fraktur kash 14
Post on 15-Jan-2016
239 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PROGRAM BASED LEARNING (PBL)
NAMA : KASHWINIY NAIDU
NIM : 102011437
KELOMPOK : B-4
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS KRITEN KRIDA
WACANA JALAN ARJUNA UTARA NO.6 JAKARTA BARAT, 11470.
Email : babykeshi_xoxo@hotmail.my
2
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggungjawab
terhadap pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem
ini terdiri dari tulang,sendi,otot rangka,tendon,ligament,bursa dan jaringan-jaringan khusus
yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragam jaringan dan organ sistem
muskuloskeletal dapat menyebabkan terbentuknya berbagai gangguan yang berkembang
terutama dalam sistem itu sendiri atau di tempat lain namun mengenai sistem
muskuloskeletal.1 Trauma dalam muskuloskeletal termasuklah fraktur,dislokasi,sprains dan
strains namun yang paling parah ialah fraktur. Gangguan ini terjadi pada tulang,sendi dan
otot terjadi disebabkan kelainan metabolik, infeksi,inflamasi atau non-inflamasi atau tumor.
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.Trauma
adalah penyebab utama kematian pada orang usia 1-44 tahun pada semua ras dan taraf sosio
ekonomi.2
Skenario:
Seorang laki-laki usia 18 tahun, dibawa ke UGD RS setelah jatuh ketika mengendarai sepeda
motor dengan kecepatan sedang. Laki-laki tersebut mengalami kesakitan pada tungkai
bawah kanan diatas sendi lutut. Laki-laki tersebut tidak dapat berdiri & merasa kesakitan
ketika berusaha mengangkat pahanya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Status lokalis:
Regio femur dextra 1/3 distal tampak edema (+), hematom (+), Nyeri tekan(+), deformitas
(+), krepitasi (+), gerakan tungkai terbatas, pulsasi distal teraba, tidak melemah.
1.2 Hipotesis
Berdasarkan skenario,hipotesa yang didapatkan ialah:
Seorang laki-laki terjatuh dari motor mengalami fraktur femur tertutup 1/3 distal
dextra.
3
1.3 Fokus Penelitian
Dari skenario,didapatkan rumusan masalah yaitu seorang laki-laki terjatuh dari motor
sehingga pada tungkai bawah kanan di atas lutut terdapat nyeri,deformitas,krepitasi,memar
dan gerak tungkai menjadi terbatas. Justeru,makalah ini dihasilkan dengan tujuan meneliti
masalah ini dengan lebih dini. Penelitian akan difokuskan mengikut bagian-bagian di bawah:
Anamnesa
Pemeriksaan fisik dan laboratorium
Working diagnosis(WD) penyakit
Etiologi penyakit
Epidemiologi
Patofisiologi penyakit dari mekanisme fraktur dan jenis fraktur.
Komplikasi-komplikasi yang boleh terhasil dari penyakit ini.
Prognosis penyakit samada membaik atau memburuk.
Pentalaksanaan baik secara Medika mentosa atau non-medika mentosa
Pencegahan
1.4 Identifikasi istilah yang tidak diketahui
Istilah Definisi
Deformitas Kelainan hasil dari gangguan umum misalnya arthritis,dislokasi,patah tulang dan
gangguan lokal lainnya.
Krepitasi Bunyi keretek-keretek disebabkan permukaan tergesek bersama,seperti pada
arthritis.
Tabel 1: Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui.3
4
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Anamnesa 4
Anamnesis adalah pengumpulan data status pasien yang didapat dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien.Tujuan dari anamnesis
antara lain: mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit pasien,
membantu menegakkan diagnosa sementara dan diagnosa banding, serta membantu
menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Wawancara yang baik seringkali sudah dapat
mengarah masalah pasien dengan diagnosa penyakit tertentu. Adapun anamnesis meliputi:
pencatatan identitas pasien, keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, serta riwayat penyakit keluarga.
Berdasarkan kasus, anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah:
Menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya.
Menanyakan keluhan utama pasien.
Menanyakan riwayat penyakit yang deskriptif & kronologis(lihat tabel 2) dan faktor-
faktor yang memperberat penyakit seperti demam,lelah atau gejala sistemik
lainnya(panas, penurunan BB, kelelahan, lesu, rasa tidak enak badan & mudah
terangsang atau adanya gejala kekacauan mental).
Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat trauma dan aktivitas sosial yang
dilakukan sehari-hari.
Menanyakan riwayat penyakit keluarga samada pernah menderita penyakit yang
sama seperti pasien atau ada riwayat trauma.
5
Tabel 2: Anamnesa Riwayat Penyakit Deskriptif dan kronologis
2.2 Pemeriksaan Fisik 4,5
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis yang memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pada
pemeriksaan ini, dapat ditentukan lokalisasi dan sifat-sifat dari suatu penyakit.
Dalam kasus ini,pasien datang dengan kesakitan pada tungkai bawah kanan di atas
sendi lutut, maka pemeriksaan lutut secara menyeluruh harus dilakukan oleh dokter.
Teknik Pemeriksaan: Dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara berjalan
dan posisi lutut saat berjalan (bagian lutut harus dapat dilihat). Ayunan ekstensi dan fleksi
lutut harus halus dan mantap.
Keluhan pada Sendi Pertanyaan lanjut
Nyeri sendi Lokasi nyeri & punctum maksimum, penekanan radiks saraf, saat nyeri,
nyeri mekanis, nyeri inflamasi
Kaku sendi Rasa seperti diikat, lama & beratnya
Bengkak sendi Perubahan warna, bentuk & posisi struktur ekstremitas
6
Tes Khusus- Tes stabilitas sendi lutut yaitu:
Anterior Drawer design
Posterior Drawer design
Test Mc-Murray: Pada posisi tungkai bawah rotasi eksterna 15° , bunyi snap yang
teraba atau terdengar pada waktu tungkai bawah pasien digerakkan dari posisi
ekstensi ke fleksi 90° menunjukkan adanya robekan meniskus medial. Bunyi yang
sama terdengar pada waktu tungkai bawah dirotasi internal 30° & digerkkan dari
fleksi ke ekstensi, menunjukkan robekan pada meniskus lateral
Posisi lutut saat berdiri, jalan dan berbaringWarna kulit, gambaran vaskularisasiPembengkakan atau massa pada bagian anterior/posterior, lateral/medialLuka/fistel/ulkusPerhatikan kontur otot,apakah simetris atau tidak.
LOOK(Inspeksi)
Meraba pembengkakan/massa, deskripsi konsistensi samada nyeri atau tidak. Meraba vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah di lututMeraba posisi patella di lututPerhatikan adanya nyeri tekan di persendianPalpasi otot-otot,tendo-tendo dan daerah-daerah bursa.Pada palpasi,kita menilai: Krepitasi saat lutut difleksi dan diekstensikan, efusi sendi,stabilitas ligamen kolateral dan stabilitas ligamen krusiatum.
FEEL(Palpasi)
Menilai range of motion (ROM) lutut dengan gerakan fleksi-ekstensi dan menyatakannya dalam derajat. Normal : 0 - 120
MOVE(Range of motion)
Tabel 3: Pemeriksaan Fisik Lutut
7
Gambar 1: Anterior dan Posterior Drawer Test
Gambar 2: Tes Mc-Murray
2.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium
untuk mendapatkan gambaran penyakit secara dini dan mencakup antara lain:
Pemeriksaan darah rutin(Hemoglobin,Leukosit,Hematokrit,Thrombosit)
Pemeriksaan gula darah sewaktu.
Golongan darah pasien.
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hb (Hemoglobin) 11 g/dL (Untuk lelaki
dewasa) 13-18 g/
dL
Hb normal
Ht (Hematokrit) 34% (Untuk lelaki
dewasa) 37-49%
Ht menurun
Leukosit 9000/ mm3 5000-10.000 / mm3 Normal
Trombosit 200.000 / mm3 140.000-400.000 /
mm3
Normal
8
Tabel 4: Pemeriksaan laboratorium berdasarkan kasus
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan X-Ray mengikut Rules of Two:
2 posisi (Antero posterior dan Lateral)-lihat gambar 3
2 Sendi( Sendi atas& bawah tulang yang patah)
2 Ekstremitas (kanan & kiri)- Anak-anak
Gambar 3: Foto Fraktur Femur Distal AP dan Lateral
Pemeriksaan penunjang yang lain ialah MRI dan CT scan. MRI jarang dipakai untuk
deteksi awal penyakit tetapi sangat berguna menunjukkan kondisi penyakit karena ia
memperlihatkan jaringan lunak di sekitar sendi. Bagi pasien yang ada kontraindikasi dengan
MRI,CT scan diguna sebagai ganti.6
2.4 Working Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti kondisi
pasien yaitu adanya Fraktur Femur Tertutup 1/3 Distal Dextra.
Fraktur adalah patah tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan sendi atau
tulang rawan epifisis. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tungkai bawah kanan di atas
sendi lutut dan setelah pemeriksaan fisik dilakukan,didapatkan status lokalis pada pasien di
regio femur dextra 1/3 distal nyeri, ada deformitas, krepitasi,gerakan tungkai yang
terbatas,nadi teraba dan tampak memar. Diagnosis diperkukuh dengan foto Rontgen di bagian
sendi yang sakit dan jelas terlihat adanya fraktur di femur 1/3 distal dextra pasien(Gambar 3).
Fraktur ini dikatakan sebagai tertutup karena kulit di atasnya utuh dan bila terdapat luka pada
kulit di atasnya disebut fraktur terbuka (compound fracture).1
9
2.5 Epidemiologi 7
Fraktur femur sering terjadi pada usia muda dengan insidens sebanyak 8-9% dan
sering juga pada wanita yang berusia 75 tahun atau lebih.
Fraktur pada 1/3 distal dari diafisis adalah sebanyak 79%.
Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada
fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan
usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang
dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi)
sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan.
Fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur
condyler femur banyak terjadi pada penderita laki – laki dewasa karena kecelakaan
ataupun jatuh dari ketinggian.
Fraktur batang femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau
disekolah.
2.6 Etiologi 1,8
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera(trauma), seperti kecelakan
mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih
besar daripada kekuatan tulang. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba –
tiba dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau
terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Jenis dan beratnya patah tulang
dipengaruhi oleh:
Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
Usia penderita
Kelenturan tulang
Jenis tulang.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan
10
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya sedangkan penghancuran kemungkinan
akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu jadi kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada.
Tekanan yang berulang-ulang atau trauma ringan(fraktur kelelahan) pada
tulang menyebabkan tulang menjadi retak, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat
tekanan berulang-ulang.
Kelemahan abnormal pada tulang (Fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi oleh
tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu
sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget ). Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang
rapuh karena kelainan seperti osteoporosis,osteomyelitis atau tumor seperti ewing’s sarcoma
atau metastase myeloma bisa mengalami patah tulang.
Berdasarkan kasus,fraktur terjadi karena kecelakaan sepeda motor sehingga pasien
tidak dapat berjalan atau berdiri.
2.7 Patofisiologi 1,6
Mekanisme Trauma:
Trauma yang dapat menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma
langsung,misalnya benturan pada tungkai bawah menyebabkan patahnya tulang femur dan
dapat juga berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang tergantung
pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul
yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang(fraktur
terbuka).
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989)Ketika patah
tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan
jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut Terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitarnya.
11
Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanalis medullaris antara tepi tulang
dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon
inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik yang ditandai: vasodilatasi dari plasma
dan leukosit.
Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk
memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.
Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum
tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut
masuk ke dalam pembuluh darah yang mensuplai darah pada organ-organ yang lain.
Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan
kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemia dan menyebabkan
protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya
edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lama
bisa menyebabkan Compartment Syndrome.
Tulang yang mengalami fraktur,jaringan lunak di sekitarnya mengalami
kerusakan,periostium terpisah dari tulang,terjadi pendarahan dan membentuk bekuan
darah sehingga terbentuk jaringan granulasi,sel osteogenik berdiferensiasi menjadi
kondroblas dan osteoblas. Terjadi pembentukan kalus di sekitar lokasi fraktur dan
kembali membentuk tulang yang intak.
Klasifikasi Fraktur:
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi:
Fraktur Komplit- Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang
dari satu sisi ke sisi lain serta engenai seluruh korteks.
Fraktur Inkomplit-Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan
garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada
korteks yang utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin(1993), fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia
luar meliputi:
Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi,kulit masih utuh dan
tulang tidak menonjol melalui kulit.
Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit karena ada hubungan
dengan dunia luar,maka berpotensi mendapat infeksi.
12
3. Menurut Long(1996) fraktur dibagi menurut garis patah tulang yaitu:
Tabel 5: Jenis Fraktur Menurut Garis Patah Tulang
Gejala Fraktur Tulang:
1) Nyeri: Dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme
otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2) Bengkak/oedema: Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang
terlokalisir pada daerah fraktur dan daerah di jaringan sekitarnya.
Gambar 4: Jenis Fraktur Tulang
Jenis Fraktur Penjelasan
Linier Fraktur berbentuk 1 garis lurus biasanya pada antebrachii, cruris
atau cranium. Fraktur yang tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur ini mudah dikontrol dengan bidai gips.
Cominutiva Biasa pada trauma hebat atau terkena peluru. Terputusnya keutuhan
jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
Spiral dan
oblique
Traumanya bersifat rotary dan diikuti interposisi dengan jaringan
sekitarnya, biasa pada antebrachii dan cruris. Yang oblique, garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Avulsi Fraktur yang disertai dengan robekan ligament, tendon, dan otot
(memisahkan fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun
ligament)
Epifise Merupakan pure cartilaginous fraktur yang mengenai epifise.
Salter&Harris membagikan fraktur ini kepada 5 tipe.
Impresi/
Kompresi
Fraktur berbentuk linier atau kominutiva dimana ada fragmen yang
menekan ke dalam. Fraktur Kompresi biasa terjadi pada columna
vertebralis.
Greenstick Fraktur tidak sempurna, sering terjadi pada anak- anak, Korteks
tulangnya sebagian masih utuh begitu juga periosteumnya. Fraktur
ini akan segera sembuh dan mengalami remodeling ke bentuk dan
fungsi normal.
Segmental Dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darah. Sulit ditangani karena
biasanya salah satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah
menjadi sulit untuk menyembuh sehingga perlu proses pembedahan.
13
3) Memar : Disebabkan karena pendarahan dibawah kulit.
4) Spasme Otot: Kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur.
5) Penurunan sensasi: Akibat kerusakan saraf, terkenanya saraf karena oedema.
6) Gangguan fungsi: Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur,nyeri atau
spasme otot paralysis.
7) Mobilitas abnormal: Kebanyakannya terjadi pada fraktur tulang panjang.
8) Krepitasi: Rasa gemertak yang terjadi jika bagian-bagian tulang digerakkan.
9) Deformitas: Abnormalitas dari tulang hasil trauma dan pergerakan otot yang
mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal.
10) Shock hipovolemik: Terjadi sebagai kompensasi jika terjadi pendarahan hebat.
2.8 Komplikasi 6,8
Komplikasi
Segera
(Komplikasi yang
terjadi saat
fraktur atau
segera setelahnya)
Lokal:
-Kulit abrasi,laserasi,penetrasi
-Pembuluh darah robek
-Sistem saraf: Sumsum tulang belakang,saraf tepi motorik dan sensorik.
-Otot
-Organ dalam: Jantung,paru,hepar,limpa dan kandung kemih(fraktur pelvis)
Umum:
-Rudapaksa/fraktur multiple
-Syok: Hemoragik,neurogenik
Komplikasi Dini
(Komplikasi yang
terjadi beberapa
hari setelah
kejadian)
Lokal:
-nekrosis kulit,gangren,compartment syndrome,thrombosis vena,infeksi
sendi, osteomyelitis.
Umum:
-Acute Respiratory Distress Syndrome,emboli paru,tetanus.
Komplikasi Lama
(Komplikasi
terjadi setelah
fraktur tulang
lama)
Lokal:
-sendi: ankilosis fibrosa,ankilosis osal.
-tulang: gagal taut/salah taut.distrofi reflex,osteoporosis
pascatrauma,gangguan pertumbuhan,osteomielitis dan fraktur berulang.
-Otot/tendo: penulangan otot,rupture tendon.
-Saraf: kelumpuhan saraf lambat
14
Umum:
-Batu ginjal akibat imobilisasi lama di tempat tidur.
Tabel 6: Komplikasi Patah Tulang
Fraktur tertutup pada tungkai bawah sering mengakibatkan terjadinya Compartment
Syndrome. Hal ini terjadi karena peningkatan tekanan pada compartment otot. Fraktur pada
tulang panjang dapat mengakibatkan pendarahan yang banyak dan pada fraktur tertutup,darah
tidak dapat keluar sehingga terjadinya compartment syndrome. Pemeriksaan Neurovascular
distal terutama bila bengkak nyata dan kulit tegang harus disegerakan. Pengenalan yang
terlambat dapat menyebabkan ia berakhir dengan kematian jaringan distal dari fraktur hingga
harus dilakukan amputasi.
Komplikasi yang sering terjadi dengan fraktur femur ialah:
Malunion
Non-union
Kekakuan femur
2.9 Penatalaksanaan 8,9
Prinsip umum penanganan fraktur terdiri dari 4R:
Recognition-Membuat diagnosis yang benar berdasarkan anamnesis,waktu kejadian
dan lokalisasi yang cedera.
Reposition-Mengembalikan tulang yang patah ke arah/alignment yang benar,
pengembalian fragment distal terhadap proksimal dan memastikan kedudukan serta
neurovascular terjamin baik.
Retaining-Tindakan mempertahankan kedudukan hasil reposisi, fiksasi luar dengan
gips dan dalam dengan implant seperti K-wire,plate&screw.
Rehabilitation-Mengembalikan fungsi alat atau anggota gerak karena penyambungan
fraktur butuh waktu yang lama.
15
Tujuan pengobatan fraktur adalah mengembalikan fungsi tulang yang patah dan
ekstremitasnya dalam keadaan normal, dalam jangka waktu sesingkat mungkin dengan cara
konservatif atau operatif:
Konservatif:
1. Dengan proteksi saja.
2. Dengan imobilisasi dengan memasang gips atau bidai pada fraktur yang inkomplit
atau fraktur dengan keadaan baik.
3. Reposisi tertutup dan fiksasi externa( gips) pada fraktur supra kondiler humeri,
fraktur colles, fraktur smith.
4. Traksi- manual- fiksasi externa
5. Perbaikan gizi atau asupan calcium yang lebih untuk memperkuat tulang.
6. Pengobatan dari segi farmakologis.
Tabel 7: Penanganan Non-Operatif
16
Fraktur distal femur seringkali menembus intra artikular dan ia membutuhkan
reposisi anatomis sendi. Reposisi ini merupakan indikasi mutlak untuk operasi fraktur
femur distal. Komplikasi neurovascular sering terjadi terutama pada a.poplitea.
Penanganan yang lambat mengakibatkan tungkai bawah terpaksa diamputasi.
Operatif :
1. Reposisi tertutup dengan bimbingan radiologis.
2. Reposisi terbuka (ORIF)-menggunakan plate & screw serta Intramedullary rod untuk
menstabilkan tulang yang mengalami fraktur.
Keuntungan Non-invasive: Tidak memerlukan operasi.
Murah : Tidak memerlukan fasilitas atau kemudahan implant.
Kekurangan Reduksi tidak selalu tepat.
Stabilitas kurang untuk tulang besar.
Malunion lebih banyak pada orang dewasa.
Memerlukan lebih banyak rawat jalan dan radiograf untuk memantau
penyakit.
Indikasi Patah pada tulang cancellous.
Fraktur metacarapal,phalanges dan metatarsal.
Fraktur yang tidak memerlukan reposisi anatomi seperti tulang
klavikula.
Anak-anak yang patah tulang.
Jenis Terapi Istirahat: Hanya diberi analgesik dan istirahat di rumah.
Cast treatment: Untuk cedera yang umum pada orang dewasa dan
anak-anak, terutama fraktur radial bagian distal.
Splint: Membantu imobilisasi sewaktu patah tulang.
Traksi: Pasien harus baring untuk waktu yang lama,sekarang sudah
jarang digunakan untuk orang dewasa.
17
3. Fiksasi externa
Peranti fiksasi luaran yang melekat pada tulang dengan menggunakan pin atau
kabel dan terdiri daripada frame luaran. Alat fiksasi eksterna terdiri dari
pelbagai jenis dari frame uniaksial sederhana hingga ke frame lingkaran
kompleks untuk masalah fraktur yang lebih sukar.
Keuntungan utama adalah operasi minimal invasif dan aplikasi lebih fleksibel.
Kekurangan menggunakan fiksasi externa adalah infeksi pada pin-track,
penerimaan pasien yang rendah dan tahap yang lebih tinggi untuk timbulnya
malunion.
Alat ini sangat sesuai untuk digunakan dalam situasi di mana pelaksanaan
fiksasi dalaman mungkin sukar atau berisiko. Contohnya termasuk fraktur
metafisis distal tulang di mana telah ada sebelumnya osteomyelitis, fraktur
multipel atau kerosakan kulit luas dan pembengkakan berikutan trauma energy
tinggi. Fiksasi luaran boleh digunakan untuk sementara dalam situasi ini
sampai fiksasi dalaman dianggap selamat.
Antara indikasi untuk fiksasi luaran adalah:
Fraktur tertutup dengan cedera jaringan lunak di sekitarnya.
Beberapa fraktur terbuka
Fraktur Juxta-artikular dimana nail&plate secara teknikal sukar.
Stabilisasi sementara fraktur tulang panjang pada multipel trauma
Kaki memanjang
selepas pemendekkan
pasca-trauma
Koreksi deformitas
sudut / putaran
kompleks pasca-
trauma.
Gambar 5: External Fixation
4. Fiksasi Interna
Peranti fiksasi dalaman terbahagi dalam dua kategori utama: peranti intramedulla
dan plate. Variasi lain yang digunakan, seperti skru atau teknik pengkabelan.
18
Intramedulla nail banyak digunakan dalam rawatan patah tulang tungkai bawah
tulang panjang pada orang dewasa. Implant ini boleh dimasukkan dengan operasi
minimal invasif dan sangat baik untuk memulihkan keselarasan panjang dan
putaran. Peranti ini mempunyai tahap potensi yang sangat rendah terhadap
malunion serta komplikasi lain, seperti jangkitan.
Fiksasi interna merupakan pilihan rawatan menggantikan fraktur tidak stabil di
mana reduksi yang lemah akan lebih compromise untuk penyembuhan dan
memberikan hasil yang fungsional. Hal ini
sering digunakan dalam patah tulang
terbuka high energy trauma dan patah
tulang dengan saraf yang berkaitan
kecederaan pembuluh darah, untuk
menghasilkan persekitaran/lingkungan
luka yang stabil.
Gambar 6: Contoh Operasi
Plate&Screw
Indikasi dilakukannya operasi adalah :
Fraktur yang tidak bisa dengan terapi konservatif atau timbulnya bahaya avaskuler
nekrosis tinggi.
Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup.
Fraktur yang dapat direposisi secara tertutup tapi sulit dipertahankan.
Fraktur yang berdasarkan pengalaman, memberi hasil yang lebih baik dengan operasi.
Excisional arthroplasty (membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi) dan
eksisi fragmen.
Penatalaksanaan Fraktur Femur :
A. Non-operative:
19
Penanganan tergantung usia dan status lokalis pasien. Terapi non-operatif
jarang dipakai pada orang dewasa.
Traksi merupakan terapi paling efektif namun memerlukan waktu 2-3 bulan
untuk penyembuhan.
Pada fraktur distal femur,terapi yang lebih sesuai ialah cast-brace. Selepas 6
minggu traksi,pasien dipakaikan cast-brace untuk pergerakan dan
weighbearing secara progresif.
B. Operative :
Kebanyakan fraktur ditangani dengan intramedullary rod dengan cara open
atau blind nailing.
Jika fraktur adalah jenis cominutiva, interlocking nails diguna untuk
mempertahankan panjang tulang dengan meningkatkan fiksasi proksimal dan
distal.
Fixator externa digunakan sementara waktu untuk imobilisasi pada fraktur
terbuka.
2.10 Pencegahan 10
Bagi mengelakkan terjadinya fraktur,terutama fraktur pada femur, tindakan yang perlu
dilakukan ialah:
Makanlah makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D bagi meningkatkan
kekuatan tulang dan mengelak tulang menjadi keropos atau mudah patah apabila
diberi tekanan.
Menjadi aktif untuk mencegah terpeleset dan terjadinya fraktur yaitu dengan Weight-
bearing exercise, seperti bola sepak, berjalan atau melompat tali, membantu membina
tulang yang kuat. Olahraga juga penting untuk menjaga berat badan yang sihat..
Selalu mengenakan sabuk pengaman saat mengemudi atau mengandarai mobil bagi
mengurangi efek fraktur jika terjadinya kecelakaan atau trauma.
Pakailah padding yang benar dan peralatan keselamatan ketika berpartisipasi dalam
kegiatan olahraga.
20
Mendapat paparan sinar UV matahari (pagi dan sore) yang cukup.
Meningkatkan bekalan vitamin C: Vitamin C penting dalam penyembuhan luka, dan
membantu menghasilkan protein kolagen yang penting untuk pembentukan tulang
sihat. Makan kaya dengan vitamin C seperti jeruk, semangka, betik, paprika merah,
stroberi, brokoli.
Meningkatkan pengambilan makanan yang kaya vitamin K. Selain membantu
pembekuan darah, vitamin K merupakan sebahagian penting daripada proses biokimia
yang mengikat kalsium ke tulang. Ini juga diperlukan untuk pembentukan osteocalcin,
protein tulang. Selain itu, vitamin K membantu mempertahankan kalsium tubuh
dengan mengurangkan kehilangan kalsium dalam urin. Vitamin K didapatkan dari
makanan hijau, sayur-sayuran dan minyak sayur (canola, zaitun dan kacang soya).
2.11 Prognosis 10
Prognosis tergantung pada jenis dan lokasi fraktur femur, usia dan status kesehatan
individu serta adanya cedera secara bersamaan. Pemulihan umumnya memang sudah
dijangka, namun, individu-individu di atas usia 60 dengan fraktur femur tertutup memiliki
tingkat kematian 17%. Tingkat non-union adalah sekitar 1%. Masalah permanen dengan gaya
berjalan mungkin terjadi, dan kecacatan/defromitas dapat diakibatkan dari cedera lain yang
berkelanjutan pada saat fraktur.
BAB IIIPENUTUP
21
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Fraktur tertutup atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tidak mengalami perforasi
sehingga lokasi fraktur tidak terpajan lingkunga luar sedangkan fraktur terbuka atau fraktur
gabungan adalah fraktur dengan kulit yang tertembus pada ekstremitas yang terkena. Fraktur
tertutup terutamnya di tungkai bawah biasanya mempunyai resiko tinggi untuk mendapat
compartment syndrome karena pada patah tulang tertutup,darah tidak dapat keluar dan sering
menimbulkan peningkatan tekanan compartment otot. Justeru, pemeriksaan neurovascular
distal terutama bila kulit terlihat tegang dan bengkak harus segera dilakukan karena jika
terlambat amputasi terpaksa dilakukan. Penanganan yang baik menghasilkan penyembuhan
dan prognosis yang membaik.
KESIMPULAN
Hipotesis diterima. Seorang laki-laki terjatuh dari motor mengalami fraktur femur
tertutup 1/3 distal dextra. Hipotesa diterima berdasarkan penelitian dan pembahasan segenap
aspek penyakit ini serta diagnosis mutlak hasil rontgen.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Price SA, Wilson LM. Fracture and dislocation. Pathophysiology: Clinical Concepts
of Disease Processes. Vol II. 6th ed;2006.
2. Christy L, Kathryn L. Alteration of musculoskeletal function. Pathopyhsiology: The
Biologic Basis For Disease In Adults and Children. 6th ed;2010.
3. Mark H.B, Fletcher A.J, Jones T.V, Porter R. The Merck Manual Of Medical
Information Dictionary. 4th home edition. Pocket books reference; 2007.
4. Bickley L.S. Anamnesis. Bates’ Guide to physical examination and history taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer
Health; 2009.
5. Blundell A., Harrison R. Knee examination. Musculoskeletal examination 2. OSCEs
at A Glance. 1st ed. Wiley-Blackwell. A John Wiley & Sons Ltd., Publication; 2009.
6. Anwar R,Tuson K, Khan SA. Femoral shaft fracture. Classification and Diagnosis in
Orthopaedic Trauma. Cambridge University Press;2008.
7. Salminen ST, Bostman OM. Population based epidemiologic and morphologic study
of femoral shaft fractures. Department of Orthopaedics and Traumatology, Helsinki
University Central Hospital, Finland;2000. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10738433. Diakses tanggal 24/03/2013
8. Luqmani R., Robbs J., Porter D., Keating J. Trauma. Textbook of Orthopaedics,
Trauma, and Rheumatology. 1st ed. Mosby Elsevier. 2008.
9. Lawrence W, Gerard M. Fractures of the shaft of the femur. Current Surgical
Diagnosis& Treatment.11th ed. Mc Graw Hill Companies;2003.
10. Femoral Fracture. Ebsco Publishing;2011. Diunduh dari http://www.thirdage.com.
Diakses tanggal 24/03/2013.
top related