gaya berbusana sebagai manivestasi prilaku sosial...
Post on 23-Aug-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Gaya Berbusana Muslim Sebagai Manivestasi Prilaku Sosial
Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mancapai Gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos)
Oleh:
Andre Jonery
NIM. 203032202151
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYRIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 H / 2008 M
Gaya Berbusana Muslim Sebagai Manivestasi Prilaku Sosial
Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mancapai Gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos)
Oleh:
Andre Jonery
NIM. 203032202151
Dibawah Bimbingan:
Dr. Yusron Razak, MA NIP. 150 216 359
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYRIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 H / 2008 M
Pengesahan Panitia Ujian
Skripsi yang berjudul “Gaya Berbusana Sebagai Manivestasi Prilaku Sosial
Keagamaan Mahasiswi UIN Jakarta” telah di ujikan dalam sidang munaqosyah
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24
Juni 2008, skripsi ini telah diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat Program Strata Satu (S1).
Jakarta, 24 Juni 2008
Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap
Anggota
Drs. H. Harun Rasyid, M Ag Drs. H. Rifqi Muchtar, MA NIP. 150 232 921 NIP. 150 282 120
Penguji I Penguji II
Dr. M. Amin Nurdin, MA Joharotul Jamilah, Msi NIP. 150 232 919 NIP. 150 282 401
Pembimbing
Dr. Yusron Rozak, MA NIP. 150 216 369
KATA PENGANTAR
ALHAMDULILLAH, Puji syukur atas kehadirat-Mu ya Allah, atas segala
nikmat karunia yang telah Engkau berikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW berserta keluarga, dan sahabatnya.
Melalui proses yang panjang dan perjuangan, akhirnya Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini merupakan pengalaman yang tidak terlupakan dalam
kehidupan Penulis.
Bimbingan dan bantuan berbagai pihak yang sangat berharga dalam
penyelesaian skripsi maka pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Dr. Amin Nurdin, MA,
serta seluruh jajaran stafnya, kemudian rasa terima kasih yang mendalam
kepada seluruh dosen yang telah memberikan kemanfaatan yang tidak
lekang.
2. Dr. Yusron Razak, MA selaku bimbingan yang berkanan bersabar dan
meluangkan waktunya untuk banyak hal yang berarti bagi Penulis.
3. Drs. Harun Rasyid, MA, selaku direktur ekstensi dan Drs. A Rifki
Muchtar, MA selaku sekretaris ekstensi berserta jajaran staff yang telah
memberikan kemudahan dan membantu kebutuhan administrasi selam
penulisan ini.
4. Joharotul Jamilah, M.Si, dosen pembimbing akademik
5. Papa dan Mama saya yang tercinta Hasan Basri dan Asnah Hasan Basri
yang selama ini telah bersabar dan setiap memberikan kasih sayangnya,
sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini atas kekuatan cinta
MAMA dan PAPAqu yang tercinta.
6. Adik dan Kakakqu Della, Kak Cici, dan Kak Betha yang setiap hari
menghibur dan memberi semangat kepada penulis di setiap saat, penulis
sayang dan cinta kepada kalian semua.
7. Teman- teman kampus yang selalu ada menemani penulis dan semua yang
cinta dan sayang kepada penulis. Gw ga bakal lupa sama kalian semua.
8. Kepada informan yang rela memberikan waktunya untuk diwawancarai,
teriama kasih atas bantuannya.
9. Sahabat setiaqu canda yang selalu memberi semangat kepada penulis dan
memberi kehangatan di hati penulis, qu akan selalu mengingatmu.
10. Thank banget buat Romie yang selalu bantu dan menemani penulis, dan
selalu memberi semangat kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan Sosiologi Agama Angkatan 2003, semoga
kalian semua menjadi yang lebih baik lagi.
Akhirnya, harapan penulis semoga atas segala bantuan dan perhatian yang
diberikan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Amin…….semoga semua aktivitas yang kita kerjakan mendapat Ridho dan di
berikan kemudahan dan menjadi ibadah.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Mei
2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah…………………………………….…………1
B. Batasan dan Rumusan
Masalah…………………………….……….…5
C. Tujuan dan Manfaat
Penelitian…………………………...…..….…….5
D. Metodologi
Penelitian……………………………………….………...6
E. Sistematika
Penulisan……………………………………….….……...9
BAB II KAJIAN TEORITIS
B. Busana Muslim
1. Busana Dalam Pandangan
Islam………………………………….1
2
2. Ciri-ciri
Busana…………………………………
………………..16
3. Busana Dalam Kajian
Sosiologi………………………………
…..17
4. Peranan Busana Muslim Dalam Mengubah
Prilaku……....………20
C. Prilaku Sosial Keagamaan
1. Pengertian Prilaku
Sosial……………………………...……
……..21
2. Pengertian Prilaku
Keagamaan……………………………
………23
3. Pengertian Prilaku Sosial
Keagamaan…………………....……….
27
4. Bentuk-bentuk Prilaku Sosial
Keagamaan…………...…………...28
BAB III GAMBARAN UMUM MAHASISWI UIN JAKARTA
A. Latar Belakang
Pendidikan…………………………………..…..…30
B. Latar Belakang
Ekonomi...…………………………………………33
C. Latar Belakang Sosial
Budaya……………………………...………35
D. Latar Belakang
Keberagamaan……………………………..………36
BAB IV GAYA BERBUSANA MUSLIM MAHASISWI UIN JAKARTA
DAN MANIVESTASI PRILAKU SOSIAL KEAGAMAANNYA
A. Gaya Berbusana Muslim Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta…..……………………………………………………..……
38
B. Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta...…….………………………………………………………
41
C. Gaya Berbusana Muslim Sebagai Refleksi Prilaku Sosial
Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta….................…………47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………..…..………
52
B. Saran-
saran……………………………………………..……..……53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hidup di dunia ini, kita sebagai manusia tidak bisa lepas dari agama
dan kehidupan sosial. Allah menciptakan manusia sebagai permulaan dari
kehidupan dan lahir keyakinan atas agama dan meluas karena makin
bertambahnya manusia, dari perbedaan yang terjadi hanya menjadi variasi-variasi
alam belaka, mereka tetap berada dalam realitas maka Islam mengakui semua
sebagai suatu kenyataan yaitu realitas.1 Islam menyatakan semua perbedaan
karena kelahiran, kedudukan, jabatan, tinggi rendahnya kelas, bumi putera asli,
dan asing sebagai manivestasi dari kejahilan semata-mata.
Dalam perspektif sosiologi, agama di pandang sebagai sistem kepercayaan
yang mewujudkan dalam prilaku sosial tertentu. Ia berkaitan dengan pengalaman
manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.2
Sebagaimana diungkapkan diatas , agama merupakan suatu intitusi
penting yang mengatur kehidupan manusia. Emile Durkheim mengatakan, bahwa
agama adalah suatu sistem yang terdiri tas kepercayaan dan praktek yang
berhubungan denagn hal yang suci, dan bahwa kepercayaan dan praktek tersebut
mempersatukan semua orang yang beriman kedalam komunitas moral yang
dinamakan umat.3
1 Abdul A’la Maududi, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim,( Jakarta, 1976) h. 49 2 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Penerbit: PT Remaja Rosdakarya Bandung, hal. 53 3 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, h. 69
Agama juga memperkuat norma-norma kelompok, sanksi moral untuk
perbuatan perorangan, dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang
menjadi landasan keseimbangan masyarakat.
Peter L. Berger mengatakan bahawa agama sebagai suatu kebutuhan dasar
manusia. Karena agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap segala
kekacauan yang mengancam hidup manusia.4
Dalam kehidupan manusia agama sangat berpengaruh dalam aspek
apapun, karena agama sudah sebagai tolak ukur atau acuan dalam kehidupan
bermasyarakat. Agama dalam kehidupan manusia sangat mempengaruhi
kepribadian dari setiap individu, yang mencerminkan ke dalam perilaku individu
itu sendiri. Agama dan manusia tidak dapat dipisahkan, karena mereka selalu
terikat dalam berbagai keadaan. Dalam kehidupan manusia juga tidak lepas dari
lingkungannya yang didalamnya berhubungan dengan pembentukan suatu
kelompok atau golongan, dan kumpulan. Jadi di dalamnya ada hubungan individu
dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, yang
didalamnya terdapat norma yang mengatur. Norma yang mengatur manusia
dengan manusia dan lingkungannya termasuk dalam agama.5
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan sesuatu yang dapat
di gunakan dan dapat melindungi tubuhnya, misalnya dengan pakaian. Manusia
sudah mengenal pakaian sejak zaman dahulu, bahkan masyarakat primitifpun
sudah mengenal pakaian meskipun bentuk dan bahannya masih bersifat sangat
sederhana, dan itu hanya sekedar untuk menutupi tubuh dari teriknya matahari dan
dinginnya malam. Seiring perkembangan zaman dengan perkembangan ilmu dan
4 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h. 119 5 Drs. Sidi Gazalba, Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta, 1976) h.1
teknologi, bentuk pakaian atau busana yang di gunakan semakin beragam sesuai
dengan perkembangan zaman.
Manusia dalam berpakaian tidak hanya untuk di pakai untuk pelengkap
penutup tubuh saja, melainkan dari cara berpakaian seseorang bisa melihat posisi
seseorang, karena pakaian bisa dijadikan satu bentuk yang mencirikan seseorang
dalam aspek apapun, sebagai contoh bila seseorang menggunakan pakian armi
atau loreng-loreng, kita bisa mengetahui orang itu memiliki jabatan sebagai orang
angkatan atau kita biasa kita sebut militer, dan sebgai contoh kecil yang lainya
bila menggunakan sorban dan berpakaian koko, kita bisa mengetahui posisi
seseorang tersebut adalah ahli agama atau kyai.
Para ahli sosiologi agama ada yang mempersfektifkan pakaian sebagai
bagian dari ritus, dimana ritus ini adalah salah satu bentuk dari aspek agama yang
mencerminkan agar seseorang menutup aurat. Ritus atau ibadah adalah bagian
dari tingkah laku keagamaan seseorang yang dilakukan secara aktif dan dapat kita
amati, seperti cara berpakaiannya.6
Tetapi tidak semua pakaian dianggap ritus, karena tidak semua pakaian
bisa dipakai dalam melakasanakan ibadah, jadi hanya pakaian-pakaian tetentu saja
yang pantas untuk digunakan dalam beribadah. Sebagai contoh busana muslimah
untuk di gunakan dalam menjalankan ibadah bagi orang muslim.7
Membicarakan masalah pakaian yang di gunakan zaman dahulu yang
primitif sampai ke zaman yang modern, kita bisa mengaitkan ke dalam aspek
agama. Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak bisa lepas dari agama,
6 Elizabeth K Notingham, Agama dan Masyarakat : Suatu Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta; 1997) h. 15 7 Kamanto Sunanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2000) h.44
karena agama adalah suatu acuan atau sebagai pedoman dalam menjalankan
kehidupan di dunia ini.
Menghadapi realitas yang ada dalam kehidupan kita, tentu cara berbusana
putri yang ritus yang biasa kita sebut busana muslimah menuntut bagi perempuan
agar mengenakannya sesuai dengan anjuran atau norma-norma dari ajaran agama
islam. Dari cara berbusana yang digunakan para mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, apakah sudah mencakup atau sudah memenuhi aturan atau
norma dari agama Islam, dan harus di cerminkan kedalam perilaku keberagamaan
mahasiswi UIN dalam pergaulan di dalam dan di luar kampus. Disinilah penulis
merasa tertarik untuk meneliti dengan judul “Gaya Berbusana Muslim Sebagai
Manivestasi Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat luasnya masalah ini dan untuk memudahkan penelitian ini,
penulis membatasi masalah pada :
1. Gaya berbusana mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah dan hubungannya
dengan prilaku keagamaan mereka.
2. Mahasiswi yang diteliti hanya mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sedangkan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah
hubungan gaya berbusana UIN Syarif Hidayatullah dengan prilaku sosial
keagamaannya.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara gaya berbusana muslim
dengan prilaku sosial keagamaan.
b. Bagaimana berbusana mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian di harapkan bermanfaat bagi masyarakat luas,
khususnya mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman atau bahan rujukan
bagi lembaga-lembaga yang membutuhkan sebagai bahan masukan.
c. Populasi dan sampel
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sumber data mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun data yang di peroleh berdasarkan data
primer dan data sekunder mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang
berdasarkan sampel, yang terdiri dari 20 mahasiswi yang diwawancarai dari
berbagai fakultas di UIN syarif Hidayatullah Jakarata.
D. Metode Penelitian.
1. Tempat penelitian
Penulis memilih tempat penelitian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan alasan adalah karena penulis sedikit banyak sudah banyak mengenal
lingkungan tersebut. Dengan demikian akan membantu penulis untuk
mengenal data dan informasi yang berkembang sesuai dengan tema penelitian.
2. Pendekatan Penelitian.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif. Lebih spesifik lagi, pendekatan kualitatif
yang digunakan dalam penelitian ini akan mengambil study kasus yaitu
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang
menelaahnya kepada satu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam,
mendetail, dan komprehensif. Beberapa variabel ditelaah dan ditelusuri,
termasuk juga kemungkinan hubungan antara variabel yang ada.
Penelitian ini berupa penelitian deskriptif yang bertujuan
menggambarkan bagaimana hubungan gaya berbusana sebagai manivestasi
prilaku social keagamaan mahasiswi UIN sayarif Hidayatullah Jakarta.
Sumber Data:
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sumber data mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun data yang di peroleh berdasarkan data
primer dan data sekunder mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang
berdasarkan sampel, yang terdiri dari 20 mahasiswi yang diwawancarai dari
berbagai fakultas di UIN syarif Hidayatullah Jakarata.
3. Subjek penelitian
dalam penelitian yang menjadi populasi adalah sebagian mahasiswi
UIN syarih Hidayatullah Jakarta. Sedangkan sampelnya adalah 20 mahasiswi
UIN sayarif Hidayatulah Jakarta dari beberapa fakultas yang ada, yang
didalamnya terdiri dari 10 fakultas. Dari 20 sampel mahasisawa yang
diwawancarai, dari setiap fakultas diambil 2 orang yang menjadi informan.
Dari 10 fakultas yang dijadikan sample, terbagi dalam dari beberapa fakultas,
yaitu fakultas ekonomi, sainteck, fakultas dakwah, fakultas ushuluddin dan
filsafat, fakultas adab, fakultas syariah, fakultas tarbiah, fakultas psikologi,
dan fakultas kedokteran. Sistem pengambilan sampel adalah dengan cara
random atau acak, yang artinya siapa saja yang ditemui oleh peneliti pada saat
meneliti dan bersedia diwawancarai.
4. Teknik Pengumpulan Data.
b. Pengamatan
Teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan
langsung secara sistematis terhadap objek penelitian
c. Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam atau
wawancara tidak berstruktur yaitu luwes, susunan pertanyaan dapat di ubah
pada saat wawancara di sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat
wawancara.
d. Telaah pustaka yaitu dengan membaca, memahami, dan
mengintepretasikan buku-buku, dokumen yang ada hubungannya
dengan masalah yang diteliti.
5. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu pedoman
wawancara, tape recorder dan catatan. Pedoman wawancara digunakan agar
lebih fokus dalam menggali apa yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan
tape recorder digunakan untuk merekam perekatan informan dan buku catatan
untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam, terlewati, atau tidak jelas.
6. Tahapan penelitian
a. Persiapan sebelum melaksanakan penelitian, peneliti perlu melakukan
survei terlebih dahulu untuk mengetahui informasi dan mencari data
tentang berbusana muslim mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan prilaku sosial keagamaan.
Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara, tape
recorder, dan catatan kecil
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 4 minggu. Pada bulan april
2008.
7. Metode analisis data
Penelitian ini digunakan dengan pendekatan kualitatif, data-data
diperoleh melalui wawancara dan pengamatan. Wawancara yang peneliti
lakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya.
Hal ini bertujuan agar tidak keluar dari permasalahan yang telah
dirumuskan.
Sementara pengamatan ditunjukan kepada aktifitas dan prilaku
keberagamaan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didalam dan
diluar kampus. Data-data yang terkumpul, kemudian diolah, di analisis,
dan disajikan secara deskriptif. Dengan menganalisis 20 mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diambil secara acak atau random.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman dalam penulisan
hasil penelitian, penulis membagi pembahasan ini secara sistematis dalam 5
(lima) bab, sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menyajikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Teoritis
Dalam bab ini diantaranya membahas tentang : Busana Dalam
Pandangan Islam, Macam-macam Busana, Busana Dalam Kajian
Sosiologi, Peranan Busana Muslim Dalam Mengubah Prilaku.
Prilaku Sosial Keagamaan yang diantaranya adalah Pengertian
Prilaku Sosial, Pengertian Prilaku Keagamaan, Pengertian Prilaku Sosial
Keagamaan, Bentuk-bentuk Prilaku Sosial Keagamaan.
Bab III : Gambaran Umum Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Dalam bab ini diantaranya membahas tentang : latar belakang
pendidikan, latar belakang ekonomi, latar belakang sosial budaya, latar
belakang keberagamaan.
Bab IV:Gaya Berbusana Muslim Mahasiswi UIN Jakarta Dan
Manivestasi Prilaku Sosial Keagamaan
Dalam bab ini diantaranya membahas tentang : Gaya Berbusana
Muslim Mahasiswi UIN Jakarta, Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gaya Berbusana Muslim Sebagai
Refleksi Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Bab V : Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir dalam pembahasan tentang “Gaya Berbusana
Muslim Mahasiswi UIN Jakarta Sebagai Manivestasi Prilaku Sosial
Keagamaan ” yang merupakan kesimpulan dan saran-saran dari
penulis. Demikian sistematika yang disajikan penulis dalam
memudahkan pengkajian masalah yang akan dibahas.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Busana Muslim
1. Busana Dalam Pandangan Islam
Sinonim dari kata pakaian adalah Busana, yang dalam bahasa Arabnya
khimar yang berarti tutup atau kain yang menutupi kepala, leher, sampai kedada.
Menurut kamus bahasa Indonesia di artikan pakaian sebagai (yang indah-indah),
atau perhiasan, serta diartikan pula sebagai pelindung dari cuaca panas dan dingin.
Pakaian mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, dalam hal ini termasuk ;
- Semua benda yang melekat di badan; seperti baju, celana, sarung, dan
pakaian panjang,
- Semua benda yang melengkapi pakaian dan berguna bagi si pemakai;
seperti selendang, topi, sarung kaki, sepatu, tas, ikat pinggang,
- Semua benda yang di gunakan menambah keindahan bagi si pemakai;
seperti, hiasan rambut, giwang, kalung, bros, gelang, dan cincin yang biasa
di kenal asesoris.8
Sedangkan busana muslim merupakan pakaian takwa yang terkandung di
dalamnya kaidah-kaidah Islam yang berfungsi untuk menutup aurat. Aurat dalam
istilah syariat di artikan sebagai bagian tubuh yang wajib di tutup, Islam telah
menetapkan aurat perempuan yaitu, keseluruhan anggota badan kecuali wajah,
dan ke dua telapak tangan. Setiap individu di perintahkan untuk tidak membuka
aurat, dan di larang pula melihat aurat orang lain.
8 Nina Surtiretna, et.al, Anggun Berjilbab, (Bandung : Mizan, 1995), cet. Ke-1,ed. II, h. 27-28.
Bagian yang di tutup atau yang wajib di tutup secara otomatis
menggunakan pakaian atau busana, yang memang dalam mode mengalami
kemajuan atau mengikuti perkembangan jaman.
Allah menganugrahkan manusia dengan nikmat dan karunia yang tak
terhingga nilainya, salah satu nikmatnya adalah ia telah mengajarkan kepada
manusia tentang pengetahuan tentang berpakaian.
Dalam kehidupan didunia ini, manusia akan selalu menemukan corak dan
mode busana, yang selalu berkaitan erat dengan agama, adat istiadat, dan
kebudayaan setempat. Karena disetiap tempat memiliki gaya berpakaian yang
berbeda-beda, sesuai dengan iklim diwilayahnya, dan didalamnya di pengaruhi
ruang dan waktu.
Memang sejak awal di kenal, busana lebih berfungsi sebagai penutup
tubuh, dari cuaca dingin dan panas, dan karena perkembangan zaman arti
berbusana menjadi lebih meluas sebagai pernyataan lambang status
pemakaiannya. Seorang muslimah yang telah mengenakan jilbab, secara tidak
langsung jelas menunjukan identitasnya yang konsisten terhadap ajaran agama
yang di anutnya.
Apabila membahas sejarah tentang busana, terbukti bahwa busana wanita
pada masa keemasan budaya suatu bangsa jauh lebih tertutup, sopan, serta
terkesan elegan. Bahkan pada saat itu, busana perempuan Barat menutupi
sebagian besar tubuhnya yang di kenal dengan istilah long dress. Di negara Asia
umumnya menutupi sebagian tubuhnya malah hampir dari semua busana bagian
bawah menutupi mata kaki,contohnya busana kimono Jepang. Tetapi berbusana
mereka tidak dipengaruhi oleh agama, malainkan karena keadana geografis
negaranya yang dingin.
Dalam ajaran Islam, busana bukan semata-mata masalah budaya, namun
lebih dari itu karena merupakan tindakan ritual dan sakral yang di janjikan pahala
sebagai imbalannya dari Allah SWT. Oleh sebab itu dalam hal pakaian, Islam
menetapkan batasan-batasan tertentu untuk perempuan.
Khusus untuk masalah busana muslimah, ia mewakili karakteristik yang
lebih luas dan bersifat universal, dalam arti dapat di pakai wanita muslimah di
manapun ia berada tanpa membedakan suku atau bangsa, maupun letak
geografisnya. Dengan demikian, busana muslimah adalah busana yang abadi yang
akan tetap hadir di tengah-tengah revolusi dan perubahan mode busana
perempuan.
Dalam masalah busana, al-quran tidak menggunakan satu istilah saja, tetap
menggunakan istilah yang bermacam-macam sesuai dengan konteks kalimatnya,
yaitu;
- al- Libas yang berarti segala sesuatu yang menutupi tubuh,
- at- Tsiyab yang berarti pakaian,
- al- Sarabil yang berarti pakaian pula.9
Di dalam Al quran dan As sunnah tidak di haruskan mengenakan busana
muslimah ala Timur Tengah atau ala Asia, karena memang pakaian sifatnya yang
universal, sedangkan masalah modenya terserah kepada selera masing-masing
pemakai untuk memilih atau menciptakan berbagai kreasi busana, karena
9 M. Quraish Shihab,Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 38
berbusana termasuk dari kebudayaan atau kebiasaan suatu bangsa menurut iklim
negerinya, dan di pengaruhi ruang dan waktu.10
Perempuan yang di wajibkan bagi Islam untuk menutup aurat, adalah
perempuan yang sudah tiba masa haidnya, seorang wanita tidak di benarkan
menampakan anggota badannya terkecuali telapak tangannya, berkaitan dengan
ini Imam Ali Ash-Shabuni dalam kitab tafsir Ayatil-ahkam berkata, “firman Allah
SWT”, hendaknya mereka menutupi kain kerudung ke dadanya”, yaitu hendaknya
kerudung terhampar sampai dada, supaya leher dan dada tidak nampak.11
Tetapi lebih bagus bila diajarkan dari kecil, karena akan menjadi nilai
positif bagi anak untuk mengerti arti dari menutup aurat. Dalam Islam menutup
aurat adalah bagian dari naluri malu yang ada pada diri setiap manusia, dan juga
untuk membedakan antara wanita muslim dan non muslim.
Islam memberikan beberapa kreteria busana muslimah yang sesuai dengan
syariat Islam:
- Busana muslimah yang tidak menggambarkan lekuk-lekuk tubuh dan
terbuat dari bahan yang tebal,
- Busana yang tidak mencolok, dan tidak menarik perhatian,
- Busana yang tidak menyerupai pakaian laki-laki,
- Busana yang tidak menyerupai pakaian orang-orang non muslim atau
kafir.12
2. Ciri-ciri Busana Muslim
10 Hamka, Membahas Tentang Soal-soal Islam, (Jakarta: Dharma Caraka, 1985), h. 160- 161 11 Arina Qonita, Jibab dan Hijab, (Jakarta: Bina Mitra Press, 2001), h. 6- 7 12 Syaikh Abu Malik, Panduan Beribadah Khusus Wanita, (Jakarta: Almahira, 2007), h. 309- 310
Indonesia sebagai negara yang sebagian besar berpenduduk muslim atau
menganut agama Islam, yang menjunjung tinggi nilai estetika dalam pergaulan
sehari-hari. Dalam Islam di ajarkan begitu banyak hal, dari yang terkecil sampai
ke permasalahan yang besar. Berbusana yang baik tentu saja masuk ke dalam
sistem ajaran Islam, karena Islam sebagai agama dakwah merupakan suatu sistem
yang lengkap sesuai dengan fitrah insani, Agama Islam menuntut seluruh aspek
kehidupan manusia dan memberikan pedoman untuk budaya yang setinggi-
tingginya agar manusia berbahagia di dunia dan akhirat.13
Sebagai agama universal, Islam merupakan agama yang di bawa oleh Nabi
Muhammad SAW, merupakan suatu sistim yang benar. Yang dengan senantiasa
menuntut umatnya mulai dari persoalan ringan sampai yang berat, karena Islam
sebagai acuan hidup dan pedoman bagi manusia di dunia dan di akhirat.
Perkembangan dunia mode yang menyusun dari suatu pandangan yakni
busana muslim, telah mendapat tempat pada kalangan masyarakat. Desain-desain
yang inovatif, dan tidak ketinggalan zaman serta lebih pariatif, tidak di nafikan
lagi telah memiliki daya tarik tersendiri bagi yang memakainya.
Busana muslim saat ini, telah merambah busana kaum adam di mana
sempat terkonsentrasi hanya pada busana muslimah. Bagaimana orang dapat
merasakan melalui busana, darinya mampu melahirkan rasa percaya diri yang
tinggi umtuk memperteguh identitas dirinya, dimana ia akan mencari busana yang
melambangkan status barunya.14
Dalam Al-Quran dan As-Sunnah tidak memberikan batasan tentang bahan
yang harus digunakan, dan bentuk yang harus digunakan dalam menutup aurat.
13 Syahrul Amin, Menuju Persaingan Pokok Islam, (Yogyakarta: Salahuddin Press, 1983), h. 29 14 Jalaludin Rakhmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1997), cet.ke-8, h. 140
Karena bentuk pakaian adalah termasuk kebudayaan atau kebiasaan dari suatu
bangsa yang di dalamnya di pengaruhi ruang dan waktu tetapi, dalam syariat
Islam hanya memberikan krteria busana muslimah, yang di dalamnya termasuk
busana yang tidak menggambarkan lekuk tubuh dan terbuat dari bahan yang tebal,
tidak mencolok atau menarik perhatian, tidak menyerupai pakaian laki-laki, dan
tidak seperti yang di pakai wanita non muslim atau kafir.15
3. Busana Dalam Kajian Sosiologi
Harus di ketahui bahwa pengkajian sosiologi, sosiolog tidak melihat dari
pewahyuan yang datang dari tuhan akan tetapi di angkat dari pengalaman konkrit
yang dilihat secara fakta yang di kumpulkan dari masa lampau hingga sekarang,
jadi pengkajian sosiologi melihat agama dari pengamatan, dan dari pengamatan
ini sosiologi baru sanggup memberikan definisi yang deskriptif (penggambaran
apa adanya, yang mengungkapkan apa yang di mengerti dan di alami pemeluk-
pemeluknya).16
Jadi sosiologi tidak mengartikan agama sebagai suatu ajaran (dogma dan
moral) itu sendiri, tetapi agama yang sudah menjadi prilaku kemasyarakatan yang
nyata, atau dengan kata lain fenomena sosial, sebagai fakta sosial yang memang
terjadi pada masyarakat.
Sosiolog memprediksikan busana muslimah tidak melihat dari agama,
melainkan pemakaian busana muslimah di lihat sebagai salah satu bentuk ekspresi
yang membentuk kpribadian untuk ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya.
Karena seorang muslimah memakai pakaian muslim tidak hanya bernilai estesis
15 Syaikh Abu Malik, Panduan Beribadah Khusus Wanita, (Jakarta: Ahmari, 2007), h. 309- 310 16 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), cet.16, h. 29
tetapi juga bernilai ibadah. Dalam kajian sosiologi pemakaian busana muslimah di
lihat sebagai interaksi dan kontruksi sosial, arti pemakaian busana muslimah tidak
terjadi begitu saja tetapi melalui proses. Dari proses yang sedang berjalan ketika
individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan
bertindak sesuai makna. 17
Pemakaian busana muslimah di awali dengan proses pengetahuan tentang
busana muslimah yang di dapat dari hasil interaksi dengan lingkungan, misalnya
dari hubungan keluarga, masyarakat, sekolah, maupun dari media-media ataupun
televisi. Pada proses ini manusia memberikan makna dan nilai pada busana
muslimah, ini sebagai bentuk simbol keagamaan yang bersumber pada ajaran
agama dan memiliki nilai-nilai moral. Tapi pemberian nilai dan makna pada
busana muslimah setiap individu berbeda-beda.
Agama adalah salah satu bentuk konstruk sosial yang di mana tuhan,
ritual, nilai, hierarki, keyakinan-keyakinan dan prilaku religiusitas menurut
sosiologi hanya untuk memperoleh kekuatan kreatif atau menjadi subjek dari
kekuatan lain yang lebih ketat dalam dunia sosial.18Dalam kajian sosiologi busana
muslimah tidak hanya sebagai sarana ibadah, yang dianggap sakral tetapi
memiliki fungsi-fungsi sosial di antaranya:
- Fungsi identitas
Dengan cara ini agama mempengaruhi pengertian individu tentang siapa
ia, dan mau apa ia.19 Dengan demikian wanita yang memakai busana
17 Margareth M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2000), cet. 4, h.261 18 Peter Connolly, Aneka Pendekata Studi Agama, ed, ( Yogyakarta: LkiS, 2000), h. 267 19 Thomas F.O Dea, Sosiologi Agama: suatu Pengantar Awal (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), h. 26
muslimah mempunyai ciri yang melekat pada seorang wanita, dan pada
akhirnya menjadi nilai identitas keislaman,
- Fungsi realisasi diri
Perubahan yang mendasar dan lebih cepat, khususnya meninggalkan
suatu cara tertentu di ganti dengan cara hidup yang lain,
- Fungsi pelindung
Dalam Islam fungsi pakaian untuk menutupi aurat, tetapi juga sebagai
fungsi pelindung dari cuaca dingin dan panas,
- Fungsi kontrol sosial
Karena kerangka acuan pada agama, yang memiliki sanksi-sanksi yang
sakral, yang di dalamnya sifatnya memaksa tetapi sebagai acuan individu
dalam menjalani kehidupan ini.
4. Peranan Busana Muslim Dalam Mengubah Prilaku
Dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai mahluk sosial. manusia
tidak bisa lepas dari agama, karena agama sangat berpengaruh dalam kehidupan
bermasyarakat, jadi agama akan selalu terikat dengan manusia dalam berbagai
keadaan. Karena dalam ajaran agama ada aturan-aturan atau norma yang secara
tidak langsung sifatnya memaksa, yang tercermin dalam pribadi dan prilaku
manusia.
Manusia dalam berpakaian tidak hanya semata-mata untuk menutup tubuh
saja, melainkan dari cara perpakaian seseorang bisa melihat atau mencirikan
pribadi dan prilaku seorang individu.
Dalam hal ini bisa melihat peranan busana muslimah dalam mengubah
prilaku setiap manusia yang telah memakainya, karena dari cara berpakaian
muslimah didalamnya di pengaruhi oleh norma dan syariat Islam yang sifatnya
memaksa dan menjdi pribadi dari seorang wanita muslim.
Secara teoritis para ahli sosiologi ada yang memperspektifkan pakaian
sebagai bagian dari ritus, di mana ritus ini adalah salah satu bentuk dari aspek
agama yang mencerminkan agar seseorang menutup auratnya. Ritus atau ibadah
bagian dari tingkah laku keagamaan seseorang yang di lakukan secara aktif dan
dapat diamati, seperti cara berpakaian.20
Jadi cara berbusana muslimah lahir dari syariat Islam untuk berkewajiban
menutup aurat bagi yang sudah haid atau dewasa, dan itu adalah bagian dari
agama yang menjadi pedoman dan acuan, sekaligus menjadi identitas wanita
muslim untuk membedakan dari wanita non muslim dalam kehidupan
bermasyarakat. Jadi prilaku seorang muslimah secara tidak langsung terikat oleh
syariat Islam yang menjadi nilai keimanan bagi individu. Perubahan yang dapat
dilihat adalah perubahan yang mecerminkan bentuk busana yang dipakainya,
karena cara berbusa seseorang secara tidak langsung mencerminkan
perbuatannya. Contonya wanita yang berbusana muslim akan mencerminkan
prilaku yang bernilai positif, yang sesuai dengan perintah dan menjauhkan
larangan yang dilarang agama.
20 Elizabeth K. Notingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantr Sosiologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), cet7, h.15
B. Prilaku Sosial Keagamaan
1. Pengertian Prilaku Sosial
Dalam kamus bahasa Indonesia prilaku dapat diartikan dengan tingakah
laku. Tingkah laku juga bisa di artikan suatu perbuatan atau aktivitas, tetapi
sosiolog ada yang berpendapat bahwa tingkah laku adalah respon yang berupa
reaksi, tanggapan, jawaban, atau balasan yang di lakukan oleh manusia.21
Bila secara langsung mengamati tingkah laku manusia yang berhubungan
dengan prilaku social keagamaanya, makadalam meneliti harus melihat dari
beberapa aspek, yaitu diantaranya karena tingkah laku itu selalu mengarah kepada
suatu tujuan di samping itu terlihat pula adanya semacam kekuatan yang
mendorong agar seseorang itu bertingkah laku. Beberapa teori berusaha
menjelaskan latar belakang timbulnya tingkah laku, ada yang yang menguraikan
dari aspek biologis, misalnya di lihat dari gerakan refleks dan gerakan-gerakan
naluriah dan ada pula yang berusaha menerangkannya dari sudut keseimbangan
psikisnya. 22
Seperti yang telah di jelaskan di atas, ketika kita bertingkah laku maka
setiap individu pasti mempunyai semacam kekuatan yang mendorong individu
untuk bertingkah laku, hal ini biasa disebut dengan teori motivasi. Motivasi itu
mengandung arti yang berhubungan dengan ketegangan jiwa, ketidakseimbangan
atau gerakan-gerakan yang harus dilakukan. Dalam motivasi itu mengandung
suatu dorongan dinamis yang mendasari segala tingkah laku individual manusia.
Motivasi dalam pengertian tersebut merupakan tenaga kejiwaan yang dapat
21 Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, !997), h. 83 22 Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: PT Mutiara, 1983), h.92
membangkitkan manusia dalam memperjuangkan hidupnya. Ahli psikologi yang
bernama Sigmund Freud mengartikan motivasi berdasarkan instink, yaitu manusia
bertingkah laku menurut dua macam dorongan, yaitu dorongan untuk bertahan
hidup dan dorongan untuk mati.
Maka bila seseorang mengabdikan dirinya untuk seseorang dengan cara
untuk kepentingan orang lain dengan cara menemukan atau menciptakan hal-hal
yang baru yang bermafaat bagi yang lainnya, maka dia termasuk dalam dorongan
insting untuk hidup, tetapi bila ia melakukan yang sebaliknya dengan cara
merusak dan merugikan yang lainya, maka ia dalam dorongan insting untuk mati.
Oleh karena itu dorongan itu harus di kontrol oleh kekuatan lain yang
dapat mengarahkan jalannya dalam kehidupan bermasyarakat. Pada umumnya
tingkah laku dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan dan di arahkan pada
pencapaian suatu tujuan, dengan demikian suatu kebutuhan dapat terpenuhi dan
kehendak terpuaskan.
Dari sini terlihat bahwa prilaku sosial adalah sebagai tindakan manusia
yang mempunyai maksud subjektif bagi dirinya. Suatu tindakan baru dinyatakan
sebagai prilaku sosial apabila arti subjeknya di hubungkan dengan individu
lainnya.23
Menurut Sosiolog yang benama Max Weber berpendapat bahwa tindakan
sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-
individu lainnya dalam masyarakat 24
2. Pengertian Prilaku Keagamaan
23 Arifin, Psikologi Da’wah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 63-64 24 Yad Mulyadi, Panduan Sosiologi, (Jakarta: Yudistira, 1995), h. 16
Dalam pengertiana prilaku sebelumnya telah dijelaskan oleh beberapa ahli
sosiolog, sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia di sebutkan bahwa tingkah
laku itu sama artinya dengan perbuatan atau perangai ataupun kelakuan. Prilaku
sosial keagamaan itu sendiri mengandung arti yaitu segala aktifitas manusia dalam
kehidupan bermasyarakat di dasarkan atas nilai- nilai agama yang di yakininya,
dan prilaku keagamaan tersebut merupakan perwujudan dari rasa dan jiwa
keagamaan berdasarkan kesadaran dan pengalaman seseorang yang ada pada
dirinya sendiri.
Dalam prilaku keagamaan, agama sangat berkaitan sekali dengan
kehidupan batinnya, oleh karena itu kesadaran keagamaan dan pengalaman agama
seseorang banyak menggambarkan sisi- sisi batin dalam kehidupan yang ada
kaitannya dengan sesuatu yang sakral. Dari hasil pengalaman agama inilah yang
menjadikan prilaku keagamaan yang di ekspresikan oleh seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat. Prilaku keagamaan itu sendiri pada umumnya di
dukung oleh adanya suatu sikap keagamaan yang merupakan keadaan yang pada
diri seseorang.
Dalam mengkaji prilaku keagamaan seseorang, harus melihat dari
beberapa faktor yang memang mempengaruhi keagamaan manusia itu sendiri,
seperti faktor lingkungan ,biologi, psikologi rohani, unsur fungsional, unsur asli
atau fitrah yang di karuniai oleh tuhan. Oleh karena itu agama sangat berperan
sekali dalam mencari hakikat yang terdalam mengenal fitrah, takdir, kematian,
hidayah, taufik, keimanan, malaikat, roh, dosa, jiwa, dan realitas non empiris
ataupun rohaniah.25
25 Ramayulis, Psikologi agama, (Jakarata: Kalam Mulia, 2003), h, 83-84
Dalam mengkaji prilaku keagamaan para psikologi memberikan beberapa
aliran, di antaranya aliran humanistik, aliran behaviorisme, dan aliran
psikoanalisa.
Pertama aliran humanistik dalam mengkaji prilaku beragama, tokoh yang
di ambil dalam kelompok ini adalah Abraham Maslow yang mengatakan semua
manusia memiliki perjuangan atau kecendrungan yang di bawa sejak lahir untuk
mengaktualisasikan diri. Jadi kita didorong oleh kebutuhan- kebutuhan yang
universal yang di bawa sejak lahir, yang tersusun dalam suatu tingkat dari yang
paling lemah sampai pada yang paling kuat. Prasyarat untuk mencapai aktualisasi
diri itu yaitu dengan memuaskan empat kebutuhan yang berada pada tingkatan
yang paling rendah yaitu kebutuhn fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
memiliki cinta, dan kebutuhan akan penghargaan. Aktualisasi diri dapat
didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan menggunakan semua
perkembangan yang paling tinggi, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita.26
Pendekatan ini mengakui eksistensi agama, dimana pemenuhan kebutuhan
hidup seseorang yang seimbang di landasi dengan harmonisasi hubungannya
dengan Tuhannya dan dengan masyarakatnya, karena hal tersebut merupakan inti
kebahagiaan manusia dunia dan akhirat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa prilaku keagamaan manusia muncul untuk menghadapi krisis-krisis yang
ada dalam kehidupan manusia itu sendiri. Krisis tersebut menjadi objek perhatian
manusia yang sangat menakutkan, betapapun bahagianya seseorang, ia harus ingat
akan kemungkinan-kemungkinan timbulnya krisis dalam hidupnya serta
banyaknya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga manusia butuh
26 Djamaludin Acong, Psikologi Islam, Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, h. 74
sesuatu untuk memperteguh dan mengkuatkan dirinya. perbuatan yang berupa
upacara sakral pada masa krisis merupakan prilaku keberagamaan manusia.27
Aliran behaviorisme merupakan aliran yang diilhami oleh Jhon Broandus
Waston dan di gerakan oleh B.F.Skinner. Ia berpendapat bahwa prilaku manusia
pada umumnya dapat dijelaskan berdasarkan teori pengkondisian operan (operant
conditioning). Yaitu manusia berbuat sesuatu dalam lingkungannya untuk
mendatangkan akibat-akibat, entah mendatangkan pemenuhan kebutuhan atau
menghindari datangnya hukuman atau pengalaman yang tidak enak. Prilaku
keagamaan sebagamana prilaku lainnya, meruapakn ungkapan bagaimana
manusia dengan pengkondisian operan belajar hidup di dunia yang dikuasai oleh
ganjaran dan hukuman. Jika suatu tindakan seseorang mendapat ganjaran, maka
orang tersebut akan semakin sering melakukan tindakan tersebut, semakin
bermanfaat hasil tindakan sesorang bagi dirinya, maka semakin besar tindakan
tersebut diulang.28
Terakhir aliran psikoanalisasi yaitu Sigmun Freud, menerangkan manusia
dengan teori tentang struktur kpribadian manusia. Tiga komponen kpribadian
yang termasuk dalam struktur kpribadian manusia yaitu Id, Ego, dan Superego.
Ketika manusia di lahirkan ia hanya memiliki Id atau dorongan-dorongan yang
minta dipuaskan. Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah superego dalam
diri manusia, superego adalah nilai-nilai luhur yang diterima individu dari
lingkungannya. Antara Id dan Superego selalu muncul pertentangan, Id mewakili
kepentingan pribadi sedangkan superego mewakili norma-norma masyarakat.
Untuk mengatur mekanisme di antara keduanya, maka berperanlah ego. Dalam 27 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h.27 28 Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,1992), h. 67
kaitanya dengan prilaku keagamaan, Freud melihat bahwa agama itu adalah reaksi
manusia atas ketakutannya sendiri. Dalam buku totem dan tabu Freud mengatakan
bahwa tuhan adalah refleksi dari Oedipus Complex kebencian kepada ayah yang
dimanifestasikan sebagai ketakutan pada Tuhan, Freud mengatakan bahwa agama
dalam ciri-ciri psikologisnya adalah sebuah ilusi, yaitu kepercayaan yang dasar
utamanya adalah angan-angan. Manusia lari kepada agama karena disebabkan
oleh ketidakberdayaanya menghadpi suatu bencana.
3. Pengertian Prilaku Sosial Keagamaan
Manusia dalam pertumbuhannya sering terpengaruh oleh lingkunganya
dimana ia hidup dan dibesarkan. Manusia tidak bisa hidup sendiri, selalu
membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, oleh sebab itu manusia sering
disebut mahluk sosial. Kemudian manusia sebagai mahluk sempurna karena sejak
lahir telah di berikan bekal fitrah oleh Tuhan yaitu perasaan keagamaan, sehingga
dengan demikian manusia sering disebut mahluk beragama, dengan demikian
prilaku keagamaan tidak bisa lepas dari pengaruh masyarakat dan alam sekitarnya.
Prilaku sosial keagamaan itu sendiri mengandung arti prilaku atau
tindakan manusia yang bersifat keagamaan. Prilaku manusia yang bersifat
keagamaan tersebut dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga fungsi yaitu cipta, rasa,
dan karsa.
Cipta (reason), yang merupakan fungsi intelektual manusia. Melalui cipta
seseorang dapat menilai dan membandingkan, dan selanjutnya memutuskan suatu
tindakan terhadap stimulan tertentu. Fungsi kedua adalah rasa, yang merupakan
suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan dalam membentuk
motivasi dalam corak tingkah laku seseorang, dan fungsi ketiga adalah karsa yaitu
yang menimbulkan amalan-amalan atau praktek-praktek keagamaan yang benar
dan logis.
4. Bentuk-bentuk Prilaku Sosial Keagamaan
Dalam pengertian prilaku sosial keagamaan diatas, sudah di kaji dalam
bentuk kajian teoritis, oleh karena itu kita kita harus mengartikannya dalam
bentuk-bentuk prilaku sosial keagamaanya, jadi dalam bentuk prakteknya.
Pengertian prilaku sosial keagamaan diartikan sebagai suatu tindakan yang
bersifat keagamaan, tapi sifat manusia yang bersifat keagamaan tersebut
dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga fungsi, yaitu cipta, karya, karsa yang sudah
di jelaskan dalam bab sebelumnya.
Karena prilaku sosial keagamaan dipengaruhi oleh ketiga tersebut, maka
dari sini bisa melihat dan menilai hasil dari bentuk-bentuk prilaku sosial
keagamaan tersebut. Bentuk-bentuk prilaku sosial keagamaan tersebut bisa dilihat
dari cara orang tersebut bertindak sesuai dengan pengalaman-pengalaman
keagamaan yang menjadikan kebiasaannya atau menjadi pribadi individu itu
sendiri.
Bentuk-bentuk prilaku sosial keagamaan dapat dicontohkan contohkan
seperti saat individu bertindak atau bertingkah laku sesuai dengan norma-norma
agama yang telah menjadi acuan dalam kehidupannya, seperti saat individu
berbicara yang sopan, atau bertingkah laku yang sopan sesuai dengan ajara agama
yang telah mendarah daging dalam dirinya dan sesuai dengan pengalaman
keagamaanya.
Jadi bentuk-bentuk prilaku sosial keagamaan adalah semua prilaku atau
tindakan yang di pengaruhi oleh hasil pengalaman keagamaan yang melahirkan
tindakan yang sesuai dengan norma agamanya, baik itu dalam segi
keseluruhannya ataupun dari prilaku sehari-hari mereka. Religiusitas atau
keberagamaan diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia, dengan
demikian agama dapat berperan positif terhadap prilaku seseorang. Misalnya
mengungkapkannya bahwa keyakinan dan praktek agama yang baik dapat
menuntun seseorang muslimah untuk berprilaku positif, menolong dan
memberikan kasih sayang.
BAB III
GAMBARAN UMUM MAHASISWI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
A. Latar Belakang pendidikan
Saat ini terdapat sekitar kurang lebih 20.000 mahasiswa UIN Jakarta
dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ketika UIN Jakarta masih
bersetatus Institut Agama Islam Negeri atau yang biasa kita kenal dengan sebutan
IAIN Jakarta, sampai tahun kuliah 1975, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
memiliki 9 fakultas, empat fakultas (Tarbiyah, Adab, Ushuluddin, Syariah) di
Jakarta, dan dua fakultas (Tarbiyah, Syariah) di Serang, dan dua fakultas
(Tarbiyah, Ushuluddin) di Cirebon, dan satu fakultas (Tarbiyah) di Singkawang.
Tetapi setelah itu untuk memajukan mutu, semua fakultas itu disatukan atau
digabung di Jakarta dan ditambah satu fakultas, yaitu fakultas kedokteran. Jadi
UIN syarif Hidayatullah memiliki 10 fakultas yang tersedia. Seiring penggantian
status IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan perubahan ini berdasarkan keputusan Presiden
nomor 31 tahun 2002 tertanggal 20 Mei 2002.29
Perubahan ini secara otomatis berdampak kepada pembangunan kampus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi berlantai tujuh, atas bantuan Bank
Pembangunan Islam (IDB) yang menelan biaya 20 milyar.30
Saat penelitian dilakukan penulis hanya mengambil dua orang dari setiap
fakultas, karena fakultas yang tersedia ada 10 fakultas, yaitu fakultas Ilmu 29 Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Rekaman Media Massa: Humas UIN), h. 137. 30 Proses Perubahan IAIN, h. 134.
Tarbiyah dan Keguruan, fakultas Adab dan Humaniora, fakultas Ushuludin dan
Filsafat, fakultas Syariah dan Hukum, fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dirasat
Islamiah, Psikologi, Ekonomi dan Ilmu Sosial, Saint dan Teknologi, Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, maka informan yang diwawancarai menjadi 20 mahasiswi
saja.
Tabel Fakultas UIN Jakarta
NO FAKULTAS JUMLAH MAHASISWI
1 Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2
2 Adab dan Humaniora 2
3 Ushuluddin dan Filsafat 2
4 Syariah dan Hukum 2
5 Dakwah dan Komunikasi 2
6 Dirasat Islamiyah 2
7 Psikologi 2
8 Ekoomi dan Ilmu Sosial 2
9 Saint dan Tegnologi 2
10 Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2
TOTAL 20
Secara gambaran umum mahasiswi yang telah masuk ada yang datang dari
wilayah Jakarta dan sekitarnya, tetapi banyak juga minat yang datang dari luar
daerah. Karena banyaknya minat dari mahasiswa yang datang dari luar daerah,
dan mereka jauh dari orang tua, maka mereka lebih memilih untuk menetap dan
menempati kost-kostan yang telah tersedia di sekitar kampus. Mereka kebanyakan
dari latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, ada yang lulusan dari SMU,
SMK, Aliyah, Pesantren.
Tabel sekolah asal
NO ASAL SEKOLAH JUMLAH
1 SMU 12
2 SMK 2
3 ALIYAH 4
4 PESANTREN 2
TOTAL 20
Karena mereka datang dari tempat yang berbeda dan berlatar belakang
pendidikan yang berbeda juga, maka ini akan mempengaruhi pola pikir dan cara
bergaul mereka. Seperti yang diungkapkan informan yang bernama “Yanti Pia”
mengatakan: “Saya berlatar belakang pendidikan lulusan dari SMU, tapi saya
sudah mulai sedikit-sedikit memperdalam pengetahuan agama saya, walau belum
semaksimal mungkin tapi saya akan berusaha menjadi muslimah yang sejati yang
selalu berpedoman pada nilai-nilai agama Islam”.31
Sejalan dengan informan “Sandra Andriyani” mengatakan: “Walau saya
berlatar belakang pendidikan dari SMU, saya mampu dan mengerti mana yang
baik dan yang buruk untuk diri saya sendiri”32
31 Wawancara dengan “Yanti Pia”, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 09 April 2008 32 Wawancara dengan“Sandra Andriyani”, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 23 April 2007
Sependapat dengan “Eli”, mengatakan: memang saya lulusan dari sekolah
umum, tapi orang tua saya selalu mengajarkan kepada saya menjadi muslim yang
benar atau sejati, dan itu akan selalu saya pegang teguh sampai kapanpun”.33
Dari beberapa pendapat informan yang di wawancarai, pendidikan sangat
mempengruhi prilaku seseorang, seperti pendidikan di sekolah, dan pendidikan
dalam keluarga,dan pergaulan dapat mencerminkan pola fikir dan cara berprilaku
dalam asyarakat, yang tertanam dalam kpribadian.
B. Latar Belakang Ekonomi
Berdasarkan peningkatan jumlah mahasiswa yang Tinggi dari tahun
ketahun untuk meneruskan ke perguruan tinggi UIN syarif Hidayatullah Jakarta,
menjadikan semakin beragamnya tingkat perekonomian orang tua dari calon
mahasiswa yang telah masuk, karena sebagian dari mereka datang dari luar
daerah.
Tabel mata pencaharian orang Tua Mahasiswi
NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH
1 Wiraswasta 9
2 PNS 4
3 Pedagang 5
4 Petani 2
TOTAL 20
Karena sudah banyaknya mahasiswa yang datang dari Jakarta dan Luar
daerah, maka berbeda-beda juga mata penceharian dari orang tua mereka,
33 Wawancara dengan “Eli”, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 15 Mei 2008
sebagian besar karyawan swasta, wiraswasta, PNS, dan yang lainnya. Tapi bila
diperhatikan dengan seksama, secara tidak langsung kita bisa menyimpulkan
bahwa latar belakang dari ekonomi mereka termasuk dalam ekonomi kelas
menengah keatas, karena orang tua mereka dapat melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi yaitu universitas yang memang biayanya tidak sedikit. Karena mereka
datang dari latar belakang perekonomian yang berbeda-beda maka penulis hanya
melihat secara garis besarnya, yang di ambil dengn cara wawancara dan obsevasi.
Dengan peningkatan jumlah mahasiswi dari tahun ketahun, ada yang dari
Pesantren, SMU, SMK, dan sekolah yang lainnya, ini akan mempengaruhi latar
belakang mereka. Dilihat dari segi ekonomi orang tua mahasiswi UIN Jakarta
dapat disimpulkan, mereka termasuk kedalam perekonomian kelas menengah
keatas, karena mampu melanjutkan anak-anaknya kejenjang perkuliahan. Walau
mata penceharian mereka berbeda-beda, ada yang wiraswasta, pegawai negeri,
petani, dagang, buruh, dan yang lainnya, mereka akan berusaha agar anak mereka
kelak tidak seperti orang tuanya, karena setiap orang tua menginginkan anaknya
menjadi orang yang sukses dan berguna bagi nusa dan bangsa.
C. Latar Belakang Sosial Budaya
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan sekitar kurang lebih dua puluh
ribu mahasiswa yang telah masuk UIN Syarif Hidayatullah, maka latar belakang
sosial budaya mereka akan berbeda-beda juga, karena tidak sedikit dari mereka
datang dari luar daerah, ada yang dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan
yang lainnya. Karena perbedaan latar belakang sosial budaya mereka, dan
bercampur dengan kebudayaan yang baru yang ada di kampus, maka ini akan
menjadikan percampuran dua kebudayaan, yaitu percampuran kebudayaan baru
dan kebudayaan lama mereka dalam satu wadah yaitu di kampus. Semua itu akan
mempengaruhi cara berpakaian dan pergaulan mereka. Secara langsung kita bisa
menilai dengan cara melihat cara berpakaian yang berlandaskan syariat Islam dan
ada yang berpakaian sesuai dengan keinginannya tetapi tidak meninggalkan
peraturan yang memang sudah menjadi aturan kampus, yaitu berkewajiban
dengan menggunakan jilbab.
Meski dalam penelitian peneliti manemukan mahasiswi yang memang
masih belum siap menjalankan syariat-syariat Islam, ini karena kurangnya
pendidikan agama dalam keluarga dan lingkungannya. Pendidikan dalam keluarga
dan pergaulan dalam masyarakat sangat mempengaruhi pribadi seseorang, dan ini
mencerminkan kedalam prilaku sosial keagamaanya.
Dalam membahas latar belakang sosial budaya mahasiswi UIN Sarif
Hidayatullah Jakarta, penulis akan selalu mengaitkan dengan latar belakang yang
lainya, karena satu dengan yang lainnya sangat berkaitan erat sekali. Karena sosial
budaya mahasiswi UIN Sarif Hidayatullah Jakarta berbeda-beda, karena sudah
banyaknya mahasiwa yang datang dari luar daerah dan mereka membawa
kebudayaan mereka sendiri, dan ini akan sangat berpengaruh juga, karena
kebuyaan yang ada didaerah sangat berbeda sekali dengan pergaulan yang ada di
Jakarta, dan ini akan sangat mempengaruhi prilaku sosial agama mahasiswi UIN
Sarif Hidayatullah Jakarta. Seperti informan “Elvi Sari”, mengatakan: “meskipun
saya datang dari kampung dan masih baru tinggal disini, saya masih merasa
bingung dengan pergaulan anak Jakarta, karena sangat berbeda sekali dengan
pergaulan saya disana, walau begitu saya akan selalu berpedoman pada nilai-nilai
agama saya”.34
D. Latar Balakang Keagamaan
Dari awal penulis telas menjelaskan tentang latar belakang pendidikan,
ekonomi, dan sosial budayanya, latar belakang itu semua tidak akan bisa lepas
dari agama, karena agama dalam aspek apapun akan menjadi acuan atau pedoman
untuk mengartikan mana yang baik dan mana yang buruk dalam bermasyarakat.
Latar belakang keagamaan mahasiswi UIN Sarif Hidayatullah Jakata
sudah pasti kita akan mengerti, karena Universitas ini berpedoman atau
berlandaskan Islam, jadi sebagian besar mahasiswi yang masuk beragama Islam,
dan mereka mengerti sedikit banyak tentang Islam. Tapi meskipun mereka
kebanyakan atau mayoritas umat Islam, tapi pola pikir dan latar belakang mereka
berbeda-beda, dan ini yang akan mempengaruhi prilaku sosial keagamaannya
terhadap cara bergaul dan bertingkah laku. Tidak sedikit dari mereka yang sudah
banyak atau sudah mengerti tentang syariat Islam, tetapi mereka tidak
menjalankan sesuai ajaran Islam.
Meski secara tidak langsung mahasiswi UIN Sarif Hidayatullah Jakarta
mayoritas beragama Islam, tapi cara berprilaku sosial keagamaan mereka berbeda-
beda, karena tingkat pengetahuan tentang agama mereka berbeda-beda.
Dalam wawancara dan obsevasi penulis mewawancarai beberapa informan
yang mengatakan, walau mereka jauh dari orang tua dan jauh dari pengawasan
orang tua, mereka tetap mampu untuk memegang teguh syariat Islam. Ini
sependapat dengan “Syifa” yang mengatakan: “meski saya jauh dari orang tua dan
34 Wawancara dengan “Elvi Sari”, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 05 Agustus 2007
jauh dari pengawasan mereka, saya tetap mampu menjaga diri dan selalu
berpedoman pada hukum-hukum Islam dan akan selalu saya pegang teguh”.35
Dan ini sependapat dengan informan yang lainnya seperti “Dalla
Shohihah”, mengatakan: “memang saya dekat dengan orang tua, tapi orang tua
saya akan selalu mendidik nilai-nilai agama kepada saya agar tidak terpengaruh
dengan kehidupan pergaulan bebas anak sekarang, saya bangga punya orang tua
seperti itu, dan saya akan belajar sungguh-sungguh untuk membahagiakan kedua
orang tua saya”.36
35Wawancara dengan “Syifa”, mahasiswi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008 36Wawancara dengan “Dalla Shohihah”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008
BAB IV
HUBUNGAN GAYA BERBUSANA MUSLIM MAHASISWI UIN
JAKARTA DAN PRILAKU SOSIAL KEAGAMAAN
A. GAYA BERBUSANA MUSLIM MAHASISWI UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Gaya berbusana muslim yang dikaji penulis dalam bab ini melihat dari
cara berpakaian yang menjadi manisvestasi terhadap prilaku sosial keagamaan
setiap individu atau informan. Sekarang sudah sekitar dua puluh ribu mahasiswa
yang telah masuk baik dari wilayah Jakarta ataupun dari luar daerah ada yang dari
Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan yang lainnya. Mereka datang dari sekolah yang
berbeda-beda, ada yang dari SMU, Aliyyah, SMK, Pesantren, dan yang lainnya,
maka ini akan mempengaruhi dari cara berpakaian mereka terhadap prilaku sosial
keagamaanya. Meskipun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mewajibkan
menggunakan busana muslim, tapi banyak dari mereka yang masih belum berniat
untuk menggunakan busana muslim, dan mereka mengenakannya hanya di
wilayah kampus saja.
Karena mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai latar
belakang yang berbeda-beda, ini yang akan sangat berpengaruh dalam cara
berpakain mereka. Yang menggunakan busana muslim yang sesuai dengan syariat
Islam dengan mengenakan pakaian yang tidak memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh
wanita, tetapi ada juga yang masih belum berniat menggunakanya dengan cara-
cara yang telah ditentukan Islam, walau berjilbab mereka tetap memakai pakaian
muslim yang ketat dan tidak terbuat dari bahan yang tebal, sehingga terlihat jelas
sekali lekuk-lekuk kewanitaanya.
Perbedaan ini akan sangat terlihat sekali dalam kehidupan kampus, mana
yang memang sudah menjalankan syariat-syariat Islam atau mana yang masih
belum bisa menjalankan aturan-aturan yang di anjurkan Islam, ini terjadi karena
datang dari motivasi dan latar belakang mereka yang berbeda-beda dan pola fikir
mereka yang masih belum mampu untuk menjalankan syariat-syariat Islam.
Dari hasil penelitian yang didapat dari beberapa informan, penulis
mendapatkan beberapa variasi-variasi cara berbusana muslim mahasiswi UIN
Jakarta. Variasi adalah segala ragam atau bentuk yang dipakai sesuai dengan
postur tubuh dan tren mode yang sesuai dengan keinginan pemakainya. Dalam
Islam tidak melarang seorang muslimah untuk memakai busana muslimah yang
sesuai dengan tren mode atau mengikuti perkambangan zaman, tetapi seoarang
muslimah harus menekankan pada cara berpakaian yang sesuai dengan syariat
Islam, yaitu yang menutup aurat, tidak memperlihatkan lekuk-lekuh tubuh, dan
tidak menyerupai wanita-wanita yang non muslim.
Variasi berbusana muslim mahasiswi UIN Jakarta sangat berpariasi, ada
yang menggunakan busana muslim kain panjang dari atas sampai bawah atau baju
terusan sampai kebawah, ada yang menggunakan busana muslim hanya
mengenakan baju kaos lengan panjang dan celana panjang, dan ada juga yang
menggunakan rok panjang. Namun sebagian dari mereka ada yang mengikuti tren
atau modedalam memakai busana muslimah, sehingga mereka yang seperti itu
selalu mencari cara untuk merubah model berbusana muslim yang dipakainya
dengan variasi yang bermacam-macam dengan tujuan agar dapat tampil beda dan
tidak terlihat biasa. Dengan variasi-variasi yang berbeda-beda, beberapa informan
seperti, “Syifa” mengatakan: “kalau saya lebih suka menggunakan busana
muslimah yang terlihat sederhana, tetapi sesuai dengan ajaran Islam, karena saya
tidak suka terlihat lebih mencolok atau menjadi pusat perhatian orang”.37
Sejalan dengan pendapat “Liana”, mengatakan: “sejak saya kecil sudah
diajari cara berbusana yang benar, jadi sampai sekarang saya tetap berbusana
muslim yang tidak memperlihatkan lekuk-lekuh tubh saya, karena kalau
sebaliknya sama saja tidak menutup aurat”.38
Tetapi beberapa informan seperti, “Dian Rahmadani” mengatakan: “saya
berbusana muslim karena saya kuliah di UIN Jakarta, jadi saya mengikuti aturan
saja, dengan berbusana yang penting menggunakan jilbab”.39
Dari hasil penelitian yang didapat, penulis dapat menyimpulkan dari
beberapa mahasiswi UIN Jakarta menggunakan busana muslimah, ada yang
berbusana muslim yang mengikuti mode yang sesuai dengan syariat Islam, dan
ada pula yang hanya mengikuti aturan yang kampus yang mewajibkan mahasiswi
berjilbab, tetapi menggunakan busana yang ketat atau memperlihatkan lekuk-
lekuk tubuhnya. Dalam ajaran Islam, berbusana uslim yang memperlihatkan
lekuk-lekuk tubuh dan tidak menutup seluruh aurat, itu tidak termasuk dalam cara
berbusa muslim yang sesuai dengan syariat-syariat Islam.
37 Wawancara dengan “Syifa”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008 38 Wawancara dengan “Liana”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 Maret 2008 39 Wawancara dengan “Dian Rahmadani”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 27 May 2008
B. PRILAKU SOSIAL KEAGAMAAN MAHASISWI UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Untuk lebih jelas dalam memahami prilaku sosial keagamaan mahasiswi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, itu semua tidak akan lepas dari latar belakang
dan budaya yang dibawa mereka, atau yang sudah menjadi kebiasaan dan
mendarah daging dalam diri mereka. Oleh karena latar belakang mereka yang
berbeda-beda maka akan sangat terlihat jelas sekali dalam cara berpakaian yang
memang akan menjadi refleksitas terhadap prilaku keagamaannya. Prilaku sosial
keagamaan seseorang dapat dilihat dari beberapa dimensi, diantaranya:
1. Dimensi ideologi (Keyakinan)
Dimensi ideologi atau keyakinan adalah keyakinan kepada kekuatan yang
di anggap dapat menolong manusia dalam musibah atau keyakinan adanya Tuhan
YME. Keyakinan ini akan mempengaruhi manusia untuk selalu mematuhi dan
menjauhkan larangannya, atau akan selalu berbuat kebaikkan dalam
bermasyarakat untuk mendapat pahala dari Tuhan. Dengan demikian agama dapat
berperan positif terhadap prilaku, dan ini akan mempengaruhi prilaku sosial
keagamaan seseorang.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, baik dengan cara wawancara
atau observasi dengan beberapa mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah diketahui
bahwa pemaham agama yang di tinjau dari prilaku sosial keagamaan atau
religiusitasnya cukup baik. Seperti yang diutarakan oleh “Della meyvalencia”
mahasiswi UIN syrif Hidayatullah Jakarta, mengatakan bahwa: “karena keyakinan
kepada tuhan ia akan selalu mengerjarkan apa yang diperintahkan dan akan selalu
menjauhi apa yang dilarangnya, salah satunya ia mengerjakan apa yang
diperintahkan seperti menggunakan busana muslimah yang memang di wajibkan
bagi wanita yang sudah akhil baliq oleh agama”.40
Informan lainnya seperti, “Nurlaili Fitria” mengatakan: “bahwa setiap
wanita muslimah akan selalu berprilaku baik, dan akan selalu memegang teguh
ajaran dari agama Islam”.41
Ditambah oleh “Eliya Rahmawati”, mengatakan bahwa: “kepercayaan
atau keyakinan seseorang akan selalu membawa individu tersebut untuk selalu
menjaga dan melestarikan kepercayaannya dan akan selalu dituangakan kedalam
pribadi yang bernilai positif”.42
Diketahui pula bahwa keyakinan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sangat menjunjung tinggi ajaran-ajaran Islam dan akan selalu berpedoman
kepada Al-quran dan Hadist. Mereka yakin bahwa suatu saat nanti akan datangnya
hari kiamat yaitu akhir dari kehidupan manusia, dan akan datangnya hari
perhitungan perbuatan saat di dunia.
2. Dimensi ritual
Dalam memahami dimensi ritual mahasiswi yang masih bisa kita katakan
labil atau masih belum memahami benar tentang agama, karena kebanyakan
mahasiswi masih menganggap belum begitu memahaminya. Karena pemhaman
agama yang mereka mengerti masih berbaur dengan pergaulan bebas yang dapat
menghilangkan nilai-nilai agama. Hal ini seperti yang diutarakan oleh beberapa
40 Wawancara dengan “Della Mayvalencia”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008 41 Wawancara dengan “Nurlaili Fitria”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 19 April 2008 42 Wawancara dengan “Eliya Rahmawati”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008
informan “Fitri Megawati” mengatakan: “gue kadang masih suka ninggalin sholat,
apalagi kalau gue dah nongkrong sama temen-temen gue, bisa lupa
semuanya….he”.43
Seperti yang dikatakan seorang informan “Arini” mengatakan: “saya bisa
rajin beribadah kalau ada di kampus saja, abis ga enak sama kawan-kawan yang
pada melakukan ibadah bersama-sama”.44
Jadi dari beberapa informan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang di wawancarai, mereka masih belum bisa menjalankan perintah yang
mewajibkan mereka untuk melakukan ibadah, ibadah yang kadang mereka
lakukan hanya semat-mata karena tuntutan dari lingkungan yang mau tidak mau
mereka mengerjakan tanpa dari kesadaran pada diri mereka sendiri.
3. Dimensi pengetahuan
Dalam memahami dimensi pengetahuan kita harus melihat dari latar
belakang dan pola fikir individu tersebut, karena latar belakang seseorang akan
menjelaskan pribadi seorang individu. Karena sudah banyaknya mahasiwi yang
datang dari sekolah umum seperti SMU,SMK, dll yang menjadikan kurangnya
pemahaman agama, seperti yang di katakan beberapa informan : “Sherra
Emaretha” mengatakan:
“Saya berbusana muslim hanya dilingkungan kampus saja, karena saya masih
belum mampu untuk menjalankan perintah agama, atau masih belum berniat”.45
43 Wawancara dengan “Fitri Megawati”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008 44 Wawancara dengan “Arini”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008
Ia berprilaku seperti itu karena hanya tuntutan kampus yang mewajibkan
berbusana muslim dilingkungan kampus, dan kesadaran untuk berbusana muslim
masih belum mampu menjalankannya. Seperti yang diungkapkan “Dian
Rahmadani”mengatakan: “Gue untuk memakai busana muslim masih merasa
canggung, karena gue masih suka menggunakan busana yang terbuka dan terlihat
sexy,tapi nanti pasti gue bakal tobat dan mau berbusana muslim.he….he…..”.46
Hal ini dapat disimpulkan bahwa beberapa dari mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah masih terpengaruh pergaulan bebas anak sekarang, yang menjadikan
mahasiswi berprilaku seperti itu.
4. Dimensi pengamalan (konsekuensial)
Dimensi konsekuensial adalah perbuatan kebaikan sebagai perwujudan
dari keimanan dan ibadah daam bentuk nyata atau manifestasi ajaran agama dalam
kehidupan bermasyarakat.
Manusia selalu mempunyai dua aspek, yaitu aspek yang pertama yang
bersifat yang hubunganya dengan tuhan dan hubungan dengan manusia. Pada
dimensi ini menyangkut sejauh mana seseorang dalam berprilaku yang di latar
belakangi oleh ajaran agamanya. Membantu sesamanya adalah salah satu
contohnya, dimanapun dan kapanpun membantu adalah kewajibam kita terhadap
sesama manusia, karena semua agama pasti mengajarkan kepada semua umatnya
untuk membantu.
45 Wawancara dengan “Sherra Emaretha”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008 46 Wawancara dengan “Dian Rahmadani”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008
Menurut “Rhaviqah”: “kalau teman saya ada yang suka meninggalkan ibadah
ataupun sholat, pasti saya akan mengingatkannya, supaya mereka tidak menyia-
nyiakan kewajiban bagi wanita yang memang sudah berkewajiban untuk
melaksakannya, tapi kalau mereka tetap tidak melaksanakannya, yang penting
saya sudah mengingatkannya”.47
Dan seperti yang di katakan informan lainnya, seperti “Siti Muhtalifah”
mengatakan: “ saya akan mengingatkan kawan-kawan saya yang masih belum
mengerti tentang manfaat dari menjalankan perintah dan menjauhkan larangan
Allah SWT, karena kita sesama umat islam harus selalu mengingatkan satu
dengan yang lainnya”.48
Menurut mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan berprilaku
baik dengan cara mengingatkan satu sama lain akan mencerminkan nilai positif
dalam dirinya, karena mengingatkan sesama umat Islam adalah kewajiban kita
bersama. Dalam agama Islam seorang muslimah wajib mengingatkan wanita atau
muslimah lain, agar tidak terpengaruh dengan pergaulan bebas yang memang
sekarang ini sudah merajalela dalam prilaku remaja yang keluar jalur atau batas
dari ajaran Islam, karena di jaman modern ini sudah banyaknya media-media yang
memperlihatkan pergaulan barat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
47 Wawancara dengan “Rhaviqah”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008 48 Wawancara dengan “Siti Muhtalifah”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 23 April 2008
C. GAYA BERBUSANA MUSLIM SEBAGAI REFLEKSI PRILAKU
SOSIAL KEAGAMAAN MAHASISWI UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Dalam memahami gaya berbusana muslim seseorang kita harus melihat
dari motivasi dan latar belakang mereka, dan cara pola fikir mereka juga. Karena
latar belakang seseorang akan mempengaruhi cara berprilaku dalam sosialnya.
Jadi secara tidak langsung cara berbusana muslim seseorang akan menjdi refleksi
terhadap prilaku sosial keagamaanya.
Keberagamaan seseorang adalah segala sesuatu yang mengarah pada nilai-
nilai keagamaan yang diyakini oleh individu, dipahami dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Keberagamaan berkembang dalam diri seseorang melalui
suatu proses yang ditimbulkan dari beberapa faktor, yang faktor tersebut datang
dari berbagai pengalaman individu dalam kehidupan sehari-harinya. Setiap
kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan, tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap sikap keberagamaan individu itu sendiri.
Begitu juga cara gaya berbusana seorang muslim akan sangat berpengaruh
terhadap prilaku sosial keagamaannya, yang akan sangat terlihat jelas dalam
pribadi diri individu itu sendiri, karena gaya berbusana seseoarang akan
menentukan prilaku sosial keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, karena
penilaian terhadap suatu objek datang dari cara orang lain menilai objek tersebut.
Untuk memahami gaya berbusana seseorang penulis akan menekankan
kepada motivasi dari setiap individu itu sendiri, karena motivasi adalah suatu
rangsangan yang menimbulkan ketegangan terhadap seseorang, yang akibatnya
seseorang tersebut berusaha unutk menurunkan ketegangan tersebut dan untuk
mengurangi ketegangan tersebut, individu akan melakukan respon terbuka dan
tertutup.49
Baik melalui wawancara dan observasi dengan beberapa mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta diketahui bahwa yang memotivasi mereka dalam
menggunakan busana muslimah berbeda-beda, diantaranya:
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan melalui wawancara dan
observasi dapat ditarik kesimpulan dari beberapa mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam menggunakan busana muslimah, mereka termotivasi
dari pengetahuan agama yanag di ajarkan baik dari orang tua, pengajian, maupun
di kampus. karena dalam ajaran Islam mengajarkan kepada semua wanita
muslimah untuk berkewajiban menggunakan busana muslimah untuk menutupi
aurat mereka.
Karena aurat mereka adalah suatu kehormatan yang harus dijaga yang
telah diberikan oleh Allah SWT. Selain itu banyak hikmah yang dapat diambil
dari berbusana muslimah, seperti yang diungkapkan beberapa informan “Nurlaily
fitria” mengatakan: “ketika saya menggunakan busana muslimah saya merasa ada
kehangatan jiwa dan hati, sayapun merasa tenang dan aman, walaupun saya
merasa kalau saya masih banyak kekurangan dalam memahami nilai-nilai agama
secara keseluruhan”.50
Ditambah oleh “Anita H.E.W” mengatakan: “Saya pernah mendengar
dalam ceramah seorang pemuka agama, dalam berkewajiban menggunakan
49 Drs. M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2004), h. 128. 50 Wawancara dengan “Nurlaily fitria”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 Mei 2008
busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq dan itu wajib hukumya, oleh
sebab itu saya ingin memenuhi kewajiban itu”.51
Muslimah sejati adalah seorang perempuan yang berpegang teguh atau
berpedoman kepada nilai-nilai agama dengan menjalankan perintah dan menjahui
larangan Allah SWT, dengan mengharapkan ridho-nya. Dengan berpedoman pada
niali-nilai agama, seorang muslimah wajib menutupi seluruh aurat yang wajib
ditutup, dan haram untuk memperlihatkanya.
Seperti yang diungkapkan “Novita Saraswati” mahasiswi UIN Syarih
Hidayatullah Jakarta mengatakan: “saya merasa ibadah saya sangat kurang apabila
saya tidak menjalankan ibadah yang wajib dijalankan, seperti dalam cara
berpakaian saya, karena hal itu saya jadi bermotivasi untuk berpakaian muslimah
yang benar atau sesuai dengan Islam”.52
Sependapat dengan “Rosita” mengatakan: “untuk menjadi muslimah yang
baik, saya harus menyesuaikan berbusana muslim dengan prilaku saya dalam
kehidupan sehari-hari, karena cara berbusana seseorang dapat mencerminkan
prilakunya”.53
Dalam pandangan Islam, aurat merupakan sesuatu yang diharamkan untuk
diperlihatkan, karena aurat dapat memancing timbulnya nafsu birahi. Wanita
muslimah adalah wanita yang mampu menjaga kehormatannya dan berakhlak baik
sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, karena dengan menjaga kehormatannya mereka
sudah mampu menjalankan syariat-syariat islam dan akan selalu tehindar dari
kejahatan-kejahatan yang secara tidak langsung bisa datang tanpa mereka sadari.
51 Wawancara dengan “Anita H.E.W”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 26 Mei 2008 52 Wawancara dengan “Novita Saraswati”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 10 Mei 2008 53 Wawancara dengan “Rosita”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 12 Mei 2008
Dengan berbusana muslimah akan secara tidak langsung dapat mengubah prilaku,
karena adanya tuntutan yang mengharuskan individu tersebut selalu beraklak dan
berprilaku baik. Berdasarkan perbuatan baik yang telah mendarah daging pada diri
seorang muslimah, maka allah akan memuliakannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di UIN Syarif
Hidayatulla Jakarta, banyak dari mereka bermotivasi manggunakan busana
muslimah hanya karena ada tuntutan dari kampus yang mewajibkan mahasiswi
menggunakan busana muslimah di wilayah kampus, karena secara tidak langsung
aturan kampus yang menjadikan mereka menggunakan busana muslimah, tapi
cara berbusa muslimah mereka tidak sesuai dengan syariat yang diharuskan oleh
Islam. Jadi mereka kebanyakan mau tidak mau memakai busana muslimah karena
peraturan yang menuntut mereka berkawajiban menggunakan busana muslimah.
Dari hasil penelitian yang didapat penulis di UIN Syarif Hidayatulla Jakarta
tentang mahasiswi yang menggunakan busana muslim hanya karena tuntutan atau
peraturan dari kampus, yang menjadikan mereka menggunakan busana muslimah,
tapi cara berpakaianya tidak sesuai dengan syariat yang di wajibkan Islam. Ini
seperti yang diungkapkan oleh informan “Sherra “ mengatakan : “Memang saya
menggunakan busana muslim hanya karena tuntutan atau peraturan yang
mewajibkan memakai busana muslim dikampus, karena buat apa memakai busana
muslimah, tetapi hatinya belum sesuai dengan pakaian yang dipakai”.54
Sependapat dengan seorang informan “Della” yang mengatakan: “saya
masih merasa canggung untuk menggunakan busana muslim, karena saya diluar
54 Wawancara dengan “Sherra”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 Maret 2008
kampus masih tidak menggunakan busana muslimah atau tidak menggunakan
jilbab”.55
Dari hasil penelitian dengan cara wawancara dan observasi didapat dari
beberapa mahasiswa yang berbusana muslim, mereka menggunakannya hanya
karena ada tuntutan atau peraturan yang mewajibkan mereka berbusana muslim.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa informan dapat dijelaskan bahwa
cara berbusana seseoarang dapat mencerminkan prilaku sosial keagamaanya.
55 Wawancara dengan “Della”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian yang penulis lakukan dari beberapa informan mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan kesimpulan bahwa adanya faktor-faktor
yang mendorong mereka untuk menggunakan busana muslim itu bervariatif,
diantaranya:
1. Untuk melaksanakan syariat-syariat Islam sebagaimana Islam telah
menitik beratkan pada pemakaian busana muslimah.
2. Untuk menjaga kehormatannya, maka itu mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta berupaya menjaga dan melindungi auratnya.
3. Untuk menjaga diri dan memperbaiki akhlak pribadi
4. Agar menjadi muslimah sejati, yang sesuai dengan yang di cintai ALLAH
SWT.
5. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, mahasiswi berpakaian atau
berbusana muslimah hanya karena untutan lingkungan (aturan kampus).
Sebagaimana yang telah penulis kemukakan diatas mengenai busana
muslimah refleksi dari prilaku sosial keagamaan mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, karena secara tidak langsung penampilan cara berbusana
seseorang dapat mencerminkan pribadi dan keberagamaan seseorang.
B. SARAN-SARAN
Saran-saran ini ditunjukan kepada mahasiswi UIN syarif Hidayatullah
Jakarta, dan juga bagi para pembaca semua dengan maksud agar selalu menjaga
dan menutupi auratnya dengan menggunakan busana muslim yang sesuai dengan
yang dianjurkan atau sesuai dengan syariat-syariat Islam, diantaranya:
1. Demi kehormatan perempuan muslimah khususnya mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan demi harmonisasi bersama diharapkan menjaga
dan melestarikan cara berpakaian yang sesuai dengan yang diajarkan
Islam.
2. Mengingat cara berbusana muslim bagi wanita yang sudah dewasa atau
sudah akhil baliq di wajibkan untuk menutup auratnya, maka penulis
menganjurkan kepada semua mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk menutup auratnya walau tidak berada dilingkungan kampus, tetapi
dilakukan dimanapun berada.
3. Bagi mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam berprilaku harus
disesuaikan dengan pakaian yang dipakaianya, agar pakaian busana
muslimnya dapat mencerminkan dampak positif bagi pemakainya.
4. Untuk mahasiswi UIN Syarif Hidayatulla Jakarta jangan pernah
terpengaruh dengan lingkungan yang dapat merusak citra berbusana
muslim, apalagi sekarang pergaulan bebas sudah merajalela pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA Abu Malik, Syaikh, Panduan Beribadah Khusus Wanita, Jakarta, Almahira, 2007 Acong, Djamaludin, Psikologi Islam, Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi Amin, Syahrul, Menuju Persaingan Pokok Islam, Yogyakarta, Salahuddin Press, 1983 Arifin, Psikologi Da’wah Suatu Pengantar Studi, Jakarta, Bulan Bintang, 1977 Connolly, Peter, Aneka Pendekata Studi Agama, Yogyakarta, LkiS, 2000 Dea, Thomas F.O, Sosiologi Agama: suatu Pengantar Awal,Jakarta, CV.
Rajawali, 1985 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1979 Dirgagunarsa, Singgih, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta, PT Mutiara, 1983 Gazalba, Sidi, Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta, 1976 Hamka, Membahas Tentang Soal-soal Islam, Jakarta, Dharma Caraka, 1985 Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2000 Maududi, Abdul a’la, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim, Jakarta, 1976 Mulyadi, Yad, Panduan Sosiologi, Jakarta, Yudistira, 1995 Notingham, Elizabeth K, Agama dan Masyarakat : Suatu Pengantar Sosiologi
Agama, Jakarta, 1997 Poloma, Margareth M., Sosiologi Kontemporer Jakarta, PT.Raja Grafindo
Persada,2000 Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rekaman Media
Massa, Humas UIN Puspito, Hendro, Sosiologi Agama, Yogyakarta, Kanisius, 2000 Qonita, Arina, Jibab dan Hijab, Jakarta, Bina Mitra Press, 2001 Rakhmat, Jalaludin, Islam Alternatif, Bandung, Mizan, 1997 Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta, Kalam Mulia, !997
Ramayulis, Psikologi agama, Jakarata, Kalam Mulia, 2003 Shihab, M. Quraish, Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah, Jakarta: Lentera Hati, 2004 Surtiretna, Nina, Anggun Berjilbab, Bandung, Mizan, 1995 Sunanto Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI, 2000 Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana
Yogya,1992
Lampiran:
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Rhadiqah
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Jurusan : BPI
Semester : II
Hari/ tanggal : 11 mei 2008
Tempat wawancara : Kantin Dakwah
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: busana muslim itu busana yang menutup aurat
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak SMP
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: awalnya karena paksaan, tapi lama-lama keterusan
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: wajib
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: untuk mendekatkan diri pada allah
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: manfaatnya bisa untuk menjaga diri dan menjadi intropeksi diri
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: risih dan gerah
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: lebih bagus
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: karena lebih baik untuk memakainya
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: seharusnyanya seperti itu
12. Mengapa?
Jawab: malulah sama pakaian yang digunakannya
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: busana bukan suatu penghalang untuk kita bergaul
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: iya
16. Mengapa?
Jawab: karena setiap pergaulan ada batasannya
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: dalam tahap proses
18. Mengapa?
Jawab: karena saya masih harus banyak belajar
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: tidak
20. Mengapa?
Jawab: karena terlalu bebas, menjadikan diri kita kurang terkontrol
Informan
(Rhadiqah)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Nurlaily fitria
Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat
Jurusan : TH
Semester : VI
Hari/ tanggal : 20 mei 2008
Tempat wawancara : Di fakultas
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: busana yang dikenakan wanita muslim yang menutupi aurat
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak kecil
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: sediri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: sah-sah saja, tetapi tergantung si wanita yang akan mengenakannya
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: lebih kelihatan dewasa
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: jauh dari kesan yang buruk
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: nyaman
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: karena kalau hanya dilingkungan kampus saja, berarti memakainya
bukan karena keinginan sendiri
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: tergantung
12. Mengapa?
Jawab: karena zaman sekarang banyak yang memakai jilbab tetapi
prilakunya tidak mencerminkan
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: karena itu sudah menjadi pakaian sehari-hari
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: karena bergau tergantung kitanya, bukan pakaiannya
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: kadang-kadang
18. Mengapa?
Jawab: tergantung sikon
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: tidak
20. Mengapa?
Jawab: karena terlalu bebas
Informan
(Nurlaily Fitria)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Dian Rahmadani
Fakultas : Saintek
Jurusan : SI
Semester : IV
Hari/ tanggal : 27 mei 2008
Tempat wawancara : Di Saintek
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: busana yang tertutup atau busana yang menutup aurat
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak kuliah di UIN Jakarta
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: peraturan kampus
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: ga harus, soalnya memakai busana muslimah ga mesti yang sudah
ahkil baliq, anak- anak juga boleh asalkan sudah berniat
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: ingin belajar menjadi wanita muslimah yang baik
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: terhindar dari orang yang inggin berbuat jahat, tidak kepanasan,
dan kulit tidak menjadi hitam
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: gerah, panas
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, jadi terbiasa
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: ya
10. Mengapa?
Jawab: karena memakai busana muslimah adalah peraturan kampus
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: tidak juga
12. Mengapa?
Jawab: karena baju tidak menjamin prilaku seseorang
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: karena untungnya teman-teman saya menerima apa adanya
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: karena busana muslimah tidak mambatasi saya dalam bergaul
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: biasa saja
18. Mengapa?
Jawab: karena kalau terlalu dalam, takut terkena ajaran sesat atau ga bener
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: biasa saja
20. Mengapa?
Jawab: tidak kenapa-napa.
Informan
(Dian Rahmadani)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Liana
Fakultas : Dakwah dan komunikasi
Jurusan : BPI
Semester : II
Hari/ tanggal : 17 maret 2008
Tempat wawancara : Kantin
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: busana muslim itu yang menutup aurat
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak SMA
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: kesadaran sendiri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: menurut saya wajib
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: kelihatan lebih anggun
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: ingin terlihat dewasa
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: rasanya pertama kali, gerah banget tapi lama-lama jadi terbiasa
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, rasanya jadi lebih dewasa
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: bagusnya begitu
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab:
12. Mengapa?
Jawab:
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak juga
14. Mengapa?
Jawab: karena saya masih baru mengenakannya
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: karena sudah terbiasa
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: iya
18. Mengapa?
Jawab: karena tergantung yang menjalankan, kalo orangnya supel pasti
gampang dapat teman
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: ga banget
20. Mengapa?
Jawab: karena merusak moral
Informan
(Liana)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Anita H.E.W
Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat
Jurusan : AF
Semester : VI
Hari/ tanggal : 26 mei 2008
Tempat wawancara : Di fakultas
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: untuk menutupi aurat dan menjauhkan dari orangyang matanya
belang
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sesudah baliq atau beranjak dewasa
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: atas kesadaran sendiri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: menurut saya sah-sah saja bagi yang ingin memakainya
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: atas kemauan sendiri
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: manfaat bagi pribadi saya untuk kenyamanan batin saya tersendiri
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: ah biasa saja
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, yaitu saya menjadi lebih dewasa
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: karena dirmanapun saya berada,saya menggunakan busana
muslimah
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: tergantung pendiriannya, bagaimana dia menyikapi dirinya dalam
penampilan
12. Mengapa?
Jawab: karena tidak semua wanita berbusa muslim berkpribadian baik
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: saya tidak pernah merasa terganggu dengan penampilan saya
14. Mengapa?
Jawab: buat saya tidak ada masalah
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak juga
16. Mengapa?
Jawab: karena saya orangnya cepat bergaul dengan sapa saja
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: mudah-mudahan
18. Mengapa?
Jawab: dari kecil kedua orang tua saya sudah mengajari ilmu agama
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: antara setuju dan tidak setuju
20. Mengapa?
Jawab: karena terlalu bebas, takut jadi keterusan
Informan
(Anita H.E.W)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Arini
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi
Semester : II
Hari/ tanggal : 28 april 2008
Tempat wawancara : Di fakultas
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: busana yang menutup aurat seorang wanita
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak kuliah di UIN Jakarta
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: karena kondisi yang mangharuskannya
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: sebetulnya dalam islam diwajibkan
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: menjadi pribadi yang dipandang lebih baik
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: kalau pulang malem cowo-cowo ga gangguin
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: panas banget, apalagi siang
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ga ada
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: iya
10. Mengapa?
Jawab: masih belum siap
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: harusnya sih begitu
12. Mengapa?
Jawab: ya karena sebagai seorang muslimah, ya harus menujukan seperti
apa agama kita itu
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: sekarangkan zamannya toleransi
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: karena kalau maen saya tidak pakai jilbab
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: insya Allah, saya lagi berusaha
18. Mengapa?
Jawab: saya mau menjadi manusia yang disayang Allah
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: tidak setuju
20. Mengapa?
Jawab: bahaya banget, karena saya masih menjunjung nilai-nilai moral
Informan
(Arini)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Syifa
Fakultas : Psikologi
Jurusan : Psikologi
Semester : IV
Hari/ tanggal : 20 April 2008
Tempat wawancara : Kantin
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: penutup aurat yang memiliki syarattidak ketat, tidak trasparant,
terbuat dari bahan yang tebal
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: kelas empat SD
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: sendiri donk
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: setuju
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: kewajiban
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: lebih enak, santay
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab:biasa saja
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, pengontrolan diri
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: sama aja boong kalau dikapus aja
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: idealnya begitu, tapi belum tentu
12. Mengapa?
Jawab: karena salah satu manfaat membentuk prilaku menjadi lebih baik
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak sama sekali
14. Mengapa?
Jawab: berpakaian muslimah tidak akan menggangu keseharian kita
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: buat apa dijadikan masalah, santay aja
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: bisa iya bisa tidak, tapi sejauh ini berusaha terus
18. Mengapa?
Jawab: ga ada ruginya menjalankan perintah agama
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: ya ga
20. Mengapa?
Jawab: karenasemua hanya kerugian yang didapat
Informan
(Syifa)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Dalla Shohihah
Fakultas : Psikologi
Jurusan : psikologi
Semester : IV
Hari/ tanggal : 20 April 2008
Tempat wawancara : Kantin
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: pakaian wanita yang manutupi aurat
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: SMP
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: awalnya tuntutan pesantren, tapi sekarang sudah mau sendiri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: setuju banget
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: kewajiban
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: jauh dari mudhorot
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: ribet, tapi sekarang sudah terbiasa
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, jadi ngerasa aman aja
9. Apakah anda menggunakai busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: kadang-kadang
10. Mengapa?
Jawab: tapi tetap pake jilbab walau kadang pake celana pendek
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: iya
12. Mengapa?
Jawab: karena malu sama baju
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak sama sekali
14. Mengapa?
Jawab: kan santay aja
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: bergaul tidakdiukur dari pakaian
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: insya Allah
18. Mengapa?
Jawab: hanya allah yang tau
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: kurang setuju
20. Mengapa?
Jawab: parah-parah
Informan
(Dalla Shohihah)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Novita Saraswati
Fakultas : Saintek
Jurusan : SI
Semester : IX
Hari/ tanggal : 10 mei 2008
Tempat wawancara : Kantin dakwah
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: pakaian yang tidak memperlihatkan aurat
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak SD
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: atas kesadaran sendiri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: harus, karena wajib
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: agar terhidar dari godaan dan nafsu para pria
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: labih terasa aman dan nyaman
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: nyaman
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, jadi labih beribawa
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: karena saya menggunakan busana muslimah bukan karena paksaan
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: tentunya
12. Mengapa?
Jawab: karena pakaian itu bisamencerminkan pemakainya
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: karena sudah merasa nyaman
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: malah karena memakai busana muslimah, teman saya menjadi
bertambah
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: ya kadang-kadang
18. Mengapa?
Jawab: karena saya masih bendel
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab:tergantung
20. Mengapa?
Jawab: tapi kalau sudah keluar batas, saya tidak suka
Informan
(Novita Saraswati)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Rosita
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : -
Semester : IX
Hari/ tanggal : 12 mei 2008
Tempat wawancara : Di depan kampus
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: pakaian yang tidak memperlihatkan aurat
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak SD
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: atas kesadaran sendiri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: harus, karena wajib
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: agar terhidar dari godaan dan nafsu para pria
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: labih terasa aman dan nyaman
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: nyaman
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, jadi labih beribawa
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: karena saya menggunakan busana muslimah bukan karena paksaan
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: tentunya
12. Mengapa?
Jawab: karena pakaian itu bisamencerminkan pemakainya
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: karena sudah merasa nyaman
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: malah karena memakai busana muslimah, teman saya menjadi
bertambah
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: ya kadang-kadang
18. Mengapa?
Jawab: karena saya masih bendel
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab:tergantung
20. Mengapa?
Jawab: tapi kalau sudah keluar batas, saya tidak suka
Informan
(Rosita)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Siti Muhtalifah
Fakultas : Adab
Jurusan : BSI
Semester : IV
Hari/ tanggal : 16 mei 2008
Tempat wawancara : Kantin dakwah
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: busan ang tertutup dan menutup aurat
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak SMP
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: sendiri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: wajib
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: karena sudah kewajiban
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: terlindung dari mata lelaki yang jelalatan
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab:biasa saja
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, jadi lebih sopan
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: karena sudah kewajiban kita sebagai seorang muslim
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: iya
12. Mengapa?
Jawab: adalah busana itu adalah cerminan seseorang
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: karena orang lain dapat mamahami kita
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: karena laki-laki danwanita sama saja
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: lumayan
18. Mengapa?
Jawab: karena agama adalah tiangnya agama
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: kurang setuju
20. Mengapa?
Jawab: karena mereka terlalu bebas
Informan
(Siti Muhtalifah)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Elvi Sari
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : -
Semester : -
Hari/ tanggal : 05 agustus 2007
Tempat wawancara : Di kampus
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: yang tertutup
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak SD
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: karena aturan sekolah
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: kalau manurut saya, tergantung pribadi masing-masing
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab:inggin beribadahyang khusuk
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: terhinda dari orang-orang jahat
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab:biasa saja
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: lebih rapih
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: ya
10. Mengapa?
Jawab: karena saya belum siap menggunakannya
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: ya
12. Mengapa?
Jawab: buat pa manggunakan busana muslimah, tapi hatinya busuk
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tergantung situasi
14. Mengapa?
Jawab: karena bial ada acara yang mewajibkan memakai busana muslima,
saya pasti akan memakinya
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: tergantung situasi
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: lumayan
18. Mengapa?
Jawab: karena saya mempunyai agama
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: tergantung
20. Mengapa?
Jawab: jika kita bisa menjaga diri, pasti kita tidak akan ikut-ikutan
Informan
(Elvi Sari)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Della
Fakultas : adab
Jurusan : BSI
Semester : IV
Hari/ tanggal : 28 maret 2008
Tempat wawancara : Di rumah
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: tertutup dan sopan
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak kuliah di UIN Jakarta
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: paksaan
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: menurut saya wajib, tapi tidak perlu dipaksakan juga
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: menutup aurat
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: lebih kelihatan sopan
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: marasa nyaman
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: sedikit
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: iya
10. Mengapa?
Jawab: karena kampus menuntut saya makaijilbab
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: iya
12. Mengapa?
Jawab: karena prilaku harus sesuai dengan penampilan
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak juga
14. Mengapa?
Jawab: karena sudah terbiasa
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: karena setiaporang ingin bergaul dengan saya
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: belum 100%
18. Mengapa?
Jawab: karena masih banyak setan yang menggoda
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: setuju
20. Mengapa?
Jawab: kalau selama pergaulannya itu masih dapat ditoleransi
Informan
(Della)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Widya Komariah
Fakultas : Syariah
Jurusan : -
Semester : -
Hari/ tanggal : 28 april 2008
Tempat wawancara : Di kantin dakwah
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: pakaian yang menutup dari kepala hingga kaki, hanya muka dan
telapak tangan yang terlihat
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: kalau hanya kekampus saja
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: karena peraturan kampus
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: memang wajib hukumnya
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: menghormati peraturan yang ada
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: menjaga dari perbuatan orang-orang yang jahat
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: rasanya aneh dan ribet
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ya lebih cantik sich
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: ya
10. Mengapa?
Jawab: karena memang dari hati belum siap
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: tidak tau juga
12. Mengapa?
Jawab: tapi sebenarnya memang harus malu, tapi saya masih belum niat
dalam hati
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak juga
14. Mengapa?
Jawab: karena sudah lumayan nyaman, jadi dibawa santay aja
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: tidak merasa dibatasi kalau hati ikhlas
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: lumayan
18. Mengapa?
Jawab: karena kadang saya masih suka nakal sich
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: tidak
20. Mengapa?
Jawab: karena sudah banyak anak muda yang tidak jelas kerena masuk
dalam dunia bebas
Informan
(Widya Komariah)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Elvi
Fakultas : Syariah
Jurusan : -
Semester : VIII
Hari/ tanggal : 18 Mei 2008
Tempat wawancara :
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: pakaian yang menutup aurat dari kaki hingga kepala
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak kuliah
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: sendiri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: kewajiban
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: untuk memperbaiki diri sebagai seorang muslimah
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: banyak, seperti jadi lebih berfikir dewasa
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: merasa nyaman
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, jadi tambah percaya diri
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: karena didalam dan diluar kampus saya menggunakan busana
muslimah
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: tidak juga
12. Mengapa?
Jawab: semua tergantung pribadi masing-masing
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: karena sudah mulai terbiasa
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: kerena semua tergantung orangnya
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: masih dalam tahap pembelajaran
18. Mengapa?
Jawab: karena saya masih merasa benyak kekurangan
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: setuju saja
20. Mengapa?
Jawab: selama semua itu masih dalam batas normal
Informan
(Elvi)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Sandra Andriyani
Fakultas : Dirasat Islamiyah
Jurusan : -
Semester : -
Hari/ tanggal : 23 desember 2007
Tempat wawancara : Di kampus
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: busana yang wjib dikenakan bagi wanita yang sudah dewasa atau
ssudah akhil baliq
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak kelas satu SMA
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: atas kesadaran sendiri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: wajib hukumnya
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: untuk menunaikan kewajiban
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: membuat saya nyaman
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: bahagia banget
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada insyaallah
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tentu tidak
10. Mengapa?
Jawab: karena bagi wanita yang sudah akhil baliq wajib hukumnya
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: tentunya
12. Mengapa?
Jawab: karena itu senjata akhlaqul kharimah
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: karena busana muslimah bukan penghalang dalam bergaul
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: karena saya sudah terbiasa menggunakannya
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Isalam?
Jawab: insyaallah
18. Mengapa?
Jawab: karena wjib bagi semua umat muslimah
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: tergantung
20. Mengapa?
Jawab: jika yang dimaksud sudah keluar dari syariat islam, saya tidak
setuju
Informan
(Sandra Andriyani)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Eli
Fakultas : Kedokteran
Jurusan : -
Semester : -
Hari/ tanggal : 15 mei 2008
Tempat wawancara : Kampus
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: busa yang tertutup
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak SMU
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: sendiri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: wajib
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: melaksanakan kewajiban sebagai seorang mulimah
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: menambah percaya diri
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: nyaman
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, mejadi lebih sopan
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: karena sudah terbiasa
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: ya
12. Mengapa?
Jawab: karena busana dapat menilai pribadi seseorang
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: karena semua orang dapat menerima penampilan saya
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab:tergantung pribadinya
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: biasa saja
18. Mengapa?
Jawab: karena kadang suka males-malesan
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: tidak
20. Mengapa?
Jawab: karena dapat merugikan diri sendiri
Informan
(Eli)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Yanti Pia
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi
Semester : VIII
Hari/ tanggal : 09 April 2008
Tempat wawancara : Kantin dakwah
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: busana yang menutup aurat
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak SMU
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: sendiri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: wajib
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: mengikuti ajaran agama
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: menjadi lebih nyaman dan dewasa
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: nyaman
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: ada, jadi dewasa
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: tidak
10. Mengapa?
Jawab: karena saya sudah terbiasa
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: iya
12. Mengapa?
Jawab: karena busana dapat menilai pribadi seseorang
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak
14. Mengapa?
Jawab: dalam pergaulan tidak perlu ada perbedaan
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: karena teman-teman saya asik-asik
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: biasa saja
18. Mengapa?
Jawab: karena kadang-kadang masih suka meles
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: tidak
20. Mengapa?
Jawab: karena dapat merusak generasi muda
Informan
(Yanti Pia)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Sherra
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi
Semester : -
Hari/ tanggal : 28 maret 2008
Tempat wawancara : Di ekonomi
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: tertutup dan sopan
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak kuliah di UIN Jakarta
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: paksaan
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana
menurut pengetahuan anda?
Jawab: menurut saya wajib, tapi tidak perlu dipaksakan juga
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: menutup aurat
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: lebih kelihatan sopan
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah?
Jawab: marasa nyaman
8. Adakah perubahan yang anda rasakan?
Jawab: sedikit
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan
kampus?
Jawab: iya
10. Mengapa?
Jawab: karena kampus menuntut saya makaijilbab
11. Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan
prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: iya
12. Mengapa?
Jawab: karena prilaku harus sesuai dengan penampilan
13. Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan
busana muslimah?
Jawab: tidak juga
14. Mengapa?
Jawab: karena sudah terbiasa
15. Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul?
Jawab: tidak
16. Mengapa?
Jawab: karena setiaporang ingin bergaul dengan saya
17. Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam?
Jawab: biasa saja
18. Mengapa?
Jawab: karena masih banyak setan yang menggoda
19. Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang?
Jawab: setuju
20. Mengapa?
Jawab: kalau selama pergaulannya itu masih dapat ditoleransi
Informan
(Sherra)
top related