gambaran penurunan kadar hemoglobin tindakan …
Post on 28-Nov-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GAMBARAN PENURUNAN KADAR HEMOGLOBIN
TINDAKAN SEKSIO SESAREA PADA PASIEN DENGAN
OBESITAS, SEKSIO BERULANG, DAN USIA >35 TAHUN DI RS
PRIKASIH PADA TAHUN 2014
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
MOHAMMAD RAMADHIAN PRAWIRO
NIM : 1112103000053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis mampu menuntaskan penulisan
penelitian ini dengan judul “Gambaran Penurunan Kadar Hemoglobin Tindakan
Seksio Sesaria pada Pasien dengan Obesitas, Seksio berulang, dan Usia >35 Tahun di
RS Prikasih pada Tahun 2014”. Dalam pelaksanaan penulisan hasil penelitian ini,
peneliti telah banyak memperoleh bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Terimakasih sebesar-besarnya dipanjatkan untuk Allah SWT pencipta langit dan
bumi serta Nabi Muhammad yang telah membawa panji-panji Islam sehingga
mencapai zaman yang sejahtera.
2. dr. Taufik Zain, SpOG (K) Onk dan dr. Nurul Hiedayati, Ph.D selaku
Pembimbing 1 dan Pembimbing 2 yang telah banyak memberi masukan serta
dukungan berupa motivasi, semangat, dan nasihat. Dan terima kasih atas
bimbingan yang membutuhkan waktu, pikiran, dan tenaga sehingga saya mampu
menuntaskan penelitian ini dengan tepat waktu. Serta,senantiasa memberikan
hasil bimbingan dalam waktu yang cepat walau ditengah-tengah kesibukan setiap
harinya.
3. dr. Ahmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Kepala Program Studi PSPD sebagai
mentor yang setia memberi masukan dan nasihat. Serta Prof. Dr. Arif Sumantri,
S. KM selaku Dekan FKIK.
4. dr. Emy Tri Dianasari, SpOG dan dr. Mery Nitalia, SpPK yang telah bersedia
hadir untuk menguji hasil penelitian serta memberi masukan dan nasihat dalam
laporan penelitian untuk menjadi lebih baik.
5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab Modul Riset yang selalu
mengingatkan dan memotivasi peneliti untuk segera menyelesaikan penelitian.
vi
6. Kepada Ibu saya drg. Retno Poppy Pratiwi, M.Kes. yang telah membimbing,
mendukung, menyayangi, dan mendoakan peneliti agar selalu sukses dalam
menyelesaikan tugas yang dihadapi. Serta kepada Ayah saya drg. Let. Kol. Iwan
Dermawan, S.H., Sp. Ort yang telah menjadi panutan dalam kehidupan sebagai
lelaki di muka bumi. Terima kasih untuk kasih sayang dan doa terus menerus
dipanjatkan oleh mereka berdua agar mempermudah setiap jalan yang saya
tempuh.
7. Kepada Nenek saya yang tercinta Retno Setiawati yang membesarkan dan
mendidik saya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Serta Nenek saya juga
Soemerni yang tiada hentinya memberikan saya nasihat-nasihat hidup.
8. Kepada Alm. Kakek saya, Mohammad Usman dan Soehoed yang telah
menunjukan saya bahwa mimpi dapat digapai dengan penuh tekad dan integritas
sebagaimana perjuangan sepenuh hati pasti dibalas oleh Allah SWT.
9. Kepada teman-teman satu kelompok, Rivki W.S., Yunisa K.R., Ilyas S., Ilham
M., dan Fahmi A. Yang selalu bersama-sama berjuang menyelesaikan skripsi.
10. Kepada teman-teman seperjuangan PSPD 2012 dan 2011 yang selalu mudah
digapai untuk bertanya jika bingung dalam proses pembuatan skripsi.
11. Kepada seluruh lingkungan FKIK yang telah memberikan kemudahan dalam
proses belajar di kampus.
Akhir kata, peneliti bersedia menerima saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan penulisan hasil penelitian ini.
Ciputat, 13 Oktober 2015
Mohammad Ramadhian Prawiro
vii
ABSTRAK
Mohammad Ramadhian Prawiro. Program Studi Pendidikan Dokter.
GAMBARAN PENURUNAN KADAR HEMOGLOBIN TINDAKAN SEKSIO
SESAREA PADA PASIEN DENGAN OBESITAS, SEKSIO BERULANG, DAN
USIA >35 TAHUN DI RS PRIKASIH PADA TAHUN 2014.
Tindakan seksio sesaria tanpa adanya indikasi mengalami peningkatan. Meski
prosedur bertambah aman, namun tetap terdapat peningkatan risiko pada ibu hamil
yang melakukan tindakan ini berupa perdarahan. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat gambaran kadar penurunan kadar hemoglobin(Hb) tindakan seksio sesaria
pada pasien dengan obesitas, seksio berulang, dan usia >35 tahun. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang. Data diperoleh dari rekam
medis pasien yang menjalani tindakan seksio sesaria pada RS Prikasih pada tahun
2014. Sebanyak 16 data rekam medis yang disertakan karena memenuhi kriteria
inklusi. Rata-rata penurunan Hb ibu hamil yang melakukan tindakan seksio sesaria
adalah 1,14+0,9 g/dL. Selain itu pada ibu hamil dengan obesitas (tipe I 1,37+0,78 ;
tipe II 1,98+1,1 g/dL), seksio berulang (2 kali 1,03+0,86 g/dL; 3 kali 1,1 g/dL), dan
usia ibu >35 tahun (1,8+0,99 g/dL).
Kata kunci : Seksio sesarea, kadar hemoglobin, obesitas, seksio berulang, usia >35
tahun.
viii
ABSTRACT
Mohammad Ramadhian Prawiro. Medical Education Study Programme.
Description of Hemoglobin Value Declination in Cesarean Section Patients with
Obesity, Repeat Cesarean Section, and Age >35 years old at Prikasih Hospital in
2014 .
Cesarean section without any indication have been increasing. Even the
safety of procedure also increasing, still there is an increase risk of haemorrhage for
mother. The aim of this study was to investigate the declination of hemoglobin value
in cesarean section in patients with obesity, repeat cesarean section, and age >35
years old. Design of the study is cross sectional. Data were collected from medical
records of mother undergo cesarean section in Prikasih Hospital in 2014. Sixteen
medical history included because match with the inclusion criteria. The average
value of the hemoglobin decline estimation from mother undergoing the cesarean
section is 1,14+0,9 g/dL. Also in mother with obesity (type I 1,37+0,78 ; type II
1,98+1,1 g/dL), repeat cesarean section (2 times 1,03+0,86 g/dL; 3 times 1,1 g/dL),
and advance maternal age (>35 years old 1,8+0,99 g/dL).
Keywords: Cesarean section, hemoglobin value, obesity, repeat cesarean section,
and advance maternal age.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………..i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………..iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....iv
ABSTRAK…………………………………………………………………………..vi
ABSTRACT……………………………………………………………………….....vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………..xiv
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………...xv
BAB I ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................................. 2
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2
x
BAB II .................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1. Landasan Teori ........................................................................................... 4
2.1.1. Fisiologi Darah ................................................................................. 4
2.1.1.1. Plasma .................................................................................... 4
2.1.1.2. Eritrosit ................................................................................... 4
2.1.1.3. Hemoglobin ............................................................................ 4
2.1.2. Cara pemeriksaan Hb ....................................................................... 6
2.1.3. Anatomi Organ Reproduksi Wanita ................................................. 6
2.1.3.1. Uterus ..................................................................................... 6
2.1.3.2. Endometrium .......................................................................... 8
2.1.3.3. Miometrium ........................................................................... 9
2.1.3.4. Vaskularisasi Uterus .............................................................. 10
2.1.4. Hemoglobin pada Kehamilan ........................................................... 12
2.1.5. Tatalaksana ....................................................................................... 12
2.1.5.1. Seksio sesaria ......................................................................... 12
2.1.5.1.1. Sejarah ..................................................................... 13
2.1.5.1.2. Frekuensi ................................................................. 13
2.1.5.1.3. Indikasi .................................................................... 13
2.1.5.1.3.1. Distosia ................................................... 14
2.1.5.1.3.2. Fetal Distress .......................................... 14
xi
2.1.5.1.3.3. Presentasi Abnormal .............................. 14
2.1.5.1.3.4. Seksio sesaria atas permintaan pasien ..... 14
2.1.5.1.4. Teknik ...................................................................... 14
2.1.5.1.5. Komplikasi .............................................................. 14
2.1.5.1.5.1. Perdarahan post-Partum ......................... 14
2.1.5.1.5.1.1. Faktor Predisposisi .............................. 15
2.1.5.1.5.1.1.1. Obesitas ..................................... 15
2.1.5.1.5.1.1.2. Seksio sesaria berulang ............. 16
2.1.5.1.5.1.1.3. Usia ibu > 35 tahun ................... 16
2.2. Kerangka Teori ........................................................................................... 17
2.3. Kerangka Konsep ....................................................................................... 18
2.4. Definisi Operasional ................................................................................... 19
BAB III .................................................................................................................. 21
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 21
3.1. Desain Penelitian ........................................................................................ 21
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 21
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 21
3.3.1. Populasi Subjek Penelitian ............................................................... 21
3.3.2. Besar Sampel .................................................................................... 21
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................ 22
3.3.4. Kriteria Sampel ................................................................................ 22
xii
3.3.4.1. Kriteria Inklusi Rekam Medis ................................................ 22
3.3.4.2. Kriteria Eksklusi ..................................................................... 22
3.4. Cara Kerja Penelitian ................................................................................. 23
3.5. Alur Penelitian ............................................................................................ 24
3.6. Pengolahan dan Analisa Data ..................................................................... 24
3.7. Anggaran Penelitian ................................................................................... 25
3.8. Etika Penelitian .......................................................................................... 25
BAB IV .................................................................................................................. 26
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 26
4.1. Karakteristik Data Penelitian ..................................................................... 26
4.1.1. Rata-Rata Besar Penurunan Kadar Hb pada Seksio sesaria ............. 26
4.1.2. Normal .............................................................................................. 27
4.1.3. Obesita .............................................................................................. 28
4.1.4. Seksio Sesaria Berulang ................................................................... 30
4.1.5. Usia >35 Tahun ................................................................................ 32
4.2. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 34
BAB V ................................................................................................................... 35
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 35
4.3. Kesimpulan ................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 37
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Hemoglobin dari tindakan seksio sesarea ........................................ 26
Tabel 2 Perdarahan pada wanita normal ................................................................ 27
Tabel 3 Perdarahan pada wanita dengan obesitas tipe I ......................................... 28
Tabel 4 Perdarahan pada wanita dengan obesitas tipe II ....................................... 29
Tabel 5 Peradarahan pada wanita dengan seksio berulang ke-2 ............................ 31
Tabel 6 Perdarahan pada wanita dengan seksio berulang ke-3 .............................. 31
Tabel 7 Perdarahan pada ibu dengan usia >35 tahun ............................................. 32
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Molekul globin ...................................................................................... 5
Gambar 2 Anatomi Uterus tampak Lateral ............................................................ 7
Gambar 3 Anatomi Uterus tampak depan .............................................................. 8
Gambar 4 Vaskularisasi Endometrium .................................................................. 9
Gambar 5 Kompresi Pembuluh Darah ................................................................... 10
Gambar 6 Pembuluh Darah Pelvis ......................................................................... 11
Gambar 7 Pembuluh Darah Ovarium Sinistra dan Uterus ..................................... 11
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Riwayat Hidup ........................................................................................................... 43
xvi
DAFTAR SINGKATAN
FKIK = Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Hb = Hemoglobin
PSPD =Program Studi Pendidikan Dokter
UIN =Universitas Islam Negeri
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan seksio sesaria merupakan prosedur pembedahan yang
menggunakan insisi uterus melalui dinding abdomen ibu untuk melahirkan bayi.
Indikasi melakukan tindakan ini adalah jika persalinan pervaginam dapat
membahayakan bayi atau ibu. Pada tahun 2011, indikasi tindakan seksio sesarea
yang paling sering yaitu, distosia, detak jantung fetus abnormal, dan diduga
makrosomia.1
Walaupun terdapat indikasi untuk melakukan tindakan seksio
sesarea, beberapa tindakan dilakukan atas permintaan pasien.2
Pada tahun 1996 sampai 2011, jumlah tindakan seksio sesarea meningkat
tajam.3 Selain itu, terdapat peningkatan tindakan seksio sesaria pada Amerika
Serikat dari 20,7% pada tahun 1996 sampai 32,8% pada tahun 2010.4
Peningkatan
ini dispekulasikan berhubungan dengan meningkatnya kejadian perdarahan
postpartum.5 Oleh karena itu pasien yang menjalani tindakan seksio sesaria
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan post-partum.6
Perdarahan intra-operatif akibat tindakan tersebut dapat diperkirakan sekitar 500
ml sampai lebih dari 1000 mililiter.7
Tindakan transfusi darah sering dilakukan
pada tindakan seksio sesaria dikarenakan perdarahan intra-operatif.8
Terdapat faktor-faktor risiko yang berpotensi besar membuat perdarahan
ketika tindakan seksio sesaria. Faktor-faktor predisposisi yang membantu
terjadinya perdarahan pada tindakan seksio sesaria adalah obesitas, seksio sesaria
berulang, umur lebih dari 35 tahun, mioma uteri, dan plasenta previa.9,10,11
Oleh
karena itu, faktor-faktor predisposisi tersebut membuat seksio sesaria lebih sering
terjadi perdarahan post–partum jika dibandingkan dengan persalinan normal
melalui pervaginam. Di negara berkembang perdarahan ketika persalinan menjadi
penyumbang pertama terhadap kematian ibu.12
Selanjutnya, berdasarkan
Millenium Development Goals yang akan berakhir pada tahun 2015, menurunkan
2
angka kematian ibu merupakan salah satu targetnya.13
Dan, pada riset ini
ditujukan untuk melihat rata-rata penurunan kadar Hb pasien tindakan seksio
sesaria untuk gambaran mengenai tingginya risiko perdarahan yang dapat terjadi.8
1.2. Rumusan Masalah
Berapakah rerata penurunan kadar Hb pada tindakan seksio sesaria.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui rerata penurunan kadar Hb pada seksio sesaria.
1.3.2. Tujuan Khusus
Diketahuinya Kadar Hb sebelum dan sesudah seksio sesaria.
Diketahuinya rerata penurunan kadar Hb sebelum dan sesudah seksio
sesaria.
Diketahuinya gambaran yang mempengaruhi rerata penurunan kadar HB
sebelum dan sesudah seksio sesaria pada pasien dengan obesitas, seksio
berulang, dan usia ibu >35 tahun.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
Peneliti
Menerapkan ilmu riset yang telah diajarkan selama pendidikan dan
menambah ilmu mengenai rata-rata penurunan kadar Hb pada seksio
sesaria dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
.
Masyarakat
Memberikan suatu informasi kepada para wanita yang akan melakukan
tindakan sectio caesarea mengenai tingkat keselamatan prosedur yang
ditinjau dalam segi perdarahan, dengan mengetahui rata-rata penurunan
kadar Hb pada seksio sesaria.
3
Institusi
Memajukan UIN dan FKIK UIN dalam bidang penelitian dengan
menambah literatur kesehatan mengenai rata-rata penurunan kadar Hb
pada seksio sesaria.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Fisiologi Darah
2.1.1.2.Eritrosit
Terdapat 5 juta sel darah merah per kubik milimeter dalam tubuh
seseorang. Sel darah merah memiliki fungsi utama sebagai perangkat transportasi
untuk oksigen, karbondioksida, dan ion hidrogen dalam darah. Fungsi sebagai
transportasi gas dalam tubuh tersebut ditunjang dengan strukturnya. Setiap
eritrosit memiliki diameter 8 mikrometer dan ketebalan 2 mikrometer. Setelah
itu, struktur yang dimiliki oleh eritrosit terbentuk seperti lempengan. Kemudian
pada tengah dari lempengan tersebut ada bagian yang tertekan. Pada bagian ini
memiliki ketebalan sebanyak 1 mikrometer. Bagian tengah yang lebih tipis atau
struktur bikonkaf yang dimiliki oleh eritrosit berfungsi untuk meningkatkan area
permukaan difusi oksigen diantara membran. Selain meningkatkan area difusi,
struktur yang dimiliki oleh eritrosit berfungsi meningkatkan kecepatan difusi
oksigen diantara bagian luar dan terdalam dari sel. Setelah itu, diameter sepanjang
8 mikrometer dapat mengalami deformitas menjadi lebih kecil ketika harus
melalui pembuluh kapiler yang setipis 3 mikrometer. Kemampuan fleksibilitas
yang sangat tinggi, menyebabkan eritrosit dapat mengalami perubahan tersebut
tanpa merusak sel ketika proses deformitas sel menjadi lebih kecil berlangsung.
Kemudian, hal yang paling penting dalam sel eritrosit adalah hemoglobin yang
terkandungnya sehingga dapat mengangkut oksigen atau ion lain ke seluruh
tubuh.14
2.1.1.3.Hemoglobin
Terdapat suatu komponen spesial yang hanya pada eritrosit, yaitu
hemoglobin. Hemoglobin memiliki dua bagian yaitu bagian globin dan heme.
Globin merupakan protein yang terbentuk dari lipatan rantai polipeptida. Dan,
komposisi selain protein yang terkandung adalah besi yang disebut sebagai heme.
Setiap hemoglobin hanya mampu mengangkut empat ion oksigen di paru-paru
5
tubuh. Dan, jika dihitung jumlah total oksigen dalam darah yang terikat pada
hemoglobin adalah sebanyak 98.5%. Hemoglobin tidak hanya berikatan dengan
oksigen. Hemoglobin dapat mengikat karbondioksida, hidrogen, karbon
monoksida, dan nitrit oksida. Karbondioksida terikat oleh hemoglobin untuk
diangkut ke paru-paru. Setelah itu ion hidrogen berguna untuk melihat tingkat
keasaman darah. Karbon monoksida memang tidak secara fisiologis terkandung
dalam darah, namun jika terhirup akan terbentuk ikatan yang lebih kuat dibanding
dengan oksigen pada hemoglobin. Kemudian, nitrat oksida berikatan dengan
hemoglobin yang berguna untuk vasodilatasi pembuluh darah ketika diperlukan
untuk menstabilisasi tekanan darah. Hemoglobin merupakan suatu pigmen yang
secara alami terbentuk warnanya. Warna tersebut berasal dari besi yang
terkandung dalam eritrosit berupa heme. Darah dapat terlihat berwarna merah
dikarenakan heme. Warna merah dapat terlihat pada darah jika kondisi
hemoglobin yang teroksigenasi. Kemudian jika tidak terdapat oksigen, warna
yang akan muncul adalah biru. Oleh karena itu, kedua hal itu yang dapat
memberikan warna darah, tergantung dari terkandungnya oksigen atau tidak.
Sehingga warna darah pada pembuluh arteri ke seluruh tubuh berwarna merah
sedangkan pada pembuluh vena dari seluruh tubuh berwarna biru terkecuali dari
paru-paru.14
Gambar 1. Molekul goblin yang memiliki empat rantai polipeptida dan empat heme11
Dua ratus lima puluh juta hemoglobin berada didalam satu eritrosit. Hal ini
disebabkan karena sel darah merah tidak memiliki nukleus atau organel. Karena
6
pada masa pertumbuhan sel darah merah, struktur tersebut dikeluarkan dari dalam
sel yang dewasa. Dikeluarkannya ini berguna untuk meningkatkan jumlah
hemoglobin yang dapat terkandung di dalam sel darah merah. Dan ini membuat
sel darah merah merupakan kantong yang berisi hanya hemoglobin yang sangat
banyak. Sehingga, setiap satu eritrosit yang ada di dalam darah dapat mengangkut
lebih dari 1 juta molekul oksigen. 14
2.1.2.Cara pemeriksaan Hb
Pemeriksaan hemoglobin berguna untuk menilai kemampuan perfusi
oksigen untuk jaringan. Cara yang biasa digunakan untuk menentukan nilai
hemoglobin adalah menggunakan automated cell counter dari tabung EDTA
yang berisi darah. Dengan cara ini, hemoglobin diubah menjadi colored protein
cyanomethemoglobin. Setelah itu, colored protein cyanomethemoglobin dihitung
dengan colorimeter. Satuan yang dipakai untuk hemoglobin adalah gram per
desiliter (g/dL). Laki-laki memiliki angka normal diantara 14 dan 18 g/dL. Wanita
memiliki angka normal diantara 12 dan 16 g/dL. Jika kondisi hemoglobin lebih
rendah dari angka normal disebut anemia. Jika lebih tinggi disebut eritrositosis.15
2.1.3. Anatomi Organ Reproduksi Wanita
2.1.3.1 Uterus
Dinding yang berotot tebal, sedikit oval, datar pada satu sisinya, dan juga
tidak berisi adalah uterus.16
Rektum pada bagian posterior dan vesika urinaria di
anterior menghimpit organ tersebut yang bertempat pada bagian bawah pelvis
ketika tidak gravid.17
Jika hamil, dinding tersebut bisa membesar sesuai dengan
fetus dan dapat memberikan gaya dorongan ketika partus.18
Lapisan peritoneum viseral melapisi hampir seluruh dari bagian posterior
uterus yang menghadap rectum. Dan hanya bagian atas dari anterior yang terlapisi
oleh peritoneum yang kemudian membentuk vesicouterine pouch di bagian
anterior. Pada bagian posterior, peritoneum membentuk rectouterine pouch atau
pouch of Douglas. Dimana, pada lapisan ini akan dilakukan insisi yang cukup
ketika tindakan seksio sesaria.18
7
Gambar 2. Anatomi Uterus tampak dari Lateral16
Porsi triangular superior terdapat corpus , dan porsi silindris bawah
terdapat cervix. Diantara ostium cervicis interna dan rongga endometrium terdapat
isthmus. Kemudian, bagian cornua dari uterus diantara sudut superior dan lateral
terdapat tuba fallopi. Di segmen bagian atas berbentuk cembung yang disebut
sebagai fundus dimana di kedua bagian lateral terdapat insersi dari tuba fallopi.18
Bagian corpus uterus berisi otot kecuali pada serviks. Rongga bagian
dalam ini cukup sempit karena permukaan bagian dalam ini hampir bersentuhan
antara anterior dan posterior. Pada wanita yang sudah multiparitas memiliki luas
dan berat yang lebih dibanding yang nullipara.18
8
Gambar 3. Anatomi Uterus18
2.1.3.2. Endometrium
Permukaan rongga dalam uterus dilapisi oleh lapisan mukosa yaitu
endometrium. Lapisan epitel, kelenjar, jaringan ikat mesenkim, beserta pembuluh
darah yang banyak merupakan komponen dari endometrium. Terdapat membran
basalis yang merupakan tempat dari penempelan sel-sel columnar yang
membentuk epitel. Kemudian, invaginasi dari epitel akan membentuk kelenjar
uterina. Dan, itu mampu menembus sampai miometrium walau hanya sedikit.
Setelah itu, stroma mesenkim adalah jaringan ikat sepanjang epitelium juga
miometrium. Sepanjang siklus menstruasi ketebalan stroma ini berbeda-beda.
Vaskularisasi uterus dan endometrium berasal dari percabangan
arteri uterurina dan ovarica yang masuk menembus satu per tiga dinding uterus.
Kemudian, arteri tersebut bercabang menjadi arteri arcuata yang berjalan paralel
sepanjang permukaan uterus. Setelah itu, arteri arcuata terbagi menjadi arteri
radialis yang masuk melalui miometrium ke endometrium yang akan berubah
menjadi arteri spiralis. Dimana, satu per tiga bagian dari permukaan endometrium
diperdarahi oleh arteri spiralis. Arteri-arteri ini dapat merespon vasokonstriksi
terhadap hormon, kecuali arteri basalis.18
9
Gambar 4. Vaskularisasi Endometrium18
2.1.3.3. Miometrium
Mayoritas lapisan pembentuk uterus adalah miometrium terkecuali
pada bagian serviks. Lapisan ini terdiri jaringan ikat yang mengikat kumpulan-
kumpulan serabut otot polos. Otot-otot miometrium yang mengelilingi pembuluh
darah sebagai kontrol perdarahan ketika tahap ketiga proses melahirkan. Lapisan
yang lebih luar memiliki jumlah otot polos yang lebih sedikit dibanding lapisan
yang lebih dalam pada bagian corpus uterus. Begitu juga bagian lateral memiliki
jumlah otot polos yang lebih sedikit dibanding bagian anterior dan posterior.18
10
Gambar 5. Kompresi Pembuluh Darah18
2.1.3.4. Vaskularisasi Uterus
Pembuluh darah yang merupakan cabang dari arteri illiaca communis
adalah arteri illiaca internus. Kemudian, arteri tersebut bercabang menjadi arteri
uterina. Arteri ini berjalan melalui broad ligament dan bergerak medial yang
berakhir di bagian sisi dari uterus. Bagian superior membentuk cabang utama
yang memperdarahi bagian uterus dan cabang kecil yaitu cervicovaginal artery
yang memperdarahi bagian bawah serviks dan atas vagina. Kemudian arteri
uterina menjadi bagian ovarium, tuba, dan fundus.18
11
Gambar 6. Pembuluh Darah Pelvis17
Aorta abdominalis bercabang menjadi arteri ovarica yang berjalan
melalui infundibulo pelvic dan kemudian masuk ke broad ligament. Dan, itu
bercabang menjadi lebih kecil pada ovarian hilum untuk memperdarahi ovarium.
Arteri ovarica beranastomoses dengan arteri uterina bagian ovarium pada
superior lateral uterus.18
Gambar 7. Pembuluh Darah Ovarium Sinistra dan Uterus18
12
Kemudian, vena arcuata membentuk vena uterina yang keluar
menuju vena iliaca interna dan berakhir pada vena iliaca communis. Plexus
pampiniformis yang terdapat pada broad ligament akan berakhir pada vena
ovarica. Pembuluh vena ovarica dextra berakhir di vena cava dan vena ovarica
sinistra di vena renalis. 18
2.1.4. Hemoglobin pada kehamilan
Terdapat peningkatan 40-45% volume darah dari sebelum hamil dan
setelah minggu ke-32 sampai 34 kehamilan yang membuat kondisi menjadi
hipervolemia. Semenjak trimester pertama sudah terjadi peningkatan volume
darah. Peningkatan plasma dan eritrosit menyebabkan meningkatnya volume
darah. Plasma darah yang lebih banyak dari eritrosit membuat konsentrasi
hemoglobin dan hematokrit menurun sedikit selama masa kehamilan. Sehingga
ditemukan bahwa kadar hemoglobin pada trimester ke-3 adalah 9,5 sampai 15
g/dL.19
Peningkatan volume darah berguna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
uterus yang membesar dan fetus yang berkembang, serta melindungi ibu yang
kehilangan darah saat proses melahirkan.18
2.1.5. Seksio sesaria
2.1.5.1.Sejarah
Dahulu kala, Julius Caesar dilahirkan dengan cara Seksio sesaria.
Juga, 800 tahun sebelum masehi terdapat literatur yang mengatakan bahwa
tindakan ini dilakukan pada wanita meninggal untuk menyelamatkan bayinya.
Tetapi, prosedur itu tidak tertulis dalam jurnal-jurnal yang dibuat oleh
Hippocrates, Galen, Celsus, Paulus, Soranus, atau penulis kedokteran lainnya
pada masa itu. Kemudian, pada tahun 1581, tindakan ini pertama kalinya
dianjurkan kepada orang hidup. Dan, 14 operasi berhasil dilakukan.
Kemudian, pada awal abad ke-20 terjadi peningkatan kematian
dalam melakukan tindakan ini. Pada tahun 1865 di Britania Raya didapat angka
kematian sebesar 85 persen ketika melakukan tindakan ini. Dan lebih parahnya,
tidak terdapat ibu yang dapat hidup setelah melakukan tindakan seksio sesaria di
Paris.
13
Setelah itu, pada tahun 1882 mulai diperkenalkan metode menjahit
dinding uterus oleh Max Sanger. Awalnya, hal ini diabaikan karena ditakutkan
menginfeksi tempat penjahitan. Kemudian, teknik Max Sanger dilakukan pada 17
tindakan seksio sesaria yang menggunakan benang perak. Motede tersebut
memberikan hasil sebanyak 8 ibu dapat hidup. Hal ini sangatlah jarang terjadi
pada masa itu.
Kemudian, angka kematian tetap tinggi dikarenakan olrh peritonitis.
Dan, Kronig menggunakan teknik extraperitoneal. Cara tersebut menutup insisi
uterus dengan peritoneum. Kemudian, Cara ini dimodififkasi oleh Kerr pada tahun
1926, yang memilih secara transversal dibanding longitudinal.18
2.1.5.2. Frekuensi
Dari tahun 1970 sampai 2007, tindakan seksio sesaria mengalami
peningkatan dari 4,5 persen sampai 31,8 persen pada Amerika Serikat.18
Dan,
estimasi yang dilakukan oleh WHO (2010), dikatakan bahwa kurang lebih
terdapat 18,5 juta kali tindakan ini dilakukan. Dan setiap tahunnya terdapat
penambahan 0,8-3,2 juta kali tindakan seksio sesaria pada negara berkembang.20
Ini berarti tiap tahunnya akan terjadi peningkatan tindakan seksio sesaria.
2.1.5.3. Indikasi
2.1.5.3.1. Distosia
Distosia merupakan indikasi tersering untuk melakukan tindakan
seksio sesaria. Dan, distosia menurut Friedman (1978) adalah kepala bayi yang
tidak dapat masuk pelvis ibu sehingga proses partus gagal.18
Dan, salah satu faktor
penyebabnya adalah mioma uteri yang dilaporkkan oleh Kempe (1993). Dimana
pelvis diblokade secara total oleh mioma uteri yang terdapat pada dinding
posterior uterus.21
2.1.5.3.2. Fetal Distress
Kondisi fetal distress dapat mengancam keselamatan dari fetus. Dan
ini menjadi salah satu indikasi tersering dilakukannya seksio sesaria (25%).22
Kemudian, Noor (2009) menemukan 38,09 % sebagai indikasi melakukan seksio
sesaria pada ibu hamil yang memiliki mioma uteri.23
14
2.1.5.3.3. Presentasi Abnormal
Presentasi abnormal merupakan saah satu indikasi untuk melakukan
tindakan seksio sersaria. Dan ini bisa disebabkan oleh mioma uteri pada segmen
bawah.9
Noor (2009) dalam studinya yang dilakukan pada Abbotabad menemukan
sebanyak 19,04 persen angka kejadian presentasi abnormal pada 3.468 kelahiran
yang menjadi indikasi melakukan tindakan seksio sesaria.23
2.1.5.3.4. Seksio Sesaria Atas Permintaan Pasien
Saat ini seksio sesaria lebih sering dilakukan karena permintaan
pasien dan sebagai tindakan yang aman. Hal ini menjadi isu kontroversial dan
penting dalam dunia obstetrik dan ginekologi. Terjadi peningkatan sebanyak 50
persen untuk tindakan seksio sesaria elektif dalam sepuluh tahun terakhir. Alasan
yang banyak digunakan oleh ibu dalam meminta tindakan seksio sesaria adalah
menghindari perlukaan pada pelvis ketika lahir melalui vagina, menurunkan risiko
kecacatan fetus, menghindari nyeri dan ketidakpastian parturisi normal, dan
ketenangan. Konsep otonomi dan hak bebas dalam memilih tindakan oleh ibu
yang mendasari ini.18
2.1.5.4. Teknik
Pertama dilakukan insisi abdominal yang berupa transversal atau
vertikal. Jika insisi transversal dilakukan pada garis pubis dan vertikal pada bawa
umbilikus. Insisi ini dilakukan sampai lapisan peritoneum. Setelah itu serosa
vesikouterina di insisi kearah lateral. Kemudian, dilakukan insisi pada uterus
secara transversal dengan hati-hati agar menghindari cedera pada fetus. Setelah
itu, tangan masuk ke rongga uterus diantara simfisis pubis dan kepala fetus.
Kepala tersebut diangkat secara pelan-pelan melalui insisi. Sesudah fetus
diamankan, luka insisi tadi ditutup dengan melakukan penjahitan.18
2.1.5.5.Komplikasi
2.1.5.5.1.Perdarahan Post-Partum
Perubahan fisiologis selama masa kehamilan, termasuk volume plasma
yang meningkat sebanyak 40% dan massa sel darah merah sebanyak 25%,
15
berguna untuk mengantisipasi perdarahan yang terjadi ketika proses melahirkan.24
Tidak ada definisi yang cukup dalam menjelaskan perdarahan post-partum.
Namun dalam menentukan diagnosis tersebut, terhitung bahwa perdarahan lebih
dari 500 ml ketika proses melahirkan melalui pervaginam dan lebih dari 1.000 ml
ketika seksio sesaria.25,26
Perdarahan post-partum dapat diklasifikasikan menjadi
primer atau sekunder. Perdarahan post-partum primer terjadi dalam 24 jam
pertama setelah proses melahirkan dan sekunder terjadi antara 24 jam dan 6-12
minggu.17
Sekian banyak faktor risiko yang dapat membuat perdarahan post-
partum, salah satunya adalah tindakan operatif. Tindakan operatif ini melakukan
perlukaan pada bagian uterus yaitu seksio sesaria.27
Faktor-faktor predisposisi
yang membantu terjadinya perdarahan pada tindakan seksio sesaria adalah
obesitas, seksio sesaria berulang, dan umur lebih dari 35 tahun.9,10,11
2.1.5.5.1.1.Faktor Predisposisi
2.1.5.5.1.1.1.Obesitas
Obesitas pada ibu yang hamil dihubungkan dengan peningkatan seksio
sesaria intrapartum, mayoritas gagal berlanjutnya proses melahirkan, disebabkan
oleh menurunnya kontraktilitas uterus.28
Selain itu tingginya indeks massa tubuh
sering dibarengi oleh hiperkolesterolemia.29
Kolesterol merupakan komponen
dalam membran sel yang memiliki peran penting dalam mengatur kontraksi otot
polos.30,31
Beberapa komponen penting dalam sistem penginformasian sel pada
transduksi sinyal otot polos ditemukan pada bagian membran sel yang kaya akan
kolesterol, dikenal sebagai lipid rafts dan caveolae.32,33,34
Kemudian, pada ibu
hamil dengan obesitas ditemukan tingginya kadar kolesterol serum.35
Bukan
hanya itu saja, kolestrol ditemukan dalam kadar yang tinggi pada membran
miometrium.36
Oleh karena itu ada hubungannya dengan kontraktilitas dari uterus
ketika melahirkan, namun belum ada penelitian yang menjelaskan patofisiologi
tentang ini.28
Ketika menurunnya kemampuan kontraksi miometrium berujung
kepada pembuluh darah tidak terkonstriksi dengan baik sehingga perdarahan tetap
terjadi.
16
2.1.5.5.1.1.2.Seksio sesaria berulang
Seksio sesaria berulang berhubungan dengan kondisi komplikasi ibu dan
fetus jika dibandingkan dengan lahir normal dan seksio sesaria pertama
kalinya.37,38
Tingginya tingkat seksio sesaria berulang berhubungan dengan
meningkatnya perlengketan serta intensitasnya. Perlengketan ini menyebabkan
morbiditas akut berupa perdarahan dan memperlama durasi tindakan serta
morbiditas kronis berupa gangguan pencernaan dan nyeri pelvis kronis.38,39
Perlengketan banyak terjadi pada seksio berulang ke-3 kalinya daripada pertama
kali. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perlengketan berupa
teknik pembedahan yang dilakukan, penanganan jaringan, dan kondisi kesehatan
pasien yang berhubungan dengan penyembuhan jaringan dan pembentukan
perlengketan.40
2.1.5.5.1.1.3.Usia >35 tahun
Dalam beberapa dekade terakhir, ada penundaan umur untuk melahirkan
pertama kalinya dan rata-rata umur wanita ketika melahirkan meningkat dalam
banyak negara.41,42
Banyak penelitian yang menunjukan bahwa advance maternal
age (umur lebih dari > 35 tahun ketika melahirkan) banyak berhubungan dengan
meningkatnya risiko hipertensi, diabetes gestasional, perdarahan post-partum,
melahirkan prematur, plasenta previa, abruptio plasenta, seksio sesaria, berat
badan lahir rendah, fetal growth restriction, makrosomia, nilai apgar yang rendah,
dan kematian perinatal.41,43,44,45
Meningkatnya umur berhubungan dengan
menurunya fungsi organ wanita.46
Oleh karena itu adanya peningkatan risiko
berupa proses melahirkan yang lama menurut Luke dan Brown tahun 2007.47
Kontraksi spontan dan kekuatannya menurun dengan meningkatnya umur
menurut penelitian yang dilakukan Smith el al, 2008.48
17
2.2. Kerangka Teori
18
2.3. Kerangka Konsep
19
2.4. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Cara Pengukuran Skala
Ibu Hamil Wanita
mengandung bayi
yang berkembang
dalam tubuhnya.
Sesuai yang
tertulis dalam
rekam medis
terdapat diagnosa
kehamilan.
-
Seksio sesaria Prosedur bedah
yang
menggunakan satu
atau lebih insisi
melalui abdomen
dan uterus ibu
untuk melahirkan
satu atau lebih
bayi.
Sesuai yang
tertulis dalam
rekam medis
terdapat riwayat
proses persalinan
melalui tindakan
Seksio sesaria.
-
Kadar Hb Pra-
operasi Seksio
sesaria
Kadar Hb dalam
g/dl yang diperoleh
sebelum
melakukan
tindakan operasi
Seksio sesaria.
Sesuai yang
tertulis dalam
rekam medis
terdapat kadar Hb
sebelum
melakukan
tindakan Seksio
sesaria.
Nominal
Kadar Hb Pasca-
operasi Seksio
sesaria
Kadar Hb dalam
g/dl yang diperoleh
setelah melakukan
tindakan operasi
Sesuai yang
tertulis dalam
rekam medis
terdapat kadar Hb
Nominal
20
Seksio sesaria. setelah melakukan
tindakan Seksio
sesaria.
Obesitas Ibu memiliki
perhitungan indeks
massa tubuh lebih
dari 25 kg/m2
semenjak sebelum
hamil.
Sesuai yang
tertulis dalam
rekam medis
terdapat tinggi
badan dan berat
badan sebelum
hamil.
Nominal
Seksio sesaria
berulang
Ibu memiliki
riwayat tindakan
seksio sesaria
sebelumnya. Dan,
telah menjalani
tindakan seksio
sesaria yang
berulang lebih dari
2 kali.
Sesuai yang
tertulis dalam
rekam medis
terdapat riwayat
tindakan seksio
sesaria
sebelumnya.
Nominal
Usia ibu >35
tahun
Ibu memiliki usia
lebih dari sama
dengan 35 tahun
ketika melahirkan.
Sesuai yang
tertulis dalam
rekam medis
terdapat usia ibu
ketika melakukan
tindakan seksio
sesaria.
Nominal
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sekunder secara potong-lintang/ cross
sectional. Data yang diolah dalam penelitian ini adalah medical record atau
rekam medis.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa rekam
medis poli kandungan Rumah Sakit Prikasih Jakarta. Pengambilan data dilakukan
mulai bulan May 2015 – Juni 2015.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Subjek Penelitian
Populasi target penelitian adalah rekam medis pasien yang melahirkan
dengan cara seksio sesaria di Rumah Sakit Prikasih, Jakarta pada tahun 2014.
Sampel penelitian adalah rekam medis dalam 1 tahun terakhir yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
3.3.2. Besar Sampel
Besar sampel penelitian dihitung dengan rumus deskriptif numerik.
22
n = 14,16 = 14
Za = deviat baku alfa
S = simpang baku gabungan
d = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna (0,5)
n = total sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh Singh B.19,49
Penelitian ini mengenai rerata penurunan kadar Hb
sebelum dan sesudah seksio sesaria. Dan, dari hasil perhitungan didapatkan nilai n
sebesar 14. Sehingga, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 14.
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan metode random sampling, yakni
pengambilan sampel secara acak dari populasi terjangkau. Metode random
sampling dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office Excel 2007.
Nomor rekam medis yang diberikan dalam bentuk file Microsoft Office Excel
sehingga memudahkan peneliti.
3.3.4. Kriteria Sampel
3.3.4.1. Kriteria Inklusi Rekam Medis
Tercatat data pasien melahirkan dengan cara seksio sesaria dalam 1 tahun
terakhir
Tercatat data kadar hemoglobin sebelum dan sesudah tindakan seksio
sesaria
Tercatat data Kadar Hb sebelum tindakan normal
3.3.4.2.Kriteria Eksklusi
Tercatat data mengenai komplikasi yang menyebabkan perdarahan
sebelum tindakan
23
3.4. Cara Kerja Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan data sekunder berupa rekam medis pasien
seksio sesaria pada tahun 2014 di RS Prikasih yang mencangkup informasi
sebagai berikut:
Data demografi : usia.
Data fisik : tinggi badan dan berat badan
Data obstetri : Tindakan prosedural yang dilakukan
Data laboratorium : kadar hemoglobin
Data diagnosis : kehamilan
Data tindakan : seksio sesaria
Data riwayat tindakan : seksio sesaria
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengumpulkan data rekam medis
pasien melahirkan dengan cara seksio sesaria pada tahun 2015 di RS Prikasih
pada May 2015 – Juni 2015 sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditentukan.
24
3.5. Alur Penelitian
3.6. Pengolahan dan Analisa Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penurunan Kadar Hemoglobin
Tindakan Seksio Sesaria pada Pasien dengan Obesitas, Seksio Berulang, dan Usia
>35 tahun di RS Prikasih tahun 2014. Pengolahan data dilakukan untuk
mengevaluasi penurunan tersebut.
Data yang terkumpul dari rekam medik akan diolah menggunakan
software SPSS 14.0 for Windows yang meliputi deskriptif numerik.
25
3.7. Anggaran Penelitian
No Nama Total Biaya
1 Biaya ATK Rp. 1.000.000
2 Biaya pengambilan data di Rumah Sakit Pri
Kasih Jakarta
Rp. 500.000
3 Biaya tak terduga Rp. 1.000.000
Total Biaya Rp. 2.500.000
3.8. Etika Penelitian
Ethical clearance untuk penelitian ini diajukan ke Panitia Etik Penelitian
Kedokteran FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Semua data yang didapat dari rekam
medis yang dipergunakan akan dijaga kerahasiaannya.
26
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1. Karakteristik data penelitian
Sebanyak 614 tindakan seksio sesarea pada poliklinik kandungan dan
kebidanan RS Prikasih. Pada tahun 2014 didapatkan 143 berupa tindakan elektif,
459 disebut unspecified, dan sisanya kondisi darurat. Selama periode
pengumpulan data, Mei sampai dengan Juni 2015, didapatkan 79 rekam medis
pasien tindakan seksio sesarea. Namun, sebanyak 62 rekam medis tidak
memenuhi kriteria penelitian karena tidak memiliki data yang lengkap dan 1
rekam medis tercantum prosedur spesifik yang memengaruhi nilai kadar
hemoglobin. Pada akhirnya, hanya 16 rekam medis yang dapat diikutsertakan
dalam penelitian ini.
4.1.1. Rata-rata besar penurunan kadar Hb pada seksio sesaria
Tabel 1 Hasil Hemoglobin dari tindakan seksio sesarea
No Variabel Rata-rata (g/dL)
1 Hb pre-Seksio sesaria 11,52+0,86
2 Hb post-Seksio sesaria 10,38+0,97
3 Penurunan kadar Hb 1,14+0,9
Sesuai Tabel 1, pada penelitian ini ditemukan rata-rata selisih kadar Hb
sebelum dan sesudah tindakan seksio sesaria yang elektif sebesar 1,14+0,9 gm/dL.
Hal ini tidak jauh lebih rendah dibanding riset sebelumnya yang dilakukan di
India oleh Singh B. pada tahun 2013. Pada riset tersebut dicantumkan rerata
penurunan kadar hemoglobin sebesar 1,36+0,96 gm/dL.49
Penurunan kadar hemoglobin dikarenakan oleh perdarahan. Perdarahan ini
mengakibatkan menurunnya volume darah serta jumlah sel darah merah yang
terkandung di dalam darah. Penurunan ini berefek pada curah jantung yang
menurun dan konstriksi pembuluh darah.50
Namun, angka hemoglobin ketika
27
perdarahan akut tidak akan menurun. Hal tersebut dikarenakan adanya waktu
respon oleh tubuh berupa perpindahan cairan ekstravaskular masuk ke
intravaskular. Sehingga, perbandingan perhitungan gram per desiliter-nya
berubah.51
4.1.2. Wanita Normal
Wanita normal tidak memiliki faktor predisposisi, yaitu kelebihan berat
badan, seksio yang berulang, dan umur kurang dari 35 tahun. Berdasarkan
ketentuan tersebut didapatkan sebanyak 3 wanita.
Tabel 2 Perdarahahan pada wanita normal
Variabel
Sampel Hb pre-Seksio
sesaria (g/dL)
Hb post-Seksio
sesaria (g/dL)
Penurunan kadar
Hb (g/dL)
1 9,9 9,6 0,3
2 11,6 11 0,6
3 11,5 10,9 0,6
Rata-rata 11+0,95 10,5+0,78 0,5+0,17
Tabel 2 menjelaskan mengenai perdarahan pada wanita dengan kondisi
normal didapatkan hasil penurunan kadar Hb sebanyak 0,5+0,17 g/dL. Ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan rata-rata keseluruhan yaitu 1,14+0,9 g/dL. Juga
lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian oleh Horowitz E. yaitu
menemukan rata-rata penurunan kadar Hb tindakan seksio sesaria elektif pada
wanita yang memiliki risiko rendah sebesar 1,37 g/dl.52
Tidak adanya faktor risiko
berupa seksio berulang, obesitas, dan umur tua membuat penurunan kadar Hb
pada wanita normal sangat rendah. Sehingga, kontraksi dari otot-otot miometrium
adekuat untuk mengkonstriksikan pembuluh darah. Serta tindakan operatif
28
terbebas daro perlengketan luka seksio sesaria sebelumnya yang dapat
memperlama waktu operasi. Juga penatalaksanaan intraoperatif yang dilakukan
sesuai prosedur oleh operator yang berpengalaman membuat penurunan kadar Hb
tidak banyak.
4.1.3. Obesitas
Dalam penelitian ini, kriteria obesitas diambil dari World Health
Organization (WHO) yang menggolongkan melalui indeks massa tubuh (IMT),
yakni berat badan kurang (14,98- 18,22 kg/m2), kisaran normal (19,22-22,99
kg/m2), overweight (23,26-24,98 kg/m
2), obesitas tipe I (25,00-28,34 kg/m
2), dan
obesitas tipe II (30,02-39,04 kg/m2).
53 Berdasarkan klasifikasi tersebut didapatkan
obesitas tipe I dan obesitas tipe II masing-masing sebanyak 6 dan 4.
Tabel 3 Perdarahan pada wanita dengan obesitas I
Variabel
Sampel Hb pre-Seksio
sesaria(g/dL)
Hb post-Seksio
sesaria(g/dL)
Penurunan kadar
Hb(g/dL)
1 11,5 10,5 1
2 10,8 10,2 0,6
3 10,9 8,6 2,3
4 11,9 11,1 0,8
5 10,7 9,6 1,1
6 12,6 10,2 2,4
Rata-rata 11,4+0,75 10,03+0,85 1,37+0,78
29
Tabel 4 Perdarahan pada wanita dengan obesitas tipe II
Variabel
Sampel Hb pre-Seksio
sesaria(g/dL)
Hb post-Seksio
sesaria(g/dL)
Penurunan kadar
Hb(g/dL)
1 12,4 9,9 2,5
2 11,1 10,4 0,7
3 12,4 9,2 3,2
4 12 10,5 1,5
Rata-rata 11,98+0,61 10+0,59 1,98+1,1
Sesuai Tabel 3, pada wanita obesitas tipe I ditemukan penurunan kadar Hb
sebesar 1,37+0,78 gram/dl. Kemudian menurut Tabel 4, pada wanita obesitas
tipe II ditemukan penurunan kadar Hb sebesar 1,98+1,1 g/dl. Hasil penurunan
kadar Hb pada wanita dengan obesitas tipe I dan obesitas tipe II ditemukan lebih
besar dibandingkan rata-rata penurunan kadar Hb total (1,14+0,9 g/dl). Pada
wanita dengan obesitas tipe I lebih besar dan obesitas tipe II lebih besar hampir 1
kali lipat dibandingkan dengan rata-rata keseluruhan. Hasil sama ditemukan pada
penelitian yang dilakukan oleh Fyfe dimana didapat kejadian Postpartum
Haemorrhage meningkat pada pasien dengan overweight (9,7%) dan obesitas
(15,6%) dibandingkan wanita dengan IMT normal (7,2%). Setelah itu dikatakan
bahwa risiko perdarahan pada wanita dengan obesitas meningkat sebanyak dua
kali lipat menurut penelitian oleh Blomberg.54
Pada wanita yang obesitas
mengalami peningkatan risiko 2,8 kali lebih tinggi untuk mengalami anemia
postpartum dibanding dengan wanita dengan indeks massa tubuh yang non-
obesitas.10
30
Membentuk cadangan energi dalam bentuk lemak adalah fungsi dari sel
adiposit. Cadangan dalam bentuk glikogen pada hepar dan otot lebih sedikit
dibanding dengan lemak. Adiposit ini terdeposit ke berbagai bagian tubuh dalam
bentuk jaringan adiposa.55
Pertambahan berat badan menyebabkan terkumpulnya
lemak pada bagian abdomen, diikuti oleh bagian tubuh lain. Kelebihan beban ini
dapat digolongkan dalam obesitas sesuai kriteria indeks massa tubuh WHO.53
Dengan terdapatnya obesitas didapatkan adanya kenaikan risiko perdarahan yang
dikarenakan atoni uterus.56
Atoni uterus yang terjadi dikarenakan oleh tingginya
kadar kolesterol yang sering berhubungan dengan tingginya IMT. Tingginya
kadar kolesterol ini terdapat pada membran miometrium yang kemudian
menurunkan kontraktilitas dari uterus.19
Sehingga terjadi perdarahan ketika intra-
operatif yang melebihi dari 1000 mililiter. Oleh karena itu, pada wanita dengan
obesitas, perdarahan akan terjadi lebih sering.57
4.1.4. Seksio Sesaria Berulang
Peningkatan di seluruh dunia angka seksio sesaria dalam 3 dekade
terakhir.58
Dan, terdapat pelaporan dimana adanya konsekuensi jangka pendek
maupun panjang.11
Pada penelitian ini sebanyak 8 wanita yang telah melakukan
seksio sesaria sebanyak 2 kali dan 1 yang melakukan sebanyak 3 kali.
31
Tabel 5 Perdarahan pada wanita dengan seksio berulang ke-2
Variabel
Sampel Hb pre-Seksio
sesaria(g/dL)
Hb post-Seksio
sesaria(g/dL)
Penurunan kadar
Hb(g/dL)
1 11,5 10,5 1
2 10,8 10,2 0,6
3 10,2 10 0,2
4 10,9 8,6 2,3
5 12 11,9 0,1
6 11,9 11,1 0,8
7 12,9 12,5 0,4
8 12 10,5 1,5
9 12,6 10,2 2,4
Rata-rata 11,64+0,88 10,61+1,1 1,03+0,86
Tabel 6 Perdarahan pada wanita dengan seksio berulang ke-3
Variabel
Sampel Hb pre-Seksio
sesaria(g/dL)
Hb post-Seksio
sesaria(g/dL)
Penurunan kadar
Hb(g/dL)
1 10,7 9,6 1,1
Rata-rata 10,7 9,6 1,1
32
Menurut Tabel 5, rata-rata penurunan Hb pada yang melakukan 2 kali
adalah 1,03+0,86 gm/dl. Dan sesuai Tabel 6, rata-rata penurunan kadar Hb untuk
yang melakukan seksio sesaria pada ke-3 kali adalah 1,1 g/dl. Hasil perhitungan
kedua kondisi tersebut lebih rendah daripada nilai penurunan kadar Hb secara
keseluruhan yaitu 1,14+0,9 g/dl. Menurut Zhang J. et al. dan Chamberlain G.
dapat terjadi komplikasi sebagai penyulit proses kelahiran dapat terjadi pada
kondisi ini. Hal tersebut yang sering terjadi pada pasien yang melakukan tiga atau
lebih seksio sesaria adalah perlengketan. Efek dari perlengketan ini adalah
memperlama tindakan operasi.40,57
Lamanya waktu operasi berhubungan dengan
perdarahan yang berlebihan.11
Tetapi, dikatakan dalam studi yang dilakukan oleh
Juntunen (2004), terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara grup
studi (seksio sesaria multipel) dengan yang kontrol.11
4.1.5. Usia >35 tahun
Umur ibu lebih dari sama dengan 35 tahun disebut sebagai advanced
maternal age. Dan pada rentan umur tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami perdarahan obstetrik.59
Pada riset yang dibuat oleh Al-Zirqi et al.
Ditemukan ibu berumur lebih dari 40 tahun memiliki kemungkinan untuk
mengalami perdarahan lebih besar dibandingkan dengan yang berumur 25-29
tahun.9
Pada penelitian ini wanita yang memiliki umur lebih dari sama dengan 35
tahun terdapat 2 wanita.
Tabel 7 Perdarahan pada ibu dengan umur > 35 tahun
Variabel
Sampel Hb pre-Seksio
sesaria(g/dL)
Hb post-Seksio
sesaria(g/dL)
Penurunan kadar
Hb(g/dL)
1 12,4 9,9 2,5
2 1,1 9,6 1,1
3 11,55+1,2 9,75+0,21 1,8+0,99
33
Sesuai Tabel 7, jumlah penurunan kadar Hb pada ibu dengan umur >35
tahun mencapai 1,8+0,99 g/dL. Jika dibandingkan, jumlah penurunan ini hampir
1 kali lipat dari rata-rata secara keseluruhan yaitu 1,14+0,9 g/dL. Sesuai dengan
bagaimana yang telah ditemukan oleh Hasegawa J. et al. di Jepang dan al-Zirqi et
al. di Norwegia yang mengatakan bahwa risiko lebih tinggi dapat terjadi pada ibu
berumur lebih dari sama dengan 35 tahun.9,59
Hal ini dapat disebabkan oleh
adanya faktor-faktor kesehatan yang awalnya sudah dimiliki oleh ibu, seperti
obesitas, diabetes mellitus, atau hipertensi.60
Selain itu, adanya penjelasan bahwa
fungsi miometrium yang menurun seiring dengan bertambahnya umur dapat
menyebabkan perdarahan, karena miometrium berfungsi untuk mengoklusi
pembuluh darah ketika diinduksi dengan oksitosin yang diberikan.61
34
4.2. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, ditemukan beberapa keterbatasan seperti :
Bentuk penelitian cross sectional
Meski mampu memberikan hubungan faktor risiko secara perhitungan
hasil laboratorium, seharusnya penelitian ini juga menilai penurunan
dengan dihubungkan dengan mililiter darah yang keluar ketika tindakan
operatif.
Kurangnya rekam medis dengan data lab lengkap
Rekam medis yang berisi data laboratorium lengkap sebelum dan sesudah
tindakan seksio sesaria sangat sedikit sehingga banyak rekam medis
masuk kedalam eksklusi.
Terbatasnya waktu pengambilan rekam medis
Akses ke rekam medis yang mudah karena diperbolehkan untuk
mengambil sendiri, namun waktu yang diberikan tidak cukup walau mulai
dari pukul 09.00-15.00 WIB. Hal ini dikarenakan peneliti mengikuti kuliah
yang sudah dijadwalkan.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.3. Kesimpulan
1. Pada penelitian ini ditemukan rata-rata selisih kadar Hb sebelum dan
sesudah tindakan seksio sesaria sebesar 1,14+0,9 g/dL.
2. Pada tiga wanita dengan kondisi normal didapatkan hasil penurunan kadar
Hb sebanyak 0,5+0,17 g/dL yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
rata-rata keseluruhan yaitu 1,14+0,9 g/dL.
3. Pada 6 wanita dengan obesitas tipe I(1,37+0,78 g/dL) dan 4 wanita dengan
obesitas tipe I I(1,98+1,1 g/dL) memiliki hasil penurunan kadar Hb lebih
besar dibandingkan rata-rata penurunan kadar Hb total (1,14+0,9 g/dL).
4. Pada 8 wanita dengan jumlah tindakan seksio berulang sebanyak 2 kali
(1,03+0,86 g/dL) dan 1 wanita dengan jumlah tindakan seksio berulang
sebanyak 3 kali (1,1 g/dL) memiliki hasil yang lebih rendah daripada nilai
penurunan kadar Hb secara keseluruhan yaitu 1,14+0,9 g/dL.
5. Pada 2 wanita dengan umur ibu yang lebih dari sama dengan 35 tahun
memiliki penurunan kadar Hb yang mencapai 1,8+0,99 g/dL dan melebihi
rata-rata secara keseluruhan yaitu 1,14+0,9 g/dL.
36
5.1.Saran Penelitian
Agar dapat memberikan hasil yang lebih akurat, penelitian berikutnya
menggunakan jumlah sampel yang lebih besar. Sehingga selain didapatkan hasil
yang akurat, data dapat digunakan untuk mengamati hubungan antara faktor risiko
persalinan dan perdarahan pada ibu hamil. Faktor risiko yang dimaksud berupa
obesitas, seksio berulang, dan usia >35 tahun.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Barber EL, Lundsberg LS, Belanger K, Pettker CM, Funai EF, Illuzzi
JL. Indications contributing to the increasing cesarean delivery rate.
Obstet Gynecol 2011;118:29–38.
2. Finger C. Caesarean section rates skyrocket in Brazil. Many women
are opting for Caesareans in the belief that it is a practical solution.
Lancet 2003 362 (9384): 628
3. Hamilton BE, Hoyert DL, Martin JA, Strobino DM, Guyer B. Annual
summary of vital statistics: 2010-2011. Pediatrics 2013;131:548–58
4. Martin JA, Hamilton BE, Ventura SJ, Osterman MJ, Wilson EC,
Mathews TJ. Births: Final Data for 2010. Natl Vital Stat Rep
2012;61:1
5. Callaghan WM, Kuklina EV, Berg CJ. Trends in postpartum
hemorrhage United States, 1994-2006. Am J Obstet Gynecol
2010;202:353e1-6
6. Rossen J, Okland I, Nilsen OB, Eggebo TM. Is there an inrease of
postpartum hemorrhage and is severe hemorrhage associated with
more frequent use of obstetric interventions? Acta Obstet Gynecol
Scand 2010;89:1248-55
7. Matot I, Einav S, Goodman S, Zeldin A, Weissman C, Elchalal U. A
survey of physicians’ attitudes toward blood transfusion in patients
undergoing cesarean section. American journal of obstetrics and
gynecology 2004, 190(2):462.
8. Liu S, Liston RM, Joseph KS, Heaman M, Sauve R, Kramer MS.
Maternal mortality and severe morbidity associated with low-risk
planned cesarean delivery versus planned vaginal delivery at term.
Maternal Health Study Group of the Canadian Perinatal Surveillance
System. CMAJ 2007;176:455–60.
9. Al-Zirqi I, Vangen S, Forsen L, Stray-Pedersen B. Prevalence and risk
factors of severe obstetric haemorrhage. BJOG 2008;115:1265-1272
38
10. Fyfe EM, Thompson JMD, Anderson NH, Groom KM, McCowan LM.
Maternal obesity and postpartum haemorrhage after vaginal and
caesarean delivery among nulliparous women at term: a retrospective
cohort study. BMC Pregnancy and Childbirth 2012, 12:112.
11. Juntunen K, Makarainen L, Kirkinen P. Outcome after a high number
(4-10) of repeated cesarean sections. BJOG 2004; 111:561-3.
12. Khan F, Khan M, Ali A, Chohan U. Estimation of blood loss during
Caesarean section: an audit. JPMA The Journal of the Pakistan
Medical Association 2006, 56(12):572.
13. The Millenium Development Goals Report. United Nations New York
2014, 5:28
14. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems, Seventh
Edition. Cengage Learning 2010;11:391-4
15. Billett HH. Clinical Methods The History, Physical, and Laboratory
Examinations, 3rd Ed. Emory University School of Medicine
1990;151:718-9
16. Moore KL, Dalley AF, Aguur AMR. Moore Clinically Oriented
Anatomy : Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
2014;3:384
17. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong
CY. Williams Obs 23rd Edition. McGraw-Hill; 2:21-7; 5:114-5;
25:544-55
18. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Gilstrap
III L, Wenstrom KD. Williams Obs 22nd Edition. McGraw-Hill;
26:587
19. Abbassi-Ghanavati M, Greer LG, Cunningham FG. Pregnancy and
laboratory studies: a reference table for clinicians. Obstet Gynecol.
2009 Dec;114(6):1326-31. PMID:19935037
20. Gibbons L, Belizan JM, et al. The Global Numbers and Costs of
Additionally Needed and Unnecessary Caesarean Sections Performed
per Year: Overuse as Barrier to Universal Coverage. World Health
Report. 2010. No. 30
39
21. Kempe G. Case of Dystocia Due to Uterine Myoma : Caesarean
Section. The British Medical Journal. 1903. No.840
22. Agarwal K. Cesarean Myomectomy. South Asian Federation of
Obstetrics and Gynecology. 2012. Vol 2(3):183-5
23. Noor S, Fawwad A, et al. Pregnancy with fibroids and its and its
obstetric complication. J Ayub Med Cooll Abbottabad. 2009 Oct-
Dec;21(4):37-40
24. Chesley LC. Plasma and red cell volumes during pregnancy. Am J
Obstet Gynecol 1972;112:440-50
25. Pritchard JA, Baldwin RM, Dickey JC, Wiggins KM.Blood volume
changes in pregnancy and the puerperium. Am J Obstet Gyencol
1962;84:1271–82. (Level III)
26. Clark SL, Yeh SY, Phelan JP, Bruce S, Paul RH. Emergency
hysterectomy for obstetric hemorrhage. Obstet Gynecol 1984;64:376–
80. (Level III)
27. ACOG BULLETIN. Clinical management Guidelines for Obstetrician-
Gynecologists Number 76. ACOG Practice Bulletin 2006; 108:4.
28. Zhang J, Bricker L, Wray S, Quenby S: Poor uterine contractility in
obese women.[see comment]. BJOG 2007, 114(3):343–8.
29. Gostynski M, Gutzwiler F, Kuulasmaa K, Doring A, Ferrario M,
Grafnetter D, et al. Analysis of the relationship between total
cholesterol, age, body mass index among males and females in the
WHO MONICA Project. Int J Obes Relat Metab Disord
2004;28:1082-90
30. Babiychuk EB, Smith RD, Burdyga TV, Babiychuk VS, Wray S,
Draeger A. Membrane cholesterol selectively regulates smooth muscle
phasic contraction. J Membr Biol 2004;198:95–101.
31. Dreja K, Voldstedlund M, Vinten J, Tranum-Jensen J, Hellstrand P,
Sward K. Cholesterol depletion disrupts caveolae and differentially
impairs agonist-induced arterial contraction. Arterioscler Thromb Vasc
Biol 2002;22:1267–72.
40
32. Smith RD, Babiychuk EB, Noble K, Draeger A, Wray S. Increased
cholesterol decreases uterine activity: functional effects of cholesterol
in pregnant rat myometrium. Am J Physiol 2004 (in press).
33. Simons K, Toomre D. Lipid rafts and signal transduction. Nat Rev Mol
Cell Biol 2000;1:31–9.
34. Ishizaka N, Griendling KK, Lassegue B, Alexander RW. Angiotensin
II type 1 receptor: relationship with caveolae and caveolin after initial
agonist stimulation. Hypertension 1998;32:459–66.
35. Nakayama K, Obara K, Tanabe Y, Saito M, Ishikawa T, Nishizawa S.
Interactive role of tyrosine kinase, protein kinase C, and Rho/Rho
kinase systems in the mechanotransduction of vascular smooth
muscles. Biorheology 2003;40:307–14.
36. Gimpl G, Fahrenholz F. Human oxytocin receptors in cholesterol-rich
vs.cholesterol-poor microdomains of the plasma membrane. Eur J
Biochem 2000;267:2483–97.
37. Kim BK, Ozaki H, Hori M, Takahashi K, Karaki H. Increased
contractility of rat uterine smooth muscle at the end of pregnancy.
Comp Biochem Physiol A Mol Integr Physiol 1998;121:165–73.
38. Ramsay JE, Ferrell W, Crawford L, Wallace M, Greer IE, Sattar NJ.
Maternal obesity is associated with dysregulation of metabolic
vascular and inflammatory pathways. J Clin Endocrinol Metabol
2002;87: 4231–7.
39. Pulkkinen MO, Nyman S, Hamalainen MM, Mattinen J. Proton NMR
spectroscopy of the phospholipids in human uterine smooth muscle
and placenta. Gynecol Obstet Invest 1998;46:220–4.
40. Sobande A, Eskandar M. Multiple repeat caesarean sections:
complications and outcomes. J Obstet Gynaecol Can 2006; 28(3):193-
197
41. Krieg SA, Henne MB, Westphal LM. Obstetric outcomes in donor
oocyte pregnancies compared with advanced maternal age in in vitro
fertilization pregnancies. Fertil Steril 2008; 90: 65-70.
41
42. Yogev Y, Melamed N, Bardin R, Tenenbaum-Gavish K, Ben- Shitrit
G, Ben-Haroush A. Pregnancy outcome at extremely advanced
maternal age. Am J Obstet Gynecol 2010; 203: 558. e1-e7.
43. Jahromi BN, Husseini Z. Pregnancy outcome at maternal age 40 and
older. Taiwan J Obstet Gynecol 2008; 47: 318-21.
44. Diejomaoh MF, Al-Shamali IA, Al-Kandari F, Al-Qenae M, Mohd
AT. The reproductive performance of women at 40 years and over. Eur
J Obstet Gynecol Reprod Biol 2006; 126: 33-38.
45. Sohani V. Advanced maternal age and obstetric performance. Apollo
Med 2009; 6:258-63
46. Xiaoli L, Weiyuan Z. Effect of maternal age on pregnancy: a
retrospective cohort study. Chinesese Medical Journal 2014;127:2241-
46
47. Luke, B., and M. B. Brown. Elevated risks of pregnancy
complications and adverse outcomes with increasing maternal age.
Hum. Reprod. 2007 22:1264–72.
48. Smith, G. C., Y. Cordeaux, I. R. White, D. Pasupathy, H. Missfelder-
Lobos, J. P. Pell, et al. The effect of delaying childbirth on primary
cesarean section rates. PLoS Med. 2008 5:e144.
49. Singh B, Adhikari N, Ghimire S, Dhital S. Post-Operative Drop in
Hemoglobin and Need of Blood Transfusion in Cesarean Section at
Dhulikel Hospital, Kathmandu University Hospital. Kathmandu Univ
Med J 2013;42(2):144-6
50. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, et al. Harrison’s Principles of
Internal Medicine: 17th Edition. McGraw-Hill;101:662
51. Tagawa ST, Dorff TB, Rochanda L, Ye W, Boyle S, Raghaban D,
Lieskovsky G, Skinner DG, Quinn DI, Liebman HA. Subclinical
haemostatic activation and current surgeon volume predict bleeding
with open radical retropubic prostatectomy. BJUI 2008; 102:1086-
1091
42
52. Horowitz E, Yogev Y, Ben-Haroush A, Rabinerson D, Feldberg D,
Kaplan B. Routine hemoglobin testing following an elective Cesarean
section : is it necessary? J Matern Fetal Neonatal Med. 2003 Oct;
14(4):223-5
53. WHO. Appropriate body-mass index for populations and its
implications for policy and intervention strategies. Lancet 2004; 363:
157-63
54. Blomberg M. Maternal obesity and risk of postpartum hemorrhage.
Obstet Gynecol. 2011 Sep;118(3):561-8
55. Samartzis D, Karppinen J, Cheung JPY, Lotz J. Disk degeneration and
low back pain: are they fat-related conditions? Global Spine Journal
2013;3(3): 133–44
56. Perlow JK, Morgan MA. Massive maternal obesity and perioperative
cesarean morbidity. Am J Obstet Gynecol. 1994;170:560-5
57. Chamberlain G. What is the correct caesarean section rate? Br J Obstet
Gynaecol 1993;100:403-4.
58. Tower CL, Strachan BK, Baker PN. Long-term implications of
caesarean section. J Obstet Gynaecol 2000;20(4):365–7.
59. Hasegawa J, Matsuoka R, et al. Predisposing factors for massive
hemorrhage during Cesarean section in patients with placenta previa.
Ultrasound Obstet Gynecol 2009; 34: 80-84.
60. Hansen JP. Older maternal age and pregnancy o.utcome: a review of
the literature. Obstet Gynecol 1986; 41:726-42.
61. Rosenthal AN, Paterson Brown S. Is there an incremental rise in the
risk of obstetric intervention with increasing maternal age? British
Journal Obstet Gynecol 1998; 105: 1064-69.
43
LAMPIRAN
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mohammad Ramadhian Prawiro
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Februari 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tebet Timur Dalam No. 127
Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan,
12820
Nomor Telepon/HP : +62812 9819 5916
Email : self.conductor@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. SDNP IKIP PERCONTOHAN Rawamangun (2000 – 2006)
2. SMP Labschool Rawamangun (2006 – 2009)
3. SMA Labschool Rawamangun (2009 – 2012)
4. Program Studi Pendidikan Dokter (2012 – Sekarang)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
top related