fulltext ta q revisi ujian ta
Post on 12-Aug-2015
138 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR REMAJA SISWA KELAS X
SMA “TARUNA DRA ZULAEHA” KECAMATAN LECES KABUPATEN PROBOLINGGO
TAHUN AJARAN 2009-2010
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan
Oleh :
Rahmawati MaulidiaNIM: 0610720039
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG2009
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR REMAJA SISWA KELAS X
SMA “TARUNA DRA ZULAEHA” KECAMATAN LECES KABUPATEN PROBOLINGGO
TAHUN AJARAN 2009-2010
Oleh :Rahmawati MaulidiaNIM : 0610720039
Telah diuji pada :Hari : Rabu
Tanggal : 23 Desember 2009dan dinyatakan lulus oleh:
Penguji I
Yati Sri Hayati, S.Kp, M.Kes NIP. 132 300 041
Penguji II Penguji III
dr Soemardini, M.Pd Ns.Dian Susmarini, S.Kep, MNNIP. 19460307 197903 2 001 NIP. 030 681 045
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar
Remaja Siswa Kelas X Sma ‘Taruna Dra Zulaeha’ Kecamatan Leces Kabupaten
Probolinggo Tahun Ajaran 2009-2010 ”.
Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Dr. dr. Samsul Islam, Sp.MK, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
2. dr. Subandi, M Kes. DAHK, selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang
senantiasa memberikan semangat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian Tugas Akhir.
3. dr. Soemardini, MPd, sebagai pembimbing pertama yang telah
memberikan banyak bantuan, sabar dalam membimbing penulis untuk
bisa menulis dengan baik, dan senantiasa memberi semangat sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Ns. Dian Susmarini, S.Kep, MN sebagai pembimbing kedua yang dengan
sabar telah membimbing penulisan dan analisis data, dan senantiasa
memberi semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
5. Ns. Yati Srihayati, S.Kp. M.Kes sebagai tim penguji Tugas Akhir.
6. Titin Andri, S.Kp.M.Kes sebagai Koordinator Tugas Akhir Jurusan
Keperawatan.
7. Bapak Imam selaku Kepala Sekolah SMA “Taruna Dra Zulaeha”
Kabupaten Probolinggo, Bapak Ucok selaku bagian akademik beserta
seluruh staf pengajar yang telah banyak membantu proses penelitian.
8. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB
9. Yang tercinta bapak dan ibu serta adik-adikku atas segala pengertian dan
kasih sayangnya.
10. Yang tercinta orang spesial yang telah memberi motivasi dan banyak
sekali bantuan dalam menyelesaiakan Tugas Akhir ini.
11. Teman-temanku angkatan 2006 yang telah memberikan banyak saran.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.
Akhirnya, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Malang, 15 Desember 2009
Penulis
ABSTRAK
Maulidia, Rahmawati. 2009. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Siswa Kelas X Sma “Taruna Dra Zulaeha” Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2009-2010. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) dr. Soemardini, MPd. (2) Ns. Dian Susmarini, S.Kep, MN
Masa anak usia remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian dalam belajar. Pemahaman dan kesempatan yang diberikan orangtua kepada anaknya dalam meningkatkan kemandirian belajar sangat penting untuk diperhatikan. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Kemampuan orangtua dalam mengembangkan pola asuh yang diterapkan pada anak secara tepat dapat mengurangi ketergantungan remaja tersebut dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja. Desain penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional design. Sampel dipilih dengan menggunakan metode teknik Purposive Sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 152 siswa Kelas X SMA “Taruna Dra Zulaeha” Kecamatan Leces kabupaten Probolinggo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian dalam belajar, berdasarkan uji statistik Spearman Rank dengan nilai korelasi positif sebesar 0,661 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian dalam belajar apada anak usia remaja. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan pada penelitian selanjutnya lebih spesifik selain belajar, misalnya kecerdasan intelektual, prestasi. Diharapkan juga dari penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan perawat pediatrik dan komunitas dalam memberikan pelayanan keperawatan secara holistik dan komprehensif dalam meningkatkan mutu pelayanan. Serta mampu memberikan advokasi kepada orang tua dalam menerapkan pola asuh yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga mampu untuk mandiri dalam belajar.
Kata kunci: pola asuh, tingkat kemandirian, anak usia remaja.
ABSTRACT
Maulidia, Rahmawati. 2009. The Correlation Between Parent’s Nurture Pattern with Independent Grade of Learning on Adolescent Age of class X in SMA “Taruna Dra Zulaeha” Probolinggo City year 2009-2010 . Final Paper, Medical Faculty Brawijaya University, Advisory Lectures: (1) dr. Soemardini, MPd. (2) Ns. Dian Susmarini, S.Kep, MN
.
Adolescent ages period is a critical period in the process of developing independent of learning. Understanding and chance given by the parent to their children in developing independent of learning was very important to be noticed. Children independent starts from the family and it is influenced by the parent’s nurture pattern. The parent’s ability in developing nurture pattern to be applied for their children properly may lesson their dependence on learning. The research had objective to find the correlation between parent’s nurture pattern with independent grade in learning of children at adolescent ages. The research design was observational analytical with cross sectional design approaches. Sample was taken by using purposive sampling method. The samples were 152 students of class X SMA “Taruna Dra Zulaeha” Probolinggo city. The research result showed that there was correlation between parent’s nurture pattern with independent grade in learning. Based on statistical test of Spearman Rank, it had positive correlation value as 0,661 and significance value as 0,000 (p < 0,05). Conclusion from the research was that there was positive correlation between parent’s nurture pattern with independent grade in learning of children at adolescent ages. Based on the research result, the writer advised that for the next researches to be more focused on except of learning, intelectual perspicacity or achievement. It was also expected that from this research would increase pediatric and community health nursing ability give nursing services holistically and comprehensively in increasing the quality of service. And they would be able to give advice to parents would increase their ability in applying the most proper nurture pattern for the children according to their ages, so adolescent be able to independent in learning
Keywords: nurture pattern, independent grade, children at adolescent age.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul................................................................................................ iHalaman Persetujuan ..................................................................................... iiKata Pengantar............................................................................................... ivAbstrak............................................................................................................ viAbstract .......................................................................................................... viiDaftar Isi.......................................................................................................... viiiDaftar Tabel.................................................................................................... xDaftar Gambar................................................................................................ xiDaftar Lampiran.............................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 5 1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 5 1.3.1 Tujuan Umum............................................................................ 5 1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 5 1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................ 5 1.4.2 Manfaat Praktis......................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 7 2.1 Pola Asuh Orang Tua....................................................................... 7 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua............................................ 7 2.1.2 Jenis dan Ciri Pola Asuh Orang Tua........................................ 8 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua................. 10 2.2 Remaja ............................................................................................ 15 2.2.1 Pengertian Remaja.................................................................. 15 2.2.2 Ciri-Ciri Remaja........................................................................ 16
2.2.3 Perkembangan Remaja......................................................... 172.2.3.1 Aspek-aspek Perkembangan pada Masa Remaja2.2.3.2.Tugas Perkembangan Remaja
2.3 Kemandirian Belajar......................................................................... 18 2.3.1 Pengertian dan Aspek Kemandirian......................................... 18 2.3.2 Belajar...................................................................................... 19
2.3.3 Kemandirian Siswa dalam Belajar........................................... 102.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar2.3.5 Keterampilan-Keterampilan Belajar secara Mandiri
2.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Belajar Anak Usia Remaja................................................................................. 21
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN.................... 23 3.1 Kerangka Konsep Penelitian............................................................ 23 3.2 Hipotesis Penelitian.......................................................................... 24
BAB 4 METODE PENELITIAN....................................................................... 25 4.1 Desain Penelitian............................................................................. 25 4.2 Populasi, Sampling dan Tekhnik Sampling...................................... 26
4.2.1 Populasi .................................................................................. 26 4.2.2 Besar Sampel ......................................................................... 26
4.2.3 Teknik Sampling...................................................................... 26 4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................... 27 4.3.1 Variabel Independent............................................................... 27 4.3.2 Variabel Dependen.................................................................. 27
4.3.3 Definisi Operasional................................................................. 29 4.4 Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data.................................. 32
4.4.1 Pengumpulan Data..................................................................4.4.2 Analisa Data.............................................................................
4.4.2.1 Analisis untuk data pola asuh...................................... 324.4.2.2 Analisis untuk data kemandirian anak......................... 344.4.2.3 Analisia untuk mencari hubungan antara pola asuh orang
tua dengan tingkat kemandirian belajar remaja. . 33 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 27 4.6 Validitas dan Reliabilitas.................................................................. 27 4.6.1 Uji Validitas Instrumen............................................................. 27 4.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen.......................................................... 28 4.7 EtikaPenelitian................................................................................. 34
4.7.1 Informed Concent................................................................... 34 4.7.2 Anonimity................................................................................ 35 4.7.3 Confidentiality......................................................................... 354.8 Jadwal Penelitian ............................................................................ 35
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ..................................... 365.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 36
5.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian ............................................... 37 5.1.2 Karakteristik Responden ........................................................ 40
5.2 Analisis Data.................................................................................... 45 5.2.3 Analisis Data untuk Pola Asuh ............................................... 42 5.2.4 Analisis Data untuk Tingkat Kemandirian Belajar.................. 43 5.2.5 Analisis Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja .................................................. 44
BAB 6 PEMBAHASAN .................................................................................. 466.1 Karakteristik Responden dan Sampel ............................................ 466.2 Pola Asuh Orangtua ........................................................................ 486.3 Tingkat Kemandirian Belajar............................................................ 496.4 Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Tingkat Kemandirian
Belajar Remaja................................................................................. 506.5 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 55
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 577.1 Kesimpulan ..................................................................................... 577.2 Saran .............................................................................................. 58
Daftar Pustaka................................................................................................ 59
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.2 Jadwal Penelitian............................................................................ 36
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pola Asuh Orang Tua
dengan Tingkat Kemandirian Belajar......................................... 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian....................................................... 23
Gambar 5.1 Distribusi Sample Berdasarkan Umur ........................................ 37
Gambar 5.2 Distribusi Sample Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 38
Gambar 5.3 Distribusi Sample Berdasarkan Urutan Kelahiran ...................... 38
Gambar 5.4 Distribusi Sample Berdasarkan Kondisi Kesehatan Anak ......... 39
Gambar 5.5 Distribusi Sample Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua ..... 39
Gambar 5.6 Distribusi Sample Berdasarkan Jenis Pola Asuh ....................... 42
Gambar 5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kemandirian Siswa dalam
Belajar ...................................................................................... 43
Gambar 5.8 Distribusi Sample Berdasarkan Hubungan antara Pola Asuh
Dengan Tingkat Kemandirian Siswa Remaja dalam Belajar . . . 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Lembar Pemberitahuan ............................................................. 62
Lampiran 2. Lembar Permohonan Persetujuan Penelitian ........................... 63
Lampiran 3. Surat Persetujuan Sebagai Subjek Penelitian ......................... 64
Lampiran 4. Pengantar Kuisioner................................................................... 66
Lampiran 5. Kisi-Kisi Kuisioner ..................................................................... 67
Lampiran 6. Kuisioner.................................................................................... 67
Lampiran 7. Hasil Validitas & Reliabilitas Kuisioner ................................. 70
Lampiran 8. Lembar Komisi Etik Penelitian Kesehatan ................................. 72
Lampiran 9. Permohonan Ijin penelitian & Pengambilan Data ....................... 77
Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................. 78
Lampiran 11.Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian dan Memenuhi
Ethical Clearance .................................................................... 79
Lampiran 12.Tabulasi Data Hasil Penelitian .................................................. 80
Lampiran 13.Hasil Uji Statistik ....................................................................... 84
Lampiran 14.Pernyataan Keaslian Penulisan ................................................ 85
Lampiran 15. Lembar Konsultasi Tugas Akhir ............................................... 86
Lampiran 16. Curriculum Vitae........................................................................ 90
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi akhir-akhir ini diwarnai dengan adanya kemajuan
yang begitu pesat di dunia pendidikan. Keluarga merupakan wadah
pendidikan yang sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan
kemandirian anak, oleh karena itu pendidikan anak tidak dapat dipisahkan
dari keluarganya karena keluarga merupakan tempat pertama kali anak
belajar menyatakan diri sebagai mahkluk sosial dalam berinteraksi dengan
kelompoknya. Orang tua yaitu ayah dan ibu merupakan orang yang
bertanggung jawab pada seluruh keluarga. Orang tua juga menentukan
kemana keluarga akan dibawa dan apa yang harus diberikan sebelum anak-
anak dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Mereka masih
tergantung dan sangat memerlukan bekal pada orang tuanya sehingga orang
tua harus mampu memberi bekal kepada anaknya tersebut.
Melihat keadaan seperti itu pola asuh yang diberikan orang tua
memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk kemandirian
remaja. Bentuk- bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yang satu
dengan yang lain pastilah berbeda. Pola asuh orang tua inilah yang akan
mempengaruhi perkembangan seseorang dari usia anak-anak sampai
dewasa. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh akan membawa
dampak buruk bagi perkembangan jiwa anak. Sehingga diharapkan orang tua
dapat menerapkan pola asuh yang bijaksana atau pola asuh yang setidak-
tidaknya tidak membawa kehancuran atau merusak jiwa dan watak seorang
anak.
Hasil penelitian di Tegal oleh Siti Anisa (2005) yang berjudul
Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian anak menemukan
bahwa adanya kontribusi yang nyata dari jenis pola asuh tersebut terhadap
kemandirian seorang anak. Prosentase kontribusi pola asuh terbesar
terhadap kemandirian adalah pola asuh demokratis dilanjutkan permisif dan
terakhir otoriter.
Selain itu juga ada studi kasus yang dilakukan oleh Musdalifah, M. Si
(2007) mengenai perkembangan sosial remaja dalam kemandirian
menyatakan bahwa selama masa remaja, tuntunan terhadap kemandirian ini
sangat besar dan jika direspon secara cepat dapat saja menimbulkan
dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis remaja di
masa mendatang, misalnya anak menjadi anak yang bergantung pada orang
tua (mengalami dependensi). Rasa kecewa dan frustrasi remaja terhadap
orang tua karena tidak mendapatkan apa yang dinamakan kemandirian.
Banyak dijumpai dalam rubrik konsultasi pada majalah-majalah remaja
mengenai kebingungan dan keluh kesah yang dialami remaja karena banyak
aspek kehidupan mereka yang masih diatur oleh orang tua. Mencermati
kenyataan tersebut, peran pola asuh orang tua sangatlah besar dalam proses
pembentukan kemandirian seorang remaja
Pola asuh orang tua secara umum dibagi menjadi tiga besar yakni
otoriter, permisif, dan demokratis. Pola asuh otoriter merupakan pola asuh
yang menekan anak untuk menuruti apa yang orang tua yang inginkan. Pola
asuh permisif merupakan pola asuh dimana anak yang memiliki peranan
dominan. Pola asuh demokratis merupakan pola asuh dimana suatu
keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak
(Thoha, 1996). Pola asuh orang tua di sini, memiliki pengaruh yang besar
dalam membentuk kemandirian anak, meliputi juga dalam membentuk
kemandirian belajar seorang anak melihat bahwa setiap siswa memiliki gaya
dan tipe belajar yang berbeda dengan teman-temannya.
Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang di dorong oleh
kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan
orang lain serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya. Siswa
dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila ia telah mampu
melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Ciri-ciri
pokok siswa mampu mandiri dalam belajar dapat dilihat dari bagaimana ia
memulai belajarnya, mengatur waktu dalam belajar sendiri melakukan belajar
dengan cara dan teknik sesuai dengan kemampuan sendiri serta mampu
mengetahui kekurangan diri sendiri. Kemandirian dalam belajar sangat
diperlukan oleh remaja tersebut dalam menghadapi persaingan di dunia
pendidikan yang semakin tajam. Kemandirian dalam belajar remaja nantinya
akan sangat berpengaruh terhadap prestasinya di masa-masa yang akan
datang dan kesuksesannya dalam menghadapi hidup (Surya, 2003).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA “Taruna Dra Zulaeha”
Leces, yang menerapkan kurikulum daily test dan full day school, yaitu setiap
hari siswa diberi ulangan harian dan tugas. Selain itu prestasi yang diraih
juga sangat banyak baik akademik maupun non akademik dan merupakan
sekolah terbaik di Kecamatan Leces. Siswanya juga berasal dari latar
belakang keluarga yang beragam dan nantinya akan membentuk pola asuh
orang tua yang berbeda pula.
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sampel penelitian adalah siswa
kelas X, dengan pertimbangan bahwa sampel kelas X merupakan tingkatan
kelas paling aman dan sesuai untuk diadakan penelitian dilihat dari segi
waktu yaitu merupakan tahap awal penyesuaian siswa dari SMP ke SMA
sehingga tepat sekali untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar. Peneliti
tidak mengambil sampel kelas XI dan kelas XII dengan alasan karena kelas
XI sudah mulai menyesuaikan diri, sedangkan pada kelas XII karena adanya
keterbatasan waktu akan menghadapi kelulusan sehingga data yang
diperoleh tidak akan valid dan reliable.
Peneliti dalam hal ini melihat dari sudut pandang keperawatan yang
memiliki body of knowledge secara holistik khususnya bagi keperawatan
komunitas keluarga, sudah saatnya seorang perawat mengembangkan
profesinya ke arah bimbingan dan konseling kepada tiap-tiap keluarga
maupun institusi yang terkait karena hal ini berhubungan dengan tumbuh
kembang anak usia remaja. Berdasarkan fenomena di SMA ini peneliti
tertarik untuk meneliti pola asuh apa yang diterapkan di SMA “Taruna Dra
Zulaeha”, bagaimana kemandirian belajar siswa disana dan apakah ada
hubungan antara pola asuh yang diterapkan orang tua dengan kemandirian
belajar siswa SMA “Taruna Dra Zulaeha”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat
kemandirian belajar anak usia remaja di SMA “Taruna Dra Zulaeha”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat
kemandirian belajar anak usia remaja di SMA “Taruna Dra Zulaeha”.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua yang diterapkan pada anak usia
remaja di SMA “Taruna Dra Zulaeha”.
2. Mengidentifikasi kemandirian belajar pada anak usia remaja di SMA
“Taruna Dra Zulaeha”.
3. Menganalisis hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat
kemandirian belajar anak usia remaja di SMA “Taruna Dra Zulaeha”.
1.4 Manfaat
1. Secara Teoritis
Dengan mengetahui hubungan pola asuh yang diberikan orang tua
maka akan mendukung teori pola asuh dan kemandirian belajar yang
telah ada, sehingga dapat menambah pengetahuan perawat dalam
memberi asuhan keperawatan pada anak usia remaja.
2. Secara Praktik
Memberikan masukan bagi perawat khususnya perawat pediatrik dan
komunitas keluarga dalam praktek asuhan keperawatan anak usia
remaja untuk disampaikan kepada orang tua, sehingga dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi orang tua dalam
mengasuh dan membimbing sesuai perkembangan anak usia remaja
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pola Asuh Orang Tua
Orang tua merupakan keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, hasil
dari sebuah ikatan perkawinan yang sah. Setiap orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-
anaknya sehingga anak nantinya siap dalam menghadapi kehidupan
bermasyarakat. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama
dimana anak dapat berinteraksi. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak faktor
dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak.
Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam
pembentukan kepribadian adalah pola asuh orang tua (Tarmudji, 2004).
Keluarga merupakan tempat pertama kali menerima kehadiran
seorang anak. Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah
satu di antaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Orang tua dalam
mengasuh anak-anaknya dipengaruhi oleh budaya dan sikap-sikap tertentu
dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Hal ini
yang membuat pola pengasuhan antar orang tua berbeda terhadap anak-
anaknya (Tarmudji, 2004).
2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Dilihat dari segi bahasa, kata “pola asuh” terdiri dari kata “pola“ dan
“asuh”. Pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap).
Sedang kata ”asuh” mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak
agar dapat berdiri sendiri. Menurut Kohn pola asuh merupakan sikap orang
tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi
cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara
orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan
perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Pola asuh merupakan
interaksi antara orang tua dengan anaknya selama mengadakan
pengasuhan (Tarmudji, 2004).
Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan
mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan
dengan norma-norma yang ada di masyarakat. Dari beberapa pengertian
pola asuh di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pola asuh orang tua
merupakan gambaran sikap yang ditunjukkan orang tua dalam berinteraksi
dengan anaknya, interaksi di sini termasuk ekspresi sikap, termasuk di
dalamnya cara-cara orang tua menerapkan aturan-aturan, hadiah, maupun
hubungan, serta cara orang tua memberikan perhatian dan tanggapan
terhadap anaknya, sejak kecil sampai dewasa untuk mencapai tujuan
sesuai dengan norma-norma yang ada.
Pada dasarnya sikap orang tua akan tampak pada saat berinteraksi
dalam keluarga, karena dalam berinteraksi tersebut, sikap, perilaku, dan
kebiasaan orang tua sehari-hari akan dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak
yang kemudian menjadi kebiasaan bagi anaknya. Hal tersebut dikarenakan
anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya, sebelum mengadakan
identifikasi dengan orang lain (lingkungan), walaupun tidak dapat disangkal
bahwa faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan
tingkah laku individu (anak), khususnya pada masa kanak-kanak sampai
remaja, sebab pada masa ini anak mulai berfikir kritis. Sikap orang tua
dalam berinteraksi dengan anak, berpengaruh pada sikap dan perilaku
anak. Dalam hal ini, orang tua yang menerapkan salah satu sikap tertentu
dalam keluarga yang bertujuan untuk mendisiplinkan anak, akan
berpengaruh pada tingkat perkembangan individu yaitu perkembangan
kemandiriannya. Oleh karena itu, untuk mendisiplinkan anak agar
mencapai kemandirian yang diharapkan, terkadang sikap orang tua
cenderung mengarah pada dua tipe pendekatan, yaitu pendekatan positif
dan pendekatan negatif (Schaefer, 1994).
Pola asuh dengan pendekatan positif adalah bentuk pola asuh yang
orang tua cenderung memandang dan memperlakukan seorang anak
sebagai seorang teman, bukan sebagai seorang lawan, sebaliknya pola
asuh yang menggunakan pendekatan negatif adalah bentuk pola asuh
yang orang tua cenderung menghukum, dimana pelaksanaannya untuk
menghukum anak yang berbuat kesalahan dengan menimbulkan kesakitan
yang bersifat fisik dan kewajiban yang kemudian akan membuat anak
kehilangan harga diri, ketakutan, kecemasan dan perasaan bersalah
(Schaefer, 1994).
2.1.2 Jenis dan Ciri Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh dibagi menjadi 4 macam diantaranya, yaitu:
1. Pola asuh otoriter (parent oriented)
Ciri-ciri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua
harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat
dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah
terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Hal ini membuat anak
seolah-olah mejadi “robot”, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut tidak
percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan tetapi disisi
lain, anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan,
misalnya dengan menggunakan narkoba. Segi positifnya, anak yang
dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan menjadi disiplin yakni
mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau menunjukkan
kedisiplinan dihadapan orang tua, padahal dalam hatinya berbicara lain,
sehingga ketika di belakang orang tua, anak bersikap dan bertindak lain.
Hal itu tujuannya semata hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi
anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu (Dariyo,
2004).
2. Pola asuh permisif (children centered)
Sifat pola asuh ini, yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di
tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua.
Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak
semena-mena, tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa
saja yang diinginkan. Sisi negatifnya anak kurang disiplin dengan aturan-
aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan
tersebut secara bertanggung jawab , maka anak akan menjadi seorang
yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya
(Dariyo, 2004).
3. Pola asuh demokratis
Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan
diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak
diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan
oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat
berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk
mempertanggungjawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola
asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang
lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik,
jujur. Namun akibat negatif, anak akan cenderung merongrong
kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus
dipertimbangkan anak dan orang tua (Dariyo, 2004).
4. Pola asuh situasional
Pada pola asuh ini orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola
asuh tertentu. Tetapi kemungkinan orang tua menerapkan pola asuh
secara fleksibel, luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
berlangsung saat itu (Dariyo, 2004).
Menurut Hurlock mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua
terhadap anaknya, yakni :
1. Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan
aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku
seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri
sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran
dengan orang tua, orang tua menganggap bahwa semua sikapnya sudah
benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak. Pola asuh
yang bersifat otoriter juga ditandai dengan penggunaan hukuman yang
keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga diatur
segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan
meskipun sudah menginjak usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam
suasana semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu-ragu, lemah
kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa saja
(Thoha, 1996).
2. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua
terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu
tergantung pada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada
anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan
pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut
dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk
mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih
untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya (Thoha,
1996).
3. Pola asuh permisif
Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara
bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi
kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki.
Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan
bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Semua apa yang telah
dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran,
arahan atau bimbingan (Thoha, 1996).
Ada juga yang berpendapat lain dan membagi bentuk pola asuh orang
tua menjadi empat, yaitu :
1. Pola pengasuhan autoritatif
Pada umumnya pola pengasuhan ini hampir sama dengan bentuk
pola asuh demokratis oleh Agoes Dariyo (2004) dan Chabib Thoha (1996)
namun hal yang membedakan pola asuh ini yaitu adanya tambahan
mengenai pemahaman bahwa masa depan anak harus dilandasi oleh
tindakan-tindakan masa kini. Orang tua memprioritaskan kepentingan
anak dibandingkan dengan kepentingan dirinya, tidak ragu-ragu
mengendalikan anak, berani menegur apabila anak berperilaku buruk.
Orang tua juga mengarahkan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan
anak agar memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang
akan mendasari anak untuk mengarungi hidup dan kehidupan di masa
mendatang (Prasetya, 2003).
2. Pola pengasuhan otoriter
Pada pola pengasuhan ini, orang tua menuntut anak untuk mematuhi
standar mutlak yang ditentukan oleh orang tua. Kebanyakan anak-anak
dari pola pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan cukup
bertanggung jawab, namun kebanyakan cenderung menarik diri secara
sosial, kurang spontan dan tampak kurang percaya diri (Prasetya, 2003).
3. Pola pengasuhan penyabar atau pemanja
Pola pengasuhan ini, orang tua tidak mengendalikan perilaku anak
sesuai dengan kebutuhan perkembangan kepribadian anak, tidak pernah
menegur atau tidak berani menegur anak. Anak-anak dengan pola
pengasuhan ini cenderung lebih energik dan responsif dibandingkan
anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter, namun mereka tampak
kurang matang secara sosial (manja), impulsif, mementingkan diri sendiri
dan kurang percaya diri (cengeng) (Prasetya, 2003).
4. Pola pengasuhan penelantar
Pada pola pengasuhan ini, orang tua kurang atau bahkan sama
sekali tidak mempedulikan perkembangan psikis anak. Anak dibiarkan
berkembang sendiri, orang tua juga lebih memprioritaskan
kepentingannya sendiri dari pada kepentingan anak. Kepentingan
perkembangan kepribadian anak terabaikan banyak orang tua yang
terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri dengan berbagai macam
alasan . Anak-anak terlantar ini merupakan anak-anak yang paling
potensial terlibat penggunaan obat-obatan terlarang (narkoba) dan
tindakan-tindakan kriminal lainnya. Hal tersebut dikarenakan orang tua
sering mengabaikan keadaan anak dimana ia sering tidak peduli atau
tidak tahu dimana anak-anaknya berada, dengan siapa anak-anak
mereka bergaul, sedang apa anak tersebut. Bentuk pola asuh penelantar
tersebut anak merasa tidak diperhatikan oleh orang tua, sehingga ia
melakukan segala sesuatu atas apa yang diinginkannya (Prasetya, 2003).
Dari beberapa uraian pendapat para ahli di atas mengenai bentuk
pola asuh orang tua penulis dapat simpulkan bahwa pada dasarnya
terdapat tiga pola asuh yang diterapkan orang tua yaitu pola asuh otoriter,
pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Adapun pengaruh ketiga
bentuk pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa adalah meliputi
aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik anak,
cara mengasuh dan cara hidup orang tua yang berpengaruh secara
langsung terhadap kemandirian anak dalam belajar.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Adapun lima faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua
terhadap anak adalah :
1. Temperamen
Para ahli bidang pekembangan anak percaya bahwa kepribadian
kita dipengaruhi faktor-faktor biologis, dan terlahir dengan
kecenderungan tertentu. Kata temperamen biasanya digunakan
untuk menggambarkan bermacam-macam sikap yang biasanya ada
pada diri kita semenjak dalam kandungan sampai lahir.
2. Karakteristik biologis lain
Selain temperamen, kondisi biologis yang berhubungan dengan
karakteristik juga mempengaruhi cara kita bersikap. Ini meliputi faktor
fisik, emosional, serta perkembangan kesehatan dan medis.
3. Tingkat pendidikan
Orang tua dengan latar belakang pendidikan tinggi akan lebih siap
dalam mengasuh anaknya karena pengetahuan yang luas diperoleh
melalui kegiatan membaca artikel dibandingkan orang tua dengan
latar belakang pendidikan yang rendah.
4. Stress keluarga
Ketegangan keluarga akan mempengaruhi orang tua dan anak-
anak dalam bersikap. Orang tua yang tegang karena masalah kerja,
akibat kondisi keuangan, depresi, benturan prioritas, atau masalah-
masalah pernikahan tidak memiliki banyak energi untuk mengasuh
dengan baik.
5. Pengaruh dari luar keluarga
Faktor-faktor dari luar keluarga juga mempengaruhi bagaimana
anak-anak bersikap. Anggota keluarga yang lain juga turut berperan,
sebagaimana teman-teman sebaya, sekolah dan staf di tempat
penitipan anak dan media. Memahami nilai penting masing-masing
faktor tersebut dapat membantu kita mengasuh anak-anak
(Edwards, 2006).
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti
to grow “tumbuh” atau to grow maturity “tumbuh menjadi dewasa” . istilah
ini memiliki makna yang luas mencakup kemantangan mental, emosional,
sosial, dan fisik (Hurlock, 1997).
Masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17
tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa
remaja awal dan akhir dibedakan karena pada masa remaja akhir individu
telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa
dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang terjadi antara usia 11 atau 12 tahun sampai akhir usia
belasan atau awal usia dua puluhan (Hurlock, 1997; Papalia et al., 2008).
Masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan
juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita
mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan
orientasi masa depan (Hurlock, 1997).
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian
perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian
kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak
itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih
terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses
kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan
kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak
(Hurlock, 1997; Papalia et al., 2008).
2.2.2 Ciri-Ciri Remaja
Rentang kehidupan individu pasti akan menjalani fase-fase
perkembangan secara berurutan, meski dengan kecepatan yang berbeda-
beda, masing-masing fase tersebut ditandai dengan ciri-ciri perilaku atau
perkembangan tertentu, termasuk masa remaja juga mempunyai ciri
tertentu. Ciri-ciri masa remaja, antara lain :
1. Periode yang penting
Periode ini penting karena berdampak langsung terhadap sikap dan
perilaku serta efeknya jangka panjang
2. Periode peralihan
Periode ini status individu tidak jelas dan mengalami disfungsi peran
karena masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan orang
dewasa.
3. Periode perubahan
Periode ini terjadi adanya kesinergisan antara perubahan sikap dan fisik,
jika perubahan fisik terjadi secara pesat perubahan perilaku dan sikap
juga berlangsung secara pesat
4. Usia bermasalah
Masalah remaja sering sulit diatasi, hal ini terjadi karena selama masa
anak-anak masih dimanjakan dalam hal penyelesaian masalah, sebagian
besar masalahnya diselesaikan oleh orang tua, sehingga setelah remaja
kurang pengalaman dalam mengatasinya
5. Mencari identitas
Pada awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok masih
penting, kemudian lambat laun mulai mendambakan identitas diri yang
membedakan dengan teman yang lain dan merasa kurang puas bila
disamakan dengan teman-teman sebayanya.
6. Usia yang menimbulkan ketakutan
Adanya anggapan remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat
dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, membuat orang dewasa
yang harus membimbing dan mengawasi remaja menjadi takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja
yang normal.
7. Masa yang tidak realistis
Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagai mana yang ia
inginkan dan sesuai dengan imajinasinya bukan sebagaimana adanya.
8. Ambang masa dewasa
Remaja mulai bertindak seperti orang dewasa misalnya merokok. Seperti
halnya masa-masa perkembangan yang lain, masa remaja juga
mempunyai ciri-ciri tertentu yang harus dimiliki sebagai bekal menuju
perkembangan berikutnya sehingga dengan adanya ciri-ciri tersebut
dapat dijadikan sinyal oleh lingkungan supaya remaja diperlakukan
sebagaimana mestinya, bukan lagi diperlakukan seperti anak-anak
(Hurlock, 1997).
2.2.3 Perkembangan Remaja
Perkembangan merupakan perubahan yang terjadi pada rentang
kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara
berpikir secara konkret menjadi abstrak. Perkembangan dalam kehidupan
manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek
perkembangan yang dikemukakan, yaitu: (1) perkembangan fisik, (2)
perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial
(Papalia et al, 2008).
2.2.3.1 Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja
1. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan perubahan-perubahan pada tubuh,
otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh
ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang
dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh
remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah
pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah
kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif (Papalia et al, 2008).
Pada masa remaja ditandai dengan pubertas yang dipicu oleh
perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku.
Pubertas berlangsung sekitar 4 tahun, biasanya anak perempuan lebih
dahulu ketimbang anak laki-laki dan berakhir ketika seseorang dapat
bereproduksi. Dampak adanya pubertas timbul karakteristik seks primer
dan seks sekunder. Seks primer ditandai adanya sinyal pertama pubertas
yaitu pertumbuhan testis dan skrotum, sedangkan pada anak perempuan
tidak terlihat karena organ bersifat internal. Seks sekunder misalnya
payudara, perubahan suara dan tekstur kulit, perkembangan muskular,
pertumbuhan rambut pubic, dan rambut tubuh (Papalia et al, 2008).
2. Perkembangan Kognitif
Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku
adaptasi secara biologis mereka. Menurut pandangan Piaget, remaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif
mereka. Remaja juga sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-
ide yang lebih penting dan menkoneksikan antar ide-ide tersebut. Selain itu
seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan
diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru (Santrock, 2001).
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti
belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna
dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Tahap perkembangan
kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia et al, 2008).
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang
sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas
pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi.
Pencapaian tahap operasi formal seharusnya remaja dapat berpikir dengan
fleksibel dan kompleks. Remaja dituntut mampu menemukan berbagai
macam alternatif jawaban dan pengembangan dalam menjelaskan suatu
hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis yaitu mampu
memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu
bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada
saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Sehingga
seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya,
termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya
(Santrock, 2001).
Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat
dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Seorang remaja
juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, pola pikir sebagai
peneliti, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang
diinginkan di masa depan maupun membuat suatu perencanaan untuk
mencapai tujuan tersebut (Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang
belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara
berpikir egosentrisme . Sedangkan yang dimaksud dengan egosentrisme di
sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang
lain”. Istilah untuk bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal disebut
dengan personal fabel (Papalia et al, 2008).
Pendapat Elkind menyatakan bahwa remaja memiliki semacam
perasaan invulnerability yaitu keyakinan yang tidak realistis bahwa diri
mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri,
merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku
berisiko yang dilakukan remaja (Papalia et al, 2008).
3 Perkembangan Kepribadian dan Sosial
Perkembangan kepribadian merupakan perubahan cara individu yang
berhubungan dengan dunia dan pengungkapan emosi secara unik,
sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan
dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa
remaja adalah pencarian identitas diri. Maksud dari pencarian identitas diri
adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting
dalam hidup (Papalia et al, 2008).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok
teman sebaya dibanding orang tua. Remaja lebih banyak melakukan
kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan
bermain dengan teman sehingga pada masa remaja peran kelompok
teman sebaya adalah besar. Dalam hal ini teman sebaya termasuk dalam
pengaruh lingkungan yang akan menentukan perilaku dan penentuan diri
dari seorang remaja (Papalia et al, 2008).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan
dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya mengemukakan bahwa
kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja
dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi
remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai
bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang
bagus, dan sebagainya (Papalia et al, 2008).
2.2.3.2 Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst antara lain :
1. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih
dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
2. Memperoleh peranan sosial
3. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
4. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
8. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup
(Gunarsa, 1995)
Erikson mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi
identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap
perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini
bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi
orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran
yang bernilai di masyarakat. Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus
berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam
masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada
akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental,
dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya. Beberapa
isu perkembangan remaja: seksualitas, harga diri, orientasi masa depan,
konsumsi, keluarga (Papalia, Olds & Feldman, 2008).
2.3 Kemandirian Belajar
2.3.1 Pengertian dan Aspek Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan untuk berdiri sendiri di atas kaki
sendiri, dengan keberanian dan tanggung jawab sendiri (Kartono, 1995).
Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal yang diperoleh melalui
proses individuasi. Proses individuasi adalah proses realisasi diri dan
proses menuju kesempurnaan (Moh. Ali dan Moh. Asrori, 2004).
Kemandirian adalah keadaan seseorang dalam kehidupannya yang
mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Kemandirian menurut Sutari Imam Barnadib meliputi "perilaku mampu
berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa
percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang
lain”. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali yang
mengatakan bahwa kemandirian adalah “hasrat untuk mengerjakan segala
sesuatu bagi diri sendiri”(Basri, 2000).
Secara singkat dapat penulis simpulkan bahwa kemandirian
mengandung pengertian suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki
hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil
keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki
kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggungjawab
tetrhadap apa yang dilakukannya.
Kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
1. Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi
dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
2. Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur
ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
3. Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi.
4. Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan
interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi
dari orang lain (Havighurst, 1972).
2.3.2 Belajar
Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto mengatakan bahwa suatu
kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga.
Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk
mendapatkan perubahan, perubahan yang dimaksudkan dalam hal ini
adalah perubahan sebagai hasil dari proses belajar dan perubahan jiwa
yang mempengaruhi tingkah laku seseorang (Bahri, 2002).
Belajar adalah proses perubahan di dalam diri seseorang, setelah
belajar seseorang mengalami perubahan dalam dirinya seperti mengetahui,
memahami, lebih terampil, dapat melakukan sesuatu dan sebagainya.
Adanya penekanan bahwa dengan belajar seseorang akan mengalami
proses perubahan di dalam diri seseorang, setelah belajar seseorang
mengalami perubahan dalam dirinya seperti mengetahui, memahami, lebih
terampil, dapat melakukan sesuatu. (Hasan Basri, 1994).
James merumuskan belajar sebagai proses tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Syaiful Bahri,
2002). Sedangkan C.T Morgan berpendapat belajar adalah sesuatu
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat (hasil)
pengalaman yang lalu (Gunarsa, 1995).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis dapat simpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam diri seseorang
yang di sengaja dan terarah untuk menuju pada suatu tujuan kepribadian
yang lebih utuh dan tangguh. Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan
proses siswa yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti dan sebagainya. Sehingga belajar dalam penelitian merupakan
unsur yang terkait dengan kemandirian, belajar yang dimaksud adalah
belajar yang mandiri, yang dapat menjadikan siswa mampu belajar secara
mandiri.
2.3.3 Kemandirian Siswa dalam Belajar
Setiap siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda dengan
teman-temannya, hal ini disebabkan karena siswa memiliki potensi yang
berbeda dengan orang lain. Belajar mandiri adalah proses menggerakkan
kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk
menggerakkan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada
tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya. Dengan demikian belajar
mandiri lebih mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara
belajar (Surya, 2003).
Dari pengertian tersebut di atas maka penulis dapat simpulkan bahwa
kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan
sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain
serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya.
Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila ia telah
mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain.
Ciri-ciri pokok siswa mampu mandiri dalam belajar dapat dilihat dari
bagaimana ia memulai belajarnya, mengatur waktu dalam belajar sendiri
melakukan belajar dengan cara dan teknik sesuai dengan kemampuan
sendiri serta mampu mengetahui kekurangan diri sendiri. Sebagai syarat
agar siswa dapat belajar mandiri, siswa tersebut harus memiliki dan melatih
metode belajar yang baik, sehingga sejak awal dari pemberian tugas
belajar, harus sudah timbul dalam jiwa dan pikiran anak untuk menata
kegiatan belajar sendiri berdasarkan metodologi belajar yang baik dan
pada tahapan-tahapan dalam proses belajar tersebut tidak harus
“diperintah” . Siswa mengetahui arah tujuan serta langkah yang harus
diperbuatnya dalam menyelesaikan tugas yang dihadapkan kepadanya.
Siswa memiliki kemahiran dalam menyelesaikan tugas belajarnya dan
mampu mengimplementasikan pengetahuan yang diperolehnya tersebut
(Surya, 2003).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian siswa dalam
belajar adalah perilaku yang akan diukur yaitu siswa sebagai subyek yang
akan diteliti, hal ini terkait dengan kemandirian siswa tersebut belajar,
bertujuan agar siswa mampu menemukan sendiri apa yang harus
dilakukan dan memecahkan masalah di dalam belajar dengan tidak
bergantung pada orang lain. Ciri-ciri kemandirian belajar agar siswa dapat
mandiri dalam belajar maka siswa harus mampu berfikir kritis, bertanggung
jawab atas tindakannya, tidak mudah terpengaruh pada orang lain, bekerja
keras dan tidak tergantung pada orang lain.
Ciri-ciri kemandirian belajar merupakan faktor pembentuk dari
kemandirian belajar siswa. Ada 8 jenis ciri kemandirian belajar, yaitu :
a. Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif.
b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
c. Tidak lari atau menghindari masalah.
d. Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.
e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan
orang lain.
f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.
g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.
h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
(Thoha, 1996)
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa ciri-ciri
kemandirian belajar pada setiap siswa akan nampak jika siswa telah
menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk bertanggung
jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak
bergantung pada orang lain.
2.3.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
a. Faktor Internal
Faktor internal ialah semua pengaruh yang bersumber dari dalam
dirinya sendiri, seperti :
1) Keturunan
Keadaan keturunan sangat menentukan mandiri atau tidaknya
seseorang, keadaan keturunan tersebut meliputi sifat dasar yang dimiliki
oleh orang tua, misal: bakat, potensi, intelektual, dan potensi pertumbuhan
tubuhnya. Jadi dalam hal ini orang tua yang memiliki sifat kemandirian
tinggi dapat melahirkan atau menurunkan sifat kemandiriannya pada anak
(Basri, 2000).
Sifat kemandirian seorang anak bukan hanya diturunkan oleh orang
tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi, melainkan sikap orang tuanya,
yaitu bagaimana cara orang tua mendidik anaknya (Moh. Ali dan Moh.
Asrori, 2004).
2) Pengalaman
Pengalaman sosial awal sangat menentukan kepribadian setelah
anak menjadi dewasa. Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan
dengan anggota keluarga atau orang-orang di luar lingkungan rumah
(Hurlock, 1978). Ada dua jenis pengalaman, yaitu pengalaman yang
menyehatkan di mana peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan
dirasakan sebagai suatu yang mengenakkan, mengasyikkan dan bahkan
dirasa ingin mengulanginya kembali. Adapun pengalaman traumatik adalah
peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai
sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, menyedihkan, atau bahkan
sangat menyakitkan, sehingga individu tersebut tidak ingin peristiwa itu
terulang kembali. Individu yang mengalami traumatik cenderung ragu-ragu,
kurang percaya diri, rendah diri, dan merasa takut untuk melakukan segala
sesuatunya sendiri (Moh. Ali & Moh. Asrori, 2004).
3) Kematangan
Dalam melakukan tugas-tugas perkembangan anak, harus
disesuaikan dengan tingkat kematangan. Kematangan yang dimaksud
yakni dimana fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sampai pada tingkat-tingkat tertentu. Jadi pertumbuhan fisik
seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kematangan (Moh. Ali
& Moh. Asrori, 2004).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari
luar dirinya, faktor tersebut antara lain :
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan sebagai landasan
atau dasar untuk perkembangan anak dimasa selanjutnya. Selama proses
perkembangannya dibutuhkan sejumlah faktor dari dalam keluarga
tersebut, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima,
dan kebebasan untuk menyatakan diri, dengan terpenuhinya kebutuhan
tersebut, dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas yang dimilikinya.
Berbicara mengenai keluarga, tidak terlepas dari peranan orang tua dalam
hal ini pola asuh orang tua. Orang tua yang menciptakan suasana aman
dalam berinteraksi di dalam keluarga, dapat mendorong kelancaran
perkembangan anak. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melarang atau
mengeluarkan kata “jangan” kepada anak, tanpa disertai penjelasan yang
rasional, akan menghambat perkembangan kemandirian anak (Moh. Ali &
Moh. Asrori, 2004).
Jadi pola asuh orang tua di sini, memiliki pengaruh yang besar
dalam membentuk kemandirian anak, karena dalam pola asuh orang tua
akan terkait dengan kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri yang
ditanamkan orang tua kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Di
samping memberi kesempatan pada remaja, pemberian kepercayaan dan
tanggung jawab pada remaja, juga sangat membantu memperlancar
kemandirian, misal: remaja diberi kepercayaan untuk menyelesaikan
berbagai tugas dan cara penyelesaiannya diserahkan sepenuhnya kepada
remaja. Baik itu tugas-tugas yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhannya sehari-hari, tugas membantu pekerjaan orang tua di rumah,
tugas pengurusan rumah maupun tugas-tugas lainnya yang disesuaikan
dengan kemampuannya, dan pada remaja diberi tanggung jawab terhadap
tugasnya tersebut. Begitu juga pada remaja diajak berperan serta
menentukan pendapat dalam berbagai hal di dalam lingkungan keluarga,
pada remaja selalu dirangsang dan diberi kesempatan untuk mengeluarkan
pendapat, memberi penilaian, dan mengambil keputusan yang berkaitan
dengan kehidupannya. Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa
kemandirian dapat berkembang dengan baik, jika diberi kesempatan untuk
berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan
dilakukan sejak dini
2) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan
dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya
(Yusuf, 2004).
Lingkungan sekolah akan terkait dengan sistem pendidikan
sekolah yang di dalamnya mencakup proses pendidikan. Proses
pendidikan yang menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi
anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetensi positif, dapat
memperlancar perkembangan kemandirian remaja. Upaya sekolah dalam
memfasilitasi tugas-tugas perkembangan siswa, akan berjalan dengan baik
apabila di sekolah tersebut telah tercipta iklim atau atmosfir yang sehat
atau efektif, baik menyangkut aspek profesionalisme guru dan para
personilnya, materi atau kurukulum, metode atau pendekatan dalam
belajar, dan sarana sekolah (Moh. Ali & Moh. Asrori, 2004).
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat di sini adalah situasi atau kondisi
interaksi sosial dan sosio kultural yang secara potensial berpengaruh
terhadap perkembangan remaja (Yusuf, 2004). Lingkungan masyarakat di
sini terkait dengan sistem kehidupan di masyarakat. Lingkungan
masyarakat yang aman, menghargai potensi remaja dalam berbagai
bentuk kegiatan, akan merangsang dan mendorong perkembangan
kemandirian remaja. Untuk dapat mengembangkan kemandirian di
lingkungan masyarakat, remaja harus melakukan interaksi dengan
masyarakat, dimana dalam masyarakat tersebut harus didukung oleh faktor
keteladanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma dalam masyarakat
tersebut. Penerapan sehari-hari dapat diwujudkan dengan memberikan
kesempatan atau peran serta remaja dalam lingkungan masyarakat (Moh.
Ali & Moh. Asrori, 2004).
4) Lingkungan Sosial-Ekonomi
Seorang individu yang hidup dalam lingkungan keluarga yang
berkecukupan (yakni memiliki sosial-ekonomi menengah keatas), serta
orang tua memberi perhatian, kasih sayang (pola asuh) yang baik,
memberi biaya, fasilitas dan kesempatan luas anaknya untuk berkembang
secara baik, maka ia akan tumbuh berkembang menjadi individu yang
mampu mengaktualisasikan potensinya dengan baik pula (Dariyo, 2002).
Seorang anak agar dapat mandiri harus didukung oleh keadaan
sosial ekonomi yang memadai. Namun keadaan sosial ekonomi ini harus
didukung oleh pola pendidikan dan pembiasaan yang baik dalam keluarga,
meskipun keadaan sosial ekonomi yang kurang, namun bila ditunjang oleh
pola pendidikan, kebiasaan yang baik, dan taraf keteladanan dari orang
tua, maka akan menghasilkan kemandirian yang baik (Basri, 2000).
2.3.5 Ketrampilan- Ketrampilan Belajar secara Mandiri
Ada beberapa keterampilan-keterampilan belajar yang harus dimiliki
oleh siswa agar dapat meningkatkan kemandirian dalam belajarnya, yaitu :
a. Mengenali diri sendiri
Memahami diri sendiri menjadi sangat penting karena banyak orang
yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya baik karena
seseorang beranggapan terlalu optimis maupun sebaliknya terlalu pesimis
dan sangat penting untuk memahami apa yang sebenarnya ingin dicapai
atau dicita-citakan pada kehidupan yang akan datang (Suparno, 2000).
b. Memotivasi diri sendiri
Motivasi ada yang bersifat instrinsik yaitu yang memang tumbuh di
dalam orang itu sejak awal, tetapi ada juga motivasi yang sifatnya
ekstrinsik yaitu yang berasal dari luar dirinya, apakah itu dari orang tua,
guru, teman ataupun tuntutan pekerjaan. Menumbuhkan motivasi ini
sebenarnya bisa dipelajari yaitu dengan cara membuat daftar keuntungan-
keuntungan yang akan diperoleh ketika memutuskan untuk mempelajari
sesuatu (Suparno, 2000).
c. Mempelajari cara-cara belajar efektif
Tipe atau gaya orang untuk belajar merupakan hal yang unik untuk
dirinya dan mungkin sangat berbeda dengan gaya belajar orang lain.
Namun ada beberapa tips yang dapat dicatat tentang tindakan-tindakan
yang dapat membantu mengefektifkan seseorang dalam belajar,
diantaranya :
1). Membuat rangkuman
Rangkuman adalah ikhtisar tentang hal-hal penting yang terkandung
dalam bahan bacaan atau pemaparan lisan yang kita baca supaya lebih
ringkas. Rangkuman membantu seseorang ketika mengulang pekerjaan
atau ketika mencoba mengingat kembali apa yang telah dibacanya.
Setelah selesai membaca dan membuat rangkuman maka kita dapat
membuat pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab sendiri.
2). Membuat pemetaan konsep-konsep penting
Pemetaan merupakan gambaran konsep-konsep yang berhubungan,
dalam hal pemetaan konsep-konsep penting maka ada konsep utama dan
ada konsep pelengkap yang diasosiasikan dengan konsep utama. Konsep
pelengkap dan konsep asosiasi ini dapat diperoleh dari bahan bacaan itu
sendiri .
3). Mencatat hal-hal yang penting dan membuat komentar
Cara mencatat semacam ini dapat dilakukan pada kertas yang
terpisah, yang dibagi menjadi dua bagian ; di sebelah kiri dibuat catatan-
catatan penting yang sifatnya deskriptif sesuai dengan apa yang dibaca
atau yang didengar . Di sebelah kanan dibuat catatan-catatn yang sifatnya
lebih personal, dapat berupa kesan atau perintah-perintah kepada diri
sendiri untuk mengasosiasikan atau menghubungkan pengalaman
sebelumnya (Suparno, 2000).
4). Membaca secara efektif
a). Skimming
Skimming berarti membaca selintas dan cepat untuk melihat
gambaran secara umum dengan membaca judul-judul bab dan
bagian lainnya secara garis besar.
b). Scanning
Scanning adalah cara membaca dengan melihat judul bab kemudian
judul-judul sub bab atau pasal-pasal di dalam suatu bab serta dengan
membaca kalimat-kalimat awal pada tiap-tiap paragraf yang sering
disebut topic sentence.
c). Membaca simpulan
Setiap simpulan berisi ide-ide pokok tentang apa yang telah
dipaparkan sebelumnya dan berfungsi untuk mengingatkan kembali
kepada pembacanya bahwa inilah ide-ide pokok dari penulis.
d). Membaca untuk pendalaman
Dalam membaca untuk mendalami sesuatu, orang melakukannya
secara cermat dan penuh kesadaran, artinya tidak sambil melamun,
mendalami isi bacaan kalimat per kalimat. Dalam kegiatan ini
seseorang harus dapat menangkap ide yang tersirat (reading
between the lines).
e). Memanfaatkan indeks
Indeks menolong pembaca untuk mengetahui ada tidaknya atau
dimana suatu informasi yang diperlukannya dipaparkan dalam buku.
5). Membuat situasi yang kondusif
Belajar adalah pekerjaan yang memerlukan pengerahan penglihatan,
pendengaran, latihan dan pikiran. Oleh karena itu diperlukan suasana yang
menunjang seperti tempat yang relatif tenang dan pikiran yang konsentrasi.
Cara belajar yang sehat adalah cara yang rileks tidak mengganggu postur
tubuh dan tidak mengganggu konsentrasi (Suparno, 2000).
6). Mengenal lingkungan
Lingkungan disini adalah lingkungan belajar atau sumber-sumber
belajar yang tidak terhitung jumlahnya. Sumber-sumber belajar berupa
orang, bahan bacaan, lembaga atau institusi, maupun setting yang sengaja
maupun yang semula tidak disengaja untuk dijadikan sumber belajar tetapi
dapat berfungsi sebagai sumber belajar (Suparno, 2000).
7). Mengarahkan diri sendiri dalam belajar
Mengarahkan diri sendiri dalam belajar adalah memulai kegiatan
belajar karena lingkungan yang mendorongnya melakukan sesuatu.
Adapula orang yang mengarahkan diri sendiri di dalam belajar karena
memang sistem dalam lingkungannya memberikan peluang, selain itu ada
juga orang yang melaksanakan kegiatan pengarahan diri dalam belajar itu
karena faktor kebetulan ketika ia sudah mempunyai waktu luang untuk
mempelajari sesuatu yang menjadi minatnya (Suparno, 2000).
8). Catatan harian
Catatan harian bertujuan untuk mencatat apa yang harus dilakukan,
apa yang telah dicapai, serta apa yang harus dicapai, masalah-masalah
yang harus diselesaikan, dengan catatan harian ini membantu ingatan
seseorang (Suparno, 2000).
2.4 Hubungan Pola asuh Orang Tua dengan Kemandirian Belajar Anak Usia Remaja
Pola asuh orang tua dalam mendidik dan membimbing anak sangat
berpengaruh dalam perkembangan terutama ketika anak telah menginjak
masa remaja. Ada berbagai macam cara orang tua dalam mengasuh dan
membimbing anaknya, keanekaragaman tersebut dipengaruhi oleh adanya
perbedaan latar belakang, pengalaman, dan pendidikan orang tua.
Mengingat masa remaja merupakan masa yang penting dalam proses
perkembangan kemandirian maka pemahaman dan kesempatan yang
diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan
kemandirian krusial.
Menurut seorang staf pengajar Fakultas Psikologi UGM mengatakan
bahwa anak tumbuh menjadi remaja, tingkat ketergantungan dalam belajar
berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan aspek-aspek
kepribadian dalam diri mereka. Kemandirian pun menjadi sangat berbeda
pada rentang usia tertentu. Kemandirian sangat tergantung pada proses
kematangan dan proses belajar anak. Remaja tumbuh dan berkembang
dalam lingkup sosial. Lingkup sosial, awal yang meletakkan dasar
perkembangan pribadi anak adalah keluarga. Dengan demikian, orang tua
memiliki porsi terbesar untuk membawa anak mengenal kekuatan dan
kelemahan diri untuk berkembang termasuk perkembangan
kemandiriannya (Marie T, 2002).
Menurut Stewart dan Koch bahwa orang tua yang menerapkan pola
asuh otoriter cenderung mengekang keinginan anak, bersikap kaku, suka
menghukum, tidak mendorong dan memberi kesempatan kepada anak
untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Pola asuh demokratis
memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak,
memberikan tanggung jawab bagi anaknya terhadap segala sesuatu yang
diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa., bertidak secara objektif.
Pola asuh permisif cenderung memberikan kebebasan penuh tanpa kontrol
sama sekali, orang tua tidak memberikan aturan, sedikit sekali dituntut
untuk suatu tanggung jawab (Tarmudji, 2004).
Dari pendapat di atas, maka dapat diambil simpulan bahwa pola asuh
otoriter memberi sedikit kontribusi terhadap kemandirian, karena pada pola
asuh otoriter ini anak tidak diberi kebebasan untuk berkembang sesuai
dengan kemampuan yang ia miliki. Maka dengan pola asuh otoriter ini
cenderung menjadi anak yang kurang mandiri. Namun dari segi positifnya,
maka yang dididik dalam pola asuh otoriter ini cenderung akan menjadi
disiplin yakni mentaati.
Pola asuh demokratis memberi banyak kontribusi terhadap
kemandirian, karena orang tua lebih banyak menunjukkan pengertian
terhadap kebutuhan dan kemampuan anak, menghargai pendapat dan
lebih toleran. Sehingga dengan pola asuh demokratis ini anak bisa
berkembang seoptimal mungkin, maka dengan pola asuh demokratis ini
ada kecenderungan anak untuk menjadi anak yang mandiri.
Sedangkan pola asuh permisif sedikit sekali memberi kontribusi
terhadap kemandirian, karena orang tua lebih bersikap masa bodoh
dengan segala kegiatan anak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
dengan pola asuh permisif ini anak menjadi kurang bertanggung jawab,
kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Maka dengan
pola asuh permisif ini cenderung menjadi anak yang kurang mandiri,
namun bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara
bertanggung jawab, maka anak menjadi seorang yang mandiri, kreatif dan
mampu mewujudkan aktualitasnya
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka konsep penelitian
Yang diteliti
Yang tidak teliti
Ket :
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian
KeluargaPola asuh Orang Tua tua
Kemandirian Belajar Remaja
Faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian belajar : Eksternal :
- Sekolah- Masyarakat- Lingkungan sosial
ekonomi
Faktor yang mempengaruhi pola asuh : Tempramen Kharakteristik
biologis Tingkat
pendidikan Stress keluarga Pengaruh luar
keluarga
Faktor internal yang mempengaruhi kemandirian belajar : Internal :
- Keturunan,- Pengalaman, - Kematangan
Mengingat masa remaja merupakan masa yang penting dalam
proses perkembangan kemandirian maka pemahaman dan kesempatan
yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan
kemandirian belajar. Penerapan kemandirian dalam hal belajar bagi
seorang remaja bukan merupakan hal yang mudah. Kemandirian belajar ini
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, dimana keluarga termasuk
dalam poin faktor eksternal. Keluarga yang dimaksud adalah dalam hal
pola asuh orang tua. Perbedaan macam pola asuh yang mereka terapkan
juga akan mencetak kemandirian belajar seorang remaja yang berbeda
pula. Dengan demikian, pola asuh orang tua memiliki porsi terbesar untuk
membawa anak mengenal kekuatan dan kelemahan diri untuk berkembang
termasuk perkembangan kemandiriannya.
Pola asuh orang tua ini sendiri juga dipengaruhi oleh 5 hal
menurut Edwards diantaranya temperamen, karakteristik biologis (cara
bersikap, emosional, perkembangan kesehatan), tingkat pendidikan
(tingkat pengetahuan), stress keluarga (masalah pekerjaan, depresi), dan
faktor luar keluarga (teman sebaya, guru pengajar). Hal inilah yang natinya
akan mempengaruhi pola asuh mana yang akan orang tua terapkan
terhadap anaknya, otoriter, demokratis atau permisif. Berdasarkan
kerangka konsep di atas penulis ingin mengetahui adakah hubungan
antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar yang ada pada
anak usia remaja.
3.2. Hipotesis penelitian
Ada hubungan antara pola asuh yang diterapkan orang tua
dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja di SMA “Taruna Dra
Zulaeha”.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Dalam pelaksanaan penelitian untuk dapat memperoleh hasil yang
optimal maka suatu penelitian ilmiah harus mendasarkan pada metode yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sehubungan dengan hal tersebut
maka dalam bab ini akan dibahas hal-hal sebagai berikut : desain penelitian,
populasi, sampel, variabel penelitian, lokasi dan waktu pelaksanaan, metode
pengumpulan data, validitas instrumen, reliabilitas instrumen dan metode analisis
data.
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yaitu observasional
analitik dengan menggunakan desain cross sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran variabel independen dan dependen dinilai
secara simultan pada waktu yang sama dan tidak ada follow up (Alimul, 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel pola asuh orang
tua dan tingkat kemandirian belajar.
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
4.2.1 Populasi
Sebelum menentukan sampel, maka populasi penelitian harus ditetapkan
terlebih dahulu. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek
atau obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya (Alimul, 2007).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah semua
individu dari keseluruhan subjek yang jelas dan mempunyai ciri yang sama yang
hendak dikenai dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X SMA ”Taruna Dra Zulaeha” Tahun Ajaran 2009-2010.
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Kriteria sampel meliputi
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat
dan tidaknya sampel tersebut digunakan (Alimul, 2007).
Pemilihan objek yang menjadi anggota sampel dilakukan secara acak
sederhana, dengan cara ini setiap subjek memiliki peluang yang sama untuk
terpilih sebagai sampel.
Kriteria Sampel
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel dan harus dengan
pertimbangan ilmiah (Nursalam, 2003).
Kriteria inklusi :
1. Siswa bersedia menjadi responden
2. Siswa yang tinggal bersama orang tuanya
3. Siswa yang berusia 14-16 tahun
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
karena alsan tertentu (Alimul, 2007).
Kriteria eksklusi:
1. Siswa yang yatim piatu
2. Siswa yang tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar saat
dilakukan penelitian dikarenakan sakit atau mengundurkan diri
Menurut Nursalam, 2003 penggunaan sampel sebesar 10%-20% untuk
subjek dengan jumlah lebih dari 1000 namun jika besar populasi kurang dari
1000 maka menggunakan rumus;
n =
n = = =
n = =114,28 = 114 sampel
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat signifikansi (d = 0,05)
Menurut perhitungan rumus diperoleh sampel yang dibutuhkan sebanyak
114 namun karena peneliti ingin mengurangi faktor bias sehingga peneliti
mempergunakan seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 152.
4.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
seluruh populasi yang ada (Alimul, 2007).
Teknik sampling dari penelitian ini menggunakan teknik purposive yaitu
teknik penerapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan, masalah dalam penelitian), sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya. Adapun yang menjadi alasan, peneliti menggunakan teknik
Purposive Sampling adalah : kemampuan peneliti dilihat dari waktu, dana dan
tenaga, peneliti menganggap sampel homogen, mendapatkan sampel yang
representatif.
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.3.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua
orang tua, diantaranya demokratis, permisif, dan otoriter.
4.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar siswa
kelas X SMA “Taruna Dra Zulaeha”.
4.3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek.
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran
dalam penelitian (Alimul, 2007). Definisi operasional dari masing-masing variabel
yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pola asuh orang tua merupakan gambaran sikap yang ditunjukkan orang
tua dalam berinteraksi dengan anaknya dalam hal ini penilaian terhadap
pola asuh ditinjau dari sudut pandang seorang anak. Pola asuh orang tua
meliputi:
- pola asuh otoriter cenderung anak merasa menerima peraturan yang
ketat dan harus dipatuhi, tidak adanya kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, anak sering dapat hukuman dan jarang
dapat hadiah
- pola asuh demokratis cenderung anak mendapat bimbingan dan arahan
tanpa pemaksaan kehendak, adanya kesempatan kepada anak untuk
berpendapat, hukuman diberikan kepada perilaku salah, memberi pujian
dan atau hadiah kepada perilaku yang benar
- pola asuh permisif cenderung anak merasa bebas tanpa ada batasan
dan aturan dari orang tua, anak tidak mendapatkan hadiah ataupun
pujian meski anak berperilaku sosial baik, anak tidak mendapatkan
hukuman meski anak melanggar peraturan, kurang kontrol terhadap
perilaku dan kegiatan anak sehari-hari
Ada 24 pertanyaan pilihan jawaban Ya = 1, Tidak = 0 dan kemudian di
kategorikan sesuai dengan skor tertinggi dari poin-poin jawaban pada
tiap pola asuh yang diterapkan. Alat ukur yang digunakan adalah
kuisioner yang diisi sendiri oleh responden dengan skala ordinal.
2. Kemandirian belajar adalah kemandirian belajar merupakan aktivitas
belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung
jawab sendiri tanpa bantuan orang lain
- Aspek intelektual : percaya diri dengan kemampuan kognitifnya,
mampu mengerjakan sendiri tugas-tugasnya dalam belajar, memiliki
ketrampilan belajar secara mandiri
- Aspek sosial : mempunyai kesediaan untuk membantu teman dalam
belajar, memiliki hubungan yang baik dengan teman, belajar untuk
tidak bergantung dengan teman
- Aspek emosi : memiliki motivasi belajar yang tinggi, bertanggung
jawab terhadap peranannya sebagai pelajar, mampu menyikapi
masalah-masalah belajarnya secara positif, tidak mudah putus asa
terhadap kesulitan belajar yang muncul),
- Aspek ekonomi : memiliki kemauan untuk tetap belajar walaupun
kemampuan ekonomi terbatas, mampu mengatur keuangan dengan
baik, mampu memanfaatkan sarana dan prasarana belajar dengan
benar
Ada 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban Ya = 1. Tidak = 0 dan
kemudian dikategorikan dari hasil prosentase kode skor sbb :
1). 0-35% = Kurang mandiri
2). 36%-65% = Cukup mandiri
3). 66%-100% = Mandiri
Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang diisi sendiri oleh
responden dengan skala ordinal.
4.4 Pengumpulan Data dan Analisa Data
4.4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data peneliti akan menggunakan metode kuisioner yang
berisi pertanyaan tertutup (Closed Ended Question) yang telah dibuat oleh
peneliti dengan mengacu pada kepustakaan yang terdiri dari angket untuk pola
asuh dan angket untuk tingkat kemandirian belajar remaja. Untuk data pola asuh
orang tua dan tingkat kemandirian belajar remaja menggunakan skala Guttman.
4.4.2 Analisa Data
Analisis data yang dilakukan untuk menilai hubungan antara pola asuh orang
tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja digunakan perhitungan
statistik analisis inferensial. Setelah data terkumpul akan dilakukan pengolahan
data dengan tahap :
1. Editing : memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh yang
dilakukan setelah data terkumpul.
2. Coding : mengklasifikasikan jawaban dengan memberi kode pada masing-
masing jawaban sesuai dengan kuisioner.
Jumlah item dalam angket sebanyak 44 item dimana responden akan
diminta untuk memilih pilihan dan diberi skor sebagai berikut : 1 = Ya, 0 = Tidak.
4.4.2.1 Analisis untuk Data Pola Asuh
Penilaian pola asuh menggunakan skala Guttman dengan pilihan
jawaban berupa Ya = 1 dan Tidak = 0. Angket yang dipilih bersifat tertutup yang
sudah disesuaikan dengan item-item sesuai kriteria tiap pola asuh yang nantinya
akan diisi oleh siswa. Selanjutnya skor dalam angket yang didapatkan responden
secara individual ditambahkan dan dikategorikan ke dalam jenis pola asuh mana
yang sesuai dan paling dominan dirasakan oleh anak.
4.4.2.2 Analisis untuk Data Tingkat Kemandirian Belajar
Penilaian tingkat kemandirian anak menggunakan skala Guttman dengan
pilihan jawaban Ya = 1, Tidak = 0. Selanjutnya skor yang didapatkan responden
secara individual ditambahkan, dibandingkan dengan skor maksimal dikalikan
100%. Rumus yang digunakan :
Keterangan :
N : Prosentase nilai
∑Sm : Jumlah skor tertinggi
∑Sp : Jumlah skor yang didapat
Kemudian hasil dimasukkan dalam kriteria standar penelitian dan ada 20
pertanyaan. Selanjutnya dikategorikan dari hasil prosentase kode skor sbb :
N = ∑ S p x 100 % ∑Sm
1). 0-35% = Kurang mandiri
2). 36%-65% = Cukup mandiri
3). 66%-100% = Mandiri
(Alimul, 2007)
4.4.2.3 Analisis untuk Mencari Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua
dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja
Mencari hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat
kemandirian belajar anak usia remaja. Dengan menggunakan metode analisa
korelasi Spearman Rank dengan uji independensi dapat diketahui apakah kedua
variabel saling berhubungan atau tidak dengan tingkat kepercayaan α ≤ 0,05.
Tujuan analisa uji di atas untuk mengetahui signifikansi ada atau tidaknya
hubungan antara pola asuh orang tua terhadap tingkat kemandirian belajar anak
usia remaja SMA Taruna Dra Zulaeha. Teknik pengolahan data statistik
dilakukan dengan menggunakan SPSS Release 15 for windows.
Angka korelasi berkisar antar 0-1, patokan angkanya sebagai berikut :
0-0,25 : korelasi sangat lemah
>0,25-0,5 : korelasi cukup
>0,5-0,75 : korelasi kuat
>0,75-1 : korelasi sangat kuat
Korelasi dapat positif atau negatif, signifikansi hubungan dua variabel dapat
dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut ;
Jika probabilitas <0,05, hubungan kedua variabel signifikan
Jika probabilitas >0,05, hubungan kedua variabel tidak signifikan
(Jonathan Sarwono, 2006).
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Taruna Dra Zulaeha.
Peneliti mengambil lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Efektifitas waktu dan biaya
2. Belum pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh
orang tua dengan kemandirian belajar siswa
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009.
4.6 Validitas dan Reliabilitas
4.6.1 Uji Validitas Insrumen
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berisi prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data dan instrumen yang digunakan
harus mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2003).
Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah
itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks
korelasinya.
Rumus Pearson Product Moment :
Keterangan:
rhitung = koefisien korelasi n = jumlah responden
∑Xi = jumlah skor item ∑Yi = jumlah skor total (item)
r hitung = n(∑XY)-(∑X).(∑Y)√[n.∑X2 – (∑X)2]. [n.∑Y2 –(∑Y)2]
Rumus: uji t
Keterangan:
thitung = nilai thitung
r = koefisien korelasi hasil r hitung
n = jumlah responden
Untuk tabel tα = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2)
Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai t
hitungnya < t tabel tidak valid, apabila instrumen valid, maka indeks korelasinya
(r) adalah sebagai berikut:
0,800 – 1,000: sangat tinggi
0,600 – 0,799: tinggi
0,400 – 0,599: cukup tinggi
0,200 – 0,399: rendah
0,000 – 0,199: sangat rendah (tidak valid)
(Alimul, 2007)
Pengujian validitas dengan menggunakan sebanyak 28 sample dengan
menjawab 44 butir pertanyaan. Uji validitas tersebut menunjukkan bahwa semua
soal telah valid dengan t tabel rata-rata 0,600 sehingga peneliti tidak perlu
membuang ataupun memodifikasi kuisioner.
4.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila
fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
beralinan. Ada 3 prinsip dalam melihat reliabilitas suatu penelitian adalah
stabilitas, ekuivalen dan homogenitas (Nursalam, 2003).
thitung = r√(n-2)√(1- r2)
Teknik pengujian adalah dengan menggunakan koefisien alpha cronbach
sebesar 5%. Pengujian reliabilitas ini menggunakan komputer dengan bantuan
program SPSS Release 15 for windows. Metode yang digunakan adalah metode
Alpha Cronbach, dengan rumus sebagai berikut:
r11 = k 1- ∑σb2
k -1 σt2
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen ∑σb2 = jumlah varians butir
k = banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal σt2 = varians total
Dengan kriteria apabila koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis atau
apabila nilai alpha >0,444, maka instrumen tersebut dinyatakan reliable/handal.
(Alimul, 2007).
Pengujian reliabilitas pada kuisioner pola asuh dengan jumlah sample 28
orang dan jumlah soal 44 butir . Kuisioner pola asuh terdiri dari 24 butir
menunjukkan nila alpha 0,951. Sedangkan kemandirian belajar terdiri dari 20
butir menunjukkan nilai alpha 0,983 sehingga pertanyaan dalam kuisioner
tersebut reliabel.
4.7 Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan ijin
terlebih dahulu kepada pihak terkait di SMA “Taruna Dra Zulaeha” Leces
Probolinggo. Kemudian melakukan observasi langsung pada objek yang akan
diteliti dengan menekankan pada masalah – masalah etik sebagai berikut:
4.7.1 Lembar Pernyataan dan Persetujuan menjadi Responden (Informed
Consent)
Responden yang memenuhi kriteria inklusi diberi lembar informed
consent disertai identitas peneliti, judul penelitian, dan manfaat penelitian.
Responden diminta mencantumkan tanda tangan di lembar tersebut dengan
terlebih dahulu diberikan waktu untuk membaca isi lembaran tersebut. Jika
subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak–
hak responden (Alimul, 2007).
4.7.2 Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
nama responden pada lembar pengumpulan data, tapi lembar tersebut diberi
inisial dan nomor atau kode tertentu (Alimul, 2007).
4.7.3 Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan
dijamin oleh peneliti. Data tersebut hanya akan disajikan atau dilaporkan kepada
yang berhubungan dengan penelitian ini (Alimul, 2007).
4.8 Jadwal Penelitian
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan Waktu dalam bulan
Agust Sept Okt Nov Des
1 Persiapan/Bimbingan X X X
2 Pelaksanaan/Pengumpulan Data X
3 Pengolahan data (Analisa Data) X
4 Penulisan Laporan X X
5 Seminar/Ujian X
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Pengambilan data penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh
orang tua dengan tingkat kemandirian belajar melalui lembar pengumpulan data
berupa kuesioner yang diberikan kepada siswa kelas X SMA “Taruna Dra
Zulaeha”. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sesuai sampel yang telah
ditetapkan berjumlah 152 siswa dan pengambilan data dalam penelitian
dilakukan selama 1 hari pada tanggal 13 November 2009.
Untuk memudahkan dalam menganalisa hasil penelitian, maka peneliti
menentukan karakteristik sesuai dengan variabel yang diinginkan. Karakteristik
tersebut meliputi karakteristik lokasi penelitian, karakteristik responden, pola
asuh, tingkat kemandirian belajar anak usia remaja disertai analisis hubungan
antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian
“Taruna Dra Zulaeha” merupakan institusi pendidikan swasta yang
menyediakan jenjang pendidikan terlengkap di Kabupaten Probolinggo mulai dari
TK sampai perguruan tinggi. “Taruna Dra Zulaeha” beralamat di Jalan Raya
Leces No 5 A Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo yang didirikan oleh
Yayasan Pendidikan Karyawan PT Kertas leces.
Tahun berdirinya masing-masing jenjang berbeda, SMA “Taruna Dra
Zulaeha” berdiri tahun 1975 dengan mengadopsi segitiga emas pendidikan yang
merangkul orang tua, guru, dan siswa. SMA ini membuka komunikasi agar orang
tua mengetahui perkembangan anak didiknya melalui buku laporan kegiatan
siswa. Selain itu mengenai kapasitas ruang belajar SMA ini terdiri dari 12 kelas
dan masing-masing mampu menampung 40 murid. Jumlah guru yang mengajar
di SMA “Taruna Dra Zulaeha” sebanyak 36 orang guru tetap.
5.1.2 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik responden sesuai
dengan: umur, jenis kelamin, urutan anak, kondisi kesehatan, dan pekerjaan
orang tua. Secara rinci dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Berdasarkan gambar 5.1 di atas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi
pada umur 15 th sebanyak 65,13%.
Gambar 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar 5.2 di atas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi
pada perempuan sebanyak 55,26%.
Gambar 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Urutan Kelahiran
Berdasarkan gambar 5.3 diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi pada
urutan anak sulung sebanyak 51,32%.
Gambar 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Kondisi Kesehatan Anak
Berdasarkan kondisi kesehatan anak diperoleh data bahwa frekuensi
tertinggi pada kondisi tidak sakit sebanyak 100%.
Gambar 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Berdasarkan gambar 5.5 diperoleh data bahwa frekwensi tertinggi pada
pekerjaan sebagai karyawan PT Kertas Leces sebanyak 50,66 %.
5.2 Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan uji statistik,
maka harus diketahui sebaran data, yaitu distribusi normal atau tidak. Untuk
menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal atau tidak
maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap masing-masing variabel.
Berdasarkan pengujian normalitas data pada kedua variabel dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada derajat kebebasan sebesar 152,
terlihat bahwa kedua variabel pola asuh orang tua maupun kemandirian belajar
yang akan diuji menunjukkan p (value) = 0.000 yang lebih kecil dari alpha 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel tersebut tidak menyebar
mengikuti sebaran normal.
Adapun langkah untuk mengetahui korelasi antara pola asuh orang tua
dengan tingkat kemandirian belajar, analisis data statistik yang digunakan adalah
uji korelasi Spearman Rank dengan menggunakan sistem Statistical Product and
Service Solution (SPSS) Release 15 for Windows dengan tingkat signifikansi α <
0,05.
5.2.1 Analisis Data untuk Pola Asuh
Gambar 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pola Asuh
Berdasarkan gambar 5.6 diatas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi
pada jenis pola asuh demokratis sebanyak 58,55%.
5.2.2 Analisis Data untuk Tingkat Kemandirian Siswa dalam Belajar
Gambar 5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kemandirian Siswa dalam Belajar
Berdasarkan gambar 5.7 di atas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi
pada kategori mandiri sebanyak 47,37 %.
5.2.3 Analisis Hubungan Jenis Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat
Kemandirian Siswa dalam Belajar
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis pola asuh orang tua dengan tingkat
kemandirian siswa dalam belajar
Cross tabulasi Pola asuh orangtua Tingkat Kemandirian dalam Belajar
Tingkat kemandirian
TotalKurang mandiri
Cukup mandiri
Mandiri
Pola asuh orang tua
Permisif
Frekuensi 0 29 3 32Persentase 0% 90,625% 9,375% 21,053 %
Otoriter
Frekuensi 19 8 4 31Persentase 61,29% 25,80% 12,90% 20,39 %
Demokratis
Frekuensi 2 22 65 89
Persentase 2,247% 24,72% 73,034% 58,55 %
Total
Frekuensi 21 59 72 152Persentase 13,82% 38,82% 47,37% 100 %
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 5.1 di atas di peroleh data bahwa frekuensi tertinggi
jenis pola asuh orang tua adalah jenis pola asuh demokratis sebanyak 89 orang.
Pada penerapan pola asuh demokratis diperoleh 65 siswa memiliki kemandirian
belajar yang mandiri. Disamping itu terdapat 22 siswa yang cukup mandiri dan 2
siswa kurang mandiri dalam belajar.
Dari data di atas kemudian dicari hubungan antara pola asuh orang tua
dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja dengan menggunakan
korelasi Spearman Rank. Namun sebelumnya perlu diadakan uji normalitas
Diperoleh nilai koefisien korelasi positif sebesar 0,661, artinya bahwa korelasinya
kuat dan semakin responden menunjukkan ke arah pola asuh yang positif
(demokrasi), maka anak akan menunjukkan kemampuan dalam belajar. Nilai
korelasi Spearman Rank ini memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja.
Adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat
kemandirian belajar anak usia remaja dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua
dengan Tingkat Kemandirian Siswa dalam Belajar
Berdasarkan gambar 5.8 dapat diketahui bahwa sikap mandiri siswa pada
pola asuh demokratis lebih tinggi daripada pola asuh permisif dan otoriter.
Sedangkan sikap mandiri pada pola asuh otoriter lebih tinggi daripada permisif.
Sikap cukup mandiri siswa pada pola asuh permisif lebih tinggi diantara
demokratis dan otoriter. Sedangkan sikap cukup mandiri pada pola asuh
demokratis lebih tinggi daripada otoriter. Sikap kurang mandiri pada pola asuh
otoriter lebih tinggi daripada demokratis. Sedangkan sikap kurang mandiri pada
pola asuh permisif tidak dapat terdeteksi dikarenakan tidak adanya responden
yang masuk dalam kategori kurang mandiri.
Penerapan pola asuh demokratis cenderung membuat anak lebih mandiri
dalam belajar. Sedangkan semakin ke arah pola asuh otoriter maka anak
cenderung kurang mandiri dalam proses belajar karena anak terlalu banyak
aturan dalam keluarga dan pola asuh permisif akan mendidik anak cenderung
cukup mandiri.
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan gambar 5.1 di atas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi
pada umur 15 th sebanyak 65,13%. Menurut Erikson umur ini merupakan masa
remaja awal (adolescence) ditandai adanya kecenderungan pencarian identitas
diri dan kebingungan dengan identitasnya, sehingga peran orang tua juga
memiliki pengaruh penting dalam membantu anak mengatasi kebingungan
peran.
Berdasarkan gambar 5.2 diatas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi
pada perempuan sebanyak 55,26%. Sedangkan berdasarkan gambar 5.3 urutan
kelahiran anak diperoleh frekuensi tertinggi pada urutan anak sulung sebanyak
51,32%. Menurut Wijayanti (2007), orang tua menempatkan posisi anak paling
besar (anak sulung) sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap adiknya.
Anak sulung cenderung melindungi anggota keluarga yang muda. Anak tengah
biasanya lebih bersikap demokrasi dalam menghadapi masalah, sedangkan yang
bungsu cenderung tergantung dengan keputusan anak sulung dan meminta
bantuan orang lain. Adanya pemahaman dari anak sulung tentang kehadiran
adik baru yang memerlukan perhatian orang tuanya, dapat memotivasi anak
sulung untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan sebagian lagi dengan
meminta bantuan orang tua sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian
orang tua.
Berdasarkan gambar 5.4 dia atas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi
pada kondisi tidak sakit sebanyak 100%. Kondisi kesehatan ini yang nantinya
akan mempengaruhi terhadap kejujuran jawaban dan siswa mampu berpikir lebih
optimal dalam menjawab. Sehingga hasil penelitian bisa sesuai dengan yang
diharapkan oleh peneliti.
Berdasarkan gambar 5.5 diatas diperoleh bahwa frekwensi tertinggi pada
pekerjaan sebagai karyawan PT Kertas Leces sebanyak 50,66 %. Hal ini akan
menandakan tingkat pendidikan orang tua sudah baik sehingga akan
mempengaruhi dalam penerapan pola asuh dalam keluarga.
6.2 Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan gambar 5.6 hasil tabulasi data dari bab V diperoleh data
sebanyak 89 responden menggunakan pola asuh demokratis (58,55%), 32
responden menggunakan pola asuh permisif (21,05%), dan 31 responden
menggunakan pola asuh otoriter (20,39%). Apabila dilihat jenis pola asuh dengan
frekuensi tertinggi terdapat pada jenis pola asuh demokratis.
Remaja yang di asuh oleh orang tua yang demokratis lebih mampu
menyelesaikan masalahnya dengan baik karena didalam keluarga yang
demokratis, orang tua mampu menjadi model yang baik bagi remaja. Remaja
dilibatkan dan dilatih bagaimana menggunakan pemecahan masalah untuk
menetapkan aturan-aturan keluarga, merencanakan kegiatan dirumah serta
memecahkan semua konflik sehingga para remaja mempunyai pengalaman
apabila orang tua tidak lagi menjadi pemberi penyelesaian dan pembuat
keputusan.
Selain itu pola asuh orang tua menurut Edwards juga dipengaruhi oleh
temperamen, karakteristik biologis, tingkat pendidikan, stress keluarga, pengaruh
dari luar keluarga. Kelima faktor diatas tentunya melengkapi dalam penerapan
pola asuh dalam suatu keluarga. Pengaruh yang besar juga dari pengalaman
dan lingkungan dimana tinggal ataupun bekerja. Menurut penelitian kebanyakan
dari responden berada dalam kalangan keluarga yang tingkat pendidikan cukup,
hal ini dapat terlihat dari pekerjaan orang tuanya yang mayoritas bekerja di pabrik
Kertas Leces.
6.3 Tingkat Kemandirian Belajar
Berdasarkan tabel 5.7 tingkat kemandirian belajar siswa remaja diperoleh
hasil sebanyak 72 responden menyatakan mandiri (47,37%), 59 responden
menyatakan cukup mandiri (38,82%), 21 responden menyatakan kurang mandiri
(13,82%). Prosentase tertinggi siswa menyatakan mandiri dalam belajar. Hal ini
juga didukung oleh prosentase terbanyak dalam responden adalah anak sulung.
Anak sulung yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam pengambilan
keputusan dan keterlibatan dalam menyelesaikan masalah.
Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan
sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta
mampu mempertanggungjawabkan tindakannya. Seorang siswa dapat dikatakan
telah mampu mandiri dalam belajar dilihat dari bagaimana ia memulai belajarnya,
mengatur waktu dalam belajar sendiri melakukan belajar dengan cara dan teknik
sesuai dengan kemampuan sendiri, mampu mengetahui kekurangan diri sendiri,
serta tidak bergantung pada orang lain. .
Kemandirian seseorang dalam belajar ini sebenarnya tidak terlepas dari
pengaruh eksternal maupun internal. Pola asuh orang tua ini termasuk poin
penting yang ada pada pengaruh eksternal dalam lingkungan keluarga. Pola
asuh orang tua di sini memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk
kemandirian anak, karena dalam pola asuh orang tua akan terkait dengan
kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri yang ditanamkan orang tua kepada
anak dalam kehidupan sehari-hari. Selain memberi kesempatan pada remaja,
pemberian kepercayaan dan tanggung jawab pada remaja, juga sangat
membantu memperlancar kemandirian.
6.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian
Belajar Remaja
Seperti kita ketahui lingkungan paling dekat dengan anak dan tempat
dimana anak berinteraksi pertama kali adalah lingkungan keluarga. Terdapat
banyak faktor dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Salah satu faktor tersebut adalah pola asuh orang tua yang diterapkan pada
anaknya. Selama proses penerapan pola asuh ini orang tua tidak lepas dari yang
namanya aturan, pengakuan kemampuan anak, hukuman, dan pujian. Sehingga
berdasarkan analisis dengan menggunakan rumus korelasi Spearman Rank
diperoleh hasil terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua
dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja.
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan data responden yang menggunakan
pola asuh demokratis mempunyai tingkat kemandirian mandiri yang dinyatakan
sebanyak 65 responden (73,034%), cukup mandiri sebanyak 22 responden
(24,72%) dan kurang mandiri sebanyak 2 orang (2,247%).
Pada siswa yang diasuh dengan pola asuh demokratis ini menunjukkan
bahwa sikap siswa lebih dapat bertanggung jawab terhadap dirinya berkaitan
tugas belajar yang dibebankan kepadanya. Hal tersebut didukung oleh
pernyataan Chabib Thoha bahwa dalam pola asuh demokratis ditandai dengan
adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, dan anak diberi
kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi
sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri.
Pola asuh dengan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab inilah,
menyebabkan siswa lebih percaya dan lebih terbuka, mudah bekerjasama
sehingga anak akan cenderung lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri, dan
memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri.
Penerapan pola asuh demokratis tersebut, anak juga lebih mampu
mengontrol dan mengarahkan emosinya. Mereka dapat lebih memahami
kebiasaaan temannya dan bekerjasama dengan orang lain. Hal tersebut
diperkuat oleh pendapat Tembong Prasetyo bahwa sikap-sikap tersebut akan
mampu mendorong anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajarnya secara
bertanggung jawab dan mandiri dalam upaya mendapatkan hasil belajar yang
terbaik.
Perilaku orang tua yang menggunakan pola asuh demokrasi lebih
menunjukkan adanya kasih sayang, disertai aturan-aturan dengan menetapkan
batasan dan kontrol yang mendukung anak pada tindakan konstruktif sehingga
tercipta kemandirian pada remaja. Orang tua yang menerapkan pola asuh
demokrasi berusaha menyeimbangkan adanya dukungan keluarga dan
bimbingan, sehingga diharapkan remaja akan mampu menerima tanggung
jawab, mematuhi batasan-batasan yang rasional, dan bersikap baik sesuai
dengan kondisi dan usia anak.
Apabila seorang remaja melakukan kesalahan, maka orang tua dengan
pola asuh ini akan lebih menekankan pada masukan berupa umpan balik yang
positif dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak usia remaja.
Meskipun pada umumnya keputusan akhir pada hal-hal yang bersifat penting
tetap menjadi wewenang dan hak orang tua. Namun, seiring perkembangan
remaja, orang tua memperbolehkan remaja untuk membuat keputusan sendiri
dalam hal kemandiriannya disertai bimbingan demi kebaikannya.
Pola asuh otoriter mempunyai tingkat kemandirian kurang yang
dinyatakan sebanyak 19 orang (61,29%), cukup mandiri sebanyak 8 responden
(25,80%) dan mandiri sebanyak 4 responden (12,90%). Berbeda dengan gaya
otoriter, anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
Sebuah keluarga bila orang tua lebih cenderung memaksakan kehendaknya,
dengan menerapkan aturan-aturan yang sifatnya kaku. Sikap-sikap tersebut
dalam waktu lama akan menjadi sifat yang akan dibawanya, seringkali memaksa
anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua).
Di dalam pergaulan, muncul perilaku anak yang cukup ekstrem. Anak
cenderung menjauhkan diri dari lingkungan (menarik diri secara sosial). Hal
tersebut diperkuat oleh pendapat G. Tembong Prasetyo yang mengetahui bahwa
ada pengaruh yang berbeda terhadap perilaku yang muncul pada anak. Jika
anak laki-laki dengan pola pengasuhan otoriter sangat mungkin memiliki resiko
berperilaku anti sosial dan anak perempuan cenderung menjadi tergantung
(dependent) pada orang tua.
Pada pola asuh otoriter yang cenderung memaksakan kehendaknya
akhirnya sulit menciptakan kreativitas, menjadi penakut dan tidak percaya diri.
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Siti Rahayu H dalam Chabib Toha yang
menambahkan bahwa pola asuh otoriter pada akhirnya membuat anak kurang
mandiri, karena segala sesuatunya orang tua memegang kendali (yang
mengatur).
Pola asuh otoriter lebih menekankan batasan dan larangan diatas respon
positif. Orang tua otoriter menuntut keteraturan, sikap yang sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan menekankan kepatuhan pada otoritas. Pada umumnya
orang tua otoriter tidak selalu bersikap dingin dan tidak responsif, tetapi lebih
banyak menuntut dan kurang bersikap positif dan mencintai anaknya.
Meskipun anak dengan pola asuh otoriter tidak mampu mengekspresikan
perasaannya secara terbuka, tetapi anak dapat menunjukkan penolakan
terhadap aturan yang dibuat oleh orang tua. Ketika anak menolak, maka orang
tua akan lebih menuntut lagi. Pada akhirnya orang tua menerapkan hukuman
yang keras pada anak secara psikologis dapat merugikan orang tua, anak dan
hubungan antara keduanya.
Pola asuh permisif mempunyai tingkat kemandirian cukup yang dinyatakan
sebanyak 29 responden (90,625%) dan mandiri sebanyak 3 orang (9,375%).
Pada pola asuh permisif yang ditandai dengan cara orang tua mendidik anak
secara bebas, kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak
memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya (Chabib Thoha, 1996).
Pernyataan tersebut di atas didukung oleh Agoes Dariyo yang menyatakan
bahwa apa yang diberlakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua
menuruti segala kemauan anak, dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin. Hal
tersebut memungkinkan kemandirian siswa dalam belajar cukup mandiri. Namun,
bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab,
maka anak akan menjadi seorang yang mandiri.
Pada penerapan pola asuh permisif tidak ditemukan adanya tuntutan dan
kontrol dari orang tua secara berlebihan terhadap anak. Disamping tingkat
kemandirian yang ditunjukkan anak pada pola asuh ini cukup, tetapi akibat lain
yang dapat diterima anak diantaranya anak tidak pernah belajar mengontrol diri,
selalu menuntut orang lain menuruti keinginannya dan tidak berusaha belajar
menghormati orang lain. Anak menjadi cenderung mendominasi orang lain,
sehingga dalam berinteraksi sosial anak mengalami kesulitan
6.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang terkait dengan
instrumen atau metode yang digunakan dan faktor feabilitas.
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup langsung. Keterbatasan
dari kuesioner ini adalah :
1. Jika informasi instrumen tidak jelas, maka peserta tidak berespon secara
tepat dan interpretasi yang diberikan tidak akurat.
2. Walaupun dibuat anonym, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak benar atau tidak jujur.
3. Pengisian kuisioner hanya oleh satu pihak yaitu anak sedangkan orang
tua tidak, sehingga tidak bisa mengetahui keakuratan jawaban dari sudut
pandang yang berbeda.
4. Pertanyaan yang tidak sama pada masing-masing dimensi pola asuh
memerlukan kemampuan peneliti untuk menginterpretasi hasil yang
diperoleh dengan tepat dan benar.
Pada faktor feabilitas juga mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
pertama keterbatasan waktu dan biaya. Kedua karena menggunakan desain
cross sectional maka pola asuh dan tingkat kemandirian dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari diketahui pada saat ini saja.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
tentang hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak
usia remaja sebagai berikut:
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan data yang ada didapatkan hasil sebanyak 89 responden
menggunakan pola asuh demokratis (58,55%), 32 responden
menggunakan pola asuh permisif (21,05%), dan 31 responden
menggunakan pola asuh otoriter (20,39%).
2. Berdasarkan data yang ada didapatkan hasil sebanyak 72 responden
menyatakan mandiri (47,37%), 59 responden menyatakan cukup mandiri
(38,82%), 21 responden menyatakan kurang mandiri (13,82%).
3. Terdapat hubungan positif kuat antara pola asuh orangtua dengan tingkat
kemandirian belajar anak usia remaja dengan nilai koefisien korelasi positif
sebesar 0,661, artinya semakin responden menunjukkan ke arah pola asuh
yang positif (demokrasi), maka anak akan menunjukkan kemampuan
dalam belajar.
7.2 Saran
7.2.1 Untuk Penelitian
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengubah atau
menambah variabel yang akan diteliti berdasarkan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah sasaran
responden penelitian, tidak hanya dari pihak anak tetapi juga dari
sudut pandang orang tua
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan waktu yang agak lama
dan tidak hanya dengan instrumen kuisioner tetapi dengan
wawancara pada responden yang terlibat
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai jenis pola asuh
dihubungkan dengan tingkat kemandirian selain belajar, misalnya
kecerdasan intelektual, prestasi dll
7.2.2 Untuk Profesi
Diharapkan informasi ini dapat meningkatkan kemampuan perawat
dalam praktik pelayanan keperawatan pediatric dan comunitas
sebagai bentuk pelayanan yang holistik dan komprehensif dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
pemikiran dan pengembangan konsep keperawatan yang
berhubungan dengan tahap proses tumbuh kembang anak usia
remaja.
Mengingat adanya hubungan antara pola asuh dengan tingkat
kemandirian diharapkan informasi ini dapat lebih meningkatkan
perawat dalam memberikan advokasi mengenai pola asuh yang tepat
kepada keluarga, sehingga masa depan anak akan lebih baik
7.2.3 Untuk Institusi
Hendaknya institusi pendidikan yang terkait mampu mengadakan
suatu komunikasi dua arah antara pihak sekolah dan orang tua dalam
memantau tumbuh kembang anak dalam bentuk bimbingan
konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja (PerkembanganPeserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara.
Anisa, Siti. 2005. Kontribusi Pola Asuh orang Tua terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Tugas Akhir. Diterbitkan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri, Semarang.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.
Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Basri, Hasan. 2000. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: GhaliaIndonesia.
Edwards, C. Drew. Ketika Anak Sulit diatur : panduan bagi orang tua untuk mengubah masalah perilaku anak. Cetakan ke-2. Kaifa. Bandung.
Gunarsa, S & Y. Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Havighurts, R. J. A. Cross Cultural View, dalam Adams, J. F. (ed) Understanding Adolescence Currents Developments in Adilescent Psyichilogy. Boston: Allyn & Bacon, Inc.
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak Jilid 1, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak Jilid 2, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W., 2001. Life Span Development - Perkembangan masa Hidup, alih bahasa Ahmad Chusairi, Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.
Musdalifah, M.Si. 2007. Perkembangan Sosial Remaja dalam Kemandirian (Studi Kasus Hambatan Psikologis Dependensi terhadap Orang Tua), vol 4 Juli. Jogjakarta.
Mu’tadin, Z. 2002. Mengembangkan Ketrampilan Sosial Pada Remaja. http : www.google.com, file:// e.psikolog i. Diakses tanggal 12 Agustus 2009.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Prasetya, G. Tembong. 2003. Pola Pengasuhan Ideal. Jakarta: Elex MediaKomputindo.
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. 2008. Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill.
Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, Edisi 1. Jogjakarta: CV ANDI OFFSET.
Schaefer, Charles. 1994. Mempengaruhi Bagaimana Anak (Alih Bahasa oleh R. Tarman Sirait dan Cony Semiawan). Semarang: Dahara Prize.
Soeparno, Suhaenah. 2000. Membangun Kompetisi Belajar. Jakarta: Pustaka pelajar.
Spungin, Pat & Victoria Richardson. 2002. The Parentalk Guide to Brothers & Sisters. Ag Budhi Satrio (Editor). 2007. Kiat Mengatasi Persaingan Kakak Adik, Ellen Hanafi (Penterjemah), Andi, Yogyakarta, hal 11 - 22.
Surya, Hendra. 2003. Kiat mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta : PT Gramedia.
Tarmudji, Tarsis. 2004. Penelitian Tentang “Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Agresivitas Remaja”. http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id . Diakses pada tanggal 18 Agustus 2009.
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka pelajar (IKAPI).
Wijayanti, MM. 2007. Anakku, Anakmu, Anak kita (Mendidik dan Merawat Anak dengan Bijak), Sahabat Setia, Yogyakarta, hal 8 – 18.
Yusuf, Syamsu L.N. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1. Lembar Pemberitahuan
PEMBERITAHUAN
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Rahmawati Maulidia
Alamat : Jl. Bendungan Sutami No: 5 Malang
Fakultas : Kedokteran Jurusan Keperawatan Universitas Brawijaya
Malang
Mohon bantuan kepada siswa kelas X SMA ”Taruna Dra Zulaeha” Kecamatan
Leces Kabupaten Probolinggo untuk mengisi kuesioner, demikian saya ucapkan
terima kasih.
Malang, 13 November 2009
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMA Taruna Dra Zulaeha Peneliti
(...........................) (Rahmawati Maulidia)
Lampiran 2. Lembar Permohonan Persetujuan Penelitian
LEMBAR PERMOHONAN PERSETUJUAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Jurusan Keperawatan Universitas Brawijaya Malang :
Nama : Rahmawati MaulidiaNIM : 0610720039Alamat : Jln Bendungan Sutami No 05 Malang
Dengan ini saya mengadakan penelitian dengan judul Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Siswa Kelas X SMA ”Taruna Dra Zulaeha” Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2009/2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan rujukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga terutama orangtua dan masyarakat dalam menerapkan pola asuh yang tepat serta melatih kemandirian dalam belajar seorang anak remaja.
Prosedur pengambilan sampel adalah cara menyebarkan kuesioner pada siswa yang menjadi sampel dan bersedia menjadi responden serta menandatangani informed consent dan selanjutnya meminta mengisi kuesioner yang memerlukan waktu 15-20 menit.
Penelitian ini tidak mengakibatkan hal-hal yang membahayakan bagi responden yang bersangkutan. Informasi yang diberikan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu keperawatan serta tidak dipergunakan untuk maksud lain.
Apabila saudara/i bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang disertakan bersama surat ini, namun bila tidak berkenan, maka peneliti menghormati keputusan tersebut dan tidak ada sangsi apapun atau anda tidak akan kehilangan hak-hak anda.
Atas partisipasi saudara/i saya ucapkan terima kasih.
Malang, 13 November 2009
Peneliti
(Rahmawati Maulidia)
NB : Dikumpulkan langsung(Tgl 13 November 2009 )
Lampiran 3. Surat Persetujuan Sebagai Subjek Penelitian
SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,Identitas siswa:
Umur :...................................................................................Jenis kelamin :...................................................................................Anak ke :...................................................................................Apakah anda sakit?Jika ya, tuliskan sakit apa :................................................................................No responden :...................................................................................Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan
manfaat penelitian yang berjudul ”Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Siswa Kelas X SMA ’Taruna Dra Zulaeha’ Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2009/2010”
Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk mengisi kuesioner dan menjawab pertanyaan tentang perasaan dan harapan saya, yang memerlukan waktu 15-20 menit. Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi dari penelitian ini tidak ada. Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional, maka penelitian ini akan dihentikan dan peneliti akan memberi dukungan.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya.
Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai peran serta saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab serta dijelaskan secara memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan menjadi responden atau subjek penelitian.
Malang, 13 November 2009 Peneliti Tanda Tangan Responden
(Rahmawati Maulidia) (........................................)
Tanda Tangan Saksi
(...............................)
Lampiran 4. Pengantar Kuisioner
PENGANTAR KUESIONER
Judul penelitian : “Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat
Kemandirian Belajar Remaja Siswa Kelas X SMA ”Taruna Dra
Zulaeha” Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun
Ajaran 2009/2010”
Peneliti : Rahmawati Maulidia
Pembimbing : I. dr. Soemardini, MPd
II. Ns. Dian Susmarini, S.Kep, MN
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Semester VII pada Jurusan Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Dalam rangka untuk menyelesaikan
Tugas Akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan
antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Siswa
Kelas X SMA ”Taruna Dra Zulaeha” Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo
Tahun Ajaran 2009/2010”.
Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang luas, baik
bagi mahasiswa, pengajar, maupun institusi pendidikan ilmu keperawatan dalam
mencetak calon tenaga yang berkompetensi dalam bidang ilmu keperawatan.
Apabila anda bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, saya
persilakan menandatangani persetujuan untuk menjadi subjek penelitian.
Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Malang, 05 November 2009
Mengetahui Peneliti,
Pembimbing I/II
dr Soemardini, M.Pd Rahmawati Maulidia
NIP. 19460307 197903 2 001 NIM. 0610720039
Lampiran 5. Kisi-Kisi Kuisioner
Pola Asuh Orang Tua
Kemandirian Belajar
No Pola asuh Kisi2 Pertanyaan No pertanyaan
Jumlah
1 Otoriter orang tua menerapkan peraturan yang ketat dan dipatuhi oleh anak
1,2 2
tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat
3,4 2
berorientasi pada hukuman(fisik maupun verbal)
5,6 2
orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian
7,8 2
82 Demokratis orang tua membimbing
dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak
9,10 2
adanya kesempatan kepada anak untuk berpendapat
11,12 2
hukuman diberikan kepada perilaku salah
13,14 2
memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar
15,16 2
83 Permisif memberi kebebasan
kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua
17,18 2
anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik
19,20 2
anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan
21,22 2
orang tua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari
23,24 2
8
No Aspek Kisi2 Pertanyaan No pertanyaan
Jumlah
1 Intelektual percaya diri dengan kemampuan kognitifnya
1,2 2
mampu mengerjakan sendiri tugas-tugasnya dalam belajar
3,4 2
memiliki ketrampilan belajar secara mandiri
5,6,7 3
2 Sosial mempunyai kesediaan untuk membantu teman dalam belajar dan memiliki hubungan yang baik dengan teman
8,9 2
belajar untuk tidak bergantung dengan teman
10,11 2
3 Emosi memiliki motivasi belajar yang tinggi, bertanggung jawab terhadap peranannya sebagai pelajar
12,13 2
mampu menyikapi masalah-masalah belajarnya secara positif
14,15,16 3
tidak mudah putus asa terhadap kesulitan belajar yang muncul
17 1
4 Ekonomi memiliki kemauan untuk tetap belajar walaupun kemampuan ekonomi terbatas
18 1
mampu mengatur keuangan dengan baik
19 1
mampu memanfaatkan sarana dan prasarana belajar dengan benar
20 1
Lampiran 6. Kuisioner
KUISIONERLEMBAR KUISIONER
POLA ASUH ORANG TUA
A. Identitas RespondenNo Urut : .........................................(diisi peneliti).Jenis Kelamin : ............................................................Umur : .............................................................Pekerjaan Orang Tua : .............................................................Tgl Pengambilan Data : .............................................................
B. Petunjuk Pengisian :1. Berilah tanda checklist (√) pada kolom (Ya/Tidak) yang sesuai dengan
pilihan anda.2. Jawaban yang dipilih hanya satu jawaban.3. Jawaban ditulis sendiri dan tidak boleh diwakilkan
C. Soal
No Pertanyaan Ya Tidak1 Apakah orang tua anda mengatur segala kegiatan
yang anda lakukan2 Apakah orang tua anda menetapkan aturan-aturan
di rumah yang harus dipatuhi, tanpa merundingkan dulu dengan anda
3 Apakah ketika orang tua anda sedang berbicara, hampir tidak ada kesempatan bagi anda untuk mengemukakan ide ataupun saran
4 Apakah orang tua anda tidak pernah mempertimbangkan ide ataupun saran yang anda sampaikan
5 Dalam mendisiplinkan anda, apakah orang tua anda menggunakan sanksi berupa hukuman fisik
6 Apakah orang tua anda sering kali mengekspresikan rasa marahnya kepada anda
7 Apakah jika anda memperoleh prestasi, orang tua anda tidak pernah memberi hadiah
8 Apakah jika anda mendapat nilai bagus, orang tua tidak pernah memberikan pujian apapun
9 Apakah orang tua mempertimbangkan harapan dan pendapat anda ketika membuat keputusan– keputusan
10 Apakah orang tua anda tidak mengharuskan anda mengikuti jadwal kegiatan sehari-hari yang telah mereka buat
11 Apakah orang tua anda menghadapi sikap anda
yang kurang baik secara langsung dan membicarakan tentang kesalahannya dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh anda
12 Apakah orang tua sangat menghargai kebebasan anda dalam mengekspresikan harapan-harapan dan keinginan anda
13 Apakah orang tua anda memberikan hukuman yang sesuai dengan kesalahan yang anda lakukan
14 Apakah orang tua anda akan memberikan hukuman, jika anda tidak melaksanakan nasehatnya
15 Apakah orang tua anda selalu memberi hadiah, setelah anda menerima raport meskipun nilainya cukup
16 Apakah orang tua anda selalu memberi pujian, ketika anda mampu menyelesaikan segala pekerjaan di rumah dengan baik
17 Apakah orang tua sering mengikuti kemauan anda tanpa memikirkan akibat dari kemauan anda terlebih dahulu
18 Apakah orang tua tidak pernah membatasi waktu bermain anda di rumah maupun diluar rumah
19 Apakah orang tua tidak pernah memberi pujian, meski anda pernah berbuat baik kepada orang lain atau telah membantu teman yang mengalami kesusahan
20 Apakah anda tidak pernah mendapatkan hadiah dari orang tua sekalipun anda berprestasi
21 Apakah orang tua anda mengabaikan sikap anda yang suka membantah perintah orang tua dan mereka menganggap itu sebagai hal yang biasa
22 Apakah orang tua anda tidak pernah marah, meskipun anda mengabaikan tugas yang diberikan kepada anda
23 Apakah orang tua anda tidak pernah menanyakan, alasan mengapa anda terlambat pulang sekolah atau tentang kegiatan yang anda lakukan sehari-hari
24 Apakah orang tua saya tidak pernah memperdulikan, dengan siapa anda berteman
LEMBAR KUISIONER
KEMANDIRIAN BELAJAR
D. Identitas RespondenNo Urut : ..............................................(diisi peneliti).Jenis Kelamin : ......................................................................Umur : ......................................................................Pekerjaan Orang Tua : ......................................................................Tgl Pengambilan Data : ......................................................................
E. Petunjuk Pengisian :4. Berilah tanda checklist (√) pada kolom (Ya/Tidak) yang sesuai dengan
pilihan anda.5. Jawaban yang dipilih hanya satu jawaban.6. Jawaban ditulis sendiri dan tidak boleh diwakilkan
F. Soal
No Pertanyaan Ya Tidak1 Apakah anda yakin bahwa setiap tugas yang anda
kerjakan adalah benar 2 Apakah anda percaya pada kemampuan anda sendiri
bahwa anda akan berhasil dalam belajar3 Apabila ada soal-soal atau tugas yang sulit, apakah anda
berusaha untuk memecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain
4 Jika ada kesulitan dalam belajar apakah anda mampu mengatasi masalah sendiri
5 Apakah anda belajar secara teratur tidak hanya ketika akan ulangan saja
6 Apakah anda belajar sesuai dengan jadwal yang anda buat
7 Sesudah tes/ulangan, apakah anda mencoba mengulang kembali untuk menjawab tes tersebut di rumah
8 Apakah anda membantu teman anda bila mereka ada kesulitan dalam memahami materi pelajaran
9 Apkah anda selalu meminjam alat tulis menulis atau peralatan belajar lainnya kepada teman anda
10 Apakah anda suka meminjam buku catatan milik teman anda untuk disalin di rumah
11 Apakah anda mengerjakan pekerjaan rumah (PR)/tugas dibantu oleh teman atau kerja kelompok dengan teman anda
12 Apakah anda belajar sendiri tanpa diperintah oleh orang tua
13 Apakah anda berinisiatif sendiri untuk memulai belajar dan mengakhiri belajar anda
14 Apakah anda merasa bahwa semua pelajaran itu
penting dan ada gunanya15 Meskipun banyak acara di TV yang menarik, apakah
anda tetap belajar16 Ketika teman mengajak untuk jalan-jalan, apakah
andatetap memilih untuk belajar17 Jika materi pelajaran belum anda pahami apakah anda
berusaha mencari buku-buku perpustakaan untuk membantu memahami
18 Apakah anda tetap bersemangat sekolah meskipun orang tua anda tidak mampu membiayai sekolah anda
19 Apakah anda menabung sendiri untuk membeli peralatan sekolah dan buku-buku pelajaran
20 Sebelum belajar, apakah anda menyiapkan buku-buku, alat tulis menulis atau peralatan belajar yang lain yang anda butuhkan
Lampiran 7. Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Pola Asuh Orangtua dan Tingkat Kemandirian dalam Belajar
Reliability Untuk Pola Asuh Orang TuaCase Processing Summary
N %Cases Valid 27 96.4
Excluded(a)
1 3.6
Total 28 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.951 24
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deletedpertanyaan 1 14.51852 1318.490 .868 .950pertanyaan 2 12.88889 1040.179 .997 .946pertanyaan 3 14.44444 1304.872 .903 .949pertanyaan 4 14.66667 1345.615 .694 .952pertanyaan 5 14.66667 1345.615 .694 .952pertanyaan 6 14.22222 1265.795 .940 .947pertanyaan 7 14.59259 1332.020 .813 .951pertanyaan 8 14.51852 1318.644 .865 .950pertanyaan 9 12.88889 1040.179 .997 .946pertanyaan 10 13.18519 1088.234 .993 .944pertanyaan 11 13.62963 1162.473 .982 .944pertanyaan 12 13.03704 1063.806 .996 .945pertanyaan 13 13.40741 1124.481 .991 .944pertanyaan 14 13.48148 1136.721 .990 .944pertanyaan 15 14.22222 1264.949 .949 .947pertanyaan 16 13.62963 1162.088 .984 .944pertanyaan 17 14.66667 1345.538 .698 .952pertanyaan 18 14.66667 1345.538 .698 .952pertanyaan 19 14.44444 1304.872 .903 .949pertanyaan 20 14.66667 1345.462 .702 .952pertanyaan 21 14.66667 1345.692 .690 .952pertanyaan 22 14.66667 1345.692 .690 .952pertanyaan 23 14.66667 1345.538 .698 .952pertanyaan 24 14.59259 1332.174 .808 .951
Reliability Untuk Kemandirian BelajarCase Processing Summary
N %Cases Valid 27 96.4
Excluded(a)
1 3.6
Total 28 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.983 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deletedpertnyaan 1 20.7407 2689.199 .962 .983pertanyaan 2 19.4815 2374.490 .998 .982pertnyaan 3 21.1852 2806.849 .812 .985pertanyaan 4 20.9630 2748.268 .920 .984pertanyaan 5 20.4444 2613.256 .979 .982pertayaan 6 20.3704 2594.550 .982 .982pertanyaan 7 20.5926 2650.943 .973 .982pertanyaan 8 19.4815 2374.490 .998 .982pertanyaan 9 21.0370 2768.191 .894 .984pertanyaan 10 20.4444 2614.641 .973 .982pertanyaan 11 20.5926 2652.328 .966 .982pertanyaan 12 19.7778 2446.795 .994 .981pertanyaan 13 19.4815 2374.336 .998 .982pertanyaan 14 19.4815 2374.490 .998 .982pertanyaan 15 20.5185 2632.875 .972 .982pertanyaan 16 20.4444 2613.103 .980 .982pertanyaan 17 20.6667 2670.923 .963 .983pertanyaan 18 19.4074 2356.635 .999 .982pertanyaan 19 20.6667 2672.308 .955 .983pertanyaan 20 19.5556 2392.410 .997 .982
Hasil Validitas
Kemandirian Belajar Pola Asuh Orang TuaP1 Pearson Correlation .435(*) P1 Pearson Correlation .635(**)
Sig. (2-tailed) .021 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P2 Pearson Correlation .654(**) P2 Pearson Correlation .646(**)Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P3 Pearson Correlation .540(**) P3 Pearson Correlation .635(**)Sig. (2-tailed) .003 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P4 Pearson Correlation .654(**) P4 Pearson Correlation .642(**)Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 28 N 28P5 Pearson Correlation .416(*) P5 Pearson Correlation .635(**)
Sig. (2-tailed) .028 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P6 Pearson Correlation .657(**) P6 Pearson Correlation .635(**)Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P7 Pearson Correlation .454(*) P7 Pearson Correlation .778(**)Sig. (2-tailed) .015 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P8 Pearson Correlation .480(**) P8 Pearson Correlation .635(**)Sig. (2-tailed) .010 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P9 Pearson Correlation .630(**) P9 Pearson Correlation .778(**)Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P10 Pearson Correlation .602(**) P10 Pearson Correlation .701(**)Sig. (2-tailed) .001 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P11 Pearson Correlation .452(*) P11 Pearson Correlation .635(**)Sig. (2-tailed) .016 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P12 Pearson Correlation .452(*) P12 Pearson Correlation .701(**)Sig. (2-tailed) .016 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P13 Pearson Correlation .657(**) P13 Pearson Correlation .701(**)Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P14 Pearson Correlation .452(*) P14 Pearson Correlation .743(**)Sig. (2-tailed) .016 Sig. (2-tailed) .000N 28 N 28
P15 Pearson Correlation .478(*) P15 Pearson Correlation .646(**)Sig. (2-tailed) .010 Sig. (2-tailed) .635(**)N 28 N .000
P16 Pearson Correlation .459(*) P16 Pearson Correlation 28Sig. (2-tailed) .014 Sig. (2-tailed) .646(**)N 28 N .000
P17 Pearson Correlation .452(*) P17 Pearson Correlation 28Sig. (2-tailed) .016 Sig. (2-tailed) .635(**)N 28 N .000
P18 Pearson Correlation .515(**) P18 Pearson Correlation 28Sig. (2-tailed) .005 Sig. (2-tailed) .642(**)N 28 N .000
P19 Pearson Correlation .630(**) P19 Pearson Correlation 28Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .635(**)N 28 N .000
P20 Pearson Correlation .654(**) P20 Pearson Correlation 28Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .635(**)N 28 N .000
P21 Pearson Correlation 28Sig. (2-tailed) .778(**)N .000
P22 Pearson Correlation 28Sig. (2-tailed) .635(**)N .000
P23 Pearson Correlation 28Sig. (2-tailed) .778(**)N .000
P24 Pearson Correlation 28Sig. (2-tailed) .701(**)N .000
Lampiran 11. Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian dan Memenuhi Ethical Clearance
PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN DAN
MEMENUHI ETHICAL CLEARANCE
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rahmawati Maulidia
NIM : 0610720039
Jurusan : Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data penelitian sesuai
dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh pernyataan kesediaan dan
persetujuan dari responden sebagai sumber data.
Malang, 2009
Pembimbing I Yang membuat pernyataan
dr. Soemardini, MPd Rahmawati MaulidiaNIP. 19460307 197903 2 001 NIM.00610720039
Mengetahui,Tim Etik Penelitian Kesehatan
Koordinator Divisi I (Mahasiswa FKUB)
Prof. Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono DTM & H, MSc, SpParKNIP.19520410 198002 1 001
Lampiran 12. Tabulasi Data Hasil Penelitian
Hasil jawaban Kuisioner Pola Asuh
No
Res
pond
en
Karakteristik Responden Jawaban Responden mengenai Pola Asuh
Jmlh
sko
r
skor
mak
s
Ket
eran
gan
Um
ur
Jnis
kla
min
Pke
jaan
Ort
u
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
R1 15 L PTKL 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 11 24 DE
R2 16 P PTKL 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 10 24 DE
R3 16 P PTKL 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 24 O
R4 15 L PNS 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 24 O
R5 16 P PTKL 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 8 24 DE
R6 16 L PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 DE
R7 14 P TANI 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 24 DE
R8 16 L PTKL 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 24 DE
R9 15 P PTKL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 13 24 O
R10 16 L PTKL 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 9 24 DE
R11 15 P TANI 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 9 24 DE
R12 15 P PNS 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 11 24 P
R13 15 L PNS 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 13 24 DE
R14 14 P PTKL 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 DE
R15 16 L PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 24 DE
R16 15 P PTKL 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 9 24 P
R17 15 L PTKL 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 8 24 P
R18 15 L W 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 24 DE
R19 15 P W 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 10 24 P
R20 15 P PTKL 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 10 24 P
R21 15 L PNS 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 11 24 O
R22 15 P PTKL 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11 24 P
R23 16 L PTKL 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11 24 DE
R24 15 P W 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11 24 P
R25 16 P PNS 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 12 24 P
R26 16 L W 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 24 O
R27 15 P S 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11 24 P
R28 15 P PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6 24 DE
R29 16 L S 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 13 24 DE
R30 15 P PNS 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 24 DE
R31 16 L PNS 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 24 DE
R32 14 P W 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 9 24 O
R33 15 P W 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 O
R34 14 P W 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 24 DE
R35 15 P W 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 13 24 P
R36 16 L W 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 12 24 DE
R37 15 L PTKL 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 24 P
R38 15 P PTKL 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 DE
R39 15 L S 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 9 24 DE
R40 16 P S 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 9 24 DE
R41 16 P PTKL 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 13 24 O
R42 16 P W 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 24 DE
R43 15 P TANI 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 8 24 DE
R44 15 L PTKL 11 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 20 24 DE
R45 15 P PTKL 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 24 DE
R46 15 P PTKL 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 9 24 O
R47 16 P PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 24 DE
R48 16 L TANI 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 10 24 DE
R49 15 L PTKL 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 24 O
R50 16 P PTKL 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 12 24 P
R51 15 L PTKL 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 11 24 DE
R52 15 L PTKL 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 13 24 P
R53 15 P PTKL 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 10 24 DE
R54 15 L PNS 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 11 24 P
R55 15 L PTKL 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 24 DE
R56 15 L PTKL 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 24 DE
R57 15 P PNS 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 24 DE
R58 15 P PTKL 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 24 DE
R59 15 P PTKL 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 8 24 O
R60 15 L W 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 10 24 O
R61 16 P PTKL 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 11 24 DE
R62 16 L PNS 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 9 24 P
R63 14 L S 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 10 24 DE
R64 15 P PTKL 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 24 O
R65 15 P PTKL 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 7 24 O
R66 15 L W 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 9 24 DE
R67 15 P PTKL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 13 24 O
R68 15 L S 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 13 24 P
R69 15 P PTKL 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 24 O
R70 16 L S 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 11 24 DE
R71 16 P W 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 8 24 DE
R72 15 P PTKL 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 24 DE
R73 16 P PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 24 DE
R 74 16 L TANI 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 9 24 DE
R75 15 L PTKL 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 8 24 DE
R 76 15 P PTKL 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 24 O
R 77 15 L PTKL 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9 24 DE
R 78 15 P PTKL 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 10 24 DE
R 79 15 L PTKL 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 9 24 DE
R 80 15 L PTKL 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 24 DE
R 81 16 L PTKL 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 9 24 P
R 82 15 L S 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 24 O
R 83 15 L PTKL 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 24 DE
R 84 15 P PTKL 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 24 DE
R 85 16 L PTKL 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 10 24 DE
R 86 15 P TANI 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 24 DE
R 87 15 P PTKL 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 9 24 P
R 88 15 L S 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 15 24 P
R 89 15 L PTKL 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 11 24 DE
R 90 16 P PTKL 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 14 24 P
R 91 15 P PTKL 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 9 24 DE
R 92 15 L PTKL 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 24 DE
R 93 15 P PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 DE
R 94 16 P PTKL 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 DE
R 95 15 P W 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 24 DE
R 96 16 P PTKL 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 24 DE
R 97 16 L S 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 12 24 P
R 98 16 P PNS 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 14 24 P
R 99 15 L S 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 24 DE
R 100 15 L PTKL 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 24 O
R 101 15 P PTKL 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8 24 DE
R 102 15 L S 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7 24 O
R 103 16 L PNS 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 9 24 DE
R 104 14 L S 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4 24 DE
R 105 16 P S 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 12 24 P
R 106 15 P W 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 9 24 O
R 107 15 P PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 6 24 DE
R 108 15 P PTKL 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 12 24 O
R 109 15 L W 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 8 24 DE
R 110 16 P S 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 24 DE
R 111 16 P S 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 12 24 O
R 112 16 L PTKL 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 13 24 DE
R 113 16 P PTKL 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 24 DE
R 114 15 L PTKL 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 13 24 P
R115 16 L PTKL 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 24 O
R116 16 L PTKL 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 12 24 P
R117 15 L PTKL 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 11 24 P
R118 15 L PNS 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 14 24 P
R119 15 P W 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 12 24 DE
R120 15 L PTKL 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 7 24 O
R121 15 L PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 DE
R122 16 P PTKL 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 10 24 DE
R123 15 P PTKL 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 10 24 DE
R124 15 L PTKL 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 11 24 O
R125 15 P TANI 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 10 24 DE
R126 15 P TANI 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 10 24 DE
R127 15 P W 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 24 DE
R128 15 P PTKL 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 24 DE
R129 15 P PTKL 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 9 24 DE
R130 15 P S 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 7 24 DE
R131 15 L PTKL 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 14 24 O
R132 15 L PTKL 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 11 24 O
R133 16 P PNS 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 24 O
R134 15 P PTKL 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 DE
R135 15 P PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 24 P
R136 16 P PTKL 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 9 24 DE
R137 15 P PTKL 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 DE
R138 16 P PTKL 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 8 24 P
R139 15 P PTKL 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 14 24 P
R140 15 P PNS 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 24 O
R141 15 P PNS 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 24 O
R142 14 L PNS 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 10 24 DE
R143 15 L PNS 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 10 24 DE
R144 15 L PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 DE
R145 15 L W 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 24 DE
R146 15 P PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 10 24 P
R147 15 L PTKL 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 10 24 DE
R148 15 P PNS 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8 24 DE
R149 15 P PTKL 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 7 24 DE
R150 15 L PNS 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 8 24 DE
R151 16 L PTKL 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 24 P
R152 16 P PTKL 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 24 DE
Lampiran 12. (lanjutan)
Hasil jawaban Kuisioner Kemandirian Belajar
N o Karakteristik Responden
Jawaban pertanyaan kemandirian belajar j m s k % k et er
Res
pond
en
lh s
kor
or m
aks
anga
n
Um
ur
Jeni
s ke
l
anak
ke
Kon
disi
ks
htan
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
R1 15 L 1 TS 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R2 16 P 2 TS 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R3 16 P 2 TS 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R4 15 L 1 TS 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 7 20 35kurang mandiri
R5 16 P 1 TS 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R6 16 L 3 TS 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 14 20 70 mandiri
R7 14 P 2 TS 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 20 75 mandiri
R8 16 L 2 TS 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R9 15 P 1 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 7 20 35kurang mandiri
R10 16 L 1 TS 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 20 75 mandiri
R11 15 P 1 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 20 70 mandiri
R12 15 P 2 TS 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 20 60cukup mandiri
R13 15 L 2 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R14 14 P 1 TS 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 20 70 mandiri
R15 16 L 1 TS 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 7 20 35kurang mandiri
R16 15 P 2 TS 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R17 15 L 2 TS 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R18 15 L 2 TS 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 20 80 mandiri
R19 15 P 2 TS 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 12 20 60cukup mandiri
R20 15 P 3 TS 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R21 15 L 1 TS 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 7 20 35kurang mandiri
R22 15 P 1 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 10 20 50 cukup
mandiri
R23 16 L 3 TS 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15 20 75 mandiri
R24 15 P 1 TS 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R25 16 P 2 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R26 16 L 2 TS 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 7 20 35kurang mandiri
R27 15 P 1 TS 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 9 20 45cukup mandiri
R28 15 P 3 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 20 70 mandiri
R29 16 L 2 TS 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R30 15 P 2 TS 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 11 20 55cukup mandiri
R31 16 L 2 TS 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R32 14 P 1 TS 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R33 15 P 1 TS 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 11 20 55cukup mandiri
R34 14 P 1 TS 1 1 1 1 1 1 0 2 2 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 20 90 mandiri
R35 15 P 3 TS 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R36 16 L 3 TS 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 20 70 mandiri
R37 15 L 1 TS 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R38 15 P 1 TS 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 20 75 mandiri
R39 15 L 1 TS 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 15 20 75 mandiri
R40 16 P 1 TS 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15 20 75 mandiri
R41 16 P 3 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 7 20 35kurang mandiri
R42 16 P 1 TS 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R43 15 P 1 TS 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R44 15 L 1 TS 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 12 20 60cukup mandiri
R45 15 P 2 TS 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 20 75 mandiri
R46 15 P 1 TS 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R47 16 P 1 TS 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 20 75 mandiri
R48 16 L 2 TS 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R49 15 L 3 TS 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 7 20 35kurang mandiri
R50 16 P 1 TS 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R51 15 L 1 TS 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 9 20 45cukup mandiri
R52 15 L 1 TS 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 10 20 50cukup mandiri
R53 15 P 1 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R54 15 L 1 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 11 20 55cukup mandiri
R55 15 L 1 TS 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 11 20 55cukup mandiri
R56 15 L 2 TS 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R57 15 P 2 TS 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R58 15 P 1 TS 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R59 15 P 1 TS 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 7 20 35kurang mandiri
R60 15 L 3 TS 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R61 16 P 3 TS 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 12 20 60cukup mandiri
R62 16 L 2 TS 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 9 20 45cukup mandiri
R63 14 L 2 TS 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 14 20 70 mandiri
R64 15 P 3 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 7 20 35kurang mandiri
R65 15 P 1 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R66 15 L 3 TS 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 15 20 75 mandiri
R67 15 P 1 TS 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 7 20 35kurang mandiri
R68 15 L 1 TS 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 20 70 mandiri
R69 15 P 1 TS 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 12 20 60cukup mandiri
R70 16 L 2 TS 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R71 16 P 2 TS 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R72 15 P 2 TS 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R73 16 P 1 TS 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R 74 16 L 2 TS 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 20 75 mandiri
R75 15 L 2 TS 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 20 70 mandiri
R 76 15 P 1 TS 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R 77 15 L 2 TS 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 20 85 mandiri
R 78 15 P 2 TS 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 20 70 mandiri
R 79 15 L 1 TS 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R 80 15 L 1 TS 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R 81 16 L 1 TS 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R 82 15 L 3 TS 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 12 20 60cukup mandiri
R 83 15 L 2 TS 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 14 20 70 mandiri
R 84 15 P 2 TS 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 12 20 60cukup mandiri
R 85 16 L 1 TS 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R 86 15 P 2 TS 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R 87 15 P 2 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R 88 15 L 2 TS 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 10 20 50cukup mandiri
R 89 15 L 3 TS 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R 90 16 P 1 TS 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R 91 15 P 3 TS 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R 92 15 L 1 TS 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R 93 15 P 1 TS 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 20 75 mandiri
R 94 16 P 2 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 11 20 55cukup mandiri
R 95 15 P 1 TS 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 20 75 mandiri
R 96 16 P 1 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12 20 60cukup mandiri
R 97 16 L 1 TS 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 11 20 55cukup mandiri
R 98 16 P 2 TS 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 20 60cukup mandiri
R 99 15 L 1 TS 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 20 70 mandiri
R 100 15 L 1 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 7 20 35kurang mandiri
R 101 15 P 1 TS 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 20 60cukup mandiri
R 102 15 L 3 TS 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 7 20 35kurang mandiri
R 103 16 L 1 TS 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 11 20 55cukup mandiri
R 104 14 L 1 TS 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R 105 16 P 2 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 10 20 50cukup mandiri
R 106 15 P 1 TS 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 6 20 30kurang mandiri
R 107 15 P 3 TS 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R 108 15 P 1 TS 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 6 20 30kurang mandiri
R 109 15 L 1 TS 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R 110 16 P 1 TS 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R 111 16 P 2 TS 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 7 20 35kurang mandiri
R 112 16 L 2 TS 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R 113 16 P 1 TS 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 20 75 mandiri
R 114 15 L 2 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R115 16 L 1 TS 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 20 75 mandiri
R116 16 L 1 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 11 20 55cukup mandiri
R117 15 L 3 TS 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 10 20 50cukup mandiri
R118 15 L 1 TS 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 10 20 50cukup mandiri
R119 15 P 1 TS 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R120 15 L 1 TS 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R121 15 L 2 TS 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R122 16 P 1 TS 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16 20 80 mandiri
R123 15 P 2 TS 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R124 15 L 2 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 7 20 35kurang mandiri
R125 15 P 2 TS 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 20 55cukup mandiri
R126 15 P 1 TS 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 20 70 mandiri
R127 15 P 1 TS 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R128 15 P 1 TS 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R129 15 P 2 TS 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R130 15 P 2 TS 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R131 15 L 1 TS 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 7 20 35kurang mandiri
R132 15 L 3 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 7 20 35kurang mandiri
R133 16 P 3 TS 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 7 20 35kurang mandiri
R134 15 P 2 TS 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 14 20 70cukup mandiri
R135 15 P 2 TS 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 12 20 60cukup mandiri
R136 16 P 1 TS 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R137 15 P 3 TS 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15 20 75 mandiri
R138 16 P 1 TS 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R139 15 P 1 TS 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 20 70cukup mandiri
R140 15 P 2 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 7 20 35kurang mandiri
R141 15 P 2 TS 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
R142 14 L 1 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 7 20 35kurang mandiri
R143 15 L 1 TS 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R144 15 L 1 TS 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 20 70 mandiri
R145 15 L 1 TS 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 10 20 50cukup mandiri
R146 15 P 3 TS 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 9 20 45cukup mandiri
R147 15 L 2 TS 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 9 20 45 cukup
mandiri
R148 15 P 1 TS 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 20 70 mandiri
R149 15 P 3 TS 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R150 15 L 2 TS 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 14 20 70 mandiri
R151 16 L 1 TS 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 12 20 60cukup mandiri
R152 16 P 1 TS 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 14 20 70 mandiri
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik
Tests of Normality
.364 152 .000 .703 152 .000
.299 152 .000 .766 152 .000
pola asuh
kemandirian belajar
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
CrosstabsCase Processing Summary
152 100.0% 0 .0% 152 100.0%pola asuh *kemandirian belajar
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Tingkat kemandirian Total
Kurang mandiri
Cukup mandiri
Mandiri
Pola asuh orang tua Permisif Frekuensi
0 29 3 32
Persentase0% 90,625% 9,375%
21,053 %
Otoriter Frekuensi 19 8 4 31
Persentase61,29% 25,80% 12,90%
20,39 %
Demokratis Frekuensi 2 22 65 89
Persentase2,247% 24,72% 73,034%
58,55 %
Total Frekuensi 21 59 72 152
Persentase 13,82% 38,82% 47,37% 100 %
Hasil Uji Spearman di atas sama dengan hasil uji pada table berikut:
Nonparametric Correlations Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Error(a)Approx.
T(b) Approx. Sig.Ordinal by Ordinal Spearman
Correlation.661 .060 10.787 .000(c)
N of Valid Cases 152
a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.c Based on normal approximation.
Correlations
1.000 .661**
. .000
152 152
.661** 1.000
.000 .
152 152
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
pola asuh
kemandirian belajar
Spearman's rhopola asuh
kemandirianbelajar
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Lampiran 14. Pernyatan Keaslian Tulisan
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rahmawati Maulidia
NIM : 0610720039
Jurusan : Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini adalah
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
ataupun pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 15 Desember 2009
Yang membuat pernyataan,
(Rahmawati Maulidia)
Lampiran 16. Curriculum Vitae
CURRICULUM VITAE
1. Nama. : Rahmawati Maulidia
2. Tempat /Tanggal Lahir : Probolinggo, 26 Oktober 1988
3. Alamat Kost/ Sewa, No. Tlp. : Jl. Bendungan Sutami No 05 Kota Malang,
085236662390
4. Univ./Akademi/Institut : Universitas Brawijaya
5. Jurusan/ Program Studi : Jurusan Keperawatan
6. Semester : VII (Tujuh)
7. NIM : 0610720039
8. Riwayat Pendidikan : 1. TK Ananda Leces
2. SD Negeri Sumberkedawung 3 Leces
3. SLTP Negeri 1 Leces
4. SMU Taruna Dra Zulaeha Leces-Probolinggo
5. Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang
9. Riwayat Organisasi : 1. Ketua OSIS SMP
2. OSIS SMA
3. Staff PSDM HIMKAJAYA th 2006-2007
4. Staff Divisi PSDM JMKI th 2006-2007
5. Ketua PSDM HIMKAJAYA th 2007-2008
6.Koordinator Komunikasi th 2007-2008
Informasi dan Kesekretariatan JMKI
7. Ketua HIMKAJAYA th 2008-2009
8. Anggota AIMA UJM FKUB th 2008-2009
top related