fungsi bank sampah gemah ripah untuk masyarakat …
Post on 16-Oct-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
FUNGSI BANK SAMPAH GEMAH RIPAH UNTUK MASYARAKAT
PADUKUHAN BADEGAN DILIHAT DARI ASPEK SOSIAL BUDAYA,
ASPEK EKONOMI DAN ASPEK EKOLOGI
(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Pedukuhan Badegan, Desa Bantul,
Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
SKRIPSI
Disusun Oleh:
CITO NEGORO
No. Mhs: 12510002
PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2016
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran Bank Sampah di Indonesia cukup luas antara lain di Sulawesi
Utara, Kalimantan Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Ide Bank Sampah
yang pertama dipelopori dari Yogyakarta ini sangat unik dan brilian, sebab
menyimpan sampah terdengar paradoks. Sampah adalah sesuatu yang biasanya
tidak berguna dan dibuang. Jika dihitung secara kasar di Indonesia dengan 250 juta
penduduk kira-kira setara dengan 50 juta KK (kepala keluarga), jika diasumsikan
perharinya setiap KK menghasilkan dan membuang sampah rumah tangga rata-rata
2 kg, maka setiap hari ada 100 Ribu Ton sampah di Indonesia ini. Bank Sampah
merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki
manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan
sampah. Warga yang menabung yang juga disebut nasabah memiliki buku
tabungan dan dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah
seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung ditimbang dan dihargai
dengan sejumlah uang nantinya akan dijual di pabrik yang sudah bekerja sama.
Bank sampah sebenarnya bukan bank sampah itu sendiri. Bank sampah
adalah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat „berkawan‟
dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Jadi,
bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan sehingga
3
manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan
lingkungan yang bersih, hijau dan sehat.
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah
mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan
sampah yaitu dari paradigma kumpul, angkut, dan buang menjadi pengolahan yang
bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan
pengurangan sampah bermakna agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah,
dunia usaha maupun masyarakat luas melaksanakan kegiatan pembatasan
timbunan sampah, pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang
lebih dikenal dengan sebutan Reduce, Reuse dan Recycle (3R) melalui upaya-
upaya cerdas, efisien dan terprogram. Untuk mengurangi volume sampah dan
menjadikan sampah tersebut menghasilkan nilai rupiah maka harus dikelola oleh
masyarakat melalui program bank sampah.
Kemudian dari sampah yang dihasilkan setiap tahunnya tidak bisa kita
pungkiri bahwa saat ini masih banyak masyarakat yang berperilaku buruk tentang
sampah tanpa pemanfaatan kembali. Mereka membuang sampah sembarangan,
karena kurangnya kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Perilaku ini tidak
mengenal tingkat pendidikan maupun status sosial, walaupun seringkali ditemukan
sampah lebih banyak terdapat di kalangan status sosial menengah ke bawah.
Keberadaan sampah di kehidupan sehari-hari tak lepas dari tangan manusia yang
membuang sampah sembarangan, mereka menganggap barang yang telah dipakai
tidak memiliki kegunaan lagi dan membuang dengan seenaknya sendiri.
4
Kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan menjadi faktor yang paling
dominan, di samping itu kepekaan masyarakat terhadap lingkungan harus
dipertanyakan.
Telah lama sampah menjadi permasalahan yang sangat serius di berbagai
kota besar di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia berbanding
lurus dengan sampah yang dihasilkan tiap harinya, bahkan diperkirakan sampah
setiap harinya di seluruh Indonesia mencapai 38,5 juta ton per tahun.
Berikut diagram sampah pertahun :
Diagram.1
Timbunan Sampah Pertahun di Indonesia Menurut Pulau
Sumber : (http://hedisasrawan.blogspot.co.id.)
Sampah berdasarkan kandungan zat kimia dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu sampah anorganik pada umumnya tidak mengalami pembusukan, seperti
plastik, logam. Sedangkan sampah organik pada umumnya mengalami
pembusukan, seperti daun, sisa makanan.
Selain itu ada beberapa jenis-jenis sampah yaitu :
8,7
21,2
1,3
2,3
5
0 5 10 15 20 25
Sumatra
Jawa
Bali, Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi,Maluku,Papua
5
1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun dan
sisa sampah lainnya. Sampah ini dalam pengelolaannya menghendaki
kecepatan baik pengumpulan maupun dalam pembuangannya. Pembusukan
sampah ini akan menghasilkan antara lain gas metan, gas H2S yang bersifat
racun bagi tubuh. Selain beracun, gas H2S juga berbau busuk sehingga secara
estetis tidak dapat, jadi penumpukan sampah yang membusuk tidak dapat
dibenarkan. Di Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sampah
kebanyakan terdiri atas sampah jenis ini. Tetapi bagi lingkungan, sampah jenis
ini relative kurang bahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-
zat anorganik yang berguna bagi fotosintesa tumbuhan. Hanya saja orang harus
mengangkut dan membuangnya di tempat yang aman, dengan kecepatan yang
lebih daripada kecepatan membusuknya.
2. Sampah yang tidak dapat membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam,
sterefom dan lainnya. Sampah jenis ini apabila memungkinkan sebaiknya
didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui proses ataupun
secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses
seperti pembakaran, tetapi hasil ini masih memerlukan penanganan lebih
lanjut.
3. Sampah yang berupa debu/abu. Sampah jenis ini biasanya berupa debu/abu
hasil pembakaran, misalnya pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor.
Sampah ini tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mendatarkan tanah atau penimbunan selama tidak mengandung zat beracun,
maka abu tersebut tidak terlalu berbahya bagi lingkungan dan masyarakat.
6
Namun demikian ukuran debu atau abu yang relatife kecil (< 10 mikron) dapat
memasuki saluran pernafasan.
4. Sampah yang berbahaya bagi kesehatan, seperti sampah-sampah yang berasal
dari kegiatan industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis
berbahaya. Sampah bahan berbahaya beracun dan berbau (B3) adalah sampah
yang karena jumlahnya, atau konsentrasinya atau karena sifat kimiawi, fisika,
dan mikrobiologinya dapat menyebabkan:
a. Meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna, atau
menyebabkan penyakit yang tidak reversible ataupun sakit berat yang
pulih.
b. Berpotensi menimbulkan bahaya di masa kini maupun masa yang akan
datang terhadap kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah,
ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik.
Berdasarkan data yang di himpun, presentase jumlah sampah berdasarkan
jenisnya :
Diagram.2
Jumlah sampah Juta/ton di Indonesia Menurut Jenisnya
22,4
5,4
3,6
2,3
1,4
0,7
0,7
0,7
0,7
0,5
0 5 10 15 20 25
Sampah Dapur
Sampah Plastik
Sampah Kertas
Sampah Lainnya
Sampah Kayu
Sampah Kaca
Sampah Karet/Kulit
Sampah Kain
Sampah Metal
Sampah Pasir
7
Sumber : (http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jwl/article/download/167/90)
Di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, volume sampah yang
dihasilkan oleh 215.678 keluarga mencapai 2.190,43 m3 per-hari, sedangkan
volume sampah yang terangkut 131,37 m3 atau 6,00% (BLH Kabupaten Bantul,
2011). Berdasarkan SNI S-04- 1993-03 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk
kota kecil dan kota sedang, maka besarnya timbulan sampah di Kabupaten Bantul
sebagai kota sedang adalah sebesar 2,75- 3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8
kg/orang/hari. Sebagian besar sampah (94%) dikelola dengan cara on-site
(ditimbun atau dibakar di halaman rumah) dan sisanya dibuang di sungai atau
lahan-lahan kosong.
Dapat dilihat pada diagram volume sampah yang terangkut di Kabupaten
Bantul perhari :
Diagram.3
Volume Sampah Perhari Menurut Wilayah Kecamatan
8
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul,2011
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Bantul
menyumbangkan sampah perhari sebesar 155,51 mᶟ. Volume sampah yang
terangkut perhari hanya 33,09 mᶟ. Ini menunjukan bahwa masih kurangnya
perhatiaan terhadap sampah. Tidak semua sampah diproses ke tempat pengolahan
akhir (TPA). Masih ada pengelolaan sampah yang dilakukan secara individu
dengan cara dibakar atau dibuang ke sungai. Sosialisasi pengelolaan sampah
dengan konsep 3R oleh komunitas masyarakat ditindaklanjuti dengan dibentuknya
Bank Sampah di dusun Badegan, Kelurahan Bantul pada tahun 2008.
Di kutip dari detik.com, konsep bank sampah ini membuat warga memilah
sampah rumah tangga mereaka.sementara sampah organik dibuat kompos yang
tampak dimiliki oleh sejumlah rumah di Dusun Badegan untuk sampah yang
memiliki nilai jual atau yang tidak dapat didaur ulang dirumah tangga disetorkan
78,59
91,14
80,69
82,36
111,97
128,66
155,51
130,09
154,17
105,67
105,2
103,46
227,33
203,92
230,58
83,1
117,43
0 50 100 150 200 250
Srandakan
Sanden
Kretek
Pundong
Bambangplipuro
Pandak
Bantul
Jetis
Imogiri
Dlingo
Pleret
Piyungan
Banguntapan
Sewon
Kasihan
Pajangan
Sedayu
9
ke bank sampah. Jumlah sampah plastik yang diterima Bank Sampah Gemah
Ripah mencapai 500-700 kg perbulannya. Jadi bisa dilihat sampah yang dihasilkan
Dusun Badegan untuk sampah plastik sebulannya 500-700 kg.
Dari kedudukan Pemerintah Kabupaten Bantul sangat strategis dalam
pelaksanakan fasilitasi dan stimulasi pengelolaan sampah ramah lingkungan
dengan pola 3R berbasis masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan UU Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan UU 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta upaya peningkatan
tanggung jawab masyarakat dan peluang pendapatan dari pengelolaan sampah. UU
Nomor 18 Tahun 2008 pasal 4 tentang pengelolahan sampah menyebutkan bahwa
pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan
sampah di Kabupaten Bantul mengadopsi konsep 3R, yaitu reduce (mereduksi
timbulan sampah), reuse (pemanfaatan kembali), dan recycle (daur ulang). Konsep
3R mendorong masyarakat melakukan penanganan sampah sejak dari sumbernya
seperti pemilahan sampah dan pengemasan sampah dengan benar, mendorong
penerapan konsep pemanfaatan sampah yang memiliki nilai ekonomi mulai dari
pemulung hingga industri daur ulang sampah. Setiap rumah tangga memilah
sampah mereka kedalam tiga tempat. Sampah plastik dikirim ke industri yang
mengolah sampah plastik dan sampah kertas dikirim ke industri pengolah kertas,
sedangkan sampah organik diproses menjadi kompos.
Di Kabupaten Bantul, sarana dan prasarana pengelolaan sampah masih
terbatas baik kualitas dan kuantitasnya, serta belum berkembangnya mekanisme
10
insentif dan disinsentif di bidang pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah oleh
swasta atau kelompok masyarakat sudah mulai berkembang namun belum cukup
signifikan dalam konteks cakupan dan skala layanan. Dengan adanya paradigma
yang memandang sampah sebagai sumber daya yang dapat didaur-ulang sehingga
menghasilkan nilai tambah, membuka peluang usaha dan lapangan kerja
masyarakat di Kabupaten Bantul.
Peran Pemerintah Kabupaten Bantul menjamin terselenggaranya
pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan. Pengelolaan sampah
dikategorikan sebagai pelayanan publik, dan setiap warga memiliki hak dan
kewajiban dalam mengelola sampah. Setiap rumah tangga wajib mengurangi
sampah dan menanganinya dengan cara yang berwawasan lingkungan. Melalui
studi identifikasi pengelolaan sampah berbasis komunitas ini diharapkan dapat
mengetahui relevansi pengelolaan sampah dengan konsep 3R dalam membantu
mengurangi timbulan sampah dan menciptakan peluang ekonomi dari daur ulang
sampah di Kabupaten Bantul. Pengelolaan sampah tidak semua sampah diproses
ke tempat pengolahan akhir (TPA). Penampungan sampah disediakan secara
mandiri oleh komunitas masyarakat, kecuali di trotoar yang disediakan oleh
pemerintah Kabupaten Bantul. Pengumpulan sampah dilakukan secara individu
maupun komunal yang dikelola oleh petugas RT/RW. Sistem pengumpulan
sampah dari sumber sampah sampai ke TPS diangkut dengan gerobak. Dari TPS
sampah diangkut dengan truk sampah (dump truck dan armrool truck) ke TPA
Piyungan. Untuk daerah yang berlokasi di jalan protokol, kawasan komersial dan
perkantoran, sampah langsung diangkut ke TPA. Kabupaten Bantul memiliki
11
kendaraan pengangkut sampah (dump truck) 15 buah, armrool truck 4 buah dan
pickup L-300 1 buah dalam kondisi baik. Sistem layanan sampah terpusat yang
cukup besar pada kecamatan-kecamatan yang termasuk kawasan perkotaan
meliputi Kecamatan Bantul, Banguntapan, Sewon dan Kasihan. Sedangkan di 12
kecamatan lainnya, jumlah volume sampah terangkut lebih kecil dan berasal dari
TPS pasar. Dari sini bisa dilihat bahwa untuk pengelolaan sampah untuk desa di
kelola oleh individual maupun komunal yang dikelola oleh petugas RT/RW
setempat dan hanya di beri gerobak per RT/RW. Sedangkan di RT 12 Dusun
Badegan Bantul ada 41 kepala keluarga. Jika setiap keluarga diasumsikan terdiri
dari 4 orang, maka setiap keluarga menghasilkan kurang lebih 8 kg sampah per
hari atau 328 kg per hari untuk seluruh RT 12 Dusun Badegan Bantul.
Dari berbagai aspek, pencemaran lingkungan merupakan permasalah kita
bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut
keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam
menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari
lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang
sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
pembuangan sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan
dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa di apa-
apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar
dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk, akan menjadi bibit
penyakit di kemudian hari. Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan, bila
12
tidak dikelola dengan baik dan benar tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena
selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah
menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya dan juga
kesadaran dari masyarakat untuk mengelolanya.
Di wilayah D.I.Yogyakarta ada bank sampah yang terkenal yang bernama
Bank Sampah “GEMAH RIPAH” tepatnya di Dusun Badegan Kabupaten Bantul.
Bank Sampah Gemah ripah didirikan oleh masyarakat Badegan tahun
2008. Gagasan awal datang dari Bambang Suwerda. Bambang merasa bahwa
kesadaran warga tentang masalah sampah masih rendah. Untuk itu timbullah ide
bagaimana cara mengelola dan memanfaatkan sampah itu dengan benar, sekaligus
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan, maka terbentuklah
Bank Sampah Gemah Ripah.
Secara umum permasalahan sampah dapat di golongkan dari beberapa
aspek yaitu:
1. Aspek sosial budaya
Permasalahan dilihat dari aspek sosial budaya bahwa dikutip dari jurnal
(Sunu Hardiyanto, 2000:19). Tidak ada seorang manusiapun yang mampu
membebaskan diri dari keniscayaan meyampah. Setiap manusia hanya bisa
menjadi penuh atau menjadi teralienasi di tengah semesta yang maju terus
secara dinamik mengekspresikan kepunahaan-kepunahaan dan keseimbangaan
sistem. Tidak ada jalan tengah. Bahkan, dalam tataran sosial yang lebih luas,
tatanan dan kesadaran masyarakat akan dampak kemenyampahaan manusia
13
dan karena itu masyarakat, akan menandai dan mencerminkan kreatifitas dan
kepenuhan inklusif manusia bersama keseluruhan gerak semesta.
Individu dan kelompok masyarakat hanya bisa terlibat dan menjadi
penuh atau tidak peduli dan menjadi terasing dari keberadaan mendasar
menyampah. Ketidak peduliaan terhadap kemenyampahaan manusia, pada
akhirnya hanya akan membawa kepada ketersaingan penuh, yakni menjadi
salah satu tumpukan sampah, menjadi disarded without any expectation to be
conpensated for its (their) inherent value. Adakah harapan bagi kaum bumi di
balik keberadaan mendasar “menyampah” manusia.
Di dalam kebudayaan moderen, dua kecendrungan sikap dasar terhadap
sampah dapat kita kenali. Laju tumpukan sampah berbanding lurus dengan
derap konsumerisme, sedangkan laju pemanfaatan dan pendayagunaan sampah
berbanding lurus dengan laju produksi. Ketidaknormalan muncul didalam
dunia moderen ketika “produktivitas” sesungguhnya digerakkan secara masif
oleh semangat konsumerisme. Roda produksi tidak lagi digerakkan oleh
semangat mencukupi permintaan yang real, melainkan juga oleh kepentingan
untuk menguasai bisnis dan kemenangan dalam persaingan. Banyak barang
diproduksi bukan karena dibutuhkan, tetapi karena kebutuhan yang diciptakan.
Akibatnya derap produksi zaman moderen lebih banyak menghasilkan
tumpukan sampah dari pada pemanfaatan sampah menjadi sumber energi.
Keperduliaan terhadap sampah tampaknya merupakan kebudayaan dan
melekat pada pribadi dan kelompok masyarakat. Bila anda pergi bertamasya ke
Candi Borobudur, Jawa Tengah, anda bisa memperhatikan “kebersihan” desa-
14
desa di sekitar candi. Setiap hari masyarakat desa menyapu halaman atau jalan
kecil di sekitar rumah dua kali sehari. Hal yang sama masih bisa ditemukan
dibanyak masyarakat pedesaan di Yogyakarta dan Jawa pada umumnya. Orang
bisa menyapu sampah, mengumpulkan sampah dan menjadikanya pupuk hijau.
Kepeduliaan pada sampah tertanam lewat kegiatan sehari-hari. Sikap
positif terhadap sampah terbentuk lewat kepeduliaan dan kecerdasan
menyikapi lingkungan hidup. Sebaliknya, sikap tidak peduli kepada sampah
juga terbentuk melalui kebiasaan harian. Kebiasaan tidak peduli pada sampah
lahir dari ketikpedulian pada banyak hal-hal lain. Sebagai contoh, pada
umumnya orang selalu mendahulukan orang lain. Ketika orang keluar dari
kereta, orang akan memberikan kesempatan pada orang yang sudah berdiri
didepannya untuk keluar dari kursi dan berjalan menuju pintu. Ketika orang
masuk kesebuah bangunan atau ruangan, orang akan menahan pintu sampai
orang yang dibelakanganya masuk. Sikap peduli dan sikap memandang orang
lain penting atau lebih penting merasuki sikap seseorang pada banyak hal yang
lain, termasuk sampah.
Sumber:(http://www.academia.edu/6463136/Gerakan_Keadilan_Lingkungan_
Studi_Kasus_di_Bank_Sampah_Gemah_Ripah_Dusun_Badegan_Bantul).
Selain itu sebagian besar sampah yang dihasilkan rumah tangga belum
dikelola dengan baik. Banyak warga yang membakar sampah sebagai salah
satu solusi yang dianggap terbaik dalam menangani sampah, terutama sampah
daun, kertas dan plastik. Ada juga sebagian warga yang menyerahkan
penanganan sampahnya pada petugas kebersihan, di mana sampah yang
15
dihasilkannya hanya dikumpulkan menjadi satu tanpa pemilahan, ditempatkan
pada satu bak sampah sementara, dan kemudian secara berkala 2-3 hari sekali
diambil oleh petugas yang bersangkutan. Tiap kepala keluarga dikenakan
retribusi Rp 10.000- Rp 15.000 tiap bulannya untuk pelayanan ini. (Bambang
Suwerda & Yamtana, 2009). Setelah bencana gempa bumi tahun 2007 meluluh
lantahkan Kabupaten Bantul dan sekitarnya, di Dusun Badegan Bantul
timbulan sampah berserakan di mana-mana. Sebagian besar timbunan sampah
berupa sampah kertas, plastik dan stereofoam yang berasal dari bungkus
logistik bantuan untuk masyarakat korban gempa dan bungkus barang-barang
elektronik baru yang dibeli warga. Sedangkan sistem pengelolaan sampah oleh
petugas kebersihan belum berjalan. Untuk mengurangi timbulan sampah
sebagian warga membakar sampah anorganik tersebut sehingga menimbulkan
asap tebal yang menyebabkan gangguan kesehatan seperti batuk, sesak nafas,
sakit tenggorokan dan mata pedih. Sampah yang dibuang di sembarang tempat
juga menjadi sarang nyamuk yang mengakibatkan terjadinya wabah penyakit
demam berdarah di Dusun Badegan Bantul pada tahun 2008.
Dari pemaparan aspek sosial diatas moderenisasi dan globalisasi
melahirkan corak kehidupan yang sangat kompleks, hal ini seharusnya jangan
sampai membuat bangsa Indonesia kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa
yang kaya akan unsur budaya. Akan tetapi dengan semakin derasnya arus
globalisasi mau tidak mau kepribadian tersebut akan terpengaruh oleh
kebudayaan asing yang lebih mementingkan individualisme. Masuknya
kebudayaan asing ada dampak positif dan negatif. Dari dampak negatif bisa
16
dilihat semakin banyaknya perusahan memproduksi barang plastik yang susah
di urai jika sudah tertimbun tanah dan menyebabkan rusak dan tandusnya
tanah. Akan tetapi dari perkembangan zaman yang semakin moderen berkat
masuknya kebudayaan asing membuat masyarakat semakin kreatif dan
berinovasi dengan sampah dan sadar akan keburukan sampah plastik bagi
kehidupan manusia. Dari sini kita dapat melihat secara mikro akibat adanya
bank sampah gemah ripah yang dulunya masyarakat tidak tertarik dengan
sampah plastik yang bisa di daur ulang hanya ditumpuk dan di bakar sudah
mulai merubah mindset bahwa sampah bisa menghasilkan pundi-pundi uang
dengan cara mendaur ulang dan dijual hasil karya yang terbuat dari sampah.
Yang termudah cukup menabung sampah atau menukarkan sampah dengan
pulsa bahkan ada seorang dokter yang di bayar pake sampah ini menunjukkan
bahwa sudah berubahnya kebudayaan masyarakat mengenai sampah yang
dulunya sampah hanya dipandang sebelah mata menjadi sampah dapat
menghasilkan ekonomis yang tinggi.
2. Aspek ekonomi
Dalam pikiran kita sampah selalu saja di artikan sebagai kotoran yang
tak bernilai dan tidak ada harga jualnya. Akan tetapi apabila sampah itu di daur
ulang atau di bikin sebuah kerajinan tangan maka akan munculah harga jual
yang tinggi contohnya Bank Sampah di Dusun Badegan Bantul, dikenal
dengan nama Bank Sampah Gemah Ripah. Aktivitasnya sama dengan bank
pada umumnya, hanya di sini bukan uang yang disimpan atau ditabung, tetapi
sampah yang masih memiliki nilai ekonomis. Kemudian juga bank sampah ini
17
merupakan suatu gerakan memilah dan mendaur ulang sampah. Walaupun
disebut bank, akan tetapi lembaga ini sebenarnya hanya dipandang sebagai
bengkel kerja kesehatan lingkungan.
Sebagai sebuah lembaga yang terorganisir, Bank Sampah Gemah Ripah
mempunyai struktur managemen dengan susunan : direktur, wakil direktur,
Sekretaris, Bendahara dan Koordinator/Teller. Aktivitas lembaga ini dijalankan
setiap Senin, Rabu dan Jumat mulai jam 16.00 sampai menjelang magrib. Pada
saat nasabah menyetorkan sampah, nasabah mendapatkan bukti setoran dari
teller yang kemudian di catat dalam buku tabungan. Harga sampah bervariasi
tergantung jenisnya. Agar nominal tabunganya cukup besar nilai rupiahnya,
tabungan baru dapat diambil tiga bulan sekali. Sampah dipilah menjadi 3
kantong, kantong I berisi sampah plastik,kantong ke II beris sampah kertas dan
kantong III berupa kaleng dan botol. Untuk harga per kilogram kertas arsip Rp
1900, kertas karton Rp 1100, kertas campuran Rp 700. Sedangkan plastik,
botol, dan kaleng harganya menyesuaikan ukuran. Setiap bulan pihak Bank
mendatang-kan pengepul untuk membeli. Walau sudah mempunyai struktur
managemen yang boleh dipandang cukup profesional, namun semuanya belum
digaji. Mereka masih bekerja secara sukarela tanpa dibayar.
Sumber : (http://bantulbiz.com/id/bizpage_perajin/id-277.html)
Pada mulanya nasabah atau mereka yang menyetor sampah pada bank
sampah ini, hanya terdiri dari warga dusun Badegan. Namunn sekarang sudah
bertambah dari warga dusun lainnya di sekitarnya. Nasabah yang tergolong
individu sudah mencapai 150 orang, sedangkan yang komunal sudah 16
18
kelompok. Pihak Bank hanya memotong 15 % dari setiap individu, untuk yang
komunal dipotong 30 %, dari nilai jual sampah. Potongan tersebut untuk
membiayai kegiatan operasional Bank tersebut. Tidak semua sampah disetor ke
pengepul, ada sebagiaan sampah yang dikelola menjadi aneka aksesoris rumah
tangga, seperti tas, dompet, baju rompi. Semua itu dibuat dari plastik sachet
dan untuk sampah gabus dibuat pot bunga. Barang-barang tersebut dijual
dengan harga Rp 20.000 sampai Rp 35.000. untuk memproduksi barang-barang
tersebut dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga dusun Badegan sebgai kerja
sambilan.
3. Aspek Ekologi
Eko Siswono, (2015:2), saat ini manusia sedang mengalami krisis
kehidupan mencakup wilayah yang sangat komplex dan global. Sebagiaan
pengamat menyatakan bahwa akar dari krisis ini adalah realitas kemoderenan,
yang justru dinggap sebagiaan besar kalangan sebagai kreasi manusia terhebat.
Wujud dari krisis kehidupan tersebut salah satunya adalah krisis lingkungan
yang melanda dewasa ini. Termasuk bencana demi bencana yang menerpa
negri ini, khususnya beberapa tahun terakhir. Kerusakan alam tidak dapat di
pungkuri di karenakan oleh dominasi manusia dalam penguasaan alam, yang
cendrung exploitatif. Sejak Descartes mengungkapkan teorinya, maka
dikotomi subjek-objek dalam realitas kemoderenan semakin lebar. Manusia
sebagai subjek dan alam sebagai objek. Melalui ungkapan saya berfikir, maka
saya ada (cogito ergo sum) Descartes hendak menyatakan bahwa eksistensi
sejati di jagad raya ini hanya dimiliki oleh sesuatu yang berfikir. Pikiran benar-
19
benar terpisah dari materi, bukan merupakan suatu kesatuaan dalam hubungan
mutual yang dinamis, tetapi merupakan suatu keterpaduaan yang saling
berinteraksi satu sama lain, dan saling membutuhkan.apabila hal tersebut
kurang di pahami, mengakibatkan dikotomi antara manusia dan alam yang
secara tak langsung melegitimasi manusia untuk mengeksploitasi alam
sekehendak hati. Inilah yang menjadi sasaran kritik kaum perenalis bahwa
moderenisme telah memutus rantai keterkaitan antara manusiadan alam, yang
mengakibatkan krisis ekologi yang parah, seperti yang kita lihat sekarang ini.
Interaksi antara manusia-alam terjadi secara tidak langsung karena
produksi dan penggunaan produk buatan, seperti peralatan elektronik,
furniture, plastic, pesawat terbang, dan mobil terus-menerus mengalami
peningkatan yang berarti. Produk ini bukan melindungi manusia dari
lingkungan alam, justru mengarahkan mereka untuk memahami
ketergantungan pada sistem alam, tetapi semua produk yang di produksi
tersebut pada akhirnya berasal dari sistem alam.
Proses interaksi yang berdampak positif antara manusia dengan
lingkungan apabila terjadi hubungan timbal balik di mana manusia dengan akal
dan pikiran mampu memanfaatkan dan memelihara atau melindungi
lingkungan dengan baik. Namun pada kenyataanya, poros interaksi tersebut
berdampak negatif karena tidak ada terciptanya keserasiaan antara prilaku
manusia dengan lingkungan di mana manusia tidak menjaga serta
mempertahankan kelestariaan atau menjaga keseimbangan ekosistem.
20
Contohnya seperti sampah organik maupun nonorganik, sampah sangat
berpengaruh terhadap lingkungan. Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan
baik dan benar akan menimbulkan beberapa dampak negatif dan bencana
seperti :
a. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan
sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif
sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain.
Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan lokasi
pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan
sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul
sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat
berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui,
terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak kendaraan. Proses
dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam
hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO2 (Karbon Dioksida), CH4
(Metana), H2S (Hidrogen Sulfida), dan lain-lain yang secara langsung akan
mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya
pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan
manusia di sekitarnya.
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi
pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga
21
sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada
instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis. Seperti halnya perkembangan
populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah
yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA
akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak.
Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah
menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan
sangat mengganggu daerah sekitarnya.
b. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial
menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran
atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi
pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup
besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup
potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan
sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah
di bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air
tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap
sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.
c. Pencemaran Tanah
22
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di
lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan
menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya
sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan
Berbahaya (B3) apalagi sampah non organik yang susah terurai seperti
plastik akan menyebabkan penumpukan dan tanah menjadi tidak subur.
Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai
sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan
setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan
lingkungan sekitarnya.
Jika di lihat dari sikap ekologis, perkembangan teknologi
menawarkan banyak sekali kemudahan kepada manusia. Namun demikian,
beberapa kemudahan harus dibayar dengan harga yang tak sepadan. Dari
pada membawa sapu tangan, dunia medern menawarkan tisu. Orang bisa
membeli tisu, memakainya untuk mengusap mulut atau keringat dan
membuangnya ketempat sampah. Dari pada harus membawa keranjang
untuk belanja, hampir setiap supermarket dan toko-toko menyediakan tas
plastik bagi pembeli. Secara tidak sadar, orang meminta tas plastik bila
kebetulan menjual tidak memberinya tas plastik.
Karakter mendasar manusia sebagai makhluk menyampah tidak
akan mengancam bumi dan sesama penghuni bumi selama manusia mau
mendayagunakan nalar dan kehendaknya. Kebijakan negara maju,
keberaniaan perusahaan untuk mendaur ulang sampah-sampah dari hasil
23
produksinya secara kearifan masyarakat desa menjadi bukti bahwa
makhluk menyampah tidak dengan sendirinya selalu menyampahi bumi
dan sesamanya. Akhirnya: do we want to be happy, as the world is happy,
and with the world?. Di kutip dari (jurnal, wajah manusiawi sampah dan
ekologi Sunu Hardiyanto:,2000:25).
Pembangunan di Bantul yang dinamis dengan meningkatnya
berbagai usaha dan kegiatan mengakibatkan terjadinya perubahan ekologi
yang cepat ternyata telah berdampak merusak lingkungan hidup.
Meningkatnya pencemaran air, pencemaran udara, kerusakan lahan, dan
tanah merupakan dampak dari pembangunan yang tidak
memperhatikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dari hasil
inventarisasi permasalahan lingkungan hidup di Bantul yang dilakukan
Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul diperoleh beberapa permasalahan
lingkungan hidup yaitu: pencemaran air tanah, pencemaran udara,
permasalahan sampah. Kualitas air tanah dan air permukaan Bantul
mengalami penurunan, terutama di wilayah perkotaan diperkirakan terus
mengalami ancaman pencemaran seiring terus bertambahnya jumlah
penduduk serta berkembangnya usaha atau kegiatan masyarakat. Sumber
pencemaran air berasal dari limbah rumah tangga, peternakan, dan industri
yang masih banyak membuang limbahnya langsung ke sungai tanpa diolah
lebih dulu. Kondisi tersebut akibat masih kurangnya pemahaman,
pengetahuan, dan ketrampilan dari berbagai pihak terkait dengan
permasalahan pencemaran air tanah dan air permukaan.
24
Dari pemaparan tiga aspek permasalahan di atas dapat dilihat bahwa
masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan sampah yang
berkelanjutan. Akan tetapi dari perubahan prilaku yang ditunjukan
masyarakat mulai ada perubahan walaupun tidak semua masyarakat perduli
terhadap sampah. Sebenarnya apabila masyarakat bisa memanfaatkan
sampah dengan baik dan berkelanjutan maka dari sampah bisa
menghasilkan pundi-pundi rupiah dan bisa membantu perkonomiaan
keluarga. Kemudiaan dari dampak yang ditimbulkan oleh sampah bisa
merusak lingkungan yang selama ini kita gantungkan hidup kita dari alam
seperti tanah, air, dan udara. Maka dari itu manusia di tuntut untuk bisa
sadar tehadap sampah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan Latar Belakang, dapat di ambil rumusan masalah
penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Fungsi Bank Sampah “Gemah Ripah”
untuk Masyarakat di Padukuhan Badegan dilihat dari Aspek Sosial Budaya,
Ekonomi Dan Ekologi”.
C. Tujuan Penelitiaan
Untuk mengetahui Fungsi Bank Sampah “Gemah Ripah” dilihat dari Aspek
Sosial Budaya, Ekonomi Dan Ekologi bagi Masyarakat Padukuhan Badegan.
D. Manfaat Penelitiaan
1. Manfaat Akademis
106
B. Saran
Saran yang dapat penyusun sampaikan terkait dengan Fungsi BSGR untuk
Masyarakat Padukuhan Badegan dilihat dari Aspek Sosial Budaya, Aspek
Ekonomi dan Aspek Ekologi, antara lain:
1. Perlunya untuk terus meningkatkan kualitas SDM masyarakat agar masyarakat
lebih bisa mandiri dan bisa mengelola sampah dengan baik
2. Perlu adanya dukungan secara penuh dari pemerintah dan masyarakat agar
keberlanjutan organisasi BSGR tetap ada dan membawa perubahan.
3. Perlu adanya sarana dan prasarana BSGR yang memadai agar masyarakat lebih
tertarik untuk berpartisipasi dengan ikut serta menjadi nasabah BSGR .
DAFTAR PUSTAKA
Boediono, 1982. Ekonomi Mikro. BPFE, Yogyakarta.
Hardiyanto Sunu, 2000. wajah manusiawi sampah dan ekologi. BPFE, Yogyakarta.
Koentjaraningrat, 1983 Metode-metode Penelitian Masyarakat, PT Gramedia, Jakarta.
Mankiw Gregory N. 2000. Pengantar Ekonomi. PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
Moleong, Lexy J. 1995. Metodelogi Penelitiaan Kulitatif. PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Purba, Jonny. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.
Ritzer, George, 2009, Sosiologi Ilmu Pengetahuaan Berparadigma Ganda, Rajawali
Pers, Jakarta.
S. Alex, 2015. Sampah Organik.. Pustaka Baru Perss, Yogyakarta.
Siswono, Eko, 2015, Ekologi Sosial. Penerbit Ombak, Yogyakarta.
107
Usman, Sunyoto, 2015, Perubahan Sosia., Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Sumber lain :
https://tpasukawinatan.wordpress.com/2012/04/26/pengertian-definisi-sampah-
menurut-para-ahli/
Ahadi 2011 9 mei http://www.ilmusipil.com/pengertian-sampah
(http://debybetter.students.uii.ac.id/2014/04/25/sepuluh-prinsip-ekonomi-menurut-
prof-n-gregory-mankiw/)
http://journal.um.ac.id/index.php/jesp/article/download/5971/2480.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41902/1/Reference.pdf
https://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/08/05/pemanfaatan-sampah/
http://sri-harini-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-105200
http://blhd.tanjabbarkab.go.id/kategori/rehli/nilaisampah.html
http://www.academia.edu/7483786/Telah_lama_sampah_menjadi_permasalahan_seriu
s_di_berbagai_kota_besar_di_Indonesia_1
http://blogs.worldbank.org/eastasiapacific/id/bank-sampah-di-indonesia-menabung-
mengubah-perilaku
https://brightfuture.unilever.co.id/stories/397066/Mengenal-Apa-Itu-Bank-
Sampah.aspx
http://www.menlh.go.id/sampah-di-indonesia-sudah-memasuki-stadium-
iv/)https://soera.wordpress.com/2009/02/12/ekologi-etika-pembangungan/
http://skripsi-manajemen.blogspot.co.id/2011/02/teori-motivasi-maslow-
mcclelland.html
http://chikacimoet.blogspot.co.id/2013/02/pemberdayaan-masyarakat.html
http://tisa-larasati-fisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-139013-SOH201-
Green%20Thought:%20Lingkungan,%20Kesadaran,%20dan%20Perspektif.ht
ml
KATA PENGANTAR
108
Segala puji atas kehadirat Allah SWT, Tuhan seluruh alam, maha pengasih lagi
maha penyayang, pemilik hari pembalasan.Alhamdulillahi robbil„alamin. Puji syukur
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Fungsi Bank Sampah “Gemah
Ripah” untuk masyarakat di Dusun Badegan dilihat dari Aspek Sosial Budaya,
Ekonomi Dan Ekologi” dengan lancar.
Skripsi ini penulis susun guna memenuhi kewajiban untuk memenuhi sebagai
prasyarat guna memperoleh gelar sarjana. Selain itu, penulis berharap agar skripsi ini
dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan atau referensi untuk menambah ilmu
pengetahuan terutama di kampus STPMD “APMD” Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Habib Muhsin, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Drs, Oelin Marliyantoro, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Sosiatri /
Pembangunan Sosial, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta serta sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi ini.
3. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta yang selama ini tidak kenal pamrih dalam membimbing dan
menuangkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama duduk di bangku
perkuliahan.
109
4. Kepala Dukuh Badegan, dan Kepala Desa Bantul perangkat-perangkat desa
lainnya yang telah melayani dan menerima dengan baik selama proses
pengambilan data.
5. Pengurus Bank Sampah Gemah Ripah yang sudah memberikan data kepada
peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan penelitian di Padukuhan Badegan
6. Pengurus dan sahabat-sahabat di Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Lingkungan
(PALAPA) semoga tali silaturahmi tidak pernah putus dan tetap terjaga.
7. Seluruh warga masyarakat Padukuhan Badegandan nasabah Bank Sampah yang
tidak bisa disebutkan satu persatu telah banyak membantu penulis agar menjadi
lebih berarti dalam hidup bermasyarakat.
Pada akhirnya, penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tidak luput dari
khilaf tentunya dalam penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan, kesalahan dan
kelemahan yang perlu untuk diperbaiki. Kritik dan saran yang membangun bagi
penulis sangat diharapkan.
Yogyakarta, 3 Oktober 2016
Cito Negoro
PANDUAN PERTANYAAN
Informan : Pengurus Bank Sampah
Hari, tanggal :
Waktu :
Lokasi :
118
4. Dari segi lingkungan karena kebersihan sebagian dari iman bagaimana anda
melihat lingkungan sekitar setelah dan sebelum adanya bank sampah?
5. Apa kontribusi bank sampah terhadap lingkungan menurut bapak?
6. Apa harapan bapak sebagai tokoh agama kedepannya untuk bank sampah
gemah ripah untuk masyrakat badegan ?
FUNGSI BANK SAMPAH GEMAH RIPAH UNTUK MASYARAKAT
PADUKUHAN BADEGAN DILIHAT DARI ASPEK SOSIAL BUDAYA,
ASPEK EKONOMI DAN ASPEK EKOLOGI
(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Pedukuhan Badegan, Desa Bantul,
Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial
Disusun Oleh:
CITO NEGORO
No. Mhs : 12510002
119
PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
Pada hari : Senin
Tanggal : 03 Oktober 2016
Jam : 11.00 WIB s/d selesai
Tempat : Ruang Sidang Skripsi STPMD “APMD”
TIM PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Drs. Oelin Marliyantoro, M.Si.
Ketua Penguji/ Dosen Pembimbing
2. Dra. Anastasia Adiwirahayu, M.Si.
Penguji Samping I
120
3. Ratna Sesotya W.,S.Psi.,M.Si.Psi.
Penguji Samping II
Mengetahui,
Ketua Prodi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial
Drs, Oelin Marliyantoro, M.Si
MOTTO
“Sebaik-baiknya manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi
orang lain, berakhlak mulia, mempelajari Al-quran dan mengajarkannya, serta
orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya.” (Sabda Rasulullah
SAW)
“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan
adalah hati yang selalu merasa cukup.” (Sabda Rasulullah SAW)
121
“Merantaulah, engkau akan mendapatkan pengganti dari orang-orang yang kau
tinggalkan, dan bekerja keraslah karena sesungguhnya kelezatan hidup itu ada
dalam kerja keras.” (Imam Syafi’i)
“Sejahat-jahatnya orang pasti ada yang membela, sebaik-baiknya orang pasti ada
yang mencela. Artinya pro dan kontra akan selalu ada dalam setiap keadaan,
lakukan apa yang terbaik sesuai tuntunan Islam.” (Felix Y. Siauw)
“Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah
menjadi manusia yang berguna. “(Albert Einstein)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil„alamin, berkat rahmat Allah SWT penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini dipersembahkan untuk :
122
Yang tercinta Orang Tuaku yaitu Ayah dan Ibu yang telah mencurahkan kasih sayang
yang tulus padaku, pengorbanan, bimbingan yang tiada henti demi masa depanku.
Kakak-kakak dan keponakan tersayang yang telah banyak membantu dan
mendoakanku. Kebersamaan keluarga kita adalah suatu kebahagiaan.
Keluarga besar Bapak Mardiyanto yang telah memberikan pelajaran dan pengalaman
hidup yang berguna sebagai motivasi bagi penulis. Semoga tali silaturahmi tidak
pernah putus dan tetap terjaga, serta diberi kesempatan untuk bertemu kembali.
Keluarga besar Jurusan Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial angakatan 2012 yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya
selama ini.
Sahabat-sahabatku Angel, Wakhid, Agung ade Wakhid, Septi Nur A‟ini, Septian,
Afton, Icay, Muhklis, Mba Renita, bowo, Mutia, Dumay, Serius Kulka, Vita, Cher
Aristha, Mba Siska, Mba Yustin, Mba Nita, Irfan Rosyid, Jerry, Erwin, Rosalia,
Yoga, Meidina, Clara, Tesar Pandu, Lutfi Fuadi, Pram,Joko Sulistyo, M.Fithrian
Noor, Endah, Nadri, Nuruddin, Ade Andiar, Ryan, Nanang, Gaby, Lilik, Amalia,
Luvi, Shela, Thesa, Anisak, Sri, Vero, Asih, Selig, yang telah banyak membantu
123
penulis agar menjadi lebih berarti dalam hidup bermasyarakat diantara
perbedaan budaya.
Sahabat-sahabat kos Djoe Yen, Noor Kholis, Leman Rehe, Jefri, Dias, Edwin,
Adil, Topan, dan Belta yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis.
Buat yamg lagi deket Tina Nunengsri SE makasih sudah mau mensuport dan
mendoakan
Pemerintah Kabupaten Paser yang telah memberikan bantuan dan mendukungku
agar menjadi putra daerah yang berkualitas.
Almamaterku serta segenap civitas akademik STPMD “APMD” Yogyakarta yang
telah menjembatani untuk berfikir, bersikap dan bertindak dalam mengejar cita-
citaku.
Semua rekan yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
124
KATA PENGANTAR
Segala puji atas kehadirat Allah SWT, Tuhan seluruh alam, maha pengasih lagi
maha penyayang, pemilik hari pembalasan.Alhamdulillahi robbil„alamin. Puji syukur
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Fungsi Bank Sampah “Gemah
Ripah” untuk masyarakat di Dusun Badegan dilihat dari Aspek Sosial Budaya,
Ekonomi Dan Ekologi” dengan lancar.
Skripsi ini penulis susun guna memenuhi kewajiban untuk memenuhi sebagai
prasyarat guna memperoleh gelar sarjana. Selain itu, penulis berharap agar skripsi ini
dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan atau referensi untuk menambah ilmu
pengetahuan terutama di kampus STPMD “APMD” Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
8. Bapak Habib Muhsin, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
125
9. Drs, Oelin Marliyantoro, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Sosiatri /
Pembangunan Sosial, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta serta sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi ini.
10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta yang selama ini tidak kenal pamrih dalam membimbing dan
menuangkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama duduk di bangku
perkuliahan.
11. Kepala Dukuh Badegan, dan Kepala Desa Bantul perangkat-perangkat desa
lainnya yang telah melayani dan menerima dengan baik selama proses
pengambilan data.
12. Pengurus Bank Sampah Gemah Ripah yang sudah memberikan data kepada
peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan penelitian di Padukuhan Badegan
13. Pengurus dan sahabat-sahabat di Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Lingkungan
(PALAPA) semoga tali silaturahmi tidak pernah putus dan tetap terjaga.
14. Seluruh warga masyarakat Padukuhan Badegandan nasabah Bank Sampah yang
tidak bisa disebutkan satu persatu telah banyak membantu penulis agar menjadi
lebih berarti dalam hidup bermasyarakat.
Pada akhirnya, penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tidak luput dari
khilaf tentunya dalam penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan, kesalahan dan
kelemahan yang perlu untuk diperbaiki. Kritik dan saran yang membangun bagi
penulis sangat diharapkan.
Yogyakarta, 3 Oktober 2016
126
Cito Negoro
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
127
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 23
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 23
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 24
1. Manfaat Akademis ............................................................... 24
2. Manfaat praktis ..................................................................... 24
E. Kerangka Teori ........................................................................... 24
1. Relevansi Sampah Dengan Prilaku Masyarakat .................. 25
2. Relevansi Bank Sampah Terhadap Masyarakat ................... 27
3. Fungsi Bank Sampah Menurut Pemanfaatannya ................. 29
4. Di Lihat Dari Aspek Sosial Budaya Dalam Hal Pengolahan
Sampah ................................................................................. 30
5. Aspek Ekonomi .................................................................... 31
6. Aspek Ekologi ....................................................................... 33
7. Relevansi teori dengan penelitian ......................................... 36
F. Metode Penelitian ....................................................................... 45
1. Jenis Penelitian ..................................................................... 45
2. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 45
a. Defenis Konsep .............................................................. 45
b. Defenisi Operasional ...................................................... 47
c. Subyek Penelitian ........................................................... 47
d. Lokasi penelitian ............................................................ 47
128
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 48
a. Metode Observasi ........................................................... 48
b. Metode Wawancara ........................................................ 48
c. Metode Dokumentasi ..................................................... 48
4. Teknik Analisis Data ............................................................ 49
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .............................................. 50
A. Deskripsi Wilayah ....................................................................... 50
1. Keadaan Wilayah ................................................................... 50
2. Keadaan Demografi ................................................................ 52
3. Srana dan Prasarana ................................................................ 56
4. Lembaga Kemasyarakatan ...................................................... 60
5. Keamanan dan Ketertiban ....................................................... 61
B. Profil Bank Sampah Gemah Ripah ............................................. 62
1. Sejarah Berdirinya Bank Sampah Gemah Ripah .................. 62
2. Struktur Organisasi ............................................................... 64
3. Visi dan Misi BSGR ............................................................. 64
4. Sampah yang Dikumpulkan BSGR ....................................... 65
5. Aset BSGR ............................................................................ 66
6. Alur Pengelolaan BSGR ....................................................... 67
BAB III ANALISIS DATA ............................................................................ 69
A. Identitas Responden .................................................................... 69
1. Deskripsi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 71
2. Deskripsi Informan Berdasarkan Usia ................................. 72
129
3. Deskripsi Informan Berdasarkan Pendidikan........................ 73
4. Deskripsi Informan Berdasarkan Status Pernikahan ............. 74
B. Fungsi Bank Sampah Gemah Ripah Untuk Masyarakat Dusun
Badegan Dilihat Dari Aspek Sosial Budaya Ekonomi dan Ekologi 75
1. Tingkat Keperdulian Masyarakat Dusun Badegan Terhadap
Sampah Sebelum dan Sesudah Adanya Bank Sampah Gemah
Ripah ..................................................................................... 76
2. Fungsi Bank Sampah Bagi Masyarakat Dusun Badegan ...... 80
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Menjalankan Fungsi
Bank Sampah ....................................................................... 89
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 99
A. Kesimpulan ................................................................................. 99
B. Saran ............................................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PANDUAN PERTANYAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
130
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ................................ 55
Tabel III.1 Data Informan ................................................................................ 71
131
DAFTAR DIAGRAM
Diagram I.1 Timbunan Sampah Pertahun di Indonesia Menurut Pulau .......... 3
Diagram I.2 Jumlah sampah Juta/ton di Indonesia Menurut Jenisnya ............. 5
Diagram I.3 Volume Sampah Perhari Menurut Wilayah Kecamatan .............. 6
Diagram II.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ................................. 52
Diagram II.2 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia ................................ 53
Diagram II.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................ 54
Diagram II.4 Jenis Sarana Kesehatan............................................................... 56
Diagram II.5 Jenis Prasarana Kesehatan .......................................................... 57
Diagram II.6 Jenis Prasarana Pendidikan......................................................... 58
Diagram II.7 Jenis Tempat Peribadatan ........................................................... 59
Diagram II.8 Jenis Prasarana Olahraga ............................................................ 60
Diagram II.9 Jenis Kelembagaan Masyarakat ................................................. 61
Diagram II.10 Keamanan dan Ketertiban ........................................................ 62
Diagram III.1 Deskripsi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 72
Diagram III.2 Deskripsi Informan Berdasarkan Usia ...................................... 73
Diagram III.2 Deskripsi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............. 74
Diagram III.4 Jumlah Responden Menurut Pekerjaan ..................................... 75
132
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Unsur-unsur Lingkungan Hidup ................................................... 34
Gambar II.1 Struktur Organisasi BSGR........................................................... 64
Gambar II.2 Alur Sampah ................................................................................ 67
PETA DESA BANTUL
top related