gravity methods marsel
Post on 10-Aug-2015
147 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Mata Kuliah: Geofisika Terapan
Dosen : Sultan ,S.T.,M.T.
METODE GRAVITY
OLEH:
MARSEL PANAN
D621 10 007
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
MAKASSAR2013
1. Pendahuluan
Salah satu metode yang sering dipakai dalam kegiatan
eksplorasi mineral adalah metode gravitasi. Mengingat sifat
metodenya yang alamiah maka biaya yang dikeluarkan untuk metode
ini relative murah dibandingkan metode yang lain seperti seismic
(Fitriyadi,2005). Metode gravity biasanya sebagai survey pendahuluan
pada setiap kegiatan eksplorasi. Metode gravity digunakan untuk
mendeteksi anomali nilai gravitasi local (residu). Anomali gravitasi
disebabkan adanya kontras densitas lapisan batuan secara lateral.
Pemodelan gravitasi merupakan salah satu metode penafsiran data
gravitasi untuk menggambarkan struktur geometri bawah permukaan
tanah berdasarkan distribusi densitas batuan.
2. Sejarah Metode Gravity
Pengumuman Isaac Newton, hukum universal tentang gravitasi
pada tahun 1687 yang dimuat dalam bukunya yang berjudul Principa.
Hukum Newton tersebut menyatakan bahwa setiap partikel di alam
semesta tarik-menarik dengan partikel lain dengan gaya yang
besarnya proporsional dengan perkalian massa kedua partikel dan
berbanding terbalik dengan jarak kuadrat antara kedua pertikel
tersebut. Arah gaya kedua partikel berada sepanjang garis lurus yang
menghubungkan kedua partikel. Atau secara matematis dapat
dituliskan sebagai,
(1)
Bila kita bagi dengan m, didapatkan
(2)
Persamaan (2) sering dipakai untuk metode gaya berat pada
akuisisi data geofisika. Metode gaya berat ini memanfaatkan gaya
gravitasi untuk mengetahui struktur bawah permukaan, dengan
melihat percepatan gravitasinya. Pengukuran gaya berat dipengruhi
oleh 5 faktor diantaranya adalah posisi lintang, elevasi, topografi
daerah sekitar, dan variasi densitas bawah permukaan.
3. Kegunaan Metode Gravity
Metode gravity dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah
permukaan berdasarkan perbedaan rapat masa cebakan mineral dari
daerah sekeliling (r=gram/cm3). Metode ini adalah metode geofisika
yang sensitif terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini
disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur
geologi, endapan sungai purba, lubang di dalam masa batuan, shaff
terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan dalam bentuk
kisi atau lintasan penampang. Perpisahan anomali akibat rapat masa
dari kedalaman berbeda dilakukan dengan menggunakan filter
matematis atau filter geofisika. Di pasaran sekarang didapat alat
gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi (mgal), dengan demikian
anomali kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode penguluran data,
harus dilakukan dengan sangat teliti untuk mendapatkan hasil yang
akurat.
Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi
akibat variasi rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga
dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan
gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya.
Metode gravitasi umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan
minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam
eksplorasi mineral dan lainnya. Prinsip pada metode ini mempunyai
kemampuan dalam membedakan rapat massa suatu material
terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah
permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah
permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi
baik minyak maupun meneral lainnya.
4. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
Relatif lebih murah
Bersifat nondekstruktif
Instrumen yang ideal (gravimeter kecil dan portable)
b. Kekurangan
Metode dengan tingkat anomali yang tinggi
Perlu adanya survei geologi yang mendalam dibanding
metode lainnya.
Untuk aplikasi geoteknik perbandingan Metode Gravity dengan
Metode yag lain dapat dilihat pada tabel berikut :
5. Cara Pengambilan dan Pengukuran dilapangan
Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data di darat adalah:
a. Gravimeter
Gravimeter (La Coste & Ronberg Gravitimeter
type G358 dan G617) (Worden no 915)
b. Piringan
c. GPS
d. Tali sebagai meteran jarak antar stasiun
e. Peta Geologi dan peta Topografi
f. Penunjuk Waktu
g. Alat tulis
h. Kamera
i. Pelindung Gravitimeter
j. Dan beberapa alat pendukung lainnya
Alat yang digunakan dalam pengambilan data di laut
a. Kapal laut yang memiliki navigasi dilengkapi dengan peralatan
pendukung lainnya
b. Altimeter adalah alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari
permukaan laut. Biasanya alat ini digunakan untuk keperluan
navigasi dalam penerbangan, pendakian, dan kegiatan yang
berhubungan dengan ketinggian. Seperti gambar dibawah ini.
c. Gravimeter
d. GPS
Hal-hal yang dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan
pengukuran adalah sebagai berikut :
a. Kalibrasi terhadap data / titik pengukuran yang telah diketahui
nilai gravitasi absolutnya, misalnya IGSN’71
Melakukan pengikatan pada base camp terhadap titik
IGSN’71 terdekat yang telah diketahui nilai ketinggian dan
gravitasinya, dengan cara looping.
Bila perlu di base camp diamati variasi harian akibat
pasang surut dan akibat faktor yang lainnya. Setelah
melakukan hal di atas barulah pengamatan yang
sebenarnya dilakukan.
b. Pengukuran metode gaya berat dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu: penentuan titik ikat dan pengukuran titik-titik gaya berat.
Sebelum survei dilakukan perlu menentukan terlebih
dahulu base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup
stabil, mudah dikenal dan dijangkau. Base station jumlahnya
bisa lebih dari satu tergantung dari keadaan lapangan. Masing-
masing base station sebaiknya dijelaskan secara cermat dan
terperinci meliputi posisi, nama tempat, skala dan petunjuk
arah. Base station yang baru akan diturunkan dari nilai
gayaberat yang mengacu dan terikat pada Titik Tinggi Geodesi
(TTG) yang terletak di daerah penelitian. TTG tersebut pada
dasarnya telah terikat dengan jaringan Gaya berat Internasional
atau ”International Gravity Standardization Net”.
c. Pengukuran data lapangan meliputi pembacaan gravity meter
juga penentuan posisi, waktu dan pembacaan barometer serta
suhu. Pengukuran gayaberat menggunakan alat
gravitymeter LaCoste & Romberg type G.525 berketelitian 0,03
mGal/hari atau ± 0,1 mGal/bulan. Penentuan posisi dan waktu
menggunakan Global Positioning System (GPS) Garmin,
sedangkan pengukuran ketinggian menggunakan
Barometer Aneroid Precission dan termometer. Pengukuran
pada titik-titik survei dilakukan dengan metode
kitaran/looping dengan pola A-B-C-D-A, dengan ‘A’ adalah salah
satu cell center (CC) yang merupakan base station setempat.
Jarak antar titik pengukuran pada keadaan normal ± 5 km,
tergantung dari medan yang akan diukur dengan pertimbangan
berdasarkan pada kecenderungan (trend) geologi di daerah
survei.
d. Metode kitaran/looping diharapkan untuk menghilangkan
kesalahan yang disebabkan oleh pergeseran pembacaan gravity
meter. Metode ini muncul dikarenakan alat yang digunakan
selama melakukan pengukuran akan mengalami guncangan,
sehingga menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada
alat tersebut.
Pengukuran metode gayaberat dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu: penentuan titik ikat dan pengukuran titik-titik gayaberat.
Sebelum survei dilakukan perlu menentukan terlebih dahulu base
station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup stabil, mudah dikenal
dan dijangkau. Base station jumlahnya bisa lebih dari satu tergantung
dari keadaan lapangan. Masing-masing base station sebaiknya
dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi posisi dan nama
tempat. Base ini dipergunakan sebagai titik tutupan harian dan juga
sebagai nilai acuan bagi stasiun gaya berat lainnya.
Pengukuran data lapangan meliputi pembacaan gravimeter juga
penentuan posisi, waktu, dan pembacaan altimeter serta suhu.
Pengukuran gayaberat pada penelitian ini menggunakan alat
Gravimeter LaCoste & Romberg Model G-804, yang memiliki
kemampuan pembacaan 0 sampai 7000 mGal, dengan tingkat
ketelitian 0,01 mgal dan kesalahan apungan (drift) 1 mgal per bulan
atau 0,03 mgal per hari.
Penentuan posisi dan waktu menggunakan Global Positioning
System (GPS) Garmin, sedangkan pengukuran ketinggian
menggunakan altimeter, termometer, dan microbarograph. Dari
pengukuran tersebut dihasilkan 94 titik pengukuran pada sepanjang
lintasan Pangalengan - Garut dengan interval tiap titik sekitar 500
meter. Pengambilan data pada titik-titik survei dilakukan dengan
sistem Loop, yaitu sistem pengukuran yang dimulai dan diakhiri pada
titik gayaberat yang sudah diketahui nilainya. Sistem Loop diharapkan
dapat menghilangkan kesalahan yang disebabkan oleh pergeseran
pembacaan gravimeter. Metode ini muncul dikarenakan alat yang
digunakan selama melakukan pengukuran akan mengalami guncang
n, sehingga menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat
tersebut.
Data-data yang diambil pada saat pengukuran adalah:
a. Tanggal dan hari pembacaan Data ini berguna untuk koreksi
pasang surut
b. Waktu pembacaan Data ini berguna untuk koreksi apungan dan
penentuan pasang surut.
c. Pembacaan alat
d. Koordinat stasiun pengukuran dengan menggunakan GPS
e. Data inner zone untuk koreksi Terrain
f. Ketinggian titik pengukuran
Gambar berikut akan menjelaskan cara kerja Gravimeter :
Pengukuran Gravity dilapangan
Cara Kerja Gravimeter
Perbedaan Densitas Setiap jenis batuan
6. Cara Analisa Data
Pemrosesan data gayaberat yang sering disebut juga dengan
reduksi data gayaberat, secara umum dapat dipisahkan menjadi dua
macam, yaitu: proses dasar dan proses lanjutan. Proses dasar
mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan alat di
lapangan sampai diperoleh nilai anomali Bouguer di setiap titik amat.
Proses tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: konversi
pembacaan gravity meter ke nilai milligal, koreksi apungan (drift
correction), koreksi pasang surut (tidal correction), koreksi lintang
(latitude correction), koreksi udara bebas (free-air correction),koreksi
Bouguer (sampai pada tahap ini diperoleh nilai anomali Bouguer
Sederhana (ABS) pada topografi.), dan koreksi medan (terrain
correction). Pemrosesan data tersebut menggunakan komputer
dengan software MS. Excel. Proses lanjutan merupakan proses untuk
mempertajam kenampakan/gejala geologi pada daerah penyelidikan
yaitu pemodelan dengan menggunakansoftware Surfer 8 dan
GRAV2DC. Beberapa koreksi dan konversi yang dilakukan dalam
pemrosesan data metode gaya berat, dapat dinyatakan sebagai
berikut :
a. Konversi Pembacaan Gravity Meter
Pemrosesan data gayaberat dilakukan terhadap nilai pembacaan
gravity meter untuk mendapatkan nilai anomali Bouguer. Untuk
memperoleh nilai anomali Bouguer dari setiap titik amat, maka
dilakukan konversi pembacaan gravity meter menjadi nilai
gayaberat dalam satuan milligal. Untuk melakukan konversi
memerlukan tabel konversi dari gravity meter tersebut. Setiap
gravity meter dilengkapi dengan tabel konversi. Cara melakukan
konversi adalah sebagai berikut:
Misal hasil pembacaan gravity meter 1714,360. Nilai ini
diambil nilai bulat sampai ratusan yaitu 1700. Dalam tabel
konversi nilai 1700 sama dengan 1730,844 mGal. Sisa dari
hasil pembacaan yang belum dihitung yaitu 14,360 dikalikan
dengan faktor interval yang sesuai dengan nilai bulatnya,
yaitu 1,01772 sehingga hasilnya menjadi 14,360 x 1,01772 =
14.61445 mGal.
Kedua perhitungan diatas dijumlahkan, hasilnya adalah
(1730,844 + 14.61445) x CCF = 1746.222 mGal. Dimana CCF
(Calibration Correction Factor) merupakan nilai kalibrasi alat
Gravity meter LaCoste & Romberg type G.525 sebesar
1.000437261.
Tabel Kutipan contoh tabel konversi gravity meter type G.525.
PembacaanCounter
Nilai DalammGal
IntervalFaktor
1600 1629.070 1.01774
1700 1730.844 1.01772
1800 1832.616 1.01770
b. Posisi dan Ketinggian
Penentuan posisi menggunakan GPS, sedangkan pengukuran
ketinggian menggunakan barometer aneroid dan termometer.
Pengukuran ketinggian dilakukan secara diferensial yaitu dengan
menggunakan dua buah barometer dan termometer. Pengukuran
tersebut dilakukan dengan menempatkan satu alat di base
station sedangkan alat yang lain dibawa untuk melakukan
pengukuran pada setiap titik amat. Adapun pemrosesan data posisi
dan ketinggian sebagai berikut.
Pemrosesan Data GPS
Setiap kali pembacaan posisi titik amat langsung dapat
diketahui dari bacaan tersebut, yaitu berupa bujur
(longitude) dan lintang (latitude). Posisi yang ditunjukan GPS
dalam satuan derajat, menit dan detik. Maka perlu
melakukan konversi posisi dari satuan waktu ke dalam
satuan derajat. Posisi ini selanjutnya digunakan untuk
menghitung koreksi lintang atau perhitungan normal.
Pemrosesan Data Barometer
Barometer merupakan alat ukur tekanan udara yang secara
tidak langsung digunakan untuk mengukur beda tinggi suatu
tempat di permukaan bumi. Prinsip pengukuran ketinggian
barometer didasarkan pada suatu hubungan antara tekanan
udara disuatu tempat dengan ketinggian tempat lainnya,
yaitu dengan adanya tekanan udara suatu tempat
dipermukaan bumi sebanding dengan berat kolom udara
vertikal yang berada diatasnya (hingga batas atas atmosfer).
Ketelitiaan pengukuran tinggi barometer sangat tergantung
pada kondisi cuaca, sebab keadaan tersebut akan
mempengaruhi tekanan udara di suatu tempat. Perbedaan
temperatur udara dan kecepatan angin disuatu tempat akan
menyebabkan tekanan udara naik turun (berfluktuasi),
sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam beda tinggi
antara dua tempat yang berbeda. Maka perlu dilakukan
pengukuran temperatur udara untuk menentukan koreksi
temperatur yang harus diperhitungkan dalam penentuan
beda tinggi, sehingga akan memperkecil kesalahan
(Subagio, 2002). Pengukuran ketinggiaan dengan
menggunakan barometer selain tergantung pada tekanan
udara, dipengaruhi juga oleh beberapa parameter seperti
temperatur udara, kelembaban udara, posisi lintang titik
amat, serta ketinggian titik ukur.
Dalam pemrosesan data metode gaya berat terdapat beberapa
tahapan dengan koreksi-koreksi diantaranya adalah :
a. Koreksi Apungan (Drift Correction)
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan
kondisi alat (gravity meter) terhadap nilai pembacaan. Koreksi
apungan muncul karena gravity meter selama digunakan untuk
melakukan pengukuran akan mengalami goncangan, sehingga
akan menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat
tersebut. Koreksi ini dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran dengan metode looping, yaitu dengan pembacaan
ulang pada titik ikat (base station) dalam satu kalilooping,
sehingga nilai penyimpangannya diketahui.
b. Koreksi Pasang Surut (Tidal Correction)
Koreksi ini adalah untuk menghilangkan gaya tarik yang dialami
bumi akibat bulan dan matahari, sehingga di permukaan bumi
akan mengalami gaya tarik naik turun. Hal ini akan
menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di permukaan
bumi secara periodik. Koreksi pasang surut juga tergantung dari
kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi. Koreksi tersebut
dihitung berdasarkan perumusan Longman (1965) yang telah
dibuat dalam sebuah paket program komputer. Koreksi ini selalu
ditambahkan terhadap nilai pengukuran, dari koreksi akan
diperoleh nilai medan gravitasi di permukaan topografi yang
terkoreksi drift dan pasang surut,
c. Koreksi Lintang (Latitude Correction)
Koreksi lintang digunakan untuk mengkoreksi gayaberat di
setiap lintang geografis karena gayaberat tersebut berbeda,
yang disebabkan oleh adanya gaya sentrifugal dan bentuk
ellipsoide. Dari koreksi ini akan diperoleh anomali medan
gayaberat. Medan anomali tersebut merupakan selisih antara
medan gayaberat observasi dengan medan gayaberat teoritis
(gayaberat normal). Menurut (Sunardy, A.C., 2005) gayaberat
normal adalah harga gayaberat teoritis yang mengacu pada
permukaan laut rata-rata sebagai titik awal ketinggian dan
merupakan fungsi dari lintang geografi. Medan gayaberat
teoritis diperoleh berdasarkan rumusan-rumusan secara teoritis,
maka untuk koreksi ini menggunakan rumusan medan
gayaberat teoris pada speroid referensi (z = 0) yang ditetapkan
oleh The International of Geodesy (IAG) yang diberi
nama Geodetic Reference System 1967 (GRS 67) sebagai fungsi
lintang (Burger, 1992),
d. Koreksi Ketinggian
Koreksi ini digunakan untuk menghilang perbedaan gravitasi
yang dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian dari setiap titik
amat. Koreksi ketinggian terdiri dari dua macam yaitu
Koreksi Udara Bebas (free-air correction)
Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan
ketinggian sebesar h dengan mengabaikan adanya massa
yang terletak diantara titik amat dengan sferoid referensi.
Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan anomali medan
gayaberat di topografi. Untuk mendapat anomali medan
gayaberat di topografi maka medan gayaberat teoritis dan
medan gayaberat observasi harus sama-sama berada di
topografi, sehingga koreksi ini perlu dilakukan. Koreksi udara
bebas dinyatakan secara metematis dengan rumus :
FAC =0.3085h mGal
Dimana h adalah beda ketinggian antara titik amat
gayaberat dari sferoid referensi (dalam meter). Setelah
dilakukan koreksi tersebut maka akan didapatkan anomali
udara bebas di topografi yang dapat dinyatakan dengan
rumus :
FAA =gobs-g(f) +FAC mGal
dimana :
FAA: anomali medan gayaberat udara bebas di topografi
(mGal)
Gobs: medan gayaberat observasi di topografi (mGal)
G(f): medan gayaberat teoritis pada posisi titik amat (mGal)
FAC : koreksi udara bebas (mGal)
Koreksi Bouguer
Bouguer Correction adalah harga gaya berat akibat massa di
antara referensi antara bidang referensi muka air laut samapi
titik pengukuran sehingga nilai gobservasi bertambah. Setelah
dilakukan koreksi-koreksi terhadap data percepatan gravitasi
hasil pengukuran (koreksi latitude, elevasi, dan topografi) maka
diperoleh anomali percepatan gravitasi (anomali gravitasi
Bouguer lengkap) yaitu :
gBL = gobs ± g(ϕ) + gFA–gB + gT
dimana :
gobs = medan gravitasi observasi yang sudah dikoreksi pasang
surut
g(ϕ) = Koreksi latitude
gFA = Koreksi udara bebas (Free Air Effect)
gB = Koreksi Bouguer
gT = Koreksi topografi (medan)
Dengan memasukan harga-harga numerik yang sudah
diketahui,
gBL = gobs ± g(ϕ) + 0.094h– (0.01277h – T) σ
e. Koreksi Medan (Terrain Corection)
Koreksi medan digunakan untuk menghilangkan pengaruh efek
massa disekitar titik observasi. Adanya bukit dan lembah disekitar
titik amat akan mengurangi besarnya medan gayaberat yang
sebenarnya. Karena efek tersebut sifatnya mengurangi medan
gayaberat yang sebenarnya di titik amat maka koreksi medan
harus ditambahkan terhadap nilai medan gayaberat.
Anomali Bouguer
Nilai anomali Bouguer lengkap dapat diperoleh dari nilai anomali
Bouguer sederhana yang telah terkoreksi medan, Merupakan anomali
yang dicari dengan cara mereduksi hasil pengukuran lapangan
dengan koreksi-koreksi seperti yang telah diuraikan di atas.
Dg = {Dgobs ± DgF + (3,086 – 0,4191r) h + Tr} gu
7. Interpretasi
Pengolahan data dengan variasi kedalaman, hasil dari plot
grafik di dapatkan bahwa semakin dalam maka nilai ampilitudo dari
grafik semakin kecil dengan kata lain bahwa semakin dalam anomali
terkubur maka nilai sensitivitasan pengukuran dari alat gravityneter
semakin kecil. Apabila anomali terpendam sangat sangat dalam maka
nilai yang terukur pada alat gravitymeter sangat kecil, dan jika di plot
dalam grafik maka bentuk grafiknya seperti garis lurus saja.
Pada variasi diameter setelah melakuan pengolahan data, hasil
plot menunjukkan bahwa perubahannya sangat kecil sekali tidak
sederastis pada variasi kedalamann ini menunjukkan bahwa
gravitymeter mengukur nbukan berdasarkan besar atau kecilnya
anomali yang terkubur tetapi yang sangat mempengaruhi adalah
kedalaman.
Dalam menentukan sebuah besaran tertentu dari anomali
Bouguer yang telah diperoleh, perlu adanya proses lanjutan yaitu
interpretasi terhadap data tersebut. Interpretasi gayaberat secara
umum dibedakan menjadi dua yaitu interpretasi kualitatif dan
kuantitatif
a. Interpretasi Kualitatif
Interpretasi kualitatif dilakukan dengan mengamati data
gayaberat berupa anomali Bouguer. Anomali tersebut akan
memberikan hasil secara global yang masih mempunyai
anomali regional dan residual.Hasil interpretasi dapat
menafsirkan pengaruh anomali terhadap bentuk benda, tetapi
tidak sampai memperoleh besaran matematisnya. Misal pada
peta kontur anomali Bouguer diperoleh bentuk kontur tertutup
maka dapat ditafsirkan sebagai struktur batuan berupa lipatan
(sinklin atau antiklin). Dengan interpretasi ini dapat dilihat arah
penyebaran anomali atau nilai anomali yang dihasilkan.
b. Interpretasi Kuantitatif
Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk memahami lebih dalam
hasil interpretasi kualitatif dengan membuat penampang
gayaberat pada peta kontur anomali. Teknik interpretasi
kuantitatif mengasumsikan distribusi rapat massa dan
menghitung efek gayaberat kemudian membandingkan dengan
gayaberat yang diamati. Interpretasi kuantitatif pada penelitian
ini adalah analisis model bawah permukaan dari suatu
penampang anomali Bouguer dengan menggunakan metode
poligon yang diciptakan oleh Talwani. Metode tersebut telah
dibuat pada software GRAV2DC.
Metode yang digunakan dalam pemodelan gayaberat secara
umum dibedakan kedalam dua cara, yaitu pemodelan kedepan
(forward modelling) dan inversi (inverse modelling). Prinsip umum
kedua pemodelan ini adalah meminimumkan selisih anomali
perhitungan dengan anomali pengamatan, melalui metode kuadrat
terkecil (least square), teknik matematika tertentu, baik linier atau
non linier dan menerapkan batasan–batasan untuk mengurangi
ambiguitas. Menurut (Talwani, 1959), pemodelan ke depan untuk
menghitung efek gayaberat model benda bawah permukaan dengan
penampang berbentuk sembarang yang dapat diwakili oleh suatu
poligon bersisi-n dinyatakan sebagai integral garis sepanjang sisi-sisi
poligon .
DAFTAR PUSTAKA
Maidi, Khumaidi. 2011. Geofisika Terapan.
http://1902miner.wordpress.com/bfiabhfcbafhueceaj/geofisika-
terapan/m
etode-gravity/#content"
Diakses tangal 22-02-2013 pukul 19.20 WITA.
Mumpung, Pribadi Adi, Dkk.2009 .Geometri Peledakan.
http://blogs.nicedaysblue.web.id/ekfis/%5BMetode%20Gaya
%20Berat%5DPribadi%20Adhi%2010208069.pdf . Diakses
tanggal 22-02-2013 pukul 19.25 WITA.
Noprianto 2012. Gravity. http://noprianto23physics.blogspot.com
/2012/06/metode-gravity.htmldiakses tanggal 22-02-2013 pukul
19.40 WITA.
Setiawan, Rudi. 2012. Kalibrasi model sebaran pergerakan (gravity
model) menggunakan add-in Microsoft excel (solver).
http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/01-065/kalibrasi%20Model
%20Sebaran%20Pergerakan%20(Gravity%20Model)
%20Menggunakan%20Add-In%20Microsoft%20Excel
%20(Solver).pdf. Diakses tanggal 22-02-2013 pukul 19.10 WITA.
Simalanga, Alfonsus. 2012. Metode Gravity. http://alfon
sussimalango. blogspot.com /2010/10/ metode- gravity. html.
Diakses tanggal 22-02-2013 pukul 19.30 WITA.
Wahid, Abdul. 2012. Metode Gravitasi. http://id.scribd.com
/document_downloads/direct/39049225?
extension=ppt&ft=1361677726<=1361681336&uahk=8LMMcP
MK+iSQib+KhbtXO3/ZIkk. Diakses tanggal 22-02-2013 pukul
19.15 WITA.
top related