h73214016-bagus sh
Post on 14-Apr-2017
26 Views
Preview:
TRANSCRIPT
OPTIMALISASI PENGHAWAAN ALAMI
PADA GEDUNG PESANTREN UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA
PROPOSAL PENELIITIAN
OLEH:
BAGUS SYAFI’UL HUDA NIM. H73214016
DOSEN PEMBIMBING:
M. RATODI, S.T, M.KES NIP. 198103042014031001
RITA ERNAWATI, M.T NIP. 198083042014032001
PROGRAM STUDI ARSITEKTURFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA
Jl. Jend. A. Yani, No. 117 SurabayaTelp. (031) 395884
OPTIMALISASI PENGHAWAAN ALAMI
PADA GEDUNG PESANTREN UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA
PROPOSAL PENELIITIAN
“Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016 Program
Mata Kuliah Metode Penelitian Arsitektur”
OLEH:
BAGUS SYAFI’UL HUDA H73214016
DOSEN PEMBIMBING:
M. RATODI, S.T, M.KES NIP. 198103042014031001RITA ERNAWATI, M.T NIP. 198083042014032001
PROGRAM STUDI ARSITEKTURFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA
Jl. Jend. A. Yani, No. 117 SurabayaTelp. (031) 395884
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah S.W.T. yang telah mencurahkan nikmat
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan proposal penelitian yang
berjudul “Optimalisasi Penghawaan Alami pada Gedung Pesantren UIN Sunan Ampel
Surabaya” ini.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami sampaikan kepada :
1. Bapak M. Ratodi dan ibu Rita Ernawati, selaku dosen pengampu dan pembimbing
Mata Kuliah Metode Penelitian Arsitektur.
2. Serta tak lupa kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan proposal penelitian ini baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu tetapi tidak mengurangi rasa
hormat kami.
Makalahproposal penelitian ini berisikan latar belakang dibuatnya makalah ini,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, tahapan
penelitian, teknik pengumpulan data, objek penelitian, pengolahan dan analisis data, dan
dafar pustaka.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan proposal penilitian ini masih terdapat banyak
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu kami menerima kritik maupun saran yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas makalah ini dan sebagai batu
loncatan agar penulis dapat membuat proposal penelitian yang lebih berkualitas dimasa yang
akan datang dan bisa untuk dilakukannya penelitian.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami berharap proposal penelitian ini dapat
menambah wawasan dan menjadi sumber referensi bagi pihak yang membutuhkannya serta
menjadikan proposal ini untuk dilanjutkan pada tingkat penelitian.
Surabaya, 15 Desember 2015
Penyusun
i
ABSTRAK
Asrama mahasiswa UIN Sunan Ampel diperuntukkan untuk tempat tinggal bagi
mahasiswa UIN Sunan Ampel. Ruangan yang baik akan memperhatikan penghawaan di
ruangan tersebut. Penghawaan yang baik akan mendukung aktivitas di dalamnya. Tujuan
kajian penghawaan alami pada asrama mahasiswa UIN Sunan Ampel untuk mengetahui
optimalisasi dari penghawaan alami pada asrama tersebut. Pemilihan objek ini didasari
kurang optimalnya penghawaan alami pada setiap kamar. Sebuah ruang pada rumah tinggal
harus memiliki ventilasi tidak kurang dari 5% dari luas lantai ruangan dan jendela 20% dari
luas lantai ruangan berdasarkan SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem
Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. Metode yang digunakan untuk
penulisan ini menggunakan metode kuantitatif. Dari analisa deskriptif tersebut menghasilkan
hipotesa dari rumusan masalah yaitu tingkat optimalisasi bukaan pada kamar gedung asrama
mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Bukaan, Ventilasi, Penghawaan Alami, Gedung Asrama.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
ABSTRAK................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................2
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN....................................................................2
1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN.................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
2.1 PENGHAWAAN ALAMI...............................................................................................5
2.1.1 Sifat Angin.................................................................................................................5
2.1.2 Terjadinya Angin.......................................................................................................5
2.1.3 Penghawaan Alami....................................................................................................6
2.1.4 Penghawaan Alami untuk Daerak Tropis (Iklim Tropis Indonesia)..........................7
2.1.5 Pergerakan Angin dalam Bangunan..........................................................................8
2.2 Keberadaan Bukaan Gedung Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya....12
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................15
3.1 METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................................15
3.2 TAHAPAN PENELITIAN.............................................................................................15
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA..............................................................................15
3.4 OBJEK PENELITIAN...................................................................................................15
3.5 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA....................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Inlet dan Outlet Ventilation (Sumber: Sulthoni, 2011)......................................8
Gambar 2. Diagonal Ventilation (Sumber: Sulthoni, 2011).................................................8
Gambar 3.Ventilasi Berhadapan (Sumber: Sulthoni, 2011).................................................9
Gambar 4.Ventilasi Tak Berhadapan (Sumber: Sulthoni, 2011)..........................................9
Gambar 5. Perbandingan Luas Ventilasi (Sumber: Sulthoni, 2011)....................................10
Gambar 6. Sirkulasi Udara Atap Jack Roof (Sumber: Sulthoni, 2011)................................11
iv
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Karya Arsitektur adalah hasil upaya manusia menciptakan lingkungan yang utuh
untuk menampung kebutuhan manusia bertempat tinggal berusaha atau bersosial budaya
(Budiharjo, 1997). Salah satu karya arsitektur adalah berupa rumah tinggal yang
berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian dan sarana pembinaan keluarga. Merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia, selain kebutuhan sandang, pangan, layanan
kesehatan dan pendidikan. Rumah sebagai sarana “memanusiakan” manusia, pemberi
ketentraman hidup dan sebagai pusat kegiatan berbudaya manusia. Memiliki rumah
merupakan investasi jangka panjang (Yudohusodo dkk; 1991)
Sebuah rumah tinggal memiliki nilai kenyamanan yang dihadirkan dari banyaknya
maupun luasan dari bukaan atau jendela yang disebut ventilasi yang ada pada rumah
tinggal tersebut. Sebuah ruang pada rumah tinggal harus memiliki ventilasi tidak kurang
dari 5% dari luas lantai ruangan dan jendela 20% dari luas lantai ruangan berdasarkan
SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian
Udara pada Bangunan Gedung.
Rumah tinggal dalam mencapai kenyaman bagi penghuni di dalamnya diperlukan
peranan ventilasi alami untuk pergantian udara yang baik dalam ruangan sehingga
penghuni dapat menghirup udara yang baik untuk kesehatan. Sehingga, sebuah bangunan
harus menghadirkan luas bukaan ventilasi yang mampu mengalirkan udara kedalam
bangunan, sehingga bisa memenuhi persyaratan kesehatan bagi penghuni bangunan.
(Prasasto Satwiko; 2008). Apabila persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka dampak-
dampak negatif yang mengancam kesehatan seperti sesak nafas, rasa penggap dan bau
dalam ruangan yang tidak diinginkan senantiasa mengganggu hidung yang akan dialami
oleh penghuninya. Suasana tidak nyaman ini kerapkali berlaku pada waktu malam atau
hujan apabila penghuni menutup semua jendela dan tidak terdapat bukaan permanen
pada dinding atau atap bangunan.
Pada daerah beriklim tropis seperti Indonesia, kandungan kelembaban pada udara
dan panas matahari yang senantiasa tinggi menyebabkan kulit kita senantiasa terasa
berkeringat dan tidak nyaman. Fenomena iklim panas lembab ini hanya bisa diredakan
1
dengan meniupkan angin dari lingkungan untuk mempercepat proses penguapan pada
kulit dengan menghadirkan bukaan-bukaan pada bangunan yang memenuhi syarat
standar bukaan bangunan untuk daerah iklim tropis seperti di Kota Surabaya. Dengan
menghadirkan ventilasi alami pada ruangan, diharapkan bahwa udara segar dan bersuhu
lebih rendah dari pada suhu dalam ruang dapat menghambat naiknya suhu udara dalam
ruang. (Prasasto Satwiko; 2008)
Gedung Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya terletak di pinggiran
Kota Surabaya, tepatnya di Jalan A. Yani, 117. Gedung ini dipakai untuk menampung
kegiatan mahasiswa yang menjadi santri pada kampus tersebut. Berdasarkan observasi
pada Gedung Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya didapatkan data berupa
dimensi dari bukaan berupa jendela, ventilasi, dan pintu setiap kamarnya. Pada fasad
gedung tersebut terdapat bukaan-bukaan dari setiap kamar penghuni mahasantri yang
cukup banyak, akan tetapi dari banyaknya bukaan pada beberapa tingkat atau lantai
menyebabkan permasalahan yang berbeda pula. Sehingga cukup menarik untuk dikaji
lebih mendalam pengaruh penghawaan alami dari asrama tersebut.
Permasalahan penelitian yang akan dibahas adalah seberapa optimalnya pengaruh
dari bukaan tersebut terhadap penghawaan alami di dalam gedung. Dan tujuan dari
penelitia ini adalah meneliti seberapa optimal dari pengaruh bukaan ruang terhadap
penghawaan alami gedung kamar gedung asrama. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini memakai metode penelitian kuantitatif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diajukan adalah
bagaimana tingkat optimalisasi dari keberadaan ventilasi dan bukaan pada Gedung
Pesantren UIN Sunan Ampel Surabaya.
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat optimalisasi dari keberadaan
ventilasi dan bukaan pada Gedung Pesantren UIN Sunan Ampel. Mengetahui standart
dari ventilasi dan bukaan yang ada pada sebuah ruangan. Sehingga manfaat yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jauh aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam merancang ventilasi dan bukaan pada sebuah gedung pesantren.
2
1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, maka penulis akan mengkaji beberapa
hal, diantaranya penghawaan alami dan keberadaan ventilasi dan bukaan Gedung
Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGHAWAAN ALAMI
Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga
karena adanya perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya.
Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari
suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi.
2.1.1 Sifat Angin
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih
ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya
berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah
tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara
menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya
udara dingin ini dinamanakan konveksi.
2.1.2 Terjadinya Angin
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi
panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah
yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang
lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan
tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar
dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan
terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.
Penghawaan alami diartikan sebagai kelancaran sirkulasi dan pergantian atau
perputaran udara yang masuk ke dalam ruangan pada bangunan yang berasal dari
alam langsung. Penghawaan alami yang dimaksudkan tidak menggunakan alat
bantuan seperti kipas angin atau AC (Air Conditioner), melainkan melalui bukaan
seperti ventilasi dan jendela pada bangunan yang sesuia terhadap pola sirkulasi
4
bangunan yang memberikan udara masuk dan keluar yang lancar sehingga
pergantian udara terjadi terus menerus. (Sihombing, Ferry. 2008)
Berdasarkan SNI 03-6572-2001 ventilasi alami terjadi adanya perbedaan
tekanan udara di luar suatu bangunan yang disebabkan oleh angin dan karena adanya
perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran
ventilasi. Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen,
jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan:
a. Jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas ruangan yang
membutuhkan ventilasi dan jendela 20% dari luas lantai ruangan.
b. Arah yang menghadap halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau
daerah yang terbuka keatas, teras terbuka, pelataran parkir, atau ruang yang
bersebelahan
Sebuah ruang pada rumah tinggal harus memiliki ventilasi tidak kurang dari
5% dari luas lantai ruangan berdasarkan SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara
Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
2.1.3 Penghawaan Alami
Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di
dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka. Sirkulasi
udara yang baik di dalam bangunan dapat memberikan kenyamanan. Aliran udara
dapat mempercepat proses penguapan di permukaan kulit sehingga dapat
memberikan kesejukan bagi penghuni bangunan.
Pertukaran udara di dalam bangunan juga sangat penting bagi kesehatan. Di
dalam bangunan banyak terbentuk uap air dari berbagai macam aktivitas seperti
memasak, mandi, dan mencuci. Uap air ini cenderung mengendap di dalam ruangan.
Aneka zat berbahaya juga banyak terkandung pada cat, karpet, atau furnitur, yang
timbul akibat reaksi bahan kimia yang terkandung di dalam benda-benda tersebut
dengan uap air. Jika bangunan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, zat-zat
kimia tersebut akan tertinggal di dalam ruangan dan dapat terhirup oleh manusia.
Angin adalah udara yang bergerak. Udara bergerak dari tempat bertekanan
tinggi ke tempat bertekanan rendah. Karena itu perletakan bukaan dinding/lubang
angin juga harus diperhatikan fungsinya.
5
Jika fungsinya untuk mengalirkan udara panas dari dalam ruangan keluar,
maka lubang angin diletakkan di bagian tertinggi. Misalnya lubang berkipas angin di
plafon kamar mandi (exhaust fan). Lubang angin demikian, efektif untuk
mengalirkan udara panas akibat penggunaan air panas untuk mandi. Selain bukaan
pada dinding, perlu diperhatikan adanya angin yang mengalir di bawah atap. Dengan
demikian suhu udara di dalam ruangan menjadi lebih rendah. Berikut beberapa cara
agar penghawaan alami bisa maksimal di dalamrumah tinggal:
“Jendela Nako dapat menghasilkan sirkulasi udara yang optimal. Bilah-bilah
pada jendela dapat diubah posisinya sehingga aliran udara dapat diarahkan
sesuai keinginan. Pada saat kecepatan angin tinggi jendela nako dapat menjadi
penahan angin sehingga kecepatan angin yang masuk dapat berkurang”
Selain bukaan pada dinding, penghawaan alami dapat ditambah dengan cara
membuat daun pintu yang tidak massif. Daun pintu dibuat dengan desain semi
terbuka, bagian atasnya berbentuk jeruji yang ditutup dengan kawat nyamuk.
Dengan demikian, dalam keadaan pintu tertutup dan terkunci pun aliran angin
tetap masuk ke dalam ruangan. Apabila diperlukan lebih banyak privasi, cukup
ditambahkan gorden, dan aliran udara tetap masuk.
Bukaan pada sopi-sopi mengalirkan udara dari ruang atap keluar.
Ventilasi pada plafon di dapur mengalirkan udara panas ruangan ke ruang di
bawah atap
Lubang angin untuk mengalirkan udara panas dari ruangan keluar.
Untuk memaksimalkan potensi angin untuk penghawaan, perlu adanya aliran
udara di dalam bangunan. Untuk itu diperlukan bukaan yang lebih dari satu buah
dalam satu ruangan, dengan posisi yang berhadapan, agar tercipta ventilasi silang
(cross ventilation).
2.1.4 Penghawaan Alami untuk Daerak Tropis (Iklim Tropis Indonesia)
Suhu antara 28-38 °C pada musim kemarau dan 25-29 °C pada musim hujan.
Bukaan lebar diperlukan untuk sirkulasi udara (panas, kotor, lembab ke luar
rumah) dalam ruang. Jika kanan kiri belakang bangunan terhalang bangunan
tetangga, bisa digunakan menara angin, tekanan udara panas akan tertarik
keluar dari menara ini digantikan udara segar. Sebaiknya bangunan memiliki
beranda beratap yang cukup lebar sebagai penahan, penyaring udara panas
6
antara ruang luar dan ruang dalam, selain sebagai penegas pintu masuk dan
tempat penerima tamu. Sebaiknya di sekeliling bangunan ditanami pepohonan,
perdu dan semak untuk menyaring udara, debu dan polusi.
Kelembaban udara 40-70% di musim hujan, 80-100% di musim hujan.
Curah hujan mencapai 3000 mm/tahun (tinggi). Atap bersudut besar (35° atau
lebih/kemiringan curam adalah solusinya, agar air hujan cepat mengalir ke
bawah.
Kecepatan angin 5 m/detik (lemah). Makin lembab makin lemah anginnya.
Manusia di iklim tropis lembab mampu beradaptasi pada suhu antara 24-30
°C, merasa kurang nyaman di ruangan bersuhu di atas 28 °C.
Sinar matahari menyinari alam tropis/khatulistiwa sekitar 12 jam perharinya.
(Prasasto Satwiko; 2008)
2.1.5 Pergerakan Angin dalam Bangunan
2.1.5.1 Penerapan Sistem Ventilasi Silang (Cross Ventilastion)
Sistem cross ventilation atau ventilasi silang adalah system penghawaan
ruangan yang ideal dengan cara memasukkan udara ke dalam ruangan melalui
bukaan penangkap angin dan mengalirkannya ke luar ruangan melalui bukaan
yang lain. Sistem ini bertujuan agar selalu terjadi pertukaran udara di dalam
ruangan sehingga tetap nyaman bagi penghuninya.
Udara di dalam ruangan harus selalu diganti oleh udara segar karena
udara di dalam ruangan ini banyak mengandung CO2 (karbondioksida) hasil
aktivitas penghuni ruangan seperti bernapas, merokok, menyalakan lilin,
memasak, dan sebagainya. Sementara itu, udara bersih yang dimasukkan ke
dalam ruangan adalah udara yang banyak mengandung O2 (oksigen).
Dalam sistem cross ventilation ini dikenal dua macam bukaan, sebagai
berikut :
Inlet, merupakan bukaan yang menghadap ke arah datangnya angin
sehingga berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam ruangan.
Outlet, merupakan bukaan lain di dalam ruangan yang berfungsi untuk
mengeluarkan udara.
7
Bukaan yang dimaksud di atas dapat berupa lubang angin, kisi-kisi,
jendela yang bias dibuka, pintu yang senantiasa terbuka atau pintu tertutup
yang bias mengalirkan udara (misalnya pintu kasa atau pintu berjalusi).
Agar ruangan dapat teraliri udara secara optimal maka perletakan bukaan
harus disesuaikan dengan arah datangnya angin. Perletakan/posisi bukaan inlet
dan outlet dalam sistem cross ventilation dapat dibedakan menjadi dua jenis,
sebagai berikut.
Posisi diagonal (cross). Bukaan inlet dan outlet diletakkan dengan
posisi ini apabila angin datang secara tegak lurus (perpendicular) ke
arah bukaan inlet.
8
Gambar 2. Diagonal Ventilation(Sumber: Sulthoni, 2011)
Posisi berhadapan langsung. Bukaan inlet dan outlet diletakkan pada
posisi ini mana kala angin datang bersudut/tidak tegak lurus (obligue)
ke arah bukaan inlet.
Namun ada kalanya perletakan bukaan ini tidak dapat disusun seperti
teknik di atas. Hal ini mungkin terjadi karena bidang yang mengarah ke luar
tidak saling berhadapan. Disamping itu, sebab lain yang mungkin timbul
adalah faktor keterbatasan lahan sehingga ruang tersebut hanya memiliki satu
bidang saja yang menghadap ke arah luar bangunan. Pada kondisi-kondisi
semacam ini, cross ventilation tetap dapat dilakukan yaitu dengan
9
Gambar 4.Ventilasi Tak Berhadapan(Sumber: Sulthoni, 2011)
menambahkan sirip-sirip vertikal di tepi bukaan sebagai pengarah udara untuk
masuk atau keluar ruangan. Sirip-sirip vertikal ini bisa terbuat dari batu bata,
kayu, maupun beton.
Pada inlet dan outlet secara vertikal juga harus diperhatikan. Posisi inlet
yang lebih rendah daripada outlet akan mengalirkan udara pada ketinggian
tubuh manusia sehingga tubuh manusia bias merasakan kesejukan dari udara
tersebut. Sebaliknya, posisi inlet yang lebih tinggi daripada outlet justru akan
membuat aliran udara hanya menjangkau sebagian kecil tubuh manusia bagian
atas sehingga kesegaran tidak dapat dirasakan penghuni rumah tersebut.
Detail pemasangan bukaan juga harus diperhatikan agar diperoleh cross
ventilation yang sempurna. Posisi bukaan penangkap udara (inlet) sebaiknya
berada pada ketinggian aktivitas manusia, yaitu sekitar 0,5-0,8 m, sementara
bukaan outlet sebaiknya dibuat lebih tingggi karena udara yang akan dikeluarkan
dari ruangan itu adalah udara yang panas dan udara yang panas selalu berada di
bagian atas ruangan.
Alternatif lain perletakan outlet adalah pada atap apabila menggunakan atap
bertipe jack roof. Lubang antara atap induk dengan atap ‘topi’ pada jack roof dapat
10
Gambar 5. Perbandingan Luas Ventilasi(Sumber: Sulthoni, 2011)
diberi kisi-kisi sebagai bukaan keluarnya udara (outlet). Posisi outlet pada atap
inilebih efektif untuk mengeluarkan udara panas yang banyak berkumpul di bagian
atas ruangan tersebut.
Dimensi atau kecepatan aliran udara dari bukaan inlet dan outlet juga harus
diperhatikan. Jika bukaan inlet memiliki dimensi atau kecepatan aliran udara lebih
kecil daripada bukaan outlet maka kecepatan aliran udara di dalam ruangan akan
meningkat 30% dari kecepatan udara di luar ruang. Namun, jika bukaan inlet
memiliki dimensi atau kecepatan aliran udara lebih besar daripada bukaan outlet
maka kecepatan aliran udara di dalam ruang akan turun 30% dari kecepatan di luar
ruangan.
Dari kedua tipe dia atas, pemilihan dimensi bukaan inlet yang lebih kecil dari
bukaan outlet atau memakai dimension yang sama besar namun dengan model
yang berbeda (kemampuan alir udara berbeda) lebih direkomendasikan.
2.2 KEBERADAAN BUKAAN GEDUNG PESANTREN MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Rumah susun atau asrama merupakan salah satu dari sekian jenis rumah tinggal.
Rumah tinggal memiliki nilai kenyamanan yang dihadirkan dari banyaknya maupun
luasan dari bukaan atau jendela yang disebut ventilasi yang ada pada rumah tinggal
tersebut. Rumah tinggal dalam mencapai kenyaman bagi penghuni di dalamnya
diperlukan peranan ventilasi alami untuk pergantian udara yang baik dalam ruangan
sehingga penghuni dapat menghirup udara yang baik untuk kesehatan. Dengan demikian
bangunan harus menghadirkan luas bukaan ventilasi yang mampu mengalirkan udara
11
Gambar 6. Sirkulasi Udara Atap Jack Roof(Sumber: Sulthoni, 2011)
kedalam bangunan, sehingga bisa memenuhi persyaratan kesehatan bagi penghuni
bangunan. (Prasasto Satwiko; 2008). Apabila persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka
dampak-dampak negatif yang mengancam kesehatan seperti sesak nafas, rasa penggap
dan bau dalam ruangan yang tidak diinginkan senantiasa mengganggu hidung yang akan
dialami oleh penghuninya. Suasana tidak nyaman ini kerapkali berlaku pada waktu
malam atau hujan apabila penghuni menutup semua jendela dan tidak terdapat bukaan
permanen pada dinding atau atap bangunan.
Kandungan kelembaban udara dan panas matahari yang senantiasa tinggi
menyebabkan kulit kita senantiasa terasa berkeringat dan tidak nyaman. Fenomena iklim
panas lembab ini hanya bisa diredakan dengan meniupkan angin dari lingkungan untuk
mempercepat proses penguapan pada kulit dengan menghadirkan bukaan-bukaan pada
bangunan yang memenuhi syarat standar bukaan bangunan untuk daerah iklim tropis
seperti di Kota Surabaya. Dengan menghadirkan ventilasi alami pada ruangan,
diharapkan bahwa udara segar dan bersuhu lebih rendah dari pada suhu dalam ruang
dapat menghambat naiknya suhu udara dalam ruang.
Gedung Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya terletak di pinggiran
Kota Surabaya, tepatnya di Jalan A. Yani, 117. Gedung ini dipakai untuk menampung
kegiatan mahasiswa yang menjadi santri pada kampus tersebut. Dengan lima (5) lantai
dengan karakteristik tiap lantai yang mempunyai orientasi bukaan berbeda sesuai dengan
sisi bangunan. Dari kelima lantai, kemungkinan untuk mendapatkan penghawaan alami
berbeda karena ketinggiannya maupun arah orientasi bukaannya.
12
13
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, dengan
memperhatikan bagaimana pengaruh dari arah orientasi bukaan sampai ketinggian
tempat dari bukaan yang ada pada gedung pesantren terhadap pengaruh penghawaan
alami yang berlangsung di dalamnya.
3.2 TAHAPAN PENELITIAN
Pada penulisan ini, peneliti akan meneliti objek dengan beberapa tahap.
a) Pertama yaitu mengobservasi objek berupa luas bukaan jendela dan pintu beserta
ventilasi yang terdapat pada kamar asrama.
b) Selanjutnya, hasil pengamatan akan dihitung dan dibandingkan dengan standart
bukaan untuk pencahayaan dan penghawaan alami dari berbagai literatur.
c) Dari hasil perbandingan akan didapat kesesuaian pada lapangan dan standart, akan
tetapi hasil terseburt ditambah dengan data letak, bagian yang terkena angin dan
cahaya matahari, dan sebagainya sehingga hasil akhirnya akan didapat data
optimalisasi ventilasi dan bukaan jendela dan pintu.
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini akan menggunakan teknik observasi
langsung di lokasi dan hasil pengamatan akan ditinjau ulang melalui kajian literatur.
3.4 OBJEK PENELITIAN
Objek yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Gedung Pesantren
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, lebih tepatnya bagian bukaan ventilasi dan
jendela. Akan tetapi, karena berbeda ketinggian dan orientasi bukaannya maka
diperlukan perhitungan yang berbeda untuk setiap ketinggian dan arah orientasi
bukaannya.
3.5 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Untuk penelitian ini pengolahan dan analisis data menggunakan perhitungan
kecepatan angin pada beda ketinggian dan arah angin yang berhembus yang dikaitkan
14
dengan bukaan pada gedung, dengan hasil berupa data yang akan di analisis sesuai
dengan model perhitungan dari SNI maupun perhitungan penghawaan alami lainnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fathony, Dwiantosa, dkk. 2015. Optimalisasi Penghawaan Alami pada Bangunan
Pendidikan Berlantai Banyak (Studi Kasus: Gedung F-FEB UB), Jurnal Universitas
Brawijaya Malang.
Anderson Sihobing, Ferry. 2008. Studi Pemanfaatan Pencahayaan Alami pada Beberapa
Rancangan Ruang Kelas Perguruan Tinggi di Medan, Tesis. Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada
Bangunan Gedung SNI 03-2396-2001.
D.K. Ching, Francis. 2008. Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan, Edisi Ketiga,
Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
H. Toisi, Novan dan Kussoy Wailan John. 2011. Pengaruh Luas Bukaan Ventilasi Terhadap
Penghawaan Alami dan Kenyamanan Thermal pada Rumah Tinggal Hasil Modifikasi
dari Rumah Tradisional Minahasa, Jurnal Universitas Sam Ratulangi Manado.
Saputra, Nugraha dan Edwin Widia. 2014. Analisa Tata Pencahayaan pada Interior Kafe
Cocorico di Bandung, Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Bandung.
Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Andi.
Yuniar, Erwin, dkk. 2014. Kajian Pencahayaan Alami pada Bangunan Villa Isola Bandung,
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Bandung.
16
top related