gangguan dismorfik tubuh pada remaja

Post on 27-Dec-2015

65 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Gangguan Dismorfik Tubuh pada Remaja

Pembimbing : dr. Irmansyah, SpKJ (K)

Kelompok :Elvina Kustanto

(406138101)Ratih Sri Adi Utami (406138102)Maria Dinarty (406138104)Ivan Leonard Winardy Oei

(406138142)Adhitia Mahardika

(406138097 )

Masa RemajaKeadaan sakit ancaman yang sangat berarti jadi

khayalan yang dependen (tidak bebas/ terikat) justru pada saat independensi (bebas) hal yang sangat vital baginya.

Bisa menjadi seorang pasien yang :◦ pemarah,◦ menentang atau memberontak,◦ sangat tidak kooperatif,

Pemisahan dari teman-temannya dan kegiatannya dapat menempatkan remaja dalam stress yang berat.

Masa dewasa Sakit merasakan sebagai

terhenti atau terhambatnya produktivitas.

Banyak juga yang mengkhawatirkan akan terjadinya perubahan dalam kualitas hubungan intim.

Dokter yang mengenali gejala depresi pada pasiennya akan membantu menanggulanginya selama dalam proses perjalanan sakit kearah kesembuhan.

GANGGUAN DISMORFIK TUBUH

Gangguan dismorfik tubuh mulai di kenal dan diberi nama dismorfofobia sejak lebih dari 100 tahun yang lalu oleh Emil Kraepelin, yang menganggap gangguan ini sebagai neurosis kompulsif .

Pierre Janet menyebutnya obsession de la honte du corpus (obsesi rasa malu akan tubuh).

Freud menulis keadaan pada diskripsi mengenai wolf-man yang peduli akan hidungnya secara berlebihan. 

DefinisiGangguan yang memiliki

perasaan subjektif yang pervasif mengenai keburukan beberapa aspek penampilan, walaupun penampilan mereka hampir normal atau normal.

Inti gangguan keyakinan atau ketakutan seseorang yang kuat bahwa dia tidak menarik atau menjijikan.

Epidemiologi

Satu Studi pada satu kelompok mahasiswa perguruan tinggi menemukan bahwa lebih dari 50% mahasiswa sedikitnya memiliki beberapa preokupasi terhadap aspek tertentu penampilan mereka dan pada 25% mahasiswa memiliki kekhawatiran tersebut, sedikitnya memiliki beberapa efek yang signifikan terhadap perasaan dan fungsi mereka.

Awitan usia yang paling lazim ditemukan adalah antara usia 15 -30 tahun (masa remaja dan dewasa muda). Perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Pasien yang mengalami gangguan ini cenderung tidak menikah. Biasanya gangguan ini dapat timbul bersamaan dengan gangguan jiwa lain.

Satu studi menemukan bahwa lebih dari 90% pasien dengan gangguan ini pernah mengalami episode depresif berat didalam hidup mereka, kira-kira 70% pernah mengalami gangguan ansietas, dan kira-kira 30 % pernah mengalami gangguan psikotik.

Studi lain menemukan bahwa rata-rata pasien memiliki kekhawatiran mengenai 4 daerah tubuh selama perjalanan gangguan ini.

Sebanyak sepertiga pasien dapat mendekap dirumah karena khawatir diejek untuk deformitas yang diduga dan seperlima pasien mencoba bunuh diri.

Seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, diagnosis komorbid, gangguan depresif dan gangguan ansietas lazim ada dan pasien juga memiliki ciri obsesif kompulsif, skizoid, dan gangguan kepribadian narsisistik

Etiologi  Penyebab gangguan ini tidak diketahui.

Komorbiditas yang tinggi dengan gangguan yang depresif, riwayat keluarga dengan gangguan mood dan gangguan obsesif kompulsif yang lebih tinggi dari yang diperkirakan, serta responsifitas keadaan tersebut terhadap obat yang spesifik serotonin menunjukan bahwa sedikitnya pada beberapa pasien patofisiologi gangguan ini melibatkan serotonin dan dapat terkait dengan gangguan jiwa lain.

Konsep stereotipik mengenai kecantikan ditekankan pada keluarga tertentu dan didalam budaya dapat mempengaruhi pasien dengan gangguan dismorfik tubuh secara signifikan. Pada model psikodinamik, gangguan dismorfik tubuh dilihat sebagai tindakan mementingkan konflik seksual atau emosional ke bagian tubuh yang tidak berkaitan. Hubungan tersebut terjadi melalui mekanisme pertahanan represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi, proyeksi. 

Faktor resiko

Lingkungan

Genetik dan

Psikologikal

PatofisiologiMeskipun pemahaman tentang patofisiologi

gangguan dismorfik tubuh masih terbatas, hal ini tetap merupakan subjek dalam berbagai penelitian.

Beberapa studi telah meneliti peran kausal dari gangguan transmisi serotonergik.

Hal ini didasarkan dari bukti yang menggambarkan efektivitas SSRI dalam pengobatan gangguan dismorfik tubuh.

Secara keseluruhan, peran transmisi serotonergik sebagai penyebab gangguan dismorfik tubuh tetap menjadi subyek penelitian yang tetap diselidiki.

Selain penyebab neurotransmitter dalam gangguan dismorfik tubuh, beberapa model perilaku kognitif telah dikembangkan untuk menjelaskan gangguan ini.

Meskipun diakui bahwa kebanyakan orang menemukan setidaknya 1 aspek dari penampilan mereka di mana mereka tidak puas, orang dengan gangguan dismorfik tubuh lebih dirasakan terobsesi pada cacatnya.

Orang-orang ini dipercaya menggunakan proses maladaptif kognitif yang menyebabkan penekankan berlebihan tentang pentingnya daya tarik yang dirasakan.

Berdasarkan logika ini, individu dengan gangguan dismorfik tubuh, menempatkan penekanan yang tidak proporsional pada daya tarik fisik, memandang dirinya secara negatif, juga mengalami rasa rendah diri, gelisah, malu, dan kesedihan.

Orang-orang ini menggunakan metode koping yang maladaptif seperti menatap cermin atau penghindaran.

Gambaran klinis  Kekhawatiran yang paling lazim mencakup ketidaksempurnaan wajah,

terutama meliputi anggota tubuh tertentu (contohnya hidung). Kadang-kadang, kekhawatiran ini bersifat samar dan sulit dimengerti seperti kekhawatiran yang berlebihan terhadap dagu yang bergumpal.

Gejala terkait yang wajib ditemukan mencakup gagasan atau waham rujukan (biasanya mengenai orang yang memperhatikan ketidaksempurnaan tubuh), baik berkaca yang berlebihan maupun menghindari permukaan yang dapat memantul, serta upaya menyembunyikan deformitas yang dianggap ( dengan tata rias atau pakaian) efeknya pada kehidupan seseorang dapat signifikan, hampir semua pasien dengan gangguan ini menghindari pajanan sosial serta pekerjaan.

Bagian tubuh yang sering menjadi perhatian adalah rambut, buah dada, dan genitalia.

Varian lain terjadi pada pria adalah hasrat untuk membesarkan otot-otot tubuhnya yang usaha tersebut sampai mengganggu kehidupan sehari-hari, pekerjaan atau kesehatannya.

 

Diagnosis BandingAnoreksia nervosaGangguan identitas genderBeberapa jenis kerusakan otak

tertentu (sindrom acuh/necleg)Depresi Gangguan cemasGangguan psikotik

Perjalanan gangguan dan prognosisAwitan gangguan dismorfik tubuh biasanya

bertahap. Orang yang mengalami gangguan ini dapat mengalami kekhawatiran yang bertambah mengenai bagian tubuh tertentu sampai orang tersebut memperhatikan bahwa fungsinya terganggu.

Kemudian orang tersebut dapat mencari pertolongan medis atau bedah untuk menyelesaikan masalah yang diduga. Tingkat kekhawatiran mengenai masalah ini dapat memburuk dan membaik seiring waktu, walaupun gangguan ini biasanya menjadi kronis jika tidak ditangani.

DIAGNOSIS

DSM IV

DSM V

PENATALAKSANAAN

PenatalaksanaanTerapi pada pasien ini dengan prosedur

bedah , dermatologis, dental, prosedur medis lain untuk menyelesaikan defek yang diduga hampir selalu tidak berhasil.

Terapi yang dapat mengurangi gejala gangguan dismorfik tubuh sedikitnya 50 % adalah obat dari golongan SSRI , contohnya fluoksetin dan obat dari golongan TCA, contohnya Clomipiramin.

Tidak diketahui sampai kapan pengobatan dilakukan, oleh karena itu pengobatan harus tetap di lanjutkan

Non Farmakologi: Psikoterapi Terapi atau pengobatan yang

menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerja sama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk mengubah , menghilangkan atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit.

Proses◦Fase awal◦Fase pertengahan◦Fase akhir

PrognosisOnset gangguan dismorfik tubuh biasanya

bertahap. Orang yang terkena mungkin mengalami

peningkatan permasalahan tentang bagian tubuh tertentu sampai orang mengetahui bahwa fungsinya terpengaruh oleh masalah tersebut.

Pada saat itu, seseorang mungkin mencari bantuan medis atau bedah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Tingkat keprihatinan mungkin hilang dan timbul dengan berjalannya waktu, walaupun gangguan dismorfik tubuh biasanya merupakan suatu gangguan kronis jika dibiarkan tanpa diobati.

Kesimpulan

Gangguan dismorfik tubuh adalah suatu preokupasi dengan suatu cacat tubuh yang dikhayalkan atau suatu penonjolan distorsi dari cacat yang minimal atau kecil

Onset ganggguan ini terjadi paling sering pada usia antara 15 dan 30 tahun, dan wanita lebih banyak daripada pria.

Perjalanan penyakit dari gangguan distimik belum jelas sepenuhnya. Namun, diketahui ada beberapa faktor yang berperan seperti faktor biologis, faktor psikososial (contoh: isolasi sosial, kehilangan), strategi koping, stress kronik, gangguan medis kronik, riwayat keluarga, dan stressor sosial.

Gejala gangguan dismorfik tubuh biasanya individu akan diliputi dengan bayangan mengenai kekurangan dalam penampilan fisik mereka, biasanya di bagian wajah, misalnya kerutan di wajah, rambut pada wajah yang berlebihan, atau bentuk dan ukuran hidung.

Diagnosa gangguan dismorfik tubuh mengharuskan suatu preokupasi dengan kecacatan dalam penampilan yang tidak nyata atau penekanan yang berlebihan terhadap kecacatan ringan. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien atau disertai dengan gangguan dalam kehidupan pribadi, sosial, dan pekerjaan pasien.

Tatalaksana gangguan dismorfik tubuh ialah obat-obatan yang bekerja pada serotonin misalnya fluoxetine , pemberian obat antidepresan trisiklik misalnya klomipiramin

Tingkat keprihatinan dalam gangguan ini mungkin hilang dan timbul dengan berjalannya waktu, walaupun gangguan dismorfik tubuh biasanya merupakan suatu gangguan kronis jika dibiarkan tanpa diobati.

Daftar Pustaka Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan

& Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi Kedua. Jakarta: EGC; 2010

Elvira SD. Buku Ajar Psikiatri UI. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2013.

Maslim, Rusdi. Panduan Praktis penggunaan Klinis Obat Psikotropik (psycotropic medication). Edisi ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya;2007

Ahmed I. 2014. Body Dysmorphic Disorder. Diambil dari: http://emedicine.medscape.com/article/291182-overview#showall [Diakses tanggal 9 mei 2014].

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Kaplan dan Sadock: Sinopsis Psikiatri. Tanggerang: Binarupa aksara Publisher

top related