fisiologi lapar
Post on 27-Oct-2015
173 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Fisiologi Lapar
LAPAR
Lapar berarti membutuhkan makanan. Kelaparan adalah suatu kondisi dimana
tubuh masih membutuhkan makan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja
maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama. Istilah ini umumnya digunakan
untuk merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang dialami sekelompok orang dalam
jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif lama, biasanya karena kemiskinan, konflik
politik, maupun kekeringan cuaca.
Menurut sejarah, berbagai teori tentang rasa lapar dibicarakan berdasarkan
komponen biologi. Cannon dan Washburn mengemukakan teori kontraksi perut yang
menyatakan bahwa rasa lapar diketahui dengan adanya kontraksi perut.Dalam percobaan
balon yang sangat terkenal, Washburn melatih dirinya sendiri untuk menelan sebuah
balon yang dihubungkan dengan suatu pipa, lantas balon tersebut dipompakan ke dalam
perutnya. Ketika balon telah menggembung, dia tidak merasa lapar.Teori ini terbantahkan
dengan adanya kenyataan bahwa orang yang lambungnya telah diangkat, ternyata masaih
merasa lapar.
Kemudian, muncul teori gula darah yang menyatakan bahwa manusia merasa
lapar ketika tingkat gula dalam darah menjadi rendah.Bash melakukan percobaan
mentranfusi darah dari anjing kenyang ke anjing lapar.Transfusi itu menyebabkan
kontraksi lambung anjing lapar berhenti, sehingga hal ini mendukung teori gula darah.
Namun, LeMagnen mengemukakan bahwa tingkat gula darah dalam darah tidaklah
berubah banyak dalam keadaan normal.Adapun teori insulin menyatakan bahwa rasa
lapar terjadi pada saat tingkat insulin dalam tubuh tiba-tiba naik. Namun, teori seperti ini
sepertinya menunjukkan bahwa kita harus makan untuk meningkatkan tingkat insulin
tubuh agar merasa lapar. Lain lagi teori asam lemak yang menyebutkan bahwa tubuh
punya reseptor yang mencium adanya kenaikan tingkat asam lemak. Kegiatan reseptor
karena adanya perubahan asam lemak inilah yang memicu rasa lapar.Teori produksi
panas yang dikemukakan oleh Brobeck menyatakan bahwa manusia lapar saat suhu
badannya turun, dan ketika naik lagi, rasa lapar berkurang. Inilah salah satu yang bisa
menerangkan mengapa kita cenderung lebih banyak makan di waktu musim hujan/dingin.
Lapar disebabkan oleh :
1. KONTRAKSI LAPAR
Kontraksi yaitu kontraksi yang terjadi bila lambung telah kosong selama beberapa jam
atau lebih. Kontraksi ini merupakan kontraksi peristaltik yang ritmis di dalam korpus
lambung. Ketika kontraksi sangat kuat, kontraksi ini bersatu menimbulkan kontraksi
tetanik yang kontinius selama 2-3 menit. Kontraksi juga dapat sangat ditingkatkan oleh
kadar gula darah yang rendah. Bila kontraksi lapar terjadi tubuh akan mengalami sensasi
nyeri di bagian bawah lambung yang disebut hunger pangs (rasa nyeri mendadak waktu
lapar. Hunger pans biasanya tidak terjadi sampai 12 hingga 24 jam sesudah makan yang
terakhir. Pada kelaparan, hunger pangs mencapai intesitas terbesar dalam waktu 3-4 hari
dan kemudian melemah secara bertahap pada hari-hari berikutnya.
2. KEINGINAN ATAU KEBIASAAN
Rasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui komponen biologis.
Sebagai manusia, kita tidak dapat mengesampingkan bagian prikologis kita, komponen
belajar dan kognitif (pengetahuan) dari lapar. Tak seperti makhluk lainnya, manusia
menggunakan jam dalam rutinitas kesehariannya, termasuk saat tidur dan makan.
Penanda waktu ini juga memicu rasa lapar.
Bau, rasa, dan tekstur makanan juga memicu rasa lapar. Warna makanan juga
memperngaruhi rasa lapar. Banyak orang makan berdasarkan pengetahuan tentang
makanan yang baik bagi mereka. Contohnya, makanan yang rendah lemak, kalori, gula,
dan garam dikatakan baik. Akhirnya, manusia belajar untuk mengubah kesukaannya dan
hanya ingin memakan makanan yang baik.
Seperti orang normal yang biasa makan 3 kali sehari bila kehilangan 1 waktu
makan, akan merasa lapar pada waktunya makan walaupun sudah cukup cadangan zat
gizi dalam jaringan-jaringannya.
3. BEBERAPA RANGSANGAN FISIOLOGIS JANGKA PENDEK
Ini terutama yang berhubungandengan saluran pencernaan yang dapat mengubah
keinginan seseorang akan makan selama beberapa jam pada saat itu.
4. KURANGNYA GLUKOSA DALAM DARAH
Rasa lapar pun dapat ditimbulkan karena kurangnya glukosa dalam darah.
Makanan yang kita makan akan diserap tubuh dan sari-sarinya (salah satunya
glukosa)akan dibawa oleh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh, jika dalam darah
kekurangan glukosa,maka tubuh kita akan memerintahkan otak untuk memunculkan rasa
lapar dan biasanya ditandai dengan pengeluaran asam lambung.
KELAPARAN
Kelaparan adalah suatu kondisi dimana tubuh masih membutuhkan makan,
biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu
yang cukup lama. Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada kondisi
kekurangan gizi yang dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu
yang relatif lama, biasanya karena kemiskinan, konflik politik, maupun kekeringan cuaca.
Penurunan cadangan makanan dalam jaringan tubuh selama kelaparan. Walaupun
jaringan lebih menyukai menggunakan karbohidrat untuk energi dibandingkan lemak dan
protein, jumlah karbohidrat cadangan tubuh hanya beberapa ratus gram ( terutama
glikogen dalam hati dan otot) dan ia dapat menyuplai energi yang dibutuhkan untuk
fungsi tubuh mungkin selama setengah hari. Oleh karena itu, kecuali untuk beberapa jam
pertama kelaparan,efek utama adalah pengurangan progresif jaringan lemak pada
permulaan kemudian pada protein jaringan. Karena lemak merupakan sumber utama
energi, maka kecepatan pengurangannya kontinu tanpa jeda sampai sebagian besar
cadangan lemak habis.
Protein mengalami 3 fase pengurangan :
1. Pengurangan cepat
Pengurangan cepat, yang timbul pertama kali disebabkan oleh perubahan
protein menjadi glukosa dalam hati oleh proses glukoneogenesis. Glukosa
yang dibentuk (sekitar 2/3 glukosa) digunakan untuk menyuplai energi ke
otak, yang dalam keadaan normal hampir tidak menggunakan zat metabolik
lain untuk energi kecuali glukosa.
2. Pengurangan sangat lambat
Akan tetapi,setelah cadangan protein berkurang sebagian selama fase
permulaan kelaparan,protein sisanya tidak demikian mudah dikeluarkan dari
jaringan. Pada saat ini kecepatan glukoneogenesis turun 1/3 sampai 1/5 dari
kecepatan sebelumnya, dan kecepatan penurunan protein menjadi sangat
berkurang. Sedikitnya persediaan glukosa kemudian memulai serangkaian
peristiwa yang menyebabkan ketosis, yang berarti sangat meningkatkan
pembentukan benda keton. Untunglah benda keton seperti glukosa, dapat
melalui sawar darah-otak dan dapat digunakan oleh sel otak untuk energi.
Oleh karena itu, kira-kira 2/3 energi otak sekarang berasal dari benda keton
tersebut, terutama beta-hidroksibutirat. Rangkaian ini paling tidak
mengakibatkan pemeliharaan sebagian cadangan protein tubuh.
3. Pengurangan cepat sekali
Akan tetapi, akhiranya datang saatnya cadangan lemak hampir seluruhnya
berkurang, dan satu-satunya sumber energi yang tersisa adalah protein. Pada
saat ini, cadangan protein sekali lagi memasuki stadium pengurangan cepat.
Karena protein penting untuk mempertahankan fungsi sel, kematian biasanya
terjadi bilaprotein tubuh telah berkurang kira-kira separuh dari tingkat
normalnya.
KENYANG
Mekanisme lapar dan kenyang tidak sepenuhnya sama. Terdapat dua mekanisme
rasa kenyang. Yang pertama di tingkat otak, sedangkan yang kedua di tingkat saluran
lambung (gastrointestinal). Di dalam otak terdapat dua tempat di hypothalamus yang
mengatur lapar dan makan.
Nukleus-nukleus ventromedial memberi tanda kapan berhenti makan, sedangkan
hypothalamus lateral memberi tanda kapan mulai makan. Di tingkat otak, kita merasa
kenyang kerena fungsi-fungsi nukleus-nukleus ventromedial. Sebaliknya, pada tingkat
saluran pencernaan, Koopmans (1989) menyatakan bahwa rasa kenyang berasal dari
perut, yang mengatur aktivitas makan dalam jangka pendek.
Rasa lapar juga ditentukan secara kognitif. Dalam ruang antara dua batas tersebut,
manusia mengatur seberapa banyak porsi makanan yang harus dimakannya. Jika
seseorang mengatur batas kenyang kognitifnya terlalu rendah (seperti diet) daripada yang
ditentukan secara biologis, tubuh akan berusaha mencari konpensasi asupan makanan
untuk memenuhi batas biologis tersebut dengan cara memicu rasa lapar.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGATUR MASUKAN MAKANAN
1. Pengaturan gizi
a. Persedian glukosa terhadap sel tubuh (teori glukostatik dari lapar dan
pengaturan makan)
Penurunan konsentrasi glukosa menimbulkan lapar yang mengakibatkan
adanya teori glukosatik lapar dan pengaturan makan sebagai berikut :
Bila kadar glukosa darah turun sampai rendah sehingga kitaakan
otomatismenambah makana yang akhirnya mengembalikan glukosa kembali
ke normal.
Dua observasi yang menyokong teori glukostatik :
Peningkatan kadar glukosa darah meningkatkan aktifitas listrik secara pada
pusat kenyang di nuklei ventromedialis hipotalamus yang secara bersamaan
menurunkan aktifitas listrik pada pusat makan dalam nuklei lateralis.
Penyelidikan kimia menunjukan bahwa nukleus ventromedialis ( pusat
kenyang) memekatkan glukosa. Oleh karena itu,diduga bahwa glukosa
bekerja dengan meningkatkan derajat kekenyangan.
b. Efek konsentrasi asam amino darah pada makanan.
Peningkatan konsentrasi asam amino dalam darah juga mengurangi makan,
dan penurunan menambah makan.
c. Efek metabolik lemak pada makan- pengaturan jangka lama.
Bila jaringan adiposa meningkat, kecepatan makanan berkurang oleh karena
itu, pengaturan jangka lama untuk makan diatur oleh metabolik lemak. Hal ini
disebut teori lipostatik. Yang menyokong teori ini adalah kenyataan bahwa
konsentrasi rata-rata asam lemak bebas jangka lama dalam darah berbanding
langsung dengan kuantitas jaringan adiposa dalam tubuh. Oleh karena itu
asam lemak bebas bekerjad dengan cara sama seperti glukosa dan asama
amino
d. Ringkasan mengenai pengaturan jangka lama
Bila cadangan zat gizi tubuh turun dibawah normal, hipotalamus akan aktif
dan ada peningkatan rasa lapar. Sebaliknya, bila cadangan zat gizi berlebih,
orang kehilangan sifat lapar (kenyang)
2. Pengaturan saluran pencernaan ( pengaturan jangka pendek, pengaturan non-
metabolik).
Derajat lapar atau kenyang dapat dinaikan atau diturunkan oleh kebiasaan. Selain
itu beberapa rangsangan fisiologis jangka pendek, terutama yang berhubungan
dengan saluran pencernaan dapat mengubah keiinginan seseorang akan makan
selama beberapa jam pada saat itu sebagai berikut :
a. Pengisian saluran pencernaan.
Bila saluran pencernaan teregang, khususnya lambung atau duodenum,
isarat inhibisi menekan pusat makan sementara waktu, karena itu mengurang
keinginan akan makanan. Efek ini mungkin terutama tergantung atas isarat
sensorik yang di transmisi melalui nervus vagus, tetapi sebagian dari efek ini
masih menetap setelah nervus vagus dan simpatis traktus gastrointestinalis
dipotong. Sehingga isyarat sensorik somatik dari abdomen yang teregang
mungkin ikut juga berperan. Belakangan ini telah ditemukan bahwa umpan
balik hormonal juga menekan makan, karena kolesistokinin yang terutama
dikeluarkan dalam respon terhadap lemak yang memasuki duodenum,
mempunyai efek kuat untuk meghabat makan selanjutnya.
Jelas, mekanisme ini sangat penting dalam memberikan perasaan pada
seseorang untuk berhenti waktu makan banyak.
b. Pengukuran makanan oleh reseptor-reseptor kepala
Bila seseorang dengan fistula esofagus makan dalam jumlah besar,
walaupun makan ini segera terbuang kembali ke luar, derajat laparnya
berkurang setelah makanan dalamjumlah mencukupi masuk melalui
mulutnya. Efek ini terjadi walaupun ternyata saluran pencernaan tidak
terisi. Oleh karena itu, diduga bahwa “faktor kepala” berhubungan dengan
makan, seperti mengunyah, saliva, menelan, dan mengecap, “mengukur”
makanan waktu melalui mulut, dan setelah jumlah tertentu lewat, pusat
makan hipotalamus menjadi terhambat.
3. Manfaat mempunyai sistem pengaturan jangka-lama dan jangka-pendek untuk
makan.
Sistem pengaturan jangka-lama, khususnya mekanisme umpan-balik
hipostatik, jelas membantu mempertahankan cadangan zat gizi yang konstan
dalam jaringannya, mencegah cadangan ini terlalu rendah atau telalu tinggi
Sebaliknya, rangsang pengaturan jangka-pendek membuat hanya makan bila
saluran pencernaan bisa menerima makanan. Jadi, makanan lewat melalui saluran
pencernaannya sangat kontinu sehingga pencernaan, absorpsi dan mekanisme
penyimpanan semua dapat bekerja dalam keadaan siap bukan hanya bila
membutuhkan makanan untuk energi. Tentu saja, mekanisme pencernaan,
absorpsi dan penyimpanan dapat meningkatkan kecepatan aktifitasnya diatas
normal hanya 4-5 kali, sedangkan kecepatan penggunaan zat gizi simpanan untuk
energi kadang-kadang meningkat sampai 20 kali normal.
Maka, penting akan makan terjadi agak kontinu (tetapi pada kecepatan
yang dapat ditampung saluran pencernaan ), yang pada dasarnya diatur oleh
mekanisme pengaturan jangka-pendek. Akan tetapi, juga penting bahwa intesitas
berirama kebiasaan makan setiap hari diatur naik atau turun oleh sistem
pengaturan jangka-lama, yang terutama berdasarkan pada tingkat cadangan zat
gizi dalam tubuh.
top related