food fda.docx
Post on 26-Oct-2015
207 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1. FOOD & DRUG ADMINISTRATION (FDA)
Merupakan lembaga Administrasi Makanan dan Obat-obatan di Amerika Serikat.
Dalam kaitannya dengan plastik, FDA mengatur kebijaksanaan mengenai standar
keamanan plastik sebagai wadah untuk menyimpan , menyiapkan serta menghidangkan
makanan. Selain itu, FDA juga membuat aturan standar kandungan indirect food
additives (zat tambahan tidak langsung) maksimum pada kemasan yang diperbolehkan
bila kontak dengan makanan/minuman yang dikonsumsi manusia.
FDA (Badan Pengawas Makanan dan Obat di Amerika Serikat) membedakan bahan
pewarna kedalam 2 golongan :
A. Golongan bahan pewarna yang memerlukan sertifikasi.
Pewarna sintetik
Bahan pewarna ini tidak terdapat di alam melainkan diproduksi secara
sintetik, melalui reaksi kimia. Di Amerika Serikat, bahan pewarna golongan ini
harus diuji untuk kemurniannya dan diberi sertifikat setiap batchnya, sebelum
diijinkan dijual ke pasar. Produsen bahan pewarna mengirimkan contoh dari batch
yang akan dimintakan sertifikas.
FDA menganalisa contoh tersebut untuk menentukan apakah memenuhi
persyaratan dari segi komposisi dan kemurniannya. Jika memenuhi persyaratan,
maka FDA akan megeluarkan sertifikat dengan kode nomornya, dan diberikan nama
baru sesuai dengan penggunaan bahan tambahan pewarna tersebut seperti : FD & C,
DC, DC untuk pemakaian luar, penggunaan pewarna bersertikat FDA harus sesuai
dengan ijin penggunaan yang tertulis dalam sertifikatnya.
B. Golongan bahan pewarna yang dikecualikan dari sertifikasi (tidak memerlukan
sertifikasi / dibebaskan dari sertifikasi).
Golongan bahan makanan yang tidak tersetifikasi diartikan sebaga :
Belum mengajukan sertifikasi, atau
Pengajuan sertifikasinya belum disetujui, atau
Permohonan sertifikasinya ditolak oleh FDA.
Contoh :
Pewarna tidak bersertifikat : dengan nama perdagangan : Tartrazine
Pewarna yang bersertifikat : dengan nama perdagangan : FD & C Yellow 5, Lot
No
Pewarna tidak bersertifikat : dengan nama perdagangan : Allura Red AC
Pewarna yang bersertifikat : dengan nama perdagangan : FD & C Red 40, Lot
No
Pewarna tidak bersertifikat : dengan nama perdagangan : Indigotine
Pewarna yang bersertifikat : dengan nama perdagangan : FD & C Blue No.2,
Lot No
Bahan pewarna yang bersertifikat FD & C yang boleh digunakan untuk produk
makanan : FD & C Yellow No.5, FD & C Red 40, FD & C Blue No.2
Bahan pewarna yang tidak bersertifat FD & C tidak boleh digunakan dalam
produk makanan : Tartrazine, Allura Red AC, Indigotine.
Federal Food, Drug & Cosmetic (FD & C) Act of 1938 mengatur bahwa
sertifikasi bahan pewarna menjadi wajib bagi produsennya, dan wewenang pengujiannya
dialihkan dari USDA ke FDA. Untuk menghindari kebingungan dalam pemakaian bahan
pewarna untuk makanan dengan bahan pewarna untuk penggunaan lain, FDA
menetapkan tiga kategori sertifikasi bahan pewarna, yaitu :
1) FD & C : Untuk Makanan, Obat dan Kosmetika.
2) D & C : Obat-obatan dan Kosmetika.
3) External D & C : Obat-obatan dan Kosmetika untuk pemakaian luar.
Contoh-contoh bahan pewarna dikecualikan dari sertifikasi :
• Annatto ekstrak, B-APO-8′-carotenal *, Beta-carotene, bit bedak, Canthaxanthin, Carmel
warna, Carrot oil, Cochineal extract (merah); Cottonseed tepung, toasted sebagian
dihilangkan lemak, dimasak; Ferrous gluconate *, juice buah-buahan, warna grape extract
*,
Grape ekstrak kulit * (enocianina), Paprika, Paprika oleoresin, Riboflavin, Saffron,
Titanium dioksida *, Turmeric, Turmeric oleoresin, jus sayur
* Bahan pewarna makanan dengan tanda ” * ” tersebut diatas dibatasi hanya untuk
penggunaan yang spesifik.
9 bahan pewarna bersertifikat yang disetujui untuk digunakan dalam produk makanan
di AS, yaitu:
1) FD & C Blue No.1 (Brilliant Blue FCF) : digunakan pada: minuman, produk
susu bubuk, jellies, confections, icings, syrups, ekstrak.
2) FD & C Blue No.2 (Indigo Carmine / Indigotine) : digunakan pada: sereal, makanan
snack, es krim, confections, cherries
3) FD & C Green No.3 ( Fast Green FCF) : digunakan pada: minuman,
puddings, es krim, cherries, confections, produk susu.
4) FD & C Red No.3 (Erythrosine) : digunakan pada: cherries cooktail
dan buah-buahan, untuk salads, confections.
5) FD & C Red No.40 (Red Allura AC) : digunakan pada: gelatins,
puddings, produk susu, confections, minuman.
6) FD & C Yellow No.5 (Tartrazine) : digunakan pada: minuman, es krim,
confections, preserves, sereal.
7) FD & C Yellow No.6 (Senja Kuning FCF) : digunakan pada: sereal, makanan
snack, es krim, minuman, dessert powders, confections
8) Orange B : warna makanan tambahan ini
dibatasi untuk menggunakan spesifik.
9) Citrus Red No.2 : warna makanan tambahan ini
dibatasi untuk menggunakan spesifik.
Bahan pemanis yang diperbolehkan :
1) Asam benzoate.
2) Asam propionate.
3) Asam sorbet.
4) Sulfur dioksida.
5) Eetil p-hidroksi benzoate.
6) Kalium benzoate.
7) Kalium sulfit.
8) Kalium bisulfit.
9) Kalium nitrat.
10) Kalium nitrit.
11) Kalium propionate.
12) Kalium sorbet.
13) Kalsium propionate.
14) Kalsium sorbet.
15) Kalsium benzoate.
16) Natrium benzoate.
17) Metil-p-hidroksi benzoate.
18) Natrium sulfit.
19) Natrium bisulfit.
20) Natirum metabisulfit.
21) Natrium nitrat.
22) Natrium nitrit.
23) Natrium propionate.
24) Nisin.
25) Propil-p-hidroksi benzoat.
Bahan pengawet yang diizinkan namun kurang aman :
B eberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika
dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang alergi atau digunakan secara berlebihan.
1) Kalsium Benzoat
Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin
(racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi
rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma
fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan
minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa
menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap
aspirin. Kalsium Benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma.
2) Sulfur Dioksida (SO2)
Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering,
kacang kering, sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut
berisiko menyebabkan perlukaaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi
genetik, kanker dan alergi.
3) Kalium nitrit
Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air.
Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu
yang singkat. Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan
warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet.
Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang
diawetkan. Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa
menyebabkan keracunan, selain dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa
oksigen ke berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia,
radang ginjal, dan muntah-muntah.
4) Kalsium Propionat/Natrium Propionat
Keduanya yang termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk
mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk
produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang disarankan
adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis
maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka
maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
5) Natrium Metasulfat
Sama dengan Kalsium dan Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering
digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan
alergi pada kulit.
6) Asam Sorbat
Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk
minuman kerap ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi,
asam ini bisa membuat perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat
(mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash
800; sirup 800; minuman bersoda 400.
Bahan pengawet yang tidak aman :
1) Natamysin
Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan
mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
2) Kalium Asetat
Makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan
pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.
3) Butil Hidroksi Anisol (BHA)
Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening,
keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa
menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
FDA juga mengizinkan untuk menggunakan pemanis buatan seperti sakarin dan
siklamat namun tetap memberikan batasan-batasan. Untuk siklamat, penggunaan
maksimalnya adalah 11mg/kg berat badan/hari, sedangkan sakarin 5 mg/kg berat badan/hari.
Jika dikonsumsi secara berlebihan, kedua senyawa ini bisa memicu kanker kandung kemih.
2. Codex Alimentarius Commission (CAC)
CAC adalah lembaga yang dikelola bersama antara Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Tujuan Codex Alimentarius
adalah membuat standar pangan bagi seluruh dunia. Tahun 2012 menetapkan batas
kandungan maksimal melamin dalam susu formula untuk bayi termasuk menetapkan
standar keamanan pangan baru untuk makanan laut (seafood), melon dan buah ara kering
(dried figs).
Penggunaan melamin menurut WHO
Menurut WHO, melamin dalam konsentrasi tinggi bisa berdampak
mematikan. Bahan ini banyak dipakai secara ilegal untuk meningkatkan penampakan
protein dalam produk makanan, termasuk dalam produk susu bubuk dan susu
formula. Susu yang tercemar melamin telah banyak memakan korban, menyebabkan
kasus kematian dan penyakit pada bayi.
Pada tahun 2010, CAC menetapkan kandungan maksimal melamin pada susu
bubuk dan formula sebesar 1 miligram (mg) per kilogram (kg) dan 2,5 mg/kg pada
produk makanan lain termasuk pada makanan hewan. Sedangkan tahun 2012 CAC
menetapkan standar kandungan maksimal melamin baru pada susu bayi cair yaitu
sebesar 0,15 mg/kg. CAC juga menetapkan batas maksimal kandungan racun yang
memicu kanker, yaitu aflatoxin, sebesar 10 mikrogram/kg pada buah ara kering dan
memberikan panduan bagaimana mengetes kandungannya. Selain pada produk buah-
buahan kering, bahan beracun ini juga ditemukan pada kacang-kacangan, rempah-
rempah dan sereal jika produk-produk tersebut tidak diproduksi dan disimpan dengan
benar.
CAC juga merekomendasikan agar buah melon yang telah dipotong,
dibungkus dan disimpan dalam lemari pendingin secepat mungkin dan dikirim dalam
suhu maksimal 40 derajat celcius. WHO juga menganjurkan produsen dan penjual
agar membersihkan pisau yang dipakai untuk memotong makanan secara berkala.
CAC juga memberikan panduan kebersihan pada makanan laut (seafood), terutama
pada produk kerang-kerangan, untuk mencegah berkembangnya virus pada makanan
yang telah memicu banyak gangguan kesehatan.
Pedoman umum untuk penggunaan label “HALAL”
Menurut CAC/GL 24-1997
a) DEFINISI
Makanan Halal berarti makanan diizinkan di bawah Hukum Islam dan seharusnya
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Tidak terdiri dari atau berisi apa saja yang dianggap melanggar hukum sesuai
dengan hukum Islam.
Belum disiapkan , diproses , diangkut atau disimpan menggunakan alat atau
fasilitas yang tidak bebas dari sesuatu yang melanggar hukum sesuai dengan
Hukum Islam.
Makanan halal bisa disiapkan , diproses atau disimpan dalam bagian yang
berbeda dengan makanan non - halal yang diproduksi , asalkan ada langkah
yang perlu diambil untuk mencegah adanya kontak antara makanan halal dan
non – halal.
Makanan halal dapat disiapkan , diproses , diangkut atau disimpan dengan
menggunakan fasilitas yang sebelumnya telah digunakan untuk makanan non -
halal asalkan prosedur pembersihan yang tepat , sesuai dengan kebutuhan
Islam , telah diamati .
b) 3 kriteria penggunaan label " HALAL “
Istilah halal dapat digunakan untuk makanan yang dianggap sah . Berdasarkan
hukum Islam , semua sumber makanan halal kecuali sumber-sumber berikut ,
termasuk produk dan turunan yang dianggap melanggar hukum mereka :
Makanan yang berasal dari hewan
( a) Babi dan babi hutan .
( b ) Anjing , ular dan monyet .
( c ) Hewan karnivora dengan cakar dan taring seperti singa , harimau , beruang,
dan hewan sejenis lainnya .
( d ) Burung pemangsa dengan cakar seperti elang , burung bangkai, dan burung
sejenis lainnya .
( e ) Hama seperti tikus , lipan , kalajengking , dan hewan sejenis lainnya .
( f ) Hewan dilarang untuk dibunuh dalam Islam yaitu , semut , lebah dan burung
pelatuk .
( g ) Hewan yang dianggap menjijikkan umumnya seperti kutu , lalat , belatung
dan hewan sejenis lainnya .
( h ) Hewan yang hidup baik di darat dan di air seperti katak , buaya dan hewan
sejenis lainnya .
( i ) Mules dan keledai domestik.
( j ) Semua beracun dan berbahaya hewan air .
( k ) Setiap hewan lain tidak disembelih menurut Hukum Islam .
( l ) Darah .
Makanan asal tanaman
Memabukkan dan tanaman berbahaya kecuali toksin atau bahaya dapat
dihilangkan selama pemrosesan .
Minuman
( a) minuman beralkohol .
( b ) Semua bentuk minuman memabukkan dan berbahaya .
Aditif Makanan
Semua aditif makanan yang berasal dari :
(a) Babi dan babi hutan.
(b) Anjing , ular dan monyet .
(c) Hewan karnivora dengan cakar dan taring seperti singa , harimau , beruang,
dan hewan sejenis lainnya .
(d) Burung pemangsa dengan cakar seperti elang , burung bangkai, dan burung
sejenis lainnya .
(e) Hama seperti tikus , lipan , kalajengking , dan hewan sejenis lainnya .
(f) Hewan dilarang untuk dibunuh dalam Islam yaitu , semut , lebah dan burung
pelatuk .
c) Proses menyembelih
a) Semua hewan darat halal harus disembelih sesuai dengan aturan yang
ditetapkan dalam Codex Rekomendasi Kode Higienis Praktek untuk daging
segar dan persyaratan sebagai berikut :
Orang harus seorang Muslim yang secara mental sehat dan berpengetahuan
prosedur penyembelihan Islam.
b) Hewan yang akan disembelih harus sah menurut hukum Islam .
c) Hewan yang akan disembelih harus hidup atau dianggap hidup pada saat
penyembelihan .
d) Ungkapan " Bismillah " ( Dengan Nama Allah ) harus dipanggil segera sebelum
penyembelihan hewan masing-masing .
e) Perangkat menyembelih harus tajam dan tidak boleh diangkat dari hewan
selama aksi pembantaian.
f) Pembantaian tindakan harus memutuskan trakea , esofagus dan utama arteri dan
vena dari daerah leher .
g) Persiapan , pengolahan, pengemasan , transportasi dan penyimpanan semua
makanan harus disiapkan , diolah , dikemas , diangkut dan disimpan sedemikian
rupa dengan Prinsip Umum Higiene Pangan dan Standar Codex lainnya yang
relevan .
PEDOMAN VITAMIN DAN MINERAL PADA SUPLEMEN MAKANAN
menurut CAC / GL 55-2005
1.1 Panduan ini berlaku untuk vitamin dan suplemen mineral makanan dimaksudkan
untuk digunakan di melengkapi makanan sehari-hari dengan vitamin dan / atau mineral.
1.2 suplemen makanan mengandung vitamin dan / atau mineral serta bahan lain harus
juga sesuai dengan aturan khusus tentang vitamin dan mineral yang ditetapkan dalam
Pedoman.
1.3 ini Panduan ini hanya berlaku dalam yurisdiksi di mana produk didefinisikan dalam
2.1 adalah diatur sebagai makanan.
1.4 Makanan untuk istimewa menggunakan diet sebagai didefinisikan dalam Standar
Umum untuk Pelabelan dan Tagihan Makanan Dikemas untuk Penggunaan diet khusus
(CODEX STAN 146-1985) tidakditutupi oleh Pedoman ini.
KOMPOSISI
3.1 PEMILIHAN VITAMIN DAN MINERAL
3.1.1 Vitamin dan mineral suplemen makanan harus mengandung vitamin /
PROVITAMIN dan mineral nilai gizi yang bagi manusia telah dibuktikan oleh data
ilmiah dan status yang sebagai
vitamin dan mineral diakui oleh FAO dan WHO .
3.1.2 Sumber vitamin dan mineral mungkin baik alamiah maupun sintetis dan seleksi
mereka harus didasarkan pada pertimbangan seperti keamanan dan bioavailabilitas .
Selain itu, kriteria kemurnian harus memperhitungkan FAO / WHO standar , atau jika
FAO / WHO standar tidak tersedia , Farmakope internasional atau standar internasional
yang diakui . Dalam ketiadaan kriteria dari sumber-sumber , legislasi nasional dapat
digunakan . Ini mengacu pada bentuk fisik dari vitamin dan suplemen mineral makanan
tidak potensi suplemen .
3.1.3 Vitamin dan suplemen mineral makanan mungkin berisi semua vitamin dan mineral
yang sesuai dengan kriteria dalam 3.1.1 , vitamin tunggal dan / atau mineral atau
kombinasi tepat vitamin dan / atau mineral .
3.2 Isi vitamin dan mineral
3.2.1 Tingkat minimum setiap vitamin dan / atau mineral yang terkandung dalam vitamin
mineral dan suplemen makanan per porsi harian konsumsi seperti yang disarankan oleh
produsen harus hanya 15% dari asupan harian yang direkomendasikan seperti yang
ditentukan oleh FAO / WHO.
3.2.2 Jumlah maksimum vitamin dan mineral dalam suplemen vitamin dan mineral
makanan per porsi harian konsumsi seperti yang direkomendasikan oleh produsen
ditetapkan ,mengambil berikut kriteria ke rekening :
( a) tingkat yang aman atas mineral vitamin dan ditetapkan oleh penilaian risiko ilmiah
yang didasarkan pada data ilmiah yang berlaku umum , dengan mempertimbangkan ,
sebagaimana layaknya, bervariasi derajat sensitivitas kelompok konsumen yang berbeda ;
( b ) asupan harian vitamin dan mineral dari sumber makanan lainnya.
Ketika tingkat maksimum yang ditetapkan , rekening karena dapat diambil dari nilai
asupan referensi vitamin dan Mineral untuk populasi. Ketentuan ini tidak harus mengarah
pada pengaturan tingkat maksimum yang semata-mata didasarkan pada asupan gizi yang
dianjurkan ( misalnya Population Reference Intake atau Direkomendasikan nilai Daily
Allowance ) .
4 . KEMASAN
4.1 Produk harus dikemas dalam wadah yang akan menjaga higienis dan lainnya kualitas
makanan .
4.2 Wadah , termasuk bahan kemasan , harus dibuat hanya dari bahan yang yang aman
dan cocok untuk tujuan penggunaannya . Dimana Codex Alimentarius Commission
memiliki menetapkan standar untuk zat tersebut digunakan sebagai bahan kemasan , yang
standar wajib berlaku.
5 . Penandaan
5.1 Vitamin dan mineral suplemen makanan harus diberi label sesuai dengan Standar
Codex untuk Penandaan Dikemas Makanan ( Codex Stan - 1-1985 , Wahyu 1-1991 )
serta sesuai dengan Pedoman Umum Klaim ( CAC / GL 1-1979 ) .
5.2 Nama produk harus " suplemen makanan " dengan indikasi kategori ( ies ) nutrisi atau
vitamin individu ( s ) dan / atau mineral ( s ) yang terkandung dalam produk tersebut
sebagai kasus mungkin .
5.3 Jumlah vitamin dan hadir dalam mineral produk harus dinyatakan dalam pelabelan
dalam bentuk numerik . Unit-unit yang akan digunakan harus satuan berat konsisten
dengan Codex Pedoman Gizi Pelabelan ( CAC / GL 2-1985 Rev.1 - 1993 ).
5.4 Jumlah vitamin dan mineral dinyatakan harus mereka per porsi produk seperti yang
direkomendasikan untuk konsumsi sehari-hari dan jika berbeda , jumlah per unit untuk
penggunaan tunggal juga dapat diberikan.
5.5 Informasi tentang vitamin dan mineral juga harus dinyatakan sebagai persentase dari
nilai referensi gizi disebutkan, sebagai kasus mungkin , dalam Pedoman Codex pada
Nutrisi Pelabelan .
5.6 Label harus menunjukkan bagaimana produk harus digunakan (kuantitas , frekuensi ,
khusus kondisi ) .
5.7 Label memuat saran kepada konsumen untuk tidak melebihi jumlah maksimum satu
hari .
5.8 Label tidak boleh menyatakan atau menyiratkan bahwa suplemen dapat digunakan
untuk penggantian makan atau diet yang bervariasi .
5.9 Label harus memuat pernyataan bahwa produk tersebut harus disimpan di luar
jangkauan muda
3. European Union
UE adalah rganisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional, yang beranggotakan
negara-negara Eropa. Sejak 1 Juli 2013 telah memiliki 28 negara anggota. Persatuan ini
didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal dengan
Perjanjian Maastricht) pada 1992. Namun, banyak aspek dari EU timbul sebelum tanggal
tersebut melalui organisasi sebelumnya, kembali ke tahun 1950-an.
Zat aditif makanan yang telah disetujui penggunaannya di negara-negara Uni
Eropa diberi kode yang bernama “E numbers” . Safety assessment dan persetujuan
dilakukan oleh European Food Safety Authority (EFSA).
Food Additive yang digunakan di EROPA adalah sebagai berikut :
a) Antioxidan
Tocopherols (E 306-309), BHA (butylated hydroxyanisole or E 320.
b) Pengawet
Nitrates and nitrites (sodium and potassium salts) (E 249-252) – digunakan
sebagai pengawet pada proses pembuatan HAM dan daging lain à mencegah C.
Botulinum yang patogen.
c) Penyedap
Acesulfam K (E 950), aspartame (E 951) and saccharin (E 954) à 130-200 kali,
200 kali and 300-500 kali lebih manis dari gula dan kalori nya 0.
Zat additif Fungsi Kategori makanan Max. level
Erythrosine Pewarna
Manisan buah
200mg/kg
Benzoates Pengawet Nectar buah 1000 mg/kg
Propyl Gallate AntioksidanMinyak nabati dan
lemak200 mg/kg
Saccharins Pemanis Keju 100 mg/kg
Sodium stearoyl-2-
lactylate
Emulsifier, Stabilizer,
Thickener Lemak susu 10.000 mg/kg
Triethyl citrate
Antifoaming Agent,
Carrier Solvent,
Sequestrant, StabilizerProduk telur cair 2500 mg/kg
4. Peraturan internasional tentang kemasan
Italia memberi batas maksimum nigrasi tidak boleh boleh lebih dari 50 ppm untuk
kemasan makanan berukuran 250 ml ke atas, sedangkan untuk kemasan kecil batas
maksimumnya 8 mg per dm2 lembaran film. Syarat lain harus tidak ada komponen
kemasan yang membahayakan kesehatan, plastik harus diuji migrasinya dengan cara
yang sudah ditentukan, pewarna tidak boleh termigrasi ke dalam makanan, Pb 0.01
%, As 0.005%, Hg 0.005%, Cd 0.2%, Se 0.01%, amin primer 0.05% dan Ba 0.01%.
Belanda memberikan toleransi maksimum 60 ppm migran ke dalam makanan atau
0.12 mg per cm2 permukaan plastik. Jerman Barat 0.06 mg per cm2 permukaan
plastik. Bahan berbahaya setingkat vinil klorida tidak boleh lebih dari 0.05 ppm,
sedangkan di Swedia hanya boleh 0.01 ppm. Di Swiss sejak tahun 1969, pabrik
kemasan plastik dan pengguna harus memberikan data entang kemasan, migrasi,
potensi keracunan dan kondisi pemakaian.
Jepang mensyaratkan migrasi maksimum 30 ppm untuk aditif dan monomer yang
tidak berbahaya, sedangkan untuk vinil klorida dan monomer/aditif lain yang
peracunannya tinggi hanya 0.05 ppm atau kurang.
5.
Daftar pustaka
http://nizamora.blogspot.com/2012/12/regulasi-kemasan.html
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/msg08490.html
http://www.hijauku.com/2012/07/27/pbb-tetapkan-standar-keamanan-pangan-baru/
http://female.kompas.com/read/2010/07/22/1602288/hubungan.butuh-tak.butuh.antara.pangan.dan.plastik
http://www.codexalimentarius.net/gsfaonline/docs/CXS_192e.pdf
http://catatanyangterlupa.blogspot.com/2012/04/hukum-internasional-klasifikasi-dan.html
top related