke di Arab Saudi
bervariasi sesuai dengan musim, dimana terjadi 22 hingga 250 kasus per 100.000
populasi. Angka kematian kasar yang dihubungkan dengan heat stroke di Arab
Saudi diperkirakan sebesar 50%.3
Morbiditas dan mortalitas dari heat stroke terkait dengan durasi elevasi
suhu. Jika terapi tertunda, tingkat kematian dapat mencapai 80%, namun dengan
diagnosa dini dan pendinginan langsung, tingkat kematian dapat dikurangi sampai
10%. Kematian tertinggi di kalangan penduduk usia lanjut, pasien dengan
penyakit yang sudah ada sebelumnya, yang terbatas pada tempat tidur, dan mereka
yang terisolasi secara sosial. Angka kematian heat stroke tahunan 3 kali lebih
tinggi pada orang kulit hitam daripada kulit putih. Hal ini juga 2 kali lebih tinggi
pada laki-laki daripada wanita. Bayi, anak-anak, dan orang tua memiliki insiden
yang lebih tinggi mengalami heat stroke daripada remaja dan orang dewasa yang
sehat.4
Melihat perasalahan tersebut penulis merasa tertarik untuk membahas
lebih lanjut tentang heat stroke sehingga kita sebagai dokter umum nantinya dapat
melakukan pencegahan dan pengobatan pada seseorang yang mengalami heat
stroke sehingga morbiditas dan mortalitas dapat dicegah.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Terdapat beberapa penyakit yang berhubungan dengan panas. Terdapat beberapa
bentuk yaitu heat syncope, heat cramp, heat exhaustion dan heat stroke, yang
terakhir merupakan yang paling berat.5
Heat syncope adalah pingsan karena vasodilatasi perifer sekunder dengan
suhu lingkungan yang tinggi.5
Heat cramp mengacu pada kram otot yang terjadi selama latihan di cuaca
panas, yang berhubungan dengan defisiensi garam dan biasanya tidak berat.
Namun, ada kasus yang dilaporkan seorang pemuda dengan pasca-latihan otot
mengalami kram yang kemudian memenuhi kriteria laboratorium diagnostik
untuk kerentanan terhadap hyperthermia ganas.5
Heat exhaustion terjadi ketika individu mengalami dehidrasi dan lemah.
Mual dan muntah pun sering terjadi. Berkeringat berlebihan menyebabkan
hilangnya sebagian besar air atau garam. Deplesi garam pada heat exhaustion
biasanya terjadi ketika seseorang tidak dapat menyesuaikan diri pada iklim saat
latihan dan hanya mengganti kehilangan air saja. Deplesi air pada heat exhaustion
biasanya terlihat pada seseorang yang tidak mendapat asupan air yang memadai
saat terpapar panas yang ekstrim. Apapun mekanismenya, seseorang bisa jatuh
pada keadaan kolaps karena dehidrasi, deplesi garam dan hipovolemia. Heat
exhaustion biasanya ditandai dengan keringat berlebihan, kelelahan, haus, kram
otot biasanya pada perut,tangan atau kaki.2,5,6
Heat stroke adalah kondisi yang mengancam jiwa dimana suhu tubuh
mencapai 400C atau lebih dan disfungsi sistem saraf yang menghasilkan delirium,
kejang, atau koma.2,3,4,5 Heat stroke terjadi ketika suhu inti tubuh naik terhadap
kegagalan sistem thermoregulasi. Suhu inti yang dimaksud adalah suhu rektal
lebih dari 40,6°C.5
Heat stroke dapat dibagi menjadi exertional heat stroke (EHS) dan non-
exertional (klasik) heat stroke (NEHS). Exertional heat stroke, umumnya terjadi
pada orang muda, orang yang sehat (misalnya, atlet, pemadam kebakaran, personil
4
militer) yang terlibat dalam aktivitas fisik yang berat untuk jangka waktu lama
dalam lingkungan yang panas. Non-exertional (klasik) heat stroke (NEHS) lebih
sering mempengaruhi orang tua, orang-orang yang memiliki penyakit kronis, dan
orang-orang yang sangat muda. Klasik NEHS terjadi selama gelombang panas
lingkungan dan lebih umum pada daerah yang belum mengalami gelombang
panas dalam bertahun-tahun. Kedua jenis heat stroke berhubungan dengan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi, terutama jika terapi tertunda.3,4,5,6
2.2. Tanda dan gejala
Heat exhaustion muncul jika seseorang tidak memperdulikan gejala dari heat
cramp yang muncul. Heat exhaustion sering memperlihatkan gejala seperti flu
termasuk sakit kepala, pusing, kepala terasa ringan, mual, muntah, malaise, kram
otot, dan kulit dingin dan terasa lembab (Tabel 1). Suhu biasanya normal, tetapi
dapat meningkat biasanya kurang dari 41°C (106°F). Tanda dan gejala klinis
dehidrasi hampir selalu hadir dalam bentuk takikardia, hipotensi, dan
diaphoresis.2,6
Heat stroke harus dipertimbangkan pada setiap orang yang mengalami
hipertermia dan perubahan status mental. Titik kunci dalam membedakan heat
stroke dari heat exhaustion adalah pada heat stroke terdapat disfungsi sistem saraf
pusat tapi tidak dalam heat exhaustion. Gejala klasik yang muncul pada disfungsi
sistem saraf pusat adalah kebingungan, delirium, ataksia, kejang, dan koma. Otak
kecil paling sensitif terhadap panas, dan ataksia dapat menjadi tanda awal
terjadinya kerusakan pada otak kecil.6
Exertional heat stroke (EHS) ditandai dengan hipertermia, diaphoresis, dan
perubahan sensorium. Sejumlah gejala (misalnya, kram perut dan otot, mual,
muntah, diare, sakit kepala, pusing, dyspnea, kelemahan) biasanya mendahului
heat stroke Sinkop dan hilangnya kesadaran juga harus tetap diobservasi sebelum
didiagnosis sebagai EHS. Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena
EHS misalnya infeksi virus sebelumnya, dehidrasi, kelelahan, kegemukan, kurang
tidur, kebugaran fisik yang buruk, dan kurangnya aklimatisasi. Meskipun
kurangnya aklimatisasi merupakan faktor risiko untuk heat stroke, EHS juga
dapat terjadi pada orang yang mampu menyesuaikan diri namun melakukan
latihan yang cukup intens. EHS juga dapat terjadi karena meningkatnya aktivitas
5
motorik karena penggunaan narkoba, seperti kokain dan amfetamin, dan sebagai
komplikasi status epileptikus.4
Nonexertional heat stroke (NEHS) ditandai dengan hipertermia, anhidrosis,
dan perubahan sensorium. Gejala SSP, mulai dari delusi, perilaku irasional,
halusinasi, dan koma. Gejala SSP lainnya termasuk kejang, kelainan saraf kranial,
disfungsi cerebellar, dan opisthotonos. Pasien dengan NEHS awalnya mungkin
menunjukkan keadaan hiperdinamik peredaran darah, tetapi, pada kasus yang
berat, dapat terjadi keadaan yang hipodinamik.4
Heat Exhaustion Heat Stroke
Gejala Flulike: sakit kepala, mual,
muntah, kram, pusing
sama
Gejala SSP Tidak ada Ada, termasuk kebingungan,
delirium, ataksia, kejang, dan
koma
Temperatur Khas < 410C, biasanya normal Khas > 410C
Keringat Ada Mungkin tidak ada
Tabel 1. Heat exhaustion vs Heat stroke6
Tanda-tanda Vital
o Suhu: Biasanya, suhu tubuh pasien dapat melebihi 41°C
o Pulse: Takikardia umumnya pulse melebihi 130 denyut per menit
o Tekanan darah: pasien bisa saja memiliki tekanan darah normal,
dengan tekanan nadi yang luas, namun, umumnya pada pasien
mengalami hipotensi disebabkan sejumlah faktor, termasuk
vasodilatasi pembuluh kutaneus, penyatuan darah dalam sistem
vena, dan dehidrasi. Hipotensi juga bisa disebabkan oleh kerusakan
otot jantung dan kolapsnya sistem kardiovaskular.4
Sistem saraf pusat
o Gejala disfungsi SSP bisa berkisar dari lekas marah hingga jatuh
pada keadaan koma. Koma juga bisa disebabkan oleh kelainan
elektrolit, hipoglikemia, ensefalopati hepatik, ensefalopati uremic,
dan kelainan struktural akut, seperti perdarahan intraserebral akibat
trauma atau gangguan koagulasi.
6
o Pasien dapat mengalami delirium, bingung, delusi, kejang,
halusinasi, ataksia, tremor, dysarthria, kelainan saraf kranial dan
tonik dan distonik kontraksi otot-otot.
o Pasien juga mungkin menunjukkan decerebrate posture,
decorticate posture, dan lemas.
o Edema serebral dan herniasi juga mungkin terjadi selama
perjalanan heat stroke.4
Mata o Pemeriksaan mata dapat menemukan episode nistagmus dan
oculogyric karena cedera cerebellar.
o Pupil mungkin bisa melebar, tepat, atau normal.4
Jantung o Stres panas menyebabkan beban yang luar biasa pada jantung.
Pasien dengan disfungsi miokard tidak dapat mentolerir stres
panas untuk waktu yang lama.
o Pasien umumnya menunjukkan keadaan hiperdinamik, dengan
takikardia, resistensi pembuluh darah sistemik yang rendah, dan
indeks jantung tinggi.
o Keadaan hipodinamik, dengan resistensi vaskuler sistemik yang
tinggi dan indeks jantung rendah, dapat terjadi pada pasien dengan
penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya dan volume
intravaskuler yang rendah. Keadaan hipodinamik dapat
menyebabkan kolaps kardiovaskular.
o Tekanan vena sentral pada umumnya berada dalam jangkauan
referensi atau ditinggikan.
o High-output cardiac failure and low-output cardiac failure dapat
terjadi.4
Paru o Pasien dengan heat stroke umumnya mengalami takipnea dan
hiperventilasi yang sering disebabkan oleh stimulasi SSP langsung,
asidosis, atau hipoksia.
7
o Hipoksia dan sianosis mungkin terjadi karena beberapa proses,
termasuk atelektasis, infark paru, pneumonia aspirasi, dan edema
paru.4
Perdarahan gastrointestinal sering terjadi pada pasien dengan heat stroke.4
Hepar
o Pasien umumnya menunjukkan injury hepar, termasuk penyakit
kuning dan enzim hati yang tinggi.
o Jarang, terjadi kegagalan hepatik fulminan, disertai dengan
ensefalopati, hipoglikemia, dan koagulasi intravascular (DIC) dan
pendarahan.4
Muskuloskeletal
o Umumnya terjadi nyeri otot dan kram; rabdomiolisis adalah
komplikasi umum dari EHS.
o Otot-otot pasien mungkin mengalami rigiditas dan lemas.4
Ginjal
o Gagal ginjal akut (ARF) adalah komplikasi umum heat stroke dan
mungkin karena hipovolemia, curah jantung rendah, dan
myoglobinuria (karena rabdomiolisis).
o Pasien mungkin menunjukkan oligOuria dan perubahan warna
urin.4
2.3 Etiologi
2.3.1 Peningkatan produksi panas
Meningkatnya metabolisme
o Infeksi
o Sepsis
o Encephalitis
o Obat perangsang
o Thyroid storm
o Drug withdrawal
Peningkatan aktivitas otot
o Latihan
o Kejang
8
o Tetanus
o Strychnine poisoning
o Sympathomimetics
o Drug withdrawal
o Thyroid storm
Latihan fisik moderate, kejang, dan menggigil dapat melipatgandakan
produksi panas dan menyebabkan peningkatan suhu secara general dan
diatasi dengan perlindungan diri dan menyelesaikan dengan penghentian
kegiatan tersebut.
Latihan yang keras dan satatu epileptikus dapat meningkatkan produksi
panas 10 kali lipat dan, ketika terganggu, merusak mekanisme panas
dalam tubuh menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang berbahaya.
Obat stimulan, termasuk kokain dan amfetamin, dapat menghasilkan panas
yang berlebihan dengan meningkatkan metabolisme dan kegiatan motorik
melalui efek stimulasi dopamin, serotonin, dan norepinephrine.
Perkembangan heat stroke pada orang intoksikasi dengan stimulan adalah
multifaktorial dan bisa melibatkan suatu interaksi yang rumit antara
dopamin dan serotonin di hipotalamus dan batang otak.
Agen neuroleptik juga dapat meningkatkan suhu tubuh dengan
meningkatkan aktivitas otot, tapi, kadang-kadang, agen ini dapat
menyebabkan neuroleptic malignant syndrome (NMS). NMS adalah reaksi
aneh ditandai dengan hipertermia, perubahan status mental, kekakuan otot,
dan ketidakstabilan otonom akibat kontraksi berlebihan dari otot.
Obat-obatan tertentu, seperti inhalasi anestesi volatile dan succinylcholine,
dapat menyebabkan hipertermia ganas. Berbeda dengan heat stroke,
hipertermia ganas diyakini disebabkan oleh penurunan kemampuan
retikulum sarcoplasmic untuk mempertahankan kalsium, yang
mengakibatkan kontraksi otot yang berkepanjangan.4
2.3.2 Penurunan pelepasan panas
Menurunnya keringat
o Dermatologic diseases
o Obat-obatan
9
o Luka bakar
Berkurangnya respon SSP
o Usia lanjut
o Balita dan bayi
o Alkohol
o Barbiturat
o Obat penenang lainnya
Berkurangnya cadangan kardiovaskular
o Orang tua
o Beta-blockers
o Calcium channel blockers
o Diuretik
o Obat kardiovaskular – Terganggunya respon kardiovaskular
terhadap panas, dapat mengganggu pelepasan panas.
Obat-obatan
o Antikolinergik
o Neuroleptik
o Antihistamin
Faktor eksogen
o Suhu ambien yang tinggi
o Kelembaban ambien tinggi4
2.3.3 Berkurangnya kemampuan untuk aklimasi
Anak-anak dan balita
Orang tua
Penggunaan diuretik
Hipokalemia4
2.3.4 Penurunan tingkah laku yang tanggap
Bayi, pasien yang terbaring di tempat tidur, dan pasien yang sakit
kronis beresiko heat stroke karena mereka tidak dapat mengendalikan
lingkungan mereka dan asupan air.4
2.4 Pathogenesis
10
Untuk memahami pathogenesis dari heat stroke, respon sistemik dan
selular untuk heat stress harus dipahami. Respon ini meliputi termoregulasi
(dengan aklimasi), respon fase akut, dan respon yang melibatkan produksi heat
shock protein. Kegagalan termoregulasi, respon fase akut yang berlebihan dan
perubahan respon heat shock protein memiliki kontribusi perubahan heat stress
menjadi heat stroke.3
2.4.1 Kegagalan termoregulasi
Panas tubuh diperoleh dari lingkungan dan diproduksi oleh metabolisme
tubuh. Kelebihan panas dalam tubuh akan dikeluarkan untuk mempertahankan
suhu tubuh 370C, proses tersebut disebut dengan termoregulasi. Kenaikan suhu
darah kurang dari 1°C akan mengaktifkan reseptor panas di perifer dan
hipotalamus memberikan sinyal pada pusat hipotalamus,termoregulasi dan respon
eferen dari pusat ini meningkatkan pengiriman darah panas ke permukaan tubuh.
Aktifnya vasodilatasi kutan simpatik kemudian meningkat aliran darah dalam
kulit hingga 8 liter per menit. Dengan peningkatan suhu dalam darah akan
menginisiasikan keluarnya keringat. Keringat akan menguap dan menyebabkan
permukaan tubuh menjadi dingin.
Terbentuknya Gradien termal oleh evaporasi keringat sangat penting untuk
transfer panas dari tubuh ke lingkungan. Peningkatan suhu juga menyebabkan
takikardia, meningkatkan cardiac output, dan meningkatkan ventilasi menit.
Kegagalan dalam meningkatkan cardiac output (karena kehilangan garam
dan air, Penyakit cardiovaskular, obat dan lain sebagainya) meyebabkan
terganggunya toleransi tubuh terhadap panas sehingga pelepasan panas terganggu
dan jatuh pada keadaan heat stroke.3
2.4.2 Kegagalan aklimasi
Kegagalan proses penyesuaian diri secara fisik dan psikis terhadap
lingkungan menyebabkan terganggunya pelepasan panas sehingga menyebabkan
terjadinya heat stroke. Penurunan kemampuan aklimasi biasanya terjadi pada
anak-anak, dewasa muda, orang tua, konsumsi diuretik dan hipokalemia.3
2.4.3 Respon fase akut yang berlebihan
Respon fase akut untuk heat stress adalah reaksi kordinasi yang
melibatkan sel-sel endotel, leukosit, dan sel epitel yang melindungi terhadap
11
cedera jaringan dan untuk perbaikan jaringan. Latihan yang berat dapat
menginduksi mediator inflamasi lokal dan sistemik. Ketidakseimbangan mediator
inflamasi dan anti inflamasi dapat menyebabkan kerusakan sel.3
2.4.4 Perubahan respon heat shock protein
Hampir semua sel memberikan respon terhadap pemanasan mendadak
dengan memproduksi heat-shock protein atau stress protein. Ekspresi heat-shock
protein dikontrol pada tingkat transkripsi gen.3
Penghambatan sintesis heat-shock protein baik pada tingkat gen-
transkripsi atau dikirimkan melalui antibodi spesifik yang menyebabkan sel
menjadi sangat sensitif terhadap stress panas walaupun dengan kadar yang kecil.3
2.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis heat stroke yang pertama dilakukan adalah
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti darah lengkap,
test fungsi ginjal, elektrolit, profil koagulasi.serum creatinin kinase dan ECG.
2.6 Diagnosis banding
Diagnosis banding dari heat stroke dimana terjadi kenaikan suhu tubuh
dan perubahan status neurologi seperti heat exhaustion, anticholinergic poisoning,
pheochromocytoma, neuroleptic malignant syndrome, tiroid storm, infeksi
(meningoensefalitis) dan kerusakan sistem saraf pusat.4
2.7 Komplikasi
Komplikasi paling serius dari heat stroke adalah kegagalan multi organ
yang meliputi ensefalopati, rabdomiolisis, gagal ginjal akut, gagal nafas akut,
kerusakan miokard, kerusakan sel hepar, iskemia usus, kerusakan pankreas, dan
perdarahan, (disseminated intravascular coagulation atau DIC) dengan
thrombositopenia.
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip dari penatalaksanaan heat stroke adalah melakukan pendinginan
tubuh dengan cara mempercepat transfer panas dari kulit ke lingkungan tanpa
menekan aliran darah ke kulit. Hal ini di lakukan dengan cara memperbesar
temperatur gradien antara kulit dan lingkungan (konduksi) atau dengan
memperbesar gradien tekanan penguapan air antara kulit dan lingkungan
(evaporasi) dan juga meningkatkan laju aliran udara ke kulit (konveksi).3
12
Penatalaksanaan pasien dengan heat stroke dapat di bagi menjadi :
2.8.1 Penatalaksanaan di luar rumah sakit
Korban harus di pindahkan ke tempat yang lebih sejuk dan seluruh
pakaiannya di tangagalkan. Penurunan suhu tubuh harus di lakukan dengan
menggunakan apapun yang tersedia (misalnya pasien dapat di percikan air dan
tingkatkan penguapan dengan membuka jendela dan pintu atau dengan
menggunakan kipas angin). Lakukan juga resusitasi (ABC), bila memungkinkan,
oksigen harus diberikan dan pemasangan infus intravena menggunakan cairan
kristaloid juga dilakukan. Apabila tersedia kantong es, letakkan pada leher ,ketiak
dan selangkangan.Pemijatan pada kulit juga dilakukan untuk mencegah terjadinya
vasokonstriksi pembuluh darah kulit akibat pendinginan yang agresif. Bawa
segera ke rumah sakit karena ini merupakan keadaan darurat.3,5
2.8.2 Penatalaksanaan di rumah sakit
Pendinginan terhadap pasien harus dilakukan secara agresif ketika
diagnosis sudah ditegakan. Monitor suhu pada kulit dan rectal, central venous
pressure, dan elektrolit. Terdapat beberapa metode pendinginan untuk
menurunkan suhu tubuh pasien. Metode yang paling efektif dalam menurunkan
suhu tubuh pasien secara tepat adalah kombinasi antara pengeluaran panas secara
evaporasi dan konveksi yaitu dengan menggunakan body cooling units atau
metode sederhana serupa dengan menjaga kulit pasien tetap lembab dengan
memercikan air hangat ke tubuh pasien dan membuat tubuh pasien terpapar aliran
udarayang baik (bisa digunakan kipas angin)
Apabila metode tersebut gagal untuk menurunkan suhu inti tubuh
dibawah 400C dalam 30 menit, maka harus dilakukan metode yang lain, yaitu
iced-peritoneal lavage ( memasukkan 2 L larutan saline 0,9 % yang didinginkan
ke dalam rongga peritoneal dan kemudian dikeluarkan setelah 30 menit).3,5
1. ABC. Periksa jalan napas dan pernapasan. Pemeriksaan permasalahan
jalan napas dan pernapasan sebagai hal yang mendesak. Carilah bukti
shock / hypovolaemia dan resusitasi dengan kristaloid / koloid atau
13
keduanya. Menilai tingkat kesadaran
2. Periksa suhu rektal dan lakukan metode pendinginan yang tersedia
3. Lakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan diagnosis alternatif
4. Lakukan tes laboratorium (Tabel 4)
5. Waspada terhadap komplikasi (komplikasi metabolik dan bukti kegagalan
organ)
Tabel 2. Ringkasan initial management heat stroke5
Pemantauan terus menerus suhu inti tubuh (dubur atau timpani)
Nadi, tekanan darah dan respirasi
Urin output (memasukkan kateter jika perlu)
saturasi oksigen arteri oleh pulsa oksimetri
Dua belas lead elektrokardiogram dan pantau secara berkelanjutan
Glasgow Coma Scale
Tabel 3. Monitoring minimal untuk kasus heat stroke yang berat5
1. Full blood count and blood film
2. Serum elektrolit, urea, kreatinin dan glukosa darah
3. Serum kalsium dan fosfat
4. Serum osmolaritas
5. Tes fungsi hati, termasuk enzim
6. Enzim otot, terutama creatine kinase
7. Gas darah arteri
8. Clotting screen
9. urin untuk protein, gips, mioglobin dan osmolaritas
Tabel 4. Pemeriksaan lab untuk heat stroke5
Saat ini belum ditemukan agen farmakologis yang dianggap mampu
mempercepat penurunan panas pada pasien dengan heat stroke. Meskipun
penggunaan natrium dantrolene telah dipertimbangkan, namun agen ini tidak
efektif untuk menurunkan panas pada heat stroke. Peran agen antipiretik pada
heat stroke belum dapat dievaluasi, meskipun ditemuan keterlibatan sitokin
14
pirogen dalam mekanisme heat stress. Pemberian aspirin kontraindikasi pada
pasien heat stroke karena mempengaruhi platelet dan mekanisme pembekuan
darah.3
2.9 Pencegahan
Untuk mencegah kedua jenis heat stroke, seseorang harus dapat
menyesuaikan diri sendiri terhadap cuaca panas, dianjurkan juga untuk memilih
waktu beraktivitas diluar ruangan pada cuaca yang tidak terlalu panas,
mengurangi tingkat aktivitas fisik, meminum banyak air selama melakukan
aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat, mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung garam dan menghabiskan lebih banyak waktu di tempat yang
memiliki fasilitas penyejuk ruangan. Anak-anak tidak boleh dibiarkan tanpa
pengawasan dalam cuaca panas, terutama di dalam mobil.3
2.10 Prognosis
Morbiditas dan mortalitas dari heat stroke terkait dengan durasi elevasi
suhu. Jika terapi tertunda, tingkat kematian dapat mencapai 80%, namun dengan
diagnosa dini dan pendinginan langsung, tingkat kematian dapat dikurangi sampai
10%. Selain faktor cooling time terdapat beberapa faktor lain yang berperan dalam
prognosis pasien dengan heat stroke: umur, derajat keparahan, defisit neurologi,
konsentrasi enzim liver dan otot, dan adanya asidosis laktat. Terdapat beberapa
indikator prognosis buruk selama episode akut yaitu
Awal pengukuran temperatur lebih tinggi dari 41 ° C atau suhu yang lebih
tinggi dari 108 ° C atau suhu yang bertahan di atas 102 ° F walau tindakan
agresif pendingin
Durasi koma lebih dari 2 jam
Edema paru yang berat
Hipotensi tertunda atau berkepanjangan
Asidosis laktat pada pasien dengan klasik heat stroke
ARF dan hiperkalemia
Tingkat Aminotransferase lebih besar dari 1000 IU / L selama 24 jam
pertama.
15
Sekitar 20% dari korban mengalami kerusakan residu otak, tanpa intervensi.
Pada beberapa pasien, insufisiensi ginjal tetap. Suhu mungkin labil selama
berminggu-minggu.7
BAB 3
RINGKASAN
16
Heat stroke adalah kondisi yang mengancam jiwa dimana suhu tubuh
mencapai 400C atau lebih dan disfungsi sistem saraf yang menghasilkan delirium,
kejang, atau koma. Heat stroke terjadi ketika suhu inti tubuh naik terhadap
kegagalan sistem thermoregulasi. Suhu inti yang dimaksud adalah suhu rektal
lebih dari 40,6°C.
Heat stroke dapat dibagi menjadi exertional heat stroke (EHS) dan non-
exertional (klasik) heat stroke (NEHS). Exertional heat stroke, umumnya terjadi
pada orang muda, orang yang sehat (misalnya, atlet, pemadam kebakaran, personil
militer) yang terlibat dalam aktivitas fisik yang berat untuk jangka waktu lama
dalam lingkungan yang panas. Non-exertional (klasik) heat stroke (NEHS) lebih
sering mempengaruhi orang tua, orang-orang yang memiliki penyakit kronis, dan
orang-orang yang sangat muda.
Heat stroke disebabkan oleh peningkatan produksi panas, penurunan
pelepasan panas, berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri dan
penurunan tingkah laku yang tanggap terhadap lingkungan. Kegagalan
termoregulasi, respon fase akut yang berlebihan dan perubahan respon heat shock
memiliki kontribusi perubahan heat stress menjadi heat stroke.
Komplikasi paling serius dari heat stroke adalah kegagalan multi organ
yang meliputi ensefalopati, rabdomiolisis, gagal ginjal akut, gagal nafas akut,
kerusakan miokard, kerusakan sel hepar, iskemia usus, kerusakan pankreas, dan
perdarahan, (disseminated intravascular coagulation atau DIC) dengan
thrombositopenia.
Prinsip dari penatalaksanaan heat stroke adalah melakukan pendinginan
tubuh dengan cara mempercepat transfer panas dari kulit ke lingkungan tanpa
menekan aliran darah ke kulit.hal ini di lakukan dengan cara memperbesar
temperatur gradien antara kulit dan lingkungan (konduksi) atau dengan
memperbesar gradien tekanan penguapan air antara kulit dan lingkungan
(evaporasi) dan juga meningkatkan laju aliran udara ke kulit (konveksi).
Morbiditas dan mortalitas dari heat stroke terkait dengan durasi elevasi
suhu. Jika terapi tertunda, tingkat kematian dapat mencapai 80%, namun dengan
17
diagnosa dini dan pendinginan langsung, tingkat kematian dapat dikurangi sampai
10%.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Wikipedia. Hyperthermia. Avaliable at:
http://en.wikipedia.org/wiki/Hyperthermia. Accessed: August 20th 2010
2. Valentine, maria. Heat Stroke: Panas yang meregang nyawa. Avaliable at:
http://www.tanyadokteranda.com/penyakit/2010/08/heat-stroke-panas-yang-
merenggang-nyawa. Accesseed at August 20th 2010
3. Bouchama A dan Knochel JP. Heat Stroke. The New England Journal of
Medicine. 2002; Vol.346,No.2
4. Helman, Robert S. Heat stroke, Medscape Guest Commentary. Avaliable at:
http://emedicine.medscape.com/article/166320-overview. Accessed: August
20th 2010
5. Grogan H dan Hopkins PM. Heat Stroke: Implication for Critical Care and
Anesthesia. British Journal of Anesthesia. 2002; 88: 700-7
6. Waters, TA. Heat illness: Tips for recognition and Treatment. Cleveland Clinic
Journal of Medicine, 2001; Vol.68. No 8
7. Knochel P. Heat stroke, Merck Manual Online Library. Avaliable at:
http://www.merck.com/mmpe/sec21/ch318/ch318d.html. Accessed: August
29th 2010
8. Glazer JL. Management of Heat Stroke and Heat Exhaustion. American Family
Physician, 2005; Vol.71. No.11
19
top related